Asus Ciptakan Gaming Desktop Khusus Esport, ROG Strix GL 12

Selain keyboard mekanis ROG Strix Flare, Asus juga memperkenalkan sebuah gaming desktop baru di CES 2018. Perangkat bernama ROG Strix GL 12 ini diklaim benar-benar diciptakan secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan atlet esport profesional.

Tanpa harus terkejut, di balik sasis berwajah futuristisnya, bernaung spesifikasi yang cukup ‘mengerikan’. Varian termahalnya mengusung prosesor Intel Core i7 8700K (Coffee Lake) yang secara default sudah di-overclock hingga 4,8 GHz, plus RAM DDR4 64 GB yang juga sudah digenjot performanya. Stabilitas performanya pun dijamin oleh sistem liquid cooling besutan Asetek.

Di sektor grafis, Asus memercayakan Nvidia GeForce GTX 1080 yang sudah diamankan oleh semacam palang guna mencegah benturan dan menghindari kerusakan ketika perangkat harus dibawa-bawa dan berpartisipasi dalam beragam turnamen internasional. Bagi yang tidak mau berkompromi, Asus juga menawarkan varian GL 12 yang dilengkapi liquid cooling untuk GPU-nya.

Asus ROG Strix GL 12

Namun fitur GL 12 yang paling menarik menurut saya bersembunyi di bagian depan, tepatnya di bawah deretan port USB dan slot SD card. Bagian tersebut dihuni oleh panel penutup magnetik, yang ketika dibuka akan menampilkan sebuah slot SSD bertipe hot-swap. Artinya, pengguna bisa melepas dan memasangkan SSD tanpa harus me-restart perangkat.

Fitur inilah yang sejatinya dinilai krusial buat para atlet esport. Dikatakan bahwa mereka sering kali membawa SSD 2,5 incinya masing-masing yang menyimpan semua pengaturan yang dibutuhkan dalam bertanding. Ketimbang harus membuka sasis PC, memanfaatkan slot hot-swap untuk mengakses pengaturan-pengaturan tersebut jelas jauh lebih praktis.

Kalau melihat fungsi spesifiknya itu, ROG Strix GL 12 jauh lebih ideal menjadi daftar belanjaan penyelenggara turnamen ketimbang para atlet esport itu sendiri. Terlepas dari itu, Asus masih belum menyingkap harga maupun jadwal ketersediaannya.

Bezel-Free Kit

Dalam kesempatan yang sama, Asus juga ingin memamerkan sebuah konsep peripheral baru yang mereka sebut dengan istilah Bezel-Free Kit. Asus bilang bahwa perangkat ini diciptakan dengan tujuan memecahkan masalah yang selama ini dialami oleh pengguna PC dengan setup multi-monitor.

Masalah itu adalah grafis yang terpotong oleh bezel monitor yang didudukkan bersebelahan. Solusi yang Asus tawarkan cukup sederhana, tapi dampaknya cukup signifikan, yakni dengan cara mengamuflasekan bezel sehingga grafis yang ditampilkan sama sekali tidak terpotong. Perbandingan sebelum dan sesudah dipasangi Bezel-Free Kit bisa Anda lihat sendiri pada dua gambar di atas.

Asus Bezel-Free Kit

Bezel-Free Kit melibatkan sebuah lensa khusus berwujud tipis yang mampu membelokkan cahaya dari monitor ke arah dalam, sehingga bezel monitor pun tertutup oleh biasannya. Biasan cahayanya memang akan kelihatan sedikit lebih redup dari tampilan monitor, tapi setidaknya masih jauh lebih baik ketimbang dua bezel yang benar-benar memangkas sebagian dari grafis yang ditampilkan.

Lensanya sendiri terbuat dari bahan thermoplastic khusus yang diyakini lebih tangguh ketimbang kaca. Pemasangannya hanya melibatkan penjepit biasa di sisi atas dan bawah monitor, akan tetapi posisi kedua monitor harus tepat 130 derajat supaya hasilnya benar-benar optimal.

Sumber: Asus 1, 2.

Lewat Shadow, Tim Blade Berambisi Untuk Mengganti Console dan PC Dengan Solusi Cloud Gaming

Jauh sebelum Sony memperkenalkan PlayStation Now dan Nvidia meluncurkan program GeForce Now, OnLive telah lebih dulu mempionirkan layanan gaming berbasis cloud. Saat itu, premisnya terdengar sangat menjanjikan. Bayangkan, meski performa hardware PC Anda terbatas, Anda bisa menikmati game kapan dan di mana saja asalkan ada koneksi internet memadai.

Sayangnya, waktu itu konsep OnLive yang begitu inovatif belum dibarengi kesiapan infrastruktur internet. Akibatnya, banyak dari konsumen mengeluhkan masalah keterlambatan respons saat mereka tengah mengakses game. Baik analis serta konsumen juga berpendapat bahwa OnLive masih belum bisa menggantikan pengalaman bermain di home console atau PC.

Blade Shadow

Namun dengan kian canggihnya infrastruktur internet, semakin banyak perusahaan – baik para raksasa teknologi hingga startup – melirik cloud sebagai alternatif dari platform hiburan konvensional. Baru-baru ini, satu tim asal Perancis yang menamai dirinya Blade memutuskan untuk mengadopsi konsep tersebut dan memperkenalkan solusi cloud gaming new-gen: Shadow.

Blade Shadow 1

Dasar gagasan Shadow hampir menyerupai OnLive, tetapi Blade punya ambisi buat mengganti perangkat gaming ‘standar’ dengan cloud. Melaluinya, Anda tetap bisa bermain via Steam, Origin, serta berbelanja game di Humble Bundle. Permainan-permainan yang dibeli di sana tetap jadi milik Anda. Namun berbeda dari PC atau console, Shadow juga memungkinkan kita mengakses platform berbeda seperti macOS, iOS dan Android.

Blade Shadow 3

Dengan berlangganan Shadow, Anda diberikan sebuah mesin virtual berperforma tinggi, setara PC bersenjata kartu grafis Nvidia GeForce GeForce ‘high-end‘, memori RAM sebesar 12GB, dan penyimpanan internal berbasis SSD seluas 256GB. Spesifikasi ini memungkinkan sistem menjalankan game di resolusi 4K di 60fps, atau menyajikan 144-frame per detik di 1080p. Blade juga berjanji untuk tidak ‘membagi’ hardware itu dengan user lain, sehingga performa game tidak berkurang walaupun saat itu ada banyak orang mengaksesnya.

Blade Shadow 2

Jika kebetulan Anda tidak mempunyai perangkat untuk disambungkan ke monitor atau TV, Blade juga menyediakan Shadow Box, yaitu unit mini PC dengan chip AMD APU yang bertugas menjadi penghubung antara layanan Shadow dan layar, sekaligus befungsi sebagai pusat konektivitas. Di sana dua port USB 2.0, dua USB 3.0, dua DisplayPort, port Ethernet, serta audio.

Blade Shadow

Rencananya, layanan Shadow akan meluncur perdana di wilayah Kalifornia pada tanggal 15 Februari 2018 besok. Biaya langganannya memang cukup mahal: US$ 50/bulan, US$ 40/bulan dengan kontrak selama tiga bulan, atau US$ 35/bulan jika bersedia berlangganan selama setahun penuh. Meski begitu, angka ini jauh lebih rendah dibanding harus membeli gaming PC seharga US$ 2.000.

Sumber: Shadow.tech.

Versi PC Monster Hunter World Akan Tiba Berbulan-Bulan Lebih Terlambat dari Console

Selain menjanjikan dunia open world lebih luas, Monster Hunter World juga didukung olrn mode co-op online sembari dibekali jalan cerita buat menemani petualangan Anda. Dua fitur ini pertama kali hadir di seri Monster Hunter. Berkat segala premisnya, DailySocial memilih karya baru Capcom itu sebagai salah satu permainan yang paling dinanti di 2018.

Monster Hunter World akan diluncurkan sebentar lagi di console current-gen. Game juga akan dirilis untuk PC, tapi kehadirannya akan lebih terlambat karena developer mengaku membutuhkan lebih banyak waktu demi memastikannya tersaji optimal di platform tersebut. Prosesnya itu dilakukan secara internal oleh Capcom karena mereka tak mau memperlakukannya sebagai port setengah matang.

Namun jika kebetulan Anda telah memutuskan untuk memainkan Monster Hunter World di PC, maka Anda harus menunggu lebih lama. Lewat Twitter miliknya, produser game Ryozo Tsujimoto memublikasikan video berisi ucapan terima kasih atas partisipasi gamer dalam sesi uji coba beta, dan mengumumkan bahwa versi PC game action role-playing ini baru akan tersedia di musim gugur tahun 2018.


Alasan waktu rilis yang lebih terlambat ini sama seperti sebelumnya: developer membutuhkan waktu lebih lama untuk memoles game. Tim mengungkapkan bahwa saat ini mereka sedang bekera keras demi mengoptimalkan versi PC, dan menargetkan buat melepasnya di musim gugur nanti – kira-kira jatuh di minggu ketiga bulan September. Itu berarti, versi console dan PC-nya memiliki jarak delapan bulan, bisa lebih.

Sayangnya, Tsujimoto belum menjelaskan lebih rinci status dari Monster Hunter World di PC. Ia hanya berjanji buat menyingkap detailnya di lain kesempatan dan mengucapkan terima kasih karena kita bersedia menunggu. Setelah mendarat di console, Capcom memiliki agenda untuk menghidangkan beragam update gratis, termasuk penambahan jenis monster. Kita boleh berasumsi, versi PC Monster Hunter World nanti akan dilengkapi konten-konten add-on yang telah muncul di console.

Modifikasi terbesar pada aspek gameplay di World adalah penyatuan zona-zona permainan secara mulus. Di game sebelumnya, area-area tersebut dipisahkan oleh loading screen, membuat mereka jadi terisolasi. Capcom juga mendesain agar ekosistem dunia permainannya betul-betul hidup: misalnya, satu spesies monster akan merespons kehadiran jenis monster lainnya, dan Anda bisa memanfaatkan kondisi ini untuk menciptakan umpan.

Monster Hunter World akan meluncur di Xbox One dan PlaySation 4 pada tanggal 26 Januari 2018.

Game Shenmue III Dikonfirmasi Meluncur Tahun Ini

Shenmue ialah seri permainan action-adventure open world arahan Yu Suzuki. Konten game yang begitu kaya membuatnya diakui sebagai salah satu permainan terpenting sepanjang masa, dipuji karena mempionirkan sejumlah fitur gaming esensial: banyaknya pilihan, tingginya level detail, serta luasnya dunia game – yang selanjutnya diadopsi oleh franchise semisal GTA dan Yakuza.

Namun meski menerima banyak penghargaan, penjualan game kedua Shenmue ternyata mengecewakan. Akibatnya, masa depan dari franchise ini jadi terkatung-katung selama lebih dari satu dekade. Baru 14 tahun setelahnya, Yu Suzuki serta studio Ys Net mengabarkan untuk mengembangkan penerusnya. Dana dikumpulkan lewat Kickstarter, dan saat kampanye crowdfunding berakhir, Senmue III berhasil mengumpulkan uang lebih dari US$ 6 juta.

Awalnya, Ys Net berencana buat merilis Shenmue III di bulan Desember 2017. Namun di bulan Juni tahun lalu, Suzuki memutuskan untuk menunda peluncurannya ke paruh kedua tahun 2018 karena dengan pemanfaatan engine Unreal 4, timnya menemukan banyak aspek yang bisa diperluas. Lalu di bulan Agustus 2017, developer mengumumkan kolaborasi bersama Deep Silver demi membantu proses publikasi permainan ini.

Melihat kecilnya jumlah staf Ys Net, banyak orang berasumsi waktu tayang Shenmue III lagi-lagi akan diundur. Tetapi tidak menurut Cedric Biscay, yaitu founder dari Shibuya Productions. Tim pimpinannya merupakan salah satu satu studio yang membantu pengerjaan game. Dan lewat Twitter-nya, Biscay mengonfirmasi bahwa perilisan Shenmue III akan tetap dilangsungkan di tahun ini.

“Saya mengucapkan Selamat Tahun Baru!” tulis Biscay di Twitter. “Semoga Anda mendapatkan segala yang terbaik di 2018. Tahun ini juga jadi semakin menarik dengan peluncuran Shenmue III di PS4 dan PC.”

Dengan informasi ini, setidaknya ada dua hal bisa dipastikan. Pertama, penggarapan Shenmue III tampaknya berjalan sesuai jadwal terlepas dari dugaan ‘pesimis’ sejumlah gamer. Lalu kedua, PC dan PlayStation 4 akan menjadi tempat pendaratan perdana Shenmue III. Selain itu, sang founder juga mengutarakan rencana buat mengungkap ‘banyak kejutan lain’. Biscay tidak bilang seperti apa kejutannya, tapi bayangkan hebohnya fans jika ternyata Shenmue pertama dan kedua di-remaster untuk platform game current-gen.

Shenmue III akan meneruskan petualangan Ryo Hazuki dalam perjalanannya dari Jepang ke China untuk menemukan pembunuh sang ayah. Game ketiga ini bermula di desa Bailu di Guilin, lalu akan membawa pemain mengunjungi Choubu (‘sebuah wilayah di samping sungai yang dipenuhi toko-toko, gerai suvenir, hotel dan kuil’ berdasarkan deskripsi di Kickstarter) serta Baisha.

Via VG247. Header: PlayStation.com.

PlayerUnknown’s Battlegrounds Dimainkan Bersamaan Oleh 3 Juta Orang Lebih

PUBG mungkin bukanlah permainan terbaik di 2017, namun tidak bisa disangkal bahwa kreasi Brendan Greene itu merupakan fenomena terbesar tahun lalu. Sejak tersedia dalam versi beta early access di PC mulai bulan Maret silam, game online battle royale ini terus menghimpun gamer hingga berhasil menumbangkan Dota 2 sebagai permainan terfavorit user Steam.

Pencapaian tersebut terjadi di bulan Agustus, dan tak lama sesudahnya, PlayerUnknown’s Battlegrounds tercatat dimainkan oleh pemain aktif sebanyak 1,3 juta jiwa – melampaui rekor Dota 2 dengan 1.291.328 gamer. Namun euforia PlayerUnknown’s Battlegrounds tidak mereda, malah semakin menjadi setelah versi ‘full‘ permainan multiplayer ini dilepas di Windows dan Xbox One via Xbox Game Preview di bulan Desember 2017 kemarin.

Minggu lalu, sang creative director kembali mengungkap prestasi baru PUBG. Via Twitter, Greene mengumumkan bahwa kreasinya itu dimainkan oleh lebih dari 3,1 juta user, tepatnya 3.106.358 orang. Angka ini lebih dari empat kali jumlah concurrent gamer terbanyak Dota 2 saat itu, di 704.938. Sebelumnya, PlayerUnknown’s Battlegrounds berhasil melampaui batasan 2 juta gamer di Oktober 2017.

PUBG1

Versi Xbox PUBG terjual lebih dari satu juta kopi dan menjadi game yang paling banyak dimainkan di platform tersebut, sedangkan per akhir tahun 2017, versi PC-nya ini dibeli oleh lebih dari 24 juta orang. Total penjualannya melewati 25 juta kopi. Rencananya, permainan ini akan dilokalisasi oleh Tencent khusus untuk kawasan Tiongkok, termasuk agenda penyediaan versi mobile-nya.

Walaupun bukan yang pertama, Battlegrounds dianggap sebagai permainan battle royale terpenting karena kepopularitasannya (Greene sudah pernah melepas sejumlah mod berformula serupa di game berbeda). Permainan ini memicu developer lain buat mengikuti langkah PUBG Corporation, satu contohnya yang paling terkenal adalah implementasi mode battle royal di game sandbox Fortnite ciptaan Epic Games.

Terlepas dari naik daunnya battle royale, Greene juga sempat mengutarakan kecemasannya terhadap lahirnya banyak klona PUBG. Via BBC ia menyampaikan, “Saya ingin genre ini berkembang, dan agar hal itu terjadi, kita membutuhkan banyak modifikasi dan fitur baru di formula ini. Namun jika hanya sekedar tiruan, battle royale jadi tidak berjalan maju dan malah membuat orang bosan.”

Greene memang tidak mengklaim kepemilikan genre last-man-standing, namun mengeluh beberapa tiruan PUBG betul-betul menjiplak sejumlah mekanisme atau elemen spesifik karyanya – satu contohnya ialah bagian terjun payung saat match dimulai.

Via Games Industry.

8 Game PC Terbaik di Tahun 2017

Di 2017, perusahaan gaming semakin sadar akan signifikansi dari PC. Sejumlah permainan memang hadir terlambat, tapi sebagai kompensasinya, publisher dan developer menyodorkan gamer PC edisi terlengkap dengan upgrade signifikan pada aspek grafis. Di tahun ini, PC dimeriahkan oleh judul-judul multi-platform serta turut menikmati beberapa game eksklusif fenomenal.

Meneruskan seri artikel ‘best of 2017’ (terdiri dari daftar game single-player, multiplayer dan open-world terbaik di tahun ini, plus list permainan paling mengecewakan), kali ini DailySocial telah memilih delapan game PC Windows paling mengagumkan yang dilepas dalam waktu 12 bulan ke belakang. Apakah judul favorit Anda masuk di daftar ini? Ayo silakan disimak.

 

8. Lone Echo

Daftar ini kita mulai dengan game yang menakjubkan, namun tak dimainkan banyak orang karena ia membutuhkan Oculus Rift. Lone Echo (dan mode multiplayer Echo Arena) merupakan pencapaian penting ranah VR gaming, menghidangkan pemain petualangan seru di lingkungan nol gravitasi, berbekal gerakan tangan untuk bergerak serta berinteraksi.

 

7. SteamWorld Dig 2

SteamWorld Dig 2 menghadirkan dan meningkatkan segala aspek yang membuat permainan pertamanya begitu istimewa. Gameplay berformula Metroidvania plus Digger-nya (permainan lawas tahun 1983) sangat adiktif, kemudian tim Image & Form mengombinasikan aspek tersebut dengan grafis dua dimensi dan karakter menawan, serta dunia permainan yang lebih besar dan dinamis.

 

6. Okami HD

Secara keseluruhan, remake dari remake game legendaris yang dirilis hampir 12 tahun silam ini betul-betul menyenangkan dari saat Anda memulai petualangan hingga ketika Amaterasu berhasil merebut Ark of Yamato dan berlayar kembali ke Celestial Plain. Jika dahulu Anda tak sempat menikmatinya, maka versi anyar yang dibekali upgrade grafis ini wajib dimainkan.

 

5. Forza Motorsport 7

Banyak gamer PC mengeluhkan absennya dukungan Steam, namun konten yang dihidangkan Turn 10 Studios di Forza Motorsport 7 membuatnya menjadi salah satu game simulasi balap paling lengkap saat ini. Berbeda dari Project CARS 2, Forza Motorsport 7 dapat mudah diakses oleh gamer pemula, serta sanggup memuaskan para pecandu otomotif.

 

4. Wolfeinstein II: The New Colossus

Di tengah krisis minimnya game single-player berkualitas, Wolfenstein II mendarat di 2017 dengan segala kehebohan dan kebrutalannya. Kreasi MachineGames ini memanjakan pemain lewat aksi dan narasi super-seru, serta karakter-karakter realistis. Selain terpilih sebagai game shooter terbaik di 2017, jangan heran jika Wolfenstein II menjadi sumber inspirasi pengembangan game di masa depan.

 

3. Total War: Warhammer II

Krisis minimnya permainan single-player sebetulnya juga sebetulnya menjangkiti genre strategi. Untungnya, Total War: Warhammer II mendarat di tahun ini jika Anda mendamba game strategi bermutu. Ia kembali menyuguhkan gameplay khas seri Total War yang mencampur elemen turn-based dan real-time tactics. Di sana, Creative Assembly meng-upgrade seluruh aspek gameplay serta elemen grafisnya.

 

2. XCOM 2: War of the Chosen

War of the Chosen ialah expansion pack yang merombak sekaligus memperkaya stuktur mode campaign XCOM 2 melalui penambahan jenis musuh baru, karakter hero, fitur modifikasi, hingga penyempurnaan pada karakteristik tokoh-tokohnya. Kendalanya hanya satu: War of the Chosen mendongkrak tingkat kesulitan permainan yang pada dasarnya sudah sangat menantang.

 

1. Divinity: Original Sin II

Bukan hanya jadi permainan role-playing terbaik di 2017, Divinity: Original Sin 2 merupakan salah satu RPG terpenting di sepanjang sejarah gaming – duduk bersebelahan dengan Baldur’s Gate II, Planescape: Torment dan The Witcher 3. Kebebasan yang disajikannya sungguh luar biasa. Anda bisa bermain jadi siapa pun dan menyelesaikan quest dengan acara apapun.

Game-game di list honorable mention ini juga jangan sampai Anda lewatkan:

 

Destiny 2

 

Assassin’s Creed Origins

 

Resident Evil 7 Biohazard

 

Cuphead

 

Everspace

 

Night in the Woods

Dapatkan Tiga Game Blockbuster Ini Gratis dari Ubisoft

Tidak ada alasan bagi gamer PC dengan mesin gaming mumpuninya untuk tidak menikmati hobi tersebut di musim liburan akhir tahun. Bahkan seandainya mereka sedang tidak memiliki modal buat berbelanja, permainan-permainan gratis sebetulnya tidak sulit ditemukan. Saya tidak ngacu pada judul-judul free-to-play, melainkan game-game berkualitas kelas blockbuster.

Setelah Humble Bundle dan GOG.com menyodorkan gamer dua permainan gratis, kali ini giliran publisher Ubisoft yang membagi-bagikan game mereka secara cuma-cuma. Menariknya, Anda tak hanya mendapatkan satu, namun tiga judul berbeda. Promo bertajuk Holiday Bundle ini merupakan bentuk dari perayaan ‘Happy Playdays’ yang dimulai pada tanggal 18 Desember kemarin.

Tiga permainan yang Anda miliki tersebut meliputi World in Conflict: Complete Edition, Assassin’s Creed IV: Black Flag, dan Watch Dogs. Penawaran ini cuma berlaku buat gamer di PC, disajikan via Uplay. Seperti program serupa dari platform lain, giveaway ini punya jangka waktu, hanya berlangsung hingga hari Sabtu tanggal 23 Desember 2017.

Sedikit perkenalan jika Anda kurang familier dengan ketiga judul tersebut:

  • World in Conflict adalah permainan real-time strategy bertema perang yang di-setting di jagat alternatif ketika pecah Perang Dunia ketiga di tahun 1989. WiC memperoleh banyak penghargaan ketika dirilis di 2007.
  • Assassin’s Creed IV: Black Flag ialah game Assassin’s Creed pertama yang mengusung latar belakang era bajak laut, difokuskan pada aspek penjelajahan di perairan. Ia juga disebut-sebut sebagai salah satu permainan terbaik di seri ini.
  • Watch Dogs sendiri tidak memperoleh respons sehangat dua game sebelumnya. Ia dipuji karena pemanfaatan elemen hacking dalam gameplay, tetapi dikritisi akibat grafis yang tidak sebaik di trailer, buruknya plot, dan adanya masalah teknis.

Di Steam, Assassin’s Creed IV Black Flag dijajakan seharga Rp 270 ribu, sedangkan Watch Dogs dibanderol Rp 360 ribu. Jika berhasil mengamankan kedua game ini, itu berarti Anda sudah menghemat anggaran belanja permainan video sebesar Rp 630 ribu. World in Conflict sendiri tidak tersedia di Steam, saat ini game dijual di GOG.com seharga US$ 2,5 (setelah diskon 75 persen).

Untuk mendapatkan ketiga permainan ini, Anda perlu mendaftarkan diri di layanan distribusi Uplay dan mengunduh software-nya. Selanjutnya, kunjungi page Happy Playdays 2017 Ubisof, dan klik tombol ‘Register for PC’ di masing-masing game. Permainan nantinya dapat diunduh dari bagian library Games di Uplay.

Game Petualangan Oxenfree Bisa Anda Miliki Gratis via GOG

Promo diskon permainan yang dilangsungkan buat memperingati musim gugur (dan Black Friday) memang sudah berakhir, namun berkah Natal bahkan telah dirasakan berminggu-minggu sebelum tanggal 25 Desember tiba. Humble Bundle tak ada henti-hentinya menyodorkan game gratis, dan kali ini, penawaran serupa disuguhkan oleh layanan distribusi game bebas-DRM, GOG.

Platform penjualan game dan film yang dimiliki oleh CD Projekt itu belum lama memulai program bagi-bagi Oxenfree secara gratis – yaitu permainan petualangan 2.5D independen bertema misteri garapan Night School Studio. Game ini pertama kali drilis di Windows pada bulan Januari 2016, kemudian menyusul di PlayStation 4 serta Linux tak lama sesudahnya, dan baru di tahun ini Oxenfree mendarat di mobile dan Switch.

Tentu saja Oxenfree yang bisa Anda dapatkan gratis ini merupakan versi PC. Caranya sangat mudah, lebih sederhana dibanding penyajian game cuma-cuma via Humble Store karena kita tidak usah menyambungkan dua akun platform distribusi berbeda. Semua bisa dilakukan lewat situs GOG.com, tanpa perlu mengakses email ataupun mengunduh software client.

Silakan mampir di page Oxenfree di Good Old Games, dan sign in. Jika sudah, Anda tinggal mengklik tombol ‘Get It Here‘ dan permainan segera masuk dalam daftar library. Untu mengeceknya, gerakkan mouse ke nama akun Anda hingga muncul menu drop down, lalu tekan tombol Games. Anda akan segera dibawa ke laman ‘My Collection‘, berisi daftar permainan koleksi Anda.

Untuk men-download Oxenfree, klik icon permainan tersebut buat memunculkan tautan. Anda perlu mengunduh dua bagian, yakni part 1 dan 2, jangan lupa simpan kedua file installer itu di satu folder yang sama. Setelah beres, jalankan file berformat executable-nya (.exe). Oxenfree tidak mengonsumsi ruang penyimpanan terlalu besar, hanya 3-gigabyte sesudah instalasi. Dan untuk menjalankannya secara optimal, Anda cuma memerlukan prosesor Intel i5 2,5GHz, kartu grafis GeForce GTX 460 serta memori RAM 2GB.

Oxenfree merupakan game petualangan yang menitikberatkan elemen narasi, tanpa mengusung cutscene. Anda bermain sebagai Alex, seorang gadis yang pergi ke sebuah pulau bersama kawan-kawannya. Setelah tak sengaja melepas kekuatan paranormal di tempat itu, Alex harus mencari cara untuk menghentikannya. Pemain dibebaskan untuk mengeksplorasi pulau, dan tantangan hadir dalam bentuk puzzle.

Tidak ada kondisi yang membuat petualangan Anda ‘game over‘, namun pilihan yang Anda buat selama bermain akan memengaruhi ending-nya.

Penawaran Oxenfree gratis ini punya batas waktu, berlangsung hingga hari Kamis tanggal 21 Desember besok pukul 21:00 WIB.

Game Horor Layers of Fear Bisa Anda Dapatkan Gratis via Humble Bundle

Ketika pemilik console harus berlangganan Xbox Live Gold atau PlayStation Plus untuk memperoleh konten eksklusif serta permainan gratis, gamer di PC boleh berbangga karena mereka bisa mendapatkan game secara cuma-cuma tanpa syarat. Caranya tidak terlalu sulit: mereka hanya perlu siaga karena biasanya penawaran seperti ini dilakukan dalam waktu terbatas.

Hanya beberapa hari setelah membagi-bagikan permainan real-time tactics Company of Heroes 2, Humble Bundle kembali menyodorkan game gratis buat para pengguna Steam, kali ini adalah permainan horor psikologis kreasi Bloober Team yang dirilis awal tahun lalu: Layers of Fear. Dan menariknya lagi, penawaran gratis ini tak hanya berlaku untuk game-nya saja, soundtrack permainannya pun bisa diperoleh tanpa perlu membayar.

Cara mendapatkan Layers of Fear sama seperti saat game gratis lain disuguhkan lewat Humble Store. Anda perlu log-in di situs Humble Bundle dan Steam, menyambungkan kedua akun tersebut agar bisa memperoleh Steam key di email, kemudian me-redeem-nya via app Steam di PC. Tentu saja promo ini memiliki jangka waktu terbatas, berlaku (kira-kira) sampai hari Kamis pukul 1:00 pagi WIB.

Selama countdown-nya masih berjalan di Humble Store, Anda berkesempatan buat memasukkan Layers of Fear secara permanen ke Steam library. Di platform distribusi digital tersebut, Layers of Fear dibanderol seharga Rp 136 ribu. Soundtrack-nya sendiri dijual secara terpisah seharga Rp 46 ribu, lalu Bloober Team juga menjajakan Masterpiece Edition (Layers of Fear plus DLC Inheritance) di harga Rp 155 ribu.

Layers of Fear menempatkan pemain sebagai seorang pelukis yang mengidap gangguan psikologis. Ia punya keinginan untuk menyelesaikan mahakaryanya, dan Anda ditugaskan untuk membantunya. Game disajikan dalam perspektif orang pertama, dan teka-teki visual merupakan tantangan utamanya. Rumah tempat ia bertualang awalnya tampak seperti tempat tinggal mewah biasa, namun seiring berjalannya permainan, kondisi di sana pelan-pelan berubah.

Permainan dibagi dalam enam episode, masing-masing menugaskan Anda buat menemukan sejumlah item agar sang pelukis bisa merampungkan karyanya. Dengan memungut objek dan potongan-potongan surat yang tercecer di permainan, Anda bisa mengetahui masa lalu serta rahasia dari tokoh protagonis. Game memiliki beberapa ending berbeda (baik, buruk, netral), bergantung dari pilihan Anda selama bermain.

Layers of Fear serta soundtrack-nya bisa Anda dapatkan melalui tautan ini.

[Review] Corsair HS50, Headphone Gaming Stereo Terjangkau Berkualitas Premium

Corsair sudah mengamankan namanya sebagai penyedia aksesori gaming premium dan di bidang penyajian suara, lineup  Void Pro merupakan kebanggaan mereka. Namun perusahaan Amerika itu mengerti tak semua gamer diberkahi modal yang besar untuk berbelanja perangkat-perangkat mumpuni. Mungkin inilah salah satu alasan Corsair memperkenalkan headset gaming HS50.

HS50 merupakan headphone stereo wired. Sang produsen menjelaskan bahwa perangkat ini didesain untuk memberikan penggunanya kenyamanan tinggi, dibangun agar tahan lama, dan siap menemani Anda ber-gaming selama berjam-jam tanpa membuat telinga jadi tak nyaman. Dan dalam waktu kurang lebih dua minggu ini, Corsair memberikan saya kesempatan untuk mencoba secara personal dan menguji langsung kinerja HS50.

Satu hal yang saya sukai dari HS50 ialah kesederhanaannya. Ia merupakan headset multi-platform, siap mendukung sistem gaming berbeda – PC, console hingga mobile. Beberapa elemen di sana disajikan secara modular, dan saya mengapresiasi kemudahan akses ke sejumlah fungsi krusial. Dan dengan harga yang ‘masuk akal’, sulit untuk tidak merekomendasikan Corsair HS50. Ayo simak ulasan lengkapnya di bawah.

 

Bundel

HS50 diramu agar dapat segera dipakai begitu dikeluarkan dari bungkusnya. Di dalam, Anda akan menemukan unit headphone, Y-adapter ke sepasang port audio in/out 3,5-milimeter, microphone detachable, dan dua lembar petunjuk garansi. Untuk mulai menggunakanya, tak ada software yang perlu diinstal. Namun agar bisa tersambung ke Xbox One, Anda membutuhkan adapter dari Microsoft.

Corsair HS50 2

 

Desain

Penampilan Corsair HS50 cukup berbeda dari Void Pro dan housing ala diamond-nya. Di HS50, speaker mempunyai wujud oval berjenis over ear dengan struktur terbuka. Ear cup merangkul seluruh permukaan telinga dan kedua housing disambung oleh satu headband berstruktur logam. Dan seperti biasa, Anda dapat menyesuaikan ukurannya dengan menarik housing speaker dari headband.

Corsair HS50 23

Corsair HS50 22

Unit HS50 yang Corsair pinjamkan merupakan varian bertema Xbox. Seperti versi karbon standar, tubuhnya didominasi warna hitam, namun beberapa zona di sana dibumbui warna hijau khas Xbox – berupa garis oval di sisi luar speaker dan pada jahitan padding headband. Penerapan warna hijaunya itu halus dan tak berlebihan, membuat HS50 bukan hanya cocok dipasangkan bersama console Xbox One, tapi juga unit PC ber-case hitam plus LED hijau atau laptop Razer Blade.

Corsair HS50 9

Corsair HS50 4

HS50 sendiri sama sekali tidak dibekali pencahayaan RGB – mungkin sedikit mengecewakan bagi Anda yang ingin memeriahkan setup gaming kesayangan. Namun buat saya, kesederhanaan ini membuatnya terlihat lebih serasi saat disandingkan dengan console/PC apapun. Lalu ketiadaan LED juga menjaga temperatur headphone tetap rendah.

Corsair HS50 1

Tubuh HS50 terbuat dari kombinasi bahan plastik dan logam. Plastik digunakan sebagai case housing dan area-area pembatas, sedangkan material baja ‘rugged‘ diterapkan pada bagian-bagian penting seperti tulang dari headband, engsel, dan grille di luar ear cup. Engsel di headphone sendiri hanya bisa bergerak satu arah. Namun meski sudut geraknya terbatas, ia dapat beradaptasi cukup baik dengan ukuran dan bentuk kepala berbeda.

Corsair HS50 21

Corsair HS50 12

Bagi saya, penyuguhan akses kendali terasa sedikit timpang ke area kiri, namun boleh jadi hal ini dilakukan agar simpel dan dapat dilakukan satu tangan Anda. Kenop volume, tombol mute, sambungan kabel, serta port microphone berada di unit housing kiri. Kabar baiknya, ukuran kenop dan tombol dibuat cukup besar serta menonjol sehingga mudah untuk menemukannya tanpa perlu melepas headset.

Corsair HS50 19

Corsair HS50 14

Microphone-nya mudah disambung serta dilepas, dan Corsair juga telah menyiapkan lubang khusus agar posisinya tidak terbalik. Mic unidirectional tersebut mempunyai struktur yang gampang diarahkan, jadi bahkan tanpa melepasnya, Anda bisa menjauhkan mic dari mulut seandainya merasa terganggu oleh kehadirannya.

Corsair HS50 8

Corsair HS50 7

Corsair HS50 terkoneksi ke perangkat utama lewat kabel sepanjang kira-kira 1,8-meter dengan colokan berlapis emas. Kabel tersebut menggunakan bahan karet biasa, cukup tebal serta lentur – tapi Anda tetap perlu berhati-hati agar ia tidak sampai terlindas atau terlilit di roda kursi saat sedang seru bermain game.

Corsair HS50 5

Corsair HS50 6

 

Kenyamanan

HS50 bukanlah headset berkonsep portable, tapi ia tidak pernah terasa membebani kepala walaupun saya mengenakannya berjam-jam setiap hari. Corsair mencantumkan bantalan empuk berlapis kulit sintetis di bagian dalam housing dan headband. Awalnya saya mengira, bahan ini akan membuat telinga cepat panas seandainya HS50 digunakan di ruang tanpa penyejuk udara, namun ternyata saya keliru. Material tersebut sepertinya mempunyai pori-pori besar sehingga sirkulasi udaranya cukup baik.

Corsair HS50 17

Konstruksi baja yang kokoh di HS50 sangat krusial dalam memastikan headset sanggup menahan perlakuan kasar gamer serta membuatnya mencengkeram kepala pengguna dengan mantap. Sudut gerak engselnya tidak begitu luas, tetapi ia tetap nyaman dikenakan – bahkan buat saya yang sehari-hari harus memakai kacamata. HS50 terpasang sempurna di kepala, tanpa menekan telalu kencang.

Corsair HS50 18

Terlepas dari tubuh HS50 yang terlihat bulky, bobotnya ternyata cukup ringan (Corsair tidak menginformasikan beratnya secara spesifik). Hal ini boleh jadi tercapai berkat headband dan padding-nya yang secara efektif mendistribusikan beban secara merata, ditambah cengkeraman ear cup ke kepala yang pas. Bahkan ketika saya gelengkan kepala dengan cepat, headphone tidak gampang tergeser atau terlepas dari kepala.

Corsair HS50 13

 

Performa suara dan pengalaman penggunaan

Untuk produk yang dijajakan di harga di bawah Rp 1 juta, perfoma Corsair HS50 cukup mengagetkan. Jantung dari headphone ini adalah sepasang driver neodymium berukuran 50-milimeter, mampu menyajikan suara di frekuensi 20Hz sampai 20KHz.

Corsair HS50 3

Dalam menangani sejumlah lagu berbeda (Highway Tune-nya Greta Van Fleet, Hotel California dari Eagles, High Road oleh Mastodon, hingga Seemann-nya Nina Hagen), bass HS50 terasa menendang tanpa kehilangan kekuatan dentuman di frekuensi rendah. Selanjutnya, suara vokal terasa natural, dengan mid-range yang kaya serta detail. Buat nada-nada tinggi, output-nya jernih dan ‘renyah’. Saya hampir tidak mendengar suara mendesis ataupun noise.

Karakteristik ini membuat Corsair HS50 cocok buat menemani gamer menikmati permainan first-person shooter serta game-game balap. Beberapa judul yang saya gunakan untuk mengujinya meliputi Titanfall 2, Wolfenstein II: The New Colossus, Grand Theft Auto V (Online), dan Project CARS 2.

 

corsair hs50 1

Walaupun tidak memanfaatkan sistem surround 7.1, Corsair HS50 sangat ampuh dalam mendeteksi lawan di Titanfall 2. Posisi mereka terekspos dari derap langkah, suara grappling hook atau cloaking yang diaktifkan, serta bunyi jump kit sewaktu mereka melakukan lompatan ganda. Titanfall 2 juga merupakan satu dari sejumlah game yang menggunakan audio sebagai isyarat status perlengkapan Anda – misalnya suara rentetan senapan serbu jadi kian nyaring karena peluru di magazine menipis. HS50 sangat membantu menonjolkannya.

 

corsair hs50 2

Di game single-player murni seperti Wolfenstein II, audio detail yang dihidangkan HS50 tentu menyempurnakan aspek visual permainan. Semua senjata, apapun pilihan Anda, terasa memuaskan ketika ditembakkan. Bunyi favorit saya adalah suara dentuman Schockhammer serta suara kapak yang saya lempar dan menghantam baju pelindung baja lawan. Efeknya terdengar begitu meyakinkan.

 

corsair hs50 4

Pengalaman audio terasa lebih menyeluruh di Grand Theft Auto Online karena adanya musik-musik dan DJ di radio. Kinerja bass dan fleksibilitas HS50 menangani beragam lagu di sana sangat kentara. Lalu ketika keluar dari kendaraan, segala bunyi-bunyian di permainan – percakapan NPC di telepon, suara selipan ban saat motor mengerem mendadak, hingga bunyi ledakan dikejauhan – segera mengepung Anda dengan segala detailnya.

 

corsair hs50 3

Project CARS 2 sendiri memang dirancang untuk menyajikan suara kendaraan serealistis mungkin, terutama dari raungan mesin (Pagani Zonda Cinque Roadster 2010 dengan atap terbukanya betul-betul mengagumkan) dan suara pergantian gigi. Corsair HS50 sangat ideal untuk menunjang Project CARS 2, dan ketiadaan surround 7.1 lebih dapat ditolerir di genre permainan ini.

 

Corsair HS50 11

Corsair HS50 10

Dari uji coba microphone, HS50 sanggup menangkap input dan menyuguhkannya ke lawan bicara secara jernih. Level dengungannya minimal, dan hampir tidak ada efek gema berkat dukungan teknologi noise cancellation. Rekan satu tim saya di Titanfall 2 dan Ghost Recon Wildlands tidak pernah mengeluh karena suara saya sulit didengar. Perlu diingat juga bahwa HS50 telah tersertifikasi dan dioptimalkan untuk app VoIP Discord.

 

Konklusi

Memang ada banyak headphone gaming dengan performa lebih baik serta desain yang ‘lebih gaming‘, namun tidak mudah bagi kita untuk menemukannya di harga yang terjangkau. Lewat celah inilah Corsair HS50 menyalip para kompetitor sekelasnya: kinerja audionya mumpuni, desainnya nyaman, build quality-nya memuaskan, dan Anda dapat miliki semua itu cukup dengan mengeluarkan uang sebesar Rp 750 ribu saja. Corsair juga menjamin produk ini bebas dari cacat produksi (jika ada masalah, Anda dapat segera menukarnya) dan melengkapinya bersama garansi selama dua tahun.

Selera audio tiap orang memang berbeda-beda, meski begitu, saya akan menyarankan HS50 bagi Anda yang menginginkan headset gaming sekaligus perangkat buat menikmati musik sehari-hari. Kesederhanaan desain juga menjadi nilai tambah, tapi mungkin beberapa dari Anda menyadari, rancangan Corsair HS50 – apalagi dengan housing oval dan engselnya – menyerupai Kingston HyperX Cloud. Lalu apakah ini merupakan hal buruk? Tidak juga. Anggap saja HS50 merupakan alternatif yang lebih ekonomis.

Corsair HS50 16

Corsair HS50 15