Saturdays Boosts Omnichannel Network Expansion After Seed Funding

The direct-to-consumer startup, Saturdays, has just announced seed funding from three venture capitals, including Alpha JWC Ventures, Kinesys Group, and Alto Partners. In fact, this round was closed in 2020, the announcement is just arrived. The fresh funds will be focused on expanding offline stores and strengthening the omnichannel network.

In a general note, Saturdays offers lifestyle products with eyewear as its main business. With the DTC model, Saturdays produced its own lens and frame materials, from design, manufacturing, to direct delivery to consumers. Saturdays was founded by Rama Suparta and Andrew Kandolha in 2016.

In terms of sales, Saturdays has adopted the online-to-offline (O2O) model through websites and retail stores. Its first flagship store is located at Lotte Shopping Avenue, Jakarta, which is integrated with a coffee shop for a lifestyle effect.

Today, Saturdays also announced a new online sales channel, the Saturdays Lifestyle. This application allows users to shop for eyewear products on an O2O basis. Users can now download it via iOS and Android devices.

In his statement, Saturdays’ Co-founder Rama Suparta said that there are some integrated O2O shopping features available for users, such as online purchases, then picking them up at offline stores. Saturdays also present several payment options, including Buy Now Pay Later from Kredivo.

“One of the best features in this application is the Home Try-On reservation. This is Saturdays’ breakthrough by presenting an at-home eyeglass trial program. Customers only need to set a date, select ten frames, set an address, and get selected Arabica coffee, all for free,” Rama said.

Furthermore, Saturdays will continue to add offline store chains with a lifestyle to other big cities this year. Currently, the company has eight offline stores spread across the Jabodetabek area.

According to Rama, since the beginning, Saturdays was inspired by the unicorn startup Warby Parker who kicked off the conventional eyewear industry, by creating products that were authentic, affordable, and easy. Thus, by cutting significant brokerage fees, the company shares a vision of offering high-quality eyewear at affordable prices.

“We want to provide an extraordinary shopping experience for customers who are used to shopping with conventional and boring models. In the future, we will continue to innovate to become the dominant market leader in Indonesia,” Rama concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Saturdays Gencarkan Ekspansi Jaringan Omnichannel Setelah Bukukan Pendanaan Awal

Startup direct-to-consumer Saturdays baru saja mengumumkan pendanaan seed dari tiga pemodal ventura, antara lain Alpha JWC Ventures, Kinesys Group, dan Alto Partners. Sebenarnya putaran ini sudah ditutup sejak tahun 2020 lalu, hanya saja baru diumumkan sekarang. Investasi ini difokuskan untuk ekspansi toko offline dan memperkuat jaringan omnichannel.

Seperti diketahui, Saturdays menawarkan produk lifestyle dengan eyewear sebagai bisnis utamanya. Dengan model DTC, Saturdays memproduksi sendiri material lensa dan frame, mulai dari desain, manufaktur, hingga pengiriman langsung ke konsumen. Saturdays didirikan oleh Rama Suparta dan Andrew Kandolha di 2016.

Dari sisi penjualan, Saturdays mengadopsi model online-to-offline (O2O) melalui website dan toko retail. Toko flagship pertamanya berada di Lotte Shopping Avenue, Jakarta, yang terintegrasi dengan gerai kopi untuk memberi sentuhan lifestyle. 

Kali ini, Saturdays sekaligus mengumumkan channel penjualan online baru, yakni aplikasi Saturdays Lifestyle. Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk berbelanja produk eyewear secara O2O. Kini pengguna sudah bisa mengunduhnya melalui perangkat iOS dan Android.

Dalam keterangannya, Co-founder Saturdays Rama Suparta mengatakan bahwa pengguna dapat menikmati sejumlah fitur belanja O2O yang terintegrasi, seperti melakukan pembelian online, lalu mengambilnya di toko offline. Saturdays juga menghadirkan beberapa opsi pembayaran, seperti Buy Now Pay Later dari Kredivo.

“Salah satu fitur terbaik di aplikasi ini adalah reservasi Home Try-On. Ini merupakan terobosan Saturdays dengan menghadirkan program coba kacamata di rumah. Pelanggan tinggal menentukan tanggal, memilih sepuluh bingkai, menetapkan alamat, dan mendapatkan kopi Arabica pilihan, semua secara gratis,” ujar Rama.

Lebih lanjut, Saturdays akan terus menambah jaringan toko offline dengan sentuhan lifestyle ke kota-kota besar lain di tahun ini. Saat ini, perusahaan telah memiliki delapan toko offline yang tersebar di area Jabodetabek.

Menurut Rama, sejak awal Saturdays terinspirasi oleh startup unicorn Warby Parker yang menggebrak industri kacamata konvensional, dengan menciptakan produk yang otentik, terjangkau, dan mudah. Maka itu, dengan memotong biaya jasa perantara yang signifikan, perusahaan memiliki visi yang sama untuk menawarkan kacamata berkualitas tinggi dengan harga terjangkau.

“Kami ingin memberikan pengalaman berbelanja luar biasa bagi para pelanggan yang terbiasa belanja dengan model konvensional dan membosankan. Ke depannya, kami akan terus berinovasi untuk menjadi pemimpin pasar yang dominan di Indonesia,” tutup Rama.

Application Information Will Show Up Here

Di Tengah Pandemi, Pomelo Tetap Optimis Eksekusi Strategi O2O

Pomelo mengumumkan keberadaan gerai offline pertamanya di Indonesia yang berlokasi di mal Central Park, Jakarta Barat. Akibat pandemi Covid-19, rencana platform fesyen asal Thailand ini tertunda sekitar satu tahun untuk memiliki gerai fisik pertama di Jakarta.

Keputusan Pomelo membuka gerai fisik di Jakarta terbilang cukup berani ketika banyak usaha ramai-ramai mengurangi kehadirannya secara fisik atau bahkan hijrah seluruhnya ke platform daring. Chief Retail Officer Pomelo Fashion Anders Heikenfeldt mengakui, keputusan mereka untuk membuka gerai fisik pertamanya di Jakarta mungkin akan dianggap aneh sejumlah pihak.

Kendati demikian Anders meyakini situasi pandemi ini juga membawa kesempatan untuk perusahaannya untuk terus berkembang terutama di Indonesia yang bagi mereka adalah tiga besar pasar terbesar di Asia Tenggara bersama negara asal mereka, Thailand, dan Singapura.

“Soal timing memang ada jadi tantangan, tapi jelas ada kesempatan yang besar di sini. Kami juga tidak bisa mengundur waktunya lagi karena tidak tahu kapan pandemi ini akan selesai,” terang Anders.

Anders juga menambahkan keberadaan toko fisik sudah tak terpisahkan untuk Pomelo yang mengusung konsep ominchannel dan online-to-offline (O2O). Selain membawa kredibilitas lebih ke konsumen, gerai fisik ini dianggap akan membawa nilai lebih bagi mereka yang merasa lebih nyaman membeli pakaian dengan mencobanya lebih dahulu.

“Jadi kami memberikan opsi ke mereka dengan tap, try, and buy. Kami berusaha menjangkau masyarakat lebih luas lewat dua kanal berbeda sehingga mereka lebih nyaman,” imbuh Anders.

Fitur Tap.Try.Buy adalah salah satu hal baru yang turut Pomelo perkenalkan bersamaan dengan gerai fisik pertama mereka. Fitur ini memungkinkan pelanggan memilih ribuan baju secara daring, pergi ke toko untuk mencoba sekian pakaian sudah dipilih, dan membayar hanya untuk pakaian yang hendak dibawa pulang.

AVP General Manager Pomelo Fashion Indonesia Frankhie mengklaim, gerai dan fitur baru itu mengundang cukup pengunjung saat hari pembukaan 4 Desember 2020 lalu. “Kita belum bikin promosi besar-besaran tapi antrean di toko sudah lumayan luar biasa. Itu terjadi juga karena protokol kesehatan dan kapasitas pengunjung yang kita batasi,” tukas Frankhie

Yang menarik dari gerai fisik Pomelo adalah gerai hanya akan memajang produk fesyen selera konsumen yang berbelanja di sana. Bisa dibilang apa yang ditampilkan di sana akan menjadi cerminan selera fesyen pelanggan yang memilih berbelanja di sana.

Hal itu dapat terjadi berkat kecerdasan buatan/AI yang mereka gunakan untuk mengumpulkan dan mengolah data dari pelanggan Pomelo. Dari jenis pakaian, gaya, hingga warna dapat dipelajari. “Jadi yang ada di toko itu bisa dibilang mencerminkan selera pelanggan di Jakarta Barat,” imbuh Frankhie.

Untuk memperkenalkan lebih jauh fitur dan gerai baru tersebut, Pomelo memasang sejumlah potongan harga yang cukup besar. Mereka juga memakai jasa influencer di media sosial untuk menjangkau pasar lebih luas.

Pomelo enggan membeberkan target untuk gerai barunya di Jakarta. Namun mereka menegaskan tak lama lagi membuka gerai lainnya di sejumlah lokasi di Jakarta.

“Toko kedua kita akan ada di Jakarta Selatan pada Q1 2020 nanti,” pungkas Frankhie.

Langkah Pomelo membuka gerai pertama selaras dengan tujuan awal mereka sebagai platform yang mengusung konsep O2O. Indonesia menjadi negara ketiga yang telah memiliki gerai fisik Pomelo setelah Thailand dan Singapura. Kini aplikasi Pomelo sudah diunduh lebih dari sejuta kali dengan 80% transaksi terjadi di ponsel.

Namun Pomelo bukanlah satu-satunya fashion tech dengan konsep O2O. Beberapa nama lain juga mengusung konsep serupa di Tanah Air seperti Hijup, dan Berrybenka.

Application Information Will Show Up Here

Sociolla Terus Optimalkan Konsep Omnichannel, Sembari Tambah Gerai Ritel Baru

Perusahaan beauty-tech Social Bella (induk dari brand Sociolla) mengungkapkan kondisi pandemi berhasil memvalidasikan konsep omnichannel tetap berjalan optimal saat ekspansi gerai baru. Sepanjang tahun ini Sociolla meresmikan 10 gerai baru yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Bogor, Bandung, dan Surabaya.

Perusahaan pertama kali meresmikan gerai pertamanya di Lippo Mall Puri Jakarta pada pertengahan tahun lalu.

Dalam keterangan resmi, gerai berkonsep omnichannel ini memiliki tampilan interaktif yang terhubung langsung ke situs Sociolla dan platform SOCO. Dengan demikian, para pengunjung mendapat produk yang tepat sambil menikmati pengalaman belanja yang unik, dan seamless.

Untuk mendapatkan informasi dan review seputar produk yang akan dibeli, pengujung cukup scan barcode di aplikasi SOCO. Atau jika pengunjung sudah memiliki daftar produk yang ingin dibeli di keranjang belanja di situs Sociolla dapat langsung melakukan transaksi di bagian pembayaran.

“Hadirnya 10 gerai baru Sociolla Store merupakan bentuk komitmen kami untuk senantiasa menghadirkan pengalaman berbelanja produk perawatan diri dan kecantikan secara komprehensif dan menyenangkan bagi para beauty enthusiast,” kata Co-Founder & CMO Social Bella Indonesia Chrisanti Indiana dalam keterangan resmi.

Dia melanjutkan, pembukaan 10 gerai ini adalah rangkaian dari langkah perusahaan sebagai beauty-tech terdepan di Indonesia, pasca ekspansi internasional perdananya ke Vietnam pada Oktober lalu.

Pemilihan lokasi gerai ini, selain didasarkan pada lokasi strategis di tiap area tersebut, merujuk pada data internal perusahaan memperlihatkan pertumbuhan permintaan yang signifikan dari lima kota tersebut. Meski gerai tersebut diresmikan saat pandemi, tetap mendapat antusiasme yang cukup baik dari para pengunjung saat grand opening.

Pihaknya tetap memberlakukan sejumlah kebijakan ketat dan protokol kesehatan sebagai upaya memberikan rasa aman bagi pelanggan yang berbelanja langsung ke toko. Secara berkala, gerai disemprot disinfektan, menerapkan kebijakan untuk jaga jarak aman, no touch dan no tester, memakai masker, dan sebagainya.

“Saat ini dapat dikatakan pelanggan masih dalam proses adaptasi dengan peraturan mengenai PSBB di masing-masing daerah. Hal ini berpengaruh terhadap kegiatan berbelanja langsung di gerai offline yang mana belum seoptimal seperti dalam keadaan normal, namun kami memastikan agar konsumen tetap nyaman dan aman saat berbelanja,” terangnya.

Ditanya lebih jauh bagaimana rencana perusahaan berikutnya untuk ekspansi pada tahun depan, Chrisanti enggan membeberkan lebih lanjut. Ia hanya menuturkan, “Kami akan terus berusaha memberikan yang terbaik bagi konsumen, bila ada informasi terkait pembukaan toko di tahun depan, kami akan informasikan lebih lanjut,” ucapnya saat dihubungi secara terpisah oleh DailySocial.

Praktik omnichannel oleh perusahaan teknologi

Konsep omnichannel yang dijalankan Sociolla, sudah banyak dimanfaatkan oleh sejumlah perusahaan teknologi di Indonesia sebagai bentuk mendekatkan diri kepada konsumen. Salah satunya adalah Blibli, mereka membentuk aplikasi Blibli Mitra untuk menyasar pedagang kelontong dapat go digital.

Sebenarnya ia tidak jauh berbeda dengan layanan sejenis yang dirilis kompetitor, seperti Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia atau Mitra Shopee. Aplikasi ini membuka akses produk digital, seperti pulsa, paket data, voucher game, token listrik, BPJS, dan tiket kereta api yang dapat dijual mitra kepada pelanggannya.

Pembeda yang mencolok adalah Blibli Mitra sudah terintegrasi dengan ekosistem e-commerce yang dibentuk Blibli, baik itu sistem pembayaran, pengadaan & logistik, hingga platform online. Dengan demikian, pengalaman mitra saat stok barang untuk warungnya, persis seperti saat mereka belanja lewat platform e-commerce Blibli karena terhubung dengan Fulfillment by Blibli (FBB). Mitra yang berbelanja dapat menikmati fasilitas gratis ongkos kirim.

Application Information Will Show Up Here

Entering Its First Year, Blibli Mitra Focuses on Strengthening the Omnichannel Ecosystem

Blibli has the ambition to increase the number of grocery store owners to go digital by utilizing the Blibli Mitra application. It is targeted that partners can increase by two times higher from the current position of 16 thousand stores spread across Indonesia.

Since the launching last year, the concept of Blibli Mitra is not much different from similar services made by competitors, such as Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, or Mitra Shopee. Blibli Mitra opens access to digital products, such as balance, data packages, game vouchers, electricity tokens, BPJS, and train tickets that partners can sell to their customers.

In addition, there is a wholesale feature that partners can use to replenish the merchandise stock of Blibli’s partner brand principal, one of which is Unilever. With competitive prices, allowing partners to get more benefits.

Blibli’s VP O2O, David Michum explained, Blibli Mitra is part of Blibli’s omnichannel, so that it is integrated with the e-commerce ecosystem that has been established by the company, be it payment systems, procurement & logistics, to online platforms. This strength is what distinguishes Blibli Mitra from other similar players.

In delivering wholesale products purchased by partners, Blibli Mitra utilizes the company’s warehouse and logistics fleet, Fulfillment by Blibli (FBB) which is supported by 20 warehouses and 32 hubs in 15 cities. As a result, partners can enjoy free shipping facilities.

In fact, he is preparing the Blibli B2C application, which is usually used by end consumers, to connect the products sold in it, including MSME products, to the Blibli Mitra application so that it can be sold to its customers. “Because this [Blibli Mitra] is part of the omnichannel,” he explained in a virtual press conference, Thursday (19/11).

The Blibli Mitra application is designed to be very light, only taking up a 1.6MB capacity. So that wherever the partners are located, even though the internet network is bad, they can still make transactions.

Blibli’s interest is in this segment because according to data from the Ministry of Cooperatives and UKM, it is stated that MSMEs have contributed more than 60% of the National GDP. The government is also targeting the modernization of 15 thousand traditional go digital stalls. Moreover, the pandemic has further boosted grocery store businesses as customers limit visits to shopping centers and choose to shop for daily necessities at stores near their homes.

David continued, this trend was also reflected in the performance of Blibli Mitra, where orders from partners grew by four times compared to before the pandemic. The most purchased digital products are pulses and electricity tokens. While wholesale products are ground coffee, instant noodles, and ready-to-drink milk.

In the past year, Blibli Mitra has had 16 thousand partners joining. All of these partners, if accumulated, serve 1 million consumers spread across 333 cities in Indonesia. He targets that by the end of this year, Blibli Mitra partners can increase to double the current number.

In order for the target to be realized, Blibli has a field team that is tasked with acquiring new partners and routinely providing assistance so that partners’ digital capabilities increase. The application is also equipped with business management features, including cash flow management, financial monitoring, loyalty gamification and brand promos.

“In the future, we want to increase the financial inclusion of micro entrepreneurs by establishing partnerships with financial institutions, in addition to developing payment options, including COD,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Masuki Tahun Pertama, Blibli Mitra Fokus Perkuat Ekosistem Omnichannel

Blibli berambisi perbanyak pemilik toko kelontong go digital dengan memanfaatkan aplikasi Blibli Mitra. Ditargetkan mitra dapat bertambah hingga dua kali lipat dari posisi saat ini 16 ribu toko yang tersebar di seluruh Indonesia.

Sejak dirilis pada tepat pada tahun lalu, sebenarnya konsep Blibli Mitra tidak jauh berbeda dengan layanan sejenis besutan kompetitor, seperti Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, atau Mitra Shopee. Blibli Mitra membuka akses produk digital, seperti pulsa, paket data, voucher game, token listrik, BPJS, dan tiket kereta yang dapat dijual mitra kepada pelanggannya.

Di samping itu, ada fitur grosir yang dapat digunakan mitra untuk mengisi kembali stok dagangan dari brand principal rekanan Blibli, salah satunya Unilever. Dengan harga yang bersaing, memungkinkan mitra dapat mendapatkan keuntungan lebih.

VP O2O Blibli David Michum menjelaskan, Blibli Mitra adalah bagian dari omnichannel Blibli, sehingga ia sudah terintegrasi dengan ekosistem e-commerce yang sudah dibentuk perusahaan, baik itu sistem pembayaran, pengadaan & logistik, hingga platform online. Kekuatan inilah yang membedakan Blibli Mitra dengan pemain sejenisnya.

Dalam pengiriman produk grosir yang dibeli mitra, Blibli Mitra memanfaatkan gudang dan armada logistik yang dimiliki perusahaan, yakni Fulfillment by Blibli (FBB) yang didukung oleh 20 gudang dan 32 hub di 15 kota. Alhasil, mitra yang berbelanja dapat menikmati fasilitas gratis ongkos kirim.

Bahkan, ia sedang mempersiapkan aplikasi B2C Blibli yang biasa dipakai konsumen akhir dapat terhubung dengan produk-produk yang dijual di dalamnya, termasuk produk UMKM, ke aplikasi Blibli Mitra agar dapat dijual kepada pelanggannya. “Karena ini [Blibli Mitra] adalah bagian dari omnichannel,” terangnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis (19/11).

Aplikasi Blibli Mitra didesain sangat ringan, hanya memakan kapasitas 1,6MB. Sehingga di manapun lokasi mitra meski jaringan internet buruk sekalipun, mereka tetap dapat bertransaksi.

Ketertarikan Blibli masuk ke segmen ini karena menurut data Kemenkop dan UKM menyatakan bahwa UMKM telah menyumbang lebih dari 60% PDB Nasional. Pemerintah pun menargetkan modernisasi pada 15 ribu warung tradisional go digital. Terlebih itu, pandemi semakin mendorong bisnis toko kelontong karena pelanggan membatasi kunjungan ke pusat perbelanjaan dan memilih untuk belanja kebutuhan sehari-hari di toko dekat rumah mereka.

David melanjutkan, tren tersebut juga tercermin dari kinerja Blibli Mitra, pertumbuhan pemesanan dari mitra naik hingga empat kali lipat jika dibandingkan sebelum pandemi. Produk digital yang paling banyak dibeli adalah pulsa dan token listrik. Sedangkan produk grosir adalah kopi bubuk, mie instan, dan susu siap minum.

Dalam satu tahun belakangan, Blibli Mitra telah memiliki 16 ribu mitra yang bergabung. Seluruh mitra ini bila diakumulasi melayani 1 juta konsumen yang tersebar di 333 kota di Indonesia. Ia menargetkan sampai akhir tahun ini mitra Blibli Mitra dapat naik hingga dua kali lipat dari jumlah saat ini.

Agar target terealisasi, Blibli memiliki tim lapangan yang bertugas untuk akuisisi mitra baru dan secara rutin melakukan pendampingan agar kemampuan digital mitra meningkat. Aplikasinya juga dilengkapi dengan fitur pengaturan bisnis, antara lain cash flow management, pemantau keuangan, loyalty gamification dan promo dari brand.

“Ke depannya, kami ingin meningkatkan inklusi finansial pengusaha mikro dengan menjalin kemitraan bersama lembaga keuangan, selain mengembangkan opsi pembayaran, termasuk COD,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Kata.ai Joins a Strategic Partnership with Instagram for the Latest Innovation

The good news arrived from Kata.ai. A startup that focuses on developing conversational artificial intelligence (AI) and Natural Language Processing (NLP), was selected as one of the few technology companies to benefit from the Instagram Messenger API.

A concrete act as Kata.ai become the only Indonesian based partner for Instagram is a new feature on Kata.ai’s omnichannel dashboard called Kata Instagram Solution. This service allows business owners who use Kata.ai to connect Instagram’s direct message for the omnichannel platform.

“Kata Instagram Solution allows business owners to manage messages and conversations from consumers in a sustainable and more effective manner. This will make it easier for them to create higher interactions and serve customers better,” Kata.ai’s Co-Founder & CEO Irzan Raditya said in a written statement.

This partnership did not happen overnight. They have already established good relations with Facebook – as the parent company of Instagram – when they were appointed as official WhatsApp Business Solution Provider partners in 2019. Irzan also explained that they have been working with Facebook several times to help their clients integrate and build solutions on Facebook Messenger’s platform.

He further explained, through the word Instagram Solution, business owners who use Instagram can handle conversation messages on social media creatively and boost customer engagement via Direct Messages. The new Kata.ai service has been effective for their clients to use.

“As for the products currently being developed, business owners can use the Omnichat word product to be able to manage incoming inquiries through the Diret Message API,” he added.

The fact that Kata.ai is selected as a platform that can use the Instagram API is arguably significant. It is well known that Instagram is the most popular social media in the world after Facebook. Their monthly active users are more than one billion with an average usage of about 53 minutes per day. In Indonesia alone, it is estimated that Instagram is used by 69 million users.

There is an increasing trend of customers contacting business owners via direct messages compared to telephone or email. That’s why Kata.ai expects big on this new product. In late 2018, Instagram made a survey regarding the number of businesses using Instagram. The results show that 52% of business owners are directed their consumers to their Instagram business profiles. “Therefore we can see the potential is quite large and it is important for business owners to have an integrated messaging platform of conversation.”

Instagram also welcomes its collaboration with Kata.ai. They confirmed that this collaboration is indeed possible to help businesses and their customers to interact more closely.

“The Messenger API for Instagram service enables business owners and developers to manage communication with customers on Instagram at scale,” Konstantinos Papamiltiadis said as a VP of Platform Partnerships at Messenger.

Kata.ai is the only company from Indonesia selected by Facebook in this program. Apart from Kata.ai, several other companies were selected, including Hootsuite, Zendesk, GoDaddy, MobileMonkey, and Sprinklr.

Kata.ai plans to develop this new product with other features according to the demand of its users. However, Irzan said that currently the Kata Instagram Solution service is limited to enabling business owners to manage incoming inquiries via the Direct Message API.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Jalin Kerja Sama Strategis dengan Instagram, Kata.ai Lahirkan Solusi Baru

Kabar baik singgah di Kata.ai. Startup yang fokus pada pengembangan kecerdasan buatan (AI) percakapan dan Natural Language Processing (NLP) ini terpilih sebagai satu dari sedikit perusahaan teknologi yang bisa memanfaatkan API Instagram Messenger.

Bentuk konkret dari terpilihnya Kata.ai sebagai satu-satunya mitra Instagram dari Indonesia adalah hadirnya fitur pesan Instagram pada dasbor omnichannel Kata.ai bernama Kata Instagram Solution. Layanan tersebut memungkinkan pemilik bisnis yang memakai jasa Kata.ai terhubung langsung ke fitur pesan di aplikasi Instagram ke platform omnichannel.

“Kata Instagram Solution memungkinkan pemilik bisnis untuk mengelola pesan dan percakapan dari konsumen secara berkesinambungan dan lebih efektif. Hal ini akan memudahkan mereka menciptakan interaksi lebih tinggi dan melayani pelanggan dengan lebih baik,” ucap Co-Founder & CEO Kata.ai Irzan Raditya dalam pernyataan tertulis.

Terpilihnya Kata.ai tidak terjadi dalam semalam. Mereka sudah menjalin hubungan baik dengan Facebook -sebagai induk dari Instagram- ketika mereka ditunjuk sebagai mitra resmi WhatsApp Business Solution Provider pada tahun 2019. Irzan juga menjelaskan bahwa mereka telah beberapa kali terlibat kerja sama dengan Facebook untuk membantu kliennya dalam mengintegrasikan serta membangun solusi di atas platform Facebook Meseenger.

Lebih jauh ia menjelaskan, lewat Kata Instagram Solution ini pemilik bisnis yang memakai Instagram dapat menangani percakapan pesan di media sosial itu secara kreatif dan mendongkrak customer engagement lewat Direct Message. Layanan baru Kata.ai ini pun sudah efektif bisa digunakan klien mereka.

“Adapun produk yang saat ini dikembangkan yaitu pemilik bisnis dapat menggunakan produk Kata Omnichat untuk dapat mengelola pertanyaan yang masuk melalui Diret Message API,” imbuhnya.

Terpilihnya Instagram sebagai platform yang bisa menggunakan API Instagram ini bisa dibilang signifikan. Pasalnya seperti diketahui bersama bahwa Instagram merupakan media sosial terpopuler di dunia setelah Facebook. Pengguna aktif bulanan mereka lebih dari satu miliar dengan rata-rata penggunaan sekitar 53 menit tiap hari. Di Indonesia sendiri, diperkirakan Instagram dipakai oleh 69 juta pengguna.

Kecenderungan yang meningkat pelanggan menghubungi pemilik bisnis melalui pesan langsung memang meningkat dibanding melalui telepon maupun email. Itu sebabnya Kata.ai punya harapan besar lewat produk terbarunya ini. Pada akhir 2018 Instagram sendiri pernah membuat survei mengenai jumlah bisnis yang memanfaatkan Instagram. Dari hasil survei tersebut diketahui 52% pemilik bisnis mengarahkan konsumennya ke profil bisnis mereka di Instagram. “Karenanya dari sini kami melihat potensinya sangat besar dan hal ini menjadi penting bagi pemilik bisnis untuk memiliki sarana percakapan pesan yang terintegrasi.”

Pihak Instagram pun menyambut kerja sama mereka dengan Kata.ai. Mereka membenarkan bahwa kerja sama ini memang memungkinkan membantu bisnis dan pelanggannya untuk berinteraksi lebih erat.

“Layanan Messenger API untuk Instagram memungkinkan pemilik bisnis dan developer untuk mengelola komunikasi dengan pelanggan di Instagram dalam skala besar,” ujar VP of Platform Partnerships di Messenger Konstantinos Papamiltiadis.

Kata.ai adalah satu-satunya perusahaan asal Indonesia yang dipilih oleh Facebook dalam program ini. Selain Kata.ai, beberapa perusahaan lain yang terpilih adalah Hootsuite, Zendesk, GoDaddy, MobileMonkey, dan Sprinklr.

Kata.ai berencana mengembangkan produk terbaru ini dengan fitur-fitur lainnya sesuai dengan kebutuhan pengguna mereka. Akan tetapi Irzan menyatakan saat ini layanan Kata Instagram Solution ini masih sebatas memungkinkan pemilik bisnis mengelola pertanyaan yang masuk melalui Direct Message API.

Blibli Lakukan Penyesuaian Strategi Omnichannel

Blibli melakukan adaptasi penyesuaian strategi omnichannel selama pandemi berlangsung. Strategi ini termasuk elemen penting dalam perusahaan, yang tak hanya mengenai transaksi saja tapi juga soal pembayaran, operasional, dan logistik.

EVP of Consumer Goods Blibli Fransisca Krisantia Nugraha menerangkan, pihaknya menahan rencana ekspansi lokasi baru untuk Blibli Offline Store sampai akhir tahun ini. Blibli Offline Stores adalah gerai offline yang cashless dan cashierless, konsumen cukup menggunakan aplikasi Blibli untuk checkout barang secara mandiri.

Adapun gerai ini baru diresmikan pada Februari 2020, baru ada satu lokasi di Gedung Sarana Jaya, Jakarta. Lalu sebulan kemudian ditutup tepat saat PSBB diberlakukan hingga Mei kemarin. Gerai kembali dibuka dengan penyesuaian baru pada akhir Juni ini.

“Ekspansi akan kita re-strategize lagi, bahkan tunda ekspansi pada tahun ini. Kemungkinan baru mulai [ekspansi] tahun depan, tapi R&D tetap kami jalankan,” terangnya kepada DailySocial.

Penyesuaian berikutnya adalah solusi omnichannel lainnya yang sudah dirilis perusahaan, yaitu Blibli InStore kini tersedia dalam bentuk aplikasi untuk seller. Tujuannya agar seller dapat bekerja sama dengan brand gadget besar untuk memperluas metode pengiriman dan pembayaran agar pelanggan semakin banyak opsi berbelanja walau di tengah kondisi sekarang.

Dengan adaptasi seperti ini, sebenarnya adalah hal yang baik buat Blibli agar tetap relevan karena perusahaan percaya tren omnichannel ke depannya di Indonesia akan jauh menjanjikan. Menurut Fransisca, pandemi telah mengakselerasi adopsi e-commerce oleh seller maupun pelanggan karena layanan e-commerce dapat memberikan layanan yang stabil di tengah situasi yang menantang.

“Di April 2020, jumlah seller di Blibli bahkan naik 90% dari tahun ke tahun dengan maraknya seller membuka toko online agar bisa meneruskan usaha mereka.”

Percepatan tersebut adalah hal positif bagi omnichannel, karena konsumen dan pelanggan semakin menyadari kekuatan online retail. Di tambah, mereka dapat merasakan berbagai keuntungan dari online retail saat melakukan offline retail. Omnichannel akan menjadi solusi yang menggabungkan kekuatan online dan offline retail ke dalam satu pengalaman belanja yang terintegrasi.

“Jadi ketika toko offline mulai beroperasi seperti biasa, mereka bisa mengadopsi omnichannel untuk menggabungkan offline dan online sales channel untuk semakin mengembangkan usaha.”

Untuk menyambut tren itu tiba, perusahaan tidak hanya mengeluarkan inovasi di bidang omnichannel saja, tapi juga edukasi seller tentang berbagai manfaat dari penerapan solusi omnichannel.

Selain Blibli Offline Store dan Blibli InStore, perusahaan telah merilis dua solusi omnichannel lainnya. Yakni, Blibli Click&Collect (membeli produk seller secara online dan mengambil produk di toko offline seller untuk mendapatkan layanan after-sales service) dan Blibli Mitra (menyasar pemilik warung dan toko kelontong untuk berjualan produk digital dan membeli produk dagangan dengan harga grosir).

Tambah kategori Menu Restoran

Sebagai bagian dari strategi omnichannel, Blibli meresmikan kategori baru di dalam kategori Groceries BlibliMart untuk hidangan makanan dan minuman siap saja, dinamai “Menu Restoran”. Di dalamnya, terdapat kurasi pilihan menu makanan dan minuman yang bisa dipilih konsumen Blibli dengan pengiriman instan.

Fransisca menjelaskan, menu tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak April kemarin dengan menghadirkan kopi literan. Lalu kurasi berkembang menjadi hidangan siap saji yang disuguhkan pengusaha F&B, mulai dari skala mikro hingga besar, menawarkan produk ready-to-eat, drink, cook, and heat.

Karena Blibli bukan marketplace, jadi seller yang ingin bergabung harus melalui proses kurasi yang ketat sebelum onboarding ke platform e-commerce. Blibli menyiapkan tim khusus untuk mempercepat proses tersebut, sekaligus memastikan yang bergabung adalah brand principal; distributor resmi; dan peritel yang sudah berpengalaman melayani pelanggan.

Di samping itu, pebisnis dapat memanfaatkan jaringan gudang milik Blibli untuk ekspansi usahanya, tanpa harus membuka cabangnya di sana. Adapun Blibli memiliki 20 gudang di 15 kota besar di Indonesia. Mereka yang sudah gabung saat ini mencapai lebih dari 50 brand dan yang masih dalam proses verifikasi ada lebih dari 100 brand.

“Pengirimannya kita pakai kurir internal dan eksternal, ada Grab dan Gojek. Saat ini pebisnis yang sudah gabung lokasinya terbanyak dari Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Denpasar.”

Sejak pertama kali meluncur, menu ini diklaim mendapat antusiasme yang baik dari konsumen. Jumlah pemesanan meningkat sebesar enam kali lipat antara April-Juni 2020. Hidangan yang paling banyak dipesan adalah bakmi, bakso, dan spaghetti, untuk minuman ada kopi susu, earl grey tea, dan cokelat.

Application Information Will Show Up Here

Fokus Gramedia Digital Perkuat Strategi “Omnichannel”

Aturan kerja dari rumah akibat PSBB dinilai menjadi momentum penting bagi bisnis Gramedia Digital Nusantara (GDN). Karena waktu yang lebih longgar, minat baca masyarakat semakin meningkat. Anak usaha grup Gramedia tersebut berusaha terus menangkap tren yang ada, untuk diterjemahkan dalam produk digital demi meningkatkan kenyamanan pengguna dalam menikmati konten terbitan Gramedia.

Kepada DailySocial, Managing Director Gramedia Digital Nusantara Kelvin Wijaya menyampaikan adanya kenaikan signifikan pada GMV (Gross Merchandise Value) selama pandemi. Peminat produk bacaan meningkat hingga 4,5 kali lipat dari rata-rata per bulan. Bahkan ketika disokong promo dan diskon, kenaikannya sampai 10 kali lipat.

“Kita melihat semasa Covid-19 ini antusiasme terhadap buku lumayan tinggi, terbukti dari nilai penjualan yang melonjak tinggi. Ke depannya, ketika memasuki new normal, kita berharap minat baca masyarakat Indonesia semakin meningkat serta bisa melihat buku sebagai lifestyle,” ujarnya.

Inovasi dari segala sisi

Perusahaan saat ini memiliki dua fokus utama, yaitu implementasi omnichannel yang lebih agresif dan menyiapkan ekosistem digital untuk buku dan konten Gramedia.

Di akhir tahun 2019 lalu, Gramedia Go diluncurkan guna memudahkan masyarakat yang ingin berbelanja buku di Gramedia baik secara online maupun offline. Terdapat dua layanan yang ditawarkan, yaitu fitur pick-up in store dmemungkinkan produk yang dibeli online bisa diambil di toko; dan fitur order in store bagi pelanggan yang tidak menemukan buku yang dicari bisa melakukan pemesanan secara langsung dan akan dikirim ke alamat yang bersangkutan.

Hal ini merupakan wujud keseriusan GDN untuk menggarap strategi omnichannel demi mendorong traffic toko-toko mereka. Dari sisi ritel, pihaknya turut menyampaikan harapan untuk menciptakan seamless experience antara offline dan offline.

Dalam rangka mewujudkan ekosistem digital untuk buku dan konten, perusahaan juga meluncurkan produk web novel dan ke depannya akan diintegrasikan dengan ritel online mereka agar menjadi utuh sebagai ekosistem digital. Konsepnya tidak jauh berbeda dengan Wattpad atau Qidian.com yang cukup populer di tengah masyarakat Indonesia.

“Mengenai skema, saya belum bisa cerita detail. Mungkin nanti ketika sudah matang. Dari sisi konten dan publishing, ambisi kita adalah untuk menciptakan ekosistem buku dan konten digital yang utuh di Indonesia,” tambah Kelvin

Dalam proses distribusi produk, saat ini Gramedia Digital Nusantara berjalan dengan kapasitas unit logistik internal, yaitu KGX. Begitu juga untuk kepentingan pemasaran dan promosi, menggunakan aset media dalam grup.

Application Information Will Show Up Here