Payfazz Reveals 428 Billion Rupiah Investment for Payment Gateway Startup Xfers

Payfazz disclosed a strategic investment in Singapore-based payment gateway startup Xfers. Rumor has been circulating in the industry since May 2020, but Payfazz‘ CEO Hendra Kwik keeps denying it every time DailySocial tried to confirm.

On 19 May 2020, he said that currently, the two companies are solely business partners. Eventually, we found the Xfers logo attached under the Fazz Financial logo at the Payfazz office. However, on January 26, 2021, Hendra still denied the rumor.

Under Fazz Financial, there is also Modal Rakyat. In addition, investment also planted in Credibook which has recently received Pre-Series A funding.

Through the strategic investment, Payfazz and Xfers will become part of the newly formed entity, the Fazz Financial Group (FFG) to jointly achieve the mission of providing financial inclusion throughout Southeast Asia. This will be the first cross-border transaction between two fintech startups in Southeast Asia.

It is said that the investment value Payfazz has disbursed for Xfers was worth $30 million (more than 428 billion Rupiah). Also, Hendra will occupy the position of CEO of FFG, while Tianwei Liu will occupy the position of Deputy CEO. Robert Polana, Tiket.com’s former CFO also joined as FFG CFO.

This strategic move is expected to further encourage the two companies to expand their business in providing more collaborative services throughout Southeast Asia.

For the record, Hendra had first introduced Fazz Financial during an interview with DailySocial in February 2020, as Payfazz has performed various business expansions, therefore, a business group was formed.

Separately, in a virtual press conference today (4/3), Hendra said that both Payfazz and Xfers will have their respective identities in achieving their goals. Payfazz will focus first on the Indonesian market considering that there is still a lot of potentials.

Meanwhile, Xfers will function as a B2B service from FFG – focused on connecting external customers to the payment infrastructure and user network that FFG aggregates. Xfers will continue to focus on increasing presence in a number of countries in Southeast Asia, considering the company is available in three countries. Although it is possible that Payfazz will expand its business in the future.

“Imagine that is like Amazon is Payfazz and AWS is Xfers. AWS present in every building cloud infrastructure, while Amazon is only present in a handful of countries because these two things are different [in terms of challenges and regulations]. Independence is very important, we [Payfazz] ] did not want to limit their operations, nor did we have to follow Xfers’ strategy,” Hendra said.

He added whether Payfazz has the opportunity for regional expansion in the future, the process will indeed be easier as it can take advantage of the API infrastructure that Xfers has built.

The reason behind Payfazz’s interest to invest is actually motivated by the longstanding partnership between the two companies. In addition, they are both graduates of the Y Combinator accelerator program.

Hendra observes Xfers’ API technology really helps the integration process with B2B clients in targeting more unbanked people with financial services. Thus, the more B2B clients successfully signed up with Payfazz, of course, the more inclusive digital financial services are.

“Therefore, we [Payfazz] can focus on pursuing better growth because instead of building the API itself, the costs that should have been incurred, can be transferred to Xfers.”

Currently, Payfazz has 250 thousand registered agents serving more than 10 million unbanked people in Indonesia.

Xfers‘ presence in Indonesia began in 2016 after obtaining $2.5 million in seed funding led by Facebook’s Co-Founder, Eduardo Saverin, Golden Gate Ventures, 500 Startups, GMP Venture Partners, and Partech Ventures.

In 2019, they released Straits X, the first blockchain-supported initiative to advance the open finance ecosystem in Singapore powered by Zilliqa. Xfers’ Indonesian business partners are not only Payfazz, there are also Porter Indonesia, Faspay, Modal Rakyat, and Tunai Kita.

Tianwei said, in the second quarter of 2021, the company will launch two new products. First, a payment solution without integration targeted at merchants based in Singapore. Second, a single integration solution to connect companies/entrepreneurs with fintech expecting to enter Southeast Asia with local payment methods in the region. This is also supported by assistance to reach unbanked consumers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Umumkan Investasi 428 Miliar Rupiah Terhadap Startup Payment Gateway Xfers [UPDATED]

Payfazz mengumumkan investasi strategis terhadap startup payment gateway asal Singapura Xfers. Desas-desus kabar ini sebenarnya sudah dimulai sejak Mei 2020, namun CEO Payfazz Hendra Kwik selalu membantahnya saat dimintai konfirmasi oleh DailySocial.

Pada 19 Mei 2020,  dia berkilah bahwa saat ini hubungan kedua perusahaan semata-mata adalah mitra bisnis. Hingga kami mendapati logo Xfers yang terpampang di bawah logo Fazz Financial di kantor Payfazz. Namun, pada 26 Januari 2021 masih dibantah oleh Hendra.

Di bawah Fazz Financial, juga terdapat Modal Rakyat. Selain itu, juga berinvestasi ke Credibook yang belakangan ini peroleh pendanaan Pra-Seri A.

Melalui investasi strategis, Payfazz dan Xfers akan menjadi bagian dari entitas yang baru terbentuk yaitu Fazz Financial Group (FFG) untuk bersama-sama mencapai misi dalam menyediakan inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara. Hal ini menjadi transaksi antar-negara pertama antara dua startup fintech di Asia Tenggara.

Disampaikan, nilai investasi yang digelontorkan Payfazz untuk Xfers sebesar $30 juta (lebih dari 428 miliar Rupiah). Disebutkan juga, Hendra akan menempati CEO FFG, sementara CEO Tianwei Liu menempati posisi Deputy CEO. Robert Polana, eks CFO Tiket.com, bergabung sebagai CFO FFG.

Langkah investasi ini selanjutnya diharapkan dapat mendorong kedua perusahaan tersebut agar dapat mengembangkan bisnisnya dalam menyediakan layanan yang lebih kolaboratif untuk seluruh Asia Tenggara.

Sebagai catatan, brand Fazz Financial ini sebenarnya sudah diperkenalkan Hendra saat wawancara bersama kami pada Februari 2020, karena Payfazz telah melakukan berbagai ekspansi bisnis sehingga dibentuk grup usaha.

Secara terpisah, dalam konferensi pers virtual yang digelar hari ini (4/3), Hendra menyampaikan baik Payfazz dan Xfers akan memiliki indenpensi masing-masing dalam mencapai tujuannya. Payfazz akan fokus ke pasar Indonesia terlebih dahulu mengingat masih banyak potensi yang belum tergarap.

Sementara, Xfers akan berfungsi sebagai layanan B2B dari FFG – difokuskan pada menghubungkan pelanggan eksternal ke infrastruktur pembayaran dan jaringan pengguna yang dikumpulkan oleh FFG. Xfers bakal melanjutkan fokusnya perbanyak kehadiran ke sejumlah negara di Asia Tenggara, mengingat perusahaan sudah hadir di tiga negara. Meski tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya Payfazz akan ekspansi bisnis.

“Anggap seperti Amazon adalah Payfazz dan AWS adalah Xfers. AWS sudah hadir di mana-mana membangun infrastruktur cloud, sementara Amazon baru hadir di segelintir negara saja karena dua hal ini berbeda [dari segi tantangan dan regulasi]. Indenpendensi sangat penting, kami [Payfazz] tidak ingin membatasi operasional mereka, kami pun tidak ingin mengikuti strategi Xfers,” kata Hendra.

Dia menambahkan, akan tetapi apabila ke depannya Payfazz punya kesempatan untuk ekspansi regional, tentunya proses lebih mulus karena dapat langsung memanfaatkan infrastruktur API yang sudah dibangun Xfers.

Alasan Payfazz tertarik untuk berinvestasi sebenarnya juga dilatarbelakangi oleh hubungan kemitraan antara kedua perusahaan yang sudah terjalin sejak lama. Selain itu, sama-sama lulusan dari program akselerator Y Combinator.

Hendra memandang teknologi API yang dibangun Xfers sangat membantu proses integrasi dengan klien B2B dalam menargetkan lebih banyak masyarakat unbanked dengan layanan keuangan. Dengan demikian, semakin banyak klien B2B yang berhasil digaet Payfazz tentunya semakin inklusif suatu layanan keuangan digital.

“Sehingga kami [Payfazz] bisa fokus mengejar pertumbuhan yang lebih baik karena daripada bangun API sendiri, cost yang seharusnya dikeluarkan, bisa dialihkan ke Xfers.”

Saat ini Payfazz memiliki 250 ribu agen terdaftar yang melayani lebih dari 10 juta masyarakat unbanked di Indonesia.

Awal kehadiran Xfers di Indonesia dimulai pada tahun 2016 pasca memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $2,5 juta yang dipimpin oleh Co-Founder Facebook Eduardo Saverin, Golden Gate Ventures, 500 Startups, GMP Venture Partners, dan Partech Ventures.

Pada 2019, mereka merilis Straits X, inisiatif pertama yang didukung blockchain untuk memajukan ekosistem keuangan terbuka di Singapura yang didukung oleh Zilliqa. Mitra bisnis Xfers di Indonesia tidak hanya dengan Payfazz, juga ada Porter Indonesia, Faspay, Modal Rakyat, dan Tunai Kita.

Tianwei menuturkan, pada kuartal II 2021 nanti perusahaan akan meluncurkan dua produk baru. Pertama, solusi pembayaran tanpa integrasi yang ditargetkan bagi pedagang yang berbasis di Singapura. Kedua, solusi integrasi tunggal untuk menghubungkan perusahaan / pengusaha dengan fintech yang ingin memasuki Asia Tenggara dengan metode pembayaran lokal di wilayah tersebut. Hal ini juga didukung dengan bantuan untuk menjangkau konsumen yang tidak memiliki akses perbankan.

*Kami menambahkan pernyataan dari konferensi pers virtual yang digelar FFG

 

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Launches New Feature to Support Online Sellers

The Covid-19 pandemic has shifted MSME sales channels which originally offline to online to minimize physical contact and mobility restrictions. Payfazz uses this opportunity to innovate by launching the “Warung Online” feature.

In addition, Payfazz is quite confident with the potential target market. According to BPS, around 11.7 million out of 64 million MSMEs have penetrated the digital ecosystem per May 2020. Therefore, there are currently more than 55.8 million or 87% MSMEs that are yet to digitize. This is an opportunity for startups to work on segments that is lack digital penetration.

Payfazz Brand Manager Safina Saleh explained, Warung Online is a development of a feature that was previously launched in August 2020, namely the Menu Alat Warung. In this feature, later orders from customers can be recorded directly in the Payfazz application.

“With the Warung Online feature, it is expected that Payfazz agents can reduce physical contact as well to expand the scope of their customers, therefore, the business can continue to grow and improve,” Safina said in an official statement, Friday (26/2).

Further explained, Warung Online allows agents to sell their merchandise online via a profile link on the Payfazz application. Agents can register their business for free through Payfazz and listed items to be sold, such as grocery, wholesale, clothing, food, beverages, and others that will be offered to customers.

Next, agents can share the link with their customers via social media platforms or text messages. Buyers can open the link to see the products from the agent’s shop and immediately order them online.

Sumber: Payfazz
Source: Payfazz

Separately contacted by DailySocial, Safina explained that the delivery and payment flow in the Warung Online feature can be adjusted according to the agreement of each buyer and seller. “This process takes place outside the Payfazz platform and the Warung Online features.”

Warung Online is expected to expand the reach of the business and increase the number of customers. She also ensures that agents do not have to worry about additional operational costs as the feature can be used by all agents for free.

Safira said that the number of agents using the Warung Tools Menu has reached more than 100 thousand and most of them come from Java & Sumatra Islands.

During 2020, the number of agents who have joined Payfazz has reached more than 1 million users. The most widely used features are PPOB Transactions, Warung Cashier Recording & Debt Logging.

The MSME digitization has been increasingly driven throughout the pandemic. Therefore, various initiatives have been created by various startups not only Payfazz, Grab, for example, is working with startups such as Warung Pintar to list agents into GrabMart, therefore, it’ll expand the business reach.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Luncurkan Fitur Baru, Bantu Pedagang Berjualan Online

Dampak pandemi Covid-19 mengubah kanal penjualan para pedagang UMKM yang semula offline menjadi online untuk meminimalisir kontak fisik dan pembatasan mobilitas. Peluang tersebut dicoba oleh Payfazz untuk berinovasi meluncurkan fitur “Warung Online”.

Selain kondisi tersebut, Payfazz ukup yakin dengan potensi pengguna yang ditargetkan. Menurut data BPS per Mei 2020, sebanyak 11,7 juta dari 64 juta UMKM telah merambah ekosistem digital. Sehingga saat ini terdapat lebih dari 55,8 juta atau 87% UMKM yang masih belum terdigitalisasi. Hal ini menjadi peluang bagi startup untuk menggarap segmen yang masih belum tersentuh digital.

Brand Manager Payfazz Safina Saleh menerangkan, Warung Online adalah pengembangan dari fitur yang sebelumnya sudah diluncurkan pada Agustus 2020, yakni Menu Alat Warung. Di dalam fitur tersebut, nantinya pesanan dari pelanggan dapat langsung tercatat di aplikasi Payfazz.

“Dengan adanya fitur Warung Online, diharapkan para agen Payfazz selain dapat mengurangi kontak fisik juga dapat memperluas cakupan pelanggannya, sehingga bisnis semakin berkembang dan meningkat,” ujar Safina dalam keterangan resmi, Jumat (26/2).

Dijelaskan lebih jauh, Warung Online memungkinkan para agen untuk menjual produk dagangannya secara online melalui tautan profil pada aplikasi Payfazz. Para agen dapat mendaftarkan usahanya secara gratis melalui Payfazz dan masukkan barang-barang yang akan dijual, seperti barang kelontong, grosir, pakaian, makanan, minuman, dan lainnya yang akan ditawarkan kepada pelanggan.

Berikutnya, agen dapat membagikan tautan tersebut ke pelanggannya melalui platform media sosial atau pesan singkat. Pembeli yang membuka tautan akan melihat situs produk-produk dari toko agen tersebut dan langsung memesannya secara online.

Sumber: Payfazz
Sumber: Payfazz

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial, Safina menerangkan alur pengiriman dan pembayaran pada fitur Warung Online ini dapat disesuaikan dengan kesepakatan dari masing-masing pembeli dan penjual. “Proses ini terjadi di luar platform Payfazz dan fitur Warung Online.”

Diharapkan kehadiran Warung Online dapat memperluas jangkauan usaha dan meningkatkan jumlah pelanggan. Ia juga memastikan bahwa agen tidak perlu khawatir dengan tambahan biaya operasional karena fitur bisa digunakan oleh semua agen secara cuma-cuma.

Safira mengungkapkan sejauh ini jumlah agen yang menggunakan Menu Alat Warung telah mencapai lebih dari 100 ribu pengguna dan sebagian besar tersebar di Pulau Jawa & Sumatera.

Adapun sepanjang tahun 2020, jumlah agen yang bergabung dengan Payfazz telah mencapai lebih dari 1 juta pengguna. Fitur yang paling banyak digunakan adalah Transaksi PPOB, Pencatatan Kasir Warung & Catat Utang.

Digitalisasi UMKM untuk masuk ke ranah digital semakin digalakkan sepanjang pandemi. Oleh karenanya, berbagai inisiasi diciptakan oleh berbagai startup tidak hanya Payfazz, Grab misalnya bekerja sama dengan startup seperti Warung Pintar untuk memasukkan para agennya ke GrabMart agar jangkauan bisnisnya semakin luas.

Application Information Will Show Up Here

Produk POS dari Payfazz Kini Terintegrasi dengan Sistem Pembayaran Cashlez

Aplikasi kasir POST, bagian dari Fazz Financial Group (Payfazz), mengumumkan telah terintegrasi dengan sistem pembayaran digital yang dimiliki oleh Cashlez. Merchant POST kini dapat menerima pembayaran non-tunai, mulai dari kartu debit/kredit hingga dompet digital yang telah bekerja sama dengan Cashlez.

VP of Business POST Reza Rizky Darmawan menjelaskan, pengembangan fitur ini diharapkan dapat memanjakan para penggunanya yang kini mencapai lebih 30 ribu merchant agar dapat memberikan solusi pembayaran yang lengkap dan aman dan dapat diakses melalui smartphone konsumen.

“Keuntungan lainnya, pelanggan dapat mengajukan aktivasi pembayaran digital melalui Cashlez tanpa perlu mengajukan ke berbagai payment provider yang ada. [..] Semoga kerja sama ini berjalan dengan baik dan dapat membantu para pebisnis dalam mengembangkan bisnisnya,” terang Reza dalam keterangan resmi, Senin (31/8).

CEO Cashlezz Tee Teddy Setiawan turut menambahkan, perusahaan ingin bekerja sama dengan pemain fintech lainnya agar para pelaku usaha dapat beralih ke digital dengan mudah. “Saat ini pengguna Cahslez sudah mencapai lebih dari 7 ribu merchant. Ke depannya kami akan terus berinovasi dan memberikan layanan yang terbaik bagi merchant Cashlez maupun merchant POST,” katanya.

Rebrand dari Sellfazz

Sebagai catatan, POST merupakan produk hasil rebrand dari Sellfazz di bawah bendera PT Fazzmart Teknologi Indonesia yang diresmikan pada Februari 2020. Dibandingkan sebelumnya yang fokus pada pengusaha UKM, kini POST mengalihkan targetnya untuk pengusaha F&B, jasa, dan ritel.

Pengembangan fitur yang telah dirlis, di antaranya halaman utama yang lebih mudah digunakan, dapat digunakan online dan offline, manajemen diskon dan pajak, laporan lengkap, kelola outlet dan karyawan dengan mudah, dan lainnya. Perusahaan menggunakan model berlangganan secara bulanan sebagai monetisasinya.

Reza mengungkapkan, POST adalah salah satu produk awal yang dirilis oleh Payfzz. Sebelum dibangun, para founder Payfazz melihat mayoritas pebisnis di Indonesia belum memiliki pencatatan bisnis yang baik, sehingga mengakibatkan kerugian di lima tahun pertama bisnis mereka dimulai.

Maka dari itu, POST berkomitmen untuk membantu memajukan bisnis dalam negeri meskipun tidak mudah, apalagi mengubah kebiasaan yang dahulu serba manual menggunakan teknologi digital.

“Target market dari POST adalah pemilik usaha di bidang makanan dan minuman, jasa seperti salon, pangkas rambut, dan ritel. Oleh karena itu, di aplikasi POST hadir untuk memenuhi berbagai kebutuhan para pebisnis dalam mengelola bisnis yang lebih mudah,” pungkasnya.

Lanskap di bisnis mPOS memiliki ceruk yang masih luas di Indonesia. Selain Cashlez dan POST, ada Moka, Pawoon, Majoo, Qasir, YouTap, Olsera, dan masih banyak lagi. Mereka semua menyasar pengusaha dari beragam skala usaha agar segmen tersebut dapat merasakan dampak dari digitalisasi bisnis. Contohnya Moka, saat ini juga memungkinkan merchant untuk menerima pembayaran dari berbagai sumber, termasuk dompet digital.

Untuk pengusaha mikro misalnya, mereka bisa mendapatkan catatan penjualan yang lebih rapi dan dapat digunakan untuk mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan. Sementara, dari sisi konsumen tentunya akan dimudahkan saat membayar transaksi dengan aplikasi uang elektronik, atau debit dan kredit, tidak perlu lagi menggunakan uang tunai.

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Adds “Alat Warung” Feature to Support SME Operational

Payfazz agency-based financial service startup introduced a new innovation on its platform, Alat Warung. This solution is designed for micro, small and medium businesses to monitor operational performance and plan business development.

In the Alat Warung menu, several features are available including Kasir for recording transactions, setting selling prices, and sales reports; Catat Hutang to manage debt as well as reminders for overdue bills; also Grosir Terdekat and Tawarkan Produk for goods stock or becoming a reseller. Currently, all features are available to all agents who have updated the application since July 2020.

Gambar - Menu Alat Warung

The startup, which just announced its series B funding last July, also provides other financial services such as PPOB, fund transfers to banks, as well as product stock and resell for its agents. Currently, Payfazz has served more than 20 thousand stalls all over Indonesia.

Safina Saleh, as Payfazz Brand Manager in a press statement said, “In line with Payfazz’s vision to develop MSMEs in Indonesia, starting with an agency platform for financial literacy, Payfazz is now innovating as a partner for MSME entrepreneurs in the trade sector in terms of business, operations, and marketing.”

Targeting micro businesses

Previously, Payfazz was known to have launched a POS application called Sellfazz which has now changed its name to Post.app. Hendra Kwik as the Co-Founder and CEO of Payfazz said that Post.app will target middle to upper retailers more, while Payfazz alone will focus on micro businesses.

“The solutions we offer through Payfazz, including the Alat Warung menu, is merely targeting micro-businesses because they have different needs. We also have differentiation with integrated services provided on the Payfazz platform,” Hendra said in a separate interview.

He also admitted that he would continue to consistently issue other innovations for micro, small and medium traders so that they could further develop with the help of technology created and developed by the nation’s children.

Some startups have started to intensify this kind of services for small shops and businesses, such as BukuWarung, which recently also received seed funding, and there is also BukuKas.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Tambah Fitur “Alat Warung”, Bantu UKM Kelola Operasional Bisnis

Startup layanan keuangan berbasis keagenan Payfazz memperkenalkan inovasi baru dalam platformnya, yaitu menu Alat Warung. Solusi ini ditujukan untuk pedagang mikro, kecil maupun menengah untuk memantau kinerja bisnis dan melakukan perencanaan pengembangan usaha.

Dalam menu Alat Warung tersedia beberapa fitur seperti Kasir untuk pencatatan transaksi, pengaturan harga jual, serta laporan penjualan; Catat Hutang untuk mengelola hutang serta pengingat tagihan jatuh tempo; serta Grosir Terdekat dan Tawarkan Produk untuk melakukan stok barang ataupun menjadi reseller. Saat ini, seluruh fitur sudah bisa dinikmati oleh seluruh agen yang telah melakukan pembaruan aplikasi sejak Juli 2020.

Gambar - Menu Alat Warung

Startup yang baru saja mengumumkan pendanaan seri B pada bulan Juli lalu ini juga menyediakan layanan finansial lain seperti PPOB, Transfer dana ke Bank, serta stock dan resell produk bagi para agennya. Hingga saat ini Payfazz telah melayani lebih dari 20 ribu warung yang tersebar di seluruh Indonesia.

Safina Saleh, selaku Brand Manager Payfazz dalam keterangan pers menyatakan, “Sejalan dengan visi Payfazz untuk mengembangkan UMKM di Indonesia, diawali dengan platform keagenan untuk literasi finansial, kini Payfazz berinovasi sebagai partner pengusaha UMKM bidang perdagangan baik dalam sisi bisnis, operasional maupun pemasaran.”

Menyasar usaha mikro

Sebelumnya, Payfazz sendiri diketahui pernah meluncurkan aplikasi POS bernama Sellfazz yang kini telah berganti nama menjadi Post.app. Hendra Kwik selaku Co-Founder dan CEO Payfazz menyampaikan bahwa Post.app ini akan lebih menyasar retail menengah ke atas, sementara Payfazz sendiri akan fokus pada pengusaha mikro.

“Solusi yang kita tawarkan melalui Payfazz, seperti menu Alat Warung ini lebih menyasar usaha mikro, karena kebutuhannya berbeda. Kami juga memiliki diferensiasi dengan layanan terpadu yang disediakan dalam platform Payfazz,” ungkap Hendra dalam wawancara terpisah.

Pihaknya juga mengaku akan terus konsisten mengeluarkan inovasi-inovasi lain bagi pedagang mikro, kecil dan menengah supaya dapat semakin berkembang dengan bantuan teknologi yang dibuat dan dikembangkan oleh anak bangsa.

Beberapa startup sudah mulai menggencarkan layanan pencatatan untuk warung dan usaha kecil, seperti BukuWarung, yang belum lama ini juga mendapatkan pendanaan tahap awal, juga ada BukuKas.

Application Information Will Show Up Here

Debt Manager App CrediBook Receives Funding and Collaborates with Payfazz

Launched in February 2020, the digital debt manager application CrediBook has now been used by more than 200 thousand users. CrediBook’s Co-Founder & CEO told DailySocial, Gabriel Frans said the service is now available throughout Indonesia, even more than 50% of users are in tier 2 and 3 cities.

It is said to be different from other similar platforms, CrediBook does not only tracking debt but also connects users in two directions. In this case, CrediBook puts its platform like a messaging application, with the concept of debit-credit communication. CrediBook is also able to make bill payments directly on the platform, thereby reducing manual recording and confirmation processes.

“We created an ecosystem where buyers, sellers (including SMEs), even distributors and wholesalers can be connected on a single listing platform. The current monetization strategy is through payments on the CrediBook. In addition, we also provide access to users to apply for loans. capital to enlarge their business,” Gabriel said.

Even though it has experienced positive growth even during the pandemic, the CrediBook still has some barriers. These range from technological literacy to the seamless transition from traditional note-taking to app use.

“My experience and my COO Chris at Kudo and Payfazz allow us to really understand our users’ behavior. CrediBook answers this challenge by continuing to listen to our users and make improvements to our products continuously,” said Gabriel.

Strategic partnership with Payfazz

After securing seed funding from Insignia Ventures Partners and Payfazz, CrediBook has several targets to be achieved. Among those are developing products by adding new relevant features and helping to solve problems, such as the infrastructure for Payfazz’ financial products from Payfazz such as transfers, loans, pulses, and accounts that can provide value for CrediBook merchants.

“There are two goals Payfazz wants to achieve through this strategic partnership. It is to distribute financial products such as balance, transfers, loans, accounts to CrediBook merchants outside of the shop. In addition, we want to integrate the CrediBook debt recording feature as a use case. additional for 250 thousand agents/stalls on the Payfazz platform,” Payfazz’ CEO Hendra Kwik said.

During the pandemic, there were no significant changes in the CrediBook business. The company is currently experiencing very fast business growth. By targeting 60 million businesses to use the CrediBook platform for their digital financial records.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi Pencatat Utang CrediBook Terima Pendanaan, Lakukan Sinergi dengan Payfazz

Diluncurkan pada bulan Febuari 2020 lalu, aplikasi pencatat utang digital CrediBook saat ini telah telah digunakan oleh lebih dari 200 ribu pengguna. Kepada DailySocial Co-Founder & CEO CrediBook Gabriel Frans menyebutkan, saat ini layanannya sudah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan lebih dari 50% pengguna berada di kota tier 2 dan 3.

Mengklaim berbeda dengan platform serupa lainnya, CrediBook tidak hanya melakukan pencatatan, namun juga terkoneksi antarpengguna secara dua arah. Dalam hal ini CrediBook menempatkan platform mereka seperti aplikasi pesan, dengan konsep komunikasi debit-kredit. CrediBook juga mampu melakukan pembayaran tagihan langsung di dalam aplikasi, sehingga mampu mengurangi proses pencatatan dan konfirmasi manual.

“Kami membuat ekosistem di mana pembeli, penjual (termasuk UKM), bahkan distributor dan wholesaler dapat terkoneksi dalam satu platform pencatatan. Strategi monetisasi sekarang adalah melalui pembayaran yang ada di dalam CrediBook. Selain itu, kami juga memberikan akses kepada pengguna untuk bisa mengajukan pinjaman modal untuk memperbesar bisnis mereka,” kata Gabriel.

Meskipun mengalami pertumbuhan yang positif bahkan selama pandemi, namun hingga saat ini CrediBook masih menemui beberapa kendala saat menjalankan bisnis. Di antaranya adalah literasi teknologi hingga transisi yang seamless dari pencatatan tradisional ke penggunaan aplikasi.

“Pengalaman saya dan COO saya Chris di Kudo dan Payfazz, membuat kami benar-benar mengerti perilaku pengguna kami. CrediBook menjawab tantangan ini dengan terus mendengarkan pengguna kami dan melakukan peningkatan di produk kami secara terus menerus,” kata Gabriel.

Kerja sama strategis dengan PayFazz

Setelah mengantongi pendanaan tahap awal dari Insignia Ventures Partners dan Payfazz, CrediBook memiliki beberapa target yang ingin dicapai. Di antaranya adalah mengembangkan produk dengan menambahkan fitur-fitur baru yang relevan dan membantu menyelesaikan masalah, seperti infrastruktur produk-produk keuangan dari Payfazz seperti transfer, pinjaman, pulsa, dan rekening yang dapat memberikan value untuk merchant CrediBook.

“Melalui kerja sama strategis ini ada dua sasaran yang ingin dicapai oleh Payfazz. Yaitu mendistribusikan produk-produk keuangan seperti pulsa, transfer, pinjaman, rekening ke merchant CrediBook yang di luar warung. Selain itu kami ingin melakukan integrasi fitur debt recording CrediBook sebagai use case tambahan untuk 250 ribu agen/warung di platform Payfazz,” kata CEO Payfazz Hendra Kwik.

Selama pandemi tidak ada perubahan yang berarti dalam bisnis CrediBook. Perusahaan mencatat saat ini perusahaan mengalami pertumbuhan bisnis yang sangat pesat. Dengan menargetkan 60 juta bisnis untuk menggunakan platform CrediBook untuk pencatatan keuangan digital mereka.

Application Information Will Show Up Here

Payfazz Announces Series B Funding Worth of 767 Billion Rupiah

Payfazz today (7/6) announced a series B funding worth of US$ 53 million or equivalent to 767.7 billion Rupiah. This round was led by B Capital Group and Insignia Ventures, with the participation of previous investors, Tiger Global Management, Y Combinator, ACE & Company, and Quiet Capital, also BRI Ventures as a new investor.

The fresh money is to accomplish the company’s mission to expand market coverage throughout Southeast Asia. With its various services, Payfazz is to increase digital financial access in rural areas.

In Indonesia, their services are widely applied in traditional stalls, allowing traders to accommodate various types of financial services, such as balance top-up, bill payments, loans, and cash withdrawal.

Payfazz’ Co-Founder & CEO, Hendra Kwik said in his remarks, “We see that smartphone-based fintech applications will revolutionize the financial services industry in Southeast Asia. We want to participate in the revolution by facilitating access to bill payments, money transfers, loans, opening savings accounts, and investment through smartphones, so as to accelerate financial inclusion in Southeast Asia.”

Previously, Hendra has mentioned this fundraising in an interview with DailySocial earlier last year. The regional expansion is to become the main agenda in the future. He believes the Payfazz channel is in line with rural communities’ demand for financial products.

“There are several countries in ASEAN for reference [with lessons from Indonesia]. At first, it may penetrate one or two countries, but I don’t know about this year because we still exploring the most strategic ones.”

In addition, they also schedule to build up the R&D team, to create more relevant solutions with the market share demand.

Business efficiency

Payfazz team members / Payfazz
Payfazz team members / Payfazz

The Covid-19 pandemic has quite a significant impact on Payfazz due to microeconomics stuck in rural areas by social restrictions and so on. Recently, through its official statement, the company conveyed that it has made business efficiency by allocating funds and resources to business units that are considered promising, namely small business, financial services, and digital banking.

The decision applied for a 10% reduction in labor. Hendra said the company decided to restructure and refocus that results in the professional workforce efficiency, therefore, the company remained a sustainable business. Previously, Payfazz’ team has reached 600 people.

In its journey, Payfazz performed various business expansion to form a business group called Fazz Financial. In its derivatives are POST, Sellfazz POS, Fazzcard, Billfazz, and Canfazz. All these products target a variety of consumer segments.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here