Tidak Lama Lagi, Samsung Gear S2 Bakal Kompatibel dengan iPhone

Kecuali Anda seorang fanboy, tidak selamanya koleksi gadget yang dimiliki harus berasal dari satu brand yang sama. Pemilik iPhone tidak harus memilih Apple Watch, mereka bisa saja memilih smartwatch Android Wear seandainya lebih suka dengan desainnya. Di luar itu, pilihannya sangat terbatas, mengingat Samsung Gear S2 hanya kompatibel dengan perangkat Android.

Sungguh mengecewakan bagi pengguna iPhone yang sudah terlanjur jatuh cinta dengan smartwatch bikinan Samsung tersebut. Kekecewaan semakin menjadi ketika Samsung tidak bisa menepati janjinya, dimana rencananya mereka akan menghadirkan kompatibilitas dengan perangkat iOS untuk Gear S2 pada awal tahun 2016.

Meski terlambat, Samsung sepertinya tidak lupa akan janji tersebut. Buktinya, mereka telah memulai tahap beta testing kompatibilitas iPhone dengan Gear S2 dan Gear Fit 2 sekaligus. Program ini berlangsung sampai tanggal 19 September mendatang, dan dalam kurun waktu tersebut Samsung akan mengumpulkan masukan dari pengguna guna mematangkan aplikasi Gear Manager untuk iOS.

Buat pengguna yang tertarik, bisa mendaftar pada tautan ini – bahasanya Korea, jadi manfaatkan Google Translate jika perlu. Setelah mengisi sejumlah detail, partisipan akan diberi instruksi terkait cara menginstall aplikasi Gear Manager dan cara menyambungkan Gear S2 atau Gear Fit 2 ke iPhone. Syaratnya sendiri hanya satu: versi iOS minimal yang didukung adalah 8.4.

Kabar ini bisa menjadi indikasi kalau Gear S3 yang bakal diungkap tidak lama lagi juga akan membawa kompatibilitas dengan perangkat iOS – kecuali Samsung tetap ingin mempertahankan aspek eksklusivitasnya. Gear S3 sendiri bakal menjalani debutnya pada tanggal 31 Agustus mendatang menjelang ajang IFA 2016, seperti yang telah dikonfirmasi oleh Samsung.

Sumber: SamMobile.

Jabra Luncurkan Generasi Penerus dari Duo Earphone Nirkabel Sekaligus Fitness Tracker-nya

September 2014, Jabra resmi menjalani debutnya di ranah fitness tracker dengan Jabra Sport Pulse, kemudian disusul oleh Jabra Sport Coach di tahun berikutnya. Kini perusahaan asal Denmark tersebut sudah siap memperkenalkan penerus dari kedua earphone nirkabel istimewanya tersebut.

Keduanya masih mengusung nama yang sama, tapi dengan imbuhan Special Edition yang mengindikasikan penambahan sejumlah fitur baru. Desainnya telah disempurnakan agar bisa terasa lebih nyaman di telinga pengguna, terutama dengan pilihan eartip besutan Comply yang sudah terbukti kualitasnya.

Keduanya juga masih terasa ringkas dengan bobot hanya 16 gram, serta masih mengusung ketahanan air dengan sertifikasi IP55. Malahan, Jabra kini semakin percaya diri dengan ketangguhan duo Special Edition ini, dimana mereka menawarkan garansi total selama tiga tahun apabila terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh keringat.

Akan tetapi perubahan yang paling utama terletak pada kemampuan tracking masing-masing earphone. Selain heart-rate monitor, Sport Pulse Special Edition kini dibekali kemampuan memonitor VO2 max (kadar oksigen yang dikonsumsi selama latihan) secara konstan dan otomatis.

Jabra Sport Coach Special Edition / Jabra
Jabra Sport Coach Special Edition / Jabra

Untuk Sport Coach Special Edition, sensor TrackFit-nya juga telah diperbarui sehingga dapat menghitung aksi repetitif, ideal untuk menemani sesi latihan berat atau sekadar beberapa set push-up. Aplikasi pendamping Jabra Sport Life kemudian akan memberi tahu kapan saat yang tepat untuk mulai berlatih lagi di sela-sela istirahat.

Kedua earphone turut dilengkapi fitur coaching berbasis audio guna memotivasi sekaligus mengarahkan pengguna pada sesi latihan yang efektif dan efisien. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 5 jam pemakaian.

Jabra Sport Pulse Special Edition dibanderol seharga $160, sedangkan Sport Coach Special Edition seharga $120. Keduanya akan dipasarkan mulai kuartal ketiga tahun ini.

Sumber: PR Newswire.

Menilik Peran Virtual Reality dan Perangkat Wearable di Dunia Pendidikan

Perangkat seperti Samsung Gear VR, Apple Watch atau fitness tracker lain sepintas terkesan terlahir dari perkembangan tren gaya hidup. Padahal, kalau ditinjau dari sudut pandang lain, perangkat-perangkat yang masuk dalam kategori wearable ini punya peran besar di bidang pendidikan, seperti yang dilaporkan oleh lembaga riset pasar Technavio.

Di tahun 2020 nanti, diperkirakan pasar perangkat wearable di lingkup pendidikan Amerika Serikat akan meningkat sebesar 46 persen. Alasannya sederhana: semakin banyak universitas atau institusi pendidikan lain yang memanfaatkan perangkat seperti VR headset, smartwatch dan fitness tracker untuk meningkatkan partisipasi siswa, dan sebaliknya para siswa menggunakan perangkat wearable sebagai media pengumpul dan analisis informasi.

Mengapa institusi pendidikan bisa begitu tertarik dengan teknologi virtual reality? Well, VR headset terbukti mampu memberikan pengalaman berinteraksi dengan konten secara immersive. Sebagai contoh, menggunakan aplikasi Labster, siswa dapat melangsungkan eksperimen secara virtual maupun simulasi kompleks yang sebelumnya hanya bisa dipraktekkan di fasilitas khusus dengan perlengkapan berharga mahal.

Aplikasi-aplikasi lain, seperti yang direkomendasikan oleh Unimersiv terus menjunjung konsep ini. Aplikasi InCell misalnya, dimana siswa diajak untuk mengeksplorasi sel tubuh manusia. Tentu saja, hal ini hampir mustahil dilakukan di dunia nyata, dan itulah yang membuat citra VR sangat positif di mata institusi pendidikan.

Penerapan menarik lain terkait VR di dunia pendidikan melibatkan universitas-universitas ternama seperti Harvard dan Yale. Mereka memanfaatkan aplikasi YouVisit untuk memberikan tur kampus virtual pada calon-calon mahasiswanya.

Di sisi lain, sejumlah universitas di Amerika Serikat seperti Oral Roberts University menganjurkan para mahasiswa baru untuk menggunakan fitness tracker. Sederhananya, kalau tubuh terasa bugar, konsentrasi belajar pun bisa ditingkatkan, dan inilah yang dituju oleh universitas-universitas tersebut.

Semua ini turut didukung oleh perkembangan pesat ekosistem aplikasi dan konten untuk VR headset maupun perangkat wearable lainnya. Selagi popularitas perangkat wearable terus meningkat, pastinya akan ditemukan cara-cara baru untuk memaksimalkan potensi teknologi tersebut di ranah pendidikan.

Sumber: Technavio dan Samsung. Gambar header: Oculus.

Bermitra dengan Disney, Huawei Luncurkan Smartwatch Khusus Anak-Anak

Berbeda dengan empat tahun yang lalu, smartwatch sekarang sudah tergolong perangkat yang mainstream. Begitu mainstream-nya, pabrikan seperti Xiaomi merasa ada pasar untuk smartwatch khusus anak-anak. Raksasa asal Tiongkok itu tidak sendirian, salah satu rival sekampungnya baru-baru ini juga merilis smartwatch untuk anak-anak.

Tidak seperti Xiaomi Mi Bunny, Huawei Kids Smartwatch mengusung layar sentuh PMOLED 1,3 inci. Ia kompatibel dengan perangkat Android maupun iOS, dan bodinya dirancang agar tahan terhadap cipratan air maupun guyuran hujan dengan sertifikasi IP55.

Menariknya, Huawei telah bermitra dengan Disney dalam menggarap smartwatch khusus anaknya ini. Tersedia empat varian yang masing-masing mengambil inspirasi dari karakter-karakter populer, mulai dari Mickey Mouse, Minnie Mouse, Frozen dan Captain America. Keempatnya mengemas strap, case dan background yang berbeda-beda.

Dari segi fitur, tracking lokasi via GPS sangatlah diutamakan. Sama seperti Mi Bunny, terdapat tombol SOS untuk memberikan peringatan ke ponsel orang tua di saat-saat darurat, lengkap beserta lokasinya secara real-time. Smartwatch bahkan dibekali konektivitas GSM untuk melakukan panggilan telepon ke nomor yang sudah ditetapkan.

Fitur activity tracking pun tidak dilupakan begitu saja demi mengajak anak-anak untuk tetap menjaga kebugaran tubuhnya. Baterainya diperkirakan bisa bertahan hingga satu setengah hari sebelum perlu di-charge selama sekitar dua jam – Mi Bunny lebih unggul soal ini mengingat ia tak memiliki layar berwarna.

Huawei Kids Smartwatch saat ini sudah dipasarkan di Tiongkok seharga 688 yuan, atau sekitar Rp 1,3 juta. Sejauh ini belum ada informasi apakah Huawei juga bakal memasarkannya di kawasan lain.

Sumber: Wareable.

Polar Luncurkan Smartwatch Android Wear Perdananya, M600

Polar, perusahaan yang bisa disebut sebagai pelopor perangkat portable heart-rate monitor, akhirnya tergoda juga untuk mencoba peruntungannya di pasar smartwatch Android Wear. Pabrikan asal Finlandia tersebut baru-baru ini mengungkap Polar M600, yang tidak lain merupakan smartwatch Android Wear perdananya.

Melihat desainnya, M600 memang tidak bisa dibilang sebagai smartwatch teranggun yang bisa Anda beli saat ini. Hal ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, mengingat fondasi Polar memang ada pada perangkat fitness yang fungsional ketimbang banyak gaya.

M600 mengemas layar sentuh 1,3 inci beresolusi 240 x 240 pixel yang dilapisi oleh kaca Gorilla Glass 3. Desainnya secara keseluruhan dibuat tangguh sekaligus tahan air hingga kedalaman 10 meter, ideal untuk dipakai beraktivitas dalam beragam kondisi – sekaligus di saat tidur berkat fitur sleep tracking. Di bawah layar, terdapat sebuah tombol khusus untuk mengakses fitur tracking secara cepat.

Di belakangnya, tertanam komponen istimewa yang menjadikannya sedikit berbeda dari smartwatch Android Wear lain, yaitu sensor laju jantung yang memanfaatkan enam LED sekaligus. Umumnya, smartwatch lain hanya mengandalkan satu atau dua LED saja. Hal ini pun menjadikan M600 lebih bisa diandalkan dalam memonitor laju jantung secara akurat.

Sensor laju jantung Polar M600 mengandalkan enam LED sekaligus ketimbang hanya satu atau dua / Polar
Sensor laju jantung Polar M600 mengandalkan enam LED sekaligus ketimbang hanya satu atau dua / Polar

Selebihnya, M600 tidak jauh berbeda dari smartwatch Android Wear lain. Ia bisa digunakan sebagai pemutar musik mandiri (tidak perlu tersambung smartphone) berkat memory internal sebesar 4 GB. Dirinya juga dibekali GPS dan fitur Smart Coaching andalan Polar.

Tidak kalah menarik adalah fitur Running Program pada aplikasi pendampingnya di smartphone. Dengan fitur ini, pengguna akan disuguhi program berlatih yang disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya untuk event lari 5K, 10K atau bahkan maraton. Lebih lanjut, program berlatihnya juga akan diadaptasikan dengan progress pengguna masing-masing.

Baterainya diklaim bisa bertahan selama 2 hari nonstop ketika di-pair dengan ponsel Android. Spesifikasi lainnya mencakup prosesor dual-core 1,2 GHz, RAM 512 MB dan konektivitas Bluetooth 4.2 beserta Wi-Fi. Bobotnya tergolong ringan, hanya 63 gram saja.

Polar M600 rencananya akan dipasarkan seharga $330. Warna yang tersedia adalah hitam dan putih, lalu strap berwarna merah akan menyusul ke depannya.

Sumber: Polar.

Ticwatch 2 Siap Tantang Android Wear dengan Desain Premium dan Cara Interaksi yang Unik

Di saat banyak pengguna menganggap remeh kualitas smartwatch buatan Tiongkok, sebuah perusahaan bernama Mobvoi yang bermarkas di kota Beijing berhasil menggaet Google sebagai salah satu investornya. Tahun lalu, mereka menuai sukses lewat smartwatch perdananya, Ticwatch, dan sekarang mereka sudah siap dengan penerusnya.

Ticwatch 2 patut disorot bukan semata karena perusahaan pengembangnya dibekingi oleh Google, namun Mobvoi yang punya spesialisasi di bidang AI (artificial intelligence) ini memang merancang Ticwatch 2 agar seimbang dalam hal desain dan fungsi. Dilihat sepintas, Ticwatch 2 memang tidak kelihatan seperti smartwatch murah meriah made in China pada umumnya.

Dalam merancang Ticwatch 2, Mobvoi menunjuk Mika Nenonen, desainer asal Finlandia yang punya portofolio menarik bersama Nokia, Nest dan perusahaan-perusahaan ternama lainnya. Casing-nya terbuat dari aluminium atau stainless steel (tergantung pilihan), sedangkan strap 20 mm-nya tersedia dalam bahan silikon, kulit atau stainless steel. Varian termahalnya bahkan mengemas layar berlapis kristal safir.

Di dalam casing berdiameter 36 mm tersebut bernaung sebuah layar membulat 1,4 inci berpanel OLED dengan resolusi amat tinggi, tepatnya 400 x 400 pixel atau setara 287 ppi. Dapur pacunya dihuni oleh prosesor dual-core 1,2 GHz, RAM 512 MB dan storage internal 4 GB. Baterainya sendiri punya kapasitas 300 mAh, dan telah mendukung fitur wireless charging.

Berbagai varian Ticwatch 2 dengan material casing, strap serta penutup layar yang berbeda / Mobvoi
Berbagai varian Ticwatch 2 dengan material casing, strap serta penutup layar yang berbeda / Mobvoi

Deretan sensornya mencakup GPS dan heart-rate monitor. Namun yang lebih menarik adalah bagaimana pengguna punya banyak cara untuk berinteraksi dengan Ticwatch 2.

Ticwatch 2 menjalankan sistem operasi garapan Mobvoi sendiri yang dijuluki Ticwear OS – bukan Android Wear, tapi masih berbasis Android dan dapat menjalankan beberapa aplikasi Android Wear. Cara interaksi yang pertama tentu saja adalah menggunakan layar sentuh, namun pengguna juga bisa memanfaatkan perintah suara seperti ketika berinteraksi dengan Siri atau Google Now di ponsel.

Ticwatch 2 juga mengenal sejumlah gesture, seperti misalnya ketukan pada casing atau ketika pengguna menggoyangkan pergelangan tangannya. Akan tetapi yang paling menarik justru adalah sisi samping smartwatch yang dilengkapi panel sentuh tersembunyi.

Hal ini memungkinkan pengguna untuk bernavigasi dengan mengusap sisi samping smartwatch ke atas atau bawah, mirip seperti cara kerja bezel berputar Samsung Gear S2 – hanya saja bezel milik Ticwatch 2 tidak akan bergerak-gerak seperti itu.

Faktor lain yang membuat Ticwatch 2 semakin menarik adalah kompatibilitasnya dengan perangkat Android maupun iOS. Saat ini Mobvoi memasarkannya lewat situs crowdfunding Kickstarter seharga $139 untuk varian termurahnya selama masa early bird. Harga retail-nya diperkirakan berawal di angka $199.

Update Baru untuk Gear S2 Hadirkan Kemampuan Meng-install Aplikasi Langsung dari Smartwatch

Tidak bisa dipungkiri, Samsung Gear S2 merupakan salah satu smartwatch terbaik saat ini, terutama berkat desain serta pengoperasian via bezel berputarnya yang elegan. Dalam beberapa minggu ke depan, Gear S2 bakal jadi lebih menarik lagi berkat software update yang akan dirilis Samsung.

Pembaruan yang paling dinanti-nanti adalah kemampuan untuk meng-install aplikasi langsung dari Gear S2. Sebelum ini, pengguna hanya bisa melakukannya lewat smartphone yang sudah lebih dulu di-pair dengan Gear S2. Hal yang sama juga berlaku untuk meng-install watch face.

Bicara soal watch face, update baru ini juga memungkinkan pengguna Gear S2 untuk memajang koleksi fotonya sebagai watch face, sama seperti yang ditawarkan Apple Watch. Pengguna bisa memilih hingga 10 foto yang berbeda, kemudian Gear S2 akan otomatis menampilkannya secara bergantian setiap kali layarnya menyala.

Pembaruan lainnya mencakup aplikasi kontak terpisah, pengaturan notifikasi dan penyempurnaan S Voice. Nantinya, asisten virtual ini bisa dimanfaatkan untuk berbagai fungsi ekstra, seperti misalnya mengaktifkan timer dengan perintah suara.

Update ini rencananya bakal dirilis dalam waktu dekat, seperti diberitakan oleh SamMobile yang berhasil memperoleh sejumlah screenshot fitur-fitur baru dalam update anyar Samsung Gear S2.

Sumber: SamMobile. Gambar header: Samsung.

Susul Fossil dan Michael Kors, Skagen Luncurkan Jam Tangan Analog Berkemampuan Activity Tracking

Setelah Fossil dan Michael Kors merilis smartwatch-nya masing-masing, kini ganti Skagen yang mencuri perhatian. Brand asal Denmark yang masih di bawah perusahaan induk Fossil Group tersebut memperkenalkan smartwatch perdananya, Hagen Connected.

Sedikit berbeda dari kepunyaan Fossil dan Michael Kors yang memakai sistem operasi Android Wear, Skagen Hagen Connected pada dasarnya merupakan jam tangan analog dengan sejumlah fungsi pintar. Konsepnya lebih mirip seperti yang ditawarkan Withings lewat lini Activite, dimana secara sepintas Anda tidak akan menyangka kalau ia dibekali fitur activity tracking.

Hagen Connected sendiri juga demikian; ia dapat memonitor langkah kaki pengguna, lalu menampilkan progress-nya lewat sebuah dial kecil yang tertanam di wajahnya. Selagi tersambung ke smartphone Android atau iPhone, ia bisa bergetar ketika ada notifikasi yang masuk – pengguna dapat mengatur tipe notifikasi yang hendak diteruskan lewat aplikasi pendampingnya.

Tidak cuma itu, Hagen Connected juga bisa dipakai untuk mengakses sejumlah fungsi smartphone, seperti mengambil foto atau mengontrol jalannya musik lewat tombol yang berada di bagian samping kanannya. Soal baterai, ia tak perlu Anda charge setiap malam sebab baterai yang digunakan adalah baterai kancing standar.

Selain Hagen Connected, Skagen turut memperkenalkan Connected Activty Tracker yang juga dibekali fitur sleep tracking. Perangkat ini mempunyai strap yang bisa dilepas-pasang dan juga menggunakan baterai kancing standar.

Skagen Hagen Connected rencananya akan dipasarkan mulai bulan September seharga $195 dengan empat pilihan strap: dua berbahan kulit, silikon dan stainless steel model jaring. Connected Activity Tracker di sisi lain akan menyusul pada bulan Oktober seharga $95.

Sumber: Wareable.

Bukan Sembarang Headset Bluetooth, Here One Dapat Memanipulasi Suara di Sekitar Secara Real-Time

Tahun lalu, sekumpulan ahli audio engineering yang menamai dirinya Doppler Labs memperkenalkan konsep unik bertajuk augmented hearing. Di balik kompleksitas teknisnya, premis yang ditawarkan sebenarnya cukup simpel, memungkinkan pengguna untuk memanipulasi suara di sekitarnya secara real-time.

Buah pemikiran mereka tersebut digodok hingga akhirnya menjadi suatu perangkat bernama Here Active yang sukses menjalani kampanye crowdfunding di Kickstarter. Setahun berselang, mereka sudah siap meluncurkan versi yang lebih sempurna sekaligus lebih canggih.

Bernama Here One, perangkat ini masih mempertahankan segala kelebihan yang ditawarkan Here Active. Utamanya adalah fitur manipulasi suara itu tadi, yang kini semakin dipoles berdasarkan masukan dari banyak pengguna.

Here One datang bersama aplikasi pendamping untuk membantu pengguna memanipulasi frekuensi suara di sekitarnya / Doppler Labs
Here One datang bersama aplikasi pendamping untuk membantu pengguna memanipulasi frekuensi suara di sekitarnya / Doppler Labs

Penyempurnaannya bisa digambarkan lewat skenario berikut: saat pengguna tengah berada di restoran, mereka dapat ‘menghapus’ frekuensi suara yang berasal dari dentingan gelas dan sendok-garpu, tetapi di saat yang sama mereka masih dapat mendengar suara dentingan gelas ketika bersulang di mejanya sendiri.

Menurut pengakuan Doppler Labs, penyempurnaan ini dimungkinkan berkat hardware baru yang mereka gunakan untuk Here One, mulai dari mikrofon bertipe directional sampai chip DSP (Digital Signal Processor) yang mempunyai kinerja lebih cepat.

Pembaruan lainnya akan terdengar lebih menarik untuk mayoritas konsumen: Here One juga merupakan sebuah headset Bluetooth. Yup, pengguna bisa menggunakannya untuk mendengarkan musik tanpa ada kabel yang menancap ke ponsel, melakukan panggilan telepon, sekaligus berinteraksi dengan Siri dan Google Now.

Akan tetapi yang lebih menarik adalah bagaimana Doppler Labs menerapkan teknologi “Layered Listening” pada Here One. Sederhananya, pengguna Here One bisa mendengarkan musik sekaligus awas terhadap suara di sekitarnya. Fitur ini sangat berguna buat pengguna yang kerap mendengarkan musik selagi bersepeda, dimana mereka bisa langsung ambil tindakan ketika mendengar klakson mobil di belakangnya.

Carrying case milik Here One juga berfungsi sebagai charger / Doppler Labs
Carrying case milik Here One juga berfungsi sebagai charger / Doppler Labs

Menutup semua itu adalah pembaruan pada aplikasi pendamping Here One, dimana pengguna akan menjalani semacam tes pendengaran sehingga perangkat bisa menentukan frekuensi mana yang perlu ditingkatkan, dan mana yang perlu diredam berdasarkan kondisi di sekitar.

Pre-order Here One saat ini sudah dibuka seharga $300, cuma selisih $50 dari pendahulunya. Ia tersedia dalam pilihan warna hitam atau putih.

Sumber: TechCrunch.

Berbekal Sensor Canggih, Wearable Device Sleepman Pastikan Tidur Anda Berkualitas

Buruknya kualitas tidur malam memberikan dampak negatif bagi mood, produktivitas dan kreativitas. Jika gangguan tidur terjadi berlarut-larut, masalah kesehatan kronis akan segera menyerang. Mungkin Anda sudah tahu, insomnia umumnya disebabkan oleh rasa lelah berlebihan dan stres. Hal inilah yang ingin disingkirkan tim Avantechs lewat kreasi baru mereka.

Melalui situs crowdfunding, developer dari Colorado itu memperkenalkan Sleepman, sebuah perangkat wearable activity tracker yang difokuskan pada aspek kesehatan. Ia bukan sekedar smartwatch ataupun smart alarm, Sleepman mengoptimalkan mutu tidur, membangunkan Anda di saat yang tepat, serta menyediakan data lengkap terkait pola tidur. Device juga akan mengingatkan jika kita kehilangan konsentrasi atau tertidur saat berkendara.

Sleepman

Meski perangkat pelacak tidur telah banyak tersedia, Sleepman bekerja dengan metode unik. Device dikenakan layaknya smartwatch, namun ia mampu memonitor aktivitas otak melalui sensor EDA (electro-dermal activity). Sleepman mengumpulkan data sinyal biologis otak via algoritma khusus secara akurat; dapat mengetahui apakah Anda sedang terjaga, bermimpi, tidur ringan, atau benar-benar terlelap.

Keunggulan utama Sleepman adalah kemampuan menentukan waktu sempurna buat membangunkan user. Supaya bisa merasa segar, pada dasarnya Anda harus terjaga di tingkatan tidur yang benar, karena jika tidak, kita malah merasa kaget dan linglung. Teknologi dalam Sleepman terus menerus mengawasi tubuh, dapat mengetahui kapan Anda berada di level tidur paling ringan, lalu membangunkan Anda dalam jeda waktu 20 menit dari alarm.

Sleepman 1

Uniknya lagi, Sleepman juga bisa membantu Anda melakukan power nap – tidur siang singkat buat mengembalikan kesegaran, memori dan kewaspadaan. Ada syarat agar tujuan dari aktivitas ini terpenuhi: durasi tidur siang harus kurang dari 20 menit, dan Anda harus bangun di momen yang benar. Jika sampai masuk ke tahap deep sleep, efeknya malah menyebabkan kita merasa lelah.

Dengan mengamati sinyal badan ketika tidur siang, Sleepman akan segera menyadarkan Anda sebelum ‘terjerumus’ ke level tidur lelap, dan Anda tidak perlu bingung menentukan alarm. Selain itu, device juga bertugas mengurangi insiden di jalan raya akibat pengemudi mengantuk. Jika mendeteksi turunnya konsentrasi tubuh, Sleepman segera menotifikasi user melalui getaran, suara serta cahaya; mengingatkan mereka untuk berhenti dan beristirahat.

Tim Avantech Inc belum lama melangsungkan kampanye pengumpulan dana di Kickstarter. Di sana, Anda bisa membeli versi Early Bird Sleepman seharga hanya US$ 100 (harga retail-nya adalah US$ 250). Produk rencananya mulai didistribusi pada bulan November 2016 nanti.