IDN Media Siapkan Dana 50 Miliar Rupiah untuk Program Apresiasi “Live Streamer” di Jaringannya

Bertujuan untuk memberikan apresiasi bagi para streamer sekaligus memotivasi
mereka untuk terus berkreasi dalam membuat konten live streaming, IDN Media meluncurkan program IDN Live Streamer Fund pada April 2022. Program ini akan menyediakan dana Rp50 miliar.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, melalui program ini diharapkan bisa terus mengembangkan konten live streaming di IDN Live, baik dari segi kreator maupun kreativitas konten yang dihadirkan. Sekaligus ikut membangun kreator ekonomi di Indonesia.

IDN Live merupakan platform live streaming yang melengkapi sajian konten populer lainnya yang lebih dulu ada, seperti artikel berita dari media-media di bawah naungan perusahaan, kuis, hingga film.

Dana Rp50 miliar yang disiapkan terbuka bagi siapa saja dan akan didistribusikan pada streamer terpilih yang dinilai memenuhi kriteria tertentu. Turut diberikan juga benefit lainnya seperti media coverage, strategi promosi, dan iklan berbayar di ekosistem IDN Media. Selain itu juga akses untuk menggunakan studio profesional IDN yang terletak di kantor Jakarta dan Surabaya untuk pembuatan konten.

Di sisi bisnis, para kreator juga bisa mendapatkan kesempatan brand sponsorship yang difasilitasi oleh ICE (platform creator marketing milik IDN Media). Juga memperoleh beragam program pelatihan dan mentoring dari tim IDN Media dan perangkat untuk mendukung sesi live streaming, seperti kamera, mikrofon, mixer, dll.

“Kami sangat terbuka dengan berbagai jenis konten live stream yang sesuai dengan kreativitas masing-masing. Mulai dari lifestyle, travel, kuliner, horor, musik, K-Pop, dan masih banyak lagi. Namun tentu tetap ada community guideline yang harus diikuti,” kata Winston.

Sebelumnya platform streaming milik Gojek juga meluncurkan GoPlay Creator Fund untuk tujuan yang sama. Mereka menyiapkan data Rp15 miliar sebagai bonus bulanan bagi kreator yang memenuhi kriteria program tersebut.

Dukung kreator ekonomi

Tercatat saat ini keberadaan konten kreator hingga influencer semakin banyak dimanfaatkan oleh brand untuk melakukan kegiatan pemasaran. Untuk mendukung para konten kreator tersebut, program ini menjadi bagian dari rencana IDN Media untuk mendukung pertumbuhan kreator ekonomi di Indonesia.

Keberadaan para streamer dan konten mereka yang beragam menjadi bagian penting dalam perkembangan IDN Live ke depannya. Program IDN Live Streamer Fund diharapkan bisa memacu kreativitas para streamer, mendorong munculnya streamer baru yang berkualitas, sekaligus mendukung industri content creator di Indonesia.

“Melalui program ini, tentu kami berharap bisa terus mengembangkan konten live streaming di IDN Live, baik dari segi kreator maupun kreativitas konten yang dihadirkan. Selain itu, kami juga berharap bisa ikut membangun kreator ekonomi di Indonesia,” kata Winston.

Bulan Februari lalu IDN Media juga telah meluncurkan IDN Creator Network. Yang merupakan sebuah agensi pemasaran yang bertujuan untuk menghubungkan kreator dan brand agar bisa menjalankan kampanye secara lebih efektif.

Banyaknya permintaan mengenai pemasaran dengan teknik storytelling menjadi ide awal peluncuran platform tersebut, untuk memaksimalkan strategi dan penyampaian brand message dengan cara yang tepat. Di awal debutnya, IDN Creative Network tercatat telah menggandeng lebih dari 130 top influencer Indonesia.

“Kami di IDN Media sangat percaya dengan potensi dari kreator ekonomi. Jika melihat dari tren yang ada, saat ini Gen Z juga sangat mendominasi kreator ekonomi di Indonesia. Karena itu kita juga mau mendukung generasi muda untuk bisa berkarya melalui konten yang bermanfaat dan berkualitas. One step at at time, for a better Indonesia,” kata Winston.

**
Ikuti kuis dan challenge #NgabubureaDS di Instagram @dailysocial.id selama bulan Ramadan, yang akan bagi-bagi hadiah setiap minggunya berupa takjil, hampers hingga langganan konten premium DailySocial.id secara GRATIS. Simak info selengkapnya di sini dan pantau kuis mingguan kami di sini.

Application Information Will Show Up Here

IDN Media Receives Funding from Local Tech Company, to Introduce “Indonesia Creators Economy”

Was first launched in 2017, IDN Creator Network is a marketing agency that aims to connect creators and brands to run campaigns effectively. The tons of requests for marketing with storytelling techniques is actually the first idea to launch the platform, to maximize strategy and deliver brand messages in the right way.

In its debut, IDN Creative Network is said to have collaborated with more than 130 top Indonesian influencers. All of them are divided into eight categories, Fashion, Beauty, Lifestyle, Parenthood, Food, Music, Travel, and Comedy. Along the journey, they have become a creator platform worked with more than 10,000 creators and more than 300 brands.

Entering the early 2022, after IDN Media received an external investment (undisclosed) from an Indonesian based well-known tech company, IDN Creator Network is rebranding to “Indonesia Creators Economy (ICE)”. This rebranding is deliberately held by the company aiming to provide integrated services to adapt to the changing trends.

IDN Media’s Co-Founder & CEO, Winston Utomo said that he has seen a massive decentralization transition in recent years, where the creative economy is no longer rely on few people, but rather the content creators themselves.

“Understanding these changes, IDN Media believes there must be a platform to help navigate and provide seamless collaboration among content creators. Therefore, we established ICE with a vision to democratize the Indonesian Creator Economy through technology,” Winston said.

Specifically for the first year, ICE will be presented five services, including content creator marketing, content creator trading, content creator representation, financial technology solutions, and brand & product development.

As a creator platform, ICE wants to offer collaboration between brands and creators with an easier and more effective work system. ICE will also offer payment systems and financial products to increase efficiency and speed towards every collaboration.

“We want ICE to be a one-stop platform for creators. An all-in-one platform. This is our commitment to grow Indonesia’s creative economy,” Winston said.

Bridging brand and influencer

Currently, the demand for digital marketing activities, especially those that involving influencers, is significantly growing. Based on the Influencer Marketing Hub’s data, the pandemic has accelerated the influencer marketing growth in 2020, and this number is expected to continue in 2021.

From $1.7 billion in 2016, influencer marketing’s market size is expected to have grown at $9.7 billion by 2020 and is expected to rise up to $13.8 billion by 2021.

In Indonesia, there are several platforms that provide a place for content creators, influencers, and brands using marketing activities with this concept. Starting from platforms such as Partipost, AnyMind Group, Hiip, and Lynk.id which aims to provide integrated tools for creators.

The tech company, Gojek, also announced a collaboration with Allstars influencer marketing platform to make it easier for Gojek’s MSME partners to connect with influencers for marketing-related activities. Allstars is to provide a platform to connect brands with influencers for promotional purposes on social media. In addition, influencers also needa bridging platform, especially for those who have recently shifting career.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Dapat Pendanaan dari Perusahaan Teknologi Lokal, IDN Media Kenalkan “Indonesia Creators Economy”

Diluncurkan pada tahun 2017 lalu IDN Creator Network menjadi sebuah agensi pemasaran yang bertujuan untuk menghubungkan kreator dan brand agar bisa menjalankan kampanye secara lebih efektif. Banyaknya permintaan mengenai pemasaran dengan teknik storytelling menjadi ide awal peluncuran platform tersebut, untuk memaksimalkan strategi dan penyampaian brand message dengan cara yang tepat.

Di awal debutnya, IDN Creative Network tercatat telah menggandeng lebih dari 130 top influencer Indonesia. Semuanya terbagi menjadi delapan kategori, yaitu Fashion, Beauty, Lifestyle, Parenthood, Food, Music, Travel, dan Comedy. Selama perjalanannya, mereka telah menjadi platform kreator yang telah bekerja sama dengan lebih dari 10.000 kreator dan lebih dari 300 brand.

Memasuki awal tahun 2022, setelah IDN Media menerima investasi eksternal (undisclosed) dari sebuah perusahaan teknologi ternama di Indonesia baru-baru ini, IDN Creator Network melakukan rebranding menjadi “Indonesia Creators Economy (ICE)”. Rebranding ini sengaja dilakukan oleh perusahaan yang bertujuan untuk memberikan layanan yang terpadu menyesuaikan perubahan tren.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, dalam beberapa tahun terakhir dirinya melihat transisi desentralisasi yang masif, di mana ekonomi kreatif tidak lagi berada di tangan segelintir orang, namun lebih kepada konten kreator itu sendiri.

“Memahami perubahan tersebut, IDN Media yakin harus ada platform untuk membantu menavigasi dan memberikan kolaborasi tanpa hambatan di antara pembuat konten. Oleh karena itu, kami mendirikan ICE dengan visi untuk mendemokratisasikan Ekonomi Kreator Indonesia melalui teknologi,” kata Winston.

Secara khusus untuk tahun pertama terdapat lima layanan yang nantinya  dihadirkan oleh ICE. Di antaranya adalah content creator marketing, content creator trading, content creator representation, financial technology solutions, dan brand & product development.

Sebagai platform kreator, ICE ingin menawarkan kolaborasi antara brand dan kreator dengan sistem kerja yang lebih mudah dan efektif. ICE juga akan menawarkan sistem pembayaran dan produk finansial/keuangan untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam setiap kolaborasi.

“Kami ingin ICE menjadi platform satu atap bagi para kreator. Sebuah platform all-in-one. Ini adalah komitmen kami untuk menumbuhkan ekonomi kreator di Indonesia,” kata Winston.

Pertemukan brand dan influencer

Tercatat saat ini besarnya permintaan untuk kegiatan digital marketing terutama yang memanfaatkan influencer tumbuh secara signifikan jumlahnya. Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Influencer Marketing Hub, pandemi telah mempercepat pertumbuhan influencer marketing pada tahun 2020, dan jumlah ini diperkirakan akan berlanjut pada tahun 2021.

Dari hanya $1,7 miliar pada tahun 2016, influencer marketing diperkirakan telah tumbuh menjadi ukuran pasar sebesar $9,7 miliar pada tahun 2020 dan diperkirakan akan melonjak lebih jauh ke $13,8 miliar pada tahun 2021.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa platform yang menyediakan wadah untuk content creator, influencer, dan brand untuk memanfaatkan kegiatan pemasaran dengan konsep tersebut. Mulai dari platform seperti Partipost, AnyMind Group, Hiip, hingga Lynk.id yang bertujuan memberikan tools terpadu kepada kreator.

Perusahaan teknologi Gojek pun mengumumkan kerja sama dengan platform marketing influencer Allstars untuk permudah mitra UMKM Gojek terhubung dengan influencer melakukan kegiatan pemasaran. Allstars hadir menyediakan platform untuk menghubungkan brand dengan influencer untuk keperluan promosi di media sosial. Tidak hanya menguntungkan brand, influencer pun sebetulnya juga perlu dijembatani, terlebih bagi mereka yang baru beralih profesi.

Application Information Will Show Up Here

Asumsi Obtains Additional Funding from East Ventures, to Launch Live Streaming Platform

Asumsi digital media startup received additional funding from East Ventures. The value is said to reach $700 thousand or around 10 billion Rupiah. Previously, the startup founded by Pangeran Siahaan had secured pre-seed funding in September 2020.

Fresh funds will be focused on expanding media operations and strengthening the engineering team to create a more interactive platform. Asumsi targets to launch a live streaming platform in mid-2022. The platform is highly customizable to streamers’ needs, and viewers can access interactive features such as tipping, Q&A, and quizzes.

“As a media company with video as its main product, we recognize several limitations in interacting with viewers, especially during live streams. With the live streaming platform, Asumsi can continue to encourage the involvement of various elements of society in public spaces,” Asumsi’s Founder & CEO, Pangeran Siahaan said.

In addition, this platform will also add two new categories, Sport and Lifestyle, to complement the content that focused on politics and social issues. These two topics were chosen to broaden the audience reach and increase new commercial opportunities.

To date, Asumsi has produced a lot of content in the form of videos, articles, podcasts, newsletters, to mini content on its social media platforms. From a business perspective, they claim to have posted revenues of up to 10 times (year-on-year) since the previous funding round, with more than 10 million monthly viewers across platforms.

East Ventures’ media startup portfolios

In the East Ventures’ portfolio hypothesis, online media vertical becomes quite an attractive sector. Currently, several local media startups have received funds from the venture capitalist. Aside from Asumsi, there are also IDN Media, Katadata, and Content Collision.

“Asumsi continues to expand to provide quality news to the Indonesian people. We believe that the innovations in journalism from Panferan and his team will create greater space for all forms of diversity and democracy in Indonesia,” East Ventures’ Co-founder and Managing Partner, Willson Cuaca said.

The increasing consumption of digital media during the pandemic shows that the content presented is proven to be attractive to viewers, readers and advertisers. Based on the GWI report in 2020, viewers are now often watching television content through streaming applications on their gadgets. This reflects the huge potential of the media market, which is projected to grow from $1.7 billion in 2020 to $2.6 billion in 2025, globally.

The largest GMV generated from the digital industry in Indonesia (in $ billion), online media is one of them

According to the e-Conomy SEA 2020 report, online media is one of the biggest GMV contributors to digital businesses in Indonesia. By 2020 its value has reached $4.4 billion, will grow to $10 billion by 2025 at a CAGR of 18%. The online media coverage here includes OTT services and digital media.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Asumsi Dapatkan Pendanaan Lanjutan dari East Ventures, Segera Luncurkan Platform “Live Streaming”

Startup media digital Asumsi kembali mendapatkan pendanaan dari East Ventures. Kali ini nilainya mencapai $700 ribu atau sekitar 10 miliar Rupiah. Sebelumnya startup yang didirikan Pangeran Siahaan tersebut telah membukukan pendanaan pre-seed pada September 2020 lalu.

Dana segar akan difokuskan untuk memperluas operasional media dan memperkuat tim engineer untuk membuat platform yang lebih interaktif. Asumsi juga memasang target untuk meluncurkan platform live streaming di pertengahan tahun 2022 mendatang. Platform ini sangat mudah disesuaikan dengan kebutuhan para streamer, dan penonton dapat mengakses fitur-fitur interaktif seperti memberi tip, Q&A, serta kuis.

“Sebagai perusahaan media yang memiliki video sebagai produk utamanya, kami menyadari adanya batasan dalam berinteraksi dengan penonton, terutama saat live stream. Dengan platform live streaming, Asumsi dapat terus mendorong keterlibatan berbagai unsur masyarakat di ruang publik,” ujar Founder & CEO Asumsi Pangeran Siahaan.

Selain itu, Asumsi juga akan menambah dua kategori konten baru yakni Sport dan Lifestyle, untuk melengkapi konten yang saat ini berfokus pada politik dan isu sosial. Kedua topik ini dipilih untuk memperluas jangkauan pemirsa dan meningkatkan kesempatan komersial baru.

Sejauh ini, Asumsi banyak memproduksi konten berupa video, artikel, podcast, newsletter, hingga konten mini di platform media sosial mereka. Dari sisi bisnis, mereka mengklaim telah membukukan pendapatan hingga 10 kali lipat (year-on-year) semenjak putaran pendanaan sebelumnya, dengan lebih dari 10 juta penonton setiap bulannya di seluruh platform.

Startup media di portofolio East Ventures

Di hipotesis portofolio East Ventures, vertikal online media cukup menjadi perhatian. Sejauh ini sudah ada beberapa startup media lokal yang mendapatkan suntikan dana dari pemodal ventura tersebut. Selain Asumsi, ada juga IDN Media, Katadata, hingga Content Collision.

“Asumsi terus berkembang untuk menyajikan berita berkualitas kepada masyarakat Indonesia. Kami yakin inovasi-inovasi di bidang jurnalistik dari Pangeran dan tim Asumsi akan menciptakan ruang yang lebih besar bagi segala bentuk keragaman dan demokrasi di Indonesia,” sambut Co-founder dan Managing Partner East Ventures  Willson Cuaca.

Meningkatnya konsumsi media digital selama pandemi menunjukkan bahwa konten-konten yang disajikan terbukti menarik bagi para penonton, pembaca, maupun pemasang iklan. Berdasarkan laporan GWI di tahun 2020, penonton kini lebih sering menonton konten televisi melalui aplikasi streaming pada gadget mereka. Ini mencerminkan besarnya potensi pasar media, yang diproyeksikan akan berkembang dari $1.7 miliar di tahun 2020 ke $2.6 miliar di tahun 2025, secara global.

GMV terbesar yang dihasilkan dari industri digital di Indonesia (dalam $ miliar), online media jadi salah satunya

Menurut laporan e-Conomy SEA 2020, online media menjadi salah satu penyumbang GMV terbesar bisnis digital di Indonesia. Pada tahun 2020 nilainya telah mencapai $4,4 miliar, akan bertumbuh $10 miliar pada 2025 dengan CAGR 18%. Cakupan online media di sini termasuk layanan OTT dan media digital.

Telkom Launches Ad-Inventory Platform “Tanah Air Digital Exchange”

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) officially launched the Indonesia Digital Exchange (TADEX) advertising inventory platform. This is the collaboration between two of Telkom’s subsidiaries, Telkomsel and Metranet, along with the Press Council, Task Force Media Sustainability, and the Advertising Association.

In the virtual launch, President Joko Widodo believes TADEX will add up value into the Indonesian digital advertising industry. TADEX is also expected to open up new opportunities for advertisers, publishers, marketers, and other stakeholders.

“TADEX’ launching is an important momentum to deliver new leaps to encourage a better Indonesian digital ecosystem and become the largest in Southeast Asia,” he said.

Meanwhile, Telkom’s President Director Ririek Adriansyah believes that advertising will not lost its market even though people’s purchasing power is weakening in the current economic situation. In fact, she notices shifting in the need for advertising through digital platforms.

“We are committed to supporting various ecosystems through optimizing digital technology. This is all in line with our efforts to transform into a digital telecommunications operator (digico) in Indonesia,” Ririek said.

On the other hand, the Chairman of the Indonesian Press Council, Mohammad Nuh, considered that TADEX can raise awareness of data as an essential asset this generation should manage properly. “We expect that TADEX can create a healthy digital advertising industry, therefore, it can contribute to a national press ecosystem that is friendly to readers, especially in terms of content experience,” she said.

Supported by big data analytic

The TADEX platform is said to be the first platform to present the premium programmatic advertising publisher in Indonesia. The company mentioned, there are three excellent features offered.

First, this platform is connected to Telkom Group’s big data analytics, which is said to be able to boost advertising effectiveness. Second, TADEX provides a wide selection of digital advertising medium categories, ranging from SMS, MMS, applications, and websites from trusted publishers.

Third, TADEX allows users to personalize ads extensively. All of these features are expected to drive targeted advertising and reach a broader range of users and ad recipients.

Supported by Telkom Group’s big data analytic system, TADEX is claimed to be able to offer great scalability and impact as it provides various kinds of inventories that allow advertising content to be broadcast widely and on target.

Brand owners or media agencies can find the services they need with a variety of quality inventory. All inventories are owned by media publishers who have been verified by the Press Council.

“We are trying to create access and optimizing digital potential in various industrial sectors. This is a continuation of Telkomsel’s business transformation which is our basis for presenting products and services to meet people’s digital lifestyles,” Telkomsel’s President Director, Hendri Mulya Syam said.

Hendri said, TADEX can help advertisers optimize their ad campaigns, from traffic, placement, to delivery time , therefore, they can connect with the right segments. By leveraging data, TADEX generates comprehensive insights that advertisers can use for target profiling.

Previously, Nielsen said that the digital advertising prospect in Indonesia is expected to increase in 2021. Referring to the data in 2020, advertising in the digital space increased by four times compared to the previous year. One of the factors is said that advertisers have shifted their budget to digital during the Covid-19 pandemic.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Telkom Meluncurkan Platform Inventori Iklan “Tanah Air Digital Exchange”

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) resmi meluncurkan platform inventori periklanan Tanah Air Digital Exchange (TADEX). Platform ini merupakan hasil kolaborasi dua anak usaha Telkom, yakni Telkomsel dan Metranet, bersama Dewan Pers, Task Force Media Sustainability, dan Asosiasi Periklanan.

Dalam peluncuran TADEX yang digelar virtual, Presiden Joko Widodo meyakini TADEX akan memberikan angin segar bagi industri periklanan digital Indonesia. TADEX juga diharapkan dapat membuka peluang baru bagi advertiser, publisher, marketer, dan para pemangku kepentingan lainnya.

“Kehadiran TADEX menjadi momentum penting untuk melahirkan lompatan-lompatan baru sehingga dapat mendorong ekosistem digital Indonesia yang lebih baik dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara,” ujarnya.

Sementara, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah meyakini bahwa kebutuhan beriklan tidak akan hilang meskipun daya beli masyarakat sedang melemah di situasi perekonomian saat ini. Malahan, pihaknya melihat adanya pergeseran kebutuhan beriklan melalui platform digital.

“Kami telah berkomitmen untuk mendukung berbagai ekosistem melalui optimalisasi teknologi digital. Ini semua sejalan dengan upaya kami bertransformasi menjadi operator telekomunikasi digital (digico) di Indonesia,” ucap Ririek.

Di sisi lain, Ketua Dewan Pers Indonesia Mohammad Nuh menilai bahwa TADEX dapat membangkitkan kepedulian terhadap data sebagai aset luar biasa yang harus dikelola dengan baik oleh anak bangsa. “Kami harap TADEX dapat menciptakan industri periklanan digital yang sehat sehingga bisa berkontribusi terhadap ekosistem pers nasional yang ramah bagi pembaca, khususnya pada pengalaman menikmati konten,” jelasnya.

Dukungan big data analytic

Platform TADEX diklaim sebagai platform pertama di Indonesia yang menghadirkan premium publisher programmatic advertising pertama di Indonesia. Perusahaan menyebut, ada tiga fitur unggulan yang ditawarkan.

Pertama, platform ini terhubung dengan big data analytic milik Telkom Group yang diyakini dapat mendorong efektivitas iklan. Kedua, TADEX menyediakan berbagai pilihan kategori medium iklan digital, mulai dari SMS, MMS, aplikasi, hingga website dari para publisher terpercaya.

Ketiga, TADEX memungkinkan penggunanya untuk melakukan personalisasi iklan secara luas. Seluruh fitur ini diharapkan dapat mendorong iklan tepat sasaran serta menjangkau pengguna dan penerima iklan secara luas.

Dengan dukungan sistem big data analytic milik Telkom Group, TADEX diklaim dapat menawarkan skalabilitas dan impact yang besar karena menyediakan berbagai macam inventori yang memungkinkan konten iklan ditayangkan secara luas dan tepat sasaran.

Para pemilik merek atau media agency dapat menemukan layanan yang dibutuhkan dengan beragam inventory berkualitas. Seluruh inventori dimiliki oleh media publisher yang sudah terverifikasi oleh Dewan Pers.

“Kami berupaya membuka akses dan potensi digital secara optimal di berbagai sektor industri. Ini merupakan lanjutan dari transformasi bisnis Telkomsel yang menjadi landasan kami untuk menghadirkan produk dan layanan untuk memenuhi gaya hidup digital masyarakat,” papar Direktur Utama Telkomsel Hendri Mulya Syam.

Menurut Hendri, TADEX dapat membantu para pengiklan mengoptimalkan kampanye iklan, baik dari hal trafik, penempatan, hingga waktu tayang sehingga dapat terhubung dengan segmen yang tepat. Dengan memanfaatkan data, TADEX menghasilkan insight menyeluruh yang dapat dimanfaatkan pengiklan untuk melakukan profiling target.

Sebelumnya, Nielsen menyebutkan bahwa prospek belanja iklan digital di Indonesia di 2021 diperkirakan bakal terus meningkat. Jika mengacu pada data 2020, belanja iklan di ruang digital naik hingga empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Salah satu faktornya adalah pengiklan mengalihkan bujet iklan ke digital selama pandemi Covid-19.

Perluas Segmentasi Bisnis, IDN Media Segera Luncurkan Kanal “Fortune Indonesia”

Melihat masih minimnya jumlah pengguna dari segmen bisnis, IDN Media yang selama ini ingin menjadi one stop media platform dan bertujuan membangun ekosistem yang lengkap, segera meluncurkan “Fortune Indonesia”. Rencananya kanal baru tersebut akan resmi dirilis pada kuartal ketiga tahun ini.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, Fortune Indonesia diharapkan bisa menjangkau segmentasi umum yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan informasi dalam kategori bisnis seperti pasar, ekonomi, teknologi, syariah, dan beberapa lainnya.

“Bicara soal target umur cukup beragam, karena kita ingin menargetkan mereka yang masuk dalam kategori seperti eksekutif, decision maker, termasuk aspiring leader atau aspiring profesional.”

Didirikan pertama kali di New York pada tahun 1929, Fortune merupakan media bisnis terkemuka di dunia yang berfokus pada majalah, situs web, dan seri konferensi. Sejak pertama kali didirikan, Fortune dinilai berhasil mempertahankan kualitas, akurasi, dan transparansi dalam setiap penyampaian informasinya. Untuk Fortune Indonesia nantinya pengguna bisa menikmati konten tersebut dalam platform digital, majalah, dan juga ragam agenda acara.

“Nantinya kita akan menempatkan dedicated team dari IDN Media yang bertanggung jawab untuk mengelola semua konten dan kegiatan yang ada,” kata Winston.

Fortune Indonesia juga akan menciptakan kategori peringkatnya sendiri. Kategori tersebut terinspirasi dari Fortune Rankings yang sudah melegenda, seperti Fortune 500, World’s 50 Greatest Leaders, Fortune 40 under 40, 100 Best Companies to Work for, 100 Fastest Growing Companies, Most Powerful Woman, dan masih banyak lagi.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis IDN Media

Terkait vertikal bisnis IDN Media lainnya seperti IDN Programmatic OOH, IDN App, dan IDN Pictures, menurut Winston masih terus tumbuh namun mengalami hambatan selama pandemi. Masing-masing bisnis masih terus berjalan, namun memiliki fokus dan perkembangan yang cukup bervariasi.

“Untuk IDN Pictures sendiri saat ini kami masih terus memproduksi film, namun karena pandemi kami mengalami kendala untuk jadwal rilisnya,” kata Winston.

Namun karena memiliki dua model bisnis, untuk branded content di IDN Pictures diklaim terus mendapatkan demand yang cukup tinggi terutama dari kalangan advertiser. Sementara untuk IDN Programmatic OOH, pandemi juga menghambat pertumbuhan layanan tersebut dan masih jauh dari ekspektasi perusahaan. Untuk itu perusahaan memutuskan untuk fokus kepada pengembangan produk dan teknologi.

“Setelah meluncurkan Fortune Indonesia kita belum memiliki rencana untuk meluncurkan produk atau layanan lainnya dalam waktu dekat. Fokus kami masih ingin membesarkan pertumbuhan IDN App,” tutup Winston.

Application Information Will Show Up Here

Naver Pours 2.18 Trillion Rupiah to EMTEK, Opportunity for Digital Business Synery

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK) announced the Capital Increase without Pre-emptive Rights (PMTHMETD) by issuing 4.75 billion new shares with a nominal value of Rp20, – per share. At the Exercise price of Rp1,954 per share, the company’s ownership sheet was purchased by Naver Crop., H Hodings Inc., and several institutions from Indonesia, including Allianz Life, Ashmore Asset Management, Manulife Aset Manajemen, Batavia Prosperindo, Elbara Perkasa, and Syailendra Capital.

The total value of this corporate action is around IDR9.29 trillion. In the release, the fundsis said to be used for investment and working capital in the company and its subsidiaries.

Specifically, Naver, as a technology giant from South Korea, has invested in the media conglomerate worth $150 million or equivalent to 2.18 trillion Rupiah. The company announced to the local media. It is interesting, because the two companies shared similar business, technology and digital media.

Naver said that this equity funding was aimed to advance the company’s operations in Southeast Asia. With the support from EMTEK, they expect to find new growth opportunities in the region, including Indonesia.

Currently, both Naver and EMTEK hold shares in Indonesia’s Bukalapak. Naver enter the list of the e-commerce unicorn investors through the Asia Growth Fund in early 2019, a managed fund initiated with Mirae Asset.

Through its investment arm, LINE Ventures, they also invest heavily in digital startups in Southeast Asia. Some of its portfolios operating in Indonesia include Grab, Carousell, iPrice, Warung Pintar, IDN Media, Zuzu, HappyFresh, and Amartha.

In his statement, Naver’s Head of Corporate Development & Investment, Lee Jung-an said that this partnership would create synergies in various areas. With a big vision to bring the business model of Asian companies to the global stage

In terms of market capitalization, EMTEK is one of the 10 largest companies in Indonesia. Its main business unit is media across multiple channels, including television, OTT platforms, and various online news outlets. Apart from Bukalapak, they also have a sizable stake in the DANA payment platform, the PropertyGuru proptech platform, and the OTA Reservasi.com. EMTEK also supports East Ventures’ managed funds, to focus on investing in Indonesia’s early stage startups.

Measuring synergy

In its home country, Naver becomes the market leader for search engine platforms. Meanwhile, there are three obvious businesses in Indonesia, LINE Messenger, Webtoon, and V Live.

LINE has the strongest user base among other units. However, its prestige has started to fade lately along with the dominance of other service users such as WhatsApp, Telegram, or Facebook Messenger. In terms of messaging application, EMTEK had its own bad experience when it started the BBM platform – which was finally shutdown in May 2019.

On the online media platform, both have quite good experience – especially when EMTEK leading the local VOD market through Vidio, at least, the application has often reached the top ranks in terms of traction in the last few months. Naver has capabilities through the Webtoon and V Live platforms which could be complementary to the existing integrated services. This is related to the advertising business which is one of the bricck and mortar of the two companies.

In addition, since 2019, Naver started to work seriously on fintech by establishing NAVER Financial. This business is in line with DANA, which continues to be promoted as an alternative to digital payments and a “super” app for various financial needs.

Meanwhile, for digital commerce, through Bukalapak, both have to think about the right steps to keep the platform at the top of the competition. Shopee with the support of Sea Group, and the Tokopedia-Gojek merger, deserves attention. Especially if you have the ambition [in the future] to bring the regional expansion business.

From the existing business model, there are some parts available for synergy between EMTEK and Naver. The birth of new services or applications from the synergy of the two companies will improve the quality of the digital media ecosystem in Indonesia amidst the ever-heating business competition.

To date, MNC Group has become EMTEK’s competitor. Apart from operating the media business, the corporation led by Hary Tanoesoedibjo has various other similar lines, including fintech and e-commerce businesses. In fact, their OTT platform is currently on the move to the US stock exchange through the SPAC channel which has recently been hotly discussed.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Naver Kucurkan Investasi 2,18 Triliun Rupiah ke EMTEK, Buka Peluang Sinergi Bisnis Digital

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTEK) mengumumkan telah melaksanakan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) dengan menerbitkan 4,75 miliar lembar saham baru bernominal Rp20,- per saham. Pada harga pelaksanaan Rp1.954,- per saham, lembar kepemilikan perusahaan tersebut dibeli oleh Naver Crop., H Hodings Inc., dan beberapa institusi dari Indonesia seperti Allianz Life, Ashmore Asset Management, Manulife Aset Manajemen, Batavia Prosperindo, Elbara Perkasa, dan Syailendra Capital.

Nilai yang berhasil dibukukan dari aksi korporasi ini sekitar Rp9,29 triliun. Dalam rilisnya diungkapkan, dana yang diterima perseroan akan digunakan untuk investasi dan modal kerja di perusahaan dan anak usahanya.

Secara lebih spesifik Naver selaku raksasa teknologi asal Korea Selatan memberikan investasi ke konglomerasi media tersebut senilai $150 juta atau setara 2,18 triliun Rupiah. Hal ini yang disampaikan perusahaan kepada media setempat. Menjadi menarik, karena kedua perusahaan memiliki irisan bisnis yang sama, yakni teknologi dan media digital.

Pihak Naver mengatakan, bagi mereka pendanaan ekuitas ini ditujukan untuk memperkuat operasional perusahaan di Asia Tenggara. Bersama-sama dengan kekuatan yang dimiliki EMTEK, harapannya dapat menemukan peluang pertumbuhan baru di wilayah regional, termasuk Indonesia.

Saat ini, Naver dan EMTEK sama-sama memegang saham Bukalapak di Indonesia. Naver mulai masuk ke jajaran investor unicorn e-commerce tersebut lewat Asia Growth Fund pada awal 2019, dana kelolaan yang diprakarsainya bersama Mirae Asset.

Lewat unit ventura anak perusahaannya LINE Ventures, mereka juga banyak investasi ke startup digital di Asia Tenggara. Beberapa portofolionya yang beroperasi di Indonesia termasuk Grab, Carousell, iPrice, Warung Pintar, IDN Media, Zuzu, HappyFresh, dan Amartha.

Dalam keterangannya, Head of Corporate Development & Investment Naver Lee Jung-an mengatakan bahwa kemitraan ini akan menciptakan sinergi di berbagai area. Dengan visi besarnya membawa model bisnis perusahaan Asia ke panggung global.

Ditinjau dari kapitalisasi pasar yang dimiliki, EMTEK menjadi salah satu dari 10 perusahaan paling besar di Indonesia. Unit bisnis utamanya adalah media di banyak kanal, termasuk televisi, platform OTT, dan berbagai pemberitaan online. Selain Bukalapak, mereka juga memiliki kepemilikan yang cukup besar di platform pembayaran DANA, platform proptech PropertyGuru, dan layanan OTA Reservasi.com. EMTEK turut mendukung dana kelolaan East Ventures, untuk difokuskan berinvestasi pada startup tahap awal di Indonesia.

Menakar sinergi yang akan dibentuk

Di negara asalnya Naver menjadi pemimpin pasar untuk platform mesin pencari. Sementara beberapa bisnisny di Indonesia sejauh ini yang cukup kentara ada tiga, yakni LINE Messenger, Webtoon, dan V Live.

LINE memiliki basis pengguna yang paling kuat di antara unit lainnya. Meski demikian, bisa dibilang pamornya mulai meredup pada akhir-akhir ini seiring dengan dominasi pengguna layanan lain seperti WhatsApp, Telegram, atau Facebook Messenger. Di lini aplikasi pesan, EMTEK sendiri juga memiliki pengalaman yang kurang bagus ketika menakhodai platform BBM – yang akhirnya ditutup per Mei 2019.

Di platform online media, keduanya memiliki pengalaman yang cukup baik – terlebih saat ini EMTEK tengah memimpin pasar VOD lokal melalui Vidio, setidaknya ditinjau dari traksi aplikasi mereka sering menempati peringkat teratas dalam beberapa bulan terakhir. Naver memiliki kapabilitas melalui platform Webtoon dan V Live yang bisa saja menjadi komplementer untuk layanan yang ada jika diintegrasikan. Ini juga berkaitan dengan bisnis advertising yang menjadi salah satu tulang-punggung kedua perusahaan.

Selain itu, per tahun 2019 kemarin Naver juga mulai serius menggarap fintech dengan mendirikan NAVER Financial. Bisnis ini sejalan dengan DANA yang juga terus digenjot penetrasinya sebagai alternatif pembayaran digital dan aplikasi “super” untuk berbagai kebutuhan finansial.

Sementara untuk perdagangan digital, melalui Bukalapak, keduanya memang harus memikirkan langkah jitu untuk tetap membawa platform di puncak klasemen persaingan. Shopee dengan kekuatan yang dimiliki Sea Group, plus rencana merger Tokopedia-Gojek patut menjadi perhatian. Terlebih jika memiliki ambisi [di masa mendatang] untuk membawa bisnis ekspansi regional.

Ditinjau dari model bisnis yang dimiliki, banyak irisan yang bisa disinergikan antara EMTEK dan Naver. Lahirnya layanan atau aplikasi baru dari sinergi kedua perusahaan juga akan meningkatkan kualitas ekosistem digital media di Indonesia di tengah kompetisi bisnis yang terus memanas.

Sejauh ini, MNC Group menjadi kompetitor EMTEK. Selain mengoperasikan bisnis media, korporasi yang dipimpin taipan Hary Tanoesoedibjo tersebut juga memiliki berbagai lini serupa lainnya, termasuk bisnis fintech dan e-commerce. Bahkan platform OTT mereka tengah melenggang ke bursa Amerika Serikat melalui jalur SPAC yang baru-baru ini ramai diperbincangkan.