Razer Wolverine Ultimate Jadi Controller Xbox One Pertama yang Dibekali Pencahayaan RGB

Produsen peripheral Razer kembali hadir dengan produk baru untuk memanjakan gamer console. Setelah sebelumnya merilis headset wireless Thresher Ultimate untuk PS4 dan Xbox One, kini giliran Razer memperkenalkan controller baru buat console Microsoft itu.

Dijuluki Razer Wolverine Ultimate, ia bukan sembarang controller, melainkan yang pertama kalinya dibekali sistem pencahayaan RGB. Lewat controller ini, Razer sejatinya sudah resmi memperluas eksistensi sistem Chroma-nya ke ranah console, sehingga akhirnya tidak cuma gamer PC saja yang bisa pamer peripheral warna-warni.

Estetika memang menjadi nilai jual utama controller yang mendapat lisensi resmi dari Microsoft ini, akan tetapi kinerjanya sebenarnya juga tidak kalah jika dibandingkan dengan, misalnya Razer Wildcat. Pada kenyataannya, Razer mengklaim Wolverine sebagai controller yang paling customizable, dan ini bukan cuma untuk sistem pencahayaannya saja.

Razer Wolverine Ultimate

Bagian D-Pad misalnya, bisa diganti dengan model lain yang tombol-tombolnya menyatu, sedangkan stik analognya bisa ditukar dengan yang berbentuk lain dan dengan tingkat ketinggian yang berbeda. Total ada enam bumper dan trigger yang tersedia pada Wolverine, yang semuanya bisa diprogram sesuai kebutuhan. Semuanya bisa diadaptasikan dengan gaya bermain masing-masing pengguna.

Razer berencana memasarkan Wolverine Ultimate mulai kuartal keempat tahun ini, dengan kisaran harga $160. Selain untuk Xbox One, tentu saja controller ini juga kompatibel dengan PC.

Sumber: Razer.

SteelSeries Luncurkan Dua Mouse Gaming Hasil Kolaborasinya dengan SumaiL

SteelSeries, produsen mouse gaming pilihan bintang muda Dota 2 SumaiL, baru saja memperkenalkan dua mouse baru yang diklaim benar-benar didedikasikan untuk para atlet esport. Keduanya adalah Sensei 310 dan Rival 310, dan masing-masing didesain dengan memperhatikan masukan dari sang anggota tim Evil Geniuses tersebut.

Keunggulan utama kedua mouse ini terletak pada sensor optik yang digunakannya. Sensor bernama TrueMove3 yang dikembangkan SteelSeries bersama PixArt ini memiliki spesifikasi 12.000 counts per inch (CPI) dan 350 inches per second (IPS), tapi angka-angka ini sebenarnya belum bisa menggambarkan kapabilitas aslinya.

SteelSeries Sensei 310 / SteelSeries
SteelSeries Sensei 310 / SteelSeries

SteelSeries mengklaim TrueMove3 sanggup menawarkan pengalaman tracking satu banding satu dalam rentang 100 sampai 3.500 CPI. Artinya, jarak yang ditempuh mouse di atas mousepad akan sama persis dengan jarak yang ditempuh kursor di layar, tanpa ada gangguan latency, interpolasi maupun pengaruh terhadap fitur jitter reduction.

Di atas 3.500 CPI, keduanya diyakini masih bisa beroperasi tanpa terasa laggy. SumaiL sendiri mengaku bahwa dia berhasil memenangkan sejumlah turnamen LAN dengan menggunakan prototipe Sensei 310 sejak awal tahun ini.

Selebihnya, kedua mouse sama-sama dibekali switch Omron yang diklaim tahan hingga 50 juta klik, plus grip di kiri-kanan yang terbuat dari silikon murni guna meningkatkan kenyamanan. Prosesor ARM 32-bit dipercaya agar profil pengaturan pengguna – lengkap sampai efek pencahayaan RGB-nya – tetap tersimpan meski digunakan bersama komputer lain.

SteelSeries Rival 310 / SteelSeries
SteelSeries Rival 310 / SteelSeries

Yang membedakan kedua mouse ini adalah desainnya: Sensei 310 mengadopsi desain ambidextrous, sedangkan Rival 310 ditargetkan untuk pengguna tangan kanan – keduanya sama-sama berbobot sekitar 90 gram. Untuk Sensei 310, total ada 8 tombol yang bisa diprogram sesuai kebutuhan, sedangkan Rival 310 hanya punya 6 tombol.

Tentu saja Anda butuh lebih dari sekadar mouse untuk bisa menjadi jagoan Dota 2 seperti SumaiL. Namun seandainya Anda tertarik, SteelSeries Sensei 310 dan Rival 310 saat ini sudah dipasarkan seharga $70.

Sumber: VentureBeat.

Mouse Gaming Asus ROG Pugio Andalkan Tombol Samping dan Switch Modular

Mouse tipe ambidextrous adalah solusi pabrikan atas upayanya untuk tidak mendiskriminasikan pengguna kidal sekaligus tidak merugi akibat penjualan mouse kidal yang sedikit. Sayang tidak semua mouse ambidextrous nyaman digunakan, terutama akibat kehadiran tombol ekstra di kiri-kanan yang sering terklik tanpa sengaja.

Menurut Asus, mereka punya solusi yang lebih efektif dalam wujud mouse ambidextrous dengan tombol samping modular. Modular berarti bisa dilepas-pasang, dan mekanismenya sangat mudah karena mengandalkan magnet. Kalau Anda hanya perlu tombol di sebelah kiri, lepas saja tombol di samping kanan mouse bernama ROG Pugio ini, demikian pula sebaliknya untuk pengguna bertangan kidal.

Asus ROG Pugio

Asus memang bukan yang pertama menerapkan fitur semacam ini; Logitech G900 turut dibekali mekanisme lepas-pasang tombol samping yang serupa. Maka dari itu, Asus sudah menyiapkan fitur lain yang tak kalah menarik, yakni switch tombol yang juga bisa dilepas-pasang dengan mudah.

Mengganti switch milik mouse ini hanya memerlukan tiga langkah: 1) lepas keempat sekrup di bagian bawah mouse, 2) buka mouse dengan menarik penutupnya ke atas, 3) lalu tinggal lepas switch-nya satu per satu – memasangnya pun tidak lebih rumit dari melepasnya.

Asus ROG Pugio

Pugio datang dengan switch Omron D2FC-F-K (buatan Tiongkok) yang tahan sampai 50 juta klik, tapi Asus turut membekalinya dengan switch cadangan Omron D2F–01F (buatan Jepang) – plus Pugio juga kompatibel dengan sejumlah switch Omron model lainnya. Jadi selain bisa memperpanjang umur mouse dengan mengganti switch-nya, pengguna sejatinya juga bisa memilih switch dengan resistensi yang paling pas untuknya.

Soal performa, Asus ROG Pugio didukung oleh sensor optik beresolusi maksimum 7.200 DPI, dan sensitivitasnya dapat diganti menggunakan tombol di bawah scroll wheel. Tentu saja, mouse ini tak akan lengkap tanpa sistem pencahayaan RGB, dan yang tertarik sudah bisa meminangnya seharga $90.

Sumber: PC Gamer.

Pakai Keyboard Microsoft Ini, Anda Tak Perlu Lagi Masukkan Password

Microsoft diam-diam mengumumkan keyboard Bluetooth yang sangat menarik. Dijuluki Microsoft Modern Keyboard, ia merupakan penerus dari Surface Keyboard yang dibundel bersama Surface Studio. Penampilannya tergolong identik, akan tetapi ada satu pembaruan yang sangat penting, yaitu integrasi pemindai sidik jari.

Fingerprint sensor ini Microsoft sembunyikan di balik sebuah tombol di antara tombol Alt dan Ctrl di sebelah kanan yang biasanya dihuni oleh tombol Windows kedua. Memanfaatkan fitur Windows Hello, Anda sejatinya bisa masuk ke Windows ataupun sejumlah website hanya dengan meletakkan jari Anda di atas tombol tersebut, tanpa perlu mencantumkan password sama sekali.

Menariknya, keyboard ini ternyata juga kompatibel dengan perangkat non-Windows, Android atau macOS misalnya, asalkan perangkat dilengkapi konektivitas Bluetooth 4.0. Baru juga dibandingkan pendahulunya adalah opsi untuk menggunakannya dengan kabel, dan pairing pun akan otomatis berlangsung saat ia ditancapkan pertama kali ke perangkat.

Microsoft Modern Keyboard

Seperti yang saya bilang, desainnya hampir tidak berubah dibanding Surface Keyboard. Kerangka keyboard masih terbuat dari aluminium yang terasa kokoh dan berat, bahkan Microsoft mengklaimnya sangat tahan banting. Layout tombol-tombolnya pun juga sama dan masih bergaya chiclet.

Belum ada jadwal pemasaran pasti untuk Microsoft Modern Keyboard selain “segera”. Harganya dipatok $130.

Sumber: Engadget dan The Verge.

Headset Wireless Razer Thresher Ultimate Didedikasikan untuk Gamer Console

Di depan pengunjung E3 2017, Razer memperkenalkan headset wireless baru yang mereka rancang secara spesifik untuk Xbox One maupun PlayStation 4. Dijuluki Razer Thresher Ultimate, headset ini bakal hadir dalam dua varian desain: satu dengan aksen warna biru untuk pengguna PS4, dan satu lagi dengan aksen warna hijau untuk pengguna Xbox One.

Yang membuat headset ini unik dibanding headset wireless lain adalah sebuah charging stand yang ternyata juga berfungsi sebagai pemancar sinyal wireless 2,4 GHz. Dibandingkan adapter USB kecil yang mendampingi headset wireless pada umumnya, charging stand ini bisa memberikan koneksi yang tetap stabil hingga jarak sejauh 12 meter, menyesuaikan dengan kebiasaan gamer console yang duduk lebih jauh dari layar ketimbang gamer PC.

Razer Thresher Ultimate

Kendati demikian, kedua varian Thresher Ultimate tetap kompatibel dengan PC, dan pengguna bisa memakainya bersama kabel audio standar. Charging stand yang datang bersamanya juga sudah pasti menjadi nilai plus buat para gamer PC.

Desainnya sendiri menekankan pada aspek kenyamanan, dengan headband bergaya split dan bantalan memory foam – juga tersedia varian lain dengan bantalan berisikan gel pendingin. Mikrofonnya bisa disembunyikan saat tidak diperlukan, dan secara keseluruhan bobotnya tidak melebihi 408 gram.

Razer Thresher Ultimate

Performanya ditunjang oleh sepasang driver berdiameter 50 mm, masing-masing dengan respon frekuensi 12 – 28.000 Hz dan dukungan teknologi surround 7.1 besutan Dolby. Baterainya diperkirakan bisa bertahan selama 16 jam, dengan waktu charging sekitar 4 jam.

Headset ini rencananya akan dipasarkan secara global mulai bulan Juli mendatang seharga $250, baik untuk varian Xbox One maupun PS4-nya.

Sumber: Razer.

Logitech PowerPlay Adalah Mousepad Sekaligus Wireless Charger

Mouse gaming wireless tentu saja menawarkan kenyamanan ekstra dibanding mouse gaming biasa. Namun masalahnya selalu soal baterai; tidak ada satu pun gamer yang mau mouse-nya kehabisan daya di tengah-tengah sesi gaming. Beruntung Logitech punya solusi yang sangat menarik sekaligus efektif, yang mereka formulasikan selama empat tahun terakhir.

Mereka menjulukinya Logitech PowerPlay, dan ia sejatinya merupakan perpaduan mousepad dan wireless charger. Premis yang ditawarkan begini: selama Anda menggunakan PowerPlay, mouse wireless Anda bisa digunakan tanpa perlu di-charge atau diganti baterainya sama sekali.

PowerPlay terdiri dari tiga komponen: lapisan dasar setebal 2 mm dengan unit receiver di ujung kiri atas yang menyambung ke PC via USB, lapisan atas berbahan kain atau yang keras, dan modul PowerCore yang menancap ke bagian dasar mouse via magnet. Modul ini kompatibel dengan mouse baru Logitech G903 atau G703, memungkinkan kedua mouse itu untuk terus di-charge baterainya selagi digunakan.

Logitech PowerPlay

Istimewanya, charging akan berlangsung di seluruh permukaan seluas 275 x 320 mm, tidak cuma di satu bagian khusus saja. Rahasianya terletak pada kemampuan PowerPlay untuk menciptakan medan elektromagnet, lalu modul PowerCore bertugas untuk mengubah medan tersebut menjadi arus listrik.

Unit receiver-nya sendiri telah mengadopsi teknologi Lightspeed yang diklaim sangat responsif, dengan transmisi sinyal 16 kali lipat lebih baik ketimbang teknologi lain di pasaran. Singkat cerita, dengan PowerPlay Anda tak perlu mengorbankan daya baterai demi performa, mengingat mouse akan terus di-charge selama berada di atasnya.

Logitech PowerPlay rencananya bakal dipasarkan mulai Agustus mendatang seharga $100. Mouse G903 dan G703 akan lebih dulu muncul di asaran mulai akhir Juni ini, masing-masing seharga $150 dan $100.

Sumber: Logitech.

Logitech Rilis Dua Mouse Wireless Baru, MX Master 2S dan MX Anywhere 2S

Logitech baru saja meluncurkan versi baru dari dua mouse wireless andalannya, yakni MX Master 2S dan MX Anywhere 2S. Selain mengemas spesifikasi yang lebih mumpuni, keduanya juga datang bersama software pendamping cerdas bernama Logitech Flow.

Secara fisik desain keduanya tidak berubah jika dibandingkan dengan pendahulunya: MX Master 2S dengan sisi kiri yang melebar demi kenyamanan ekstra, sedangkan MX Anywhere 2S tetap bergaya ambidextrous. Keduanya sama-sama tersedia dalam tiga pilihan warna, yakni hitam, biru dan putih.

Khusus untuk MX Master 2S, Anda masih akan mendapatkan scroll wheel adaptif yang dapat berganti dari mekanisme klik-per-klik menjadi gerakan menggulir yang mulus dengan sendirinya, menyesuaikan dengan seberapa cepat Anda mengusapkan jari Anda. Sisi kirinya pun tetap dilengkapi scroll wheel ekstra untuk scrolling secara horizontal.

Logitech MX Master 2S / Logitech
Logitech MX Master 2S / Logitech

Pembaruan yang paling utama adalah sensor yang lebih cekatan, dengan resolusi maksimum 4.000 DPI, naik dari 1.000 DPI. Pengguna pun bebas menyesuaikan sensitivitasnya dari 200 sampai 4.000 DPI dengan interval 50 DPI.

Baterainya juga ikut diperbarui, kini sanggup bertahan sampai 70 hari sebelum perlu di-charge kembali. Proses charging-nya pun amat cepat, Logitech mengklaim dalam waktu 3 menit saja Anda bisa mendapat daya baterai yang cukup untuk seharian.

Logitech MX Anywhere 2S / Logitech
Logitech MX Anywhere 2S / Logitech

Akan tetapi inovasi unggulan Logitech justru ada pada software bernama Flow itu tadi. Flow sejatinya memungkinkan kedua mouse ini untuk digunakan pada tiga komputer sekaligus, dan perpindahannya berlangsung secara otomatis tanpa mengharuskan Anda menekan tombol apa-apa.

Lebih hebat lagi, proses seperti copy-paste bisa Anda lakukan antar perangkat. Entah yang Anda salin itu sekadar teks, foto, atau malah satu folder sekaligus, semuanya bisa di-paste ke komputer lain tanpa mengandalkan layanan cloud apapun.

Fitur ini bahkan tetap berlaku meski perangkat menjalankan OS yang berbeda (Windows dan macOS, misalnya). Syaratnya sendiri cuma satu: perangkat harus berada di satu jaringan Wi-Fi atau Ethernet yang sama agar Flow bisa bekerja.

Logitech MX Master 2S dan MX Anywhere 2S bakal tersedia di pasaran mulai bulan Juni ini, dengan harga masing-masing $100 dan $80. Logitech Flow sendiri bisa didapat secara cuma-cuma, dan software ini juga kompatibel dengan mouse lain seperti Logitech M585 Multi-Device dan M590 Multi-Device Silent, plus sejumlah keyboard.

Sumber: Logitech.

Mouse Gaming Terbaru Corsair Dilengkapi Thumb Grip Modular

Mengawali kiprahnya sebagai produsen memory komputer, Corsair kini merupakan salah satu produsen peripheral terbaik. Pabrikan yang bermarkas di kota Fremont, California tersebut baru saja memperkenalkan sebuah gaming mouse baru, Glaive RGB, yang memprioritaskan keseimbangan antara performa dan ergonomi.

Kinerjanya ditunjang oleh sensor optik yang bisa diatur sensitivitasnya dari 100 sampai 16.000 DPI. Istimewanya, pengguna bebas mengatur DPI-nya digit per digit untuk ekstra akurasi, dan pengguna bisa menyimpan hingga lima profil pengaturan DPI pada memory bawaan mouse.

Total ada enam tombol pada Glaive, dan semuanya bisa diprogram sesuai kebutuhan melalui software Corsair Utility Engine (CUE). Lewat software ini juga pengguna bisa mengatur pencahayaan RGB-nya dalam tiga zona yang berbeda. Switch tombolnya sendiri merupakan buatan Omron dengan ketahanan sampai 50 juta klik.

Total ada enam tombol yang bisa diprogram lewat software CUE, demikian pula untuk pencahayaan RGB-nya / Corsair
Total ada enam tombol yang bisa diprogram lewat software CUE, demikian pula untuk pencahayaan RGB-nya / Corsair

Beralih ke urusan kenyamanan, di sinilah letak keunggulan Corsair Glaive. Thumb grip-nya yang berada di sisi kiri bisa dilepas dan diganti dengan dua model lain – satu bertekstur, dan satu lagi bertekstur sekaligus melebar. Menggantinya pun begitu mudah berkat bantuan magnet.

Gaya modular seperti ini tentunya bisa mengakomodasi preferensi grip konsumen yang sangat beragam, terkecuali Anda merupakan gamer bertangan kidal. Glaive saat ini sudah dipasarkan seharga $70 dan tersedia dalam dua kombinasi warna.

Sumber: Corsair.

Razer Lancehead Diklaim Sebagai Mouse Gaming Wireless Tercanggih

Meski praktis karena tidak melibatkan kabel, mouse gaming wireless selama ini kurang begitu populer di kalangan gamer profesional yang kerap berpartisipasi dalam turnamen. Masalah utamanya berkaitan dengan koneksi, dimana dalam venue turnamen biasanya ada banyak gangguan sinyal wireless yang pada akhirnya menyebabkan koneksi mouse jadi tidak stabil.

Hal itu tidak akan menjadi masalah buat mouse gaming wireless terbaru Razer. Razer Lancehead memastikan transmisi sinyal bisa tetap stabil dan lancar berkat penerapan teknologi Adaptive Frequency Technology (AFT), dimana perangkat akan lompat dengan sendirinya dari frekuensi 2,4 GHz ke lainnya hanya ketika benar-benar ada gangguan sinyal.

Singkat cerita, Razer mengklaim Lancehead punya kinerja terbaik jika dibandingkan dengan mouse gaming wireless lain. Tapi ingat, Logitech juga mempunyai klaim serupa dengan G900 Chaos Spectrum yang berharga sangat mahal untuk kategori mouse gaming.

Razer Lancehead mengadopsi gaya ambidextrous / Razer
Razer Lancehead mengadopsi gaya ambidextrous / Razer

Secara desain, Lancehead mengadopsi gaya ambidextrous supaya pemain kidal tidak merasa terdiskriminasi. Seperti DeathAdder Elite, kedua tombol milik Lancehead juga mengandalkan switch mekanik yang Razer rancang sendiri bersama Omron. Selain menjanjikan feel mengklik yang optimal, switch ini diyakini juga sanggup bertahan hingga 50 juta klik.

Performanya ditopang oleh sensor laser 16.000 DPI, dengan kemampuan tracking 210 IPS (inci per detik) dan akselerasi 50 G. Unik juga untuk Lancehead adalah penerapan sistem hybrid memory, dimana pengguna dapat menyimpan profil konfigurasi langsung di perangkat sekaligus di cloud lewat bantuan software Razer Synapse Pro.

Baterainya diklaim bisa bertahan selama sekitar 24 jam, dan charging-nya mengandalkan kabel USB yang termasuk dalam paket penjualan.

Razer Lancehead rencananya siap dipasarkan mulai bulan Mei mendatang seharga $140. Razer juga akan menawarkan Lancehead Tournament Edition – pada dasarnya versi non-wireless dengan kemampuan tracking lebih tinggi di angka 450 IPS – seharga 80. Tanpa harus terkejut, tentu saja keduanya turut mengemas sistem pencahayaan RGB Chroma.

Sumber: Razer.

Elgato Stream Deck Dirancang untuk Menjadi Pendamping Live Streamer Sejati

Live streaming sudah menjadi bagian penting dari gaming. Dan layaknya industri gaming yang ditopang oleh beragam peripheral yang spesifik, live streaming pun perlahan juga melahirkan kategori-kategori produk baru yang inovatif. Salah satu contohnya adalah besutan Elgato berikut ini.

Dinamai Elgato Stream Deck, perangkat ini sederhananya merupakan sebuah keyboard mini dengan 15 tombol yang semuanya dapat diprogram. Tujuannya tidak lain dari memberikan para streamer akses cepat ke berbagai fungsi dan fitur yang kerap mereka gunakan selama sesi live streaming.

Cara kerjanya tidak jauh berbeda dari tombol macro yang ada di keyboard maupun mouse gaming. Total ada sekitar 210 fungsi yang bisa diaktifkan oleh Stream Deck, dan semua ini tanpa melibatkan cara tradisional yang selama ini diandalkan oleh para streamer, yakni menghafalkan keyboard shortcut.

Pasalnya, di setiap tombol Stream Deck telah tertanam LCD yang bisa menampilkan berbagai macam icon. Streamer dapat memanfaatkannya untuk mengunggah Tweet, mengecek jumlah penonton di Twitch secara real-time, atau malah menempatkan GIF “thug lyfe” di atas tampilan wajahnya di video.

Stream Deck datang bersama sebuah dudukan yang bisa disesuaikan tingkat kemiringannya. Koneksinya mengandalkan USB 2.0 standar, sedangkan dimensinya berkisar 118 x 84 x 21 mm, dengan bobot sekitar 190 gram. Ia kompatibel baik dengan sistem operasi Windows 10 atau macOS 10.11 (atau yang lebih baru).

Perangkat ini rencananya akan dipasarkan mulai bulan Mei mendatang dengan banderol sebesar $150. Kalau Anda aktif di dunia live streaming, saya yakin Anda bakal tertarik dengan Elgato Stream Deck setelah melihat videonya di bawah ini.

Sumber: Engadget dan Elgato.