Grup Sinar Mas Pimpin Pendanaan Seri B+ Startup AI Asal Singapura “6Estates”

Startup pengembang teknologi pengolahan dokumen berbasis AI asal Singapura, 6Estates, berhasil meraih pendanaan seri B+ senilai $6,2 juta atau setara 89 miliar Rupiah. Grup Sinar Mas memimpin putaran pendanaan ini, diikuti oleh Enterprise Singapore (SEEDS Capital) dan Farquhar VC.

Pada putaran pendanaan Seri B sebelumnya di awal tahun 2019, perusahaan menerima investasi yang dipimpin oleh GDP Venture dengan partisipasi Central Capital Ventura — corporate venture milik BCA. 6Estates sendiri juga telah berkolaborasi dengan grup-grup besar di Asia Tenggara untuk menerapkan solusi terintegrasi termasuk penilaian risiko, deteksi penipuan, analisis pelanggan, serta kemampuan cross-selling.

Didirikan pada tahun 2014, 6Estates berfokus pada pengembangan teknologi Multilingual Natural Language Processing (NLP), Knowledge Graph (KG), dan Machine Reading Comprehension (MRC) untuk memahami dokumen bisnis. Platform ini menawarkan solusi pemrosesan dokumen berbasis AI di sektor fintech, tujuannya untuk mengotomatisasi dan menyederhanakan proses operasional.

Beberapa lembaga keuangan regional terkemuka juga sudah menggunakan solusi ini dalam pembiayaan perdagangan dan penilaian kredit melalui Intelligent Document Processing yang bisa dikustomisasi untuk melakukan analisis korelasi semantik, selangkah lebih maju dari teknologi Optical Character Recognition (OCR) tradisional.

Fokus ke pengembangan produk

Perusahaan disebut akan memfokuskan dana segar dari putaran pendanaan ini untuk pengembangan fungsi Intelligent Document Processing di sektor-sektor seperti perbankan dan keuangan, perdagangan, pengiriman, logistik, serta asuransi di seluruh Asia Tenggara. Doc Automize merupakan salah satu platform SaaS yang dikelola perusahaan untuk membantu pengolahan dokumen yang tidak terstruktur, mengurangi ketergantungan manusia, serta menskalakan bisnis secara eksponensial.

Selain itu, platform ini juga menawarkan beberapa solusi lain, seperti Market Innovation Knowledge Advisor (MIKA), solusi data berbasis kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap atribut penjualan produk. Lalu, ada Financial Analysis Automation untuk atuomasi proses manual dan analisis dokumen finansial, serta Trade Finance Automation untuk atuomasi  kelengkapan dokumen dalam proses Letter of Credit (LC).

Selama tujuh tahun beroperasi, 6Estates telah memproses lebih dari 1,8 juta dokumen, serta telah mendukung sekitar 23 format dokumen dalam platformnya. Beberapa perusahaan besar yang sudah menggunakan solusi dari 6Estates termasuk BCA, DBS, Unilever, Nestle, Samsung, dan Edelman.

Investasi ini semakin memperkuat keyakinan Grup Sinar Mas untuk terjun ke industri digital. Salah satu representatif grup mengungkapkan, “Kami percaya bahwa kemampuan AI 6Estates dalam sistem penilaian kredit, deteksi penipuan, dan kemampuan cross-selling bisa menjadi tolak ukur lembaga keuangan di Indonesia untuk penerapan kecerdasan artifisial yang optimal.”

Potensi AI di Indonesia

Pemanfaatan teknologi AI atau kecerdasan artifisial kian marak digunakan untuk menggantikan keputusan manusia dengan keputusan otomatis yang mewakili manusia. Teknologi ini kerap dipakai di area yang dapat berdampak signifikan bagi kehidupan banyak orang, misalnya pada perusahaan teknologi besar, lembaga-lembaga multilateral, serta industri perbankan untuk kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional.

Berbagai negara, termasuk Indonesia, juga telah membuat strategi nasional kecerdasan artifisial. Tahun 2020 lalu, BRIN (sebelumnya BPPT) bersama quad helix dari berbagai institusi pemerintah, universitas – termasuk USK, komunitas, dan industri, telah berhasil merumuskan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020 – 2045. Rumusan ini menjadi arah kebijakan nasional untuk kesiapsiagaan dan perencanaan nasional agar mampu memanfaatkan secara optimal perkembangan teknologi AI di tanah air.

Hingga saat ini, semakin banyak platform yang menawarkan solusi berbasis AI di Indonesia. Salah satunya Konvergen.ai yang menerapkan teknologi deep-learning Optical Character Recognition (OCR) untuk mengubah dokumen fisik dan dokumen pdf menjadi teks. Selain itu juga ada Datasaur.id dan Prosa.ai yang juga fokus mengembangkan solusi menggunakan teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP).

Lembaga riset Fortune Business Insight merilis hasil penelitian terkait valuasi pasar kecerdasan buatan global pada 2021 yang mencapai $47 miliar atau setara Rp673 triliun, sesuai persentase rata-rata pertumbuhan sejak 2017 yang berada di angka 31% per tahunnya. Angka itu diperkirakan terus meningkat menjadi $360 miliar pada 2028 mendatang, seiring meningkat permintaan pasar yang akan terus tumbuh hingga 33% setiap tahunnya.

Pluang Secures 787 Billion Additional Funding, to Further Democratize Investment Access

The wealthtech platform Pluang has raised $55 million funding or equivalent to IDR 787 billion led by Accel, a Silicon Valley based venture capital firm. This is the follow-up round of the latest series B funding in September, Pluang has currently secured a total funding of $110 million throughout 2021.

Other investors involved in this round were Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, and Jeffrey Zirlin (founder of Axie Infinity), Alexa von Tobel (former CEO of Learnvest), Daniela Binatti (CTO of Pismo), Jannick Malling and Leif Abraham. (Co-CEO of Public.com), Raghu Yarlagadda (CEO of FalconX), Sergio Jimenez (CEO of Flink), The Chainsmokers, BRI Ventures, Gold House, along with previous investors, including Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, and Openspace Ventures.

Pluang will use the fresh money to continue democratizing investment access to various asset classes for all levels of society. Pluang also plans to expand its business coverage to Southeast Asia. It is in line with the company’s mission to empower and increase financial literacy and inclusion in the region.

“With this additional funding, our team can accelerate momentum and provide the tools, resources, knowledge and insights to enable more people building a long-term wealth. We are excited to have a world class investor like Accel, as well as our new investors, which supports Pluang to grow to the next level,” Pluang’s Co-Founder, Claudia Kolonas said in an official statement.

Democratizing investment access

Was founded in 2019 by Claudia Kolonas and Richard Chua, Pluang started the business by providing access to gold investments. Within 3 years of operation, Pluang has had over 4 million registered users in Indonesia and the number is rapidly growing.

Pluang recorded a 22-fold user growth, making active transactions between January 2020 and November 2021. In addition, they also recorded a 28.5-fold user growth with active balances in the same period.

Pluang’s growth cannot be separated from the product diversification available on its platform. Starting from gold, capital markets, mutual funds, and the recently added, Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures investment asset class. It is a derivative futures product that is traded on the Chicago Merchantile Exchange (CME).

In addition, partnerships with several super apps in the Southeast Asia region have also opened up wider access to investment for the public. Pluang has several partners, incluuding Gojek, DANA, Bukalapak, and Tokopedia. This December, Pluang has officially entered Tokopedia’s ecosystem as an alternative option for gold investment.

Regarding novice investor as a target market, Claudia also mentioned that Indonesia’s investment penetration is still below 1 percent, resulting in a very large opportunity in this sector. Therefore, Pluang, by all means, eager to improve financial literacy and encourage democratization of investment access for all audiences.

“Financial literacy for the young generation is one solution to overcome economic inequality in Indonesia. We are so excited to contribute in reducing this economic gap by providing access to products that used to be out of reach,”  Claudia said in a webinar held by Pluang (1/12).

In the near future, Pluang is to launch the first investment product in Indonesia that allows users to invest in US stocks starting from 0.1 units .

Investment in the wealthtech sector

Global investors have also realized the size and potential of the digital economy market in Southeast Asia. In 2020 alone, the total investment disbursed into startups in Southeast Asia has reached $8.2 billion. The wealthtech sector itself takes part of the total investment.

Claudia also mentioned, “As the largest country in Southeast Asia, we are very proud to see rapid developments in the capital market and digital assets. Currently, more than 10 million people have invested in Indonesia. Hopefully, Indonesia can be an example and an incubator for other countries in Southeast Asia to develop the wealthtech sector in each respective countries.”

Aside from Pluang, several platforms that provide similar services have also succeeded to raise funding throughout 2021. DailySocial.id managed to create a list of those companies :

Platform Stage Funding
Moduit Pra-Seri A (November) 65 miliar Rupiah
Bareksa Seri C (November) Tidak disebutkan
Ajaib Seri B (Oktober) >2,1 triliun Rupiah
Bibit Lanjutan Seri A (Mei) 938 miliar Rupiah
FUNDtastic Seri A (Februari) 108 miliar Rupiah


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Raih Pendanaan Tambahan Senilai 787 Miliar Rupiah, Pluang Dorong Demokratisasi Akses Investasi

Platform wealthtech Pluang berhasil meraih pendanaan senilai $55 juta atau setara 787 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Accel, perusahaan modal ventura global berbasis di Silicon Valley. Sebagai putaran lanjutan dari pendanaan seri B yang sudah diumumkan sebelumnya, Pluang kini telah mengantongi total pendanaan sebesar $110 juta sepanjang 2021.

Beberapa investor lain yang turut terlibat dalam putaran ini adalah Trung Nguyen, Andy Ho, Aleksander Leonard Larsen, dan Jeffrey Zirlin (pendiri Axie Infinity), Alexa von Tobel (mantan CEO Learnvest), Daniela Binatti (CTO Pismo), Jannick Malling dan Leif Abraham (Co-CEO Public.com), Raghu Yarlagadda (CEO FalconX), Sergio Jimenez (CEO Flink), The Chainsmokers, BRI Ventures, Gold House, beserta investor sebelumnya yang terdiri dari Square Peg, Go-Ventures, UOB Venture Management, dan Openspace Ventures.

Pluang akan menggunakan dana segar ini untuk terus mendemokratisasi akses investasi di beragam kelas aset kepada seluruh lapisan masyarakat. Selain memperluas akses investasi di dalam negeri, Pluang juga berencana memanfaatkan dana tersebut untuk memperbesar cakupan bisnisnya ke Asia Tenggara. Ekspansi tersebut sejalan dengan misi perusahaan untuk memberdayakan dan meningkatkan literasi serta inklusi keuangan di kawasan Asia.

“Dengan pendanaan tambahan ini, tim kami bisa mempercepat momentum dan menyediakan alat, sumber daya, pengetahuan, serta wawasan yang diperlukan agar lebih banyak masyarakat mampu menciptakan kekayaan jangka panjang. Kami sangat senang memiliki investor kelas dunia seperti Accel, dan juga para investor baru kami, yang mendukung Pluang untuk bertumbuh ke tingkatan selanjutnya,” ujar Co-Founder Pluang Claudia Kolonas dalam pernyataan resmi.

Demokratisasi akses investasi

Didirikan pada tahun 2019 oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua, Pluang memulai bisnis dengan menyediakan akses ke investasi emas. Selama kurang lebih 3 tahun Pluang telah memiliki lebih dari 4 juta pengguna terdaftar di Indonesia dan angkanya terus berkembang pesat.

Pluang berhasil mencetak pertumbuhan pengguna yang aktif melakukan transaksi sebanyak 22 kali lipat antara Januari 2020 hingga November 2021. Di samping itu, mereka juga mencatat pertumbuhan pengguna yang memiliki saldo aktif sebanyak 28,5 kali lipat di periode yang sama.

Pertumbuhan yang dialami Pluang tidak lepas dari ragam diversifikasi produk yang tersedia pada platformnya. Mulai dari emas, pasar modal, reksa dana, serta belum lama ini menambah kelas aset investasi Micro E-mini Nasdaq 100 Index Futures, produk berjangka derivatif yang ditransaksikan pada Chicago Merchantile Exchange (CME).

Selain itu, kemitraan dengan beberapa aplikasi super apps di kawasan Asia Tenggara juga turut membuka akses investasi yang lebih luas ke masyarakat. Beberapa partner Pluang seperti Gojek, DANA, Bukalapak, dan Tokopedia. Mulai Desember ini, Pluang telah resmi hadir di aplikasi Tokopedia sebagai alternatif pilihan berinvestasi emas.

Mengenai segmen pasar yang adalah investor pemula, Claudia mengungkapkan bahwa penetrasi investasi di Indonesia yang masih di bawah 1 persen menunjukkan peluang yang sangat besar di sektor ini. Maka dari itu, Pluang dengan segala cara mencoba meningkatkan literasi finansial serta mendorong demokratisasi akses investasi bagi seluruh khalayak.

“Literasi finansial pada generasi muda menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan ekonomi di Indonesia. Kami berharap bisa berkontribusi untuk mengurangi kesenjangan ekonomi ini dengan memberikan akses pada produk yang sebelumnya sulit dijangkau,” ujar Claudia dalam webinar secara virtual yang diadakan Pluang (12/1).

Selain itu, dalam waktu dekat Pluang juga akan meluncurkan produk investasi pertama di Indonesia yang memungkinkan pengguna untuk berinvestasi saham AS mulai dari 0,1 unit saham saja.

Investasi di sektor wealthtech

Para investor global juga telah menyadari besarnya ukuran dan potensi pasar ekonomi digital di Asia Tenggara. Pada tahun 2020 saja, total investasi yang telah disalurkan ke perusahaan rintisan di Asia Tenggara sudah mencapai $8,2 miliar. Sektor wealthtech sendiri mengambil bagian dari total investasi tersebut.

Claudia juga mengungkapkan, “Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, kami sangat bangga kami melihat perkembangan pesat di bidang pasar modal dan aset digital. Saat ini sudah lebih dari 10 juta orang sudah berinvestasi di Indonesia. Semoga Indonesia bisa menjadi contoh dan inkubator bagi negara lain di Asia Tenggara untuk mengembangkan sektor wealthtech di negara masing-masing.”

Selain Pluang, beberapa platform yang menyediakan layanan serupa juga berhasil meraih pendanaan di sepanjang tahun 2021. Berikut daftar perusahaan yang berhasil terangkum oleh DailySocial.id:

Platform Tahapan Pendanaan
Moduit Pra-Seri A (November) 65 miliar Rupiah
Bareksa Seri C (November) Tidak disebutkan
Ajaib Seri B (Oktober) >2,1 triliun Rupiah
Bibit Lanjutan Seri A (Mei) 938 miliar Rupiah
FUNDtastic Seri A (Februari) 108 miliar Rupiah

Application Information Will Show Up Here

Kopi Kenangan Jadi Unicorn, Ini Deretan Startup Centaurs 2021 yang Siap Menyusul

Daftar startup centaurs Indonesia 2021 mengalami pengurangan anggota dengan keluarnya Kopi Kenangan, yang 27 Desember lalu telah masuk ke dalam jajaran unicorn.

Sebutan centaur sendiri diartikan sebagai “calon unicorn” atau “adiknya unicorn” yakni para startup yang memiliki nilai perusahaan antara $100 juta (Rp1,4 triliun) dan $1 miliar (Rp14 triliun).

Dalam catatan tahunan DailySocial.id, per November 2021 Indonesia memiliki 50 startup (masih termasuk Kopi Kenangan) dengan 4 diantaranya berhasil masuk dalam posisi top 10 investasi startup terbesar sepanjang 2021.

Lantas startup mana saja yang masuk dalam jajaran startup centaurs 2021?

Di bawah ini DailySocial telah rangkumkan 7 diantara 50 startup centaurs 2021:

1. SiCepat

Berdiri sejak tahun 2014, PT SiCepat Ekspres yang menawarkan jasa layanan logistik pada Maret 2021 lalu merampungkan penggalanan dana Seri B dengan nilai total $170 juta atau 2,44 triliun Rupiah. Putaran pendanaan tahap Seri B ini diklaim terbesar di Asia Tenggara.

Investor yang turut berpartisipasi dalam adalah Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (Lembaga Keuangan Pembangunan Jerman), Penjamin asuransi berbasis di Asia, MDI Ventures, Indies Capital, Pavilion Capital (anak perusahaan Temasek Holdings), Tri Hill, dan Daiwa Securities.

Dana segar ini direncanakan akan digunakan untuk memperkokoh kedudukan SiCepat sebagai penyedia layanan logistik. Dari total pendanaan yang fantastis ini juga, Per November 2021 SiCepat berhasil menduduki posisi ke-5 dari 10 investasi startup terbesar 2021.

2. Vidio

Salah satu platform OTT lokal terbesar dengan 62 juta pelanggan, Vidio, pada November 2021 lalu memperoleh pendanaan eksternal pertama mereka senilai $150 juta (Rp2,1 triliun) dari Affinity Equity Partners (Affinity), ekuitas swasta terbesar di Asia.

Perusahaan yang menawarkan program langsung dan video on demand, termasuk serial orisinil, film lokal/internasional, dan pertunjukan langsung ini sebelumnya dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM).

Total pendanaan ini berhasil membawa Vidio di posisi ke-6 dari top 10 Investasi startup terbesar Indonesia 2021.

3. Ula

Perusahaan startup yang fokus membantu UMKM ini sempat menjadi perbincangan hangat karena berhasil menggaet VC besutan pendiri Amazon Jeff Bezos, Bezos Expeditions, pada tahap putaran Seri B. Tak hanya itu, tapi juga investor terkemuka lainnya seperti Northstar Group, AC Ventures, Citius, Prosus Ventures, Tencent, dan B Capital dengan total pendanaan sebesar $87 miliar.

Belum usai, November lalu Ula kembali mengumumkan perolehan dana segar tambahan untuk Seri B ini sebesar $23,1 juta (lebih dari 328 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Tiger Global dan Co-founder Flipkart Binny Bansal.

Bila dihitung, total dana yang didapat Ula sepanjang November 2021 ini sebesar $130.1 juta, menjadikan Ula sebagai startup ke-7 dalam top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021.

4. Bibit

Berfokus pada aplikasi investasi reksadana daring yang mudah bagi pemula, Bibit yang sejak 2019 telah diakuisisi Stockbit ini menempati posisi ke-9 dalam urutan top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021. Bibit berhasil mengantongi $95 juta per November 2021.

Sebelumnya, pada Mei 2021 Bibit mendapatkan $65 juta atau setara 938 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India.

5. Ruangguru

Didirikan oleh mantan staf khusus Presiden Jokowi, Belva Devara, startup edtech Ruangguru menempati posisi ke-20 dari daftar investasi startup indonesia 2021 dengan perolehan total pendanaan sebesar $55 juta per November ini.

Selain hadir di Indonesia, Ruangguru juga masuk memperluas pasar ke negara Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya.

6. Halodoc

Startup centaur selanjutnya adalah platform aplikasi kesehatan Halodoc yang memperoleh pendanaan sebesar $80 juta per November 2021 ini. Menjadikan Halodoc berada di urutan 12 dalam investasi terbesar startup Indonesia 2021.

Dana ini dihasilkan dari putaran pendanaan Seri C yang dipimpin oleh Astra International, Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, Bangkok Bank serta beberapa investor terdahulu seperti salah satunya Blibli Group.

7. Sociolla

Sociolla, perusahaan beauty-tech yang masih tergolong dalam kategori centaurs terakhir dalam rangkuman ini berhasil mengantongi $57 juta per November 2021.

Diketahui Sociolla sedang mengoptimalkan konsep omnichannel. Sepanjang tahun ini Sociolla meresmikan 10 gerai baru yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia. Langkah ini dikatakan Sociolla sebagai rangkaian pasca ekspansi internasional perdananya ke Vietnam pada Oktober lalu.

 

Melihat perkembangan pendanaan startup centaurs sepanjang 2021 ini yang menggelontorkan dana besar bagi startup-startup untuk terus tumbuh, tidak mustahil dalam satu tahun kedepan startup centaur ini banyak yang mengikuti jejak Kopi Kenangan.

Untuk melihat daftar startup centaurs lainnya dan urutan total perolehan pendanaan masing-masing startup centaurs 2021 dapat Anda simak dalam laporan tahunan “DailySocial.id Annual Report 2021” di tautan berikut https://annual.dailysocial.id/

***

Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Deva Alyaning Tyas

David De Gea Buat Organisasi Esports: Rebels Gaming, 100 Thieves Dapat Investasi US$60 Juta

Minggu lalu, ada dua atlet olahraga yang memasuki dunia esports dengan membuat organisasi esports. Pertama adalah kiper Manchester United, David De Gea, yang membuat Rebels Gaming. Kedua adalah Kenny Vaccaro, mantan atlet NFL, yang meluncurkan G1 atau Gamers First. Sebelum De Gea dan Vaccaro, ada banyak atlet olahraga yang mencoba untuk aktif di industri esports, seperti David Beckham. Selain itu, pada minggu lalu, 100 Thieves mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan kucuran dana sebesar US$60 juta.

David de Gea Perkenalkan Organisasi Esports Baru: Rebels Gaming

Kiper Manchester United, David de Gea menjajaki industri esports dengan meluncurkan organisasi esports bernama Rebels Gaming. Nantinya, organisasi itu akan merekrut tim untuk bertanding di League of Legends, VALORANT, dan Rainbow Six Siege. Selain pemain profesional, Rebels Gaming juga akan merekrut kreator konten dan streamers. Bagi para pemain, streamers, dan kreator konten, Rebels Gaming akan menyediakan fasilitas latihan yang terletak di Madrid, Spanyol.

“Peluncuran Rebels Gaming di dunia esports adalah mimpi lain yang jadi kenyataan,” kata De Gea, menurut laporan Esports Insider. “Organisasi ini betujuan untuk membuat generasi muda paham akan nilai-nilai yang saya pelajari dari karir saya di dunia sepak bola.”

100 Thieves Dapat Investasi Senilai US$60 Juta

Organisasi esports asal Amerika Utara, 100 Thieves, baru saja mendapatkan investasi sebesar US$60 juta. Ronde pendanaan Seri C dari 100 Thieves kali ini dipimpim oleh Green Bay Ventures dan didukung oleh beberapa investor lama dan baru, seperti Aglae Ventures, Breyer Capital, Tao Capital, dan Willoughby Capital. Dengan kucuran dana segar terbaru ini, valuasi dari 100 Thieves diperkirakan mencapai US$460 juta.

100 Thieves baru saja mendapatkan pendanaan Seri C.

“Performa kami di 2021 lebih baik dari perkiraan,” kata Matthew “Nadeshot” Haag, pendiri dan CEO dari 100 Thieves, menurut laporan Esports Insider. “Kami berhasil merealisasikan janji kami untuk mengembangkan budaya gaming. Pada saat yang sama, kami juga dapat membangun bisnis dan brand yang kuat untuk masa depan. 100 Thieves sekarang punya modal untuk membuat dan mengakuisisi perusahaan-perusahaan yang akan dicintai oleh komunitas kami.”

IESF Bekerja Sama dengan ESWF

International Esports Federation (IESF) telah menandatangani Memorandum of Understanding (MOU) dengan Esports World Federation (ESWF). Dengan begitu, kedua federasi itu akan bekerja sama untuk “mengembangkan dan menyatukan esports” di seluruh dunia. ESWF akan memimpin Esports for all Commission, program baru yang ditujukan untuk membuat komunitas esports menjadi lebih inklusif. Sementra itu, Stephan Carapiet, Deputy President of the ESWF, juga akan ikut berpartisipasi dalam program tersebut sebagai Honorary Vice President of IESF.

“Kami senang dapat bekerja sama dengan ESWF untuk merealisasikan tujuan kami bersama,” kata Vlad Marinescu, President of IESF, seperti dikutip dari Esports Insider. “IESF akan berkolaborasi dengan ESWF untuk memberikan dukungan terbaik bagi organisasi dan pemain esports di dunia. Kami juga akan terus menyokong kebiasaan bermain game yang sehat untuk keluarga World Esports.”

Malaysia Digital Creativity Festival 2021 Dihadari Lebih dari 10 Ribu Fans Esports

Malaysia Digital Creativity Festival (MYDFC) 2021 diadakan pada 27-28 November 2021 lalu. Digelar oleh Malaysia Digital Economy Corporation (MDEC), event itu dihadari oleh lebih dari 10 ribu penggemar esports di Malaysia. Salah satu hal yang menjadi daya tarik dari event tersebut adalah 10 turnamen esports yang digelar di sana. Game-game yang diadu dalam kompetisi itu antara lain PUBG Mobile, Mobile Legends, Apex Legends, Free Fire, VALORANT, Wild Rift, FIFA 22, Guilty Gear, dan Ejen Ali: Agents Arena. Total hadiah yang ditawarkan mencapai RM70 ribu atau sekitar Rp239 juta, lapor IGN.

MYDCF 2021. | Sumber: IGN

Selain turnamen esports, MYDFC juga menyediakan masterclasses yang diadakan pada 6-7 November 2021. Kelas itu menampilkan Cheng Jin Xiang alias “NothingToSay“, pemain Dota 2 profesional asal Malaysia yang bermain di PSG.LGD, runner-up dari The International 10. Di MYDFC juga digelar konferensi “Sembang Game”, yang menyertakan sejumlah speaker ternama, seperti Team Director, Fnatic, Eric Thor, Senior Manager of Esports Global Operations, Moonton, Siew Hao Zhen, streamer MissRose, dan caster Mathhew Issac.

Mantan Atlet NFL Buat Organisasi Esports, G1

Mantan atlet american football, Kenny Vaccaro mengumumkan bahwa dia akan mengundurkan diri dari dunia olahraga fisik untuk bisa berkarir dunia esports. Bersama Hunter Swensson dan Cody Hendrix, Vaccaro mengumumkan keberadaan organisasi esports G1, yang juga dikenal dengan nama Gamers First. G1 akan bermarkas di Austin, Texas, Amerika Serikat.

Sekarang, Vaccaro, Swensson, dan Hendrix tengah fokus untuk merekrut para pemain esports. Sejauh ini, G1 telah menandatangani kontrak dengan delapan orang, yaitu empat kreator Destiny dan empat pemain Halo profesional. Memang, G1 ingin bisa berkompetisi di Halo World Championship, menurut laporan VentureBeat. Selain delapan orang tersebut, G1 juga telah mempekerjakan seorang pelatih.

Sumber header: Daily Esports

Pengertian dan Jenis Pendanaan Startup serta Trend-nya di 2021

Pendanaan sangat dibutuhkan sekali ketika akan merintis sebuah perusahaan, termasuk dalam membangun sebuah bisnis startup. Pendanaan menjadi bahan bakar agar bisnis bisa dimulai, berjalan, dan memperluas bisnis hingga tercapainya tujuan dari startup itu sendiri. Karena semakin besar dana yang dimiliki, semakin banyak juga peluang yang bisa dilakukan untuk menumbuhkembangkan sebuah startup.

Maka dari itu, penting bagi seorang founder startup pemula atau khalayak aktivis dinamika ekosistem startup di Indonesia memahami mulai dari apa itu pendanaan startup? Apa saja jenis pendanaan startup? Sampai bagaimana pendanaan startup di tahun 2021?

Pengertian Pendanaan Startup

Pendanaan startup adalah cara sebuah startup memperoleh dana yang diperlukan untuk kebutuhan berjalannya bisnis startup, baik pendanaan utama maupun dana tambahan yang akan dialokasikan untuk pengerjaan proyek, program, dan lain sebagainya.

Ada dua sumber pendanaan, yakni ekuitas (saham) dan utang. Jika pendanaan ekuitas, perusahaan menerima investasi dari pemilik yang membuat saham. Sedangkan pendanaan utang, perusahaan menjadi pihak peminjam dana yang bisa didapati mulai dari pinjaman bank, obligasi korporasi, medium term notes atau commercial papers. Dengan itu, pihak peminjam dana utang bisa memiliki beragam nama seperti kreditur, investor surat utang, pemegang obligasi, dan lain-lain.

Sementara itu, pendanaan bagi startup memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai pemenuhan berbagai kebutuhan operasional seperti menggaji para karyawan, menyewa tempat, mengatur cash flow perusahaan, sebagai dana darurat, perawatan peralatan atau perlengkapan hingga bermanfaat sebagai dana untuk membeli berbagai macam inventaris.

Jenis Pendanaan Startup

Secara umum, jenis pendanaan startup di antaranya sebagai berikut:

Pre-Seed

Pre-seed merupakan tahapan pendanaan awal. Biasanya, sumber dana berasal dari tabungan pribadi. Angka pendanaan masih kecil yakni di bawah US$ 0,25 juta. Sumber utama pendanaan pre-seed biasanya dari keluarga atau teman, tetapi business angel dan accelerator juga termasuk di dalamnya.

Seed

Seed adalah tahapan lanjutan pendanaan startup jika sebuah startup ingin tumbuh lebih besar lagi. Angka pendanaan seed rata-rata mencapai US$ 1,7 juta. Sumber pendanaan seed dapat berasal dari micro venture capital atau modal dalam bentuk uang dari berbagai investor dan crowdfunding atau praktik penggalangan dana. Biasanya, dana ini dimanfaatkan untuk proses rekrutmen, peluncuran produk, pengembangan pasar, dan kebutuhan marketing lainnya.

Seri A

Pendanaan seri A dimulai ketika startup mengalami pertumbuhan revenue yang signifikan. Pendanaan seri A rata-rata di angka US$ 10,5 juta. Pendanaan ini dimanfaatkan untuk menjaga agar pertumbuhan revenue terus berlanjut. Biasanya, pendanaan Seri A ini berasal dari beberapa investor sekaligus.

Seri B

Pendanaan seri B diberikan kepada startup yang sudah mengalami peningkatan market share dan scaling, yang mampu bertahan di antara pesaingnya dan memiliki tim yang berkualitas. Rata-rata pendanaan ini berada di angka US$ 24, 9 juta. Pendanaan seri B ini dimanfaatkan untuk mengembangkan produk dan layanan untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas dari sebelumnya.

Seri C

Pendanaan seri C diperoleh startup yang telah menunjukan pertumbuhan ekspansi yang luar biasa, bahkan memiliki potensi merambah segmentasi pasar internasional. Rerata pendanaan seri C mencapai US$ 50 juta. Investor pada pendanaan ini terdiri dari venture capital tingkat lanjut, perusahaan swasta, hingga bank. Untuk itu, startup biasanya mulai melibatkan institusi finansial untuk berinvestasi.

IPO (Initial Public Offering)

Initial Public Offering atau IPO adalah jenis tahapan pendanaan puncak dari sebuah startup. Di pendanaan ini, startup siang go public bahkan go international yang siap memperjual belikan sahamnya di pasar. Butuh waktu yang cukup lama sekitar 5-10 tahun bagi sebuah startup untuk mencapai titik ini.

Pendanaan Startup 2021

Pada tahun 2021, pendanaan atau penyuntikan modal oleh investor kepada startup menjadi lebih selektif akibat pandemi Covid-19. Pandemi Corona mengubah cara mayoritas investor dalam memilih startup yang akan disuntikkan modal, termasuk di Indonesia. Meskipun modal tersedia, beberapa modal ventura menilai penanaman modal semakin selektif dalam pendanaan, salah satunya dalam berinvestasi.

Sebenarnya minat investor untuk berinvestasi di startup tetap tinggi meski ada pandemi Covid-19. Namun kebanyakan investor mencari sektor startup yang relatif tangguh, baik dalam situasi seperti saat ini maupun tidak. Selain itu, investor juga mulai berfokus menanamkan modal pada startup yang memiliki track record jelas untuk meraih keuntungan.

Ada dua kategori startup yang menjadi pilihan penanam modal di situasi pandemi, yakni startup dengan label later stage dan less risky. Later stage merupakan putaran pendanaan tingkat lanjutan seperti seri B ke atas. Maka dari itu, investor beralih ke startup later stage karena lebih stabil dan biasanya sudah diterima oleh pasar. Sedangkan less risky, karena startup sudah teruji atau minim resiko dari hal-hal negatif, seperti kerugian bahkan kegagalan.

Semakin besar pendanaan startup, maka semakin tinggi juga peluang mencapai keberhasilan dan kemampuan dalam menghasilkan keuntungan juga akan meningkat. Namun untuk mencapai di titik itu, butuh usaha yang besar dan waktu yang tidak sedikit. Maka dari itu, dibutuhkan seorang founder startup yang memiliki tekad yang besar, visi & misi yang jelas, skill set yang mumpuni, dan anggota tim yang berkualitas dan dapat diandalkan.

***

Disclosure : Artikel ini ditulis olen Muhamad Dika Wahyudi

Didukung BRI, TaniFund Siap Salurkan Pendanaan Sebesar Rp 200 Miliar Kepada Petani dan UMKM

TaniFund mengumumkan seca resmi ker sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dalam upayanya untuk mendukung daya serap pembiayaan di sektor agrikultur dan pangan. Perjanjian Kerja Sama antra keduanya telah ditanda-tandangi pada Jumat, 26 Februari 2021 ini, yang sekaligus melahirkan satu poin penting, bahwa per bulan Maret 2021 mitra petani dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) binaan TaniFund bisa mengajukan pendanaan.

Continue reading Didukung BRI, TaniFund Siap Salurkan Pendanaan Sebesar Rp 200 Miliar Kepada Petani dan UMKM

Sejumlah Rencana KKday di Indonesia Setelah Pendanaan Seri C

Akhir bulan September lalu, platform penjualan tiket dan paket atraksi wisata KKday merampungkan pendanaan seri C senilai $75 juta. Dipimpin oleh Cool Japan Fund dan National Development Fund. Investor sebelumnya juga terlibat, di antaranya adalah Monk’s Hill Ventures dan MindWorks Capital. Pendanaan baru ini akan digunakan oleh perusahaan yang berkantor pusat di Taipei untuk terus mengembangkan bisnis di Asia dan global. Pengembangan platform Rezio lebih lanjut juga masuk dalam rencana perusahaan.

Di Indonesia sendiri saat ini KKday telah memiliki lebih dari 300 produk. Perusahaan melihat peluang yang besar untuk melakukan ekspansi ke berbagai kota dan destinasi wisata di Indonesia. Selain membawa pengunjung dari luar ke Indonesia, KKday juga sedang mengembangkan produk yang melayani penduduk lokal Indonesia. Misalnya, bekerja sama dengan Majestic Ferry untuk menyediakan paket khusus bagi masyarakat Indonesia.

“Kami akan terus memperluas tim dan operasi kami di Jepang, Korea, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Kami juga akan fokus membangun ekosistem pemasok atau penyedia aktivitas kami dan membantu mereka digitalisasi karena itu akan memberikan pengalaman terbaik bagi pengguna akhir – pelancong. Kami juga akan terus mengoptimalkan layanan kami dan menciptakan pengalaman unik bagi wisatawan di platform kami,” kata Co-founder & COO KKday Weichun Liu.

Luncurkan platform booking management “Rezio”

Kondisi pandemi yang berkepanjangan ternyata tidak menyurutkan inovasi KKday. Menyesuaikan perubahan dan kebiasaan baru wisatawan, KKday meluncurkan Rezio sebagai platform all-in-one booking management, yang bisa dimanfaatkan oleh operator travel dan penyedia wisata aktivitas/atraksi secara global.

Platform ini diklaim mampu mengurangi biaya operasional dan meningkatkan efisiensi bagi penyedia. Beberapa layanan yang bisa dimanfaatkan di antaranya adalah, pengaturan sederhana untuk online store, manajemen inventaris secara real-time di berbagai kanal pemesanan, voucher khusus untuk berbagai skenario pemesanan, dan integrasi dengan gateway pembayaran lokal.

“Semua fitur juga dapat diakses di perangkat seluler, yang memungkinkan penyedia perjalanan dan atraksi untuk mengelola pemesanan di mana saja, agar bisa fokus untuk memberikan pengalaman pelanggan terbaik,” kata Weichun.

Covid-19 telah mempercepat digitalisasi untuk industri perjalanan. Kondisi tersebut telah mendorong KKday untuk berinovasi dan bekerja lebih dekat dengan penyedia perjalanan untuk mendukung bisnis mereka. Pandemi telah mendorong banyak penyedia layanan untuk beradaptasi, berinovasi, dan berinvestasi dalam teknologi agar bisa bertahan.

“Ke depannya travelling akan berbeda karena perilaku konsumen bergeser menjadi lebih digital dengan cepat. Wisatawan lebih cenderung mengambil pendekatan hati-hati dan akan lebih memperhatikan kebersihan saat melakukan tur kelompok. Kami juga melihat rebound yang kuat untuk perjalanan domestik dan experiences di Jepang, Korea, Taiwan dan Hong Kong. Wisatawan mencari kegiatan lokal baik itu glamping atau island hopping, yang diprediksi sebagai pengganti yang baik untuk outbound travel,” kata Weichun.

Application Information Will Show Up Here

Bersiap untuk LCK 2021, Sehun EXO Jadi Bergabung Dengan Tim Esports SeolHaeOne Prince

Anggota boyband EXO asal Korea Selatan, Oh Se-hun, diumumkan menjadi salah satu pemegang saham dari organissasi esports, APE Sports. Saat ini APE Sports memiliki tim yang sedang berlaga di gelaran turnamen LCK  dengan nama SeolHaeWon Prince.

Bertambahnya beberapa nama pesohor dari industri Kpop ke dalam ranah esports adalah fenomena yang menarik tetapi tidak mengejutkan. Setelah sekian lama industri gaming dan esports berkembang, semakin banyak juga orang yang bisa mengasosiasikan diri sebagai gamer dan kegiatan esports.

Beberapa waktu yang lalu salah satu anggota dari boyband Super Junior, Kim Hee-chul, turut serta dalam pendanaan organisasi esports bernama BRION E-sports. Dengan pendanaan yang diterima, mereka bersiap untuk dapat berpartisispasi pada format baru LCK 2021.

Sehun EXO | via: SeolHaeOne prince
Sehun EXO | via: SeolHaeOne prince

Dalam pernyataannya Kim Ok-jin, Game Manager APE Sports, menyampaikan, “elemen dari olahraga dan entertainment saling berdampingan di dalam esports, kami meyakini bahwa bekerja sama dengan Sehun dari EXO yang dapat dinyatakan sukses mendunia di industri entertainment, akan menjadi hal yang sangat membantu.”

Menilik performa dari tim SeolHaeOne Prince, sampai sejauh ini di LCK Summer 2020 tim SeolHaeOne Prince berada di peringkat ke-9. Pada LCK Spring Split 2020, tim SeolHaeOne Prince berhasil finis di tempat ke-7. Meskipun demikian untuk dapat terus bertahan di industri esports tidak selalu diukur dari kemenangan tim saja, keberhasilan membangun penggemar yang fanatis akan mendatangkan dukungan pada tim favoritnya dengan banyak cara lainnya.

SeolHaeOne Princa dan Edward Gaming| via: esports observer
SeolHaeOne Princa dan Edward Gaming| via: esports observer

Di waktu yang kurang lebih sama APE Sports mengumumkan juga menjalin kerja sama dengan organisasi esports dari Tiongkok, Edward Gaming. Lebih lanjut lagi mengenai kemitraan ini, APE Sports akan menjadikan tim LoL Edward gaming sebagai sister team dari tim LoL SeolHaeOne Prince.

Rencananya kedua organisasi esports tersebut akan bertemu dan saling bertukar budaya dan tentu saja saling berbagi hal yang dibutuhkan untuk dapat meraih hasil lebih baik di LPL ataupun LCK.

Gelaran turnamen LCK di musim mendatang masih menjadi momok bagi sebagian tim esports di korea. Selain harga franchise slot yang tinggi, dari segi bisnis sebuah tim harus bisa tampil lebih menjanjikan. Dengam bekerja sama atau memiliki artis yang turut bekerja dalam organisasi esports diharapkan mampu memberikan tambahan exposure bagi orgnasasi esports yang berafiliasi.

 

 

Tim DragonX Dapatkan Pendanaan Seri A

Tim League of Legends DragonX asal Korea Selatan baru saja mengumumkan menerima pendanaan seri A sebesar 10.000.000 Dolar Amerika. Tim DragonX yang tengah berlaga di gelaran LCK Summer 2020 sampai saat ini masih memberikan performa yang stabil dengan menduduki posisi puncak klasemen.

Mengawali perjalanan tim DragonX di tahun 2020, tercatat juga tim DragonX menerima pendanaan awal dari perusahaan investasi ATU Esports Growth Fund No. 1, yang sampai sekarang masih menjadi pemegang saham terbanyak atas organisasi esports DragonX. Dalam kurun waktu kurang dari setahun, tim DragonX terbilang berhasil membuahkan hasil yang manis.

Deft ADC dari tim DragonX | via: invenglobal
Deft ADC dari tim DragonX | via: invenglobal

Adapun tim DragonX berencana unntuk mengalokasikan pendanaanya pada peningkatan infrastruktur tim, kesejahteraan atlet, dan juga pengembangan teknologi. Tim DragonX sebisa mungkin akan mendukung performa tim dengan memperhatikan beberapa faktor penunjang dan tentu saja atlet-atletnya.

Lebih jauh lagi, ke depannya tim DragonX tidak saja berfokus untuk menjadi juara di gelaran LCK Summer 2020. Tim DragonX juga terbilang memberikan perhatian yang serius kepada talent pool dan regenerasi atlet. Hal ini dapat terlihat dari adanya tim akademi yang dikembangkan oleh organisasi DragonX dan didukung teknologi analisis data.

Dari total pendanaan seri A sebesar 10.000.000 Dolar Amerika, muncul beberapa nama yang menarik untuk dicermati. Selain dari masuknya perusahaan besar seperti Shin Han Capital, JS Corporation, dan perusahaan lainnya, muncul juga nama seorang aktor yaitu Bae Yong Joon yang bergabung menjadi pemegang saham di tim DragonX.

Nantinya ada peranan lebih juga akan diampu oleh Bae Yong Joon. Bae Yong Joon akan dipercaya untuk menjadi penasehat dalam hal strategi branding tim DragonX secara global. Sebagai aktor yang turut menjadi ikon menyebarnya Korean Wave, kepopuleran yang sama juga diharapkan bisa diraih tim DragonX.

Tim DragonX | via: @drxglobal
Tim DragonX | via: @drxglobal

Bila menilai dari performa tim DragonX pada gelaran LCK Spring 2020, tim DragonX berhasil finis di posisi ketiga dan menjadi penantang berat bagi tim kuat seperti Gen.G Esports dan T1. Pada gelaran LCK Summer 2020 yang tengah berlangsung, tim DragonX tampil dengan catatan 7 win streak. Tidaklah mengherankan jika tim DragonX dinilai menjadi tim esports yang menjanjikan dan menarik investor untuk memberikan pendanaan.

Dengan adanya pendanaan yang baru saja diterima tim DragonX, kemungkinan besar tim DragonX sudah mengamankan biaya yang diperlukan untuk memperoleh franchise slot di LCK 2021 mendatang. Saat ini yang perlu dilakukan tim DragonX adalah mempertahankan performa yang sudah ada sambil terus membangun awareness mereka di skala global.