Epson Umumkan Kacamata Pintar Terbarunya, Moverio BT-300

Masih ingat dengan kacamata pintar Epson Moverio BT-200? Di saat kehadiran Google Glass versi baru masih berupa misteri, Epson rupanya sudah mencuri start terlebih dulu. Pada ajang MWC 2016, pesaing Canon di pasar printer tersebut meluncurkan Moverio BT-300, yang tak lain merupakan kacamata pintar generasi terbarunya.

Dibanding pendahulunya, BT-300 punya desain yang lebih menarik sekaligus lebih ringkas. Dimensinya lebih tipis dan bobotnya secara keseluruhan lebih ringan 20 persen. Perbaikan desain ini juga dimaksudkan supaya BT-300 bisa dikenakan di atas kacamata biasa dan tidak membuat hidung terasa cepat lelah.

Selain desain, Epson juga banyak membenahi jeroannya menjadi lebih canggih lagi. Layarnya kini punya resolusi HD (1280 x 720 pixel) dan memakai panel Si-OLED (Silicon OLED). Menurut Epson, panel layar ini sanggup menghasilkan tone warna hitam yang lebih pekat, yang pada akhirnya berujung pada proyeksi spektrum warna yang lebih luas dan konten pun bisa tampak lebih realistis.

Epson Moverio BT-300

Sama seperti kedua pendahulunya, Epson Moverio BT-300 masih ditemani oleh sebuah unit kontrol yang tersambung oleh kabel. Unit ini bertanggung jawab atas segala pengolahan konten, termasuk menjalankan sistem operasi Android 5.1. Di dalamnya tertanam prosesor quad-core Intel Atom X5 berkecepatan 1,44 GHz, bukan lagi buatan Texas Intruments.

Perubahan mencolok lain adalah kamera 5 megapixel yang menggantikan kamera VGA milik pendahulunya. Untuk mengambil gambar, pengguna hanya perlu menerapkan gesture di depan pandangannya karena perangkat ini sudah dilengkapi dengan sensor pengenal gerakan, sanggup mengubah pandangan menjadi ibarat kanvas digital.

Apa saja skenario penggunaan Moverio BT-300? Cukup banyak. Dari sisi konsumen, perangkat ini bisa menjadi teman saat sedang membakar lemak di gym berkat teknologi augmented reality. Untuk pemilik drone, perangkat ini akan menampilkan apapun yang sedang direkam oleh si robot terbang langsung ke pandangan Anda, tapi di saat yang sama Anda masih sadar akan posisi dan apa saja yang ada di sekitar Anda.

Kendati demikian, Epson masih menargetkan produk ini ke kalangan enterprise untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Gampangnya, perangkat ini tidak dimaksudkan untuk dipakai secara terus-menerus layaknya sebuah kacamata biasa. Hal itu juga yang menjelaskan mengapa BT-300 masih ditemani oleh sebuah unit kontrol yang tersambung dengan kabel.

Soal harga, Epson masih belum mau memastikannya, namun diperkirakan berkisar di angka $700 – $800 – tidak jauh berbeda dibanding kedua pendahulunya. Pemasarannya dijadwalkan pada kuartal keempat tahun ini, tapi bisa saja berubah.

Sumber: Epson dan TechCrunch.

Garmin Rilis Dua Perangkat Wearable Anyar, Vivofit 3 dan Vivoactive HR

Kemeriahan event Mobile World Congress 2016 di Barcelona dimanfaatkan Garmin untuk memperkenalkan dua perangkat wearable terbarunya: Garmin Vivofit 3 dan Garmin Vivoactive HR. Keduanya merupakan suksesor yang membawa sejumlah peningkatan, baik dari segi fitur maupun estetika.

Garmin Vivofit 3

Garmin Vivofit 3

Sejak generasi pertamanya, Vivofit secara spesifik ditujukan buat konsumen yang sekadar memerlukan fitness tracker sederhana yang bisa diandalkan setiap harinya. Vivofit 3 masih mempertahankan esensi tersebut, namun desainnya kini telah diperbarui sehingga tampak lebih fashionable.

Layarnya kini mengecil, tapi tidak masalah karena pengguna sekarang bisa mengganti strap-nya dengan gaya yang bermacam-macam. Semua fitur tracking-nya masih tersedia, mulai dari memonitor jumlah langkah kaki, kalori yang terbakar dan fitur sleep tracking secara otomatis.

Namun perubahan yang paling menonjol adalah kehadiran fitur bernama Move IQ. Fitur ini pada dasarnya memungkinkan Vivofit 3 untuk mengenali berbagai macam aktivitas fisik, termasuk berlari, bersepeda atau berenang, lalu memulai proses tracking dengan sendirinya. Kedengarannya tidak asing? Ya, cara kerjanya memang mirip seperti fitur SmartTrack milik Fitbit.

Atribut penting pendahulunya turut dipertahankan oleh Vivofit 3, yakni daya tahan baterai selama satu tahun penuh. Ia mengemas baterai kancing standar seperti yang biasa dipakai oleh jam tangan, jadi Anda tak perlu dipusingkan dengan charging sama sekali.

Vivofit 3 akan dipasarkan mulai kuartal kedua tahun ini seharga $100. Garmin juga akan menawarkan bundle berisi dua strap ekstra karya desainer ternama seharga $40. Contohnya bisa Anda lihat sendiri pada gambar di atas.

Garmin Vivoactive HR

Garmin Vivoactive HR

Selain Vivofit 3, Garmin turut memperkenalkan suksesor dari smartwatch Vivoactive. Didapuk Vivoactive HR, desainnya kini jauh lebih modis daripada pendahulunya. Layarnya masih menggunakan panel sentuh berwarna yang selalu menyala, serta dapat dibaca dengan mudah meski berada di bawah terik matahari.

Penambahan label “HR” menandakan bahwa smartwatch ini sekarang punya kemampuan memonitor laju jantung pengguna secara konstan. Garmin memakai teknologi rancangannya sendiri, sama seperti yang tersematkan dalam Garmin Forerunner 235. Tidak ketinggalan pula kehadiran barometric altimeter yang memungkinkannya untuk memonitor tingkat elevasi.

Smartwatch ini masih ditenagai oleh software Garmin Connect IQ yang memberikan kebebasan bagi pengguna untuk mengunduh aplikasi maupun watch face ekstra dengan mudah. Bersamaan dengan itu, hadir pula fitur Move IQ seperti yang dimiliki Vivofit 3 tadi.

Soal daya tahan baterai, Garmin mengklaim Vivoactive HR bisa bertahan selama 8 hari meski digunakan untuk memonitor aktivitas maupun laju jantung secara terus-menerus. Hanya saja kalau pengguna turut mengaktifkan fungsi GPS, daya tahan baterainnya akan menurun drastis menjadi 13 jam saja.

Sama seperti Vivofit 3, Vivoactive HR bakal meluncur ke pasaran mulai kuartal kedua tahun ini seharga $250. Konsumen juga bisa membeli strap ekstra dalam berbagai pilihan warna, masing-masing dihargai $30.

Sumber: Garmin 1, 2 via Wareable 1, 2.

Dukung Kreasi Konten Virtual Reality, Samsung Singkap Kamera Gear 360

Seperti di CES 2016, virtual reality kembali menjadi salah satu tema besar di Mobile World Congress tahun ini. Hal tersebut bisa kita lihat dari sejumlah konferensi pers sebelum ajang dimulai. Setelah menggandeng Oculus VR dalam peracikan headset Gear VR, Samsung kini mencoba memberikan jawaban atas kelemahan di ranah itu: masih kurangnya jumlah konten.

Bersamaan dengan pengungkapan Galaxy S7 dan Galaxy S7 Edge, Samsung turut mengumumkan Gear 360. Dari nama, mungkin fungsi device sudah dapat ditebak, ia adalah kamera untuk menciptakan video 360 derajat. Device diramu untuk melengkapi ekosistem produk virtual reality berbasis perangkat bergerak dari sisi pembuatan konten. Dan Samsung bilang, ia akan ‘memberi definisi baru bagi smartphone‘.

Dengan tubuh bulat dan stand tripod, Samsung Gear 360 terlihat seperti campuran makhluk bermata satu lucu dan turret di game Portal. Namun sebetulnya, kamera memiliki sepasang ‘mata’, berupa lensa fish-eye f/2.0, diletakkan di sisi yang berlawanan. Ukurannya lebih kecil dari bola baseball tapi tidak sepenuhnya bundar, berbobot hanya 153-gram sehingga mudah dibawa-bawa.

Samsung Gear 360 02

Karena dirancang sebagai produk outdoor, Gear 360 telah lulus sertifikasi IP53. Artinya ia sanggup menahan rintik-rintik air hujan serta terpaan debu; namun tetap tidak bisa tercemplung ke dalam kolam. Samsung menyediakan sebuah layar kecil di sisi atas perangkat, tepat di sebelah tombol record. Terdapat pula slot ekspansi memori sampai 128GB, baterai removable 1.350mAh serta port microUSB.

Samsung Gear 360 merekam video seluas 195 derajat dari kedua lensa bersama-sama, kemudian menyulamnya jadi satu. Sensor beresolusi tinggi di device sanggup mengabadikan video 3840×1920-pixel atau menjepret foto 30-megapixel. Samsung mempunyai alasan mengapa mereka memilih level resolusi tersebut dan tidak terpancing untuk menyajikan 4K: supaya kualitasnya memuaskan tanpa membuat harganya melambung tinggi.

Samsung Gear 360 03

Kamera 360 tersebut bisa disambungkan ke Galaxy S7 atau S7 Edge lewat Bluetooth, dan saat tersinkronisasi, Anda dapat melihat gambar live langsung dari layar smartphone serta memakainya sebagai remote control. Penyatuan sendiri dilakukan oleh Galaxy S7, jadi prosesnya memakan waktu. Begitu selesai, tiap video bisa disimpan langsung ke handset; sebelum Anda mengunggahnya ke YouTube atau situs-situs sosial media.

Gear 360 dijadwalkan untuk dirilis pada triwulan kedua 2016 di ‘wilayah-wilayah’ tertentu, dan Samsung belum menyingkap harganya. Untuk memuluskan langkah mereka ke pasar virtual reality, Samsung menjanjikan headset Gear VR gratis bagi mereka yang mem-pre-order Galaxy S7 dan S7 Edge.

Via CNET. Sumber: Samsung.

LG Ungkap 3 Perangkat Menarik di MWC 2016: LG 360 VR, LG 360 CAM dan LG Rolling Bot

LG tampil habis-habisan pada ajang Mobile World Congress tahun ini. Selain memperkenalkan sang bintang utama yakni smartphone semi-modular LG G5, LG tidak lupa memperkenalkan satu per satu ‘teman’ dari smartphone andalannya tersebut.

LG 360 VR

LG 360 VR

Konsep modul eksternal adalah salah satu nilai jual utama LG G5. Namun ternyata smartphone tersebut juga bisa disambungkan dengan sejumlah perangkat terpisah. Yang pertama adalah LG 360 VR.

Melihat namanya, kita sudah bisa menebak bahwa ia merupakan sebuah virtual reality headset macam Google Cardboard atau Samsung Gear VR. Kendati demikian, cara kerjanya benar-benar berbeda. Ketimbang menyelipkan smartphone ke bagian depannya, pengguna menyambungkannya ke LG G5 via kabel USB-C.

Hal ini pun menjadikan dimensi LG 360 VR begitu ringkas, dengan bobot tak lebih dari 118 gram. Di dalamnya tertanam sepasang panel layar IPS yang dapat menyimulasikan tampilan sebuah TV berukuran 130 inci. Layar ini sendiri masing-masing punya ukuran 1,88 inci dan resolusi 960 x 720, sanggup menampilkan konten dengan kerapatan pixel 639 ppi.

Saat disambungkan ke LG G5, perangkat ini dapat menampilkan semua konten yang kompatibel dengan Google Cardboard. Tapi kalau Anda mau yang lebih orisinil, Anda juga bisa menikmati foto atau video 360 derajat yang diambil oleh ‘teman’ keduanya, yakni LG 360 CAM.

LG 360 CAM

LG 360 CAM

Sesuai namanya, perangkat ini merupakan kamera dengan kemampuan mengambil gambar atau video 360 derajat. Meski ukurannya kecil, ia mengemas sepasang sensor 13 megapixel dan lensa yang masing-masing memiliki sudut pandang 200 derajat. Digabungkan semuanya, 360 CAM dapat merekam video 360 derajat dengan resolusi 2K.

Selain video, LG turut memperhatikan faktor audio. 360 CAM dilengkapi tiga mikrofon sekaligus, memungkinkannya untuk merekam audio dalam konfigurasi surround 5.1 channel. Semua foto dan videonya akan disimpan dalam memori internal 4 GB (atau kartu microSD), atau pengguna juga bisa mengunggahnya ke Google Street View maupun YouTube 360.

Tidak seperti LG 360 VR yang hanya bisa digunakan bersama LG G5, konten video yang direkam LG 360 CAM masih bisa dinikmati di perangkat lain yang mendukung pemutaran video 360 derajat.

LG Rolling Bot

LG Rolling Bot

‘Teman’ terakhir LG G5 adalah LG Rolling Bot. Yup, ini merupakan robot berbentuk bola yang dapat merekam foto atau video dengan kamera 8 megapixel-nya. LG merancang perangkat ini untuk dijadikan sebagai sistem pengawas di dalam rumah, memonitor keadaan di dalam rumah sekaligus menjadi remote control untuk perangkat smart home yang kompatibel.

Caranya bergerak cukup mirip seperti robot BB-8 dari film Star Wars: The Force Awakens – meski tidak ada bagian yang berputar. Tapi kalau BB-8 lahir untuk menemani sang pilot X-Wing Poe Dameron, LG Rolling Bot ditakdirkan untuk menemani LG G5 berkat kemampuannya meneruskan video rekaman secara real-time. Tak cuma itu, pengguna juga bisa memakai LG G5 untuk mengontrol pergerakan Rolling Bot ini.

Sayangnya sejauh ini LG belum mengungkapkan banderol harga dari masing-masing perangkat di atas. Semoga saja ketiganya termasuk dari lima perangkat yang dirumorkan bakal hadir di Indonesia pada bulan April atau Mei bersamaan dengan LG G5.

Sumber: LG, Engadget dan Android Central.

Huawei Luncurkan MateBook, Tablet Hybrid Windows 10 Perdananya

Sukses di pasar smartphone, Huawei kini mencoba peruntungannya di pasar tablet Windows 10. Di hadapan pengunjung event MWC 2016 di Barcelona, perusahaan berusia 29 tahun tersebut memperkenalkan Huawei MateBook.

Ini merupakan pertama kalinya Huawei merancang sebuah perangkat hybrid tablet dan laptop. Ya, pada dasarnya perangkat ini punya konsep yang tidak jauh berbeda dari Microsoft Surface 4. MateBook datang bersama aksesori keyboard opsional yang juga berfungsi sebagai casing pelindungnya.

Dari segi desain, tampak jelas bahwa Huawei tidak mau setengah-setengah. Perangkat ini terbuat dari material logam unibody, dengan ketebalan hanya 6,9 mm dan bobot 640 gram. Ia tergolong cukup ringan mengingat layarnya berukuran 12 inci.

Huawei MateBook

Layarnya sendiri merupakan panel IPS 12 inci dengan resolusi 2160 x 1440 pixel. MateBook ditenagai oleh prosesor Intel Core m generasi terbaru. Konsumen bisa memilih antara varian dengan prosesor Core m3 dan RAM 4 GB, atau yang paling tinggi dengan prosesor Core m7 dan RAM 8 GB. Penyimpanannya mengandalkan SSD, dengan pilihan kapasitas antara 128, 256 atau 512 GB.

Fitur unik yang dimiliki MateBook adalah sensor pemindai sidik jari yang tertanam pada tombol volumenya. Huawei mengklaim teknologi yang dipakai sama seperti di smartphone andalannya, namun kini telah dioptimalkan untuk sistem operasi Windows 10.

Huawei MateBook

Selain keyboard, Huawei juga menawarkan aksesori opsional lain untuk MateBook berupa sebuah stylus ala Surface Pen atau Apple Pencil. Stylus bernama MatePen ini punya 2.048 tingkat sensitivitas, serta dibekali sepasang tombol yang dapat mengubah fungsinya menjadi penghapus maupun clicker untuk slide PowerPoint.

MatePen mengandalkan konektivitas Bluetooth, dan baterainya diyakini bisa bertahan hingga satu bulan. Melengkapi semua itu, stylus ini juga bisa difungsikan sebagai laser pointer.

Huawei MateBook

Keyboard sudah, stylus sudah, namun ternyata masih ada lagi aksesori opsional lainnya, yaitu sebuah dock yang menancap pada port USB-C milik MateBook. Aksesori bernama MateDock ini mengemas sederet colokan, mulai dari sepasang port USB standar, port Ethernet sampai input VGA dan HDMI.

Huawei benar-benar merancang MateBook untuk aspek produktivitas. Hal ini bisa dilihat dari absennya komponen kamera di belakang; MateBook cuma mempunyai kamera depan 5 megapixel untuk keperluan video call. Daya tahan baterainya sendiri diklaim sanggup mencapai angka 10 jam dalam pemakaian normal, dan ia sudah mendukung fitur fast charging dimana baterai bisa terisi 60 persen dalam waktu sekitar 2 jam.

Huawei MateBook

Belum ada tanggal pasti terkait pemasaran Huawei MateBook. Harganya sendiri dimulai di angka $699 untuk varian terendah sampai $1.599 untuk varian dengan spesifikasi tertinggi. Untuk aksesorinya, keyboard dihargai $129, MatePen seharga $59 dan MateDock seharga $89.

Sumber: TechCrunch.

Dirilis di Bulan April 2016, Harga HTC Vive Dipatok di Atas Oculus Rift

Hubungan antara Vive dan Rift lebih erat dari dugaan kita. Di tahun 2012, CCO HTC Phil Chen sempat mencoba menghubungi Oculus untuk mengajak bekerja sama. Merasa diabaikan, mereka malah mendapatkan partner baru: Valve. Vive boleh dibilang merupakan satu-satunya produk yang berkesempatan menandingi kencanggihan Rift di era kebangkitan virtual reality.

Bulan Januari silam menandai dimulainya duel di antara kedua perusahaan tersebut. Harga, tanggal peluncuran dan masa pre-order Rift diumumkan; dan tidak lama disusul oleh informasi lebih lanjut soal Vive. Sang produsen asal Taiwan itu tampaknya enggan berlama-lama menahan detail soal headset andalan mereka. Kepada CNET, HTC mengonfirmasi momen perilisan dan harga – yang ternyata dipatok lebih mahal dari Oculus Rift.

HTC menyampaikan bahwa Vive akan dibanderol di harga US$ 800, US$ 200 di atas Rift dan segera tersedia untuk publik pada bulan April 2016. Menakar dari fitur yang sebelumnya sempat diperlihatkan – Lighthouse, kamera depan, sistem SteamVR Chaperone; Vive memang satu level lebih handal dibanding Rift.

Dengan mengenakan Vive, Anda dipersilakan berdiri dan bergerak dalam ruang terbatas. Metode ini memastikan konten virtual reality terasa lebih immersive, misalnya saat Anda bertualang di bawah laut atau berbaku tembak melawan tentara bayaran digital. Dan O’Brien selaku vice president virtual reality business HTC menjanjikan satu hal: “Tak ada produk lain yang semutakhir Vive.”

Alasan mengapa Vive dibanderol di harga tinggi ialah produk disajikan sebagai sebuah ‘sistem lengkap’. Bundel Vive Consumer Edition berisi unit headset, dua base station untuk mendeteksi gerakan user, earbud, boks buat menyambungkan Vive ke PC, serta sepasang controller wireless. Berbeda dari Oculus, tim pencipta Vive menganggap controller sebagai aspek krusial pendukung pengalaman pengguna.

Chet Faliszek dari Valve menuturkan, mereka tidak mempunyai rencana untuk menjual paket tanpa controller karena mereka ingin memberikan platform konsisten bagi developer. Headset versi konsumen menyuguhkan desain strap serta bantalan yang lebih nyaman, penyempurnaan pada penampilan, base station yang bekerja lebih hening, serta microphone.

Vive juga dibekali dua permainan gratis, yaitu Job Simulator garapan Owlchemy Labs serta Fantastic Contraption ciptaan Nortway Games dan Radial Games. Tentu saja Anda tetap memerlukan PC ber-hardware mumpuni buat menikmati konten Vive secara optimal. Masa pre-order akan dibuka pada tanggal 29 Februari 2016.

Sumber tambahan: Blog HTC Vive.

Setelah Sabuk Pintar, Samsung Kini Punya Sepatu Pintar Bernama IOFIT

Samsung, lewat divisi Creative Lab-nya, kembali memamerkan salah satu inovasi terbarunya di bidang teknologi wearable. Sebelumnya, kita sudah melihat sebuah sabuk pintar dan dua perangkat inovatif lainnya di ajang CES 2016. Menjelang event Mobile World Congress (MWC) 2016 nanti, giliran sebuah sepatu pintar yang unjuk gigi.

Namanya IOFIT, dan ia dikembangkan oleh startup bimbingan Samsung bernama Salted Venture. Lalu apa hubungannya dengan divisi Creative Lab? Well, para pendirinya merupakan mantan karyawan Samsung yang dipersilakan membentuk startup-nya sendiri demi merealisasikan buah pemikirannya secara mandiri.

Namun latar belakang pendirinya tidak terlalu penting jika kita mempertimbangkan apa yang bisa ditawarkan oleh sepatu pintar ini. IOFIT pada dasarnya dirancang untuk meningkatkan keseimbangan tubuh pengguna sekaligus memperbaiki posturnya saat tengah berolahraga atau ketika bermain golf.

IOFIT by Salted Venture

Rahasianya ada di balik deretan sensor seperti accelerometer dan sensor tekanan yang tertanam di sisi luar sepatu. Perpaduan ini memungkinkan IOFIT untuk mengukur tingkat keseimbangan tubuh, selisih berat di setiap sisi, dan bahkan lokasi dari pusat gravitasi. Parameter yang terakhir ini sangat berpengaruh terhadap resiko terjadinya cedera saat berolahraga.

Semua data ini akan di-update secara real-time, lalu ditampilkan pada aplikasi pendamping IOFIT di smartphone. Aplikasinya juga menawarkan fitur video playback sehingga pengguna dapat mengevaluasi postur beserta datanya secara real-time, lalu memperbaikinya di sesi berikutnya.

Menurut sang pengembang, data-data ini sebelumnya hanya bisa didapat dengan menggunakan perangkat berharga mahal. Jadi dengan kata lain, tujuan IOFIT adalah membuatnya jadi portable dan jauh lebih terjangkau.

IOFIT by Salted Venture

Kemampuan analisis IOFIT dan aplikasinya ini juga bisa dimanfaatkan pengguna untuk berkonsultasi dengan instruktur pribadinya masing-masing. Dua video dari sesi latihan yang berbeda bisa ditampilkan bersebelahan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari data-data yang dikumpulkan.

Namun semua itu akan terasa percuma apabila tidak pengguna yang tertarik mengenakan IOFIT. Sebagai sebuah sepatu, tentunya ia harus tampil atraktif – fungsi itu penting, tapi desain juga tidak kalah penting. Untuk itu, Salted Venture bakal berkolaborasi dengan sejumlah pabrikan sepatu kenamaan demi mewujudkan sepatu IOFIT yang mampu mengundang ketertarikan konsumen.

IOFIT by Salted Venture

Salted Venture sudah siap untuk tampil dan mendemonstrasikan IOFIT di ajang MWC 2016 pada 22 – 25 Februari mendatang. Mereka berharap bisa mengumpulkan masukan dari para pengunjung serta menggaet lebih banyak lagi pabrikan sepatu yang tertarik bekerja sama dengan mereka.

Ke depannya, Salted Venture berencana untuk membuka pre-order IOFIT dalam bentuk kampanye crowdfunding, berdasarkan laporan VentureBeat. Banderol harganya diperkirakan berkisar $149 untuk versi standar, dan $199 untuk versi golf.

Sumber: Samsung.

[Rumor] Kabarnya BlackBerry Lagi Garap Smartphone Android

Pertanyaan bertema ‘Pernahkan terpikir bagi BlackBerry untuk membuat smartphone ber-platform Android?’ cukup sering diucapkan oleh jurnalis dalam bincang-bincang ringan. Tim BlackBerry biasanya enggan memberi komentar, seraya menuturkan bahwa mereka mempunyai target pasar berbeda dan para pengguna setia. Tapi apakah mereka akan terus seperti itu? Continue reading [Rumor] Kabarnya BlackBerry Lagi Garap Smartphone Android

Huawei Rilis Smartwatch Android Wear Pertama Mereka, Huawei Watch

Ajang Mobile World Congress (MWC) 2015 menjadi sarana bagi Huawei untuk memamerkan beberapa produk terbarunya. Yang paling mencuri perhatian bisa jadi adalah jam tangan pintar Android Wear, Huawei Watch.

Continue reading Huawei Rilis Smartwatch Android Wear Pertama Mereka, Huawei Watch

‘Curi Start’ Menjelang MWC, LG Luncurkan Empat Smartphone Baru untuk Kelas Menengah

Salah satu ajang pameran perangkat mobile tahunan terbesar Mobile World Congress (MWC) akan digelar tidak lama lagi, tepatnya pada tanggal 2 sampai 5 Maret 2015, di kota Barcelona, Spanyol. Seminggu sebelumnya, LG sudah ‘curi start’ dengan memperkenalkan empat smartphone baru untuk kelas menengah. Continue reading ‘Curi Start’ Menjelang MWC, LG Luncurkan Empat Smartphone Baru untuk Kelas Menengah