Earin A-3 Adalah TWS Mungil Berdesain Terbuka ala Earbuds

Ajang CES tahun lalu dibanjiri dengan TWS dari seabrek pabrikan. Tahun ini CES memang harus digelar secara online, tapi satu perusahaan sudah memulai dengan TWS terbarunya. Perusahaan tersebut adalah Earin, brand asal Swedia yang termasuk sebagai salah satu pelopor kategori TWS itu sendiri.

Produk yang mereka perkenalkan adalah Earin A-3, TWS unik dengan desain yang tidak umum. Ada dua alasan yang membuatnya kelihatan tidak umum. Yang pertama, ia tidak memiliki bagian kiri dan kanan. Kedua earpiece-nya simetris dan dapat digunakan secara bergantian di telinga kiri atau kanan.

Kedua, A-3 mengadopsi desain yang terbuka seperti earbuds zaman dahulu. Ini berarti tidak ada satu pun bagian yang masuk dan menutupi kanal telinga seperti model in-ear. Selama ukurannya bisa pas di telinga (tidak longgar), model terbuka semacam ini sering kali bisa terasa lebih nyaman, meski konsekuensinya adalah suara dari sekitar pasti juga ikut terdengar.

Sebelum ini, beberapa pabrikan sudah lebih dulu bereksperimen dengan TWS berdesain terbuka. Yang paling banyak menerima sorotan mungkin adalah Samsung lewat Galaxy Buds Live, akan tetapi AirPods standar pun sebenarnya juga bisa dikategorikan earbuds mengingat ia tidak memiliki eartip silikon.

Masih seputar fisiknya, A-3 tahan cipratan air dengan sertifikasi IP52. Earin juga mengklaim wujud A-3 lebih ringkas sekaligus lebih ringan ketimbang TWS lain yang ada di pasaran sekarang. Kendati demikian, tim engineer Earin rupanya masih bisa menjejalkan driver berdiameter 14,3 mm pada masing-masing earpiece A-3, lengkap beserta chipset Qualcomm QCC5121 yang mendukung codec AAC maupun aptX. Yang mungkin agak mengecawakan adalah fakta bahwa A-3 sama sekali tidak dibekali fitur active noise cancellation (ANC).

Berhubung mungil, A-3 tentu tidak punya cukup ruang untuk memuat baterai yang besar. Dalam sekali pengisian, A-3 hanya mampu beroperasi selama 5 jam pemakaian. Beruntung ia punya sensor wear detection, yang akan sedikit membantu menghemat konsumsi energi dengan menyetop jalannya audio secara otomatis setiap kali perangkat dilepas dari telinga (dan memutarnya lagi saat perangkat dikenakan kembali).

Lain halnya dengan charging case-nya, yang diklaim mampu menyuplai hingga 25 jam daya baterai ekstra. Pengisiannya sendiri bisa dengan mengandalkan kabel USB-C atau dengan memanfaatkan Qi wireless charger.

Rencananya, Earin A-3 akan dipasarkan melalui situs crowdfunding Kickstarter mulai tanggal 14 Januari mendatang. Banderol harganya dipatok $199, cukup mahal untuk ukuran TWS yang tidak dilengkapi ANC.

Sumber: Digital Trends dan CNET.

Headphone Wireless Sony WH-1000XM4 Kini Sudah Tersedia di Indonesia

Hanya seminggu setelah diluncurkan di panggung internasional, Sony WH-1000XM4 kini langsung tersedia secara resmi di tanah air. Sony mematok harga Rp 4.999.000 untuk headphone wireless terbarunya tersebut, lebih terjangkau daripada kurs rupiahnya ($350 = ± Rp 5,2 juta).

Namun yang lebih menarik adalah, banderolnya ini satu juta rupiah lebih murah daripada harga pendahulunya saat diluncurkan di Indonesia dua tahun lalu. Sebagai suksesor, 1000XM4 tentu menawarkan sejumlah pembaruan, meski memang penyempurnaan-penyempurnaannya ini tidak terlihat secara kasat mata.

Peningkatan yang paling terasa adalah seputar kinerja noise cancelling-nya. Prosesor khusus QN1 kembali digunakan, tapi sekarang juga sudah ditandemkan dengan chip Bluetooth lain pada 1000XM4. Chip tambahan ini diklaim mampu menganalisa musik dan suara di sekitar pengguna sebanyak 700 kali per detik, dan hasil akhirnya adalah pemblokiran suara yang lebih efektif.

Perwakilan Sony Indonesia bilang, 1000XM4 mampu meredam suara pesawat terbang hingga 15% lebih baik, atau 20% lebih efektif untuk sumber-sumber kebisingan lain yang konsumen jumpai sehari-hari. Singkatnya, 1000XM3 sebenarnya sudah sangat cekatan dalam mengeliminasi suara-suara pengganggu di sekitar, dan 1000XM4 malah lebih jago lagi.

Saat saya tanyakan mengenai kualitas suaranya – apakah identik dengan pendahulunya – pihak Sony Indonesia mengiyakan mengingat unit driver yang terdapat pada kedua perangkat memang sama. Kendati demikian, Sony yakin masih ada sedikit peningkatan yang bakal konsumen rasakan berkat penggantian versi Bluetooth (dari 4.2 menjadi 5.0 pada 1000XM4).

Sayang berhubung acara peluncurannya diselenggarakan secara online, saya tidak punya kesempatan untuk mendengar langsung suara yang dihasilkan headphone ini seperti apa.

Fitur-fitur pintar yang sudah ada sebelumnya kini turut disempurnakan, semisal fitur Adaptive Sound Control. Pada 1000XM4, fitur ini juga bisa mengingat-ingat lokasi yang sering pengguna kunjungi, sehingga saat pengguna datang ke tempat itu lagi di kemudian hari, perangkat bisa langsung mengatur tingkatan kinerja noise cancelling-nya secara otomatis sesuai kebutuhan di tiap lokasi.

Jadi saat berada di stasiun MRT misalnya, karakteristik kinerja noise cancelling-nya akan langsung disesuaikan sehingga dapat memblokir semua suara di sekitar kecuali suara pengumuman. Juga unik adalah fitur baru bernama Speak-to-Chat, yang akan menghentikan jalannya musik secara otomatis ketika pengguna sedang berbicara, sehingga ia bisa berbincang sebentar dengan orang lain tanpa perlu melepaskan headphone.

Tentu saja fitur ini bisa dimatikan jika tidak perlu, atau jika pengguna ternyata hobi bernyanyi sendiri selagi mendengarkan lagu-lagu favoritnya. Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Sony WH-1000XM4 memiliki daya tahan baterai hingga 30 jam dalam sekali charge, serta turut mendukung fitur pengisian daya cepat – 10 menit charging cukup untuk pemakaian selama 5 jam.

Melihat pandemi yang tak kunjung berakhir, sebagian dari kita mungkin ada yang bertanya-tanya mengapa Sony harus berusaha menghadirkan 1000XM4 dengan cepat ke tanah air. Toh konsumennya masih harus sebisa mungkin mendekam di kediaman sendiri-sendiri, sehingga sebagian besar mungkin belum membutuhkan headphone dengan fitur noise cancelling sebagai salah satu gadget andalan selagi berada di tempat umum.

Well, Sony justru optimis produk seperti 1000XM4 masih punya tempat di hati konsumen selama pandemi. Mereka pada dasarnya ingin bilang kalau noise cancelling masih sangat relevan meski kita semua sedang bekerja dari rumah. Kalau Anda setiap harinya harus bekerja sambil mendengarkan teriakan dua orang anak seperti saya, Anda semestinya bakal langsung paham dengan maksud Sony.

Bagi yang tertarik, Sony sudah menerima pre-order 1000XM4, dan jika Anda memesannya sebelum 24 Agustus, Anda akan menerima bonus berupa speaker Bluetooth Sony SRS-XB01 senilai Rp 499.000 (selama persediaannya masih ada). Pilihan warnanya sendiri ada dua, yakni hitam atau silver.

Audeze Luncurkan Headset Gaming Wireless Baru, Kali Ini Tanpa Gimmick Head Tracking

Produsen headphone yang populer di kalangan audiophile, Audeze, kembali meluncurkan sebuah headset gaming anyar bernama Penrose. Ini merupakan headset gaming ketiga Audeze setelah Mobius di tahun 2018 dan LCD-GX di tahun 2019.

Secara fisik, Penrose kelihatan mirip seperti Mobius, akan tetapi ada satu faktor pembeda yang sangat signifikan: Penrose tidak mewarisi teknologi head tracking yang dimiliki Mobius. Sebagai gantinya, Penrose lebih berfokus menyajikan performa wireless terbaik dengan latency yang rendah.

Meski kesannya Penrose kalah canggih atau kalah inovatif dibanding Mobius, sebagian konsumen mungkin justru menilai head tracking terlalu gimmicky. Penrose sepertinya juga tidak dimaksudkan untuk menggantikan Mobius, sebab Mobius sampai sekarang masih terpampang di situs Audeze dengan banderol $399, $100 lebih mahal ketimbang Penrose.

Penrose dengan aksen biru, Penrose X dengan aksen hijau / Audeze
Penrose dengan aksen biru, Penrose X dengan aksen hijau / Audeze

Penrose hadir dalam dua varian: Penrose untuk PS4, PS5, PC dan Mac; Penrose X untuk Xbox One, Xbox Series X dan PC. Kedua varian menawarkan fitur dan spesifikasi yang sama persis, dengan perbedaan hanya pada dongle wireless 2,4 GHz-nya, serta aksen warna yang mengitari bagian earcup-nya.

Varian manapun yang konsumen pilih dipastikan kompatibel dengan Nintendo Switch, dan keduanya turut mengemas Bluetooth 5.0 yang mendukung codec SBC maupun AAC sebagai pelengkap. Istimewanya, koneksi 2,4 GHz dan Bluetooth ini bisa berjalan secara bersamaan, yang artinya pengguna bisa mendengarkan audio dari console sekaligus dari smartphone, sangat cocok buat yang rutin berbincang di Discord selama sedang bermain, atau buat yang ingin menyambi mendengarkan podcast.

Audeze Penrose

Sesuai dengan tradisi Audeze selama ini, Penrose hadir mengusung driver planar magnetic berdiameter 100 mm. Mikrofonnya berwujud fleksibel dan bisa dilepas-pasang, serta dilengkapi filter terintegrasi yang diyakini mampu mengeliminasi suara di sekitar pengguna sampai 20 dB. Secara keseluruhan, bobot Penrose tercatat di angka 320 gram.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai sekitar 15 jam pemakaian. Charging-nya sudah mengandalkan sambungan USB-C, dan Penrose rupanya tetap bisa dipakai seperti headset biasa menggunakan kabel 3,5 mm.

Audeze Penrose rencananya akan dipasarkan pada bulan September mendatang dengan harga $299. Namun Audeze sudah membuka gerbang pre-order mulai sekarang, dan para pemesan dapat menerima potongan harga senilai $50.

Sumber: Trusted Reviews.

RHA TrueConnect 2 Tawarkan Baterai yang Lebih Awet dan Suara yang Lebih Baik dari TWS Sebelumnya

RHA Audio memulai debutnya di segmen TWS hampir dua tahun lalu lewat TrueConnect. Sekarang, mereka telah menyempurnakan alternatif AirPods-nya tersebut. Saya bilang alternatif karena wujudnya memang memanjang dan menggantung seperti AirPods.

Dari segi estetika, sulit membedakan antara perangkat bernama RHA TrueConnect 2 ini dengan pendahulunya, sebab keduanya memang cukup identik, baik unit maupun charging case-nya. Satu-satunya perbedaan fisik yang dibawa justru tidak kelihatan secara kasat mata; TrueConnect 2 kini tak hanya tahan cipratan air dan keringat seperti sebelumnya, tapi juga tahan debu dengan sertifikasi IP55 (sebelumnya IPX5).

TrueConnect 2 memanfaatkan kontrol sentuh, jadi jangan tertipu oleh bulatan bertuliskan “RHA” yang kelihatan seperti tombol yang dapat ditekan itu. Secara keseluruhan, perangkat ini bisa kita anggap sebagai AirPods dengan penampilan yang lebih sleek, meski harus diakui charging case-nya kelihatan sangat bongsor jika dibandingkan dengan charging case milik AirPods.

RHA TrueConnect 2

Namun tentu ada hal positif yang bisa diambil dari charging case berukuran besar itu. Di atas kertas, daya tahan baterai TrueConnect 2 terbilang jempolan, sekaligus meningkat jauh dibanding pendahulunya. Dalam sekali pengisian, ia bisa tahan sampai 9 jam penggunaan, sedangkan charging case-nya dapat menyuplai 35 jam daya ekstra (total 44 jam). Fitur quick charging (10 menit untuk daya pemakaian selama 1 jam) tentu juga tersedia.

Selain lebih irit baterai, TrueConnect 2 juga didesain untuk menghasilkan profil suara yang berbeda meski diameter driver-nya sama-sama 6 mm. Kalau dibandingkan dengan pendahulunya, RHA bilang TrueConnect 2 punya volume yang lebih keras, dan mikrofonnya (sekarang ada dua unit) juga bisa menangkap suara pengguna secara lebih jernih. Terakhir, RHA juga mengaku sudah menyempurnakan kestabilan konektivitas Bluetooth 5.0 pada TrueConnect 2.

RHA saat ini telah memasarkan TrueConnect 2 seharga $150, banderol yang sama persis seperti sebelumnya, dan yang tergolong cukup terjangkau untuk kategori TWS premium. Meski demikian, perlu diingat bahwa perangkat ini sama sekali tidak dibekali active noise cancelling (ANC) dan hanya mengandalkan isolasi suara secara pasif dari eartip silikonnya – yang selalu tersedia dalam berbagai macam ukuran sesuai tradisi RHA.

Sumber: Engadget.

Amazfit ZenBuds Adalah TWS Khusus untuk Menemani Tidur

True wireless earphone atau TWS biasanya akan kita pakai untuk banyak kegiatan kecuali tidur. Namun sekitar tiga tahun lalu, Bose meluncurkan perangkat bernama Sleepbuds, yang pada dasarnya merupakan TWS khusus untuk mendampingi aktivitas tidur.

Sekarang giliran Huami yang merilis produk serupa. Dijuluki Amazfit ZenBuds, perangkat ini secara spesifik dirancang untuk membantu penggunanya tidur lebih nyenyak, memblokir suara dari luar selagi memutar suara-suara yang menenangkan. Dua fungsi itu sama persis seperti Bose Sleepbuds, namun di sini Huami turut menambahkan fitur sleep tracking dan heart-rate monitoring.

Fitur sleep tracking ini menarik karena dapat mewujudkan sejumlah kapabilitas baru, seperti misalnya mode Smart Playback. Jadi saat mode ini diaktifkan, suara-suara penenang itu tadi hanya akan diputar sampai perangkat mendeteksi penggunanya sudah tertidur lelap, lalu mati sendiri sehingga konsumsi baterainya pun bisa lebih dihemat.

Amazfit ZenBuds

Suara penenang yang saya maksud ada bermacam-macam, mulai dari suara ombak di pantai, suara jangkrik di malam hari, suara rintikan hujan, maupun yang lebih umum seperti white noise atau pink noise. Isolasi suaranya sendiri berlangsung secara pasif, mengandalkan wujud perangkat yang fleksibel dan mampu menutupi hampir seluruh kanal telinga.

Namun pertanyaan yang terpenting adalah, seberapa nyaman menggunakan perangkat ini selagi tidur, apalagi buat yang terbiasa tidur miring? Huami mengklaim ZenBuds tak akan terasa mengganggu berkat teksturnya yang elastis dan lembut. Ia juga sangat ringan dengan bobot hanya 1,78 gram per earpiece.

Bobot itu bahkan masih bisa dikurangi lagi, sebab angka 1,78 gram itu adalah untuk ukuran eartip M, dan paket penjualannya masih menyertakan dua ukuran yang lebih kecil (SS dan S) serta satu yang lebih besar (L). Semacam sirip yang terdapat di tiap-tiap eartip memastikan ZenBuds tidak akan terlepas dari telinga meskipun penggunanya miring ke sana-sini selama tidur.

Amazfit ZenBuds

Meski memanfaatkan konektivitas Bluetooth 5.0, ZenBuds tak bisa dipakai untuk memutar musik dari smartphone seperti TWS pada umumnya. Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa tahan sampai 8 jam saat dipakai untuk memutar suara secara nonstop, atau sampai 12 jam kalau hanya dipakai untuk memutar suara selama 3 jam.

8 jam tentunya sudah sangat cukup untuk sebagian besar konsumen, dan daya sepanjang itu memungkinkan perangkat untuk membunyikan alarm di pagi hari (atau di waktu yang pengguna tetapkan sendiri pada aplikasi pendampingnya) sebelum akhirnya baterainya perlu diisi ulang. Charging case-nya sendiri siap menyuplai hingga 56 jam daya ekstra, dan case ini sudah memakai sambungan USB-C untuk charging-nya.

Entah kebetulan atau tidak, Amazfit ZenBuds juga dipasarkan melalui situs crowdfunding Indiegogo, sama seperti Bose Sleepbuds tiga tahun silam. Harga paling murah yang bisa didapat saat ini adalah $69, sedangkan harga retailnya diestimasikan berkisar $149.

Astell & Kern Luncurkan A&futura SE200, Pemutar Musik Portable dengan Dua Jenis DAC yang Berbeda

Dual DAC, Quad DAC, teknologi multi DAC (digital-to-analogue converter) sebenarnya sudah bukan barang baru di industri perangkat audio. Teknologi ini bahkan sempat merambah kategori smartphone berkat LG, meski gaungnya sekarang tergolong mereda karena LG sendiri sudah tidak seagresif dulu.

Yang belum eksis adalah bagaimana dua DAC dari dua pabrikan yang berbeda dapat dijejalkan ke dalam satu perangkat pemutar audio demi memberikan konsumen kontrol penuh atas karakteristik suara perangkat yang digunakannya. Itulah tantangan yang hendak dijegal Astell & Kern selama mengembangkan portable music player (PMP) terbarunya, A&futura SE200.

Pada kenyataannya, audio memang merupakan topik yang sangat subjektif. Apa yang terdengar enak di telinga saya belum tentu enak di telinga Anda, demikian pula sebaliknya. Di saat saya cocok dengan karakteristik suara yang dihasilkan model DAC tertentu, Anda belum tentu cocok dengannya.

Solusinya, kalau menurut A&K, adalah dua model DAC yang berbeda dalam satu perangkat. Satu datang dari AKM (AK4499EQ), satu lagi dari ESS (ES9068AS) dalam konfigurasi ganda. Keduanya tentu dilengkapi unit amplifier-nya masing-masing demi memastikan karakteristik tiap DAC tidak tercampur. Usai memilih DAC yang ingin dipakai, pengguna dapat menambahkan sejumlah filter untuk menerapkan kustomisasi lebih lanjut pada karakteristik suaranya.

Astell & Kern A&futura SE200

A&futura SE200 merupakan penerus langsung dari A&futura SE100 yang dirilis dua tahun silam. Desain fisiknya sepintas mirip, namun kelihatan lebih elegan berkat perpaduan apik antara sudut-sudut yang lancip dengan garis-garis melengkung. Kenop volume khas A&K di sini dibekali lampu LED yang bisa berganti-ganti warna tergantung tipe file audio yang diputar.

Secara teknis, SE200 tidak akan kesulitan memutar file audio Hi-Res 32-bit/384kHz atau DSD256 sekalipun. Ia juga mendukung format MQA, format berkualitas tinggi yang dipakai oleh layanan streaming Tidal pada paket termahalnya (HiFi). File audionya sendiri dapat diputar langsung dari penyimpanan internal perangkat sebesar 256 GB atau lewat kartu microSD (maksimum yang berkapasitas 1 TB).

Pengoperasiannya mengandalkan layar sentuh 5 inci beresolusi 720p. Di samping Wi-Fi, perangkat turut mengemas konektivitas Bluetooth aptX HD, dan baterainya diklaim mampu bertahan sampai 14 jam pemakaian. Satu hal yang cukup menarik, port USB-C miliknya tak hanya berfungsi untuk charging, tapi juga untuk disambungkan ke komputer atau laptop sehingga perangkat bisa difungsikan sebagai DAC eksternal.

Seperti halnya produk Astell & Kern lain maupun perangkat-perangkat di segmen audiophile secara umum, banderol A&futura SE200 tidak murah. Di Amerika Serikat, ia ditawarkan seharga $1.799, atau $100 lebih mahal daripada pendahulunya.

Sumber: The Verge dan Astell & Kern.

Powerbeats Generasi Keempat Hadir dengan Desain yang Lebih Nyaman dan Chip Apple H1

Apple meluncurkan earphone wireless baru di bawah brand Beats by Dre, yaitu Powerbeats generasi keempat. Namanya tak lagi diikuti angka di belakangnya seperti sebelum-sebelumnya, dan ia bukanlah pengganti Powerbeats Pro yang diluncurkan tahun lalu.

Berbeda dari Powerbeats Pro yang bertipe true wireless (benar-benar tanpa kabel), Powerbeats mengadopsi model neckband dengan seuntai kabel yang menghubungkan kedua earpiece-nya. Dibandingkan generasi sebelumnya, desain barunya lebih apik sekaligus lebih nyaman, sebab kabelnya yang menyatu dengan earhook diposisikan di belakang daun telinga.

Powerbeats 4

Secara estetika, perangkat ini sebenarnya sangat mirip dengan Powerbeats Pro. Ketahanan airnya pun sama-sama bersertifikasi IPX4, dan earpiece sebelah kanannya turut dilengkapi sebuah tombol multi-fungsi (pada logo “b”). Tersedia pula tombol untuk mengatur volume, dan perangkat juga mendukung aktivasi Siri via instruksi suara “Hey Siri”.

Dukungan “Hey Siri” ini tak akan terwujud tanpa partisipasi chip Apple H1 warisan dari AirPods, yang sendirinya juga mewujudkan fitur pairing cepat dengan perangkat iOS. Dalam sekali pengisian, Powerbeats bisa beroperasi sampai 15 jam pemakaian. Charging-nya pun cepat; 5 menit pengisian sudah cukup untuk menenagai perangkat hingga 1 jam penggunaan.

Powerbeats 4

Dibanderol $150, Powerbeats merupakan alternatif yang lebih terjangkau ketimbang Powerbeats Pro. Kebetulan baterainya lebih tahan lama, dan ia tentu lebih cocok buat konsumen teledor seperti saya yang berpeluang besar menghilangkan true wireless earphone.

Sumber: The Verge.

Sennheiser Momentum True Wireless 2 Suguhkan ANC dan Baterai yang Lebih Awet

Dengan banderol $300, Sennheiser Momentum True Wireless jelas masuk di kategori premium. Kualitas suaranya mungkin tak perlu diragukan jika melihat reputasi Sennheiser selama ini, akan tetapi konsumen mungkin juga mendambakan kelengkapan fitur di rentang harga tersebut.

Sayangnya Momentum True Wireless tergolong pelit fitur. Satu fitur esensial yang absen dari perangkat tersebut adalah active noise cancelling (ANC), meski publik mungkin masih bisa maklum untuk produk generasi pertama. Kabar baiknya, Sennheiser baru saja meluncurkan suksesor Momentum True Wireless, dan ANC merupakan salah satu fitur unggulannya.

Sennheiser mengklaim ANC akan sangat efektif ditandemkan dengan isolasi pasif yang terealisasi berkat bentuk eartip-nya. Istimewanya, meski mengemas ANC, Momentum True Wireless 2 justru lebih ringkas ketimbang pendahulunya. Kendati demikian, kualitas suaranya tidak dikorbankan; perangkat masih mengandalkan driver 7 mm yang sama seperti sebelumnya.

Sennheiser Momentum True Wireless 2

Lebih kecil dan dilengkapi ANC, semestinya baterainya lebih boros ketimbang generasi sebelumnya. Well, kenyataannya tidak demikian. Perangkat ini justru lebih unggul jauh soal daya tahan baterai. Yang tadinya cuma mampu bertahan hingga 4 jam pemakaian, generasi keduanya malah bisa sampai 7 jam pemakaian.

Juga mengesankan adalah charging case-nya, yang mampu mengisi penuh perangkat sampai tiga kali. Secara total, Momentum True Wireless 2 menawarkan daya tahan baterai total selama 28 jam. Bandingkan dengan generasi pertamanya yang cuma memberikan daya total selama 12 jam.

Sennheiser Momentum True Wireless 2

Selebihnya, Momentum True Wireless 2 masih mempertahankan sejumlah kelebihan pendahulunya, mulai dari sertifikasi ketahanan air IPX4, sampai dukungan Google Assistant dan Siri, tidak ketinggalan pula pengoperasian via panel sentuh yang tertanam pada sisi luar masing-masing earpiece.

Semua itu tanpa mengubah banderol harganya. Seperti sebelumnya, Sennheiser Momentum True Wireless 2 tetap dipasarkan seharga $300. Masih premium memang, tapi setidaknya kini jauh lebih lengkap fitur-fiturnya.

Sumber: Sennheiser.

Soul Sync Pro Adalah True Wireless Earphone dengan Daya Tahan Baterai Total 150 Jam

Salah besar jika Anda mengincar kualitas suara dari sebuah true wireless earphone. Bukan berarti perangkat yang masuk dalam kategori ini pasti jelek kualitas suaranya, akan tetapi yang nilai yang diunggulkan sebenarnya adalah kepraktisan.

Sayang sekali beberapa true wireless earphone malah terkesan kurang praktis akibat daya tahan baterainya yang lemah. Secara umum, sebagian besar pabrikan menyuplai true wireless earphone bikinannya dengan charging case yang mampu mengisi ulang baterai perangkat hingga 3 – 5 kali, sebelum akhirnya case itu sendiri yang perlu di-charge.

Soul Sync Pro

Kasusnya tidak demikian pada true wireless earphone besutan Soul Electronics berikut ini. Dinamai Soul Sync Pro, baterainya diperkirakan bisa bertahan sampai 6,5 jam pemakaian, tapi yang istimewa sebenarnya adalah charging case-nya. Berbekal kapasitas 3.000 mAh, case ini diyakini mampu mengisi ulang baterai perangkat sampai 22 kali, sehingga jika ditotal daya tahan baterai Soul Sync Pro pun mencapai angka 150 jam.

Secara teknis, Soul Sync Pro mengemas driver berdiameter 6 mm pada masing-masing unitnya, dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Konektivitasnya sudah mengandalkan Bluetooth 5.0, dan perangkat turut dibekali sepasang mikrofon dengan teknologi noise cancelling rancangan Qualcomm yang menjanjikan kejernihan output suara selagi dipakai untuk menelepon.

Soul Sync Pro

Seperti mayoritas true wireless earphone lain, pengoperasiannya mengandalkan kontrol sentuh di tiap unit, termasuk untuk memanggil Google Assistant ataupun Siri. Juga sudah dianggap sebagai standar adalah ketahanan air, dan Soul Sync Pro mencatatkan ketahanan IPX5.

Di Amerika Serikat, Soul Sync Pro saat ini sudah dipasarkan seharga $130. Tidak bisa dianggap murah, tapi setidaknya charging case-nya cukup perkasa sampai-sampai bisa dijadikan power bank dadakan untuk smartphone.

Sumber: SlashGear.

Montblanc Perkenalkan Headphone Wireless dengan Active Noise Cancelling

Sejak 2017, Montblanc telah resmi berkiprah di industri teknologi. Portofolio gadget brand asal Jerman tersebut sejauh ini mencakup dua smartwatch, yakni Summit dan Summit 2. Namun sekarang Montblanc rupanya sudah siap menyasar kategori lain, yaitu headphone.

Produk pertama mereka di ranah ini adalah Montblanc Smart Headphones. Seperti yang bisa kita lihat dari gambarnya, penampilannya terkesan mewah dan elegan, pantas untuk mengusung logo bintang khas Montblanc. Konstruksinya banyak mengandalkan bahan logam dan kulit, sedangkan kombinasi warnanya ada tiga macam.

Montblanc Smart Headphones

Tidak kalah penting untuk disoroti adalah fakta bahwa Montblanc mengaku merancang headphone ini bersama seorang ahli audio. Sosok tersebut adalah Alex Rosson, pendiri produsen headphone Audeze yang cukup populer di kalangan audiophile.

Beliau rupanya juga cukup populer di kalangan produsen jam tangan premium yang tertarik untuk terjun ke bisnis headphone, sebab Montblanc bukanlah klien pertamanya. Sebelum ini, Shinola sudah lebih dulu memercayakan keahlian Rosson perihal audio engineering. Dan selama sekitar dua tahun memimpin divisi audio Shinola, Rosson bersama timnya melahirkan beragam produk audio, mulai dari turntable, headphone sampai earphone wireless.

Montblanc Smart Headphones

Label “Smart” pada namanya merujuk pada sejumlah hal. Yang pertama adalah konektivitas wireless dan dukungan Google Assistant – perangkat bahkan dilengkapi tombol khusus untuk memanggil sang asisten pintar tersebut tanpa mengharuskan pengguna membuka ponselnya terlebih dulu.

Yang kedua, seperti halnya headphone wireless lain yang dirilis dalam satu hingga dua tahun terakhir, adalah active noise cancelling (ANC) di samping isolasi pasif yang ditawarkan earcup besarnya. Dalam satu kali pengisian via USB-C, perangkat disebut mampu beroperasi selama 20 jam nonstop.

Nama Montblanc pada dasarnya merupakan jaminan bahwa harganya sudah pasti mahal. Perangkat ini rencananya bakal dijual seharga $600, hampir dua kali lipat headphone ANC dari brandbrand audio kenamaan seperti Bose, Sony maupun Sennheiser.

Sumber: HypeBeast dan Engadget.