Tap Strap Sulap Tangan Anda Menjadi Keyboard Bluetooth

Di tahun 2016 ini, tentunya sebagian besar dari populasi manusia sudah terbiasa mengetik menggunakan layar sentuh. Namun metode seperti itu pastinya kurang efektif saat diterapkan pada perangkat dengan layar berukuran kecil, smartwatch misalnya. Maka dari itu, kita pun beralih ke metode mengetik menggunakan perintah suara.

Akan tetapi perintah suara bukanlah satu-satunya alternatif, masih ada solusi lain yang tidak kalah simpel sekaligus efektif digunakan pada semua perangkat dalam berbagai ukuran. Namanya Tap Strap, dan ia merupakan sebuah wearable keyboard yang akan mengubah tangan Anda menjadi sebuah keyboard Bluetooth.

Tap Strap memiliki wujud seperti brass knuckle atau roti kalung, dengan lubang untuk tiap-tiap jari pengguna. Ia terbuat dari material kain yang fleksibel yang telah ditanami sejumlah sensor untuk mendeteksi pergerakan jari-jari penggunanya.

Setelah dikenakan dan di-pair dengan smartphone, tablet atau smartwatch, Tap Strap siap digunakan selama tangan Anda berada pada suatu permukaan. Permukaan tersebut tak harus datar, bahkan paha Anda sendiri pun bisa dijadikan alas mengetik.

Tap Strap terbuat dari material kain yang fleksibel / Tap Systems Inc.
Tap Strap terbuat dari material kain yang fleksibel / Tap Systems Inc.

Cara kerja Tap Strap sebenarnya cukup simpel, dengan catatan pengguna mau mempelajarinya. Tiap-tiap jari mewakili huruf hidup, sedangkan konsonan diwakili oleh kombinasi sejumlah jari. Contohnya: sentuhkan jempol kanan ke paha, maka huruf “A” akan muncul di layar perangkat, sentuhkan jempol dan telunjuk secara bersamaan, maka huruf “N” yang muncul.

Pengguna memang perlu sedikit menghafalkan pola dan kombinasi jari yang diperlukan untuk tiap-tiap huruf. Tap Strap sendiri datang bersama sebuah aplikasi pendamping yang akan mengajari semua ini dengan cara yang menyenangkan, memadukan panduan visual dan musikal.

Untuk sekarang Tap Strap masih dalam fase pengujian bersama sejumlah pengguna terpilih, akan tetapi pengembangnya berharap bisa segera memasarkan Tap Strap ke publik sebelum akhir tahun 2016 ini juga. Sayang sejauh ini masih belum ada yang bisa memperkirakan banderol harganya.

Sumber: The Verge dan PR Newswire.

Inilah Bocoran Foto Samsung Gear Fit 2 dan Gear IconX

Rumor beredar bahwa Samsung tengah bersiap meluncurkan dua perangkat baru dari lini Gear-nya, yakni Gear Fit 2 dan Gear IconX. Kabar tersebut semakin diperkuat dengan adanya sejumlah bocoran foto perangkat yang beredar di internet.

Bocoran foto-foto di atas diterima oleh situs VentureBeat dari seorang penguji – Gear Fit 2 di sebelah kanan, sedangkan Gear IconX di sebelah kiri. Spesifikasi lengkap Gear Fit 2 belum terungkap, namun bisa dilihat bahwa wujudnya tidak jauh berubah dari versi sebelumnya yang dirilis di tahun 2014 lalu, yang tidak lain merupakan pionir perangkat wearable berlayar melengkung.

Menurut keterangan dari sang pembocor foto, Gear Fit versi baru ini sedikit lebih melengkung sekaligus lebih nyaman dikenakan. Perubahan lain yang cukup mencolok adalah kehadiran chip GPS, yang tentunya dapat meningkatkan akurasi dari fitur tracking yang berbasis jarak.

Gear Fit 2 diklaim lebih nyaman digunakan ketimbang pendahulunya / VentureBeat
Gear Fit 2 diklaim lebih nyaman digunakan ketimbang pendahulunya / VentureBeat

Kalau Gear Fit 2 merupakan suksesor, lain halnya dengan Gear IconX. Ini merupakan produk yang benar-benar baru dari Samsung, yakni sebuah headset Bluetooth yang tidak mengemas kabel sama sekali – tiap earpiece-nya bisa langsung dijejalkan ke dalam telinga tanpa harus tersambung satu sama lain.

Tahan debu dan air, IconX rupanya juga berfungsi sebagai sebuah fitness tracker sekaligus alat pemutar musik terpisah. Yup, ia dibekali storage berkapasitas 4 GB, yang berarti pengguna dapat mendengarkan lagu tanpa harus menyambungkannya terlebih dulu dengan smartphone.

Kontrolnya mengandalkan panel sentuh yang tertanam di masing-masing earpiece. Ia datang bersama sebuah case mirip kotak kacamata yang merangkap sebagai charger. Kalau asumsi saya benar, case ini mengemas unit baterai untuk menyimpan sejumlah daya layaknya power bank sehingga charging perangkat dapat dilakukan di mana saja.

Mengingat semua ini baru sebatas rumor dan bocoran, tentunya belum ada kepastian mengenai kapan Samsung akan merilisnya maupun berapa banderol harganya. Mungkin saja Samsung menyimpannya untuk event IFA di bulan September nanti, atau malah bisa lebih cepat dari itu.

Sumber: VentureBeat.

Berkat Update Baru, Pebble Kini Jadi Fitness Tracker yang Lebih Mumpuni

Bulan Desember lalu, Pebble merilis sistem activity dan sleep tracking perdananya yang dijuluki Pebble Health. Keputusan itu tentunya mendapat respon positif dari para konsumen, mengingat Pebble sebelumnya hanya mengandalkan sistem besutan developer pihak ketiga saja.

Selang beberapa bulan, kini Pebble sudah siap meluncurkan update yang membawa sejumlah fitur baru untuk Pebble Health, sekaligus menjadikan smartwatch Pebble sebagai fitness tracker yang lebih mumpuni – paling tidak semakin mendekati reputasi Fitbit.

Aplikasi pendamping Pebble kini punya tab Health baru dengan tampilan komprehensif / Pebble
Aplikasi pendamping Pebble kini punya tab Health baru dengan tampilan komprehensif / Pebble

Berkat update baru ini, pengguna sekarang bisa mendapat gambaran yang lebih lengkap dan jelas terkait aktivitas dan pola tidurnya sehari-hari melalui aplikasi pendamping Pebble di smartphone. Mereka bisa membandingkan aktivitas hari ini dengan yang kemarin, minggu lalu atau bahkan bulan lalu guna mengukur efektivitasnya.

Ringkasan data activity dan sleep tracking harian juga akan dikirim menuju ke smartwatch agar mudah dipantau oleh pengguna, lengkap beserta sejumlah tips yang bermanfaat. Lebih menarik lagi, Pebble Health kini bisa mendeteksi dan memonitor kegiatan berjalan atau berlari secara otomatis tanpa menunggu input pengguna.

Fitur Smart Alarm untuk Pebble Time akan mengidentifikasi fase tidur pengguna dan mengaktifkan alarm yang relevan / Pebble
Fitur Smart Alarm untuk Pebble Time akan mengidentifikasi fase tidur pengguna dan mengaktifkan alarm yang relevan / Pebble

Khusus untuk pengguna Pebble Time, update ini juga menghadirkan fitur Smart Alarm yang akan mencoba mengidentifikasi apakah Anda sedang berada dalam fase deep sleep atau sudah hampir bangun. Seandainya sudah hampir bangun, alarm akan berdering 30 menit lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan agar Anda bisa bangun lebih segar.

Untuk pengguna Pebble yang ingin menikmati fitur-fitur baru ini, silakan update aplikasi pendampingnya di iPhone atau Android ke versi 3.12, selanjutnya update firmware milik smartwatch ke versi 3.12 juga.

Sumber: The Verge dan Pebble Blog.

Bukan Cuma Strap-nya, Bodi Smartwatch Ini Juga Bisa Dilepas-pasang

Sebagian besar smartwatch yang ada di pasaran mengusung desain strap yang mudah dilepas-pasang demi memenuhi hasrat kustomisasi para penggunanya yang beragam. Namun di mata perusahaan asal Kanada, Henlen Watches, kustomisasi strap saja tidak cukup. Dari situlah mereka datang dengan ide smartwatch yang bisa dilepas-pasang bodi atau casing-nya.

Yup, lini smartwatch Henlen Origin Series ini unik karena pengguna bebas melepas casing stainless steel-nya dan menggantinya dengan warna sekaligus bentuk lain, semudah mengganti strap-nya. Rahasianya ada pada konsep desain dan penempatan komponen internal pada satu modul berwujud kancing pipih.

Modul ini mudah sekali dilepas dan diselipkan ke dalam beragam casing yang ditawarkan oleh Henlen. Di dalamnya bernaung layar AMOLED 1,39 inci beresolusi 400 x 400 pixel yang dilapisi oleh kaca Gorilla Glass, prosesor dual-core 1,2 GHz besutan Mediatek, RAM 572 MB, storage internal 4 GB, baterai 450 mAh dan sensor laju jantung.

Henlen Origin Series menjalankan sistem operasi Android versi modifikasi, bukan Android Wear / Henlen Watches
Henlen Origin Series menjalankan sistem operasi Android versi modifikasi, bukan Android Wear / Henlen Watches

Sistem operasinya bukan Android Wear, melainkan Android versi modifikasi dengan tampilan yang sederhana namun menyimpan informasi yang tersusun rapi. Filosofi yang diterapkan Henlen adalah, pengguna tak perlu lebih dari tiga detik untuk mengakses semua informasi yang dibutuhkan saat menengok ke arah smartwatch di jam-jam sibuk.

Smartwatch besutan Henlen ini kompatibel dengan smartphone Android maupun iPhone. Seperti biasa, aplikasi pendampingnya berfungsi untuk menyesuaikan beragam pengaturan, termasuk mengganti watch face dan mengakses toko online Henlen guna melihat-lihat bodi atau strap baru apa saja yang bakal tersedia.

Henlen Origin Series datang dalam dua varian desain: Commander dan Covert / Henlen Watches
Henlen Origin Series datang dalam dua varian desain: Commander dan Covert / Henlen Watches

Henlen sendiri menawarkan dua model desain: Commander dan Covert. Commander tampak sporty dan kokoh, dengan pilihan warna casing hitam dan silver. Covert di sisi lain mempertahankan rancangan jam tangan klasik, dengan perpaduan casing berwarna hitam atau rose gold dan strap berbalut kulit.

Sejauh ini Henlen Origin Series terdengar cukup menjanjikan, itulah mengapa pihak pengembangnya berharap kampanye crowdfunding-nya di Kickstarter bisa mengundang banyak peminat. Buat yang tertarik, satu unitnya bisa dipesan seharga $225, mencakup modul utama, satu casing dan strap.

Sumber: Wareable.

Garmin Luncurkan Vivomove, Arloji Analog Berkemampuan Activity Tracking

Seiring berjalannya waktu, pabrikan semakin mengerti bahwa tidak semua konsumen menginginkan smartwatch. Sebagian mungkin hanya membutuhkan gelang pintar, sebagian lain belum bisa lepas dari jam tangan tradisional, dan sisanya mungkin mendambakan sebuah arloji premium dengan fitur activity tracking.

Pabrikan asal Perancis, Withings, sebelumnya sudah memulai tren arloji analog berkemampuan activity tracking lewat lini Activité. Namun kini Garmin sudah siap dengan pesaingnya yang dijuluki Vivomove.

Fisik Vivomove sengaja dirancang seelegan mungkin, mengingat ia memang merupakan sebuah jam tangan analog dengan tiga jarum penunjuk waktu. Ia hadir dalam tiga varian: Vivomove Sport, Vivomove Classic dengan strap kulit, dan Vivomove Premium dengan bodi stainless steel dan strap kulit.

Jika dilihat sepintas, Anda mungkin tidak menyadari kalau jam tangan ini menyimpan fitur pintar ala activity tracker pada umumnya. Di antara angka 8 dan 10, terdapat sebuah garis indikator hitam yang akan terisi selagi pengguna menjalani aktivitas dan mendekati target hariannya.

Di sisi sebaliknya, hadir garis indikator merah yang akan terisi ketika pengguna sudah terlalu lama duduk diam. Warna merah yang mencolok akan menjadi pengingat yang efektif bagi pengguna untuk terus bergerak demi kebugaran tubuhnya sendiri.

Garmin Vivomove hadir dalam tiga varian: Sport, Classic dan Premium / Garmin
Garmin Vivomove hadir dalam tiga varian: Sport, Classic dan Premium / Garmin

Selain memonitor aktivitas, Vivomove juga siap memonitor pola dan kualitas tidur penggunanya. Semua data yang dikumpulkan akan disinkronisasikan secara otomatis dengan aplikasi Garmin Connect di smartphone untuk dievaluasi lebih lanjut.

Selebihnya, Vivomove menyimpan segala kebaikan yang kita kenal dari jam tangan tradisional, seperti misalnya ketahanan air hingga 50 meter dan daya tahan baterai sampai setahun nonstop, tidak lupa juga desain menawan ala arloji buatan Swiss.

Garmin Vivomove akan dipasarkan seharga $150 untuk varian Sport, $200 untuk varian Classic, dan $300 untuk varian Premium. Mengikuti tren terkini, varian Classic dan Premium-nya juga hadir dalam aksen warna emas dan rose gold. Ia pun juga kompatibel dengan strap arloji standar berukuran 20 mm.

Sumber: Garmin.

Google Luncurkan MODE, Strap Smartwatch dengan Mekanisme Lepas-Pasang yang Sangat Mudah

Meski menawarkan opsi kustomisasi lewat strap yang bisa dilepas-pasang, nyatanya tiap-tiap smartwatch Android Wear punya mekanisme yang agak berbeda satu sama lain. Google pun mencoba menawarkan sebuah solusi universal yang bisa diaplikasikan pada mayoritas smartwatch Android Wear.

Bekerja sama dengan Hadley-Roma, mereka memperkenalkan MODE, sebuah lini aksesori (strap) untuk smartwatch Android Wear dengan konsep “snap-and-swap”. Konsep ini menarik karena apapun smartwatch Android Wear yang Anda pakai – selama ia kompatibel – mekanisme pelepasan dan pemasangan strap-nya sama persis.

MODE terdiri dari dua bagian. Yang pertama adalah sebuah batang kecil yang dipasangkan pada sisi atas dan bawah smartwatch. Batang tersebut menjadi cantolan untuk strap. Strap-nya sendiri dilengkapi mekanisme pengait yang bisa dikunci atau dilepas dengan satu klik saja.

Mekanisme lepas-pasang strap MODE pada smartwatch Android Wear / Google
Mekanisme lepas-pasang strap MODE pada smartwatch Android Wear / Google

MODE datang dalam empat pilihan ukuran: 16 mm, 18 mm, 20 mm dan 22 mm. Ia kompatibel dengan Moto 360 2nd Gen, Asus ZenWatch dan ZenWatch 2, Huawei Watch, LG Watch Urbane dan G Watch R, serta Samsung Gear Live. Menariknya, MODE juga diklaim kompatibel dengan arloji biasa.

Sayangnya sejauh ini MODE baru tersedia untuk pasar Amerika Serikat saja. Harganya berkisar antara $50 – $60, tergantung materialnya, apakah silikon atau kulit. Di saat yang sama, Google juga membuka kesempatan bagi brand luar yang tertarik menciptakan rancangan strap MODE versinya sendiri.

Sumber: Android Blog.

Pavlok Shock Clock Akan Menyetrum untuk Hilangkan Kebiasaan Buruk Menekan Tombol Snooze

Bangun pagi dengan bantuan alarm kiranya sudah menjadi kebiasaan hampir semua umat manusia. Namun yang juga menjadi kebiasaan buruk sebagian besar adalah menekan tombol snooze. Alhasil, sia-sia kita mengeset alarm jam 6 pagi kalau kita baru beranjak dari atas kasur jam 7.

Menurut pemikiran sebuah startup bernama Pavlok, getaran dan suara saja tidak cukup untuk membuat kita sadar diri dan beranjak dari kasur. Untuk itu, mereka mengembangkan sebuah perangkat bernama Shock Clock, yang tugasnya menyetrum pergelangan tangan di pagi hari.

Aliran listrik ini tentunya tidak akan terasa sakit luar biasa, namun cukup untuk membuat kita sadar bahwa sudah saatnya untuk bangun dan bersiap menjalani hari yang produktif.

Cara penggunaannya cukup sederhana. Anda membutuhkan aplikasi pendampingnya di perangkat Android atau iOS, tak hanya untuk menentukan jam bangun, tetapi juga menentukan cara untuk membangunkan. Anda bisa memilih hanya berupa getaran saja, suara saja, atau langsung disetrum tanpa basa-basi.

Atau kalau mau yang lebih efektif, alarm akan aktif dengan getaran lebih dulu, lalu lanjut bersuara, dan terakhir menyetrum. Untuk mematikan alarm, cukup tekan tombol pada Shock Clock selama beberapa detik. Lalu apa yang terjadi jika Anda tidur lagi? Eits, masih ada senjata rahasianya.

Modul Pavlok Shock Clock bisa dilepas untuk di-charge memakai kabel micro USB / Pavlok
Modul Pavlok Shock Clock bisa dilepas untuk di-charge memakai kabel micro USB / Pavlok

Senjata rahasia tersebut datang dalam wujud fitur Snooze Lock. Gampangnya, Shock Clock dibekali sensor pengenal gerakan, jadi ia bisa tahu ketika Anda kembali tidur lagi, dan alarmnya pun akan aktif kembali, menyetrum kembali. Dengan kata lain, setelah bangun Anda diminta untuk berdiri dan berjalan.

Tujuan akhir yang ingin dicapai Pavlok lewat Shock Clock adalah membentuk kebiasaan bangun pagi. Jadi seiring penggunaan, harapannya Anda tidak harus menunggu disetrum untuk bangun. Mungkin di hari ketiga atau keempat, Anda sudah bisa langsung beranjak dari kasur ketika merasakan getaran dari Shock Clock.

Saat ini Pavlok Shock Clock ditawarkan lewat situs crowdfunding Indiegogo. Harganya selama masa early bird dipatok $89, dan konsumen bisa memilih satu dari lima pilihan warna: hitam, abu-abu, biru, merah dan pink.

Berkat Band Adapter, Samsung Gear S2 Kini Kompatibel dengan Strap Arloji Standar

Estetika dan kustomisasi merupakan dua elemen penting yang harus ditawarkan smartwatch di samping fungsionalitas. Itulah mengapa pabrikan smartwatch tidak segan berkolaborasi dengan sosok ternama di dunia fashion. Kalau Apple bekerja sama dengan Hermes, Samsung menggandeng maestro desain asal Itali, Alessandro Mendini.

Akan tetapi inisiatif tersebut rupanya masih belum cukup. Kini Samsung punya cara lain untuk memberikan opsi kustomisasi yang lebih lengkap bagi para pengguna Gear S2 dalam wujud Band Adapter.

Sesuai namanya, aksesori ini dirancang supaya Gear S2 bisa kompatibel dengan strap arloji standar yang berukuran 20 mm. Band Adapter terbuat dari material stainless steel yang kokoh, dan dua pilihan warnanya menjadikan ia makin serasi dengan Gear S2.

Cara pemakaian Gear S2 Band Adapter / Samsung
Cara pemakaian Gear S2 Band Adapter / Samsung

Cara pemakaiannya pun sangat mudah: lepas strap asli milik Gear S2, lalu tancapkan Band Adapter di masing-masing sisi Gear S2. Dari situ pengguna tinggal mengaitkan strap arloji standar maupun strap milik Gear S2 Classic yang hendak dipakai dengan mudah.

Sejauh ini Gear S2 Band Adapter baru dipasarkan di tiga negara saja, yakni Jerman, Singapura dan Afrika Selatan, namun Samsung berjanji untuk membawanya ke lebih banyak kawasan dalam waktu dekat.

Sumber: Samsung.

Dengan Face Maker, Anda Bisa Merancang Watch Face Langsung dari Smartwatch Android Wear

Dibanding Apple Watch, smartwatch Android Wear lebih unggul soal personalisasi berkat kebebasan menciptakan watch face kreasi sendiri. Selama ini, kita sudah bisa merancang watch face sendiri menggunakan aplikasi mobile atau desktop, namun developer Ustwo berpendapat harus ada cara yang lebih simpel.

Kalau Anda merasa tidak asing dengan nama Ustwo, mereka adalah developer di balik game fenomenal Monument Valley dan Land’s End. Reputasinya di bidang desain sudah tidak perlu diragukan lagi, dan hal itu kembali dibuktikan lewat aplikasi bernama Face Maker ini.

Face Maker adalah sebuah aplikasi Android Wear untuk merancang watch face kreasi Anda sendiri. Keunggulan utamanya adalah, pengguna bisa membuat rancangan langsung di smartwatch hanya dengan sejumlah sentuhan dan gesture swipe.

Ustwo Face Maker
Dua desain awal pada Face Maker yang bisa diulik lebih lanjut / Ustwo

Ustwo ingin memastikan bahwa watch face buatan pengguna tidak akan kelihatan jelek. Maka dari itu, mereka telah menyediakan sepasang desain awal bertajuk “Classic” dan “Trio”. Dari situ pengguna bisa mengopreknya lebih lanjut, mengganti jarum penunjuknya, jenis font yang dipakai, warna latar dan masih banyak lagi.

Secara total diperkirakan ada 2.800 kombinasi desain yang bisa diterapkan, dan Ustwo berjanji untuk menambah variasinya lebih lagi seiring berjalannya waktu. Tak hanya mengedepankan aspek estetika, Ustwo turut menjamin bahwa pengguna bisa memantau informasi yang ditampilkan dengan mudah pada watch face kreasinya masing-masing.

Face Maker kompatibel dengan seluruh smartwatch yang menjalankan sistem operasi Android Wear, mulai dari yang lawas sampai yang terbaru. Kalau tertarik, silakan unduh langsung aplikasinya secara cuma-cuma di Google Play.

Sumber: Ustwo via Wareable.

Adidas Ciptakan Fitness Tracker Khusus untuk Murid Sekolah

Adidas memang sudah menjadikan Runtastic sebagai anak perusahaannya yang bergerak di bidang teknologi wearable, namun hal itu rupanya belum bisa menghentikan komitmen sang pabrikan asal Jerman untuk terus mengaplikasikan kemajuan teknologi demi mendorong konsumennya menjalani gaya hidup yang lebih sehat.

Bermitra dengan Interactive Health Technologies (IHT), sebuah perusahaan penyedia platform terhubung untuk pendidikan olahraga, keduanya memperkenalkan Adidas Zone. Zone merupakan sebuah fitness tracker berfisik tangguh yang dirancang secara spesifik untuk kebutuhan murid sekolah dalam menjalani kegiatan olahraga di institusinya masing-masing.

Fungsi utama Zone adalah memonitor laju jantung pengguna selama mereka beraktivitas. Data-data ini kemudian akan disimpan dalam kurikulum berbasis cloud yang dapat diakses dengan mudah oleh para pengajar. Dari situ, pengajar dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan yang lebih personal, menyesuaikan dengan kebutuhan siswa secara individual.

Adidas Zone

Sinkronisasi data berlangsung via NFC, dan para siswa sendiri bisa memantau laju jantungnya selama berlatih pada layar milik Zone. Adidas tidak mengungkapkan secara merinci seberapa tahan daya baterai Zone, namun ia dipastikan bisa terus beroperasi mengikuti jadwal sibuk di sekolah.

Soal ketersediaan, Adidas bersama IHT akan bekerja sama langsung dengan institusi-institusi pendidikan yang tertarik. Sejauh ini baru sekolah-sekolah di Amerika Serikat saja yang bisa menikmati Zone. Namun hal ini tentunya tidak menutup kemungkinan bagi Adidas untuk mengekspansi program serupa di kawasan lain, apalagi jika dampaknya terhadap kesehatan siswa ternyata cukup signifikan.

Sumber: Wareable dan Adidas.