Indosurya Finance Perbarui Situs, Kenalkan Diri Sebagai Layanan “Online Lending”

Indosurya Finance (PT Indosurya Inti Finance) meluncurkan fitur pembiayaan UKM melalui situs terbarunya indosurya.finance. Sebagai perusahaan multifinance yang fokus pada fasilitas pembiayaan untuk UKM, pembaruan ini diharapkan bisa mempermudah pengenalan perusahaan ke kalangan millennial sebagai suatu layanan online lending.

“Perkembangan teknologi yang kini semakin pesat pergerakannya mendorong kami untuk mulai berinovasi, terlebih kami juga ingin mengedukasi masyarakat secara lebih luas lagi bahwa perusahaan multifinance seperti kami bisa menjadi solusi terbaik untuk mengajukan pembiayaan pinjaman usaha dan hal itu dapat terjadi melalui penerapan strategi layanan berbasis teknologi,” terang Managing Director Indosurya Finance Mulyadi Tjung.

Kepada DailySocial, Mulyadi menerangkan bahwa melalui situs barunya Indosurya Finance mencoba menghadirkan fitur yang memudahkan dan membuat proses pengajuan pinjaman lebih transparan dan respon yang lebih cepat.

Salah satu alasan Indosurya Finance menghadirkan fitur pinjaman langsung adalah pertumbuhan UKM yang digerakkan oleh generasi milenial, dengan ide-ide dan model bisnis yang dijalankan secara kreatif. Hal ini tidak terlepas dari keaktifan generasi milenial dalam penggunaan teknologi.

“Lebih mengenalkan Indosurya ke younger audience bahwa selain bank, ada Indosurya Finance yang dapat memberikan solusi modal kerja dan proses yang lebih transparan sehingga tidak perlu lagi melalui pihak ketiga,” terang Mulyadi.

Menurut pengamatan DailySocial, saat ini pemanfaatan teknologi finansial di situs Indosurya Finance belum ketara jika dibanding pesaingnya. Mereka berjanji perusahaan terus mengembangkan inovasi selanjutnya berupa aplikasi mobile, sambil menambah fitur lain di situs.

“Target dari sisi pertumbuhan dapat tumbuh YoY 20% dari sisi pertumbuhan asset,” ujar Mulyadi tentang target tahun ini.

Adira Finance Resmikan Aplikasi “Akses”, Dorong Transformasi Bisnis ke Digital

Perusahaan pembiayaan Adira Finance meresmikan kehadiran aplikasi Akses sebagai awal komitmen perusahaan terjun ke ranah digital. Sebelumnya, aplikasi ini dirilis dalam bentuk beta pada September 2017.

Akses adalah aplikasi pelayanan konsumen dengan berbagai fitur yang memudahkan komunikasi dengan perusahaan, termasuk fitur notifikasi dan reminder jatuh tempo dan overdue cicilan, informasi detil kontrak konsumen, lokasi cabang terdekat, simulasi kredit, informasi produk, dan jejak angsuran yang terbayar.

“Sebagai salah satu perusahaan multifinance terbesar di Indonesia dengan lebih dari tiga juta nasabah aktif, Adira Finance terus berinovasi untuk meningkatkan pelayanan kepada para konsumen yang kian beralih ke digital,” ujar Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli, Rabu (21/3).

Saat ini total konsumen Adira Finance mencapai 3,7 juta orang dengan 3 juta di antaranya adalah konsumen aktif. Sekitar 80% adalah konsumen untuk pembiayaan motor, 10% adalah pembiayaan roda empat, dan sisanya adalah pembiayaan elektronik.

Konsumen kini tidak perlu mengantre ke kantor cabang untuk melunasi cicilannya. Begitu pun kantor cabang juga bisa berhemat kertas karena rekam jejak pembayaran konsumen telah tersimpan secara digital. Aplikasi ini tak hanya ditujukan untuk nasabah existing, non nasabah pun juga bisa. Hanya saja terdapat perbedaan dari sisi fitur yang bisa diakses.

Tampilan aplikasi Akses Adira Finance

Dengan berbagai fitur ini, sambung Hafid, konsumen bisa memanfaatkan hal-hal yang melekat dengan produk Adira Finance. Ke depannya bakal dirilis berbagai fitur tambahan, misalnya dalam waktu dekat adalah pengajuan kredit untuk pembiayaan apapun secara online.

Nantinya konsumen dapat melakukan top up saldo ke dalam aplikasi lewat Bank Danamon dan ATM Bersama memanfaatkan virtual account (VA).

Tersedia pula fitur live chat untuk terhubung dengan tim customer service Adira Finance, reservasi pengambilan BPKB ketika angsuran sudah lunas, dan pengajuan perpanjangan STNK secara online.

“Aplikasi ini bisa jadi tambahan nilai tambah buat para debitur dan non debitur, agar ke depannya mereka bisa lebih sticky dengan layanan dari Adira Finance,” tambah Head of IT Adira Finance Dodi Yuliarso Soewandi.

Dalam pengembangan aplikasi ini, menurut Dodi, perusahaan menggandeng pihak ketiga sebagai mitra teknologi. Untuk sementara, Akses tersedia di platform Android atau melalui situs resmi.

Application Information Will Show Up Here

Investree Galang Dana untuk Ekspansi Regional

Bertujuan mengembangkan produk dan ekspansi ke kota lain di Asia Tenggara, layanan peer-to-peer lending (P2P) Investree sedang dalam proses eksekusi penggalangan dana. Jika sesuai dengan target, dak pertengahan kuartal tahun ini.

Disinggung siapakah venture capital yang bakal menjadi investor di tahapan Seri B ini, Co-founder dan CEO Investree Adrian Gunadi mengungkapkan nantinya pendanaan kali ini akan dipimpin financial services asing bersama dengan investor lainnya.

“Saat ini masih dalam tahap eksekusi dan belum final, jika sudah di-approve oleh OJK target kami pertengahan tahun 2018 sudah kami dapatkan pendanaan tersebut.”

Salah satu negara di Asia Tenggara yang diincar oleh Investree adalah Filipina, melihat adanya kesamaan behaviour pengguna dan sisi layanan keuangan seperti di Indonesia. Sebelumnya Investree juga telah meluncurkan teknologinya di Vietnam.

Kolaborasi dengan multifinance dan perbankan

Untuk mengembangkan model bisnis, Investree memiliki rencana scale up dengan menghadirkan marketplace P2P ke lender. Hal ini membuka kesempatan bagi Investree untuk menjalin kemitraan dengan bank dan multifinance.

“Kita lihat P2P akan makin berkembang jika adanya kolaborasi dengan sektor perbankan hingga instansi terkait. Kerja sama dengan multifinance sudah berjalan sementara dengan bank rencananya akan diluncurkan pada bulan April nanti,” kata Adrian.

Untuk implementasi proses akuisisi, inisiasi, dan collection borrower, Investree menyebutkan akan menerapkan cara yang biasa dilakukannya. Tidak ada penyaringan kembali dari bank dan multifinance untuk borrower.

“Meskipun Investree bermitra dengan sektor perbankan dan multifinance, namun proses akuisisi hingga collection akan disesuaikan dengan proses dari Investree. Dengan demikian dapat menekan pengeluaran dari bank dan multifinance,” kata Chief Risk Officer Investree Amalia Safitri.

Investree mengklaim proses pengajuan pinjaman hanya berkisar selama lima hari, sementara jika dilakukan di bank bisa mencapai hingga satu bulan. Selain bank lokal, Investree nantinya menghadirkan pilihan bank asing dan institusi keuangan asing sebagai lender Investree.

Platform alternatif untuk usaha kreatif

Saat ini Investree telah memiliki 16 ribu lender terdaftar, sementara jumlah lender aktif diklaim sudah mencapai 5 ribu. Lokasi lender pun diklaim telah tersebar hingga ke seluruh Indonesia.

Untuk jumlah borrower sendiri Investree telah memiliki sekitar 330 borrower yang kebanyakan berasal dari kalangan UKM. Pembagian kategori borrower adalah dari kalangan industri kreatif, jasa, dan outsourcing.

“Kami mencatat banyak event organizer, layanan katering, dan layanan jasa sekuriti yang melakukan peminjaman jangka pendek melalui Investree. Hal tersebut terjadi karena kemudahan dan cepatnya proses hingga uang dicairkan,” kata Adrian.

Borrower lain disebut banyak juga yang berasal dari merchant layanan e-commerce di Indonesia.

Secara akumulatif Investree sudah memfasilitasi penyaluran dana sekitar Rp 600 miliar hingga bulan Febuari 2018. Ditargetkan akhir tahun ini, Investree bisa memfasilitasi hingga Rp 1 triliun.

“Di Indonesia sendiri Investree sudah hadir di Jabodetabek, Semarang dan Surabaya. Namun untuk memperluas pasar kita juga akan terus melakukan edukasi sekaligus memperbanyak kemitraan dengan sektor perbankan, institusi keuangan, payment gateway, agregator dan masih banyak lagi,” tutup Adrian.

Application Information Will Show Up Here

Platform “Digital Tunai Kita” Segera Diakusisi Multifinance Danasupra

Perusahaan pembiayaan Danasupra Erapacific (Danapac) mengumumkan akuisisi startup p2p lending Digital Tunai Kita (DTK) guna mewujudkan ambisinya dalam menurunkan kredit macet dalam penyaluran pembiayaan lewat teknologi.

Presiden Direktur Danapac Odang Muchtar menuturkan, perusahaan tengah dalam proses due diligence atas kesepakatan jual beli saham DTK yang masih berjalan. Danatrac telah menandatangani dokumen Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat (PJBSB) untuk membeli saham DTK dari Kresna Usaha Kreatif (KUK), anak usaha Kresna Graha Investama, dan JAS Kapital pada 6 Maret 2018. Diprediksi finalisasi transaksi bakal rampung pada Mei 2018.

“Sebagai listed company, perseroan akan selalu mematuhi seluruh peraturan dan perundangan yang berlaku dan menjunjung tinggi prinsip GCG, dan kehati-hatian guna menciptakan nilai tambah yang maksimal dan berkelanjutan tinggi bagi para pemangku kepentingan perseroan,” tuturnya seperti dikutip dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia,” Kamis (15/3).

Menurut Odang, rencana pemanfaatan teknologi terkini adalah salah satu strategi utama perseroan guna memantapkan posisinya sebagai perusahaan pembiayaan terkemuka. Terlebih, teknologi lending robot yang dimiliki DTK dinilai penting untuk membantu perseroan terutama dalam hal proses modernisasi proses credit underwriting dan manajemen kredit macet berdasarkan analisa kredit dari sisi perilaku pemohon kredit.

“Investasi di DTK merupakan salah satu langkah yang diambil perseroan untuk mempercepat adopsi teknologi dan selalu berada satu langkah di depan di antara para pesaingnya di pasar, tidak hanya dalam hal peningkatan kepuasan konsumen namun juga dalam memperkokoh sistem manajemen risiko perseroan,” sambungnya.

Akan tetapi saat dihubungi terpisah oleh DailySocial untuk dimintai komentarnya lebih lanjut, baik pihak Kresna Graha Investama maupun DTK menolak untuk memberikan pernyataannya. “Belum bisa komentar untuk yang ini [akuisisi DTK],” terang Managing Director Kresna Graha Investama Surjandy Jahja dan COO Andry Huzain, saling kompak.

Sebagai informasi, Kresna Graha terhubung dengan DTK maupun Danapac lewat kepemilikan saham yang ditanamkan di kedua perusahaan tersebut. Di dalam DTK, terdapat tiga pemegang saham, yakni KUK, JAS Kapital, dan WeCash, startup asal Tiongkok yang bergerak sebagai penyedia big data dan machine learning untuk evaluasi kredit konsumen dan co-underwrite.

Ketiga pemegang saham di atas memiliki afiliasi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Kresna Graha. Kendati belum diketahui persentase saham yang dimiliki masing-masing perusahaan.

Tak hanya itu, per kuartal III/2017 Kresna Graha memiliki saham di Danapac sebesar 9,71%. Serta anak-anak usaha dari Kresna Graha seperti Asuransi Jiwa Kresna (11,33%) dan Asuransi Kresna Mitra (8,18%) juga merupakan shareholder Danapac. Sehingga Danapac terafiliasi dengan Grup Kresna.

Kinerja bisnis Digital Tunai Kita

DTK telah terdaftar di OJK sejak 24 Agustus 2017, merupakan startup yang bergerak di segmen p2p lending dengan memanfaatkan kombinasi antara prinsip finansial, teknologi mobile, big data, dan machine learning untuk menghasilkan lending robot. Bagi penyandang dana, teknologi tersebut dipakai untuk mengevaluasi kelayakan kredit konsumen, mencegah fraud, dan menyetujui pengajuan pinjaman.

Dalam model bisnisnya, DTK bekerja sama dengan multifinance dan perbankan untuk mempermudah akses konsumen mendapatkan kredit tanpa agunan, pembiayaan pembelian barang, serta menurunkan kredit macet secara signifikan.

Saat ini DTK menawarkan pinjaman cicilan tunai berkisar Rp4 juta sampai Rp20 juta yang dapat diangsur dengan tenor 3-6 bulan. Produk lainnya untuk pinjaman jangka pendek berkisar Rp1 juta sampai Rp5 juta dengan tenor fleksibel antara 10-30 hari.

Ekspansi Bisnis, Startup Gadai Online Pinjam Segera Galang Pendanaan Seri B Tahun Depan

Perusahaan gadai online Pinjam mengungkapkan persiapan untuk menggalang pendanaan seri B tahun depan sebagai langkah untuk ekspansi bisnis. Dipastikan proses tersebut akan selesai menjelang akhir tahun depan.

Co-Founder dan CEO Pinjam Teguh Ariwibowo menuturkan perusahaan berencana menggunakan dana segar tersebut untuk menambah lokasi bisnis di luar Jakarta. Pinjam membidik tiga sampai lima provinsi baru, hanya saja nama lokasinya masi dirahasiakan.

Dalam POJK Nomor 31 Tahun 2016, ruang lingkup bisnis pergadaian swasta ditetapkan berdasarkan lingkup wilayah usaha yaitu kabupaten/kota atau provinsi. Untuk ruang lingkup wilayah kabupaten, modal disetor yang ditentukan minimal Rp500 juta. Sementara, untuk lingkup provinsi minimal Rp2,5 miliar.

Menurut Teguh, sebagai perusahaan yang telah diawasi OJK, pihaknya akan tetap menaati aturan. Kendati, Pinjam adalah perusahaan gadai online, yang mana ruang lingkup bisnisnya tidak kenal batas.

“Per 12 Februari 2017, kami baru memegang izin untuk wilayah DKI Jakarta saja. Untuk ekspansi wilayah, masih dipertimbangkan skema yang akan dipilih apakah bentuk PT baru atau pakai skema P2P lending. Ini masih dalam tahap konsultasi dengan OJK,” terangnya, Kamis (12/10).

Terkait calon investor yang akan masuk ke Pinjam, Teguh menuturkan sesuai regulasi investor yang masuk ke pergadaian swasta harus dimiliki penuh oleh lokal. Artinya, Pinjam tidak bisa menerima investor dari luar negeri untuk menjadi pemegang saham.

Sebelumnya, pada pertengahan tahun lalu Pinjam telah menerima pendanaan tahap awal sekaligus seri A dari investor dengan identitas dan nominal yang tidak disebutkan.

Saat ini, Pinjam telah melayani sekitar 2.500 nasabah, dan memiliki 30 ribu anggota sekitar 70% diantaranya adalah nasabah gadai dan sisanya pinjaman usaha. Adapun, nilai rata-rata transaksi gadai per nasabah sekitar Rp2 juta sampai Rp5 juta. Sementara, untuk bisnis pinjaman sekitar Rp25 juta sampai Rp50 juta.

Perluas layanan gadai emas

Untuk memperluas cakupan layanan, Pinjam dan perusahaan pembiayaan Columbia melakukan kerja sama strategis khusus untuk melayani produk gadai emas. Lewat kemitraan ini, konsumen dapat langsung mendatangi 16 gerai Columbia yang ada di wilayah DKI Jakarta.

Kehadiran Columbia, turut menambah rekanan gerai Pinjam yang sudah terjalin sebelumnya dengan toko emas dan beberapa gerai Kantor Pos. Untuk proses bisnisnya, nasabah dapat memilih tiga pilihan saat berencana untuk menggadaikan emasnya, mereka dapat mengunjungi outlet Columbia/mitra, atau pick up service.

Saat mengunjungi outlet, nasabah dapat langsung menemui penaik emas yang telah dilatih Columbia dan Pinjam. Bila ingin pick up service, tenaga Pinjam akan datang ke alamat yang diinginkan. Nantinya emas yang digadaikan nasabah akan disimpan dalam brankas Columbia yang sudah diasuransikan sebelumnya.

“Karena ini adalah aliansi bisnis, maka kedua perusahaan akan sharing risiko dan sharing profit.”

Lewat kemitraan ini Pinjam menargetkan bisnis gadai emasnya dapat menjaring 1.000 nasabah baru dalam enam bulan ke depan. Teguh memberi gambaran, besaran nominal gadai emas per nasabah sekitar Rp2 juta sampai Rp5 juta.

Artinya, bila angka tersebut dikalikan maka Pinjam berharap dapat menyalurkan sekitar Rp2 miliar sampai Rp5 miliar. Untuk tenor yang ditawarkan berkisar antara 1 minggu sampai 16 minggu dengan besaran kupon mulai dari 0,5% per minggunya.

Selain menggandeng Columbia, Pinjam akan memperkuat penetrasi bisnis dengan menambah mitra layanan. Menurut Teguh, untuk kemitraan tidak harus dengan perusahaan yang bergerak di sektor finansial saja, tapi juga sektor lainnya seperti logistik dan ritel.

Marketing & Operation Director Columbia Nopi Susanto menambahkan kemitraan dengan Pinjam merupakan bagian dari pilot project perusahaan. Pihaknya menyediakan infrastruktur dan sumber daya manusia, sementara Pinjam memberikan teknologinya. Setiap transaksi yang berhasil, akan ada pembagian hasil untuk kedua perusahaan.

BFI Finance Dirikan Anak Usaha Khusus Layani P2P Lending

Perusahaan pembiayaan BFI Finance mendirikan anak usaha khusus melayani peer-to-peer lending dengan nama badan hukum PT Finansial Integrasi Teknologi (PT FIT). Perseroan mengucurkan dana sebesar Rp2,5 miliar untuk ditempatkan sebagai modal disetor.

Dalam keterbukaan informasi di BEI, BFI menyampaikan besaran saham yang dimiliki perseroan dalam FIT adalah mayoritas dengan persentase 99,96% senilai Rp2,49 miliar. Besaran kucuran dana ini, secara regulasi telah sesuai dengan ketentuan yang diberlakukan OJK untuk mengajukan perizinan.

Kendati demikian, FIT belum mengajukan proses pendaftaran sebelum memperoleh perizinan ke regulator. Pendirian FIT baru mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Dihubungi secara terpisah oleh DailySocial, Direktur FIT Herman Handoko menuturkan pendirian anak usaha ini menjadi upaya perseroan untuk mendukung pertumbuhan bisinis dari sisi akuisisi secara digital. Kehadiran FIT diharapkan dapat memudahkan akses layanan bagi masyarakat dengan menggunakan teknologi terdepan.

Segmen konsumen FTI, sambungnya, akan menggarap segmen millennial sebagai salah satu perluasan channel BFI. Penyaluran pembiayaan yang dilakukan FIT juga akan lebih fleksibel dari sisi agunannya. Sementara BFI akan tetap fokus pada pembiayaan kendaraan bekas sebagai sektor utamanya.

“Dengan demikian, layanan jasa keuangan yang kompetitif dan praktis untuk digunakan secara luas bagi masyarakat Indonesia dengan penetrasi internet yang semakin baik,” terangnya.

Untuk sementara, situs FIT belum secara resmi hadir. Begitu pula untuk model bisnis yang akan dihadirkan. Herman hanya menuturkan bahwa FIT baru sampai pada tahap penyediaan platform untuk mempermudah konsumen mendapatkan akses pembiayaan, membangun proses IT agar dapat lebih cepat mengambil keputusan.

“Yang pasti, semua berkaitan dengan penyediaan proses pengajuan dan approval yang bersifat seamless dan cepat.”

Sebelumnya, BFI juga telah menjadi mitra pembiayaan untuk layanan kredit virtual Kredivo. Terkait hal ini Herman memastikan bahwa kerja sama antara kedua perusahaan terus berlanjut.

Platform SaaS Jari Permudah Proses Penagihan Sektor “Multifinance”

Proses penagihan pekerja lapangan yang tidak terpantau secara online, seringkali menjadi kesulitan yang belum bisa dipecahkan oleh perusahaan pembiayaan (multifinance). Lancar atau tidaknya penagihan bakal berdampak pada pembiayaan macet atau non performing financing (NPF) yang menjadi tolak ukur sehat atau tidaknya sebuah layanan multifinance.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, PT Jari Solusi Internasional (Jari) hadir dengan meluncurkan aplikasi Jari Mobile Collection. Semangat yang diusung ialah mempermudah proses penagihan yang didukung dengan teknologi komputasi awan, didukung dengan pembayaran MPOS (mobile point of sales) melalui aplikasi mobile.

Jari secara resmi telah beroperasi sejak September 2016 dan telah mengeluarkan satu produk, Jari Mobile Collection. Rencananya Jari akan meluncurkan empat produk berbasis B2B yang nantinya secara menyeluruh mendukung sistem kerja layanan multifinance. Tiga produk lainnya yang sedang disiapkan adalah Mobile Survey, Mobile Surveillance, dan Mobile Quest.

“Seluruh produk yang kami siapkan secara end-to-end mendukung multifinance untuk proses penagihan. Sesuai dengan visi kami menjadi mobile solution provider untuk industri perusahaan pembiayaan di Indonesia,” terang Co-Founder dan Direktur Jari Stephanus Lutfi kepada DailySocial, Senin (21/8).

Di dalam aplikasi Mobile Collection, terdapat berbagai fitur seperti live tracking, task management, online payment, dan informative dashboard. Seluruh fitur tersebut diharapkan mempermudah manajemen perusahaan untuk memantau kolektor lewat fitur dashboard monitoring.

Tak hanya itu, proses penagihan jadi paperless, lebih efisien, meningkatkan produktivitas pekerja, serta mengurangi potensi fraud. Dari sisi nasabah akan lebih nyaman karena prosesnya dilakukan dengan simpel dan praktis.

Untuk proses pembayarannya, kolektor dipersenjatai dengan mesin MPOS Cashlez yang merupakan mitra Jari. Dengan mesin tersebut, kolektor bisa menerima pembayaran tunai melalui kartu debit. Setelah pembayaran diterima, bukti akan langsung dicetak pada saat itu juga.

“Tadinya seluruh proses pembayaran pakai kuitansi manual, ini berpotensi terjadinya fraud dan tidak paperless bagi perusahaan. Kolektor dapat secara online melaporkan seluruh kegiatannya di lapangan. Data pun sudah terintegrasi cloud di kantor pusat, sehingga mereka tidak perlu khawatir meski tidak mendapat jaringan di daerahnya.”

Target Jari

Lutfi meyakini layanan yang dihadirkan Jari dapat menjawab permasalahan yang kerap dihadapi perusahaan multifinance di Indonesia. Pihaknya membidik layanan multifinance lapis kedua sebagai penggunanya. Adapun total  perusahaan di sektor ini di Indonesia mencapai 297 perusahaan.

Saat ini aplikasi Mobile Collection sudah digunakan oleh dua layanan multifinance, yakni Trihamas dan Procar. Total pengguna (kolektor) yang dihimpun dari dua perusahaan tersebut sekitar 700 orang.

“Selain menargetkan [layanan] multifinance baru sebagai pengguna kami, berikutnya akan meluncurkan produk kedua yakni Mobile Surveillance pada akhir bulan ini,” pungkas Stephanus.

Aplikasi Mobile Collection hanya tersedia untuk pengguna Android. Untuk pendanaan, Jari diungkapkan telah menerima suntikan angel investor dengan nilai yang tidak disebutkan.


Andriansyah Agustian berpartisipasi dalam penulisan artikel ini

Platform P2P Lending Crowdo Bermitra dengan BFI Finance, Layani Pinjaman Berbasis Agunan

Platform peer to peer lending asal Singapura Crowdo resmikan kemitraan dengan perusahaan pembiayaan PT BFI Finance guna meningkatkan akses terhadap pembiayaan UKM.

Dengan menganut konsep referensi, calon debitur dapat mengajukan pinjaman di platform Crowdo dengan menjaminkan BPKB kendaraannya, baik itu motor atau mobil, serta aset tetap seperti rumah. Pinjaman terbuka untuk keperluan bisnis juga pribadi. Selanjutnya, pihak Crowdo akan menyerahkan ke BFI untuk tinjauan lebih lanjut.

“Ini adalah kesemptan yang luar biasa bagi kami untuk memperluas jangkauan Crowdo ke seluruh Indonesia. [..] kemitraan dengan BFI, akan mempercepat pemberian solusi bagi pelanggan. [..] Kami berkomitmen untuk mengatasi hambatan dalam mengakses layanan keuangan dan mendorong bisnis [..],” kata General Manager Crowdo Indonesia Cally Alexandra dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial, Jumat (26/5).

Business Strategy Department BFI Mahendra Kesumah menambahkan kemitraan antara kedua perusahaan merupakan strategi BFI dalam rangka memperluas kegiatan usaha perusahaan pembiayaan. Seperti yang tercantum dalam POJK Nomor 29, perusahaan pembiayaan tidak hanya dapat memberikan pembiayaan kendaraan saja, tapi sudah diperluas ke investasi, modal kerja, dan multiguna.

“BFI melihat Crowdo sebagai salah satu p2p lending dengan visi yang sama seperti kami. Kami juga pertimbangkan pengalaman Crowdo, mereka tidak hanya mengerti pasar di Indonesia, tapi juga di Malaysia dan Singapura,” ucap Mahendra.

Ke depannya, Crowdo berkomitmen untuk terus memperluas kemitraan dengan perusahaan lainnya demi kemudahan akses pinjaman untuk UKM di Indonesia.

Sebelumnya, Crowdo juga meresmikan kemitraan dengan MatahariMall untuk program “Super Loan”. Dari program tersebut, penjual di MatahariMall berkesempatan untuk mengambil pinjaman antara Rp50 juta sampai Rp200 juta dengan bunga 1%-3% per bulannya.

JD.id Resmikan Kerja Sama dengan KreditPlus untuk Fasilitas Cicilan Kredit

PT Jingdong Indonesia Pertama (JD.id), anak perusahaan e-commerce patungan dari JD.com (Tiongkok) dan Provident Capital, meresmikan kerja sama dengan PT Finansia Multi Finance (Kredit Plus) untuk fasilitas cicilan kredit. Dengan adanya kerja sama ini, konsumen dapat memilih cara pembarayan baru selain cash on delivery (CoD), kartu kredit, dan bank transfer dengan memanfaatkan cicilan tanpa menggunakan kartu kredit dari Kredit Plus.

Sebelum meresmikan kerja sama dengan Kredit Plus sebenarnya JD.id sudah bekerja sama dengan perusahaan fintech Tunaiku untuk fasilitas cicilan tanpa kartu kredit. Dari kedua perusahaan ini, rupanya 55% konsumen JD.id memilih untuk menggunakan Kredit Plus.

Pihak JD.id dan Kredit Plus mengungkapkan sebenarnya kerja sama sudah mulai dilakukan sejak Juli 2016. Namun pada saat itu secara sistem belum terintegrasi secara optimal karena belum sepenuhnya online. Kali ini, kedua belah pihak mengumumkan sistem yang telah terintegrasi dan paperless, dengan kelebihan pemrosesan input data hingga survei know your costumer (KYC) bisa dilakukan lebih cepat.

“Sebenarnya mulai Juli 2016 sudah jalan [kerja sama], namun masih manual on paper sambil upaya integrasi sistem. Sekarang sudah terintegrasi online sistemnya,” terang Abraham Harahap selaku Head of Partnership & Alliance JD.id, Kamis (1/12).

Dia melanjutkan saat ini jumlah pengguna yang sudah berbelanja di JD.id menggunakan Kredit Plus sebanyak 600 orang. Sementara, dari segi nilai transaksi awal di Juli 2016 baru mencapai Rp 280 juta, perlahan meningkat jadi Rp1 miliar di dua bulan kemudian.

Setelah data terintegrasi online sejak beberapa waktu lalu, kini nilai transaksi sudah menembus angka Rp 2,76 miliar per 23 November 2016. Pencapaian yang dinilai cukup baik ini membuat pihaknya optimis menargetkan transaksi di JD.id meningkat ke angka 4500 – 5000 transaksi per bulannya tahun depan.

Pihaknya juga menargetkan porsi pembayaran cicilan tanpa kartu kredit dari kerja sama yang sudah dilakukan bersama Tunaiku dan Kredit Plus diharapkan dapat mencapai 10-15% dari total transaksi.

Selama ini cara pembayaran dengan kartu kredit jadi pilihan yang paling banyak dipilih konsumen JD.id, mengingat kartu kredit adalah cara pembayaran yang sudah ada sejak pertama kali perusahaan ini didirikan pada tahun lalu.

“Dari realisasi pertumbuhan yang tinggi dari cicilan tanpa kartu kredit, kami menargetkan porsinya bisa terus bertambah jadi sekitar 10-15% pada tahun depan, dapat terus menggeser metode pembayaran lainnya.”

Untuk menikmati cicilan dari Kredit Plus, pihak JD menentukan rentang harga produk yang bisa diberikan adalah antar Rp 1,25 juta sampai Rp 20 juta.

Untuk produk seperti handphone, phablet, game console, alat musik dan alat fitness, maksimal cicilan yang bisa diberikan yakni Rp 10 juta. Sementara untuk produk perabot rumah tangga, furnitur, audio video, komputer dan notebook, dan baby stroller, maksimalnya adalah Rp 20 juta.

Adapun bunga kredit yang diberikan mulai dari 2,99% per bulannya tergantung kategori barang dan tenornya. Proses persetujuannya pun maksimal tiga hari, sementara pembayaran cicilan dapat dilakukan melalui Alfamart, Indomaret, ATM, dan Kantor Pos.

Vincentius Rahina Surya, GM Business Development Kredit Plus, menambahkan perusahaan mulai merambah sistem online sejak dua tahun lalu. Dia mengklaim, perusahaan bisa dibilang salah satu perusahaan pembiayaan terdepan untuk sistem online-nya dan pionir untuk cicilan kredit di layanan e-commerce.

Potensi yang bisa diberikan dari pembiayaan online masih sangat luas dan belum banyak daerah yang bisa menikmati layanan ini. Ditambah, belum semua perusahaan e-commerce menyediakan fasilitas cicilan tanpa kartu kredit. Saat ini, porsi pembiayaan yang dikontribusikan dari layanan e-commerce mencapai 10% dibandingkan pembiayaan secara konvensional sebesar 90%.

“Bangun sistem online itu tidak mudah, namun kami sudah mulai jalani ini sejak dua tahun lalu. Bisnis pembiayaan secara konvensional masih tetap kami jalankan, porsinya terhadap total pembiayaan sekitar 90%. Kami menargetkan porsi pembiayaan online bisa mencapai 40%-50% di beberapa tahun mendatang,” terang Vincentius.

Alasan JD.id memilih Kredit Plus menjadi mitra cukup masuk akal. Pasalnya, Kredit Plus merupakan salah satu perusahaan pembiayaan yang sudah beroperasi sejak 1994. Perusahaan ini sudah memiliki kantor cabang di 260 titik yang tersebar di 53 kota besar di seluruh Indonesia.

Pembayaran angsuran dapat dilakukan di lebih dari 9 ribu ATM, kantor pos, Alfamart, Indomaret, maupun Pick Up Payment. Konsumen juga dapat dengan mudah mengetahui informasi jumlah cicilan dan tanggal jatuh tempo melalui aplikasi mobile Kredit Plus Mobile.

Tak hanya dengan JD.id, Kredit Plus juga sudah bermitra dengan elevenia untuk layanan cicilan serupa.

Application Information Will Show Up Here