Rencana Platform E-Wallet MatchMove Pasca Diakuisisi Kresna Graha dan M Cash

Perusahaan dompet elektronik MatchMove Indonesia (MMI) mengungkapkan sejumlah rencana agresif pasca masuknya Kresna Graha Investama dan M Cash Indonesia sebagai pemegang saham yang memiliki kepemilikan masing-masing sebesar 14,81%. Mulai dari kemitraan strategis dengan BRI, M Cash, DAM, e-mas, Collega, Ayopop, Harga Hot, dan lainnya.

Selain bermitra dengan berbagai perusahaan, MatchMove juga akan mengikuti jejak M Cash melantai tahun depan.

Komitmen serius tersebut dibuktikan dengan menjadikan Indonesia sebagai pusat bisnis MatchMove. Untuk kebutuhan mengembangkan produk, riset dan pengembangan (R&D), operasional, dan lainnya.

Soft launch dengan BRI akan diumumkan pada akhir tahun ini. Nasabah BRI dapat menggunakan kartunya di luar negeri. Di luar itu, kami juga mempersiapkan rencana IPO untuk MatchMove pada tahun depan,” terang Managing Director Kresna Graha Suryandy Jahja, Senin (20/11).

Khusus dengan BRI, MatchMove akan menjadi menjadi penyedia teknologi untuk dompet elektronik perseroan. Kemudian, co-branding untuk berbagai fitur seperti P2P transfer, top up dari banyak channel, pilihan pembayaran terbuka atau tertutup, reward, dan promosi.

Sementara dengan M Cash, MatchMove akan menyediakan produk on demand bank account, on boarding dan e-KYC dari kios, deposit dan collect cash, top up dan pembayaran tagihan.

“Kalau maskapai penerbangan kan ada berbagai merek. Tapi yang buat pesawat sendiri ada Boeing dan Airbus. Nah kami menjadi Boeing dan Airbus. Orang-orang tinggal pakai saja, daripada bangun sendiri butuh waktu lama.”

Menurut Jahja, yang terpenting dari sini adalah konektivitasnya. Pengguna kartu bisa lintas negara dengan kartunya sendiri. Pasalnya, MatchMove telah bermitra dengan MasterCard.

Dia mencontohkan, saat ini untuk belanja online di platform e-commerce seperti Amazon, nasabah tidak bisa menggunakan pembayaran lewat platform e-wallet lokal yang beredar saat ini. Namun dengan MatchMove, transaksi tersebut dapat dilakukan.

Dari segi jaminan keamanan pun sudah dijamin karena ada dukungan sistem keamanan yang tinggi digunakan MasterCard. Sementara, untuk perizinan yang diperlukan Bank Indonesia, Jahja mengaku masih diurus.

Pihaknya meyakini proses akan berjalan cepat karena telah ada kerja sama dengan pihak perbankan dan sistem pembayaran internasional dari MasterCard.

Bekal jaringan global yang dibangun MatchMove dianggap menjadi nilai lebih bagi seluruh pihak terkait. MMI juga diuntungkan dengan infrastruktur digital dan ekosistem milik Kresna, termasuk lebih dari 9 juta pengguna demi mempercepat penetrasi MMI ke pasar Indonesia.

Sementara bagi M Cash, kehadiran MatchMove memberi keuntungan adanya kepastian kehadiran produk yang terus berkelanjutan di masa mendatang. Kini setiap produk yang dihadirkan MatchMove akan hadir dalam kios digital M Cash.

“M Cash itu distribution channel. Apapun produk yang dikeluarkan MatchMove, akan didistribusikan ke seluruh jaringan kami. Rencananya sampai akhir tahun ini ada 1000 titik dan tahun depan ada 5 ribu titik,” ucap Direktur Utama M Cash Marthin Suharlie.

Belum kantungi persetujuan dari BKPM

Kendati sudah berbadan hukum resmi, PT MMI belum memiliki persetujuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan instansi terkait lainnya. Mengingat MMI adalah perusahaan patungan antara perusahaan lokal terbuka dengan asing, Jahja memastikan dalam sebulan ini persetujuan sudah bisa diperoleh dari BKPM.

“Kita masih menunggu persetujuan dari BKPM karena ada beberapa hal yang kita jaga, mengingat Kresna Graha dan M Cash adalah perusahaan publik. Jadi segala sesuatu yang kita sampaikan ke publik akan ditanya. Harusnya bulan ini [November] selesai.”

Secara global, pemegang saham mayoritas MMP adalah Vickers Venture Partners, yang di dalamnya terdapat Kresna Graha sebagai salah satu pemegang sahamnya. Untuk memiliki langsung saham MMP, Kresna Graha dan M Cash masuk melalui anak usaha patungan MMP di Indonesia dengan nama badan hukum PT MatchMove Indonesia (MMI).

MatchMove Pay (MMP) merupakan perusahaan platform-as-a-service (PaaS) berbasis berbasis di Singapura yang sudah berdiri sejak 2009. Perusahaan ini menyediakan solusi pembayaran secara end-to-end membantu bisnis memiliki fitur dompet elektronik dalam layanannya.

Pemilik aplikasi memiliki fleksibilitas untuk menawarkan fully branded dan secure mobile banking wallet solution, seperti P2P transfer, remitansi, top up channel, virtual payment cards, loyalty points, dan rewards.

Dalam cakupan operasional bisnis, MMP telah beroperasi di India, Filipina, Amerika Serikat, Chili, dan Vietnam. Setelah Indonesia, perusahaan akan berekspansi ke Malaysia, Brazil, UAE, Afrika Selatan, dan Australia.

Beberapa perusahaan global yang sudah menggunakan layanan MMP adalah GlobalRoam (Singapura), Paul Fincap (India), Ongo (India), Bonfleet (India), VTC (Vietnam), dan BlackHawk Network (Singapura)

Peran Teknologi Cloud dalam Pengelolaan Infrastruktur Startup

Dalam sesi #SelasaStartup minggu keempat bulan Agustus, DailySocial menghadirkan CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto. Sesuai dengan keahlian narasumber, pada sesi kali ini dibahas tentang bagaimana startup mempersiapkan infrastruktur teknologinya. Salah satu bahasan dalam diskusi ini adalah pemanfaatan teknologi komputasi awan (cloud computing) sebagai fondasi produk digital startup.

Layanan komputasi awan banyak dipilih karena cenderung lebih mudah dikonfigurasi dan fleksibel. Bagi perusahaan atau startup bisa jadi sangat membutuhkan server berukuran besar untuk menyimpan data, namun bisa jadi sebaliknya, sehingga fleksibilitas akan sangat membantu. Dengan adanya komputasi awan, startup tidak perlu menyediakan teknologi yang langsung besar, namun dapat diangsur sesuai dengan kebutuhan dan peningkatan bisnis.

Layanan komputasi awan ini sejatinya merupakan kombinasi antara teknologi komputasi dengan pengembangan internet. Pengguna hanya menyediakan sebuah komputer dan perangkat jaringan internet untuk terhubung ke server.

“Saat ini banyak sekali startup mengadopsi layanan teknologi cloud untuk menjalankan berbagai kegiatan, baik itu hybrid cloud, private cloud dan public cloud. Karena sistem ini menawarkan peningkatan dalam beberapa hal dari pengelolaan infrastruktur,” tutur Dondy kepada DailySocial.

Melihat dari efektivitas dari sisi biaya

Perbedaan pada situasi biaya memang harus kritis, terlepas dari pengguna memilih tingkat layanan yang dipilih. Namun, di lingkungan startup dengan mobilisasi tinggi sangat cocok menggunakan layanan cloud ini. Karena bukan hanya fleksibel dalam menampung data berskala besar, tetapi waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan cloud juga lebih singkat dibanding menyiapkan server sendiri.

Apalagi urusan biaya menjadi model bisnis bagi startup yang ingin berlangganan dengan pay as you go, metode ini sangat mirip dengan pembayaran tagihan listrik, hanya dengan membayar resource yang dibutuhkan perusahaan.

Sebaga CEO Biznet Gio, Dondy Bappedyanto menilai, “Masalah kompleksitas saat ini di cloud itu sudah tidak ada lagi, karena kompleksitas adalah ketika kita harus membeli server sendiri itu dimulai dari proses cari spesifikasi yang tepat, cari vendor yang tepat, tawar menawar, lokasi server, pembayaran listrik, internet, instalasi operation sistem, instalasi aplikasi. Masalah biaya itu adalah model bisnis.”

Mengapa Cloud Berperan Sentral dalam Ekspansi Bisnis Online?

Proses validasi pasar dan bisnis telah dilewati. Key Performance Indicator (KPI) yang telah ditentukan di tahap awal sudah berhasil dicapai, dan sekarang pengembangan bisnis mulai menggunakan KPI baru yang berbasis pada pertumbuhan konsumen, revenue, market traction, dan market share, bersamaan dengan pengembangan kualitas produk. Bila belakangan ini Anda tidak asing dengan kegiatan-kegiatan yang disebutkan tadi, itu menandakan bisnis Anda memasuki tahap scaling dan ekspansi.

Upaya-upaya dari kacamata bisnis ini jelas perlu dilakukan, dan sebaiknya langkah tersebut juga senada baiknya dengan penguatan dari sisi teknologi penyimpanan dan penyebaran data yang terintegrasi dan dapat diandalkan, seperti cloud computing. Mengapa?

Begini. Dari sisi Platform as a Service (PaaS), perlu disadari bahwa bisnis online Anda memerlukan cloud solution yang elastis bagi bisnis Anda yang dinamis itu, guna dapat merasakan fasilitas cloud sesuai dengan skala terkininya. Terlebih, poin ini menjadi penting bila Anda sekarang tengah menggeluti bidang e-commerce yang dikenal memiliki lonjakan dan anjlokan traffic yang sering menghampiri situs.

Belum lagi, proses scaling yang banyak bertumpu pada pengambilan keputusan yang cepat dan terukur, membuat Anda mungkin memerlukan cloud service dengan insight real-time dari setiap transaksi hingga proses bisnis secara umum.

Microsoft punya solusi terpadu agar proses scaling up bisnis online Anda dapat berjalan sesuai rencana, yakni melalui Microsoft Cloud Solution.

Microsoft Cloud Solution dengan cabang-cabang solusinya dapat membantu Anda menjawab tantangan-tantangan bisnis Anda di tengah usaha optimalisasi kualitas produk bisnis Anda, dalam proses scaling. Misal, Microsoft Azure, yakni solusi cloud computing platform buatan Microsoft yang dikenal dapat menangani lonjakan traffic yang tidak terduga serta integrasi dengan aplikasi yang dikembangkan. Begitu pula dengan Microsoft Power Business Intelligence, analytic tools garapan Microsoft yang membantu pengguna memadukan sistem yang dibangun dengan aplikasi analisis data, sehingga Anda dapat dengan mudah ‘menampung’ limpahan data tersebut dan mempresentasikannya di kemudian hari.

Lantas, bagaimana solusi cloud seperti itu dapat memaksimalkan serta mempercepat laju pertumbuhan bisnis online Anda secara konkret? Bagaimana implementasi yang tepat di sektor e-commerce (atau bahkan di sektor pengembangan Internet of Things)?

Semua pertanyaan tersebut akan dibahas tuntas bersama empat pelaku industri digital yang tentunya telah mengalami kisah sukses dari pengembangan bisnis online dengan cloud computing, antara lain ialah Lodewijk Christoffel Tanamal (Chief Technology Officer Bhinneka.com), Rudy Sumadi (SMB Director Microsoft Indonesia), Andri Yadi (CEO DyCode), dan Wiku Baskoro (Chief Innovation Officer DailySocial), di sebuah talkshow bertajuk “Optimize/Accelerate Your Online Business With Microsoft Cloud Solution”.

Bersama Lodewijk (baca: Ludwig), Anda akan mendengarkan bagaimana cloud computing menjadi salah satu urat nadi dari bisnis e-commerce. Kemudian, Rudy akan membeberkan alasan mengapa Anda perlu mengadopsi sistem cloud dari Microsoft. Lalu Andri akan bercerita panjang lebar mengenai Microsoft Azure yang sukses membantu bisnis Internet of Things-nya bersama DyCode. Ketiganya akan berbincang bersama di satu panggung, dimoderatori oleh Wiku.

Bertempat di Lot 8 Resto & Bar, SCBD, Jakarta Selatan, talkshow hasil kerja sama Bhinneka.com, DailySocial.id, dan Microsoft ini akan digelar pada hari Rabu, 7 Desember 2016, pukul 18.00 sampai dengan selesai.

Selain pembahasan dan insight yang seru dari para pakar, para peserta juga akan mendapatkan paket goodie bag keren dari penyelenggaraan acara. Dengan pendaftaran acara yang dibuka gratis, rasanya sayang bila Anda melewatkan talkshow untuk para online business owner dan tech enthusiast ini.

Jadi, Anda siap untuk melebarkan sayap bisnis online Anda dengan cloud computing?

Disclosure: DailySocial adalah organizer dari talkshow Microsoft Cloud Solution yang didukung oleh Bhinneka.com dan Microsoft.

CloudKilat Rilis Kilat Iron, Teknologi Container Berbentuk PaaS

Penyedia layanan komputasi awan lokal CloudKilat yang berada di bawah naungan Infinys System Indonesia baru-baru ini memperkenalkan produk terbarunya bernama Kilat Iron. Kilat Iron merupakan sebuah layanan PaaS (Platform as a Service) yang terintegrasi dengan IaaS (Infrastructure as a Service) untuk menjalankan dan mengotomatisasi horizontal dan vertical scaling aplikasi di cloud server.

Berbeda dengan layanan virtual machine umum seperti Kilat VM yang terbatas dalam proses konfigurasi spesifikasi infrastruktur, Kilat Iron memungkinkan pengguna untuk merancang topologi arsitektur yang ingin digunakan. Skema ini juga mengizinkan pengembang untuk memilih bahasa pemrograman, aplikasi server, basis data, load-balancing, SSL, dan elemen lainnya.

Ekosistem arsitektur Kilat Iron bersifat elastis sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan server secara otomatis, sehingga lonjakan traffic yang tak terduga bisa diatasi dengan segera tanpa berdampak serius pada layanan. Kustomisasi ini bisa dieksekusi hingga ke tingkat CPU dan RAM yang digunakan dengan dukungan teknologi Cloudlet yang menjadi acuan dari environment server. Tiap elemen dari environment mengonsumsi satu buah Cloudlet, sementara satu Cloudlet setara dengan 128MB RAM, dan 400MHz prosesor.

Untuk menggunakan layanan ini, pengguna dapat memilih pembayaran berdasarkan dua skema, yakni Reserved dan Dynamic. Perhitungan pembayaran dapat dilakukan berdasarkan dua skema yang tersedia, yakni Reserved dan Dynamic. Reserved mengizinkan pelanggan untuk memesan Cloudlet pada saat pembuatan environment, sehingga dapat mengetahui resource minimum yang tersedia untuk aplikasi yang dikembangkan. Sementara di skema Dynamic, resource tambahan dapat secara otomatis digunakan sesuai kebutuhan aplikasi dengan memanfaatkan fitur auto vertical scaling.

Kilat Iron sediakan lingkungan pengelolaan berbasis web yang dinamis / CloudKilat
Kilat Iron sediakan lingkungan pengelolaan berbasis web yang dinamis / CloudKilat

Seperti halnya produk sebelumnya, Kilat Plesk, Kilat Iron juga disesuaikan bagi para pengembang aplikasi yang kurang memiliki kemampuan mengelola jaringan infrastruktur. Karena dengan berbasis web, dasbor Kilat Iron didesain untuk mampu mengatur dan memonitor seluruh aplikasi server dengan UI/UX yang sangat intuitif. Pengembang juga dapat melakukan deploy kode pemrograman dari sumber manapun menggunakan GIT dan SVN hanya dalam beberapa langkah saja. Fitur ini menjadi krusial untuk produk online yang membutuhkan perbaruan dengan segera tanpa mengganggu kenyamanan para penggunanya.

Tips Bagi Startup di Indonesia dalam Memilih Layanan Cloud

Bagi bisnis modern, memiliki fondasi platform komputasi yang kuat merupakan sebuah kebutuhan. Hal ini membawa tantangan tersendiri bagi startup dan UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang tak jarang hanya memiliki investasi modal yang terbatas. Untungnya varian layanan cloud computing kini mulai banyak menyajikan varian yang lebih bersahabat bagi startup dan UMKM. Sehingga memungkinkan startup dan UMKM tersebut untuk memiliki sebuah fondasi layanan komputasi yang berperforma kuat, memiliki skalabilitas tinggi dan bersahabat dari sisi harga.

Namun penting untuk diketahui bahwa pemilihan layanan cloud oleh perusahaan rintisan (startup dan UMKM) juga harus tepat. Jangan sampai investasi yang dikucurkan malah menjadi beban tersendiri, karena apa yang dibeli tidak bisa mendongkrak performa bisnis secara signifikan. Untuk itu berikut ini adalah beberapa tips yang dapat dicermati oleh perusahaan rintisan di Indonesia dalam memilih layanan cloud.

Buatlah sebuah perencanaan, demi mendapatkan efektivitas

Sebelum berbelanja layanan cloud untuk bisnis, penting bagi CTO (Chief Technology Officer) atau tim teknis lainnya untuk mengidentifikasi, apa saja layanan yang dibutuhkan dalam bisnis dan bisa dioptimalkan dengan penggunaan cloud. Contoh sederhana untuk sistem email, layanan CRM, hosting website dan sebagainya. Tentukan mana saja yang bisa dioptimalkan dengan cloud, ketimbang mengelola sistem secara mandiri (on-premise).

Perencanaan di dalamnya juga termasuk jenis plan yang akan dilanggan. Pada umumnya layanan cloud dijual dalam bentuk paket berlangganan. Pastikan perusahaan rintisan memilih jenis plan sesuai dengan kebutuhan, dengan pertimbangan layanan cloud cukup fleksibel jika suatu saat membutuhkan sumber daya yang lebih besar seiring dengan meningkatnya traksi bisnis.

Tak harus langsung membeli, bisa mencoba dulu

Dari begitu banyaknya layanan cloud dan jenis fitur yang ditawarkan, kadang memberikan kegundahan tersendiri bagi pengambil keputusan. Bimbang dengan sebuah pertanyaan “apakah layanan ini akan cocok dengan aplikasi/platform yang dibuat?”, “apakah memiliki dukungan teknis yang baik?” dan sebagainya. Untuk itu tidak ada salahnya bagi perusahaan rintisan untuk mencoba terlebih dahulu versi trial untuk beberapa waktu sembari merasakan kecocokan layanan dengan sistem yang dibangun.

Tidak semua penyedia layanan cloud memberikan layanan percobaan gratis, namun tak sedikit juga yang menghadirkannya. Nah, perusahaan rintisan bisa mulai mencoba beberapa layanan tersebut. Sebagai contoh layanan cloud untuk startup dan UMKM yang memberikan versi trial untuk percobaan pengguna adalah Alibaba Cloud. Pengguna bisa melakukan pendaftaran gratis untuk percobaan layanan yang dihadirkan. Dalam fase percobaan ini pengguna bisa menganalisis, apakah sudah cocok atau belum layanan cloud dengan sistem yang telah dikembangkan.

Demografi pengguna menjadi salah satu faktor penentu

Walau bagaimana pun, konsumen adalah prioritas penting bagi sebuah bisnis. Untuk itu dalam memilih sebuah fondasi layanan komputasi, penting bagi perusahaan rintisan untuk mengidentifikasi bagaimana demografi penggunanya nanti. Demografi pengguna di sini termasuk di dalamnya sasaran pasar dan karakteristik pengguna.

Ambil contoh sebuah startup e-commerce, mereka menjual barang dagangan produk pakaian. Dan sasarannya adalah konsumen muda di berbagai kota di Indonesia, termasuk Jakarta, Bandung, Yogyakarta hingga Makassar. Penting untuk dipahami bahwa tidak semua calon konsumen di wilayah tersebut memiliki akses konektivitas sangat cepat. Maka dapat disiasati dengan pemilihan cloud server yang memiliki performa tinggi untuk diakses di wilayah tersebut. Sehingga mampu memberikan akses yang lebih stabil.

Di Indonesia berbagai hal selalu bombastis pada musimnya. Misalnya sekarang sedang bulan Ramadan, maka ritel online yang menjual baju muslim akan kebanjiran pengunjung. Namun tatkala di bulan biasa, trafik pengunjung akan biasa-biasa saja. Skalabilitas seperti ini juga harus menjadi pertimbangan. Sehingga bisnis dapat mengucurkan investasi untuk layanan yang lebih efisien. Ketika traksi naik dengan mudah pengguna melakukan upgrade, begitu pun sebaliknya.

Best practice dan testimoni pengguna juga menjadi faktor penting ketika memilih sebuah layanan cloud. Karena biasanya penyedia layanan cloud juga akan terus berimprovisasi dengan kebutuhan bisnis masa kini.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

Memanfaatkan Teknologi Cloud Computing untuk Optimalkan Kinerja Bisnis

Cloud computing (atau komputasi awan) saat ini sudah menjadi sesuatu yang sangat umum, terutama di kalangan pengembang software. Berbagai keunggulan cloud computing, seperti dalam skalabilitas, keandalan dan portabilitas membawakan daya tarik tersendiri, terlebih sistem pembayaran layanan cloud kebanyakan cukup fleksibel, yakni dibayarkan sesuai dengan penggunaan atau umum disebut dengan istilah “pay as you use”. Teknologi telah menjadi komponen kritis dalam operasional bisnis, berbagai kegiatan, terutama yang menghubungkan langsung dengan konsumen banyak ditompang olehnya, dan salah satu platform yang banyak digunakan tak lain adalah cloud computing.

Lalu bagaimana memanfaatkan teknologi cloud computing untuk mengoptimalkan kinerja bisnis? Beberapa hal berikut ini dapat menjadi pertimbangan bagi bisnis tatkala ingin menggunakan cloud computing untuk kegiatan produktifnya.

Melihat kemampuan dan kebutuhan

Pembiayaan untuk kebutuhan teknologi dalam lebih diefisienkan dengan pemanfaatan teknologi cloud computing, sepeti meminimalisir biaya pembelanjaan hardware dan pemeliharaan, namun untuk menciptakan nilai yang optimal bisnis juga harus mengenal betul kemampuan dan kebutuhannya. Cloud computing menawarkan sistem pembayaran yang cukup fleksibel, gunakan sumber daya tinggi saat penggunaan tinggi, dan minimalkan penggunaan sumber daya saat kebutuhan rendah. Hal ini bisa dicontohkan di beberapa skema bisnis, misalnya sistem yang ramai di masa tertentu, sebut saja toko online baju muslim.

Toko online yang menjual baju muslim umumnya akan mendapatkan pengunjung membludak saat di bulan Ramadhan atau mendekati Hari Raya Idul Fitri, sementara di hari-hari biasa pengunjungnya tidak begitu signifikan. Model upgrade/downgrade layanan cloud dapat dilakukan secara fleksibel untuk mensiasati keadaan ini. Ketika pengunjung membludak, dengan mudah pemelihara sistem dapat menaikkan kekuatan daya, baik itu server hingga bandwidth. Dan ketika mereda bisa diturunkan sesuai kebutuhan. Hal ini tidak berlaku ketika bisnis memilih pendekatan konvensional, karena hardware akan lebih sulit disesuaikan dengan kebutuhan yang fluktuatif.

Menggunakan SaaS (Software as a Services) untuk layanan siap saji

SaaS merupakan salah satu model layanan cloud yang memungkinkan pengguna untuk dapat langsung memanfaatkan layanan yang ada secara berlangganan. Saat ini sudah terdapat berbagai macam layanan SaaS, dari sistem email, sistem penyimpanan, sistem produksi sampai sistem untuk analisis data. Pengguna bisnis, khususnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) atau startup dapat memanfaatkan berbagai layanan SaaS untuk menghemat pengeluaran teknologi, karena bisnis bisa menggunakan layanan secara bertahap sesuai kebutuhan.

Ketika bisnis hanya terdiri dari 10 anggota tim, maka mereka cukup membayar 10 voucher berlangganan, begitu bertambah dengan mudah bisnis juga dapat membelinya lagi. Ketimbang harus mengembangkan software secara mandiri yang memakan biaya lebih banyak, untuk CRM (Customer Relationship Management) misalnya, dengan berlangganan SaaS, pembiayaan pengembangan dapat dioptimalkan untuk kebutuhan lain, karena bisnis bisa berlangganan sesuai dengan kebutuhannya.

Mengenal PaaS dan IaaS untuk menjadi fondasi aplikasi bisnis

Namun ketika bisnis sudah memiliki aplikasi sendiri, misalnya layanan e-commerce, yang sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengandalkan SaaS, karena platform yang dibutuhkan sangat custom, maka layanan cloud yang dipilih dapat berupa PaaS (Platform as a Services) atau IaaS (Infrastructure as a Services). PaaS memungkinkan pengguna untuk dapat memanfaatkan sistem server atau layanan cloud yang siap untuk meletakkan aplikasi yang dikembangkan. Tidak perlu memikirkan alokasi sumber daya komputasi (Sistem Operasi, Firewall, dll), pengembang hanya perlu menyesuaikan platform yang dibutuhkan.

Namun jika memang memiliki kebutuhan yang lebih custom, pengguna dapat memanfaatkan IaaS. Pengguna dapat memilih secara mandiri sumber daya yang ingin diterapkan dalam server virtual yang digunakan. Ibaratnya penyedia layanan cloud hanya akan menyediakan hardware dan kebutuhan sesuai dengan permintaan. Tak seperti PaaS, semua sudah dikemas dalam layanan yang siap digunakan untuk deployment. Baik itu PaaS ataupun IaaS juga mengusung aturan dasar cloud computing, yakni harus mampu memenuhi kebutuhan penggunanya secara dinamis. Jadi jika sewaktu-waktu memerlukan alokasi sumber daya lebih, maka hanya semua melakukan order online pengguna dapat menambahnya.

Pilih layanan cloud yang terpercaya

Sudah cukup banyak pilihan layanan cloud yang saat ini tersaji. Karena bisnis membutuhkan teknologi yang handal untuk operasional bisnis yang berkelanjutan, pastikan bisnis memilih layanan cloud yang sudah teruji dan terpercaya. Setidaknya sudah ada case study atau pihak bisnis yang sebelumnya pernah menggunakan layanan tersebut dan memberikan testimoni baik. Terlepas dari itu layanan global ataupun layanan lokal.

Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.

DScussion #3: Tren Layanan Cloud untuk Startup dan UKM Tahun 2015

General Manager Infinys System Indonesia Dondy Bappedyanto / DScussion

General Manager Infinys System Indonesia Dondy Bappedyanto melihat tren penggunaan cloud untuk startup dan UKM Indonesia sejak Juni 2014 lalu  makin meningkat, termasuk penggunaan teknologi yang makin beragam. Untuk mengimbangi pertumbuhan penggunaan cloud di segmen ini, Infinys System Indonesia rencananya akhir Q1 tahun ini akan meluncurkan layanan Platform as a Service (PaaS) yang akan diluncurkan khusus untuk pengembang. Layanan PaaS ini diklaim sebagai yang pertama di Indonesia.

Continue reading DScussion #3: Tren Layanan Cloud untuk Startup dan UKM Tahun 2015