Tren Belanja Berubah, Cashlez Fokus Perbanyak Integrasi Penerimaan Transaksi Nontunai

Startup payment gateway dan penyedia point of sales Cashlez fokus mengejar integrasi dengan beragam perusahaan untuk memperluas akses penerimaan transaksi nontunai di Indonesia, seiring tren belanja saat ini bergeser ke online karena pandemi.

CEO Cashlez Teddy Tee menerangkan, transaksi nontunai kini semakin masif penggunaannya selama pandemi. Perusahaan melihat tren tersebut dengan mengejar kemitraan dengan berbagai perusahaan agar semakin banyak konsumen yang mendapat pengalaman kemudahan transaksi nontunai dengan nyaman dan aman.

Kali ini kemitraan teranyar yang diumumkan adalah bersama startup fintech lending Vospay. Ada lebih dari 7 ribu merchant Cashlez kini dapat memberikan pilihan pembayaran kartu kredit digital Vospay kepada konsumernya lewat aplikasi Cashlez.

“Caranya cukup mudah, merchant Cashlez cukup mengaktifkan Vospay di Cashlez App supaya customer dapat melakukan cicilan hingga 12 bulan hanya dengan memasukkan nomor HP,” terangnya dalam keterangan resmi, Rabu (23/9).

Secara terpisah, kepada DailySocial, Teddy menjelaskan alasan perusahaan menggandeng Vospay karena punya model bisnis yang menarik. Mereka menyediakan fasilitas limit kredit bagi konsumen-konsumen terpilih dari perusahaan pembiayaan (multifinance) yang bermitra dengan Vospay.

“Salah satu komitmen Cashlez adalah menjadi solusi bisnis terintegrasi terbaik bagi para pelaku usaha, serta mitra terbaik bagi bank dan nonbank partner. Dalam mewujudkan komitmen ini, Cashlez selalu melakukan inovasi untuk memberikan yang terbaik bagi merchant, salah satunya dengan memperluas pilihan pembayaran.”

Sebagai catatan, Vospay memiliki model bisnis yang berbeda dengan pemain fintech lending kebanyakan. Dalam menyalurkan pinjaman, mereka melakukan mitigasi risiko dengan menggandeng perusahaan pembiayaan untuk menyortir siapa saja nasabah dengan punya histori kredit yang baik dan layak mendapat limit kredit.

Perusahaan pembiayaan akan mengirim SMS berisi tautan link aktivasi untuk nasabah terpilih yang menerima limit kredit dari Vospay. Setelah registrasi, limit tersebut dapat digunakan untuk berbelanja di merchant rekanan Vospay dan memilih opsi pembayaran cicilan mulai dari 3 bulan hingga 12 bulan.

Merchant ini datang dari berbagai industri. Ada situs e-commerce kecantikan dan fesyen, elektronik, furnitur, investasi emas, travel, dan sebagainya. Adapun mitra multifinance di Vospay ada Maybank Finance, Mega Finance, MPM Finance, JTO Finance, Adira Finance, Indosurya Finance, Mandala Finance, dan BFI Finance.

CEO Vospay Tito Tambayong mengungkapkan, untuk memperluas basis pengguna Vospay, rencananya perusahaan akan membuka kesempatan bagi debitur untuk mendapatkan fasilitas cicilan dengan mengajukan secara online melalui merchant Cashlez.

Rencana Cashlez berikutnya

Teddy mengungkapkan, pandemi ini turut memengaruhi kinerja perusahaan, kendati ia tidak merinci lebih jauh seperti apa dampaknya. Kondisi tersebut membuat perusahaan beradaptasi untuk melihat layanan apa saja yang dapat dimaksimalkan.

“Kami pun terus mencari merchant baru, saat ini merchant kami sudah berjumlah lebih dari 7 ribu dan target kami di akhir tahun ini dapat mencapai 10 ribu merchant.”

Beberapa pencapaian tersebut terlihat sejak semester pertama tahun ini, di antaranya inovasi layanan Cashlez-on-Delivery untuk Fabelio; ShopeePay; Artajasa menerima pembayaran virtual account di ATM Bersama; VISA untuk layanan Visa Business Payment Solution Providers (BPSP) untuk memfasilitasi pembayaran B2B.

Berikutnya, POST untuk integrasi pembayaran; dan Bank Commonwealth, menyediakan CommBank BizLoan di aplikasi Cashlez. “Akan ada kerja sama lainnya dengan beberapa bank dan non bank lain dalam menghadirkan layanan baru pada semester ini. Dalam waktu dekat Cashlez akan menghadirkan layanan syariah.”

Lewat anak usahanya PT Softorb Technology Indonesia (STI), yang diakuisisi lewat dana hasil IPO, akan menjadi jalur Cashlez untuk masuk ke industri transportasi, parkiran, dan sebagainya. Teddy bilang, STI berpengalaman di kereta, readers untuk beberapa ruas tol, dan solusi parkir.

“Dalam waktu dekat kami juga akan masuk ke Taman Impian Jaya Ancol dalam pembayaran nontunai. Jadi, ke depan kesinambungan STI dan Cashlez akan baik sekali.”

Bersama dengan STI pula, keduanya akan bekerja sama untuk menerima kartu uang elektronik di aplikasi POS CashlezOne. Dengan demikian, semua bank yang telah mendapatkan lisensi dari regulator sebagai bank penerbit prepaid card dapat menerima pembayaran yang dilakukan konsumen melalui merchant Cashlez.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Ovo Perluas Produk Pembiayaan “DanaTara” untuk Merchant Offline

Ovo meresmikan perluasan penggunaan produk pembiayaan DanaTara untuk merchant offline, setelah diperkenalkan ke publik sejak September 2019. Sebelumnya produk ini tersedia untuk merchant online yang bergabung dalam platform e-commerce seperti Tokopedia, Lazada, Shopee, dan Bukalapak.

Presiden Direktur Ovo Karaniya Dharmasaputra mengatakan, DanaTara adalah solusi pengembangan usaha, pengelolaan arus kas, dan tambahan modal usaha bagi pelaku UKM di Indonesia. Produk ini memberikan akses pembiayaan sampai Rp500 juta dengan status pengajuan yang diproses dalam 2-5 hari kerja dan tenor sampai 12 bulan.

“Solusi ini mendukung kebutuhan UKM untuk memperoleh pembiayaan modal usaha dengan cara yang jauh lebih mudah dan sederhana,” terang Karaniya dalam keterangan resmi.

Karaniya menjelaskan produk DanaTara akan diarahkan untuk menyasar 450 ribu merchant offline yang telah tergabung dalam ekosistem Ovo. Juga potensi usaha offline lainnya yang belum dijamah perusahaan.

Mengutip dari data BPS, kontribusi UKM terhadap PDB Indonesia mencapai 60%, serta menyerap 97,22% tenaga kerja nasional. Namun, kurang dari 15% dari mereka memiliki akses terhadap produk pembiayaan. Rendahnya penetrasi pembiayaan dipengaruhi oleh keterbatasan akses terhadap layanan keuangan serta literasi keuangan yang belum merata.

Meningkatnya adopsi pembayaran digital menjadi prospek pasar yang sepatutnya dapat menjadi momentum pendorong tumbuhnya UKM nasional. Menurut data Bank Indonesia, transaksi uang elektronik hingga September 2019 meningkat hingga 268%.

“Saat ini Ovo sedang melaksanakan implementasi QRIS sesuai arahan Bank Indonesia dan kami percaya bahwa inovasi sistem pembayaran merupakan langkah awal pemanfaatan teknologi bagi perkembangan UKM.”

Sebagai catatan, DanaTara adalah produk turunan yang dirilis Ovo bersama Taralite. Selain itu, terdapat produk Ovo Talangan Siaga yang merupakan pinjaman jangka pendek khusus untuk mitra pengemudi GrabCar apabila ada keperluan mendadak operasional sehari-harinya.

Nominal pinjamannya mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1 juta dengan pilihan tenor 15 atau 30 hari. Biaya keterlambatan per harinya dikenakan Rp2.500.

Application Information Will Show Up Here

Pendanaan.com Ramaikan Industri Pembiayaan Online, Saat Ini Fokus ke Pinjaman Konsumtif

Masih rendahnya inklusi keuangan di Indonesia menjadi pekerjaan bersama seluruh stakeholder. Keberadaan teknologi finansial diharapkan menjadi pendongkrak agar penetrasi meningkat. Pendanaan.com turut meramaikan pasar ini dengan menyajikan pinjaman tunai untuk sektor konsumsi.

Startup ini sebenarnya sudah hadir di Indonesia sejak akhir 2016 di bawah kendali perusahaan induk Hadoop Fintech dari Hong Kong. Salah satu pendirinya adalah Dino Martin (CEO) yang juga menjabat sebagai Ketua Bidang Pembiayaan Multiguna di AFPI.

“Pendanaan didirikan atas semangat untuk menciptakan inklusi keuangan yang lebih baik di Indonesia karena inklusi keuangan yang lebih baik akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Untuk capai ke sana, butuh pemahaman big data yang baik,” terang Dino kepada DailySocial.

Pendanaan.com dengan brand KTAKilat memiliki layanan bisnis yang tidak jauh berbeda dengan pemain pembiayaan lainnya. Untuk tahap awal, Pendanaan baru menyediakan pinjaman yang bersifat konsumtif.

Dino beralasan, segmen ini dipercaya dapat melatih mesin pintar untuk “belajar” lebih cepat. Semakin banyak data yang terkumpul, mesin akan lebih pintar menganalisis profil risiko konsumen dengan prediksi yang lebih akurat. Saat ini setiap pengajuan di Pendanaan.com hanya bisa lewat smartphone.

Calon peminjam cukup meluangkan waktu sekitar 15 menit mengisi informasi yang diperlukan, seperti foto KTP, BPJS/NPWP, slip gaji, dan bukti transaksi bank. Berikutnya dalam kurun waktu 24-48 jam sistem akan memverifikasi seluruh data yang masuk — apakah disetujui atau tidak. Ketika disetujui, dana akan ditransfer ke rekening bank peminjam kurang dari dua hari.

“Kami tidak melakukan penimbunan dana nasabah, karena mengacu proses bisnis yang telah diatur OJK [..] dalam waktu kurang dari satu hari dana yang diterima dari pemberi pinjaman melalui escrow account harus sudah diterima oleh penerima pinjaman.”

Nominal dana pinjaman yang bisa diberikan Pendanaan.com mulai dari Rp1 juta dengan tenor dari tujuh hari sampai 30 hari. Kupon yang ditetapkan maksimal 14% per tahun. Untuk membayar cicilan, tersedia berbagai pilihan opsi mulai dari transfer bank, online banking, mobile banking, minimarket, atau e-wallet.

Meski belum mau membeberkan lebih jauh mengenai kinerja perusahaan, Dino memastikan penyaluran pinjaman sudah menyebar ke seluruh Indonesia — walau masih didominasi konsumen yang berdomisili di Jawa.

Rencana bisnis

Untuk mendukung ambisi perusahaan sebagai layanan pembiayaan online terdepan, Dino mengatakan perusahaan akan terus menyempurnakan kemampun mesin analisa risiko kredit agar semakin pintar dan akurat dalam memberi rating. Mereka juga berusaha memperbanyak kemitraan dengan berbagai pihak, salah satunya perbankan nasional.

Pendanaan.com segera merilis pinjaman untuk segmen produktif tahun ini agar semakin banyak pelaku usaha di kalangan UMKM, yang belum tersentuh layanan perbankan, dapat mengembangkan bisnisnya ke tingkatan lanjutan.

Kendati demikian, perusahaan belum membuka kesempatan untuk pendana dari kalangan ritel berpartisipasi dalam setiap pendanaan setidaknya untuk tahun ini. Istilah ini bisa disebut sebagai closed loop atau lebih dikenal super lender. Artinya, pendana masih terbatas dari kalangan institusi atau perorangan saja yang sifatnya eksklusif.

Para pendana yang ada di Pendanaan ini datang dari kalangan pribadi Dino yang jumlahnya dari beberapa orang. Menurutnya, dengan konsep ini perusahaan akan lebih mudah memantau dan proses KYC ke pendana juga lebih aman.

“Kita enggak buka lender untuk umum, masih closed loop atau istilahnya super lender karena lebih enak memantaunya.”

Application Information Will Show Up Here

OJK in An Effort to Remove Illegal “Fintech Lending” in Indonesia

The rise of online based financial services, including p2p lending, has put more pressure to Financial Service Authority (OJK) in sorting and managing in Indonesia. Currently, OJK has recorded many unregistered fintech lending app in Google Play.

Tongam L. Tobing, Head of Investment Awareness Unit said that Google is now trying to collaborate with the regulators for qualification process.

Along with the Ministry of Communication and Informatics (Kemkominfo), OJK is still exploring the online loan distribution on Google Play platform. There are 803 illegal fintech lending recorded and blocked by Investment Awareness Unit since 2018.

Most of the illegal services have server base in US, Singapore, China, and Malaysia. “We’ve tried to partner with Google. If there’s any app offer through p2p lending fintech on Play Store should be blocked,” he said as quoted by Kompas.

AFPI as partner

In order to speed up the business, OJK has appointed Indonesia’s Fintech Association (AFPI) as the official partner to lead all kinds of IT based financial loans in Indonesia. One of its focus is to remove any illegal fintech lending and avoid being in debt to pay other debt.

Currently, OJK has listed 99 apps providing legal loan online valid per February 2019. The cultivation investment, Angon, that having a difficult time also haven’t registered in OJK.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

OJK Berupaya Bersihkan “Fintech Lending” Ilegal di Indonesia

Menjamurnya layanan pembiayaan berbasis online, termasuk p2p lending, menyulitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melakukan penyaringan dan pengendalian di Indonesia. Saat ini OJK mencatat makin banyak aplikasi fintech lending di Google Play, meskipun statusnya belum terdaftar.

Menurut Ketua Satgas Waspada Investasi Tongam L Tobing, saat ini Google sudah berupaya melakukan kolaborasi dengan regulator untuk melakukan penyaringan.

Bersama dengan Kemenkominfo, saat ini OJK masih terus melakukan penyisiran penyebaran pinjaman online yang beredar di Google Play. OJK mencatat saat ini terdapat 803 layanan fintech lending ilegal yang sudah diblokir Satgas Waspada Investasi sejak tahun 2018 lalu.

Kebanyakan layanan ilegal tersebut memiliki server di Amerika Serikat, Singapura, Tiongkok, dan Malaysia.

“Kami sudah berusaha kerja sama dengan Google. Kalau ada penawaran aplikasi melalui fintech p2p lending di Play Store kami minta untuk diblokir,” ujar Tongam seperti dilansir Kompas.

AFPI sebagai badan mitra

Untuk mempercepat usaha ini, OJK telah menunjuk Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) sebagai badan resmi yang mewadahi penyelenggara layanan pinjam-meminjam uang berbasis teknologi informasi di Indonesia. Salah satu fokus utama AFPI adalah melakukan pembersihan fintech lending ilegal dan mencegah terjadinya praktik gali lubang tutup lubang oleh masyarakat.

Saat ini OJK mencatat terdapat sekitar 99 aplikasi penyedia jasa pinjaman online legal yang terdaftar per bulan Februari 2019 ini. Layanan investasi budidaya Angon, yang saat ini mengalami kendala, hingga saat ini statusnya masih belum terdaftar di OJK.

Ovo is Rumored to Acquire P2P Lending Platform Taralite

Ovo, one of the leading players in the digital payment sector, is rumored to acquire a peer-to-peer lending service Taralite. The acquisition is set to help Ovo provide various payment products for buyers and merchants in the Ovo ecosystem.

Taralite CEO, Abraham Viktor, is still the CEO as quoted from KrAsia. Although, he also involved in Ovo’s operational as the Head of Strategy & Innovation Lab.

Taralite is a fintech company founded in 2015. They offer solution that focuses on capital lending for online sellers/merchants without banking access.

The last time Taralite received a funding is in 2017 from SBI Group of Rp84 billion rupiah. They also formed partnerships with some online platforms, such as Tokopedia, Lazada, Doku, Hacktiv8, and Jurnal.

Earlier this year, Ovo and Taralite partnered up to introduce Ovo PayLater for Tokopedia platform. According to our source, there will be more payment products delivered from these collaboration.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ovo Dikabarkan Telah Akuisisi Platform P2P Lending Taralite

Ovo, salah satu pemain unggulan di sektor pembayaran digital, dikabarkan telah mengakuisisi Taralite, sebuah layanan peer-to-peer lending. Rencananya akuisisi ini akan membantu Ovo menyediakan berbagai produk pembiayaan bagi pembeli dan merchant dalam ekosistem Ovo.

CEO Taralite Abraham Viktor, seperti dikutip dari KrAsia, tetap menjadi CEO perusahaan. Meskipun demikian, ia juga terlibat di dalam operasional Ovo sebagai Head of Strategy & Innovation Lab.

Taralite sendiri merupakan perusahaan teknologi finansial yang berdiri sejak tahun 2015 silam. Solusi yang ditawarkan Taralite fokus pada pemberian pinjaman modal untuk pedagang online/merchant yang tidak dapat difasilitasi bank.

Taralite terakhir kali mendapatkan pendanaan pada tahun 2017 dari SBI Group senilai Rp 84 miliar rupiah. Taralite juga menjalin kerja sama dengan beberapa platform online seperti Tokopedia, Lazada, Doku, Hacktiv8, dan Jurnal.

Awal tahun ini Ovo dan Taralite bekerja sama menghadirkan metode pembayaran Ovo PayLater untuk platform Tokopedia. Menurut sumber kami, akan lebih banyak lagi produk-produk pembiayaan yang akan dihasilkan dari kedua entitas ini.

Application Information Will Show Up Here

BRI Luncurkan Aplikasi “Pinang”, Mudahkan Nasabah Ajukan Pinjaman Secara Online

Setelah melakukan uji coba, Bank Rakyat Indonesia (BRI) akhirnya merilis secara resmi aplikasi Pinang (Pinjam Tenang) kepada masyarakat umum. Aplikasi yang baru tersedia di platform Android ini menyediakan pilihan pinjaman dengan angsuran ringan untuk nasabah.

Produk BRI Agro ini diklaim bisa digunakan oleh nasabah untuk mengajukan permohonan pinjaman tanpa agunan secara sederhana, tanpa proses rumit. Beberapa pinjaman yang bisa dipilih oleh nasabah adalah biaya pengobatan, sekolah, keperluan rumah tangga dan renovasi rumah.

Selain itu Pinang juga menggunakan teknologi face recognition dan digital signature untuk memudahkan pengguna melakukan pengajuan tanpa harus datang ke bank. Jika disetujui, nasabah bisa meminjam tanpa agunan dengan limit mulai dari Rp500 ribu hingga Rp20 juta. Tenor mulai dari 1 hingga 12 bulan dengan metode pembayaran yang fleksibel. Angsuran dapat dibayar melalui transfer/ATM maupun melalui agen Pinang.

Nasabah yang dapat menggunakan Pinang adalah nasabah yang ber-payroll di Bank BRI atau Bank BRI Agro. Proses repayment kredit nasabah tersebut dapat dilakukan dengan cara autodebit dari rekening payroll setiap bulannya. Belum diketahui lebih lanjut apa alasan BRI meluncurkan layanan yang konsepnya serupa dengan fintech lending yang saat ini makin menjamur jumlahnya di Indonesia.

Menjamin keamanan pinjaman nasabah

Meskipun memiliki cara kerja dan persyaratan yang serupa dengan layanan fintech lending, Pinang dari BRI mengklaim memiliki perbedaan yang signifikan. Salah satunya dikelola oleh institusi keuangan berupa bank dalam negeri (BRI Agroniaga) yang telah terdaftar dan secara ketat diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Sehingga dari sisi keamanan data nasabah akan lebih terawasi dan terjaga dengan baik mengingat perbankan merupakan institusi keuangan yang diawasi dan diatur secara ketat oleh OJK.

Selama ini BRI cukup aktif menghadirkan inovasi terkini memanfaat teknologi. Di antaranya adalah merilis chatbot Sabrina.

Application Information Will Show Up Here

ACC Rilis Aplikasi Integrator Layanan Pembiayaan “Acc One”

Astra Credit Companies (ACC), perusahaan pembiayaan khusus mobil dari Astra, merilis aplikasi Acc One sebagai integrator seluruh layanan pembiayaan digital yang sudah diluncurkan perusahaan. Hal ini sekaligus upaya memperkuat penetrasi bisnis ACC dalam melayani pelanggan yang sudah didominasi generasi milenial.

Peluncuran aplikasi ini juga menandakan berlanjutnya ACC ke dalam fase ketiga terkait transformasi digital. Fase pertama dan kedua lebih diarahkan untuk menunjang kelancaran internal bisnis. Awal fase ketiga dimulai dari kehadiran aplikasi mobile di 2016, namun sifatnya masih per layanan saja.

“Acc One merupakan integrator dari seluruh kapabilitas bisnis dan inisiatif digital ACC yang akan memberikan kemudahan bagi pelanggan dan masyarakat pada umumnya dalam memperoleh layanan pembiayaan,” ucap CEO ACC Siswadi Swy, Jumat (8/2).

Sebelum Acc One hadir, Acc Yes meluncur untuk permudah pengajuan aplikasi kredit secara online. Siswadi menyebut aplikasi ini telah memproses sekitar 12.500 aplikasi dengan nilai pembiayaan Rp1,5 triliun hingga kini. Layanan digital lainnya yakni BidMart (marketplace balai lelang) telah menjual mobil sebanyak 630 unit senilai Rp67,7 miliar.

“Acc One merangkum hampir semua layanan kami dalam satu aplikasi. Kami berkomitmen untuk terus menerus melengkapi fiturnya dan akan dikembangkan sebagai andalan untuk melayani konsumen dengan lebih baik.”

Direktur Komersial, TI, dan Bisnis Digital ACC Handoko Liem menambahkan, perusahaan mengucurkan dana investasi sekitar Rp10 miliar untuk menghadirkan Acc One beserta produk turunannya.

Kendati bakal perkencang ranah online, perusahaan memastikan tidak melakukan pengurangan SDM dan kantor cabang. Justru mereka berencana terus menambah anggota tim lantaran kebutuhan di bagian back end untuk memproses seluruh pengajuan kredit.

Fitur Acc One

Handoko menjelaskan aplikasi ini dilengkapi dengan fitur andalan Cari Mobil, Cari Dana, dan Layanan Pelanggan. Untuk fitur Cari Mobil, pengguna dapat memiliki mobil impian melalui Acc Mart (marketplace penjualan mobil) yang didukung oleh Acc Trade (diler mobil bekas).

Selain itu, pengguna yang ingin memiliki kendaraan secara mengangsur dapat memanfaatkan Acc Rent. Pelanggan bisa memilih paket kredit dan kalkulator kredit yang memudahkan pengguna mendapatkan layanan pembiayaan dari ACC dalam fitur ini.

Fitur berikutnya adalah Cari Dana. Pelanggan bisa memperoleh dana melalui penjualan kendaraan yang dimiliki dengan metode trade-in atau pengajuan pembiayaan multiguna.

Terakhir, fitur Layanan Pelanggan yang dilengkapi chatbot bernama Yuna untuk membantu menginformasikan seluruh produk ACC kepada pelanggan. Dalam fitur ini, pelanggan dapat terinformasi dengan jelas terkait pembayaran angsuran, jadwal pembayaran, dan tracking pengajuan aplikasi juga bisa ditemukan.

Diharapkan kehadiran Acc One ini dapat jadi penyokong teralisasinya target pembiayaan yang sudah dipatok perusahaan. Pada tahun ini ACC berambisi penyaluran pembiayaan tembus Rp27 triliun atau tumbuh 7%-10% dari 2018. Laba diharapkan tumbuh 5% menjadi Rp1,3 triliun.

Application Information Will Show Up Here

BRI Siapkan “Pinang”, Platform Pinjaman secara Online

Bank Rakyat Indonesia (BRI) tengah mempersiapkan peluncuran platform pinjaman secara online kepada nasabah yang bernama Pinang. Cara kerjanya tidak jauh berbeda dengan yang ditawarkan layanan peer-to-peer lending.

Nantinya Pinang akan dikelola BRI Agro, anak usaha BRI. Masih dalam tahap pengembangan, jika sesuai dengan jadwal, platform ini akan diluncurkan BRI akhir November 2018 mendatang.

Menurut Direktur Teknologi Informasi dan Operasional Bank BRI Indra Utoyo, pinjaman yang bisa didapatkan nasabah melalui Pinang adalah maksimal Rp20 juta. Proses verifikasi dan credit scoring diklaim BRI dilakukan hanya dalam waktu 15 menit. Terkait dengan bunga yang dikenakan, ia menjamin akan lebih terjangkau dibandingkan yang ditetapkan layanan fintech, khususnya payday loan, saat ini.

“Ini bentuknya kredit tanpa agunan (KTA). Rate-nya tentu lebih murahlah, kita kan bank,” jelas Indra seperti dilansir dari CNBC Indonesia.

Upaya BRI adopsi teknologi

Pinang yang segera diluncurkan BRI merupakan bagian upaya BRI mengadopsi teknologi digital. Sebelumnya BRI juga mengumumkan peningkatan kemampuan chatbot Sabrina yang kini bisa diakses dengan perintah suara, dari sebelumnya yang hanya berbasis teks. Peningkatan teknologi ini diharapkan dapat membantu mempercepat nasabah mencari informasi seputar produk atau layanan BRI, serta melakukan transaksi seperti memesan tiket bioskop.

BRI juga cukup agresif menjalin kemitraan dengan layanan e-commerce seperti Bukalapak. Bukalapak resmi menjadi mitra Bank Rakyat Indonesia (BRI) untuk perluasan fasilitas perbankan kepada para pelapak dan pengguna. Layanan yang dibuka untuk Bukalapak meliputi Briva Online, CMC payment priority, E-pay, WS Overbooking dan notification, serta jasa perbankan lainnya.

BRI juga memberikan dukungan kepada PAYFAZZ dalam pengembangan sistem dan teknologi termasuk mengandalkan keunggulan konektivitas melalui satelit BRIsat. Peran PAYFAZZ sendiri akan menyediakan produk aplikasi perbankan untuk BRI yang akan diintegrasikan ke dalam sebuah sistem keagenan untuk layanan perbankan mandiri (di luar kantor bank) di daerah.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here