GenPro, Laptop 2-in-1 Berbasis Windows 10 Murah Resmi Diperkenalkan

Evercoss resmi menghadirkan sub brand baru bernama GenPro yang dalam perjalanannya nanti akan memfokuskan diri di segmen PC. Sedangkan Evercoss akan tetap di ranah mobile yang selama ini digelutinya.

Untuk menandai hadirnya adik baru itu, Evercoss langsung memperkenalkan produk perdana di bawah bendera GenPro yang diwujudkan dalam produk laptop 2-in-1. Demi memuluskan debutnya, Evercoss telah menggandeng Intel untuk menopang dan memastikan performa perangkat mampu menjawab kebutuhan pasar. Dalam hal ini, GenPro menargetkan konsumen pelajar yang memang membutuhkan dukungan perangkat yang ringkas.

GenPro PC 2-in-1 dijual seharga Rp 2,9 juta-an/Yangcanggih
GenPro PC 2-in-1 dijual seharga Rp 2,9 juta-an/Yangcanggih

Target pasar yang dituju diterjemahkan dalam desain GenPro laptop 2-in-1. Di depan, laptop mengemas layar 10 inci sehingga mudah dibawa ke sekolah atau kegiatan ekskul. Sesuai dengan konsepnya, laptop dapat difungsikan sebagai tablet dengan cara melepas keyboard yang tersambung melalui mekanisme magnet. Sentuhan Microsoft juga terasa kental dengan hadirnya kickstand yang berfungsi membantu perangkat “berdiri” di posisi yang stabil.

“Penetrasi komputer di pelajar Indonesia masih sekitar 6 persen untuk itu Genpro ini dibuat agar menunjang dunia pendidikan,” ucap Harry K. Nugraha, Country Manager Intel Indonesia di Jakarta, Rabu (28/9) dikutip dari CNNIndonesia.

Demi memberikan performa yang optimal, Evercoss membenamkan prosesor Intel Atom X5-Z8300, RAM 2GB dan penyimpanan internal hingga 128GB. Evercoss juga memberikan opsi ekspansi memori melalui slot microSD di sisi perangkat.

Di sisi interface, GenPro laptop 2-in-1 dilengkapi fitur khusus Cortana yang dapat dipergunakan untuk membuat jadwal sekolah, belajar atau kegiatan sekolah lainnya. Tak hanya itu, Evercoss juga membenamkan aplikasi GenPro Edu yang berisikan bank soal nasional, simulasi dan soal try out.

Mengusung baterai 5.000mAh, GenPro laptop 2-in-1 mampu menunjang aktivitas pelajar secara optimal. Di samping dukungan sederet port seperti USB 3.0 dan juga HDMI. Dengan memori internal yang lega, pelajar juga dapat menyimpan berbagai berkas, tugas dan hal penting lain dengan leluasa.

Chief Marketing Officer Evercoss, Nina R. Wardhani berharap Genpro dapat mengangkat produktivitas pelajar dengan banderol seharga Rp2,9 juta.

Sumber berita CNNIndonesia , Yangcanggih dan gambar header Neton.

Keseriusan MSI di Bidang VR Tampaknya Mendorong Oculus Buat ‘Mendekati’ Mereka

Bagi MSI, manuver mereka di ranah VR dimulai dengan penyediaan laptop VR Ready pertama lalu dilanjutkan oleh pengungkapan prototype backpack PC di Computex 2016. Ide terakhir tersebut MSI realisasikan lewat pengumuman VR One, menjadi produk primadona mereka di Tokyo Game Show kemarin. Keseriusan MSI di virtual reality tampaknya menarik perhatian satu nama besar lagi di bidang itu.

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, VR One dikembangkan secara kooperatif antar dua raksasa teknologi Taiwan, yaitu MSI dan HTC. Saat ini, perangkat tersebut betul-betul dioptimalkan untuk Vive. Rupanya, sang kompetitor utama HTC tidak mau ketinggalan, berdasarkan laporan dari beberapa sumber anonim. Kabarnya, mereka sempat berunding dengan MSI buat meramu device sejenis backpack PC.

Melalui Digitimes, sang informan menjelaskan bahwa sejak Oculus diketahui telah bekerja sama dengan Microsoft untuk mempromosikan produk-produk VR, ada kemungkinan besar MSI akan turut membantu tim yang dinahkodai Palmer Luckey dan Brendan Iribe tersebut buat meningkatkan penjualan di segmen gaming notebook. Sementara itu, sejumlah brand lain juga kabarnya sudah digandeng Oculus VR.

Hasil kolaborasi MSI dan HTC sejauh ini ialah bundel head-mounted display dan gaming notebook, rencananya akan mulai tersedia di bulan Oktober besok. Dan tidak mengherankan jika Oculus VR mencoba mengambil arahan serupa.

Sang narasumber bilang, kehadiran Oculus VR di segmen laptop gaming akan memberi tekanan pada HTC. Buat sekarang, harga Rift memang sedikit lebih unggul dibandingkan Vive dengan gap US$ 200, namun secara teknis, headset garapan HTC itu sedikit lebih canggih berkat kehadiran kamera dan controller. Sampai sekarang, Oculus VR belum menyingkap harga serta info tanggal rilis Touch, tapi ada indikasi periferal ini dibanderol di harga yang tidak murah.

Tersedianya teknologi Nvidia Pascal lewat kartu grafis GeForce GTX seri 10 di notebook memang mengubah segalanya. Ditopang GPU kelas ‘mainstream‘ GTX 1060, laptop-laptop berukuran ramping kini sanggup melakukan hal yang dahulu dibilang mustahil: menangani headset VR high-end. Memasangkan headset VR di notebook memang sedikit bertentangan dengan gagasan ‘portable gaming‘ dan itu alasannya MSI serta produsen-produsen lain turut bereksperimen meracik PC berwujud ransel.

Kompetisi antara Oculus VR dan HTC memang sengit: Oculus VR adalah pionir yang sukses membawa konsep VR ke khalayak umum, mendapatkan topangan finansial dari Facebook. HTC Vive sendiri terbukti sebagai rival tangguh, dengan dukungan Valve di sisi software.

Via Digital Trends.

Asus Perkenalkan Laptop Gaming ROG Strix 17-Inci yang Ramping, Stylish dan Bertenaga

Sudah satu dekade berlalu setelah Asus memperkenalkan Republic of Gamers, dan kini ia diakui sebagai salah satu nama terbesar di segmen gaming. Tapi ROG bukanlah satu-satunya brand gaming sang produsen Taiwan, mereka juga mempunyai Strix, produknya meliputi periferal sampai kartu grafis. Dan di bulan April, muncullah notebook yang mengusung kedua brand.

Notebook ROG Strix berpedoman pada arahan desain keluarga Strix. Ketika pada ROG biasa, Asus sama sekali tidak segan-segan bereksperimen, ROG Strix dirancang dalam wujud ramping dan stylish tanpa mengorbankan performa. Bulan Agustus lalu mungkin Anda telah mendengar rencana Asus meng-upgrade deretan laptop gaming mereka dengan Nvidia GTX seri 10, salah satunya ialah ROG Strix GL502. Dan kali ini, Asus menyingkap varian 17-incinya, dinamai ROG Strix GL702VM.

Asus ROG Strix GL702VM 3

Dari perspektif desain, ROG Strix GL702VM hampir identik dengan GL502, namun dibekali panel lebih luas. Efeknya adalah device terlihat tipis karena Asus mampu menjaga ketebalannya di angka 24.7-milimeter. Tambahan lebar memang mengurangi level mobilitas GL702VM, tapi Asus mengklaim notebook ini tetap ultra-portable, mudah diselipkan dalam tas, serta tidak terlalu membebani punggung karena bobotnya hanya 2.7kg – sempurna untuk event LAN party.

Tentu saja Asus mendandai GL702VM dengan penampilan khas ROG Strix: warna oranye terang menggantikan merah, diterapkan pada LED di punggung laptop, huruf-huruf di keyboard, sampai key-cap WASD.

Asus ROG Strix GL702VM 2

Anda dihidangkan layar 17-3-inci anti-glare dengan teknologi Nvidia G-Sync dan NTSC 72 persen. Panel tersebut merupakan salah satu keunggulan laptop karena berapapun frame rate yang Anda dapatkan, G-Sync memastikan visual game tetap terhidang nyaman, tanpa tearing maupun stuttering. Seperti model GL702, konsumen ditawarkan pilihan display beresolusi 3840X2160 atau full-HD 1920×1080.

Asus ROG Strix GL702VM 1

ROG Strix GL702VM dipersenjatai dua tipe prosesor, yakni Intel Core i5-6300HQ atau i7-6700HQ, dengan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1060, RAM DDR4 32GB, penyimpanan SSD 128GB/256GB/512GB plus hard drive 1TB, dan ada baterai 76WHrs build-in di dalam. Terdapat tiga kipas dan dua heat pipe demi menjaga sistem selalu sejuk – satu unit ‘boost‘ diletakkan di atas GTX 1060 agar tetap berjalan optimal meski dibebani tugas berat.

Produk sudah bisa dipesan melalui Amazon dan Newegg. Versi i7 dengan RAM 16GB-nya dibanderol seharga mulai dari US$ 1.400. Kabarnya, proses distribusi Asus ROG Strix GL702VM akan dilakukan di akhir minggu ini.

Sumber: Asus.

 

InFocus Kangaroo Notebook Ialah Laptop Berisi ‘Dua PC’

Sebagai spesialis proyektor, InFocus turut memperluas dominasinya di ranah pendukung produktivitas kerja dengan menyediakan Mondopad. Tapi perusahaan Amerika ini baru betul-betul mencuri perhatian melalui penyingkapan PC portable bernama Kangaroo di bulan Oktober tahun lalu. Produk tersebut tampaknya cukup sukses karena inkarnasi Kangaroo selanjutnya telah diungkap.

Varian baru Kangaroo itu tidak lagi diramu sebagai mini PC ataupun desktop layaknya versi Pro, namun dikemas dalam wujud laptop. Menariknya, perangkat bernama Kangaroo Notebook itu bukanlah notebook biasa karena ia mengusung konsep modular, dan pada dasarnya menyimpan dua komputer personal berbeda dalam satu device – memungkinkan Anda menggunakan dua sistem operasi berbeda, dan memakainya untuk bekerja ataupun bermain.

Kangaroo Notebook 1

Penyajian ala laptop tentu saja membuat perangkat jauh lebih praktis dan fleksibel. Kangaroo Notebook Notebook tidak memerlukan monitor, mouse ataupun keyboard tambahan. Layaknya laptop, ia sudah dilengkapi rangkaian port, speaker, webcam, microphone, serta Synaptics Clickpad; menyuguhkan layar HD seluas 11,6-inci di tubuh berdimensi 288,9x196x19,9mm dengan bobot hanya 1,2-kilogram.

Kangaroo Notebook dibekali CPU Intel Atom x5-Z8350 1,44GHz, kartu grafis integrated HD Graphics, RAM LPDDR3 2GB, penyimpanan eMMC 32GB yang bisa diekspansi hingga 256GB dengan kartu microSD, mengambil tenaga dari baterai 37Whr/5.000mAh, dan berjalan di platform Microsoft Windows 10 Home 64-bit.

Kangaroo Notebook 2

Hal yang paling membuat Kangaroo Notebook berbeda dari produk laptop biasa adalah ia memungkinkan user men-swap sistem cukup dengan mengganti modul yang tersabung ke chassis. Berkat kemampuan ini, orang lain tidak dapat mengutak-atik profile Anda, kemudian privasi dan keamanan tetap terjaga karena data-data, gambar serta dokumen lain tidak bisa diakses siapapun kecuali sang pemilik.

Menurut InFocus, Kangaroo Notebook akan memberi banyak manfaat dalam pemakaian di rumah. Contohnya: orang tua kini tidak perlu khawatir menyimpan data-data keungan penting di PC keluarga yang biasa dipakai anak-anak buat menonton video atau menikmati game web. Ben Chu dari tim sales Kangaroo menuturkan, “Lewat Kangaraoo Notebook, kami memberikan kendali atas privasi langsung ke tangan konsumen. Desain modular perangkat ini menyajikan fleksibilitas tinggi bagi pengguna.”

Kangaroo Notebook rencananya akan mulai didistribusikan di pertengahan bulan Oktober, dan segera tersedia di ‘musim liburan’ tahun 2016. Perangkat dijajakan di harga US$ 300, dijual secara eksklusif di situs Newegg.

Via Venture Beat. Sumber: Kangaroo.

Dell Hadirkan XPS 13 Varian Baru dengan Prosesor Kaby Lake

Gempuran prosesor Kaby Lake tampaknya sudah mulai marak merambah ranah komputer. Dell baru saja melakukan penyegaran laptop Windowsnya XPS 13 dengan prosesor generasi ketujuh tersebut dengan konfigurasi meliputi Core i3, Core i5 dan Core i7 sesuai dengan budget dan kebutuhan masing-masing pengguna.

Soal profil laptop, Dell masih mempertahankan desain khas dari iterasi terdahulu XPS 13 meskipun yap, Dell membalutnya dengan pilihan warna Rose Gold yang menampilkan tampilan elegan dan segar. Tapi jika Anda tak menyukai warna ini, Dell tetap menawarkan pilihan warna Silver yang memberi kesan mewah lagi kokoh.

516339-dell-xps-13-news
Dell XPS 13 memiliki layar 13,3 inci dan resolusi Quad HD+

Demi memberikan kenyamanan optimal, Dell menghadirkan XPS 13 terbaru dengan layar 13,3 inci beresolusi Quad HD+ (3200 x 1800 piksel) dengan desain nyaris tanpa bezel. Dalam banyak ulasan, varian XPS 13 sebelumnya, mendapatkan banyak sanjungan. Sehingga di iterasi terbaru ini, ada banyak ekspektasi yang tertuju pada Dell.

Kembali mengulas komponen prosesornya, di mana Intel mengklaim CPU Kaby Lake dapat bangun dari mode sleep hanya dalam waktu 0,5 detik, mempu membuat dan men-edit video 4K 8x lebih cepat dan juga lebih hemat daya. Dell XPS 13 sendiri diklaim mampu bekerja selama 22 jam dalam sekali charge.

Konfiguras jeroan XPS 13 terdiri dari Core i3-7100U CPU, Core i5-7200U CPU dan Core i7-7500U CPU dengan pilihan RAM 4, 8 dan 18GB. Opsi penyimpanan internalnya bervariasi antara 128GB hingga 1TB SSD. Sayangnya, notebook tipis ini tak memadai untuk melahap grafis diskrit, sehingga Dell hanya membenamkan Intel HD Graphic 620.

Dell Xps 13 Kaby Lake_1
Dell XPS ditenagai prosesor Intel Kaby Lake yang diklaim lebih powerful dan hemat daya

Dell XPS 13 dengan prosesor Kaby Lake ditawarkan mulai dari $799 untuk varian silver, dan $1,499 untuk varian Rose Gold. Keduanya dijadwalkan mulai dikapalkan pada tanggal 4 Oktober mendatang.

Sumber berita Theverge.

[Review] Acer Aspire S 13, Si Cantik Perkasa Pendukung Kegiatan Kerja

Varian terbaru keluarga Acer Aspire seri S tiba di Indonesia bulan Juni kemarin. Dan di tengah-tengah beragam notebook yang produsen asal Taiwan itu perkenalkan ke konsumen lokal, S 13 berhasil mencuri perhatian berkat desain cantiknya. Ia memang bukan lagi merupakan laptop teringan dan teramping milik Acer, namun tetap menjadi salah satu ultrabook berpenampilan terbaik.

Selama beberapa minggu ke belakang, saya diberi kesempatan buat menjajal sendiri produk menarik ini. Seperti tradisi Acer, Aspire S 13 sebetulnya mempunyai nama yang cukup panjang, yaitu S5-371-58UX. Kode tersebut dipakai untuk menunjukkan komposisi hardware tertentu, dan supaya tidak membingungkan, di review ini saya hanya akan menggunakan nama panggilannya saja.

Pertemuan pertama Anda dengan Aspire S 13 akan meninggalkan kesan yang sulit dilupakan. Meski sudah pernah mencobanya, saya lagi-lagi terkejut pada betapa anggun dan tipisnya device ini. Namun ada pertanyaan besar masih tersisa: ditargetkan pada para pebisnis dan profesional, seberapa efektifkah Aspire S 13 menunaikan tugasnya? Ayo simak ulasan lengkap ini.

 

Design

Sejumlah brand terkemuka memang menjadi kiblat desain, dan itu merupakan hal yang wajar. Tapi lewat Aspire S 13, Acer berhasil membuktikan bahwa mereka mampu meramu produk cantik tanpa perlu mengikuti jejak Apple. Saya pribadi sangat menyukai unit review berwarna obsidian black ini. Cover nano-imprint vertikalnya memberikan kesan aerodinamis, tampak begitu serasi dengan logo Acer dan bagian engsel metalik abu-abu gelap bertuliskan ‘Aspire S’. Seandainya notebook kita ibaratkan sebagai mobil, maka S 13 ialah BMW seri 5.

Acer Aspire S 13 15

Acer Aspire S 13 30

Jangan bosan jika saya kembali membahas soal betapa rampingnya Aspire S 13. Ultrabook ini mempunyai ketebalan 14,5-milimeter, dengan panjang dan lebar 32,766×22,86-sentimeter. Selain lebih mungil dari MacBook Air 13, Aspire S 13 juga lebih ringan, hanya berbobot 1,31-kilogram. Dalam kondisi tertutup, notebook ini nyaman untuk dibawa-bawa dan sangat mudah diselipkan di tas, didukung pula oleh unit charger/adaptor yang kecil.

Acer Aspire S 13 29

Acer Aspire S 13 19

Saat lid dibuka, Anda disuguhkan display 13,3-inci full-HD dengan frame rubberized matte hitam, papan ketik tenkeyless, serta area wrist rest berbahan brushed aluminium. Anda akan melihat sisi ujung berwarna perak yang dipotong rapi, dimaksudkan agar tidak tajam di kulit tangan Anda. Pendekatan serupa turut dipakai di area pembatas touchpad. Perlu diingat, layar Aspire S 13 tidak bisa direntangnya hingga sejajar keyboard, maksimal 120 derajat saja.

Acer Aspire S 13 16

Acer Aspire S 13 20

Tubuh tipis Aspire S 13 tentu memberi dampak pada akses ke hardware. Baterainya ditanam di dalam, lalu komponen lainnya tidak dibuat untuk diutak-atik, walaupun secara teori (tapi tidak disarankan), Anda bisa membuka panel di bawah dengan melepas baut.

Acer Aspire S 13 31

Acer Aspire S 13 32

Terlepas dari upaya Acer memangkas ketebalan device, konektivitasnya tidak perlu Anda cemaskan. Anda bisa menemukan port USB 3.0, slot kartu SD, dan sepasang port audio 3,5mm (output hi-fi) di kiri; serta port HDMI, satu USB 3.0 dan sebuah port USB type-C di kanan.

Acer Aspire S 13 18

 

Build quality

Aspire S 13 bukanlah notebook dengan rancangan yang terlampau ambisius. Bahan logam cuma digunakan di zona-zona krusial saja, tapi material plastiknya diracik agar padat dan tidak memberi kesan murahan. Bagian layarnya sendiri cukup tebal, strukturnya kokoh, mampu memproteksi LCD dari tekanan eksternal – tidak terdistorsi walau saya dorong punggungnya. Saya tidak menemukan area-area empuk di body, kemudian engsel juga mencengram monitor secara mantap, sehingga Anda harus menahan tubuh laptop ketika ingin mengangkat layar.

Acer Aspire S 13 13

Acer Aspire S 13 14

 

Display

Layar IPS 1920×1080 ‘active matrix‘ TFT Colour LCD seluas 13,3-inci Acer bubuhkan sebagai jendela Anda mengakses ruang digital. Panel unit review ini bukanlah tipe touchscreen, tapi mampu menghasilkan warna yang kaya serta atraktif, dengan tingkat kecerahan tinggi (mencapai 327-nit di level maksimal). Lewat sedikit riset di internet, display tersebut memiliki color gamut 106,8%, mengalahkan Dell XPS 13 (92%), HP Envy 13t (103%) dan MacBook Air (66%).

Acer Aspire S 13 22

Acer Aspire S 13 21

Lapisan matte memastikan layar tetap bersahabat ketika digunakan di luar ruangan serta meminimalisir pantulan objek. Menariknya lagi, via menu Quick Access, Anda bisa mengaktifkan fitur Color Intelligence – PC secara otomatis mengoptimalkan mutu display berdasarkan konten – serta Bluelight Shield. Kemampuan terakhir ini dimaksudkan untuk mengurangi sinar biru, sehingga mata Anda tidak cepat lelah. Efeknya adalah, gambar jadi lebih menguning.

 

Keyboard, mouse & palm rest

Aspire menyuguhkan keyboard chiclet, dengan tuts utama (abjad dan angka) berukuran 1,5×1,5cm dan gap seluas 3,6mm. Empuk dan presisi, papan ketik ini sangat menunjang kegiatan mengetik sehari-hari. Backlight LED putih di sana turut membantu menerangi tombol saat gelap. Hanya saja, ada kebocoran cahaya di sejumlah tombol. Kemudian actuation beberapa tuts terasa sedikit kurang konsisten, terutama di Backspace, ‘\’, Enter dan Shift kanan.

Acer Aspire S 13 23

Diposisikan sedikit ke kiri, touchpad 10,5×6,5-centimeter Aspire S 13 merupakan komponen paling mengecewakan dari perangkat yang ditujukan untuk fungsi produktif. Meski sudah mengubah-ubah setting di Windows, touchpad tetap tidak merespons sentuhan jari secara presisi. Tarikan garis diagonal yang lambat malah membuat kursor bergerak zig-zag. Kendala ini hampir membawa saya ke titik frustasi, hingga akhirnya saya ingat Douglas Engelbart pernah memperkenalkan sebuah periferal komputer bernama ‘mouse‘ – dan mencolokkannya ke notebook.

Acer Aspire S 13 24

Acer Aspire S 13 26

Tidak banyak keluhan untuk palm rest-nya sendiri. Dalam pemakaian hampir sembilan jam non-stop, bagian ini tetap terasa sejuk. Saya hanya penasaran mengapa Acer tidak menempatkan touchpad sejajar dengan tombol spasi, sehingga layout-nya jadi lebih simetris.

Acer Aspire S 13 25

 

Hardware

Aspire S 13 S5-371-58UX adalah varian bertenaga Intel Core i5 generasi keenam, dengan penyimpanan berbasis SSD 256GB,dan  berjalan di sistem operasi Microsoft Windows 10 Home. Spesifikasi lengkapnya bisa Anda lihat melalui screenshot app Speccy di bawah:

Acer Aspire S 13 3

Acer Aspire S 13 4

Acer Aspire S 13 5

 

Benchmark

Ada enam software yang saya gunakan untuk melakukan benchmark pada Acer Aspire S 13; yaitu Futuremark PCMark 8 dan 3DMark, Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, serta Final Fantasy XIV Heavensward Benchmark dan Monster Hunter Online Benchmark sebagai perwakilan dari game.

Dalam tes PCMark 8, Aspire S 13 menghasilkan skor 2728 – lebih baik 49 persen dibanding perangkat lain dan berada di atas standar notebook, di angka 2465. Rinciannya bisa Anda lihat di sini:

Acer Aspire S 13 2

Acer Aspire S 13 1

Untuk 3DMark, saya memilih benchmark Cloud Gate 1.1. Tampaknya penggunaan GPU integrated Intel Iris 520 masih belum cukup buat menopang software-software bergrafis berat, cuma memperoleh nilai 5401, di bawah rata-rata notebook modern (6735).

Acer Aspire S 13 6

Acer Aspire S 13 7

Di Unigine Heaven 4.0 dan Valley, saya memakai setting grafis default, dengan resolusi mengikuti setup PC. Inilah skor terbaiknya:

Acer Aspire S 13 9

Acer Aspire S 13 10

Menurut software Monster Hunter Online, Aspire S 13 sukses mengalahkan 25 persen perangkat milik user lain, mendapatkan nilai 1649 dalam tes di resolusi 1280×720.

Acer Aspire S 13 11

Acer Aspire S 13 12

Kemudian buat Final Fantasy XIV Heavensward, saya cuma mengubah setting sehingga benchmark berjalan di fullscreen. Hasilnya ialah ‘fairly high‘ dengan nilai 3252 di 720p.

Acer Aspire S 13 8

 

Using experince

Keyboard dengan key travel sejauh 0,87mm-nya yang nyaman memang membuat saya betah berlama-lama mengoperasikan Aspire S 13, namun faktor andalan di perangkat ini tidak terlihat oleh mata. Meskipun kompoisi prosesor dual core i5 2,3GHz dan RAM DDR3 4GB tidak tampak spesial, kehadiran SSD Kingston 256GB memberikan perbedaan besar. Berkatnya, masuk ke Windows cuma menghabiskan beberapa detik, dan load aplikasi juga berjalan singkat.

Acer Aspire S 13 27

Layar berkualitas tinggi memastikan Aspire S 13 sangat cocok untuk menikmati berbagai video full-HD. Hal ini turut didukung oleh daya tahan baterainya yang jempolan. Dalam tes streaming video 720p loop, baterai baru menyentuh 10 persen setelah pemakaian selama 7 jam 10 menit, menggunakan profile power saver default.

Acer Aspire S 13 33

Di periode tersebut, temperatur permukaan notebook tidak pernah melewati batasan wajar. Area tubuh dekat monitor cenderung lebih hangat dari zona lainnya, tetapi panasnya tidak lebih tinggi dari suhu tubuh Anda. Wrist rest-nya sendiri selalu sejuk asalkan Anda tidak terus-terusan menempelkan tangan di sana.

Acer Aspire S 13 28

Sayangnya, Aspire S 13 betul-betul membutuhkan bantuan di sisi penyajian suara. Bukan hanya bass tidak terasa, saya dapat mendengar suara berderik ketika speaker build-in mengeluarkan nada tertentu, padahal Acer mengklaim telah menopang notebook dengan teknologi TrueHarmony serta software Dolby Audio.

 

Verdict

Melengkapi faktor-faktor positif yang saya jabarkan di atas, harga juga merupakan aspek terbaik dari Aspire S 13. Tentu saja ia bukanlah produk murah, namun Aspire S 13 dijajakan di harga yang masuk akal, tidak menuntut Anda mengeluarkan uang terlalu berlebihan. Untuk sebuah ultrabook tipis bertenaga dengan desain apik dan baterai tahan lama, kita cukup membayarkan uang sebesar Rp 13 juta kurang (varian Intel Core i7 dibanderol Rp 18 jutaan).

Walaupun begitu, Anda tetap harus mempertimbangkan sejumlah kekurangan di sana. Bagi saya, rendahnya akurasi serta responsivitas touchpad berpotensi mengurangi produktivitas kerja; lalu Acer sebetulnya masih bisa meningkatkan konsistensi dari keyboard agar mengetik jadi lebih mulus.

Secara keseluruhan, Acer Aspire S 13 adalah notebook ultra-portable dengan rasio harga versus performa yang seimbang, merupakan salah satu produk favorit saya di tahun ini.

Bagian Dari ‘Zenvolution’, 4 Notebook Premium Cantik dari Asus Ini Tiba di indonesia

Bukan hanya keluarga Asus ZenFone 3 yang merayakan festival bertajuk ‘Zenvolution’ di Nusa Dua Bali. Acara tersebut juga dimeriahkan oleh empat notebook Windows 10 baru, masing-masing perangkat mewakili model device dengan pendekatan desain berbeda. Meski demikian, mereka semua memiliki satu persamaan: semuanya memiliki penampilan anggun.

Asus Notebook 3 1

Di konferensi pers itu, Asus memperkenalkan Transformer 3, sebuah PC mobile ‘sesungguhnya’; Transformer 3 Pro, komputer personal 2-in-1 serbabisa; ZenBook UX360UA, perangkat flip berspesifikasi tinggi; serta ZenBook 3 UX390UA, diramu sebagai notebook prestisius dengan tubuh anggun dan ramping.

ZenBook 3 UX390UA

Predikat ‘notebook tertipis di dunia’ sudah direbut oleh Acer Switft 7, tapi hal itu tidak mengurangi semangat Asus dalam menghadirkan device clamshell berlayar 12,5-inci FHD anggun ini untuk konsumen nusantara. Tubuh UX390UA tersusun atas bahan aluminium 6013, umumnya dipakai buat membangun pesawat terbang; diramu setipis dan seringan mungkin hingga memiliki ketebalan hanya 11,9mm dan berbobot 910g – dengan pilihan warna emas, biru dan abu-abu.

Asus Notebook 3 4

Di tubuh mungil tersebut, Asus memampatkan komponen bertenaga yang terdiri dari proses Intel Core generasi ke-7 ‘Kaby Lake’, RAM LPDDR3 2133MHz 16GB, penyimpanan SSD PCIe generasi ke-3 sebesar 512GB dan baterai 6-cell 40WHrs. Hebatnya lagi, ZenBook 3 memanfaatkan sistem pendingin super-tipis (cuma 0,3mm) berbasis liquid-crystal polymer di dalam demi menjaga hardware tetap sejuk.

Asus Notebook 3 8

 

ZenBook Flip UX360UA

Asus Notebook 3 6

Jika Anda menginginkan alternatif yang lebih fleksibel, namun tetap ramping dan menyimpan komposisi hardware mumpuni, UX360UA bisa jadi alternatif. Meski tidak setipis UX390UA (ketebalannya 1,3cm), notebook ini mempunyai struktur tubuh flip yang dioleh dari lempengan aluminium utuh dengan layar sentuh 13,3-inci QHD+. Produk ini masih mengusung chip Intel generasi ke-6 (i7-6500U atau i5-6200U), dibantu RAM4GB dan storage SSD M.2 SATA 512GB.

Asus Notebook 3 5

 

Transformer 3 Pro T303

Asus T303 2

Deskripsi serbabisa bukanlah klaim sembarangan. Device 2-in-1 berlayar WQHD+ 12,6-inci ini kabarnya dapat Anda gunakan sebagai tablet, notebook, music station, sampai menopang gaming. Caranya? Cukup dengan menyambungkan Transformer 3 Pro T303 ke docking Asus ROG XG Station 3. Selain itu, perangkat juga dapat dipasangkan ke universal dock, memberikannya port tambahan untuk memasang monitor dan keyboard.

Asus T303 1

Versi Pro dari Transformer 3 ini dipersenjatai Intel Core i7–6500U, RAM DDR3L 8GB, penyimpanan SSD M.2 512GB, serta baterai polymer 39WHrs.

 

Transformer 3 T305

Asus T305 1

Sama-sama mempunyai rancangan serupa, layar beresolusi 3K, dibekali port USB type-C dan kompatibel ke docking ROG XG Station 2 layaknya Pro, perbedaan T305 adalah target konsumen: dikhususkan buat mereka yang menginginkan ‘sistem berkinerja tinggi untuk bekerja dan bermain di perjalanan’. Karena alasan itu, Asus memasangkan tipe prosesor berbeda, yakni Intel Kaby Lake low voltage demi memaksimalkan durasi waktu pemakaian.

Asus T305 2

Selain komposisi hardware-hardware yang tak jauh berbeda, Transformer 3 T305 dilengkapi speaker ber-amplifier ‘mutakhir’ serta kamera belakang 13-megapixel, mutunya dijanjikan berada jauh di atas rata-rata kamera untuk notebook.

Daftar harganya bisa Anda lihat di bawah:

  • ZenBook 3 UX390UA – Rp 24,3 juta
  • Transformer 3 Pro T303 – Rp 19,3 juta
  • Transformer 3 T305 – Rp 15,3 juta

(Asus belum menyingkap informasi harga dari varian ZenBook Flip.)

Asus Notebook 3 2

Asus Notebook 3 10

Resmi ‘VR Ready’, Nvidia GeForce GTX Seri 10 Hadir di Tiga Notebook Alienware Baru

Saat ini merupakan masa-masa terbaik bagi ‘PC master race‘; beragam teknologi baru bermunculan, memungkinkan device yang dahulu sering diremehkan sanggup menopang VR. Para produsen notebook gaming Taiwan telah lebih dulu menyematkan GPU anyar Nvidia, dan kali ini giliran sang pionir asal Amerika, bertepatan dengan perayaan ulang tahunnya yang ke-20.

Di ajang PAX East 2016, Alienware menyingkap penjelmaan terkini dari tiga laptop andalan mereka, yakni Alienware 17, 15 dan 13. Anak perusahaan Dell spesialis gaming itu membekali produk dengan sejumlah fitur baru, dan tak lupa membubuhkan kartu grafis berarsitektur Pascal milik Nvidia di dalam, memastikan perangkat-perangkat tersebut siap tangani HTC Vive dan Oculus Rift.

Alienware 2

Dari ketiga perangkat tersebut, versi baru Alienware 13 ialah yang paling misterius. Di situs Dell, laptop gaming 13-inci ini masih dipersenjatai GTX 960M, sedangkan di press release, produsen menjanjikan GTX seri 10 (kemungkinan besar GTX 1060). Ia masih menjadi notebook berukuran termungil racikan Alienware, dipadu ‘rancangan agresif’, ‘kemampuan sajikan game di resolusi tinggi’, dan sistem pencahayaan LED berisi ‘triliunan kombinasi’.

Alienware 1

Alienware 15 berada satu tingkat di atasnya, mengusung layar seluas 15,6-inci dengan dukungan refresh rate 120Hz dan Nvidia G-Sync. Anda bisa memilih tipe panel full-HD atau 4K IGZO (mirip Razer Blade Stealth). Rencananya, Alienware berniat mencantumkan GeForce GTX 1060, tetapi berdasarkan info dari The Verge, terdapat pula opsi GTX 1070. Menariknya lagi, ada alternatif kartu grafis dari AMD – merupakan bagian dari kerja sama kedua perusahaan.

Alienware 4

Primadona dari keluarga laptop gaming Dell adalah Alienware 17. Produk memang tidak ‘se-gila’ Predator 21 X, namun Alienware tak lupa mempersenjatainya dengan teknologi-teknologi mutakhir, salah satunya ialah hasil kolaborasi eksklusif bersama tim pencipta Tobii eye-tracking. Device tak hanya mampu melacak gerakan dan arah mata, tapi diracik agar terintegrasi ke sistem pencahayaan AlienFX: warna-warni dan pola LED akan berubah tergantung dari ke mana Anda melihat, lalu device dapat diaktifkan cukup dengan menatap logo Alienware.

Alienware 3

Di dalam Alienware 17, Anda akan menemukan GPU GeForce GTX 1070 atau 1080, dipadu prosesor Intel Core seri K yang di-overclock (boleh jadi Intel Kaby Lake) dan memori RAM DDR4 2667MHz. Paket penjualan Alieware 17 juga disertai satu kopi permainan Watch Dogs 2 dari Ubisoft. Beberapa game besutan Ubisoft sebelumnya (The Division, Assassin’s Creed Syndicate) sudah mendukung Tobii, jadi tidak aneh jika fitur eye-tracking juga ditemui di sana.

Alienware belum mengumumkan harga dari masing-masing produk, namun kabarnya, ketiga notebook gaming tersebut akan mulai tersedia di akhir bulan September.

Sumber tambahan: Guru 3D.

[Review] Acer E 15 E5-553G, Notebook ‘All-Rounder’ Terjangkau Buat Beragam Kebutuhan

Diperkenalkan di Indonesia bulan Juni kemarin, tiga model notebook Acer Aspire ‘E 15’ E5-553G menghidangkan sejumlah penawaran atraktif: sisi periferal dan konektivitasnya lengkap, harganya sangat bersaing, dan untuk berbagai kebutuhan, performanya pun diklaim jempolan berkat kehadiran accelerated processing unit generasi ke-7 AMD ber-codename Bristol Ridge.

Saat itu, saya tertarik pada gambar yang Acer dan AMD pajang di tembok serta desktop, yaitu robot Imperial AT-AT dari Star Wars Battlefront garapan DICE. AMD memang sering berkolaborasi dengan developer seri Battlefield itu, dan meskipun produk tidak dibundel bersama Battlefront, tentu saja hal ini memberi kesan bahwa gaming merupakan salah satu spesialisasi E5-553G.

Acer E 15 E5-553G

Beberapa minggu lalu, saya diberi kesempatan oleh AMD untuk menjajal sendiri kemampuan Acer E 15 E5-553G-T2GR. Nama modelnya memang panjang, dan untuk menyederhanakannya, saya persingkat jadi E5-553G saja. Unit review ini ialah tipe paling dasar dari keluarga E5-553G, ditenagai chip AMD A10 dan dan kartu grafis Radeon R5. Betulkah kapabilitasnya sesuai dengan janji produsen? Ayo simak ulasannya:

Design

Ditujukan sebagai produk terjangkau dengan fokus pada fleksibilitas, E5-553G mungkin tidak akan memenangkan kontes kecantikan. Ia bukanlah laptop ultra-thin, tubuhnya didominasi plastik, tak ada backlight LED, dan produsen tidak repot-repot untuk meminimalisir bobotnya. Meski demikian, E5-553G memiliki segala hal yang dibutuhkan konsumen mainstream: keyboard lengkap plus numpad, optical disc drive, bahkan ada port VGA.

Acer E 15 E5-553G 16

Tubuh notebook dihiasi tekstur brushed, mirip guratan kayu, baik pada sisi punggung serta bagian bawah. Lid tampaknya terbuat dari plastik, tetapi dibuat sedemikian rupa agar menyerupai metal. Material logam ‘sungguhan’ berada di area papan ketik. Acer membubuhkan logo di zona kiri punggung serta bawah monitor, terlihat kontras dengan warna obsidian black perangkat ini.

Acer E 15 E5-553G 29

Acer E 15 E5-553G 27

Karena Acer tidak berupaya memadatkan strukturnya, E5-553G memberikan kemudahan upgrade memori dan menggonta-ganti penyimpanan – cukup dengan melepas baut dan membuka panel plastik di bawah.

Acer E 15 E5-553G 28

Acer E 15 E5-553G 22

Notebook dibekali layar dengan ukuran ‘terpopuler’, yakni 15,6-inci, mempunyai dimensi 30,2×381,6x259mm dan berat sektar 2,4-kilogram. Anda dapat menemukan Kensington Lock, port USB type-C, port Gigabit Ethernet, HDMI serta sepasang USB 3.0 di sisi kiri; ada DVD writer, USB 2.0 serta port audio 3.5mm di sisi kanan; dan tersedia pula webcam di atas layar. Mencari tombol power? Ada di pojok kanan atas keyboard.

Acer E 15 E5-553G 25

Acer E 15 E5-553G 24

Build quality

Menggunakan bahan plastik tidak berarti membuat Acer E5-553G jadi ringkih. Pelat aluminium di area palm rest menjaganya dari tekanan vertikal dan sepasang engsel mencengkram layar dengan kokoh – bahkan mungkin terlalu keras sehingga Anda harus menahan tubuhnya ketika mengangkat display. LCD tidak terdistorsi saat frame saya tekan, dan baru mulai distorsi sewaktu terkena dorongan intens dari belakang.

Acer E 15 E5-553G 35

Display

E5-553G mempunyai layar IPS 15,6-inci yang cerah, walaupun seringkali permukaan glossy-nya menangkap bayangan dan kurang bersahabat jika dipakai di bawah sinar matahari langsung. Saya merasa tingkat saturasinya sedikit berlebihan, sehingga memengaruhi keakuratan warna. Sewaktu display berubah gelap, saya melihat distribusi kecerahannya sedikit tidak rata, terfokus di pinggir panel.

Acer E 15 E5-553G 26

Kendala terbesar bagi saya adalah penggunaan resolusi 1366×768-pixel. Karena saya terbiasa pada setting 1080p ke atas, window dan icon di E5-553G jadi tampak lebih besar (saya harus mengutak-atik setting display Windows agar lebih nyaman). Resolusi tersebut juga menyebabkan saya kesulitan mengambil screenshot (untuk artikel DailySocial), dan sudah pasti Anda tidak bisa menikmati video full-HD secara maksimal.

Acer E 15 E5-553G 17

Keyboard, touchpad & palm rest

Acer E 15 E5-553G 20

Tidak banyak hal yang bisa dikeluhkan dari keyboard chiclet-nya. Tuts-nya didesain datar dengan ujung membundar, diposisikan di zona lebih rendah agar tidak tertekan sewaktu layar ditutup. Tombol angka dan abjad mempunyai ukuran 1,5×1,5cm dan gap kira-kira 3,2mm – besarnya pas untuk jari saya. Sisi atas tuts dibuat bertesktur grainy halus, memberi kesan berdebu saat pertama kali menggunakannya. Kemudian kehadiran numpad membuat input data jadi lebih ringkas.

Acer E 15 E5-553G 31

Namun menilai dari preferensi pribadi, saya kurang suka terhadap tombol kursor (terutama atas dan bawah) yang dimampatkan di satu lubang.

Acer E 15 E5-553G 21

Touchpad berukuran 10,6×7,8-sentimeternya menyimpan dua tombol yang empuk, mengeluarkan bunyi ‘tuk’ lembut ketika ditekan. Kualitasnya saya rasa cukup baik untuk dipakai sehari-hari, meskipun belum betul-betul merespons gerakan jari secara presisi. Posisi touchpad sengaja disejajarkan dengan tombol spasi, kemungkinan besar dimaksudkan demi meminimalisir input mouse yang tidak disengaja.

Acer E 15 E5-553G 34

Dampaknya, touchpad jadi terlalu menjorok ke kiri palm rest, hanya menyisakan ruang 9 cm buat tangan kiri Anda, sedangkan masih ada 18 cm lebih untuk tangan kanan.

Hardware

Komposisi hardware Acer E5-553G dapat Anda lihat lewat screenshot software Speccy di bawah ini. Notebook berjalan di sistem operasi Microsoft Windows 10 Home 64-bit.

Acer E 15 E5-553G 1

Acer E 15 E5-553G 2

Acer E 15 E5-553G 3

Benchmark

Beberapa software benchmark yang saya gunakan meliputi PCMark 8, Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, Monster Hunter Online Benchmark dan Final Fantasy XIV Heavensward. Untuk notebook dengan harga di bawah Rp 7 juta, di beberapa tes, skornya ternyata lebih tinggi dari satu produk premium.

Uji coba saya awali dengan PCMark 8, dan E5-553G memperlihatkan sedikit kelemahan. Benchmark berlangsung cukup lama, menghasilkan nilai 2080 dan keterangan ‘lebih baik dari 24 persen perangkat lain’, namun performanya berada di bawah rata-rata notebook.

Acer E 15 E5-553G 4

Buat kedua software benchmark Unigine, saya sama sekali tidak mengubah setting. Level quality di-set di high dengan resolusi system (768p), lalu efek-efek seperti tessellation serta anti-aliasing juga dimatikan. Skor terbaiknya adalah sebagai berikut:

Acer E 15 E5-553G 15

Acer E 15 E5-553G 6

Di Monster Hunter Online bertenaga Cry Engine, saya memakai setup default dengan resolusi 1280×720, full screen dan MSAA 4x:

Acer E 15 E5-553G 7

Acer E 15 E5-553G 8

Terakhir adalah Final Fantasy XIV Heavensward. Di sini saya sedikit mengubah setting, yaitu memilih kategori ‘high (laptop)’ dan mengaktifkan mode full-screen. Hasilnya ‘fairly high‘.

Acer E 15 E5-553G 5

Pengalaman penggunaan

Menakar dari penyajian produk, E5-553G sejatinya dirancang sebagai notebook all-rounder tanpa spesialisasi khusus. Hiburan multimedia, olah data, serta kegiatan olah grafis via Photoshop merupakan kemahiran utama perangkat ini. Lalu bagaimana dengan gaming? Klaim AMD soal kesanggupan E5-553G menjalankan Dota 2 dan League of Legends dan CS:GO memang tidak perlu diragukan, tetapi mereka ialah permainan-permainan lawas, mampukah notebook ini tangani judul-judul baru?

Acer E 15 E5-553G 9

Acer E 15 E5-553G 10

Acer E 15 E5-553G 11

Untuk mengetahuinya, saya menginstal Overwatch tanpa berharap banyak. Hebatnya, E5-553G dapat mengoperasikannya tanpa problem, walaupun sudah pasti Anda harus berkompromi pada mutu visualnya. Setting default-nya adalah low di 720p, dan ternyata frame rate bisa tetap terjaga sewaktu saya naikkan ke level medium dan high, namun Anda mesti memasang batasan di 30fps.

Acer E 15 E5-553G 12

Acer E 15 E5-553G 14

Acer E 15 E5-553G 13

Tapi bahkan di level high sekali pun, tekstur objek serta karakter terlihat tidak tajam dan jaggy. Sebelum Anda membelinya, satu hal perlu ditekankan: Acer E5-553G memang dapat suguhkan game-game eSport populer tanpa kesulitan, tapi ia jelas-jelas bukanlah laptop gaming. Kemudian ketiadaan SSD – produk memanfaatkan HDD Toshiba 1TB – memberi efek pada lambatnya waktu load, baik saat memasuki Windows hingga membuka aplikasi.

Acer E 15 E5-553G 36

Di sisi positifnya, E5-553G tidak mempunyai masalah panas berlebihan yang umumnya menjangkiti notebook gaming, walaupun penggunaan di waktu lama akan tetap menyebabkan temperatur jadi naik.

Acer E 15 E5-553G 33

Speaker ‘TrueHarmony’ ditempatkan di kiri dan kanan depan-bawah notebook. Layaknya kebanyakan laptop, menyajikan bass membahana bukan keahlian E5-553G, tetapi saya mengapresiasi kejernihan serta kelantangan suaranya – dengan syarat output tidak tertutup.

Battery

Acer E5-553G bukanlah laptop dengan kinerja baterai yang mengesankan. Lewat uji coba langsung melalui streaming video YouTube, E5-553G cuma bisa bertahan selama 3 jam 4 menit, pengaturan di opsi power saver. Kabar baiknya, adaptor laptop ini sangat kecil, jadi tidak menambah beban terlalu besar ketika Anda harus membawanya.

Verdict

Mereka yang terbiasa pada device premium mungkin sulit melirik E5-553G, tetapi bagi saya ia sangat cocok diberikan pada anak-anak sekolah, para mahasiswa baru, serta karyawan-karyawan perusahaan startup. Sekali lagi, Acer E 15 E5-553G-T2GR adalah produk all-rounder, mempunyai banyak ketidaksempurnaan di sana-sini, namun ia sanggup memenuhi mayoritas kebutuhan produktif serta hiburan.

Terlepas dari harganya yang ekonomis – yaitu hanya Rp 6,8 juta, untuk pemakaian pribadi, saya lebih merekomendasikan varian dengan SSD serta jumlah RAM lebih besar. AMD A10 9600P dan Radeon R8 M445 bukanlah kombinasi yang buruk, namun terbatasnya RAM dan absennya SSD sudah pasti memengaruhi kinerja. Buat versi lebih canggihnya, Anda perlu mengeluarkan uang Rp 700 ribu atau Rp 2,2 juta lagi.

Razer Blade Stealth Kini Sajikan Intel Kaby Lake, SSD 1TB dan Mendapatkan Upgrade Baterai

Di antara beragam produk Razer, Blade Stealth merupakan salah satu yang paling unik karena esensinya ia tidak disiapkan hanya untuk gamer saja. Blade Stealth mengusung desain super-tipis dan memanfaatkan pendekatan docking, sehingga Anda dapat membawa-bawanya dengan mudah, tapi tetap dapat menikmati beragam permainan blockbuster saat tiba di rumah.

Dengan konsep atraktif itu, Blade Stealth memperoleh banyak pujian terutama pada sisi desain dan performa berkat dukungan GPU desktop. Masalahnya, penyajian produk sedikit kurang sempurna karena keterbatasan penyimpanan dan kurang maksimalnya daya tahan baterai. Namun pengungkapan Intel Kaby Lake menandai langkah upgrade besar-besaran yang Razer terapkan pada Blade Stealth, disingkap di ajang PAX West 2016.

Razer Blade Stealth 4

Meski demikian, Anda mungkin tidak akan melihat update di sisi penampilan. Versi baru Blade Stealth serupa pendahulunya, termasuk ukuran dan spesifikasi layar. Notebook mempunyai ketebalan hanya 1,32-sentimeter dan berbobot kurang dari 1,3kg – dibentuk dari bongkahan aluminium kelas pesawat terbang, serta didukung sistem pencahayaan Razer Chroma.

Razer Blade Stealth 5

Laptop menghidangkan layar seluas 12,5-inci dengan pilihan resolusi QHD 2560×1440 atau 4K 3840×2160, keduanya menggunakan tipe indium gallium zinc oxide (IGZO). Para pekerja kreatif akan sangat mengapresiasi tipe 4K karena panel memiliki Adobe RGB 100 persen, menjanjikan kualitas warna jempolan dan saturasi ‘high-color‘. Viewing angle-nya sendiri mencapai 170 derajat, sehingga konten tetap dapat terlihat jelas hampir dari semua arah, cocok buat presentasi maupun bekerja.

Razer Blade Stealth 2

Upgrade terbesar yang Razer implementasikan adalah mengganti chip Skylake i7-6500U dengan prosesor Intel Core generasi ketujuh i7-7500U, memberinya kekuatan komputasi 2,7Ghz sampai 3,5Ghz via Turbo Boost. Lalu kehadiran GPU integrated Intel HD Graphics 620 diklaim mampu mendongkrak performa visualnya. Selain itu, Razer menyematkan RAM sampai 16GB serta storage SSD 1TB di dalam ‘new‘ Blade Stealth.

Untuk sumber tenaganya, device ditopang baterai 53,6Wh, diisi ulang dengan power adapter USB type-C. Unit baterai tersebut menjaga Blade Stealth tetap beroperasi selama sembilan jam, kapasitasnya 15 persen lebih tinggi dibanding model terdahulu.

Razer Blade Stealth 1

Untuk unit docking Razer Core, Razer tak lupa menyediakan beragam pilihan GPU anyar dari Nvidia (Pascal) maupun AMD (Polaris); yaitu Radeon RX 480, RX 470, dan RX 460, serta GeForce GTX 1080, GTX 1070 dan RX 1060 – memastikannya sudah ‘VR Ready’.

Harganya sudah pasti tidak murah. Blade Stealth dibanderol mulai dari US$ 1.000, dan Razer Core dijual terpisah, yakni US$ 500 (US$ 400 dengan pembelian Blade Stealth). Gerbang pre-order telah dibuka, dan produk akan mulai didistribusikan di bulan Oktober 2016.

Sumber: Razer Zone.