Absen di E3 2019 Tak Hentikan Sony Untuk Siapkan PlayStation 4 Edisi Spesial Days of Play

Rencana Sony membubuhkan fitur backward compatibility di console next-gen mereka merupakan strategi yang diperkirakan efektif untuk memperpanjang siklus hidup PlayStation 4. Dan lewat cara ini, koleksi game current-gen favorit akan tetap relevan begitu Anda telah membeli ‘PS5’. Di sisi lain, kita tidak perlu merasa tertinggal seandainya produk anyar tersebut tersedia nanti.

Dan ketika masa senja PlayStation 4 ada di depan mata, Sony Interactive Entertainment malah terlihat tak ragu buat memperkenalkan edisi spesial baru, kali ini untuk memperingati ajang Days of Play di tahun 2019. Kurang lebih setahun lalu, sang console maker Jepang itu sempat meluncurkan PlayStation 4 Days of Play warna biru, namun model anyar ini mengusung pendekatan desain yang berbeda.

PlayStation 4 Limited Edition Days of Play ‘2019’ disingkap di acara live-stream State of Play minggu lalu. Dalam meramu versi ini, produsen memilih model PS4 slim sebagai basisnya. Cukup kontras dari edisi Days of Play tahun lalu, varian tersebut punya penampilan yang lebih simpel. Hilang sudah warna biru mentereng dan decal emas. PS4 Days of Play baru mengangkat tema baja, dengan tubuh abu-abu gelap metalik.

Seperti versi lawasnya, PS4 Days of Play tetap dihias oleh empat simbol segitiga, lingkaran, X dan kotak yang khas. Namun simbol-simbol tersebut kali ini diposisikan secara horisontal. Lihat lebih teliti, baik simbol maupun logo PS di pojok dibuat seperti pahatan dengan finishing brushed. Saya belum bisa memastikan apakah casing disusun dari bahan berbeda (seperti PS4 Pro 500 Million Limited Edition) atau material standar.

Days of Play 2

Tak berbeda dari edisi Days of Play sebelumnya, console dibekali penyimpanan berupa hard disk 1TB dan dibundel bersama Dual Shock bertema serupa dengan warna metalik. Saya menduga, unit controller kemungkinan juga dijual secara terpisah.

Days of Play 3

Untuk sekarang, Sony belum mengumumkan kapan PlayStation 4 Days of Play edisi 2019 ini akan tersedia dan berapa harganya, tetapi ada peluang besar produsen mematoknya di kisaran US$ 300 atau setara PS4 standar – hanya saja jumlah unitnya yang terbatas. Melihat dari kebiasaan sang perusahaan sebelumnya, Sony boleh jadi akan mengungkap segala detailnya menjelang akhir bulan Mei, sebelum E3 2019 berlangsung.

Days of Play 4

Membahas soal E3 2019, Sony telah mengonfirmasi ketidakhadirannya di ajang gaming terbesar tahun ini. Meski demikian, mereka tetap menyempatkan untuk melangsungkan pengumuman penting via State of Play, di antaranya penyingkapan Riverbond, Away: The Survival Series, remake MediEvil, Predator: Hunting Grounds, dan tentu saja update terkait remake Final Fantasy VII.

Days of Play 5

Via SlashGear.

Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint Diumumkan, Simak Rangkuman Infonya di Sini

Ada masa ketika gamer menganggap Ubisoft sebagai salah satu perusahaan game terburuk, namun era itu sudah berlalu berkat kerja keras sang publisher mengubah kesan publik lewat permainan-permainan bermutu dan konten yang kaya. Kini, sejumlah franchise difokuskan pada pengalaman bermain berbeda: Assassin’s Creed untuk single-player, The Division buat co-op, dan Rainbox Six hampir selalu mengedepankan elemen kompetitif.

Dan meskipun mungkin bukan game terbaik di seri Ghost Recon, Wildlands berhasil mengumpulkan pemain setianya sendiri karena konsistensi Ubisoft dalam memberikan update dan patch. Pembaruan terakhir dilepas di awal bulan ini, menghadirkan konten bertajuk Operation Oracle berisi dua buah misi anyar dan mempertemukan Anda dengan Ghost Team Leader Cole D. Walker yang diperankan oleh aktor Jon Bernthal.

Dan lewat event live stream kemarin, sang publisher asal Perancis ini resmi mengumumkan sekuel langsung dari Wildlands, berjudul Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint. Merupakan permainan ke-11 di seri ini, Breakpoint digarap sebagai penerus kisah petualangan tim Ghost pasca konflik di Bolivia. Game mengambil latar belakang lokasi baru, di sebuah pulau di daerah Pasifik Selatan bernama Auroa. Meski tetap mengedepankan elemen taktis third-person shooter serupa pendahulunya, tim Ubisoft Paris juga mencoba membenamkan tema survival – seperti yang bisa Anda lihat di trailer-nya:

Di Breakpoint, Anda akan kembali bermain sebagai Nomad dan memimpin tim ‘hantu’. Kali ini para Ghost ditugaskan untuk melakukan misi di pulau Auroa tempat perusahan bernama Skell Technology melangsungkan riset dan pengembangan teknologi militer dan komersial. Kenyataannya, Skell malah menghimpun kekuatan ekonomi dan politik yang lebih besar dari negara maju. Sayangnya, Nomad gagal menyelesaikan misi tersebut, menyebabkannya diburu musuh dan harus bertahan hidup.

Breakpoint 1

Seperti di game sebelumnya, Anda dipersilakan untuk menciptakan dan mengustomisasi karakter Nomad – termasuk membuat wajahnya menyerupai Anda. Breakpoint juga tampaknya mengadopsi sistem loot dan role-playing mirip The Division 2, tetapi developer enggan mengomparasi kedua permainan itu. Item-item bisa Anda dapatkan dengan menaklukkan boss atau mini-boss, dan perlengkapan ini terbagi dalam lima tingkat kelangkaan. Uniknya lagi, bagian cutscene turut menyuguhkan pilihan dialog, walaupun hal tersebut tidak berpengaruh pada narasi.

Saat meluncur nanti, Breakpoint mempersilakan kita memilih empat kelas karakter, yaitu assault, penembak jitu, stealth (disebut panther), dan spesialis persenjataan berat. Tokoh kreasi Anda akan menjadi avatar baik di mode single-player, kooperatif serta player versus player. Pulau Auroa sendiri mempunyai eksositem yang beragam. Anda dibebaskan menjelajahi rawa-rawa, pegunungan, wilayah bersalju hingga gunung volkano.

Breakpoint 2

Tom Clancy’s Ghost Recon Breakpoint dijadwalkan untuk meluncur pada tanggal 4 Oktober 2019 di Windows PC, PlayStation 4 dan Xbox One. Gerbang pre-order sudah dibuka, dan Ubisoft menawarkan permainan dalam empat edisi: standar, Gold, Ultimate dan Collector’s Edition. Mereka yang melakukan pre-order juga mendapatkan akses ke sesi uji coba beta.

Bethesda Sediakan Sega Dreamcast Edisi Spesial Rage 2?

Entah mengapa tema ‘post-apocalypse‘ jadi satu populer di permainan kelas blockbuster tahun 2019. Contohnya ada di depan mata: remake Resident Evil 2, Far Cry New Dawn, The Division 2, serta judul-judul yang akan hadir semisal Borderlands 3 dan Rage 2. Buka itu saja, bahkan beberapa game ini mempunyai penyajian hampir serupa, biasanya berstruktur open world dan dibumbui formula role-playing.

Dalam upaya menarik perhatian khalayak, Bethesda Softworks melangsungkan sebuah program super-unik. Sebagai game kelas AAA, developer Rage 2 berupaya untuk menggenjot kualitas visual semaksimal mungkin. Itu artinya, pemain dituntut untuk memiliki PC berspesifikasi tinggi. Namun menariknya, gamer yang beruntung nantinya malah dipersilakan memiliki Sega Dreamcast edisi Rage 2 buat menikmati permainan shooter anyar tersebut.

Dreamcast edisi spesial Rage 2 mempunyai wujud hampir identik dengan console yang Sega luncurkan lebih dari dua dekade silam, baik dari sisi penampilan, tombol-tombol dan port. Selanjutnya, tim desainer Bethesda membubuhkan logo ‘anarki’ Rage pink di tubuh berwarna hitam dan tidak lupa mencantumkan branding spiral khas Dreamcast di sana. Semuanya terlihat apik, tapi satu pertanyaan tak bisa dihindari: Bagaimana mungkin Sega Dreamcast dapat menjalankan Rage 2?

Sejatinya, perangkat ini bukanlah home console terakhir buatan Sega, melainkan PC custom ber-casing Dreamcast dengan komponen-komponen serta konektivitas modern – termasuk output HDMI. Bethesda belum menyingkap spesifikasi hardware dari ‘PC rasa Dreamcast’ tersebut, namun via foto di Twitter, sang publisher memperlihatkan bagaimana device mampu menjalankan permainan ‘ala gaming di tahun 90-an’.

D5frS__W0AIDiTT

Berbicara soal kebutuhan hardware, berikut adalah daftar spesifikasi yang perlu terpenuhi agar kita bisa bermain Rage 2:

 

Minimal

  • OS Windows 7, 8.1, atau 10 (64-bit)
  • Prosesor Intel Core i5-3570 atau AMD Ryzen 3 1300X
  • Memori RAM 8GB
  • Kartu grafis Nvidia GTX 780 3GB atau AMD R9 280 3GB
  • Ruang penyimpanan 50GB

 

Rekomendasi

  • OS Windows 7, 8.1, atau 10 (64-bit)
  • Prosesor Intel Core i7-4770 atau AMD Ryzen 5 1600X
  • Memori RAM 8GB
  • Kartu grafis Nvidia GTX 1070 8GB atau AMD Vega 56 8GB
  • Ruang penyimpanan 50GB

Sayangnya meskipun Anda rela mengeluarkan uang banyak untuk meminang Dreamcast edisi Rage 2, ia tidak bisa dibeli secara konvensional. Demi mendapatkan kesempatan buat memiliki perangkat ini, Anda harus mengikuti program undian yang dilangsungkan Bethesda di Twitter, caranya cukup dengan mem-follow akun resmi publisher dan me-retweet beberapa posting mereka. Kita tak perlu melakukan transaksi pembelian apapun dan pemenang akan dipilih secara acak.

Digarap secara kolaboratif oleh tim Avalanche Studios (seri Just Cause, Mad Max) dan Id Software (seri Doom, Wolfenstein), Rage 2 dijadwalkan untuk meluncur pada tanggal 14 Mei 2019 di PC, PlayStation 4 dan Xbox One.

Via Digital Trends.

Segala Detail yang Sudah Dikonfirmasi Sony Terkait PlayStation ‘5’

Membuntuti deretan panjang bocoran info dan rumor mengenai hardware gaming generasi selanjutnya, Sony membenarkan dilakukannya pengembangan PlayStation ‘5’ di awal kuartal terakhir 2018. Lima bulan sebelumnya, Sony ketahuan mengutak-atik teknologi AMD, mengindikasikan pemakaian komponen-komponen buatan perusahaan semikonduktor Amerika itu di perangkat anyar mereka.

Dan di bulan April ini, Sony Interactive Entertainment akhirnya memutuskaan untuk menyingkap detail lebih lanjut mengenai console next-gen mereka. Dalam wawancara eksklusif bersama Wired, lead system architect Mark Cerny menyingkap rincian hardware ‘PS5’, sejumlah fitur serta kemampuannya dalam menjalankan konten. Perlu diketahui bahwa ‘PlayStation 5’ masih belum menjadi nama resmi produk ini (walaupun kemungkinan Sony akan meneruskan tradisi mereka).

Membenarkan kabar yang telah beredar, PlayStation 5 akan diotaki prosesor AMD. Chip tersebut merupakan pengembangan lebih jauh dari Ryzen generasi ketiga, menyimpan delapan buah core dan mengusung arsitektur 7-nanometer Zen 2. GPU-nya sendiri memanfaatkan variasi custom AMD Radeon Navi, yang kabarnya mendukung ray tracing dan kemampuan menangani konten di resolusi 8K.

Beberapa hal ingin saya tekankan: Pertama, kita belum tahu apakah 8K yang dimaksud di sana diterapkan pada video game atau cuma video; native seperti Xbox One X menangani 4K atau upscale ala PS4 Pro. Lalu meskipun penyediaan hardware ditangani sepenuhnya oleh AMD, kita tampaknya perlu mengapresiasi Nvidia yang sukses melambungkan ray tracing sebagai standar grafis baru, dan membuatnya diadopsi di PS5.

Melengkapi prosesor dan unit pengolah grafis, Sony berencana untuk turut membekali console baru itu dengan penyimpanan berbasis SSD. Kehadirannya tentu mempersingkat durasi loading permainan. Di sesi demo yang dipandu Cerny, waktu fast-travel Marvel’s Spider-Man yang berlangsung selama 15 detik di PlayStation 4 Pro berkurang jadi 0,8-detik di PS5 ‘versi non-retail‘.

Fitur paling esensial dari PlayStation 5 ialah backward compatibility ala Xbox One berkat pemanfaatan arsitektur yang mirip PS4. Belum ada konfirmasi resmi dari Sony, tetapi tanpa tanggal rilis pasti, judul-judul semisal Death Stranding, Ghost of Tsushima dan The Last of Us Part 2 kemungkinan akan disediakan di console current– serta next-gen sekaligus (dugaan yang sudah saya ungkapkan sebelumnya). Langkah ini dianggap efektif untuk memperpanjang siklus hidup PlayStation 4.

Dan terlepas dari kian populernya metode distribusi konten secara digital, Sony tampaknya memutuskan untuk tetap mempertahankan optical disc drive. Selain memberikan opsi bagi pengguna, keberadaan hardware ini memang cukup esensial dalam mendukung fitur backward compatibility. Dan perlu Anda ketahui bahwa perangkat juga masih mendukung periferal PlayStation VR.

Sesuai perkiraan analis, Mark Cerny membenarkan bahwa Sony tidak akan meluncurkan PlayStation 5 secara buru-buru di tahun 2019. Informasi mengenai harganya sendiri tersingkap secara terpisah melalui Twitter milik Peter Rubin dari Wired. Ada peluang, produk dijajakan di angka yang lebih tinggi dari PlayStation 4. Sony berjanji untuk memastikan harganya tetap kompetitif.

10 Game di Bulan April 2019 yang Tak Boleh Luput Dari Pengawasan Anda

Tak terasa, triwulan pertama tahun ini berlalu begitu cepatnya, meninggalkan banyak memori bagi para gamer. Tiga bulan pertama ini ialah momen terpenting di ranah gaming karena merupakan waktu meluncurnya permainan-permainan terbesar di tahun 2019. Beberapa dari mereka siap menjadi kandidat game of the year, tapi tak sedikit pula yang ternyata mengecewakan.

Ditakar dari kuantitasnya, bulan April sendiri tidak sebesar Maret yang dimeriahkan oleh perilisan lebih dari 40 judul (berdasarkaan pemantauan saya sejauh ini). Meski demikian, tetap ada sederet permainan esensial yang rencananya akan dilepas dalam periode 30 hari ke depan.

Sesuai tradisi DailySocial, saya akan memilihkan 10 game di bulan April 2019 yang sebaiknya tak lepas dari perhatian Anda. Ini dia:

 

Phoenix Wright: Ace Attorney Trilogy

PC, PlayStation 4, Xbox One, Switch – 9 April

Selain Skyrim, Ace Attorney boleh dibilang sebagai game yang paling sering di-port dan di-remaster. Debutnya dimulai di tahun 2001 di Game Boy Advance, di-port ke Nintendo DS di tahun 2005, kemudian versi high definition-nya dihadirkan ke iOS dan Android di 2013. Selanjutnya, edisi yang sama dirilis di 3DS pada tahun 2014, dan kali ini ia siap mendarat di platform current-gen.

 

Nintendo Labo: VR Kit

Switch – 12 April

Nintendo Switch memang belum dibekali solusi penyajian virtual reality secara tulen ala PSVR untuk PlayStation 4, tetapi tak berarti Anda tidak bisa menikmati konten hiburan berbasis XR di sana. Dengan Labo VR Kit, Nintendo mengajak para pemain di segala usia untuk merakit head-mounted display sendiri dan menggunakan sejumlah aksesori unik buat menikmati game-game lucu.

 

Anno 1800

PC – 16 April

Game ketujuh di seri city building buatan Blue Byte ini akan kembali menggunakan latar belakang sejarah setelah dua permainan sebelumnya mengangkat tema futuristis, kali ini membawa pemain ke era Revolusi Industri. Selain menawarkan gameplay familier, Anno 1800 juga dibekali elemen baru yang membuat permainan sedikit lebih kompleks, misalnya turisme dan efek industrialisasi.

 

World War Z

PC, PlayStation 4, Xbox One – 16 April

World War Z merupakan game adaptasi film, yang sebetulnya diangkat dari novel tulisan Max Brooks. Penyajiannya sedikit berbeda dari permainan bertema zombie lain: ia tidak terlalu mengedepankan elemen survival, lebih menekankan kerja sama. Tapi ketika Left 4 Dead difokuskan pada pengalaman kooperatif, World War Z juga mengadu tim Anda dengan kelompok pemain lainnya.

 

Cuphead

Switch – 18 April

Di balik visual gaya tahun 30-an yang unik dan ceria, Cuphead siap menghukum siapapun yang meremehkannya. Gameplay-nya sangat menantang dan banyak orang bahkan menyebutnya sebagai Dark Souls dalam wujud permainan run and gun. Hampir dua tahun sesudah tersedia di Windows dan Xbox One, sebentar lagi Cuphead akan menghantui para gamer di Nintendo Switch.

 

Katana Zero

Switch – 18 April

Katana Zero bisa dibilang sebagai kompensasi absennya Sekiro di Nintendo Switch. Game bertema pertempuran pedang ini tidak kalah berdarah, namun menyajikan perspektif serta fitur-fitur berbeda, juga menuntut respons dan eksekusi yang presisi karena satu kesalahan kecil bisa membuat sang tokoh utama tewas. Kabar baiknya, Anda bisa mencoba berkali-kali berkat kemampuan memanipulasi waktu.

 

Mortal Kombat 11

PC, PlayStation 4, Xbox One, Switch – 23 April

Berbicara soal pertempuran berdarah, NetherRealm juga akan meluncurkan permainan kesebelas Mortal Kombat di bulan April ini. Di sana, studio memperkenalkan sejumlah mekanisme baru, misalnya Fatal Blow (serangan lebih mematikan saat health berada di bawah 30%) dan Krushing Bow yang hanya bisa dipakai sekali dalam satu match, serta Flawless Block buat membalikkan keadaan.

 

Days Gone

PlayStation 4 – 26 April

Setelah berhasil melewati uji nyali di lorong-lorong sempit di Resident Evil 2 remake, kini Anda diperkenankan untuk menghadapi kerumuman mayat hidup di ruang terbuka dalam Days Gone. Jangan khawatir, meskipun ada cukup banyak tempat untuk bersembunyi dan menghindari maut, gerombolan zombie akan mengejar dengan kecepatan penuh saat mereka mengetahui keberadaan Anda.

 

Super Meat Boy Forever

PC, PlayStation 4, Xbox One, Switch – 26 April

Sekuel dari permainan platforming super-susah kreasi Team Meat ini awalnya didesain khusus untuk perangkat bergerak, namun  developer memutuskan untuk merilisnya di lebih banyak platform. Formulanya merupakan ekspansi dari game terdahulu, kali ini Anda bisa mengendalikan Meat Boy dan pasangannya Bandage Girl dalam melewati rintangan yang disajikan secara random.

 

Fade To Silence

PC, PlayStation 4, Xbox One – 30 April

Fade To Silence diramu untuk menguji kemampuan Anda bertahan diri menghadapi suhu dingin di dunia pasca bencana yang dihuni oleh makhluk-makhluk menyeramkan. Permainan sebetulnya sudah tersedia dalam versi early access tak lama setelah diumumkan di The Game Awards 2017, namun tentu saja edisi full ini menyajikan pengalaman lebih menyeluruh dan konten lebih lengkap.

Rayakan Ulang Tahun ke-50, Konami Siap Luncurkan Bundel Game Klasik ke Platform Current-Gen

Di saat Capcom sedang menikmati kesuksesan remake Resident Evil 2 dan Devil May Cry 5, sang rival senegaranya Konami dikabarkan tengah mencurahkan perhatian mereka untuk membangun pusat kegiatan esports di jantung kota Tokyo. Namun ada satu kesamaan esensial antara dua perusahaan asal Jepang itu: mereka ialah pemegang franchise permainan populer yang dicintai jutaan penggemarnya.

Fans Konami tahu, Maret adalah periode istimewa bagi sang publisher. Di bulan inilah perusahaan resmi didirikan, dan tepat di tanggal 21 Maret 2019 besok, ia genap berusia separuh abad. Konami tentu saja sudah menyiapkan kejutan buat memanjakan para gamer-nya. Minggu ini, mereka mengumumkan agenda peluncuran Anniversary Collection Arcade Classics, yakni sebuah seri bundel permainan berisi judul-judul legendaris mereka.

Kata ‘seri’ perlu ditekankan karena Konami berencana untuk melepas lebih dari satu Anniversary Collection. Edisi pertamanya sendiri diisi oleh delapan permainaan dari era 1980-an, disiapkan agar bisa dinikmati lagi di platform current generation. Selain game, Konami turut menyertakan bonus eBook berisi segala macam informasi mengenai delapan permainan tersebut, di antaranya wawancara dengan staf pengembang, pandangan developer soal kreasi mereka, serta desain, sketsa dan sejumlah dokumen yang selama puluhan tahun belum pernah dipublikasikan.

Ini dia delapan game yang ada di Konami Anniversary Collection Arcade Classics:

  • Haunted Castle
  • A-Jax
  • Nemesis (Gradius)
  • Vulcan Venture (Gradius II)
  • Life Force (Salamander)
  • Thunder Cross
  • Scramble
  • TwinBee

Anniversary Collection edisi pertama dijadwalkan untuk meluncur di Windows PC via Steam, PlayStation 4, Xbox One dan Nintendo Switch pada tanggal 18 April 2019. Tidak ada versi fisik. Apapun platform pilihan Anda, bundel permainan didistribusikan secara digital. Paket permainan tersebut bisa Anda beli seharga US$ 20, tetapi saya menduga akan ada penyesuaian harga ke rupiah khusus versi Steam.

Dalam beberapa bulan ke depan, Konami berniat untuk turut melepas Castlevania Anniversary Collection serta Contra Anniversary Collection. Kabarnya, dua bundel itu akan dirilis secara berbarengan di ‘musim panas’ 2019.

Di tiap edisi, ada empat judul yang telah dikonfirmasi, yaitu: Castlevania yang dahulu dilepas di NES, Castlevania II: Belmont’s Revenge, Castlevania III: Dracula’s Curse, and Super Castlevania IV; kemudian ada Contra, Super Contra, Super C, Contra III: The Alien Wars plus satu game lagi yang baru akan diumumkan nanti.

Via GameSpot.

[Review] Metro Exodus, Simulasi Post-Apocalypse Dengan Pesona Khas Rusia

Tak sampai setengah jam lalu, sampan Artyom diserang dan dijungkirbalikkan oleh ikan lele seukuran paus. Dan kini ia harus menghadapi udang raksasa ganas, sembari berkutat dengan senapan serbunya yang macet. Seperti inilah serba-serbi hidup di dunia post-apocalypse. Tema tersebut memang tak asing buat kita, namun seri Metro merupakan satu dari sedikit franchise yang betul-betul mengedepankan elemen action, penyajian cerita, dan survival.

Metro Exodus adalah game ketiga di seri shooter yang diadaptasi dari novel tulisan Dmitry Glukhovsky, Metro 2033. Ketika sang penulis mengalihkan fokusnya pada karakter baru di buku kedua (Metro 2034), developer 4A Games memutuskan untuk tetap menitikberatkan narasi pada Artyom dan memodifikasi judul permainan keduanya jadi Metro: Last Light, dan Metro Exodus sebagai penerusnya.

4A Games ialah studio asal Ukraina, didirikan 13 tahun silam oleh sejumlah mantan jebolan tim GSC Game World yang dahulu menggarap franchise S.T.A.L.K.E.R. Dalam kiprahnya, kedua franchise mengambil arahan berbeda. Ketika S.T.A.L.K.E.R. menyuguhkan dunia open world tulen, Metro mengusung struktur linier, lebih condong pada narasi, dan menonjolkan gameplay stealth. Namun ada perubahan desain di Exodus sehingga membuat Metro jadi lebih menyerupai sepupu jauhnya itu.

Simak ulasan lengkapnya:

 

Rusia setelah perang nuklir

Sesi pembuka permainan disajikan lewat cara familier. Begitu Anda mengklik tombol new game, Artyom sebagai tokoh utamanya akan menceritakan kisah singkat bagaimana miliaran orang tewas akibat perang nuklir dan puluhan ribu jiwa yang ‘beruntung’ terjebak dalam lorong-lorong kereta api bawah tanah. Mereka harus melanjutkan peradaban tanpa sinar matahari karena daerah permukaan yang terpapar radiasi.

ME 1

Untuk menjelajahi reruntuhan Moskow, orang harus mengenakan baju penutup lengkap dan masker karena udara sangat berbahaya. Filter harus diganti secara berkala. Terpapar sedikit saja, radiasi akan masuk ke dalam darah. Kemudian selain radiasi, permukaan dipenuhi oleh mutan dan anomali mematikan (hati-hati dengan bola petir). Namun gorong-gorong bawah tanah juga menyimpan bahayanya sendiri. Bukan peradaban manusia namanya jika tidak dipenuhi konflik dan perang saudara, terutama ketika tak ada lagi aturan hukum yang jelas.

ME 6

Demi menjaga keamanan dan menanggulangi bahaya serangan bandit serta monster, pemerintah darurat kota bawah tanah Polis membentuk badan Rangers of the Sparta Order. Para Rangers terdiri dari prajurit berpengalaman dan paling mematikan, dan Artyom merupakan anggotanya.

ME 9

Metro Exodus dapat dinikmati tanpa perlu menyelesaikan dua permainan terdahulu. Meski begitu, saya sangat menyarankan Anda untuk memainkan 2033 dan Last Light agar lebih bisa memahami kondisi dunia tempat Artyom tinggal. Dua game ini sempat di-remaster untuk platform current-gen, diberi label ‘Redux’ dan ditawarkan di harga murah meriah.

ME 2

 

Antara tradisi dan inovasi

Dalam bertahan hidup, pemahaman Anda terhadap dunia Metro sangat penting. Seperti di dua permainan sebelumnya, Exodus hampir tidak memiliki HUD. Segala macam informasi disampaikan secara langsung – lewat meteran, timer dan indikator yang terpasang di seragam Ranger. Game juga akan memberikan tanda-tanda lain jika ada sesuatu yang tidak wajar: sensor segera berderak ketika Artyom berada di kawasan dengan radiasi tinggi, dan ia akan terbatuk-batuk jika filter di masker tak lagi bekerja.

ME 3

Namun bersamaan dengan penyajian dunia yang lebih terbuka, beberapa hal harus berubah. Dahulu, seri Metro memanfaatkan sebuah sistem mata uang unik. Segala komoditas di sana bisa dibeli dengan menukarkan amunisi kelas militer. Sedangkan untuk bertahan diri, orang membuat amunisi dari bahan-bahan yang ada. Di saat-saat genting, kondisi ini akan menyodorkan dilema buat pemain: amunisi kelas militer lebih efektif buat menumbangkan lawan, tapi rela-kah Anda menggunakannya?

ME 7

Di Metro Exodus, mata uang berbasis amunisi digantikan oleh sistem crafting. Ada dua jenis sumber daya esensial di sini, ditandai dengan icon botol kimia dan gear. Keduanya tersebar di berbagai tempat, misalnya di dalam bangunan, kendaraan yang ditinggalkan, ataupun mayat manusia. Dengan dua item itu Anda bisa menciptakan beragam hal yang dibutuhkan, misalnya amunisi, filter, obat, hingga buat meng-upgrade baju pelindung.

{"DRSAppName" : "", "DRSProfileName" : "Desktop"}

Crafting bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan ransel yang Artyom bawa atau via meja kerja (workbench). Tas hanya memungkinkan Anda menciptakan medkit dan filter serta mengubah aksesori senjata; sedangkan berbekal workbench, Anda bisa crafting dan membersihkan senjata secara lebih leluasa. Seperti di RDR2, semakin kotor kondisi senapan, maka ia jadi kurang efektif dan sering kali macet. Degradasi tersebut disebabkan oleh banyak hal, misalnya karena digunakan terus-menerus atau terkena cipratan lumpur.

ME 22

Upgrade dan kustomisasi adalah salah satu bagian terbaik di Metro Exodus. Hampir semua senjata bisa dimodifikasi agar sesuai dengan gaya bermain Anda. Ambil contohnya Ashot. Tanpa aksesori, ia tersaji sebagai pistol berpeluru shotgun.  Ashot bisa dipasangkan popor agar lebih stabil atau diberi laras kedua sehingga dapat merumahkan dua peluru. Alternatifnya, laras bisa diganti dengan tipe peredam, dan Anda mendapatkan pistol siluman jarak dekat mematikan.

ME 13

Favorit saya sendiri adalah senapan angin Tikhar. Pemakaiannya memang sedikit rumit: ada harus mengawasi jumlah peluru serta tekanan angin, dan memompanya jika diperlukan. Namun ia sempurna untuk menumbangkan musuh secara sembunyi-sembunyi karena tidak berisik saat ditembakkan.

ME 4

Aspek lain yang sangat saya apresiasi karena senada dengan tema survival adalah bagaimana Exodus sukses membuat pemain selalu merasa was-was. Game bisa di-pause, tetapi permainan tetap berjalan ketika Anda mengeluarkan peta, mengecek misi, atau sedang crafting. Hal ini memaksa kita untuk tidak pernah membuang-buang waktu serta selalu ingat buat memastikan keamanan di sekitar sebelum mengutak-atik senjata atau meramu amunisi.

ME 24

 

Pesona pasca-bencana

Metro Exodus ialah salah satu game tercantik yang bisa Anda nikmati saat ini. Bahkan tanpa dukungan GPU berteknologi ray tracing, permainan mampu menyajikan visual yang mencengangkan. 4A Games berhasil meracik aspek atmosfer dengan begitu optimal, sehingga pemain seperti betul-betul dibawa ke Rusia era pasca-perang nuklir. Dan itu semua akan Anda dapatkan setelah Artyom dan kawan-kawan meninggalkan Moskow dan tiba di kaki pegunungan Ural.

ME 14

Di satu titik dalam permainan, para Rangers berhasil memperoleh lokomotif dan menyadari bahwa lingkungan terbuka punya kadar radiasi yang lebih rendah, memungkinkan mereka menghirup udara segar tanpa masker. Meski demikian, alam liar tetap menyimpan berbagai bahaya. Seperti saat berada di terowongan bawah tanah, ancaman datang dari monster serta sesama manusia. Dan bertahan hidup jadi lebih sulit karena indahnya alam berpotensi memecah perhatian Anda.

ME 11

Dunia dan tiap objek di Metro Exodus diracik dengan penuh ketelitian: karat pada bangunan dan bekas kendaraaan di tengah-tengah hamparan salju, bunyi langkah kaki di atas genangan lumpur, sinar matahari di sela-sela awan, turunnya jarak pandang akibat badai petir, dan saya sangat menyukai efek partikel seperti salju dan tetesan air hujan yang mengenai wajah Artyom. Tema low-tech terasa begitu kental di segala hal berkat tangan dingin 4A Games dalam menggarap detail, dari mulai senjata rakitan hingga baterai senter yang harus diisi secara manual.

ME 21

Sekali lagi, hampir semua elemen visual di dunia Metro punya kaitan pada gameplay. Misalnya, cipratan tanah (atau darah) di masker bisa mengganggu penglihatan, dan Anda dapat mengelapnya; kaca di masker bisa rusak akibat serangan lawan, ditandai oleh munculnya retakan, dan Artyom dapat memperbaikinya; kemudian saat kadar radiasi terlalu tinggi, Anda mulai melihat bintik-bintik cahaya hijau. Dipadu dengan sistem cuaca dinamis serta perputaran siang dan malam, game jadi lebih menantang sekaligus mengasikkan.

ME 29

Stealth kembali memegang peranan penting di Metro Exodus, dan di sini perputaran siang dan malam membuatnya sangat menarik. Untuk memudahkan Anda mengendap-endap, seragam Rangers Artyom dibekali indikator visibilitas. Jika lampu menyala, maka musuh dapat melihat Anda. Kondisi tersebut memengaruhi permainan serta memaksa pemain buat beradaptasi. Musuh manusia lebih mudah melihat Artyom selama ada cahaya matahari, dan mereka akan beristirahat di malam hari. Kendalanya, mutan dan monster jadi lebih ganas saat matahari terbenam.

ME 30

Tak seperti mayoritas game shooter, amunisi sangat terbatas dan jadi komoditas berharga di Metro Exodus. Anda memang bisa membuatnya sendiri, tapi itu berarti Anda harus mengorbankan material-material crafting yang berharga. Mungkin ada amunisi atau bahan-bahan berguna yang dijatuhkan oleh para bandit, namun tidak ada untungnya membunuh monster selain buat mempertahankan diri.

ME 25

Sering kali lebih bijaksana bagi Artyom untuk menghindar ketimbang melakukan konfrontasi. Dan jika selalu waspada dan tidak bermain terlalu terburu-buru, kemungkinan besar Anda akan menemukan jalan pintas atau pintu masuk tersembunyi.

ME 16

”Lalu seberapa terbuka-kah Metro Exodus?” inilah pertanyaan yang banyak diajukan orang. Pada dasarnya, Exodus bukanlah permainan open world sekelas Fallout 4 atau Mad Max. Ketika sebuah episode telah berakhir, musim akan berubah, dan Anda tidak bisa kembali ke tempat tersebut (kecuali dengan mengulang chapter). Walaupun begitu, masing-masing lokasi mempunyai skala sangat besar, dan eksplorasi sangat dianjurkan. Ada banyak hal menarik bisa ditemukan dan side quest yang dapat dikerjakan di sana.

ME 23

Satu saran lagi dari saya ialah, mainkanlah Metro Exodus di bahasa Rusia karena percakapan lebih terdengar natural. Anda tetap bisa mengaktifkan subtitle, baik saat dialog maupun untuk menerjemahkan tulisan-tulisan Cyrillic. Opsi bahasa Inggris memang ada, tetapi akses Rusianya terasa terlalu dipaksakan. Lagi pula ada pepatah tua mengatakan, ‘di mana Bumi dipijak, di sana langit dijinjing’. Metro Exodus ialah game kreasi developer Slavik, sudah semestinya kita menghargai budaya mereka.

ME 8

 

Yin dan yang

Satu aspek yang membuat dua permainan terdahulu unik adalah sistem karma tersembunyi. Buat mendapatkan ending baik, ada aktivitas-aktivitas tertentu yang harus Anda lakukan. Kemudian Anda sangat direkomendasikan untuk tidak menumpahkan darah. Sistem ini disederhanakan di Metro Exodus. Game kembali memperkenankan kita untuk mengalahkan musuh tanpa perlu membunuh. Jika jumlah mereka berkurang, kadang lawan akan menyerah serta membuang senjatanya. Langkah Anda selanjutnya akan memengaruhi karma: dibunuh atau sekadar dibuat pingsan?

ME 10

Mengerjakan side quest, membebaskan penduduk, atau sekadar menurunkan senjata dan tidak menodongkannya pada warga saat berdialog juga membantu memberikan Artyom poin positif. Misi-misi sampingan di Exodus tidak ditulis di memo, dan item yang berhubungan dengannya kadang tersembunyi di suatu lokasi. Itu artinya Anda harus selalu awas dan memastikan telah menggeledah suatu tempat secara menyeluruh.

ME 28

 

Mutan versus bug

Dengan begitu banyaknya hal yang Metro Exodus coba suguhkan, permainan shooter semi-sandbox ini tidak benar-benar bebas dari bug dan glitch. Dalam beberapa puluh jam bermain, saya menemui sejumlah kendala seperti musuh yang bisa menembus jeruji besi serta menyangkut di tembok. Saya juga mengalami dua kali crash to desktop, lalu game menyarankan saya untuk masuk ke safe mode.

ME 26

Kabar baiknya, sejauh ini tidak ada masalah yang menyebabkan Metro Exodus jadi tak bisa dimainkan. Versi PC-nya berjalan lancar dengan setting ultra dan opsi resolusi 1080p di sistem berprosesor Intel Core i7-6700HQ, 16GB RAM dan kartu grafis Nvidia GeForce GTX 1070.

ME 15

Satu kekurangan lain yang cukup mengecewakan ialah rendahnya tingkat intelektualitas lawan. Kadang, beberapa mutan cukup pintar untuk bersembunyi dan menyerang sewaktu Artyom lengah. Monster udang raksasa akan menembakkan racun, sedangkan humanimal (mirip feral ghoul di Fallout) mampu melempar batu. Tapi musuh manusia tidak terlalu pintar. Mereka tidak melakukan pemeriksaan secara agresif ketika tahu ada penyusup, bahkan musuh tidak mencoba mengejar atau menyergap saat melihat saya.

ME 32

 

Verdict

Terlepas dari sejumlah kekurangan itu, saya tidak segan buat merekomendasikan Metro Exodus bagi setiap penggemar shooter. Exodus memberikan angin segar di tengah pasar yang saat ini disesaki oleh game-game FPS multiplayer dan battle royale. Dan walaupun beberapa judul blockbuster turut mengusung tema post-apocalypse (misalnya Far Cry New Dawn atau Rage 2), ada banyak elemen unik yang membuat Exodus istimewa: narasi dan latar belakang cerita yang menarik, dikombinasi dengan aksi tembak-menembak seru, eksplorasi, misteri, dan gameplay stealth menegangkan.

ME 31

Meski boleh dikatakan sebagai versi terbaik, satu faktor yang membuat banyak orang ragu membeli Metro Exodus di PC adalah ia tidak dijual di Steam, dan hanya bisa didapatkan di Epic Games Store. Efeknya, Ecodus dijajakan tanpa penyesuaian harga dan Anda harus mengeluarkan uang lebih dari Rp 730 ribu hanya untuk memperoleh edisi paling standar. Ada dua alternatif atas keadaan ini: tunggu hingga nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika menguat, atau tunggu hingga tanggal 15 Februari 2020 ketika Metro Exodus akhirnya dirilis di Steam.

Pertanyaannya, bersediakah Anda menanti begitu lama?

Sparks

  • Visualnya sangat indah dengan efek atmosfer memukau
  • Menyajikan pengalaman shooter memuaskan
  • Dunianya sangat luas, ada banyak tempat yang bisa dijelajahi dan misteri untuk dipecahkan
  • Saat ini tak banyak game shooter yang betul-betul didedikasikan pada aspek cerita dan single-player
  • Dibekali mode foto dengan beragam perkakas untuk memudahkan Anda mendapatkan screenshot terbaik

 

Slacks

  • Baru bisa dibeli di Epic Games Store, harganya kurang bersahabat
  • Tidak bebas dari bug dan glitch
  • AI semestinya bisa lebih pintar lagi
  • Pemain tidak dapat kembali ke lokasi sebelumnya, hanya bisa mengulang chapter

Segala Konten yang Bisa Anda Cicipi di Open Beta The Division 2

Bermigrasinya sejumlah game dari Steam ke Epic Games Store, termasuk judul-judul besar seperti Metro Exodus dan The Division 2, masih menyisakan rasa pahit. Namun para publisher tampaknya telah bulat dengan keputusan mereka dan mengeksekusi agenda tanpa ragu. Khusus untuk The Division 2, Ubisoft sudah melangsungkan beberapa kali uji coba tertutup dan akan membukanya buat umum akhir minggu nanti.

Sesi open beta Tom Clancy’s The Division 2 akan dilangsungkan pada tanggal 1 sampai 4 Maret 2019, tersedia untuk PC, PS4 serta Xbox One. Dan melalui blog resmi, Massive Entertainment dan Ubisoft mengungkap segala hal yang bisa kita cicipi di sana. Berbeda dari fase private beta, open beta bisa diakses oleh semua orang. Konten yang disediakan pun lebih banyak, sehingga lebih mudah bagi kita buat mempertimbangkan apakah The Division 2 layak dibeli atau tidak.

Ketika permainan terdahulu mempersilakan Anda menjelajahi kota New York di musim dingin pasca menyebarnya virus cacar hasil rekayasa genetika, The Division 2 akan membawa Anda ke kota Washington DC, di-setting tujuh bulan setelah cerita sebelumnya berakhir. Dalam meraciknya, developer mencoba memberi solusi terhadap keluhan pemain, terutama soal konten di momen peluncurannya serta bagian endgame.

The Division 2 2

Di open beta nanti, Anda dapat menikmati tiga misi utama, lima misi sekunder, lalu dipersilakan pula mengakses Dark Zone East (arena PvP), mode multiplayer kompetitif skirmish 4 versus 4, satu misi ‘invaded‘, serta memilih tiga spesialisasi tokoh utama. Buat sekarang, hanya tersedia satu slot karakter, namun Anda tetap bisa mengustomisasi penampilan sang agen atau menghapusnya jika merasa kurang puas.

Tiga misi utama menyuguhkan petualangan di Grand Washington Hotel, Jefferson Trade Center, serta Viewpoint Museum. Anda bisa memainkannya di tingkat kesulitan normal maupun hard. Tester juga diperkenankan mengeksplorasi lokasi-lokasi lain seperti Gedung Putih, Downtown East, The Federal Triangle dan Smithsonian; serta dapat mengerjakan lima side quest. Dark Zone sendiri dapat diakses setelah Anda menyelesaikan misi Jefferson Trade Center.

Di versi open beta, Anda hanya bisa bermain sampai level delapan. Tapi begitu berhasil melewati Jefferson Trade Center, Anda diberikan pilihan tiga karakter level 30 untuk menikmati satu misi endgame.

The Division 2 1

Berdasarkan informasi dari Ubisoft, gamer di wilayah Asia dan Oseania sudah bisa melakukan pre-load sejak tanggal 28 Februari. Selanjutnya, open beta The Division 2 dapat dimainkan mulai pukul 20:00 malam AET (Australia Eastern Time) tanggal 1 Maret dan berakhir pada jam 20:00 AET tanggal 5 Maret. WIB lebih lambat tiga jam dari AET.

Sony Jelaskan Alasan Mereka Absen di E3 2019

Sebagai Mekah-nya segala hal yang berkaitan dengan gaming, Electronic Entertainment Expo sudah lama jadi tempat bagi para pemilik platform dan produsen hardware dalam menghimpun fans serta meluncurkan produk baru. E3 juga merupakan titik awal perang console dan persaingan antar publisher, dimeriahkan oleh nama-nama familier di industri semisal Sony, Microsoft, EA sampai Ubisoft.

Namun kira-kira lima bulan selepas event tahun lalu dilangsungkan, ESA (penyelenggara) dan Sony Interactive Entertainment telah mengonfirmasi bahwa console maker asal Jepang itu memutuskan untuk tidak menghadiri E3 2019. Saat mengumumkan hal tersebut, Sony mengatakan mereka bermaksud buat ‘mencari cara baru dalam berinteraksi dengan komunitas, sembari tetap mempertahankan tradisi’.

Berbicara pada CNET, chairman SIE Worldwide Studios Shawn Layden akhinya menjelaskan secara lebih rinci alasan mengapa mereka absen di E3 2019. Layden menyampaikan, ranah gaming telah banyak berubah sejak tersedianya internet. Di tahun 1995 di era PlayStation pertama, produsen menarik tema gaming dari CES dan memindahkannya ke E3 karena menurut mereka acara ini punya dampak lebih besar bagi pihak retailer dan jurnalis. Retailer memanfaatkannya sebagai ajang memperluas koneksi, sedang jurnalis akan melaporkan berita-berita baru terkait gaming.

Ketika itu, akses internet masih belum merata. Jadi sudah seharusnya bagi perusahaan-perusahaan seperti Sony ikut serta dalam acara-acara pemeran karena mereka membutuhkan eksposur serta perlu mengekspansi kemitraan demi mempermudah distribusi produk – baik hardware maupun software.

Namun saat ini, ketersediaan internet di mana saja mampu menyatukan setiap gamer di dunia walaupun mereka terpisah jarak. Kini masing-masing pemilik platform punya acara khusus yang dilakukan secara konsisten untuk penggemarnya – misalnya Nintendo Direct atau Destination PlayStation. Di sanalah Sony menghimpun para retailer serta partner buat meluncurkan produk. Lalu dengan aliran berita gaming yang tak ada hentinya, E3 telah kehilangan esensinya.

Dunia telah bertransformasi begitu jauh, tapi bagi Sony, E3 tak berubah. Tak ada banyak aktivitas ‘perdagangan’ di acara yang tadinya dimaksudkan sebagai trade show.

Selain itu, ada perubahan pula pada cara Sony menyajikan produk. Di fase akhir siklus hidup PlayStation 4, perusahaan ingin fokus pada judul-judul besar dan mengurangi kuantitas permainan. Itu sebabnya, mereka merasa tak ada banyak hal yang dapat diumumkan di bulan Juni 2019. Jika Sony ada di sana, fans sudah pasti menanti penyingkapan berskala besar.

Dan melihat dari pengalaman sebelumnya, ada peluang besar perangkat penerus PlayStation 4 akan diungkap di acara selain E3…

Game Battle Royale Baru Respawn Akan Jadi Hidangan Pembuka Sebelum Titanfall 3 Meluncur?

Sejak E3 2018 berlangsung, studio pencipta Titanfall tak malu-malu lagi mengungkap apa yang tengah mereka kerjakan. Sang CEO Vince Zampella telah mengonfirmasi eksistensi dari Star Wars Jedi: Fallen Order. Kemudian di bulan Desember kemarin, mereka membuka lowongan pekerjaan di posisi Senior Technical Animator untuk proyek yang berkaitan dengan franchise Titanfall.

Ketika itu, saya sempat mempertanyakan apakah dalam menggarap sekuelnya, Respawn akan mempertahankan tradisi game shooter tersebut atau mereka malah bereksperiman dengan mode multiplayer populer – misalnya battle royale. Jawabannya ternyata adalah iya dan tidak. Di akhir minggu kemarin, mulai beredar rumor di Twitter mengenai permainan anyar Respawn yang akan tersedia sebelum Titanfall 3 tiba. Tak lama, Zampella dan Geoff Keighley (host sekaligus produser acara The Game Awards) mengumumkan judulnya: Apex Legends.

Berdasarkan info dari bocoran-bocoran itu, Apex Legends merupakan game battle royale free-to-play yang menyajikan arena tempur untuk 60 pemain. Aspek unik dari Apex Legends adalah, kemungkinan game akan mengusung latar belakang dunia Titanfall tanpa menyertai robot-robot mecha Titan. Langkah tersebut tampaknya ialah realisasi dari keinginan Respawn buat memperluas jagat Titanfall (meski kita belum mendengar soal kelanjutan pengembangan serial TV-nya).

Kepada Kotaku, seorang informan menyampaikan bahwa gameplay Apex Legends bisa diibaratkan seperti perpaduan antara Titanfall, Overwatch dan mode Blackout di Call of Duty: Black Ops 4. Pemain disodorkan pilihan karakter berbeda, masing-masing memiliki kemampuan ‘super. Anda dapat berpartisipasi di medan tempur seorang diri, atau dalam tim berisi tiga pemain.

Developer berencana untuk melepas Apex Legends di tiga platform, yaitu PC, Xbox One dan PlayStation. Segala detail mengenainya akan disingkap dalam acara live stream via channel Play Apex di Twitch setelah Super Bowl berakhir, tepatnya pada tanggal 4 Februari jam 8:00 pagi waktu Pasifik, atau pukul 23:00 malam WIB. Channel Play Apex sendiri baru Respawn luncurkan, dan walaupun saat artikel ini ditulis statusnya masih offline, belasan ribu gamer sudah mulai mengawasinya.

Tingginya minat terhadap Apex Legends terbilang menarik. Titanfall 2 memang berhasil memenangkan sejumlah penghargaan di 2016 berkat kombinasi aspek  multiplayer adiktif dan single-player unik, tapi karena waktu perilisannya diapit oleh Battlefield 1 dan Call of Duty: Infinite Warfare, penjualannya tidak setinggi harapan Respawn. Update buat permainan berakhir pada Desember 2017, sebulan sesudah developer diketahui diakuisisi oleh Electronic Arts.

Via GamesRadar & PC Gamer.