Apple Batalkan Kontrak dengan Developer Game yang Karyanya Dinilai Kurang Menarik untuk Apple Arcade

Kehadiran Apple Arcade sejak September lalu pada dasarnya membuka perspektif baru terhadap industri mobile gaming. Demi menyajikan katalog game yang berkualitas, Apple tidak segan membayar kalangan developer untuk menciptakan game buat layanan berlangganannya tersebut.

Bagi para developer, Apple Arcade bisa dilihat sebagai medium yang tepat untuk mengerjakan game yang ingin mereka buat, bukan yang semata perlu mereka buat demi bertahan hidup. Honor yang mereka terima langsung dari Apple itu sejatinya bisa menggantikan strategi-strategi bisnis umum di bidang game development seperti menyisipkan iklan maupun sederet in-app purchase yang sering kali menjurus ke arah pay-to-win.

Katalog Apple Arcade sejauh ini mencakup lebih dari 120 game, dan sebagian di antaranya adalah judul-judul berkualitas tinggi, macam Where Cards Fall misalnya, yang baru-baru ini dipilih menjadi salah satu pemenang Apple Design Awards; atau Sayonara Wild Hearts, yang di platform mobile cuma tersedia melalui Apple Arcade meskipun game-nya juga dirilis untuk console maupun PC.

120 game boleh dibilang cukup banyak untuk ukuran layanan yang belum berusia satu tahun, akan tetapi tidak terlalu berbeda jauh dari jumlah ketika ia baru dua bulan dirilis. Padahal, sejak awal Apple sudah berjanji untuk menghadirkan game baru buat Arcade setiap minggunya.

Apple Arcade

Salah satu penyebabnya bisa jadi dikarenakan Apple telah membatalkan kontraknya dengan sejumlah developer. Dilaporkan oleh Bloomberg, pada pertengahan April lalu, Apple menghubungi sejumlah developer yang tengah mengerjakan game untuk Apple Arcade, dan menjelaskan bahwa karya mereka kurang memenuhi tingkat engagement yang Apple kehendaki.

Apple pada dasarnya mengincar game yang bisa membuat pelanggan Arcade jadi merasa terikat, dan mereka memakai game berjudul Grindstone sebagai contoh. Grindstone sendiri merupakan sebuah game puzzle kasual, dan seperti yang kita tahu, game seperti ini memang sering kali terbukti cukup adiktif. Lalu apakah itu berarti gamegame petualangan yang cepat tamat tidak punya tempat sama sekali di Apple Arcade?

Kemungkinan tidak sampai seekstrem itu. Bisa jadi katalog Apple Arcade memang kekurangan gamegame kasual yang adiktif macam Grindstone itu tadi. Tanpa gamegame sejenis itu, Apple Arcade mungkin bakal kesulitan mempertahankan konsumen sebagai pelanggan; konsumen mungkin hanya memanfaatkan trial gratis selama sebulan untuk menamatkan beberapa judul dan tidak lanjut berlangganan.

Apple sendiri sejauh ini belum pernah melaporkan seberapa banyak jumlah pelanggan Arcade, namun perubahan strategi ini bisa menjadi indikasi bahwa pertumbuhan pelanggannya terbilang lambat. Ditambah lagi, Apple baru-baru ini juga memberikan trial gratis Arcade yang kedua buat konsumen.

Sumber: Bloomberg.

OpenSignal: Pengalaman Bermain Game Mobile di Indonesia Masih Perlu Ditingkatkan

85% pengguna internet di Indonesia memainkan game di smartphone-nya. Jadi bisa kita bayangkan sendiri betapa besarnya pasar mobile game di Indonesia. Pada kenyataannya, data dari tahun 2018 menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pasar mobile game terbesar di Asia Tenggara, baik dari segi jumlah pemain maupun pendapatan.

Dari sekian banyak game mobile yang dimainkan, sebagian besar yang populer merupakan game multiplayer alias online, terutama di kalangan muda-mudi. Fakta bahwa industri esport tanah air lebih besar di platform mobile ketimbang di platform lainnya pada dasarnya adalah salah satu alasan mengapa gamegame seperti PUBG Mobile, Call of Duty Mobile, maupun Mobile Legends bisa begitu populer di sini.

Namun pasar yang begitu besar belum tentu mengindikasikan pengalaman pengguna yang baik. Hal itu tergambarkan dari laporan terbaru OpenSignal, yang melakukan analisis terkait pengalaman para pemain game mobile multiplayer di 44 kota besar di Indonesia berdasarkan kualitas jaringan selulernya. Metrik yang digunakan adalah metrik Games Experience racikan OpenSignal sendiri, dengan skor 0 – 100.

Hasil analisisnya boleh dibilang cukup mengejutkan. Tiga kota teratas yang mencatatkan skor terbaik adalah Palangkaraya (71,9), Pekanbaru (71,1), dan Banda Aceh (70,1). Semuanya bukan dari Pulau Jawa yang notabene merupakan penyumbang populasi terbesar di negara kita.

Satu-satunya kota dari Pulau Jawa yang berhasil masuk peringkat lima besar adalah Yogyakarta (69,1). Namun kalau berdasarkan sistem skor OpenSignal, semua kota ini belum ada yang masuk kategori bagus (minimal skornya 75), dan hanya bisa digolongkan lumayan (65 – 74,9). Lumayan dalam artian mayoritas pemain mengalami delay selama bermain.

Delay, seperti yang kita tahu, adalah salah satu kendala teknis paling menyebalkan saat bermain game multiplayer, sebab itu berarti tindakan yang pemain ambil tidak langsung terjadi secara instan. Meski begitu, kategori lumayan di sini mengindikasikan bahwa pemain masih punya kontrol atas game yang dimainkannya, atau dengan kata lain delay-nya masih bisa dimaklumi.

Sumber: OpenSignal
Sumber: OpenSignal

Lain ceritanya untuk 23 kota sisanya yang masuk kategori buruk dengan rentang skor 40 – 64,9. Bahkan kota-kota yang sangat padat penduduk seperti Bandung (62,9) atau Surabaya (58,8) pun juga ada di kategori ini. Pengalaman bermain yang buruk itu diwakilkan oleh delay yang parah yang mengakibatkan kontrol atas jalannya permainan jadi berkurang.

Saya yakin sebagian besar dari kita pernah merasakannya, terutama saat memaksa bermain di lokasi yang coverage sinyalnya buruk. Pada game MOBA misalnya, skill yang kita klik tidak langsung keluar atau malah tidak keluar sama sekali, dan saya maklum seandainya banyak pemain yang merasa tidak terima dengan pengalaman seperti itu.

OpenSignal menyimpulkan bahwa masih banyak yang harus dibenahi supaya pengalaman bermain game mobile di Indonesia bisa meningkat. Tiga parameter utama yang harus disempurnakan adalah UDP latency, packet loss, dan jitter. Buat konsumen secara umum, kesimpulan ini sejatinya menjadi pengingat bahwa kita tak bisa menilai kualitas jaringan hanya dari kecepatannya saja, sebab faktor-faktor tadi juga berpengaruh langsung terhadap kelancaran bermain game multiplayer.

Pihak operator pun juga sudah seharusnya ikut mengambil catatan. Masih banyak yang bisa mereka tingkatkan perihal kualitas jaringan demi menyuguhkan pengalaman bermain game mobile yang lebih baik kepada konsumen. Kalau dibiarkan seperti ini terus, bukan tidak mungkin bibit-bibit atlet esport ke depannya bisa berkurang karena sebagian dari mereka jadi malas bermain akibat kendala jaringan.

Gambar header: Screen Post via Unsplash.

Game MOBA Pokemon Unite Sedang Digarap untuk Android, iOS dan Nintendo Switch

Sungguh menarik mengikuti perkembangan genre MOBA. Genre yang dipopulerkan oleh mod Warcraft III ini awalnya cuma menarik perhatian sekelompok kecil gamer akibat learning curve yang terbilang tinggi. Namun sekarang, MOBA sudah menjadi salah satu genre terpopuler berkat sederet game yang bermunculan di platform mobile.

Bahkan franchise kenamaan seperti Marvel Comics pun juga disulap menjadi MOBA, dan itu pada akhirnya memunculkan pertanyaan: franchise apa lagi yang punya banyak karakter yang sekiranya menarik untuk dijadikan MOBA? Kalau Anda menjawab Pokemon, jawaban Anda tidak salah.

The Pokemon Company baru saja mengumumkan Pokemon Unite, sebuah game MOBA 5 lawan 5 yang akan dirilis di Android, iOS, dan Nintendo Switch. Dalam siaran persnya, game free-to-play ini dikategorikan sebagai judul cross-platform, yang artinya pengguna perangkat mobile dan handheld console tersebut bisa saling bertemu.

Gameplay-nya sudah pasti mirip dengan Mobile Legends maupun MOBA lain di platform mobile, dan itu bisa kita nilai sendiri dari trailer-nya. Pokemon Unite digarap oleh TiMi Studios, anak perusahaan Tencent Games yang portofolionya meliputi judul-judul populer macam Honor of Kings, Arena of Valor, serta Call of Duty: Mobile.

Jujur saya sedikit penasaran bagaimana mekanisme evolusi Pokemon bakal diterapkan dalam game ini. Apakah pemain yang pada awalnya memilih Charmander atau Squirtle nantinya bisa memainkan Charizard atau Blastoise seiring karakternya menginjak level tertentu? Atau malah evolusi dijadikan salah satu skill ultimate pada Pokemon tertentu seperti Magikarp?

Tidakkah curang kalau pemain bisa memakai Pokemon sekuat Gyarados dari awal match? Atau malah itu bakal dijadikan salah satu item premium yang harus ditebus dengan rupiah seiring bertambah maraknya praktik pay-to-win?

Detail lengkapnya masih harus menunggu mengingat game ini masih dalam tahap pengembangan, dan jadwal rilisnya juga belum ada. Map-nya sendiri kelihatan memiliki dua jalur yang berbeda, lalu siaran persnya juga sempat menyinggung soal sistem poin yang dijadikan objektif permainan – mungkin salah satu mode alternatif di samping adu cepat menghancurkan markas lawan seperti biasanya?

Via: Eurogamer.

OnePlus 8 Jadi Smartphone Pertama yang Bisa Jalankan Fortnite di 90 fps

Apa yang membedakan Fortnite versi PC, console dan mobile? Jawabannya adalah performanya. Asalkan hardware-nya mumpuni, Fortnite versi PC bisa berjalan di ratusan fps (frame per second), dan ini dengan setting grafik yang tinggi atau bahkan mentok sekalipun. Di console dan mobile, Fortnite cuma terbatas pada 60 fps saja.

Namun itu tidak selamanya harus demikian. OnePlus hendak membuktikan bahwa Fortnite juga bisa berjalan di atas 60 fps di perangkat mobile. Demi mewujudkannya, mereka memutuskan untuk bekerja sama langsung dengan Epic Games guna mengoptimalkan Fortnite pada perangkat bikinannya.

Hasilnya, setelah sekitar 10 bulan keduanya berkolaborasi, Fortnite kini dapat berjalan di 90 fps pada OnePlus 8 dan OnePlus 8 Pro. Problem barunya, sesi baku tembak yang lebih mulus ini harus dijalani dengan mengorbankan kualitas grafik. Ya, saat memilih opsi 90 fps, setting grafiknya otomatis turun ke “Low”.

Fortnite 90 fps di OnePlus 8

Untungnya resolusinya tidak berubah, tetap 1080p di OnePlus 8, dan 1440p di OnePlus 8 Pro. Namun seperti yang bisa kita lihat pada screenshot-nya di atas, grafiknya tidak bisa lagi dibilang manis di mata. Kecuali Anda benar-benar berjiwa sangat kompetitif, menurut saya mengorbankan kualitas visual hingga sejauh ini demi mendapat tambahan 30 fps akan terasa cukup sulit.

Di luar duo OnePlus 8 dan masih dalam konteks mobile, cuma iPad Pro yang bisa menjalankan Fortnite di atas 60 fps. 120 fps lebih tepatnya, dan itu tidak mengejutkan mengingat GPU milik iPad Pro memang lebih perkasa ketimbang milik smartphone paling high-end sekalipun. Terlepas dari itu, pencapaian OnePlus ini tetap patut diapresiasi, sekaligus menunjukkan prospek yang cerah untuk ranah mobile gaming.

Sumber: GameSpot.

Game Gacha Sukses, Nintendo Dapat Rp13,7 Triliun dari Game Mobile

Pendapatan Nintendo dari game mobile telah menembus US$1 miliar (sekitar Rp13,7 triliun), menurut data dari Sensor Tower. Game yang memberikan kontribusi paling besar adalah Fire Emblem Heroes dengan pemasukan mencapai US$656 juta (sekitar Rp9 triliun), diikuti oleh Animal Crossing: Pocket Camp yang memberikan kontribusi sebesar US$131 juta (sekitar Rp1,8 triliun).

Salah satu kunci kesuksesan Fire Emblem Heroes adalah kemampuan developer Intelligent Systems untuk membuat format game yang sesuai untuk dimainkan di smartphone. Selain itu, mereka juga secara rutin menambahkan karakter baru, sehingga para pemainnya tidak bosan bermain. Dari segi model bisnis, Fire Emblem Heroes adalah game “gacha”. Lain halnya dengan game yang memungkinkan pemain untuk membeli skin atau item kosmetik lain, game gacha menggunakan sistem random, layaknya lootbox.

Memang, pemain bisa membeli kesempatan untuk mendapatkan karakter yang mereka inginkan, tapi, apakah mereka akan mendapatkan karakter tersebut tergantung pada keberuntungan. Jika beruntung, seseorang bisa langsung mendapatkan karakter yang mereka inginkan. Namun, jika tidak beruntung, seseorang bisa menghabiskan uang hingga jutaan rupiah dan mereka tetap tidak mendapatkan karakter yang mereka mau. Game dengan pendapatan terbesar kedua, Animal Crossing: Pocket Camp, juga menggunakan model bisnis yang sama.

Pendapatan dari game-game mobile Nintendo. | Sumber: SensorTower
Pendapatan dari game-game mobile Nintendo. | Sumber: SensorTower

Seperti yang dapat Anda lihat pada grafik di atas, pendapatan dari Super Mario Run, game mobile pertama dari Nintendo, justru tidak terlalu besar. Meskipun begitu, game tersebut merupakan game yang paling populer. Secara keseluruhan, total download game-game mobile Nintendo adalah 452 juta. Super Mario Run berkontribusi 54 persen atau sekitar 244 juta download. Game kedua yang paling sering diunduh adalah Mario Kart Tour dengan 147 juta unduhan atau sekitar 32 persen dari total download. Menariknya, total unduhan Fire Emblem Heroes hanya empat persen dari total download game mobile Nintendo.

Nintendo telah mencoba untuk menggunakan berbagai model monetisasi sejak mereka pertama kali masuk ke pasar game mobile pada pertengahan 2016. Dan tampaknya, mereka telah menemukan formula yang tepat. Meskipun jumlah unduhan Fire Emblem Heroes kecil, tapi game tersebut memberikan pemasukan yang berkelanjutan. Jika membandingkan jumlah unduhan dan pendapatan, Nintendo mendapatkan US$41 (sekitar Rp560 ribu) per satu unduhan Fire Emblem Heroes.

Sumber: The Verge

Laporan DSResearch: Perkembangan Pangsa Pasar Esports 2019 di Indonesia

Bukan lagi sekadar komoditas hiburan, permainan digital atau game telah bertransformasi menjadi lanskap yang patut diperhitungkan. Esports dewasa ini santer diperbincangkan melalui berbagai media, sebagai ekosistem yang menaungi industri permainan digital tersebut. Antusiasmenya juga cukup terasa di Indonesia, baik dari kalangan pelaku, yaitu gamer, media, broadcaster, startup, hingga penikmat.

Untuk lebih jeli melihat perkembangan esports di Indonesia, DSResearch dan Hybrid.co.id, kanal media yang fokus memberitakan perkembangan seputar ekosistem esports, menginisiasi sebuah proyek riset bertajuk “Esports Market Trend 2019”. Berbagai perspektif coba ditangkap melalui kegiatan survei dan analisis. Melalui platform jajak pendapat Jakpat Mobile Survey, sebanyak 1445 orang penikmat esports terlibat sebagai responden.


Berikut ini beberapa hasil temuan menarik survei:

  • Mobile Legends adalah platform terpopuler, paling banyak dimainkan, dan paling banyak ditonton di Indonesia
  • Meskipun kebanyakan titel populer berada di ranah mobile, PUBG, FIFA, dan Dota 2 adalah judul-judul PC dan console game yang masih mendapatkan tempat khusus

Selain dua poin di atas, masih banyak temuan yang disajikan dalam laporan survei. Untuk informasi dan data selengkapnya, unduh gratis Esports Market Trend 2019.

Sebagus Apa Vivo S1 untuk Gaming? Tonton Video Hands-on-nya

Diluncurkan sebulan yang lalu, Vivo S1 dengan penampilan stylish-nya disiapkan untuk mencuri hati kalangan muda-mudi. Konsumen muda memang merupakan target yang menggiurkan di pasar smartphone Indonesia, namun di saat yang sama, Vivo maupun pabrikan lainnya juga tak boleh lupa bahwa mereka ini juga merupakan tipe konsumen yang paling menuntut.

Salah satu tuntutannya, kalau melihat tren terkini, adalah performa yang mumpuni untuk menjalankan gamegame yang tengah hype. PUBG Mobile adalah salah satu yang tengah ramai dimainkan, dan game itu dikenal cukup menuntut performa yang tinggi.

Tidak sedikit smartphone yang belum mampu menyajikan PUBG Mobile dalam frame rate tinggi, dan ini tentu bisa berpengaruh terhadap performa masing-masing pemain. Apakah Vivo S1 termasuk salah satunya? Semestinya tidak kalau melihat spesifikasinya di atas kertas.

Namun apalah arti rincian spesifikasi tanpa pengalaman mencoba yang sesungguhnya. Dalam kesempatan ini, tim DailySocial telah mengajak salah satu atlet esports tanah air, Fauzan “K1RBY” Yuzarli, untuk menjajal kesanggupan ponsel seharga Rp 3,6 juta ini dalam menyajikan sesi tembak-menembak PUBG Mobile yang memuaskan.

Tanpa harus berlama-lama, silakan simak sendiri keunggulan Vivo S1 dalam hal gaming pada video di bawah ini.

Instant Games Kini Hadir di Facebook Lite dan Facebook Group

Masih ingat zaman kita membuka Facebook hanya untuk memainkan game seperti FarmVille, Restaurant City, dan lain sebagainya? Era tersebut sudah resmi berakhir sejak kebangkitan industri mobile gaming, akan tetapi bukan berarti Facebook sudah menyerah di bidang gaming.

Sebagai gantinya, Facebook ikut mengarahkan fokusnya ke mobile gaming melalui platform Instant Games, yang memanfaatkan kecanggihan HTML5 agar game dapat konsumen nikmati di perangkat apapun yang bisa dipakai untuk mengakses Facebook.

Konsep Instant Games yang tidak mengharuskan pengguna untuk mengunduh apa-apa sejatinya sangat cocok untuk konsumen di negara berkembang, yang umumnya memiliki akses internet cukup terbatas. Oleh karena itu, Facebook baru-baru ini memutuskan untuk membawa Instant Games ke Facebook Lite.

Di samping itu, Instant Games rupanya juga bakal segera hadir sebagai suatu fasilitas untuk grup Facebook seputar gaming, sehingga pengguna dapat menikmati sederet permainan yang tersedia bersama rekan-rekan sejawatnya. Untuk grup non-gaming, Facebook berencana menghadirkan Instant Games sebagai fitur yang opsional.

Facebook Instant Games

Kehadiran Instant Games di lebih banyak tempat ini pada dasarnya merupakan kabar baik bagi para developer game, apalagi mengingat Facebook sudah membuka aksesnya ke semua developer sejak bulan Maret lalu. Sejumlah opsi monetisasi tentu saja sudah disediakan agar developer bisa memanfaatkan platform ini sebagai lahan bisnis barunya.

Dilansir TechCrunch, pendapatan Facebook dari sektor gaming tentu tidak lagi sebesar pada masa keemasan FarmVille. Kendati demikian, angka $190 juta per kuartal masih tergolong lumayan, dan ini sejatinya yang mendorong Facebook agar tidak patah semangat di ranah gaming.

Belum lama ini, Facebook juga telah merilis portal gaming-nya, fb.gg, sebagai aplikasi mobile – meski baru berstatus beta. Tanpa harus terkejut, Instant Games juga merupakan salah satu fitur yang ditawarkan di aplikasi tersebut.

Sumber: TechCrunch dan Facebook.

BBM and Yogrt Introduce an Instant Games Feature

The BBM messenger (8/30) updates a new feature to play HTML5-based games. It’s made over BBM partnership with Yogrt social entertainment platform. Some games in BBM can now be played for free using the latest update on Android and iOS devices.

There are 10 games have been released in its debut, including Pac Maker, Jelly Pop, Four Colors, ElastiKitty, and many others. BBM ensures to add more variant games in the next few months.

Yogrt is currently known as a location-based social media platform. Includes in it, a live content that allows users to directly share videos. Before pivoting in 2016, Yogrt was a game-based social networking app.

“We’re very proud to have BBM as a partner. As a game content provider, we believe BBM users will gain the new experience. Our existence is to complete social interaction and entertainment in BBM app,” Jason Lim, Yogrt’s Co-Founder, said.

BBM Instant Games is located in the Discover menu. The developer intends to present a personal game experience and the ability to share/invite friends through a direct message in the game. Every game has a leaderboard to show user’s rank in the game.

“Indonesia is the largest mobile game market in terms of revenue and users. Gaming has become the popular activity in mobile devices after messenger, therefore we try to provide an additional value (through gaming) to allow them to be connected, share, and be entertained at a time,” Matthew Talbod, Creative Media Works’ CEO, said.

This is not BBM’s first service integration. Previously on August 2018, BBM announced an integration with live streaming service Vidio.com, in order to welcome the Asian Games. They also happened to have worked with DANA to create in-app e-wallet.

BBM’s vision to be an open platform, indulging users with various types of features. It causes the app becoming full. However, most of the integrated platforms have a strategic relationship with EMTEK group – such as DANA, an implemetation of EMTEK and Alipay partnership.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

BBM dan Yogrt Hadirkan Fitur “Instant Games”

Aplikasi pesan BBM hari ini (30/8) mendapatkan tambahan fitur baru untuk memainkan game berbasis HTML5. Fitur tersebut hadir sebagai kerja sama BBM dengan platform social entertainment Yogrt. Beberapa game di BBM kini dapat dimainkan gratis dengan pembaruan aplikasi di perangkat Android maupun iOS.

Dalam debutnya, 10 game sudah dirilis, di antaranya Pac Maker, Jelly Pop, Four Colors, EalstiKitty dan beberapa lainnya. Pihak BBM memastikan variasi game akan terus ditambah dalam beberapa bulan ke depan.

Yogrt kini dikenal sebagai platform media sosial berbasis lokasi. Di dalamnya termasuk layanan “Live Content”, mungkinkan pengguna berbagi video secara langsung. Sebelum melakukan pivot di tahun 2016, Yogrt adalah aplikasi jejaring sosial berbasis game.

“Kami sangat bangga bermitra dengan BBM. Sebagai mitra konten game, kami percaya diri pengguna BBM akan merasakan pengalaman baru. Hadirnya kami akan menyempurnakan interaksi sosial dan hiburan di dalam aplikasi BBM,” ujar Co-Founder Yogrt Jason Lim.

BBM Instant Games terletak di dalam menu Discover. Pengembang mencoba menghadirkan pengalaman permainan secara personal dan kemampuan berbagi/mengundang teman melalui pesan langsung di dalam game. Setiap game memiliki leaderboard, menunjukkan peringkat pengguna dalam permainan.

“Indonesia menjadi pasar game mobile terbesar secara pendapatan dan pengguna. Bermain game menjadi aktivitas populer di perangkat mobile setelah berkirim pesan, maka kami mencoba memberikan nilai tambah (melalui game) sehingga memungkinkan mereka terhubung, berbagi, dan terhibur dalam waktu bersamaan,” ujar Matthew Talbot selaku CEO Creative Media Works (unit bisnis EMTEK yang menjalankan BBM).

Ini adalah integrasi layanan ke sekian kalinya yang dilakukan oleh BBM. Sebelumnya pertengahan Agustus 2018 lalu BBM mengumumkan integrasi dengan layanan live streaming Vidio.com, dalam rangka menyambut Asian Games. Sebelumnya pihaknya juga bekerja sama dengan DANA untuk menghadirkan e-wallet di aplikasi.

BBM memiliki visi untuk menjadi sebuah open platform, memanjakan pengguna dengan berbagai jenis fitur. Dampaknya aplikasi menjadi sangat padat. Namun sebagian besar platform yang diintegrasikan memiliki hubungan strategis dengan grup EMTEK—seperti DANA yang menjadi pengajawantahan kerja sama EMTEK dan Alipay.