PasarPolis and Its Focus on Product Innovation and Growth

After receiving fresh series A funding in 2018 from Go-Jek, Tokopedia, and Traveloka with an unspecified value, PasarPolis insurtech is reportedly to be in discussion with the International Finance Corporation (IFC) for further round. Regarding the truth, Cleosent Randing as the founder gives some clarification to DailySocial.

“We avoid commenting on such speculation. We continue to receive offers from the best investors from within and outside the country. We are always open to those who have the vision to democratize insurance for all through technology,” Cleosent said.

Was founded in 2015, PasarPolis is said to experience double-digit growth every month. The company has also developed some new breakthroughs such as collaboration with Gojek in developing insurance named Go-Sure, and developing new products such as cracked screen protection using patented QR code technology. Previously. they also expand to Thailand and Vietnam.

“Amid the Covid-19 pandemic we’ll also launched many products to protect the wider community,” Cleosent said.

The current outbreak of the Covid-19 virus is claimed to affect just a speck of the PasarPolis business. Although some of our partners in the transportation sector have decreased in traffic rate. It is said that PasarPolisis to overcome this by diversifying products into health. For example, the current products that rapidly growing with the number of partners from several industry segments outside transportation.

“To date, we have worked with more than 30 partners, almost all of them are leaders in their respective industries, such as Gojek on ride-hailing, Tokopedia in e-commerce services. In 2019, PasarPolis protects and releases more than 50 million insurance policy every month,” Cleosent said.

PasarPolis plans after the pandemic

Cleosent Randing saat peluncuran Go-Sure
Cleosent Randing at Go Sure launching

With the Covid-19 pandemic still ongoing, it is predicted that today and in the future new habits will be formed among people who prefer to buy insurance products online.

The insurtech platforms, such as PasarPolis which is actively increasing literacy in the importance of insurance, expected to increase public awareness in the future about the importance of easy and affordable insurance. Utilizing platforms such as PasarPolis that provide access and convenience in providing insurance is now much easier via digital.

“We see that after the Covid-19 pandemic ends will begin a new ‘ normal’ era where insurance purchases via digital continue to increase. With lower distribution costs, consumers can get more value and this Pandemic certainly provides a lesson for us all how important it is to maintain health,” Cleosent said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian 

PasarPolis dan Fokusnya pada Pertumbuhan dan Inovasi Produk

Setelah tahun 2018 lalu layanan insurtech PasarPolis menerima dana segar seri A dari Go-Jek, Tokopedia, dan Traveloka dengan nilai yang tidak disebutkan, kabarnya perusahaan tengah dalam penjajakan dengan International Finance Corporation (IFC) untuk pendanaan berikutnya. Disinggung kebenaran kabar tersebut, Cleosent Randing selaku founder memberikan klarifikasinya kepada DailySocial.

“Kami tidak berkomentar untuk spekulasi. Kami terus menerima tawaran dari investor investor terbaik dari dalam maupun luar negeri. Kami selalu terbuka kepada mereka yang memiliki satu visi untuk mendemokratisasi asuransi untuk semua lewat teknologi,” kata Cleosent.

Hadir tahun 2015 lalu, kini PasarPolis mengklaim terus mengalami peningkatan dengan double digit growth setiap bulannya. Perusahaan juga telah mengembangkan banyak terobosan baru seperti kerja sama dengan Gojek dalam mengembangkan asuransi di Gojek melalui Go-Sure, dan mengembangkan produk baru seperti proteksi layar retak dengan menggunakan teknologi QR code yang telah di patenkan. Sebelumnya mereka juga telah melancarkan ekspansi ke Thailand dan Vietnam.

“Di tengah pandemi Covid-19 kami juga meluncurkan banyak produk yang melindungi masyarakat luas,” kata Cleosent.

Penyebaran Covid-19 saat ini diklaim tidak terlalu berpengaruh kepada bisnis dari PasarPolis. Meskipun beberapa partner di bidang transportasi mengalami penurunan dari sisi traffic. Konon hal tersebut bisa teratasi oleh PasarPolis dengan adanya diversifikasi produk ke kesehatan. Misalnya yang justru bertumbuh sangat pesat di saat ini dan juga dengan banyaknya partner dari beberapa segmen industri di luar transportasi.

“Sampai saat ini kami telah bekerja sama dengan lebih dari 30 partners, hampir semuanya adalah leader di industri masing-masing, seperti Gojek di ride hailing, Tokopedia di layanan e-commerce. Pada tahun 2019 PasarPolis setiap bulannya melindungi dan mengeluarkan lebih dari 50 juta polis asuransi,” kata Cleosent.

Rencana PasarPolis usai pandemi

Cleosent Randing saat peluncuran Go-Sure
Cleosent Randing saat peluncuran Go-Sure

Meskipun pandemi Covid-19 masih terus berlangsung, diprediksi saat ini dan ke depannya akan terbentuk kebiasaan baru di kalangan masyarakat yang lebih banyak memilih dan membeli produk asuransi secara online.

Dengan adanya platform insurtech seperti PasarPolis yang secara aktif terus meningkatkan literasi akan pentingnya asuransi, harapannya bisa meningkatkan kesadaran masyarakat ke depannya akan pentingnya asuransi yang dapat diperoleh dengan sangat mudah dan juga terjangkau. Memanfaatkan platform seperti PasarPolis yang memberikan akses dan kemudahan dalam memberi asuransi jauh lebih mudah lewat digital.

“Kami melihat setelah pandemi Covid-19 usai akan terbentuk kebiasaan baru ‘new normal’ di mana pembelian asuransi lewat digital terus meningkat. Karena biaya distribusi yang lebih rendah sehingga konsumen bisa mendapatkan value yang lebih dan juga Pandemi ini tentunya memberikan suatu pembelajaran bagi kita semua betapa pentingnya menjaga kesehatan,” kata Cleosent.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal Simas Insurtech, Unit Asuransi Umum Berbasis Digital dari Grup Sinar Mas

Industri asuransi kini menjadi generasi fintech berikutnya yang ikut terpengaruh dari pesatnya perkembangan teknologi. Penetrasinya yang masih kecil, mendorong pemain startup untuk menggarapnya dengan berbagai pendekatan baru.

Grup Sinar Mas melihat peluang tersebut dengan meluncurkan anak usaha bernama Asuransi Simas Net sejak 2015. Kemudian berganti nama menjadi Asuransi Simas Insurtech sejak awal tahun ini dengan semangat ingin perkuat posisinya sebagai asuransi berbasis teknologi.

“Terlebih, istilah insurtech itu sudah secara luas dipakai secara internasional juga,” ucap Direktur Utama Simas Insurtech Teguh Aria Djana kepada DailySocial.

Menjadi perusahaan asuransi online membawa banyak keuntungan yang tidak bisa didapatkan oleh asuransi konvensional. Perusahaan lebih luwes dalam mengembangkan produk, misalnya produk asuransi perjalanan yang dibuat punya berbagai variasi sesuai kebutuhan pengguna.

Khusus untuk asuransi perjalanan saja, perusahaan bisa memiliki lebih dari 10 variasi, contohnya produk asuransi khusus delay untuk penumpang pesawat terbang. Di luar itu, ada asuransi khusus layar smartphone jika retak karena jatuh atau ada benturan.

Secara variasi, perusahaan merancang produk untuk kebutuhan masyarakat modern, seperti asuransi mobil, perjalanan, kecelakaan diri, rumah, hewan peliharaan, kredit untuk fintech, dan lainnya.

“Ada beberapa produk baru yang akan dan sedang kita develop. Kita banyak fokus ke proses klaim, [agar] nantinya lebih cepat baik proses verifikasi dan settlement-nya.”

Manfaatkan kemitraan dengan perusahaan teknologi

Keuntungan lainnya yang bisa diandalkan Simas Insurtech sebagai perusahaan teknologi adalah kemudahan dalam memasarkan produk. Menurut Teguh, kehadiran agregator fintech justru sangat menguntungkan karena perusahaan bisa menjangkau lebih banyak segmen masyarakat.

Hampir semua platform agregator sudah menjadi mitra Simas Insurtech, sebut saja PasarPolis, Qoala, Fuse, Cermati, dan GoBear. Tak hanya platform fintech, Simas Insurtech juga menjual produknya lewat Traveloka (khusus produk asuransi perjalanan) dan bundling pembelian tiket perjalanan di Tokopedia dan JD.id.

Berbagai kemitraan ini, mendorong penjualan signifikan untuk produk populer seperti  asuransi perjalanan, asuransi penjaminan kredit untuk pinjaman fintech, dan asuransi kendaraan bermotor.

“Sangat terbantu karena para agregator menjadi channel distribution yang kontribusinya cukup signifikan.”

Dia menargetkan sepanjang tahun ini perusahaan dapat mencetak premi sebesar Rp100 miliar, naik dari realisasi tahun lalu sebesar Rp54 miliar. Adapun per Juni 2019, perusahaan telah mencetak premi hingga Rp53 miliar atau naik 166% dari periode yang sama tahun lalu.

“Penetrasi asuransi di Indonesia kami harapkan bisa meningkat dari kehadiran pemain seperti kami. Lihat dari sisi premi saja, pertumbuhan premi kami di atas 100%,” tutupnya.

Simas Insurtech merupakan anak perusahaan dari PT Asuransi Sinar Mas melalui Sinarmas Multifinance yang menggenggam 85% saham dan PT Sinar Mas Multi Artha Tbk yang memiliki 15%.

Selain Simas Insurtech, pemain sejenis lainnya yang bermain di ranah ini adalah Jagadiri, FWD Life, dan AXA Direct. Yang terbaru adalah kehadiran Simplr sebagai produk digital dari perusahaan Asuransi Parolamas.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Jumps Into Online Insurance Business Through PasarPolis

Gojek introduces Go-Sure as its latest service targeting the online insurance industry. It’s still in beta version and available only for selected users. The service provided by PasarPolis online insurance and currently sell travel insurance products.

The possibility is high for Go-Sure to add new variants considering PasarPolis also has other products, such as vehicle insurance and gadget screen. The latest service is to tighten Gojek’s position as a super app.

PasarPolis synergy with Gojek becomes stronger after the series A funding involving Traveloka and Tokopedia last year. They also support gadget insurance for drivers and accidental insurance for all customers, either in Indonesia or other Gojek’s operational countries, Vietnam and Thailand.

The procedure is quite easy. Users only required to fill the flight type, destination, date, and profile. Payments can be made via bank transfer, credit card, or Go-Pay. It has two options, Rp17,500 or Rp35,000.

PasarPolis also provides instant claim as an added value. By entering the flight number, the system will automatically notify the customers of delay or any other issues. The claim supposed to be faster.

The lack of insurance penetration in Indonesia has become a stuffed cake to be taken seriously. Another unicorn startup, Traveloka, already provide travel insurance in its app, partners with Asuransi Simasnet. They also offer bundling products for each booking with Chubb insurance. Meanwhile, PasarPolis is available in JD.id, PegiPegi, and Citilink.

They also claim to handle more than 100 thousand travel insurance purchasing and hundreds of claims. In the Q4 of 2018, it has sold more than a million insurance policies.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gandeng PasarPolis, Gojek Masuk ke Bisnis Asuransi Online

Gojek mulai memperkenalkan Go-Sure sebagai layanan terbaru yang menyasar ranah asuransi online. Go-Sure masih bersifat beta dan belum tersedia untuk semua pengguna. Layanan ini disediakan asuransi online PasarPolis dan baru menjual produk asuransi perjalanan.

Besar kemungkinan Go-Sure menambah variasi produk di masa depan mengingat PasarPolis juga memiliki sejumlah produk lain, seperti asuransi kendaraan dan layar gadget. Kehadiran Go-Sure diharapkan makin mengukuhkan Gojek sebagai super app di berbagai layanan.

Keterikatan PasarPolis dengan Gojek cukup kuat pasca menjadi investor bersama Traveloka dan Tokopedia di pendanaan Seri A tahun lalu. PasarPolis juga mendukung asuransi gadget untuk mitra pengemudi dan asuransi kecelakaan untuk setiap penumpang yang memanfaatkan layanan transportasi Gojek, baik di Indonesia maupun wilayah operasional Gojek di Vietnam dan Thailand.

Pembelian asuransi di Gojek cukup mudah. Pengguna cukup mengisi jenis penerbangan, tujuan, tanggal penerbangan, dan identitas diri. Opsi pembayarannya mulai dari transfer bank, kartu kredit, atau Go-Pay. Pilihan harga per polis adalah Rp17.500 dan Rp35 ribu.

PasarPolis menyediakan fitur klaim instan untuk memberikan nilai tambah buat pengguna. Dengan memasukkan nomor penerbangan, nanti sistem perusahaan akan secara otomatis memberi tahu pengguna apabila terjadi delay atau hal lainnya. Pembayaran klaim diharapkan lebih cepat.

Masih minimnya penetrasi asuransi di Indonesia menjadi kue bisnis yang gurih untuk diseriusi. Startup unicorn lainnya, Traveloka, menyediakan pembelian asuransi perjalanan di dalam aplikasinya, menggandeng Asuransi Simasnet. Mereka juga menyediakan produk bundling untuk setiap pembelian tiket perjalanan dengan Asuransi Chubb. Sementara PasarPolis tersedia di JD.id, PegiPegi, dan Citilink.

PasarPolis mengklaim sejauh ini setiap bulannya membukukan lebih dari 100 ribu pembelian asuransi perjalanan dan ratusan pencairan klaim. Pada kuartal empat 2018, PasarPolis mencatatkan lebih dari satu juta polis asuransi terjual.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Rilis Fitur BukaAsuransi, Gaet Allianz Sebagai Mitra Perdana

Bukalapak meresmikan fitur BukaAsuransi sebagai produk fintech berikutnya yang bergerak di bidang asuransi. Allianz Indonesia menjadi mitra pertama dengan merilis produk khusus BukaProteksi Diri yang dijual melalui Bukalapak.

“Melalui kerja sama ini, kami percaya inovasi teknologi kami dapat bermanfaat bagi jutaan masyarakat sehingga proses memiliki asuransi jadi semakin mudah,” ujar Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid, Kamis (2/5).

BukaProteksi Diri adalah produk asuransi kesehatan pertama yang ditawarkan untuk memberikan pengalaman digital terbaik. Produk ini menawarkan asuransi kesehatan dengan harga terjangkau dengan premi tahunan mulai dari Rp236.250 hingga Rp945.000. Ekuivalen dengan Rp19 ribu per bulan.

Seluruh proses dilakukan secara online, mulai dari registrasi, pembayaran, menerima polis, hingga klaim cukup melalui aplikasi Bukalapak. Nasabah akan mendapat penggantian biaya rawat inap sebesar Rp200 ribu per hari dan maksimum limit klaim Rp6 juta, tergantung jenis manfaat yang diambil.

Bukalapak tergolong cukup aktif dalam merilis produk fintech, di antaranya reksa dana online (BukaReksa), tabungan emas (BukaEmas), dan cicilan online (BukaCicilan) dengan menggandeng berbagai mitra yang telah memiliki izin resmi dari OJK. Dari sisi merchant, mereka juga merilis produk cicilan untuk membantu permodalan bekerja sama dengan perbankan dan fintech lending.

Country Manager & Direktur Utama Allianz Life Indonesia Joos Louwerier menambahkan, strategi ini adalah upaya perusahaan dalam menambah kanal baru penjualan asuransi melalui digital, dari kanal yang sebelumnya telah digunakan yakni agensi dan bancassurance.

Ditambah pula, kanal digital membantu ambisi perusahaan untuk memberikan perlindungan kepada lebih banyak masyarakat, khususnya yang berasal dari kategori mass & emerging segment.

“Dengan basis nasabah yang sangat besar dari Bukalapak, BukaProteksi Diri akan menjangkau masyarakat Indonesia yang sangat luas. Produk ini didesain khusus untuk distribusi secara digital sehingga nasabah dapat membeli dengan mudah, cepat, dan aman,” ujar Chief Partnership Distribution Officer Allianz Life Bianto Surodjo.

Application Information Will Show Up Here

Grab Partners with ZhongAn, Introducing Insurance Product in App

In order to provide insurance for customers and drivers, Grab Holdings Inc. (Grab) forms a strategic partnership by creating a joint venture with ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. Furthermore, there will be various categories in the Grab app.

The product will be available in Singapore earlier this year. Grab offers insurance products for drivers to protect them of losing income due to health problem or accident.

Later, the insurance product will arrive to other countries, including Indonesia. This platform is expected to create access to the insurance products for those uninsured and underinsured.

“The insurance platform launching is part of our commitment to be the top “everyday superapp” in Southeast Asia. With more than 130 million downloads in around 336 cities, our in-depth knowledge of customer’s behavior and demand makes it possible to provide innovative insurance products that could give additional value for customers.

Customers can purchase insurance in Grab app

This partnership is to bridge the issues often discovered in the search of insurance products, including unaffordable premium. Payment through GrabPay is allowed.

“We’re very pleased to announce comprehensive partnership with Grab. We ensure to overcome the Southeast Asian customer’s insurance demand, along with Grab and other leading insurance companies,” Wayne Xu, ZhongAn’s Vice General Manager said.

As part of the partnership agreement, ZA International,for business development overseas created by ZhongAn Insurance, will bring technical assets in making platform and insights related to internet ecosystem in the established joint venture.

“As the only player in the digital payment industry with license in Southeast Asia’s six major countries, we’ll improve our regional network and partnered up with global insurance to grow rapidly in countries where our business run,” Ruben Lai, Head of Grab Financial said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Gandeng ZhongAn, Grab Hadirkan Produk Asuransi di Aplikasi

Bertujuan untuk menghadirkan produk asuransi kepada pelanggan dan mitra pengemudi, Grab Holdings Inc (Grab) menjalin kerja sama strategis dengan membentuk joint venture dengan perusahaan asuransi ZhongAn Online P&C Insurance Co., Ltd. Selanjutnya perusahaan akan menghadirkan berbagai macam kategori melalui aplikasi Grab.

Di peluncuran awal, produk tersebut baru akan tersedia di Singapura awal tahun ini. Grab menawarkan produk asuransi bagi mitra pengemudi untuk melindungi mereka dari risiko kehilangan pendapatan karena penyakit atau kecelakaan.

Ke depannya produk asuransi tersebut juga akan tersedia di negara lain, termasuk Indonesia. Kehadiran platform ini diharapkan bisa membuka akses terhadap produk-produk asuransi bagi orang-orang yang termasuk dalam kategori uninsured dan underinsured.

“Peluncuran platform asuransi ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk menjadi everyday superapp terkemuka di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 130 juta unduhan dan kehadiran di 336 kota, pengetahuan mendalam kami mengenai perilaku dan kebutuhan pelanggan memungkinkan untuk menyediakan produk asuransi inovatif yang memberikan nilai lebih bagi pelanggan,” sambut President Grab Ming Maa.

Pelanggan dapat membeli produk asuransi dari aplikasi Grab

Kerja sama ini ingin menjembatani permasalahan yang kerap ditemui dalam mencari produk asuransi, termasuk premi yang kurang terjangkau. Pembayaran dimungkinkan melalui potongan saldo di GrabPay.

“Kami sangat senang dapat mengumumkan kerja sama komprehensif bersama Grab. Kami yakin bahwa dapat menjembatani kebutuhan asuransi pelanggan di Asia Tenggara, bersama Grab dan perusahaan asuransi terkemuka lainnya,” kata Vice General Manager ZhongAn Wayne Xu.

Sebagai bagian dari kesepakatan kerja sama, ZA International, sebagai entitas untuk pertumbuhan bisnis luar negeri yang dibentuk oleh ZhongAn Insurance, akan membawa aset-aset teknis untuk menciptakan platform serta wawasan terkait ekosistem internet dalam joint venture yang didirikan.

“Sebagai satu-satunya pemain dalam industri pembayaran digital yang memiliki lisensi di enam negara besar Asia Tenggara, kami akan meningkatkan jangkauan regional dan bekerja sama dengan mitra asuransi global untuk tumbuh dengan pesat di berbagai negara tempat kami beroperasi,” kata Head of Grab Financial Ruben Lai.

Application Information Will Show Up Here

Peranan dan Tantangan Layanan Asuransi Online

Makin maraknya layanan asuransi online saat ini masih menyulitkan nasabah untuk melakukan pengaduan atau mengklaim asuransi mereka. Hal ini disebabkan layanan asuransi online yang kebanyakan sifatnya sebagai agregator atau perantara. Mereka idak memiliki cara yang akurat hingga lisensi yang tepat oleh regulator, dalam hal ini adalah Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

CEO PT Futuready Insurance Broker (Futuready) Sendy Filemon menjadi pembicara dalam sesi #SelasaStartup kali ini. Futuready merupakan perusahaan perantara asuransi berbasis digital. Dalam presentasinya disebutkan tantangan dan peranan layanan asuransi online yang tepat untuk mendorong lebih banyak lagi masyarakat membeli produk asuransi secara online.

Mengedepankan lisensi OJK

Sebagai salah satu perusahaan asuransi yang menawarkan berbagai produk asuransi dari perusahaan asuransi, Sendy mengklaim lisensi yang sudah dikantongi dari OJK memperkuat posisi Futuready sebagai perusahaan broker asuransi berbasis digital. Bukan hanya memberikan produk asuransi yang beragam, Futuready juga meyakinkan pengguna keamanan dan jaminan bahwa semua proses yang dibutuhkan bisa berjalan dengan lancar. Saat ini banyak layanan asuransi online yang menawarkan produk asuransi dengan memanfaatkan pihak ketiga untuk pendistribusiannya. Hal ini menyulitkan nasabah yang ingin bertanya lebih lanjut bahkan mengklaim asuransi milik mereka.

“Idealnya semua proses yang terjadi dalam transaksi pembelian produk asuransi harus diawasi oleh regulator, yaitu OJK. Namun di Indonesia kegiatan tersebut belum dilakukan secara ideal, sehingga kerap menimbulkan masalah dan merugikan nasabah asuransi,” kata Sendy.

Lisensi yang dimiliki perusahaan asuransi dari OJK juga membantu mereka untuk menjalankan bisnis ke arah yang tepat. Hal ini penting untuk meyakinkan lebih banyak orang membeli polis asuransi online.

“Saya melihat ada tipe orang yang tertarik untuk membeli asuransi sendiri, tanpa ditawarkan oleh layanan asuransi secara offline atau online. Kategori tersebut yang diincar oleh perusahaan asuransi online,” kata Sendy.

Mengajak lebih banyak pemain berlisensi

Meskipun saat ini kompetisi di antara pemain asuransi online sudah banyak, namun jika mereka tidak memiliki lisensi dari OJK akan mengurangi kredibilitas perusahaan asuransi tersebut. Sendy melihat ada baiknya semua layanan asuransi online mengajukan perizinan kepada OJK, baik itu sebagai agen atau pialang.

“Layanan asuransi online sifatnya hanya sebagai perantara dan tidak memiliki komitmen untuk memberikan layanan yang optimal kepada nasabah. Dengan ijin yang dimiliki dari regulator, bisa memperkuat posisi layanan asuransi online agar berpihak kepada nasabah, bukan hanya kepada perusahaan asuransi,” kata Sendy.

Sendy melanjutkan, Futuready selama ini sepenuhnya melayani kebutuhan dari nasabah dan tidak memberikan ruang khusus untuk perusahaan asuransi beriklan atau membayar layanan lebih untuk mendapatkan fitur di platform Futuready.

“Saat ini masyarakat sudah sangat kritis dalam hal pemilihan produk asuransi. Jika mereka sudah membeli di satu layanan asuransi online, belum tentu mereka akan kembali lagi di layanan yang sama. Untuk itu layanan pelanggan yang baik serta menjaga kepercayaan nasabah menjadi prioritas kami perusahaan broker asuransi berbasis digital,” kata Sendy.

Futuready dan Prospek Bisnis Broker Asuransi Online di Indonesia

Berbicara layanan jasa keuangan (LJK) di Indonesia, salah satu unsur utama yang harus ditaati adalah hukum. Pasalnya, LJK berbeda dengan industri lainnya karena ada transaksi dari dana nasabah, sehingga kejelasan izin usaha menjadi kunci utama membuka usaha LJK. Aturan dibuat karena tujuan akhirnya bermuara ke perlindungan konsumen dari tindakan moral hazard.

Atas dasar pemikiran itulah, Futuready didirikan. Futuready adalah perusahaan pialang (lebih dikenal broker) asuransi, dengan jalur penjualan khusus online. Perusahaan ini diklaim memiliki lisensi resmi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dengan nama usaha PT Futuready Insurance Broker dan nomor izin no. KEP-518/NB.1/2015.

Izin usaha Futuready sudah keluar sejak 2015, namun situs baru tersedia sejak pertengahan tahun lalu. Saham Futuready dimiliki oleh Aegon Grup sebanyak 80% dan sisanya 20% dimiliki perusahaan lokal dengan identitas tidak disebutkan.

Aegon Grup adalah perusahaan asuransi jiwa yang bermarkas di Den Haag, Belanda. Aegon memilih masuk ke Indonesia sebagai perusahaan broker, bukan berlisensi perusahaan asuransi. Alasannya simpel karena pemain asuransi di Indonesia sudah terlalu padat, sehingga prospek broker asuransi dinilai lebih cerah dan menjanjikan.

“Saat bicara Futuready, kami paham ini akan jadi manfaat yang besar bagi masyarakat Indonesia namun harus dalam ranah hukum yang jelas. Kalau kami yakin tujuannya mulia, ya caranya harus mulia [memiliki izin lisensi],” terang CEO dan Presiden Direktur Futuready Sendy Filemon kepada DailySocial.

Mendapatkan izin lisensi untuk menawarkan produk jasa keuangan itu, menurut Sendy, hukumnya wajib karena jasa keuangan itu berbeda dengan menawarkan produk fesyen, elektronik, atau tiket perjalanan. Transaksi justru baru dimulai saat uang berpindah tangan, misal dalam asuransi, transaksi baru akan selesai apabila masa pertanggungan berakhir.

Sumber dana dari perusahaan jasa keuangan itu hanya ada tiga, yaitu dari modal, keuntungan bisnis, dan uang nasabah. Potensi terjadinya moral hazard pun makin besar.

“Karena ada uang titipan, ada risiko yang pegang dana bisa kabur. Ini bisa terjadi moral hazard, kalau ada feedback negatif dari konsumen karena hal tersebut, bisa rusak industri. Makanya itu perlu izin usaha resmi yang sesuai regulasi, dalam hal ini OJK mengeluarkan izin dan bertugas mengawasi perusahaan setelah izin diberikan.”

Berdasarkan POJK, ketentuan untuk mendirikan perusahaan broker adalah menyiapkan modal disetor minimal Rp3 miliar. Wajib disetor secara tunai dan penuh dalam bentuk deposito berjangka dan/atau rekening giro atas nama perusahaan pada salah satu bank umum di Indonesia.

Biaya distribusi produk jasa keuangan sangat mahal

CEO dan Presiden Direktur Futuready Sendy Filemon / DailySocial
CEO dan Presiden Direktur Futuready Sendy Filemon / DailySocial

Sendy bercerita, saat pihaknya terpikirkan mendirikan Futuready ingin memecahkan permasalahan titik distribusi produk jasa keuangan yang terbilang mahal dan eksklusif. Saat ini pola pemasaran produk jasa keuangan kebanyakan dilakukan secara captive, bukan shared.

Hal inilah yang membuat harga produk asuransi, pada khususnya, jadi mahal. Sebab, pada akhirnya masyarakatlah yang harus membayar kemahalan tersebut, pasalnya komisi agen dibebankan ke konsumen karena biaya ini masuk ke harga produk. Belum lagi, dengan cara captive, membuat produk jasa keuangan jadi terasa eksklusif karena standar pelayanan dan dokumen yang digunakan disediakan berstandar Jakarta.

Padahal, di daerah bagi bank swasta atau nasional harus bersaing dengan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Di mana, mereka menggunakan standar dokumen yang sesuai dengan kondisi di daerah tersebut.

“Pernah tidak lihat produk kredit dari Bank A di jual di Bank B? Tidak ada kan?. Beda dengan produk FMCG, seperti Aqua dan Unilever. Apakah mereka pakai jalur khusus untuk berjualan produknya? Tidak, mereka lebih memilih untuk berkompetisi di pola pemasaran shared, seperti di supermarket atau minimarket. Karena polanya captive, makanya harga produk asuransi jadi mahal.”

Dia ingin menyelesaikan masalah itu dengan bantuan teknologi, sehingga posisinya adalah fintech menjadi jembatan untuk mengefisienkan harga produk asuransi karena ada biaya yang dipangkas.

Terlebih, konsep kerja broker adalah mengedepankan kepentingan nasabah. Sendy menjamin hal ini akan jadi nilai jual yang tidak bisa didapatkan nasabah ketika mereka membeli asuransi lewat agen atau secara online. Broker juga dapat diamanatkan oleh nasabah untuk melakukan klaim.

Asal tahu saja, secara regulasi tugas agen itu bekerja untuk perusahaan dan tidak diamanatkan untuk membantu nasabah saat melakukan klaim. Nilai tambah ini, menurut Sendy, tidak bisa ditemukan oleh nasabah ketika membeli asuransi. Meskipun, baik agen maupun broker, keduanya mendapat komisi dari pembayaran premi dari nasabah.

Target Futuready

Tahun ini, Futuready berencana untuk menambah kategori produk asuransi baru jadi delapan jenis dengan menambah mitra kerja sama perusahaan asuransi. Sementara, target nasabahnya ditargetkan bisa mencapai 72 ribu orang, naik dari posisi saat ini yang masih di bawah 10 ribu orang.

Sementara ini, Futuready memiliki empat jenis kategori produk asuransi, yakni asuransi kesehatan, asuransi perjalanan, asuransi kecelakaan, dan asuransi mobil. Meski belum ditentukan kategori produknya, ada beberapa potensi yang bisa dimasukkan ke dalam portofolio Futuready, diantara asuransi barang elektronik, asuransi berjangka (term life), properti, dan gaya hidup.

Sendy yakin pihaknya akan mencapai target tersebut. Pasalnya, sepanjang tahun ini induk usaha berencana akan beberapa kali menyuntikkan dana segar. Dana tersebut akan dipergunakan, salah satunya untuk merekrut tenaga kerja baru untuk bagian pengembangan teknologi dan TI. Pada tahun lalu, Futuready mendapat dua kali suntikan dana dengan nilai yang tidak disebutkan.

Mengenai prospek bisnis broker, menurut Sendy, akan makin cerah. Berbekal lisensi yang sudah dipegang Futuready, pihaknya yakin bisa menggarap sektor produk asuransi yang belum tersentuh agen pemasaran dengan menjual produk dengan premi tahunan sekitar Rp500 ribu sampai Rp5 juta.

Segmen ini dinilai kosong dan pihak penjualnya pun terbatas. Misalnya untuk asuransi perjalanan kebanyakan dijual oleh agen perjalanan atau asuransi mobil dijual oleh diler mobil.

“Intinya di Futuready hanya menjual produk asuransi yang sederhana, tidak butuh ketemu face to face. Bila konsumen suka, silahkan beli, prosesnya full online, baik itu untuk pendaftaran maupun klaim. Seluruh proses sudah comply dengan regulasi dan diawasi oleh OJK. Kami wajib melaporkan keuangan kami secara rutin ke otoritas.”