Traveloka Menutup Operasional Layanan “Online Grocery”

Traveloka menambah deretan startup di Indonesia yang melakukan efisiensi di tengah gejolak ekonomi. Traveloka menutup operasional layanan online groceryTraveloka Mart” meski baru beroperasi dalam waktu enam bulan.

“Kami informasikan bahwa kami akan memberhentikan layanan Traveloka Mart sebagai bagian dari strategi bisnis dan prioritas perusahaan,” ungkap perwakilan Traveloka dalam pernyataan resminya.

Pihaknya memastikan para karyawan, mitra, dan pengguna tetap menjadi fokus utama untuk memastikan transisi berjalan dengan baik sesuai aturan yang berlaku. Traveloka akan berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menyediakan dukungan dalam proses penutupan Traveloka Mart ini.

Sebagai informasi, Traveloka Mart memungkinkan pengguna untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Adapun, Traveloka Mart meluncur pada pertengahan Maret 2022 dan telah menggandeng sejumlah perusahaan ritel besar termasuk Lotte Mart.

Di samping itu, langkah Traveloka masuk ke online grocery menjadi strategi untuk memperkuat posisinya sebagai lifestyle superapp yang fokus pada pemenuhan gaya hidup, tak hanya sebagai online travel agency (OTA) saja.

Tantangan

Potensi pasar online grocery di Indonesia masih sangat besar mengingat jangkauannya masih terpusat di kota besar, seperti Jabodetabek. Mengacu laporan The Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia, nilai pasar online grocery di Asia Tenggara diproyeksi tumbuh 198% dari $99 miliar di 2019 menjadi $295 miliar di 2023. Pertumbuhan layanan online grocery terutama terakselerasi akibat pandemi Covid-19.

Namun, online grocery dinilai masih terbentur sejumlah tantangan besar, terutama soal pemenuhan pesanan dan logistik meski transaksinya menyumbang lebih dari 50% dari total pengeluaran ritel di Asia Tenggara. Laporan e-Conomy SEA di 2020 menyebut tantangan ini dapat terjawab dengan inovasi berkelanjutan pada model bisnis dan infrastruktur logistik.

Dalam konteks platform superapp, hampir semua kini telah menyediakan layanan kebutuhan pokok secara on-demand. Beberapa di antaranya adalah GoTo (GoMart), Blibli (Blibli Mart), hingga Grab (GrabMart). Superapp yang sudah unicorn/decacorn telah memiliki infrastruktur logistik sendiri yang dapat dimanfaatkan untuk mengakomodasi pesanan kebutuhan pokok. Namun, tentu saja mereka akan bersaing dengan startup tahap awal maupun berkembang yang menawarkan layanan serupa.

Blibli, misalnya, memiliki dark store untuk mengoperasikan layanan ini lebih efisien. Model dark store dinilai dapat mendorong efisiensi dan efektivitas karena hanya menerima pesanan online dan pengiriman menjadi lebih cepat tanpa membukanya untuk pengunjung toko. Selain itu mereka juga telah memiliki kemitraan strategis dengan Ranch Market, melalui akuisisi saham mayoritas.

Dalam analisis DailySocial.id terkait gejolak bisnis quick commerce di global, Co-founder dan Managing Partner AC Ventures Adrian Li menilai, dibandingkan model ritel yang sudah ada, quick commerce justru menunjukkan peningkatan hasil penjualan dan efisiensi biaya yang signifikan.

Namun, Venture Capitalist Eddi Danusaputro justru menekankan bahwa infrastruktur online grocery modern justru dibutuhkan di kota lapis dua mengingat supply dan demand di kota lapis satu sudah kuat. Model bisnisnya akan feasible, tetapi perlu diubah karena infrastruktur di tier 2, 3, dan seterusnya belum tentu sama.

Application Information Will Show Up Here

Penambahan Jumlah Pasar dan Tren Pandemi Dorong Pertumbuhan Bisnis Titipku

Sebagai platform marketplace yang fokus menghubungkan pedagang di pasar dengan konsumennya secara online, Titipku mengklaim selama dua tahun terakhir terus mengalami peningkatan bisnis yang cukup positif hingga 10x lipat. Selain menambah jumlah pasar di kawasan Jabodetabek, mereka juga memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di pulau Jawa dan Bali. Harapannya bisa menambah sekitar 250 pasar tradisional dalam waktu satu tahun ke depan.

Dalam laporan yang dirilis Titipku bertajuk “Indonesia Online Groceries Report 2022” terungkap, para pelaku UMKM di pasar tradisional yang telah bergabung  meningkatkan visibilitas mereka untuk melakukan promosi di media sosial. Selain menjangkau pedagang pasar yang sudah cukup familiar dengan penggunaan teknologi, Titipku juga menyasar pedagang yang masih melakukan cara-cara konvensional untuk kemudian mengadopsi teknologi guna membantu bisnis mereka lebih baik lagi.

Titipku juga membagikan contoh pasar tradisional mengalami peningkatan jumlah transaksi setelah bergabung dalam ekosistem platform. Di antaranya adalah Lapak Ayam Kampung Alin di Pasar Mandiri, Lapak Regi Sayur di Pasar Tomang Barat, dan Toko 5 Saudara di Pasar Modern Paramount.

“Saat pandemi kemudian menjadi momentum bagi kami untuk mengalami pertumbuhan bisnis yang positif. Namun hal tersebut berjalan seiring dengan kegiatan kami membuka pasar baru,” kata Co-Founder & CEO Titipku Henri Suhardja.

Turut masuk ke pasar modern

Selain pasar tradisional, Titipku juga menghadirkan layanan di pasar modern dan supermarket.

Terkait dengan produk yang banyak dibeli oleh pelanggan di antaranya adalah varian protein seperti ikan,  daging segar, hingga sayuran, sesuai dengan keunggulan dari pasar yang selalu menghadirkan produk segar. Hal ini yang kemudian membedakan Titipku dengan platform online groceries lainnya yang kebanyakan fokus kepada penyediaan bahan makan beku saja untuk pelanggan mereka.

Saat ini Titipku sudah melayani di sekitar 150 pasar tradisional di wilayah Jabodetabek dan ada sekitar 8 ribu pedagang pasar yang bergabung dengan mereka. Berawal dari Yogyakarta dengan jumlah pasar dan pedagang yang terbatas, kini Titipku ingin terus menambah jumlah pedagang dan jumlah pasar untuk memperkuat ekosistem mereka sebagai marketplace.

Titipku juga terus menambah jumlah Jatiper atau personal shopper yang kebanyakan mereka rekrut langsung di masing-masing pasar. Dengan memberikan pelatihan dan evaluasi kepada mereka secara rutin, diharapkan bisa mengubah mindset mereka dalam hal pelayanan kepada pelanggan.

“Kami ingin memberikan pengalaman layaknya pelanggan melakukan pembelian di pasar tradisional namun dilakukan secara online. Sehingga bisa memudahkan mereka mengatur waktu dan efisiensi memanfaatkan layanan dari Titipku,” kata Henri.

Potensi online groceries

Dalam laporan tersebut juga terungkap bahwa pasar groceries di Indonesia bisa bernilai sekitar $169,4 miliar di tahun 2022. Meningkat jumlahnya dari sekitar $140,2 miliar di tahun 2019. Namun demikian pengecer tradisional diperkirakan kalah dengan convinience store, yang akan meningkatkan pangsa pasar mereka dari 8,6% di tahun 2020 menjadi 9,3% pada tahun 2022. Ritel grosir online juga akan berkembang dari 0,3% pada tahun 2020 menjadi 0,5% pada tahun 2021.

Di Indonesia, pasar e-grocery tumbuh lebih cepat selama pandemi COVID-19.
Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan konsultan Redseer pada Agustus 2020, lebih dari separuh orang Indonesia melakukan kegiatan belanja secara online, dan lebih dari 60% akan terus melakukan kegiatan tersebut.

Namun demikian di Indonesia kegiatan belanja online sebagian besar masih banyak diterapkan di Jabodetabek. Namun, potensinya masih besar di daerah lain. Institute of Grocery Distribution (IGD) Asia menyebutkan nilai belanja online akan meningkat sebesar 198% dari $99 miliar pada 2019 menjadi $295 miliar pada 2023, dan Asia Tenggara diproyeksikan menjadi negara dengan pertumbuhan tercepat.

Selain Titipku tercatat saat ini di Indonesia sudah ada beberapa platform yang menghadirkan layanan online groceries. Di antaranya adalah HappyFresh, Kedai Sayur, PasarNow, SayurBox, Segari, SeroyaMart, dan Tumbasin. Dengan makin banyaknya jumlah kompetitor yang ada ternyata tidak berpengaruh bagi Titipku untuk melancarkan bisnis.

Menurut Co-Founder & President Titipku Ong Tek Tjan, beberapa tahun sebelum pandemi jumlah konsumen yang melakukan pembelian groceries secara online sudah mengalami peningkatan yang positif, namun pandemi tentu saja mengakselerasi semua. Kini ketika kondisi sudah mulai pulih dan banyak orang kembali untuk melakukan kegiatan belanja di pasar tradisional secara offline, tidak menurunkan minat konsumen untuk melakukan online groceries.

“Bagi Titipku ke depannya bukan hanya meningkatkan kualitas layanan kepada pembeli saja namun juga daya saing para pedagang. Salah satunya dengan memberikan bantuan modal kepada mereka.”

Application Information Will Show Up Here

Bisnis “Quick Commerce” Global Terguncang, Bagaimana Nasib Pemain Lokal?

Kabar kurang sedap datang dari startup quick commerce di berbagai negara. Pengurangan staf secara masif, penutupan dark store (infrastruktur pemenuhan dan distribusi), penghentian bisnis di wilayah tertentu, sampai dengan berhentinya startup terkait menjadi sorotan banyak media. Startup terdampak termasuk mereka yang telah memiliki nama besar, sebut saja Gopuff, Zapp, Yango Deli, Gorillas, Geitr, Deliveroo, dan beberapa lainnya.

Di Indonesia sendiri, era quick commerce justru baru saja dimulai. Semua pemain yang ada baru memasuki tahun pertamanya. Kendati demikian, dari sisi industri sambutannya luar biasa. Lihat saja, Astro yang baru berdiri September 2021 lalu baru-baru ini membukukan pendanaan seri B, membuat dana ekuitas yang dikumpulkan perusahaan telah mencapai $90 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah.

Pelaku industri lokal masih optimis

Kami berkesempatan berbincang dengan Co-Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li untuk membicarakan hipotesisnya dalam berinvestasi ke startup quick commerce. Di Indonesia, AC Ventures adalah pendukung awal dan utama Astro.

Mereka mengidentifikasi model quick commerce ini sebagai gelombang disrupsi lanjutan dari industri ritel konsumen di Indonesia, khususnya di kota-kota tier-1 dengan populasi kepadatan tinggi.

Mengawali perbincangan, Adrian mengulas kembali tentang industri. Sebelumnya layanan e-commerce horizontal seperti Shopee, Tokopedia, hingga Blibli berhasil merajalela. Lalu, kemunculan model hybrid omnichannel seperti perusahaan ride-hailing yang bekerja sama dengan pengecer offline untuk menawarkan model Instacart/Flipkart, mengaktifkan saluran penjualan offline dan online.

Pada akhirnya kemunculan quick commerce sebagai gelombang terbaru telah diadopsi dengan cepat oleh konsumen yang turut diakselerasi oleh pandemi Covid-19.

“Dibandingkan dengan model ritel yang ada, konsep quick commerce menunjukkan peningkatan dari segi hasil penjualan serta pemanfaatan aset juga efisiensi biaya yang signifikan. Toko grosir memiliki keunggulan dalam hal pemanfaatan ruang dan pemenuhan pengiriman di sisi produktivitas penjualan. Dengan fokus pada layanan pengiriman, quick commerce juga memperluas cakupan area ke pelanggan dalam jarak 2-3 km yang kemudian berkontribusi pada peningkatan kinerja penjualan aset tetap bersama dengan produktivitas kurir,” jelas Adrian.

Dari faktor penjualan dan penghematan biaya di atas, pihaknya sangat yakin bahwa quick commerce akan menjadi game-changer dalam bisnis ritel konsumen di Indonesia.

Pandemi jadi momentum pertumbuhan quick commerce

Salah satu narasumber kami dari kalangan investor mengatakan, firmanya tidak begitu tertarik untuk ikut andil ke dalam hingar-bingar quick commerce, karena menurutnya ini adalah model bisnis yang relevan saat adanya pembatasan ketat beberapa waktu lalu.

Saat pandemi dimulai pertengahan 2020, pembatasan ketat dilakukan di mana-mana. Masyarakat mencari cara-cara baru untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Layanan online marketplace dan e-grocery yang sebelumnya ada pun ramai diserbu pembeli.

Misalnya Sayurbox, menurut data internal mereka, sepanjang H2 2021 nilai perdagangan atau GMV produk premium meningkat sampai 53%. Pemain lain, Happyfresh sepanjang tahun 2020 juga mengalami peningkatan trafik transaksi sampai 10-20x lipat.

Melihat kesuksesan pemain legacy, quick commerce berusaha hadir menawarkan solusi yang lebih andal. 10-15 menit, ini adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan para quick commerce untuk memproses dan mengantarkan pesanan kebutuhan pokok yang dipesan lewat aplikasinya. Kategori produknya pun cukup lengkap, mulai dari sayur-mayur, kebutuhan pokok (minyak, gula, dll), makanan ringan, bahkan sampai dengan daging.

Tentu di tengah pembatasan aktivitas yang digalakkan masyarakat, kecepatan dan pemenuhan ini menjadi penting, karena barang-barang tersebut terkadang dibutuhkan secara mendesak di waktu tertentu. Namun kini kondisinya sudah sangat berbeda. Covid-19 bisa dikatakan telah terkendali — di tengah vaksinasi yang semakin meluas, 97% untuk dosis pertama. Masyarakat pun mulai merasa bebas untuk beraktivitas di luar.

Kebiasaan dan tren baru masyarakat yang sempat terbentuk ketika pandemi lambat-laun mulai berubah, kembali ke masa sebelum pandemi. Salah satunya dikatakan oleh Nur, seorang rekan yang tinggal di Jabodetabek. Layanan e-grocery sangat ia andalkan ketika PPKM ditegakkan pemerintah. Namun sekarang ia memilih kembali datang ke supermarket, “Mencium langsung aroma bahan makanan dan pengalaman jalan-jalan berbelanja itu yang selama ini hilang. Dan kami senang bisa melakukannya kembali,” ujarnya.

Hal senada dikatakan Managing Partner Gayo Capital Edward Chamdani. Ia melihat bahwa pertumbuhan di sektor quick commerce  sangat tergantung dari perubahan kebiasaan para pelanggan.

“Saat ini layanannya sendiri masih menyasar kota-kota tier-1, jika mereka bisa terus rutin menggunakan layanan ini dan model bisnisnya terbukti ‘sticky’ maka sektor ini akan terus bertumbuh.” ujarnya.

Analisis persaingan horizontal

Selain tidak bisa menawarkan pengalaman yang dibawakan ritel tradisional (dan modern) — untuk beberapa orang pengalaman ini lebih dari sekadar kecepatan berbelanja—platform quick commerce sebenarnya juga bersaing dengan beberapa pemain sekaligus. Sebut saja dengan minimarket yang saat ini bisa dijumpai di berbagai titik strategis (plus dilengkapi aplikasi pesan-antar), toko kelontong, tukang sayur keliling, sampai layanan digital yang sudah ada sebelumnya.

Peta persaingan penyedia produk kebutuhan harian / DailySocial.id

Produk FMCG dan makanan segar memang menjadi komoditas yang dikonsumsi semua kalangan, di manapun mereka berada. Sementara yang hendak digarap oleh quick commerce adalah konsumen di kota metropolitan. Segmen rumah tangga berpenghasilan menengah ke atas diprediksi menjadi pendorong pertumbuhan bisnis ini, terutama mereka yang memilih kenyamanan dan belanja cepat pada produk habis pakai.

Mereka belum menyasar segmen lain yang biasa berbelanja produk terkait, contohnya ke orang-orang yang mengandalkan asisten rumah tangga. Pun demikian penetrasi di luar metro, masih belum dilakukan. Ada satu pemain yang bermain di tier-2, yakni Radius, namun dari informasi sumber yang kami dapat, penetrasi layanannya belum mendapatkan traksi yang berarti membuat mereka masih bermanuver dalam “stealh mode”.

Hal ini juga sebenarnya menjadi antisipasi yang dilakukan startup e-grocery Titipku. Sebelumnya mereka fokus memulai bisnis dari daerah Yogyakarta, namun karena untuk mengejar pertumbuhan mereka menutup layanan yang di daerah, lalu fokus ke Jabodetabek.

Venture Capitalist Eddi Danusaputro berpendapat, sebenarnya infrastruktur e-grocery modern justru dibutuhkan di kota lapis dua.

“Menurut saya, bisnisnya [quick commerce] akan feasible tapi harus diubah sedikit. Kalau di tier 1, mungkin supply dan demand-nya sudah kuat. Hal ini belum tentu berlaku di tier 2 dan tier 3. Satu hal yang harus diperhatikan adalah path to profitability, dari masing-masing tier berbeda tapi harus tetap ada. Ini akan menentukan waktu yang tepat untuk ekspansi.”

Secara global, menurut laporan Research and Market, ukuran pasar untuk quick commerce ini telah mencapai $25 miliar di tahun 2020 dan akan bertumbuh sampai dengan $72 miliar di tahun 2025. Di sisi lain, berdasarkan laporan Euromonitor, ukuran pasar yang mencakup sembako, toko serba ada, supermarket, dan pasar induk di Indonesia dilaporkan mencapai $97 miliar pada tahun 2020. Di sisi lain,  kota tingkat 1 mewakili setidaknya seperempat pasar.

Co-Founder & CEO Astro Vincent Tjendra mengklaim, ruang pertumbuhan layanan quick commerce di kota besar masih sangat luas. Terlebih penetrasi e-grocery dinilainya baru sekitar 0,4% dari total penetrasi e-commerce di Indonesia. Artinya, ini menjadi sebuah momentum untuk mengevaluasi peluang-peluang baru.

Optimisme senada disampaikan Co-Founder & CEO Bananas Mario Gaw. Ia mengatakan, “Layanan quick commerce masih terbilang baru di Indonesia. Namun, kami melihat adanya peluang sangat besar pada groceries market ini terutama mengingat besarnya populasi masyarakat Indonesia dan besarnya pasar untuk barang kebutuhan sehari-hari yang belum tergarap. Sejak awal berdiri, kami ingin menciptakan pengalaman berbelanja yang menyenangkan bagi konsumen kami dan terus melakukan inovasi dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan mereka”

Arah perkembangan quick commerce di Indonesia

Tidak hanya Astro, kini pasar quick commerce turut diramaikan sejumlah pemain lainnya, termasuk Bananas, AlloFresh (bentukan Bukalapak dan CT Corp), hingga Radius yang fokus di pasar luar Jakarta. Sementara pemain legasi juga mulai mendirikan unit yang sama, seperti Sayurbox lewat SayurKilat, Tokopedia dengan Tokopedia Now, sampai Grab via GrabMart Kilat.

Startup Pendanaan Terakhir Total Pendanaan Investor
Astro Seri B $90 juta Accel, Tiger Global AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, Sequoia Capital India, dll.
AlloFresh Corporate Joint Venture $70 juta PT Trans Retail Indonesia (bagian dari CT Corp), Bukalapak, dan Growtheum Capital Partners
Bananas Pendanaan Awal ~$1,5 juta East Ventures, SMDV, Arise, Y Combinator, dll.
Radius Pra-Awal ~500 ribu Y Combinator

Mengambil salah satu studi kasus bisnis quick commerce di Indonesia dalam mengoperasikan layanannya. Untuk menghadirkan proses pengiriman cepat, Bananas mengandalkan hub mikro berbasis teknologi (dark stores) dalam menjalankan bisnisnya. Dark stores ditempatkan di berbagai lokasi strategis mendekati area pemukiman yang memungkinkan mitra pengemudi untuk mengantarkan produk pesanan kepada pelanggan secara instan.

Selain itu, mereka juga berkolaborasi langsung dengan berbagai brand principal untuk menghadirkan berbagai pilihan produk. Fokus terhadap penggunaan data menjadi salah satu kekuatan yang dihadirkan penyedia quick commerce untuk menghadirkan value untuk mitra penyedia produknya tersebut. Data ini penting untuk mempelajari perilaku serta kebutuhan konsumen demi menjaga akurasi level stok produk.

Kondisi tersebut membuat pada startup quick commerce membutuhkan modal tidak sedikit untuk debut dan mengakselerasi bisnisnya. Seperti yang disampaikan Bananas, bahwa pendanaan awal yang didapat akan difokuskan untuk mendorong perkembangan bisnis dan membangun lebih banyak dark stores yang akan menyediakan berbagai macam pilihan produk.

Disrupsi ritel FMCG

Cerita menarik lainnya datang dari Astro. Disampaikan hingga Mei 2022, pertumbuhan yang dicatatkan perusahaan telah mencapai 10x lipat dengan efisiensi pengiriman yang lebih tinggi ke pelanggan. Mereka telah mengoperasikan dark stores di 50 titik di Jabodetabek dengan 1.500 SKU produk, mempekerjakan lebih dari 200 staf.

Melalui aplikasinya, selain menyuguhkan UI/UX yang sangat sederhana, Astro juga berusaha memberikan pengalaman belanja yang lebih dipersonalisasi. Bahkan jika ada item yang tidak sesuai pesanan, fitur pelaporan di aplikasi juga disediakan untuk melakukan penggantian produk dalam waktu maksimal 15 menit.

Hal lain yang juga menarik adalah, kini Astro mulai mengembangkan produk private label. Mereka memulai dengan produk minuman dan makanan siap santap, di antaranya aneka kopi dan roti. Ini menarik, karena ritel modern juga melakukan hal serupa untuk pemenuhan barang konsumsi sekali pakai — contohnya Indomaret juga memproduksi air mineral sampai tisu dengan brand milik mereka sendiri. Diyakini juga bahwa strategi ini dapat menghadirkan unit ekonomi yang signifikan.

Produk makanan dan minuman yang diproduksi in-house dengan brand Astro / Astro

Pengalaman akan kecepatan yang ditawarkan oleh quick commerce jelas menjadi proposisi nilai tersendiri. Selain itu, dengan perputaran produk yang cepat dan akuisisi kanal pembelian masyarakat memungkinkan bisnis ini mendapatkan keuntungan potensial dari setiap penjualannya. Faktanya, di kancah global selama pandemi quick commerce mengalami pertumbuhan pendapatan hingga 50%.

Tantangan bagi pelaku quick commerce di Indonesia adalah menyeimbangkan pertumbuhan dan cash burn dalam proses merumuskan resep yang tepat untuk skalabilitas. Oleh karena itu, model bisnis memerlukan perhatian yang mendetail pada sisi logistik operasi dan pengadaan, pembangunan merek, dan kontrol kualitas.

Tanggapan pelaku e-grocery

Dalam sebuah kesempatan temu media, Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini memberikan komentar terkait quick commerce yang mulai menjadi tren pasar dan terkesan segera menggantikan peran platform e-grocery.

“Berdasarkan pengalaman kami dalam pengamatan terhadap perilaku konsumen e-grocery, kami mengetahui bahwa sebagian besar konsumen merencanakan pembelanjaan dengan memilih beragam produk dari berbagai kategori dan menyimpannya di keranjang belanja,” ujarnya.

Sebagai antisipasi, HappyFresh mengembangkan layanan Supermarket Online agar bisa menampung lebih banyak SKU di toko virtual. Jumlah ini cenderung lebih besar dari kapasitas dark stores quick commerce – dengan waktu pengiriman hanya dalam 30 menit atau pada jam-jam tertentu sesuai preferensi pengguna (untuk layanan full-weekly grocery basket).

“Dengan demikian, kami mencegah risiko kerusakan bahan makanan atau membahayakan keselamatan mitra pengemudi pengiriman kami,” tambah Filippo.

Dari hipotesis tersebut, HappyFresh masih meyakini bahwa model yang diusung sekarang adalah yang paling relevan dengan kebutuhan pasar. Dan pada akhirnya fokus ke kualitas produk akan menjadi kunci utama kebertahanan layanan e-grocery. Dengan kata lain, HappyFresh tidak akan turut andil dalam hingar-bingar quick commerce dulu.

Peluang ekspansi di luar kota metro

Sementara pasar e-grocery Indonesia bertumbuh pesat disokong oleh pandemi, potensi ini belum tergarap sepenuhnya mengingat masih banyak area di luar kota metropolitan yang masih belum merasakan dampak dari kemudahan dan kecepatan pengiriman yang ditawarkan layanan quick commerce.

Dalam upaya penetrasinya sendiri, tantangan hadir dari berbagai sisi, di mana timbul kelangkaan penyedia online, lalu melambungkan biaya layanan serta proses pengiriman yang memakan waktu berhari-hari. Pada akhirnya, keterbatasan ini memaksa pelanggan untuk memilih yang “lebih efisien”, yaitu supermarket offline.

Tentunya tidak mudah menggambarkan potensi yang dimiliki ketika solusi ini bahkan belum menjangkau bagian masyarakat yang lebih besar. Prediksi pertumbuhan layanan quick commerce saat ini masih sangat bergantung pada inklusivitas dari perkembangan digitalisasi yang terjadi di Indonesia.

Meskipun begitu, digitalisasi ritel tradisional di Indonesia tetap berlangsung. Pasar grosir di Indonesia disebut telah bertumbuh hingga $207 miliar. Sekitar 70% dari total tersebut datang dari area pedesaan. Fakta ini menciptakan optimisme di sektor ini untuk bisa berkembang bahkan 5x lipat dalam lima tahun ke depan.

Sementara kota tingkat 1 akan menjadi ranah pertumbuhan layanan quick commerce, Adrian mengungkapkan proyeksinya terkait ekspansi layanan ini, “Kami percaya bahwa distribusi berbasis agen atau B2B2C model akan menjadi solusi yang tepat untuk kota tingkat 2-3 karena mereka menjembatani kesenjangan antara kesiapan teknologi dan biaya logistik jarak jauh yang akan diperjuangkan oleh perdagangan cepat menguntungkan khususnya di daerah yang kurang padat.”

Masa depan layanan quick commerce ini sendiri terkait erat dengan demokratisasi pertumbuhan ekonomi yang telah dialami Indonesia beberapa tahun terakhir, semakin meningkat oleh pergerakan modal politik negara. Tidak hanya redistribusi ekonomi namun penetrasi layanan ini ke area pedesaan juga bisa menciptakan redistribusi talenta, dengan lebih banyak pekerja kerah biru dan talenta teknologi tidak lagi harus mencari peluang kerja berkualitas di kota-kota tingkat 1.

Kristin Siagian berpartisipasi dalam penulisan artikel ini.

KedaiSayur Umumkan Pendanaan Seri A, Ingin Perkuat Rantai Pasok untuk Petani dan Peternak

Startup agritech KedaiSayur mengumumkan perolehan dana segar dalam putaran seri A yang dipimpin oleh Kejora-SBI Orbit dengan nominal dirahasiakan. Investor dari putaran sebelumnya turut berpartisipasi dalam putaran tersebut, yaitu Triputra Group dan beberapa investor strategis lainnya dengan identitas dirahasiakan.

Dalam keterangan resmi disampaikan bahwa KedaiSayur akan memanfaatkan raihan dana tersebut untuk memperkuat infrastruktur farm-to-table dan mempercepat kolaborasi dengan bagian hulu pemasok produk pertanian. Diharapkan kolaborasi ini akan membantu para petani dan peternakan untuk meningkatkan kualitas produk dan layanan mereka.

“KedaiSayur akan menghadirkan lebih banyak lagi layanan terbaik bagi para konsumen dan juga memperkuat supply chain dari titik awal, yaitu para petani dan peternak itu sendiri melalui bantuan teknologi,” ucap CEO KedaiSayur Adrian Hernanto.

Fund Director Kejora-SBI Orbit Fund Billy Boen turut menyampaikan alasan dibalik ketertarikan perusahaan memimpin pendanaan di KedaiSayur. Vertikal agrikultur merupakan pasar besar yang memiliki banyak permintaan. Hal tersebut tentunya harus diimbangi dengan infrastruktur rantai pasok yang kuat.

“Kami percaya bahwa KedaiSayur memiliki ekosistem yang tepat untuk membangun jaringan farm-to-table terkuat yang terintegrasi sepenuhnya dari hulu ke hilir dengan teknologi,” kata Billy.

Kejora–SBI Orbit Fund merupakan joint venture berbentuk perusahaan modal ventura yang fokus untuk pendanaan startup tahap awal di Indonesia. Dalam portofolionya terdapat sejumlah startup, di antaranya Olsera, SWAP Energy, dan Selleri.

Bergerak di online grocery, KedaiSayur merupakan startup di bawah konglomerasi Triputra Group. Grup ini juga memiliki anak usaha yang bergerak di industri agrikultur, Triputra Agro Persada, yang berfokus pada pengembangan teknologi agrikultur dan Sumber Energi Pangan yang merupakan produsen komoditas pangan.

CFO Triputra Group Erida Gunawan menambahkan, pihaknya melihat komitmen KedaiSayur dalam meningkatkan efisiensi rantai pemasok akan berdampak positif bagi konsumen dan meningkatkan kualitas petani di Indonesia. “Melalui dukungan penuh dari ekosistem Triputra Group dan Kejora-SBI Orbit, KedaiSayur akan dapat terus berkembang dengan pesat,” kata Erida.

Sejak beroperasi di 2018, diklaim pertumbuhan perusahaan naik hingga 5x lipat dalam satu tahun terakhir, melayani lebih dari ratusan ribu pelanggan. Pencapaian tersebut didukung pula dengan akuisisi dan kolaborasi dengan hulu rantai pemasok produk pertanian.

Saat ini perusahaan memiliki beberapa lini bisnis: KedaiMart (B2C online grocery), KedaiBiz (B2B food supplies), KedaiVenture (manajemen supply chain dan petani).

Prospek industri online grocery

Menurut laporan IGD, ukuran pasar grocery di Indonesia akan mencapai $169,4 miliar di tahun 2022 ini dengan CAGR mencapai 5,2% dalam dua tahun terakhir. Posisi ini mengukuhkan Indonesia sebagai peringkat ke-13 untuk pasar grocery terbesar di dunia, dan kedua terbesar di Asia setelah Tiongkok. Tentu ini menjadi potensi bisnis yang sangat besar, mengingat mayoritas masih dilayani oleh bisnis ritel tradisional.

Digitalisasi yang diakselerasi oleh pandemi menjadi kesempatan kunci bagi para pemain online grocery. Tak heran jika sepanjang periode pandemi, startup di bidang ini terus melancarkan penggalangan dana untuk mendukung pertumbuhan bisnis mereka.

Sejumlah aksi korporasi terkait penguatan bisnis online grocery juga dilakukan oleh raksasa teknologi lokal. Pada September 2021 lalu, Blibli resmi mengakuisisi 51% saham Ranch Market yang mengoperasikan 48 unit toko ritel grocery di berbagai kota. Dari situ, tersedia kanal resmi Ranch Market di aplikasi Blibli. Sementara GoTo juga mengakuisisi 6,74% saham pemilik jaringan ritel Hypermart, yang berpotensi untuk memperkuat bisnis GoMart.

Pemain baru juga terus bermunculan dengan pendekatan berbeda. Misalnya, Japang yang diinisiasi oleh pendiri dan investor ex-Tanihub, yang fokus menyediakan akses ke layanan online grocery untuk pengguna di luar Jawa. Hingga Astro yang hadir dengan konsep quick commerce.

Application Information Will Show Up Here

Brambang Tutup, Tandai Sulitnya Bisnis “Online Grocery”

Startup online grocery Brambang resmi menutup operasional sejak 27 Mei 2022 jam 9 malam WIB. Dalam akun Instagram perusahaan, tertanda 28 Mei 2022, Brambang pivot menjadi marketplace smartphone dan elektronik dinamai Brambang Elektronik.

“Kami informasikan bahwa layanan groceries Brambang akan berhenti pada Jumat (27/5) pukul 19.00. Perusahaan akan memproses pesanan dan keluhan hingga Sabtu (28/5). Pada 28 Mei, layanan Brambang beralih menjadi marketplace smartphone dan elektronik,” jelas Brambang melalui akun media sosialnya.

Pivot tersebut tentunya jauh dengan model bisnis yang selama ini dijalankan Brambang sejak pertama kali beroperasi di 2017. Saat ini Brambang Elektronik belum memiliki platform sendiri, masih mengandalkan akun atas nama Brambang yang di platform secondhand marketplace, yakni Carousell dan OLX, yang sudah dibuat sejak Maret 2022.

Baik aplikasi dan situs Brambang.com sendiri saat ini tidak bisa diakses. Belum ada kemungkinan bahwa nantinya bisnis barunya akan dipindahkan ke platform yang lebih layak dan profesional. Hingga berita ini diturunkan, manajemen Brambang menolak untuk memberikan komentarnya terkait langkah strategis perusahaan ke depannya akan seperti apa.

Sulit bersaing di ranah B2C

Tutupnya Brambang menjadi indikator jelas bahwa ranah online grocery B2C bukanlah perkara mudah. Sudah harus bersaing dengan quick commerce yang didukung oleh kapital yang besar, seperti yang tengah digarap oleh Astro, AlloFresh, Tokopedia Now, Blibli, dan lainnya. Alhasil, Brambang diharuskan punya dukungan kapital yang kuat untuk membangun infrastrukturnya.

Brambang memperoleh suntikan dana sebesar $2 juta pada Januari 2017 (sekitar 27 miliar Rupiah), kurs Rp13.500 rata-rata di 2017) dari investor yang dirahasiakan. Dengan besaran kapital ini, sudah bisa dipastikan keleluasaan mereka tentunya tidak selebar dibandingkan startup dengan dukungan kapital jumbo.

Terlebih lagi, Brambang dihantam dengan ketidakmampuannya memberikan diferensiasi yang mencolok sebagai nilai jualnya. Dengan kata lain, solusi mereka sebenarnya juga bisa didapatkan oleh konsumen saat berbelanja di platform serupa, termasuk berbagai gimmick pemasaran yang ditawarkan. Belanja di Sayurbox atau HappyFresh, bisa jadi sourcing produknya sama saja, toh yang terpenting barang cepat sampai di hadapan konsumen.

Persaingan perang harga ini tidak akan berakhir dan mirisnya akan terus berlanjut selama yang dikejar oleh industri adalah pertumbuhan revenue, bukan menghasilkan profit. Prinsip ini tidak hanya berlaku di online grocery saja, tapi industri startup digital pada umumnya.

Cerita serupa juga sudah dialami oleh Tanihub yang menutup lini B2C-nya pada Februari 2022, ditandai dengan penghentian operasional dua gudang di Bandung dan Bali, serta Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan.

Managing Partner Upturn Ivan A. Sustiawan berkomentar, berdasarkan pengalamannya selama lima tahun, ia memercayai bahwa dua model bisnis berikut ini sulit untuk mencetak keuntungan jika para founder selalu berusaha untuk menjadi yang termurah dan tercepat di pasar secara bersamaan. Mereka ialah, 1) farm to the table atau online grocery dengan segmen B2C, kecuali bergabung sebagai merchant atau penjual di platform marketplace terkemuka.

Berikutnya, 2) pengiriman last mile dengan pengiriman hari yang sama atau berikutnya untuk pelanggan retail. “Jika Anda bisa membuatnya menguntungkan dengan kondisi di atas, maka saya harus belajar dari Anda,” tulis Ivan seperti dikutip dalam unggahannya di LinkedIn.

Awal mula berdirinya Brambang

Brambang didirikan pada Mei 2017 oleh Dustin Haliman. Awalnya Brambang memosisikan diri sebagai marketplace untuk jual-beli bawang merah secara online yang bersifat B2B. Bawang merah yang dijual oleh Brambang diambil langsung dari Brebes. Kota ini dipilih lantaran terkenal dengan bawang merahnya yang garing dan aroma yang khas.

Brebes juga menjadi salah salah pemasok bawang merah terbesar di Indonesia. Dalam wawancara, Dustin bilang bawang merah dipilih sebagai produk andalan karena merupakan salah satu rempah yang penting dalam kehidupan sehari-hari.

Pada 2016, produksi bawang merah mencapai 1,4 juta ton dengan asumsi harga Rp20 ribu per kilogram, maka nilainya mencapai Rp28 triliun per tahun.

Meskipun menjadi komoditas utama, perdagangan bawang merah tidak efisien. Sama seperti isu di agrikultur lainnya, yang mana harga komoditi yang terus bergejolak, rantai distribusi yang tidak efisien, hingga minimnya informasi harga bawa merah bagi petani ataupun pembeli.

Hal inilah yang menginspirasi Dustin untuk merintis Brambang. Dalam perjalanannya, Brambang tidak hanya menyediakan produk bawang merah saja, tapi juga kebutuhan sehari-hari lainnya, seperti bahan pokok, camilan, buah, sayur, dan daging segar.

Online Grocery, Solusi Efisiensi Bisnis bagi Pelaku Bisnis Kuliner

Bisnis kuliner atau F&B menjadi salah satu bisnis yang berkembang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan itu, bermunculan berbagai platform digital yang mendukung usaha kuliner dalam segi efisiensi. Salah satunya, yakni platform online grocery.

Melansir laporan DailySocial.id beberapa waktu lalu, nilai pasar online grocery diprediksi akan terus bertumbuh. Asia Tenggara termasuk Indonesia, diproyeksikan akan mendapati pertumbuhan tercepat.

Hal ini dikarenakan pelaku bisnis kuliner telah banyak yang mulai memanfaatkan teknologi digital dalam bisnisnya. Dari semula kegiatan operasional dijalankan secara tradisional, kini bergeser jadi serba digital. Termasuk dalam mencari supply bahan pokok produk.

Apa Itu Online Grocery?

Online grocery di sini merupakan layanan yang memungkinkan pelaku bisnis kuliner mendapatkan persediaan bahan pokok sehari-hari bagi produknya. Di samping pelaku bisnis kuliner, layanan ini pada dasarnya dapat dimanfaatkan bagi siapa saja, termasuk kebutuhan individu.

Cara kerja layanan online grocery yakni melakukan pemesanan lewat aplikasi. Bentuknya on-demand, pesanan diantar langsung ke rumah masing-masing dalam kerangka waktu yang ditentukan.

Layanan ini dinilai akan memiliki masa depan yang cerah, di tengah kebiasaan masyarakat yang semakin digital, serta konsolidasi ritel dan platform yang semakin baik. Namun, di Indonesia sendiri, penetrasi online grocery masih di seputar kota besar seperti wilayah Jabodetabek.

Keuntungan Online Grocery Bagi Pelaku Bisnis Kuliner

KOL dan Public Relations Officer Pasarnow Muhammad Iqbal Assidiq, saat diwawancarai DailySocial.id, memaparkan bahwa hadirnya platform online grocery saat ini dapat menguntungkan pelaku bisnis kuliner, terutama dari segi efisiensi biaya dan produksi.

“Melalui layanan B2B di online grocery, seperti Pasarnow, pelaku bisnis kuliner bisa mendapatkan harga dan tenor pembayaran yang khusus dalam pembelian kebutuhan bahan pokok harian seperti sayur, buah, protein, dan sembilan bahan pokok,” ungkap Iqbal.

Selain dari segi harga, dari segi kualitas pun layanan ini menjamin dapat memberi kualitas terbaik sampai di tangan penjual, demi menjaga kualitas produk yang akan dijual. Lalu, produk juga akan diantarkan langsung ke tempat penjual tanpa biaya tambahan.

Mengutip pernyataan Co-founder & CEO platform online grocery Pasarnow, James Rijanto beberapa waktu lalu, ia menyebutkan bahwa memastikan kualitas kesegaran produk merupakan sebuah tantangan, yang membutuhkan pengiriman dengan kontrol ekstra, sehingga biaya logistik tinggi.

Namun, sebagai solusi dari permasalahan tersebut, platform belanja kebutuhan pokok secara online biasanya banyak berinvestasi di teknologi dan infrastruktur operasional. Dengan memiliki kurir pengantarannya sendiri, guna menjaga kualitas dan kesegaran bahan pokok yang dipesan.

Pasarnow Sebagai Platform Online Grocery

Platform online grocery mulai muncul di Indonesia sejak 2013-an. Kala itu ada beberapa pemain yang hadir ke pasaran, salah satu yang masih bertahan sampai sekarang SeroyaMart. Di tahun-tahun berikutnya mulai bermunculan pemain lain, seperti HappyFresh, SayurBox, KeSupermarket, Hypermart, GoMart, GrabFresh, juga Pasarnow.

Pasarnow sendiri mulanya merupakan platform social commerce, dengan nama ‘Jamannow’ yang kemudian memantapkan diri melakukan peralihan model bisnis (pivot) menjadi layanan online grocery, dengan nama ‘Pasarnow’.

Startup yang berdiri sejak 2019 ini fokus menyederhanakan rantai pasok di sektor bahan makanan segar dan menawarkan produk makanan segar berkualitas kepada pelanggan, melalui platform multi-channel.

“Mekanisme pemesanan bahan pokok bagi pelaku bisnis kuliner sendiri dapat dilakukan melalui aplikasi Pasarnow. Sementara, untuk pengiriman pesanan akan diantarkan H+1, dengan pemesanan yang dilakukan sebelum pukul lima sore,” papar Iqbal.

Iqbal melanjutkan, selain menyasar pelaku bisnis kuliner, Pasarnow juga menyediakan kebutuhan bagi ibu rumah tangga, working moms, sport/vegan/healthy enthusiast serta hotel, restoran, dan kafe.

“Sejauh ini Pasarnow telah memiliki 24.769 pelanggan B2B, dan 804 pelanggan HoReCa (hotel, restoran, kafe). Serta, dapat menjangkau layanan di berbagai wilayah seperti Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya,” jelas Iqbal.

Dalam memberi kepuasan layanan bagi banyak pelanggannya itu, Pasarnow sendiri memiliki lebih dari 1.000 mitra petani dan pemasok bahan pokok harian, dengan lebih dari 100 karyawan dan 200 pekerja harian dan mitra pengemudi.

Kemitraan Reseller Pasarnow bagi Pelaku Bisnis Pemula

Selain itu, platform Pasarnow juga membuka program kemitraan yakni MitraNow. Komunitas mitra satu ini terbuka bagi pelaku bisnis pemula yang ingin mencoba peruntungannya menjadi reseller kebutuhan bahan pokok sehari-hari.

“Kami sangat terbuka untuk merekrut mitra-mitra baru. Target mitra kami mostly ibu atau bapak rumah tangga, yang mempunyai banyak relasi atau tergabung dalam suatu komunitas di area tempat tinggalnya, serta aktif bersosialisasi dengan warga sekitar,” kata Iqbal.

Keuntungannya adalah mitra akan mendapatkan penghasilan berkat hasil penjualan kebutuhan bahan pokok sehari-hari yang dijual dengan harga kompetitif. Selain itu, mitra juga akan mendapatkan komisi, voucher dan kupon belanja sebagai reward.

“Untuk mendaftar jadi Mitra, bisa melalui aplikasi Pasarnow ataupun menghubungi customer service, yang nantinya akan disambungkan ke tim sales. Syaratnya hanya memiliki KTP dan norekening. Bermodalkan HP mitra dapat menghasilkan jutaan rupiah,” lanjut Iqbal.

Tips Bagi Pelaku Bisnis Kuliner

Ada pun Iqbal juga membagikan tips bagi pelaku bisnis kuliner dalam pemanfaatan layanan online seperti platform belanja kebutuhan pokok bagi kelangsungan bisnisnya. Pertama, pelaku bisnis kuliner perlu memiliki human resource yang familiar dengan penggunaan teknologi.

“Selanjutnya, bagi pelaku bisnis kuliner yang ingin memasarkan produknya secara online, dapat memasang biaya yang lebih murah, namun efektif untuk menjangkau calon konsumen hingga konsumen tertarik membeli produk yang ditawarkan,” saran Iqbal.

Pasarnow Is Reportedly to Receive 138 Billion Rupiah Funding, Led by East Ventures

Pasarnow online grocery is reportedly received follow-on funding of $9.5 million (over 138 billion Rupiah). According to a reliable source, the round has boosted the company’s valuation to $56 million.

Again, East Ventures led the latest round, supported by a number of investors such as January Capital and Skystar Capital. DailySocial.id tried to confirm the news, but until this news published, we haven’t heard any response from the company’s representative.

Last September, Pasarnow has received $3.3 million seed funding along with the pivotal effort of its social commerce platform under the brand “Jamannow”. In this round, apart from East Ventures, also participated SMDV, Skystar Capital, Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, and others.

Pasarnow was founded in 2019 by James Rijanto, Donald Wono, and Cindy Ozzie. They are focused on simplifying the supply chain in the healthy grocery sector and offering quality fresh food products to customers through a multi-channel platform, enabling them to embrace both B2B and B2C sectors.

Each of these channels offers different prices, promotions and key features to meet specific customer needs. Pasarnow’s Co-founder and CEO, James Rijanto said food such as fruits, vegetables, and frozen meat are perishable, thus requiring fast delivery with well-controlled temperature control, and ultimately causing high logistics costs.

This is what Pasarnow currently focuses on. In the process, the operating system on the backend collects order history to generate market demand predictions, therefore, over 1,000 partner farmers and suppliers can better plan and optimize their harvest schedules.

Therefore, they can offer customers high quality and fresh ingredients at the best prices and minimize the amount of wasted fresh ingredients. To date, Pasarnow is available in Greater Jakarta and Bandung with more than 100 employees and 200 day laborers and driver partners.

Long list of online grocery startup funding

Throughout the pandemic, the online grocery business continued to reap high traction as it penetrates into daily necessities. The following is a list of funding that DailySocial.id has summarized throughout 2020 to date:

Period Startup Investment
March 2022 Sayurbox Series C
February 2022 Astro Series A
February 2022 Bananas Seed Funding
January 2022 KedaiSayur Bridge round
January 2022 JaPang Pre-Series A
November 2021 Astro Seed Funding
September 2021 Pasarnow Seed Funding
September 2021 Segari Series A
August 2021 Pasarnow Seed Funding
August 2021 Segari Series A
July 2021 HappyFresh Series D
April 2021 Sayurbox Series B
March 2021 Dropezy Seed Funding
March 2021 Segari Seed Funding
March 2021 Eden Farm Seed Funding
August 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Series A
July 2020 BorongBareng Pre-Series A
March 2020 Chilibeli Series A


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pasarnow Dikabarkan Raih Pendanaan 138 Miliar Rupiah, Kembali Dipimpin East Ventures

Startup online grocery Pasarnow dikabarkan memperoleh pendanaan lanjutan sebesar $9,5 juta (lebih dari 138 miliar Rupiah). Menurut sumber terpercaya yang kami terima, putaran tersebut melambungkan valuasi perusahaan ke angka $56 juta.

East Ventures kembali memimpin putaran teranyar tersebut, didukung sejumlah investor seperti January Capital dan Skystar Capital. DailySocial.id sempat mencoba meminta konfirmasi perihal kabar tersebut, namun belum menerima respons dari pihak hingga berita ini diturunkan.

Pada September tahun lalu, Pasarnow menerima pendanaan tahap awal senilai $3,3 juta bersamaan dengan upaya pivot dari platform social commerce dengan brand sebelumnya “Jamannow”. Pada putaran ini, selain East Ventures, terdapat SMDV, Skystar Capital, Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, dan lainnya.

Pasarnow didirikan pada 2019 oleh James Rijanto, Donald Wono, dan Cindy Ozzie. Mereka memiliki fokus untuk menyederhanakan rantai pasok di sektor bahan makanan sehat dan menawarkan produk makanan segar berkualitas kepada pelanggan melalui platform multi-channel, sehingga memungkinkan mereka untuk merangkul ranah B2B dan B2C secara sekaligus.

Tiap channel ini menawarkan harga, promosi, dan fitur utama yang berbeda untuk memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan. Co-founder dan CEO Pasarnow James Rijanto mengatakan, produk makanan seperti buah-buahan, sayuran, dan daging beku mudah rusak, sehingga membutuhkan pengiriman yang cepat dengan kontrol suhu yang terjaga, dan akhirnya menyebabkan tingginya biaya logistik.

Hal tersebutlah yang menjadi fokus Pasarnow. Dalam proses kerjanya, sistem operasi di backend mengumpulkan riwayat pesanan untuk menghasilkan prediksi permintaan pasar, sehingga lebih dari 1.000 mitra petani dan pemasok dapat merencanakan dan mengoptimalkan jadwal panen mereka dengan lebih baik.

Dengan begitu, mereka dapat menawarkan bahan makanan berkualitas tinggi dan segar dengan harga terbaik kepada pelanggan dan meminimalkan jumlah bahan segar yang terbuang. Saat ini, Pasarnow beroperasi di Jabodetabek dan Bandung dengan lebih dari 100 karyawan dan 200 pekerja harian dan mitra pengemudi.

Daftar pendanaan startup online grocery

Sepanjang pandemi, bisnis online grocery terus menuai traksi yang tinggi karena masuk ke dalam kebutuhan sehari-hari. Berikut daftar pendanaan yang DailySocial.id rangkum sepanjang 2020 hingga sekarang:

Periode Startup Investasi
Maret 2022 Sayurbox Seri C
Februari 2022 Astro Seri A
Februari 2022 Bananas Pendanaan Awal
Januari 2022 KedaiSayur Pendanaan bridge round
Januari 2022 JaPang Pra-Seri A
November 2021 Astro Pendanaan Awal
September 2021 Pasarnow Pendanaan Awal
September 2021 Segari Seri A
Agustus 2021 Pasarnow Pendanaan Awal
Agustus 2021 Segari Seri A
Juli 2021 HappyFresh Seri D
Apri 2021 Sayurbox Seri B
Maret 2021 Dropezy Pendanaan Awal
Maret 2021 Segari Pendanaan Awal
Maret 2021 Eden Farm Pendanaan Awal
Agustus 2020 Wahyoo (meluncurkan Langganan.co.id) Seri A
Juli 2020 BorongBareng Pra-Seri A
Maret 2020 Chilibeli Seri A
Application Information Will Show Up Here

Perbanyak Gaet Pengembang, Strategi Titipku Digitalisasi Pasar Tradisional

Startup online grocery Titipku punya strategi tersendiri untuk bertahan di tengah gempuran pemain quick commerce yang belakangan hadir di Indonesia. Visi perusahaan tetap kokoh untuk digitalisasi pasar tradisional, menjadi penawaran unik sebagai diferensiasi di industri.

Kepada DailySocial.id, Founder & CEO Titipku Henri Suhardja menuturkan, berangkat dari visi tersebut Titipku sejak awal ingin membantu para pedagang pasar tradisional untuk bisa bersaing di perekonomian digital. Selain itu, dengan menghadirkan produk pasar tradisional, para pelanggan punya alternatif belanja dengan harga yang lebih bersaing.

“Kita tahu sendiri harga di pasar tradisional lebih murah. Selain itu, kita juga tidak menyia-nyiakan tren baru yang terbentuk selama pandemi. Masyarakat mulai berpindah belanja offline ke online. Kami memanfaatkan tren ini untuk menjadikannya budaya belanja baru yang lebih praktis dan lebih aman,” ujar Henri.

Titipku membuka akses bagi masyarakat untuk belanja dari pasar tradisional, pasar modern, maupun supermarket terdekat secara online. Kurir belanja Titipku/Jatiper bertugas untuk membelanjakan dan mengantarkan pesanan pelanggan. Sebelum terjun ke lapangan, Jatiper sudah dibekali dengan edukasi soal memilih produk belanjaan, garda terdepan untuk menjamin kualitas produk sampai ke konsumen.

Diklaim, rata-rata pengiriman di Titipku selesai dalam 30 menit. Durasi ini dirasa sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dibanding mereka harus pergi ke pasar sendiri. “Waktu pengantaran yang tidak terlalu terburu-buru juga dilakukan agar Jatiper selamat dalam perjalanan.”

Dalam quick commerce itu sendiri, mengutamakan pengiriman dalam waktu belasan menit untuk sampai ke konsumen. Hal tersebut dapat tercapai karena mereka bekerja secara efisien, memanfaatkan kehadiran dark store (gudang kecil) yang ditempatkan di lokasi strategis, penataan yang tepat sehingga seluruh ruang dapat dimaksimal dengan baik, serta armada logistik sendiri.

Para pemain baru di segmen ini memulai debutnya di Jakarta. Mereka adalah Astro, Bananas, dan Dropezy. Radius menjadi satu-satunya yang fokus di luar Jakarta. Di luar itu, solusi sejenis ini mulai masuk sebagai opsi yang ditawarkan oleh para pemain e-commerce, termasuk online grocery, untuk menawarkan pengiriman dapat sampai dalam hitungan 1-2 jam dari tadinya harus pre-order satu hari sebelumnya atau beberapa jam sebelumnya.

Perbanyak kemitraan dengan pengembang

Salah satu langkah Titipku untuk memperluas solusinya dengan cepat adalah bermitra dengan para pengembang besar. Jaya Group dan Agung Sedayu Group adalah dua nama yang sudah diumumkan perusahaan. Seluruh pasar-pasar yang berada di bawah naungan Jaya Group akan masuk ke dalam aplikasi Titipku, seperti di wilayah Bintaro (Pasar Modern Bintaro) dan Tangerang Selatan.

Hal yang sama berlaku untuk kemitraan dengan Agung Sedayu Group, ada tiga pasar yang masuk ke dalam aplikasi. Ketiganya adalah Fresh Market PIK, Fresh Market Green Lake City, dan Fresh Market Grand Galaxy City. Menurut Henri, kemitraan tersebut membuka kesempatan, baik bagi pedagang maupun pembeli, karena pasar ini dikelola dengan baik dan bersih, sehingga produk yang dijual pun segar.

Secara total, hingga kini perusahaan telah hadir di 123 pasar tradisional, modern, dan supermarket di Jabodetabek. Titipku pertama kali hadir di Yogyakarta, kemudian menambah kantornya di Kelapa Gading untuk menandai debutnya di Jakarta. Perusahaan pun membidik layanan belanja di Tangerang dan sekitarnya, yang akhirnya berdampak pada perpindahan kantornya ke wilayah BSD yang sudah diresmikan sejak awal tahun ini.

Penambahan lokasi akan terus dilakukan perusahaan dengan memfokuskan kehadiran di luar Jabodetabek. Potensi yang bisa digarap di sana jauh lebih besar, terlebih diklaim banyak calon pengguna Titipku melalui media sosial yang meminta layanannya hadir di lokasi dekat rumah mereka.

“Sejauh ini growth aplikasi kami cukup memuaskan, terbukti di Google Play kami mendapatkan peringkat yang signifikan untuk aplikasi di kategori Online Grocery. Dengan pengguna mendekati 1 juta, kami optimis untuk bisa menjadi relevan memenuhi kebutuhan belanja harian masyarakat,” pungkasnya.

Untuk mendukung ekspansinya tersebut, Henri mengaku perusahaan sudah menerima pendanaan dari investor lokal. Tidak dipaparkan lebih lanjut mengenai hal tersebut. Selain itu, sokongan investasi juga sebelumnya sudah didapatkan sejak Titipku masuk ke dalam program akselerator Y Combinator (YC S21).

***
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Application Information Will Show Up Here

Sayurbox Umumkan Pendanaan Seri C Senilai 1,7 Triliun Rupiah

Sayurbox mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C senilai $120 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC). Investor sebelumnya turut terlibat, di antaranya Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain, dan beberapa investor lainnya.

Pendanaan seri C ini didapat kurang dari setahun setelah pendanaan Seri B senilai $15 juta yang dipimpin oleh Astra. Perolehan tersebut makin mengokohkan perusahaan di jajaran centaur lokal dengan estimasi valuasi sekitar $200 juta-$400 juta.

Dana segar yang didapat akan digunakan untuk mempercepat penetrasi layanan Sayurbox di kota-kota baru seperti Bandung dan beberapa kota lainnya, serta memperluas rantai pasokan end-to-end Sayurbox secara nasional.

Sayurbox mengatakan telah mengalami pertumbuhan eksponensial melalui penambahan produk, ekspansi cakupan wilayah dari Jabodetabek ke Surabaya dan Bali, serta membangun jaringan gudang mikro untuk layanan cepat (quick commerce) Sayurbox dan SayurKilat.

“Sayurbox didirikan dengan misi sosial untuk memberikan akses pasar kepada petani lokal melalui digitalisasi rantai pasok pertanian Indonesia. Sistem dan ekosistem yang kami kembangkan memungkinkan kami untuk memiliki visibilitas penuh dari seluruh rantai pasokan pertanian, memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan dalam hal pilihan produk, kesegaran, harga, dan pengiriman tepat waktu,” ujar Co-Founder & CEO Sayurbox Amanda Susanti.

Didirikan pada tahun 2017, Sayurbox kini menyediakan lebih dari 5.000 produk hasil pertanian, daging dan ikan, serta makanan jadi, dengan cakupan pengantaran di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Sayurbox saat ini melayani sekitar 1 juta pelanggan serta bekerja sama dengan lebih dari 10.000 petani di seluruh Indonesia.

Online grocery di Indonesia

Sayurbox juga telah memulai model bisnis quick commerce / Sayurbox

Layanan online grocery menjadi salah satu model bisnis yang berkembang pesat selama pandemi. Mobilitas masyarakat yang terbatas membuat mereka mencari alternatif untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Namun demikian, untuk memenangkan pangsa pasar online grocery bukan perkara mudah. Tantangannya mulai dari penyediaan infrastruktur, sistem rantai pasok, sampai dengan persaingan yang semakin ketat – baik dengan para pendatang baru maupun raksasa ritel sebelumnya.

“Berkembang di sektor online grocery bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat risiko besar operasional dan logistik, serta perbedaan perilaku konsumen yang beragam. Namun, Sayurbox telah menemukan kunci dan solusi mengatasi tantangan ini dan berhasil berkembang pesat serta berkelanjutan. Sayurbox kini telah menjadi perusahaan berkelas dunia, tak kalah dengan startup-startup online grocery unggul lainnya di dunia, dengan operasional yang memungkinkan mereka mengantarkan produk segar dari petani ke konsumen hanya dalam 12 jam,” ujar Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi.

Sepanjang tahun 2022 ini, industri online grocrey di Indonesia memang menjadi lebih menarik untuk diperhatikan. Januari lalu, Kedai Sayur baru umumkan dana segar 50 miliar Rupiah dan mengokohkan diri menjadi bagian Triputra Group. Dilanjutkan CT Corp dan Bukalapak yang meluncurkan AlloFresh — terafiliasi dengan bisnis ritel Transmart. Astro dan Bananas juga bukukan pendanaan untuk penetrasi lebih dalam layanan quick commerce mereka. Terakhir Traveloka kenalkan fitur serupa online grocery sebagai bagian dari lifestyle superapp.

Menurut studi yang dilakukan L.E.K. Consulting, layanan online grocery di Indonesia nilai pasarnya telah mencapai $1 miliar di tahun 2021, diproyeksikan akan bertumbuh pesat sampai $6 miliar pada 2025 mendatang.

Potensi nilai yang besar tersebut turut dilihat raksasa teknologi lokal sebagai sebuah kesempatan. Misalnya dilakukan Blibli dengan mengakuisisi induk Ranch Market untuk perkuat penetrasi produk bahan makanan segar. GoTo sebelumnya mengakuisisi 6,74% saham jaringan ritel Hypermart untuk perkuat strategi omnichannel di kebutuhan pokok. Terakhir ada Traveloka yang mulai kenalkan fitur serupa online grocery di aplikasinya.

Application Information Will Show Up Here