[Video] Mengenal Pinhome, Platform Teknologi yang Mempermudah Akses Properti

Akses untuk memiliki properti yang diinginkan masih tergolong rendah bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut data Kementerian PUPR, tercatat ada 81 juta milenial yang belum memiliki rumah.

DailySocial bersama Dayu Dara Permata dari Pinhome membahas visi dan misi dari perusahaannya dan bagaimana Pinhome mampu membantu masyarakat untuk lebih mudah mendapat akses properti yang diinginkan.

Untuk video menarik lainnya seputar startup dan teknologi, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV.

Ribbit Capital Reportedly Led Series A Funding for Pihhome

Pinhome proptech startup reportedly received a series A funding worth of $25.5 million or equivalent to 369.3 billion Rupiah. We received the information that Ribbit Capital led this round. It is also its second investment in Indonesia after previously leading the series A funding of Ajaib platform.

Some other investors also participated in Pinhome’s recent investment, including Goodwater Capital, Insignia Ventures Partners, and Global Founder Capital as the investment unit of Rocket Internet.

As DailySocial’s team reached out, Pinhome refused to provide a response regarding investment. They only said that their main focus is currently to incerease the number of listings and expanding collaboration with stakeholders in the property sector.

In addition, they also said that they are expanding intensively for the on-demand services, Pinhome Home Service. Currently, the service is available in 14 cities including Jabodetabek, Bandung, Malang, Sleman, Sidoarjo, and Surabaya. Users can access it through the GoService feature in the Gojek application.

Service differentiation

Was founded by Dayu Dara Permata (CEO ) and Ahmed Aljunied (CTO ) last year, Pinhome aims to facilitate easier, faster, and transparent property transactions with the help of technology.

In an interview, Dara explained, “Pinhome is very unique, we are an online platform that facilitates interaction between property owners, buyers, and agents. As a property owner, it will be very easy as in the future we will have access to hundreds of thousands of agents who are ready to help market their properties.”

In Indonesia, the proptech sector is rapidly growing. Some players, especially with the listing feature, find the traction quite impressive. In addition, several other business models are starting to appear in the digital landscape, such as financing services.

Startup proptech di Indonesia
Indonesia’s proptech startups, data as of the end of 2019

Meanwhile in the regional, competition is narrowing into two major groups, PropertyGuru (its units in Indonesia: Rumah.com and Rumahdijual.com) and 99.co (has acquired Urbanindo). 99.co also has a strategic partnership with REA Group, which previously acquired iProperty — including the Rumah123 platform in Indonesia.

However, with services more specific and emphasize the cultural matters, local startups such as Pinhome, Travelio, Mamikos, Rukita, and others are trying to win the local market.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Ribbit Capital Dikabarkan Pimpin Pendanaan Seri A untuk Pinhome

Startup proptech Pinhome dikabarkan mendapatkan pendanaan seri A senilai $25,5 juta atau setara 369,3 miliar Rupiah. Dari informasi yang kami dapatkan, Ribbit Capital memimpin putaran tersebut. Ini sekaligus menjadi investasi kedua mereka di Indonesia setelah sebelumnya memimpin pendanaan seri A platform investasi Ajaib.

Beberapa investor lain juga turut andil dalam pendanaan Pinhome, di antaranya Goodwater Capital, Insignia Ventures Partners, dan Global Founder Capital selaku unit investasi milik Rocket Internet.

Ketika dihubungi DailySocial, pihak Pinhome enggan memberikan tanggapan terkait pendanaan. Mereka hanya menyampaikan saat ini fokus utamanya meningkatkan jumlah listing dan memperluas kerja sama dengan stakeholder di bidang properti.

Selain itu, mereka juga mengatakan tengah gencar melakukan ekspansi untuk layanan on-demand Pinhome Home Serivice. Saat ini layanan tersebut sudah bisa digunakan di 14 kota termasuk Jabodetabek, Bandung, Malang, Sleman, Sidoarjo, dan Surabaya. Pengguna bisa mengaksesnya melalui fitur  GoService di aplikasi Gojek.

Diferensiasi layanan

Didirikan oleh CEO Dayu Dara Permata dan CTO Ahmed Aljunied sejak tahun lalu, Pinhome hadir dengan tujuan memfasilitasi transaksi properti agar lebih mudah, cepat, dan transparan dengan bantuan teknologi.

Dalam sebuah kesempatan wawancara Dara menjelaskan, “Pinhome sangat berbeda, kami adalah sebuah platform online yang memfasilitasi interaksi antara pemilik, pembeli, dan agen properti. Sebagai pemilik properti akan sangat dimudahkan karena ke depannya kami akan memiliki akses ke ratusan ribu agen yang siap membantu memasarkan propertinya.”

Di Indonesia sendiri, layanan proptech cukup berkembang pesat. Beberapa pemain, khususnya dengan fitur listing, mendapati traksi yang cukup mengesankan. Selain itu beberapa model bisnis lain juga mulai hadir di lanskap digital, seperti layanan pembiayaan.

Startup proptech di Indonesia
Startup proptech di Indonesia, data per akhir 2019

 

Sementara di kancah regional, persaingan makin mengerucut di dua grup besar, yakni PropertyGuru (unitnya di Indonesia: Rumah.com dan Rumahdijual.com) dan 99.co (sempat mengakuisisi Urbanindo). 99.co juga menjalin kerja sama strategis dengan REA Group, yang sebelumnya terlebih dulu akuisisi iProperty — termasuk di dalamnya platform Rumah123 di Indonesia.

Namun dengan layanan yang lebih spesifik dan menekankan pada hal-hal kultural, startup lokal seperti Pinhome, Travelio, Mamikos, Rukita, dan sebagainya mencoba memenangkan pasar lokal.

Application Information Will Show Up Here

Mudahkan Pemilik Properti Kelola Bisnis, Rukita Luncurkan Layanan “RuOptions”

Meluncur sebagai platform proptech yang berfokus menyediakan layanan pengelolaan properti secara menyeluruh, Rukita mulai melihat besarnya kebutuhan dari pemilik properti yang secara khusus membutuhkan dukungan dari sisi pemasaran dan penjualan.

Melihat potensi tersebut, Rukita menghadirkan “RuOptions” bagi pemilik properti yang ingin mengoptimalkan upaya pemasaran dan penjualan hunian indekosnya dengan kegiatan operasional yang dikelola secara mandiri.

Kepada DailySocial, Co-founder & COO Rukita Sarah Soewatdy mengungkapkan, dengan layanan ini, pemilik properti memiliki peluang lebih tinggi dalam memaksimalkan bisnisnya dengan menjaring calon penghuni milenial.

“Layanan RuOptions menerapkan sistem pemasaran dan penjualan terintegrasi, baik secara offline maupun online. Seluruh kegiatannya pun dikelola sepenuhnya oleh tim Rukita, mulai dari pembuatan materi dan dokumentasi yang menarik, proses pemasaran di berbagai kanal, transaksi, hingga onboarding penghuni.”

Selain itu, Rukita juga menyediakan tim layanan pelanggan serta mengelola proses administrasi dan penagihan biaya sewa penghuni, sehingga mitra pemilik properti dapat berfokus pada hal operasional. Dasbor khusus juga disediakan bagi mitra untuk memonitor tingkat okupansinya secara real-time. Di samping itu, Rukita juga menyediakan layanan operasional tambahan, seperti tenaga kerja kebersihan dan keamanan yang terlatih.

Sementara itu untuk penghuni, RuOptions memberikan lebih banyak pilihan tempat tinggal yang layak dengan rentang harga yang lebih beragam sesuai anggarannya. Para penghuni pun tetap dapat memperoleh keuntungan menarik layaknya para Rukees yang tinggal di unit Rukita lainnya, seperti mendapatkan penawaran khusus dari para mitra, akses ke aplikasi Rukita, menjadi bagian dari komunitas Rukees dan bergabung di kegiatan komunitas.

Hingga saat ini Rukita telah mengoperasikan lebih dari 3500 kamar di wilayah Jadetabek dengan 2800+ penghuni dan 120+ mitra pemilik properti. Tahun ini ada sejumlah target yang akan dilancarkan oleh Rukita, di antaranya adalah ekspansi bisnis di wilayah Jadetabek dan inovasi produk untuk menjawab kebutuhan kalangan milenial akan hunian coliving. Untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan lebih, Rukita juga akan berfokus pada pengembangan teknologi dengan menghadirkan fitur baru di aplikasi tenant dan memperkaya ekosistem di platformnya melalui rangkaian kemitraan.

Community engagement juga akan menjadi prioritas utama Rukita untuk menciptakan komunitas yang lebih aktif dan akrab sejalan dengan ciri khas hunian coliving. Sementara itu, pembicaraan tentang pendanaan selalu berjalan dan fokus kami tetap untuk berusaha mewujudkan misi utama kami,” kata Sarah.

Untuk bisa tampil lebih unggul dibandingkan pemain lainnya seperti RoomME, Mamikos dan lainnya, Rukita menciptakan produk-produk berbasis teknologi yang inovatif untuk menjawab kebutuhan penghuni maupun pemilik properti. Yaitu dengan menyederhanakan proses pencarian hunian secara online, para penghuni dapat memesan layanan & add-ons, melakukan pembayaran sewa, serta mendaftarkan diri dalam kegiatan komunitas melalui aplikasi.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis Rukita

Saat pandemi tahun 2020 lalu, Rukita mengklaim bisa bertahan mengembangkan bisnis dan telah menunjukkan pertumbuhan yang positif berkat adaptasi berkelanjutan. Sejak kuartal ketiga tahun lalu, Rukita terus mengalami pertumbuhan okupansi dengan tingkat okupansi rata-rata saat ini berada di angka 80%. Sementara itu, jumlah penghuni baru pada kuartal pertama tahun ini juga mencapai rekor tertinggi setelah sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 122% pada semester kedua jika dibandingkan dengan semester pertama pada 2020.

Salah satu cara yang dilakukan oleh Rukita untuk mengakali kondisi tersebut adalah melancarkan beberapa inisiatif new normal yang dilakukan untuk menghadirkan layanan yang tetap relevan dalam menjawab kebutuhan saat ini. Mulai dari menyediakan fasilitas yang mendukung produktivitas penghuni saat bekerja dari rumah, memfasilitasi tes rapid antigen, dan lain-lain.

“Rukita juga menggandeng para mitra yang kredibel untuk menghadirkan beragam nilai tambah yang mempermudah para penghuni dalam beradaptasi di era new normal dengan fokus utama pada kenyamanan, kemudahan, dan keselamatan. Sejumlah kemitraan yang sedang berlangsung saat ini, di antaranya Sayurbox, Ruparupa, Lalamove, KlinikGo, Sneakershoot, Elevenia Mart,” kata Sarah.

Salah satu inovasi yang sudah diluncurkan tahun ini adalah, fitur “WFH ready”. Sebuah kamar memiliki fasilitas pendukung WFH yang layak, seperti koneksi internet berkecepatan tinggi, meja dan kursi kerja yang nyaman, lampu meja dengan penerangan yang memadai, rak untuk meletakkan peralatan kantor, hingga mesh board dekoratif yang membuat meja kerja lebih menarik.

Sebagai platform yang menghadirkan solusi lokal, Rukita terdiri atas gabungan tim lokal dengan pemahaman mendalam akan kebiasaan dan preferensi para penghuni dan pemilik properti. Sehingga memungkinkan mereka untuk menyediakan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya masyarakat Indonesia. Contohnya, pasangan yang belum menikah dilarang untuk tinggal bersama.

“Oleh karena itu, Rukita melakukan pengecekan latar belakang bagi calon penghuni secara ketat dan berkomitmen untuk menyewakan hunian secara bulanan untuk meminimalisir permasalahan sosial yang kerap terjadi di properti dengan penyewaan harian. Kebijakan ini menjadi solusi yang menguntungkan, baik bagi kenyamanan penghuni maupun pemilik properti,” tutup Sarah.

Application Information Will Show Up Here

DStour #89: Berkunjung ke Kantor Lamudi

Terletak di gedung Capital Place, Jakarta, kantor baru Lamudi menawarkan ruangan kerja yang luas dan fungsional menyesuaikan kondisi kerja saat pandemi. Memiliki lounge room, rooftop, hingga dekorasi yang mendukung semangat kerja, Lamudi berharap kantor baru mereka bisa dinikmati dengan sepenuhnya oleh pegawai saat pandemi dan nantinya jika pandemi telah usai. Simak liputan #DStour virtual berikut ini selengkapnya di kantor Lamudi.

Pandemi Akselerasi Bisnis Platform Proptech

Salah satu sektor yang sempat terganggu pertumbuhannya selama pandemi adalah sektor properti. Namun memasuki akhir tahun 2020, kondisi diklaim mulai membaik, dibarengi dengan mulai banyaknya permintaan dari pengguna. Sejumlah platform teknologi properti (proptech) optimis kondisi tahun ini lebih baik.

“Saat awal pandemi memang kami mengalami kendala. Namun akhir tahun 2020 lalu keadaan semakin membaik, [mulai] sekitar bulan September 2020 lalu tepatnya,” kata Co-Founder & CEO RoomME Glen Ramersan.

Country Manager Rumah123 Maria Manik mengatakan, “Secara keseluruhan Q-on-Q Maret 2020-Maret 2021 tren sewa dan dijual masih cukup konsisten.”

Sementara Rentfix mencatat adanya lonjakan permintaan di segmen sewa pergudangan. Permintaan pergudangan di kategori komersial lebih tinggi jumlahnya dibandingkan kategori lainnya seiring dengan naiknya permintaan di retail online.

“Kami tetap optimis bahwa di tahun 2021 ini permintaan apartemen maupun properti lainnya akan mengalami peningkatan,” kata CEO Rentfix Effendy Tanuwidjaja.

Pandemi “paksa” adopsi solusi teknologi

Masih dominannya developer dan agen menggunakan cara-cara tradisional untuk mempromosikan properti mereka dinilai menjadi penghambat adopsi teknologi di sektor ini. Strategi platform proptech untuk mempercepat pertumbuhan bisnis adalah melakukan edukasi ke mitra dan pengguna.

“Meskipun sebagian besar mitra kami adalah mereka yang tidak terlalu familiar dengan teknologi dan penggunaan aplikasi pada khususnya, namun karena pandemi mereka ‘dipaksa’ untuk bisa menggunakan dan membiasakan diri dengan aplikasi RoomME,” kata Glen.

Kegiatan tambahan, seperti mengikuti pameran properti dan talkshow properti secara online diklaim mampu meningkatkan jumlah pengguna dan mitra yang mengadopsi solusi teknologi. Konsumen sudah mulai merasakan manfaat kemudahan dalam mencari, menyewa, membeli, ataupun menjual properti melalui platform digital.

“Perubahan dari konsumen terkait dengan penyewaan dan jual beli properti di Rentfix selama pandemi adalah masyarakat semakin beradaptasi dengan teknologi menggunakan platform digital dalam mencari kebutuhan properti. Rentfix pun mencatat ada 100 ribu kunjungan pengguna per tahun 2020. [..] Sejumlah portal properti teknologi, baik sewa maupun jual beli atau proptech, menginformasikan lonjakan pengunjung di situs mereka,” kata Effendy.

Bagi Rumah123 yang sebagian besar pengguna mereka adalah pengembang dan agen, segala hal yang berkaitan dengan properti akan memerlukan edukasi secara terus menerus. Edukasi yang diberikan pun beragam bentuknya, termasuk berbentuk media artikel.

“Selain itu kami juga melakukan beberapa acara online semenjak pandemi seperti IG live, webinar dan online talkshow yang dikemas dengan menarik dan mengundang pembicara dari pakar properti, financial advisor / planner hingga influencer ataupun YouTuber,” kata Maria.

Tren pengguna proptech

Data yang dimiliki platform proptech mengungkapkan kebanyakan masyarakat Indonesia masih lebih memilih penyewaan dan jual beli rumah dibandingkan apartemen.

Dalam satu tahun terakhir, Rumah.com mencatat indeks harga apartemen, khususnya di Jabodetabek mengalami penurunan. Indeks harga apartemen secara nasional di Q1 2021 turun sebesar 5,3% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sebagai perbandingan, indeks harga rumah tapak masih mengalami peningkatan tipis sebesar 0.5% YoY.

“Melihat indeks suplai listing apartemen untuk dijual yang juga mulai menurun, bisa diasumsikan bahwa jumlah unit apartemen saat ini sedang ada di puncaknya untuk beberapa waktu ke depan. Melihat perlambatan bahkan penurunan harga apartemen, wajar jika para pelaku properti berusaha memaksimalkan pemasukan dari sewa, khususnya melaui platform yang dapat memaksimalkan okupansi inventori sewa,” kata Consumer Marketing Manager Rumah.com Imam Wiratmadja.

Selama 1 tahun ke belakang, pencarian rumah masih merupakan pilihan utama, yaitu 88% dari total pencarian di Rumah123. Sedangkan urutan selanjutnya adalah tanah sekitar 7%, apartemen 3% dan komersial 2%. Jika dilihat dari YoY, volume pencarian rumah mengalami peningkatan sekitar 3%, apartemen menurun sekitar 2%, dan untuk tanah dan komersial mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan.

Sedangkan Rentfix mencatat, meskipun permintaan sewa apartemen saat ini memang mengalami penurunan, namun masih tetap ada.

“Beberapa hal yang nantinya akan menjadi pendorong utama yang akan bisa memperkuat daya sewa dan jual beli properti adalah, meningkatkan kepercayaan maupun keyakinan (confident) pasar, keamanan publik, serta mendorong peluang investasi yang lebih baik. Hal ini akan berlaku untuk semua sektor properti baik residensial maupun komersial,” kata Effendy.

Sementara itu bagi platform seperti RoomME, yang melakukan kurasi ketat untuk properti kos/co-living, rumah masih menjadi pilihan konsumennya. Selain harga yang jauh lebih terjangkau, kultur kekeluargaan di rumah membuatnya jauh lebih populer.

“Penghuni yang memang mencari kos biasanya mereka mencari convenience yang tidak akan pernah didapatkan di apartemen. Sedangkan penghuni yang mencari apartemen itu biasa mereka mencari privacy, yang memang kurang di kos,” kata Glen.

Dari “Co-Investing” sampai “Instan Sell”, Model Bisnis yang Tengah Divalidasi Startup Proptech Ekuitas Home

Tahun lalu, pasar properti di Indonesia anjlok akibat pandemi Covid-19. Namun, proses pendistribusian vaksin yang tengah berjalan saat ini dinilai sejumlah pemangku kepentingan dapat mendongkrak kembali pasar properti di 2021.

Mengutip KontanCEO Indonesia Property Watch (IPW) Ali Tranghanda memprediksi pemulihan di sektor ini dapat terjadi di semester kedua 2021. Ia memperkirakan rumah tipe landed house bakal diminati tahun ini, sedangkan rumah di kisaran harga Rp500 juta-Rp1 miliar diestimasi bakal menjadi motor penggerak pemulihan sektor properti.

Sementara itu, seperti dilaporkan Bisnis, Chairman Indonesia Proptech Association Rusmin Lawin mengatakan bahwa industri dituntut untuk mengimplementasi teknologi dalam pengembangan properti (proptech). Dengan begitu, industri ini dapat bertahan dan terbiasa dengan efektivitas dan efisiensi proptech usai pandemi nanti.

Di tengah situasi saat ini, pasar proptech Indonesia kini kembali melahirkan pemain baru, yakni Ekuitas Home. Platform ini dikembangkan oleh Jume Analyes bersama Dede Kiswanto. Sekadar informasi, Jume sebelumnya juga sempat membangun dua platform gaya hidup dan rekreasi, yakni web marketplace SelenaID dan aplikasi sosial SelenaGo di 2015.

DailySocial berkesempatan mengetahui perjalanan Jume dan Dede dalam mengembangkan platform Ekuitas Home sejak 2020. Simak wawancaranya berikut ini:

Bereksperimen produk untuk temukan market-fit

Ekuitas Home menawarkan fitur jual-beli properti lewat skema co-investingrent-to-own (Quick Buy), dan jual instan (Instant Sell). Selain itu, platform ini juga menawarkan fitur Dataruma yang menawarkan informasi seputar harga appraisal dan lokasi rumah yang ingin dibeli atau jual secara instan dan digital.

Untuk menjual instan, prosesnya memakan waktu paling cepat 20 hari kerja, sedangkan rent-to-own membutuhkan waktu 2 tahun. Ekuitas tidak mengambil komisi untuk penjualan instan, tetapi melalui skema rent-to-own dengan komisi 2% dari harga jual yang disepakati.

Dalam wawancaranya, Jume menyebut bahwa ide pengembangan Ekuitas telah tercetus sejak akhir 2019, saat ini terpikirkan untuk mengeksplorasi skema crowdfunding pembelian tanah. Namun, ide ini tidak dilanjutkan mengingat proses verifikasi dokumen pembelian tanah terbilang kompleks.

“Makanya, itu kenapa kami tidak pakai crowdfunding, tetapi co-investing untuk pembelian rumah. Dari situ, kami mulai kembangkan co-investing mulai awal Maret sampai Oktober 2020. Tapi dalam perjalanannya skema ini tidak work, mungkin karena jaringan investor kami yang ingin kontribusi ke pembelian aset rumah terbatas,” ungkapnya.

Kemudian, perusahaan menjajal skema lain, yakni rent-to-own (Quick Buy) yang dirilis pada November 2020. Lewat skema ini, konsumen dapat membeli rumah dengan perjanjian sewa per tahun di awal, lalu rumah dapat dibeli secara tunai atau KPR. Uang sewa ini menjadi uang muka untuk pembelian rumah.

Namun, ia terkendala kembali dengan permodalan mengingat Ekuitas Home harus mengakuisisi properti di awal. “Biar efisien, kami beli di awal, sewa, lalu jual. Sayangnya, kami lagi-lagi tidak punya kapabilitas untuk mengakuisisi rumah,” tambahnya.

Selanjutnya, Ekuitas Home kembali bereksperimen lewat skema Instant Sell atau membantu penjual rumah dalam 7 hari. Artinya, dalam 7 hari, perusahaan bisa mendapatkan pembeli atau investor yang ingin mengakuisisi rumah ini. Akan tetapi, perusahaan juga terganjal dengan kapabilitas permodalan.

“Instant Sell itu berarti instantly terhubung dengan buyer, bukan terjual. Itu value-nya. Untuk Quick Buy, kami cut prosesnya, dari negosiasi, informasi harga, data lokasi, hingga verified listing. Kami masih coba propose rent-to own secara paralel.”

Produk Dataruma mengantongi traction

“Dari eksperimen tersebut, kami lalu berpikir apa basic problem dari penjual atau pembeli, yaitu harga. Penjual kadang bingung menentukan harga. Demikian juga pembeli, apakah worth it harganya, strategis kah lokasinya? Dan data [pencarian rumah] itu masih fragmented yang mana kita harus cari di internet dan sebagainya,” lanjut Jume.

Berangkat dari hal tersebut, Jume kemudian mengembangkan produk baru yang dirilis pada Februari 2021, yaitu Dataruma. Menurutnya, pertumbuhan layanan Dataruma terbilang positif, di mana realisasi pertumbuhan Dataruma tercapai dalam tiga minggu sejak diluncurkan dibandingkan pertumbuhan keseluruhan Ekuitas Home yang baru tercapai selama tiga bulan (Oktober 2020-Januari 2021).

Dataruma disebut telah mencapai product market-fit dengan lebih dari 500 permintaan datang dari segmen consumer. “Kami cukup happy dengan pencapaian ini, kami nanti tinggal scale up dan upgrade fiturnya,” ucap Jume.

Sejak awal, pihaknya memiliki misi untuk membantu konsumen jual-beli atau investasi properti secara instan dan digital lewat platform ini. Namun, ia melihat bahwa ada entry point terhadap permintaan penilaian rumah secara online. Biasanya, penilaian rumah dilakukan langsung secara offline. Penilaian ini berdasarkan sejumlah aspek, antara lain lokasi, luas bangunan, tahun pembangunan, hingga NJOP.

Untuk tahap awal, Dataruma masih menyasar segmen B2C atau perorangan, baik itu pembeli rumah atau agen, dengan model pay per request. Selanjutnya, ia akan memperkenalkan model berlangganan bulanan (subscription) untuk segmen B2B sembari memperkuat data-data rumah agar lebih komprehensif.

Goal kami di 2021 adalah terus mengembangkan digitalisasi transaksi properti, di mana kami akan fokus lewat entry point yang paling mudah untuk dieksekusi, yakni Dataruma. Tetapi, ini berjalan paralel dengan pengembangan produk lain. Kami akan coba memberikan journey kepada pengguna sehingga nanti dari situ bisa diarahkan ke produk Quick Buy atau Instant Sell,” paparnya.

Mencari mitra strategis dan optimistis pasar

Jume mengaku bahwa pihaknya sempat melakukan pitching ke beberapa investor strategis untuk mengatasi tantangan permodalan di atas. Namun, mengingat sejumlah produk belum mendapat traksi yang diinginkan, pihaknya belum dapat memastikan product value yang ditawarkan.

“Kami beberapa kali ngobrol [dengan investor], tapi belum confirm ya. Kami lakukan realistic approach dulu untuk cari strategic partner yang mau kasih modal buat akuisisi rumah-rumah. Saat ini, kami masih pakai pendanaan dari internal. Intinya, saat ini kami masih wait and see karena kami sedang coba improve supaya valuasi kami lebih baik lagi,” jelas Jume.

Lebih lanjut, Jume melihat pasar properti akan kembali bangkit di tahun ini meski sempat turun drastis akibat Covid-19 tahun lalu. Jume menyebut ada pertumbuhan positif pada segmen rumah tapak (landed house). Menurutnya, hal ini dipicu oleh tren Working From Home (WFH). Artinya, ada tren permintaan rumah, terutama di area terdesentralisasi.

“Kami melihat ada potensi besar di properti. Saat ini masyarakat masih menahan diri, tetapi sektor properti diprediksi mencapai puncak pertumbuhan di 2021, khususnya landed house yang sudah mulai sejak Desember 2020. Kami dapat info dari agen properti bahwa penjualan [rumah] sudah mulai banyak.”

Flokq Akuisisi Yukstay, Perkuat Posisi di Pasar “Co-living” Indonesia

Flokq resmi mengumumkan akuisisinya terhadap Yukstay, penyedia layanan marketplace untuk penyewaan apartemen dan indekos dengan nilai yang tidak disebutkan. Dalam keterangan resmi kepada DailySocial, CEO Flokq Anand Janardhanan mengungkap, akuisisi ini akan memperkuat posisinya di pasar co-living Indonesia serta mengakselerasi pertumbuhannya bisnis ke depan.

Menurut Anand, Yukstay telah memiliki kapabilitas teknologi lebih lanjut yang memungkinkan Flokq untuk memperluas segmen bisnisnya dari penyedia co-living menjadi tech-driven property management company. Kesepakatan akuisisi ini dinilai strategis mengingat pasar penyewaan ruang jangka panjang di Asia Tenggara diestimasi mencapai $180 miliar.

“Kami ingin meningkatkan basis pengguna kami di Indonesia, dan tak hanya dari layanan co-living saja. Kami ingin memperluas produk kami dengan menjadi full long term rental market platform hingga ke pasar Asia Tenggara dalam dua tahun ke depan. Dengan teknologi Yukstay, kami dapat memulai journey kami lebih cepat,” ujarnya.

Sekadar informasi, Flokq didirikan oleh Anand Janardhanan dan Harmeet Singh pada 2019 dengan pengalaman selama satu dekade membangun startup dan perusahaan global, seperti Microsoft. Saat ini Flokq telah menyewakan lebih dari 1.000 unit hunian di segmen mid to high di Indonesia dengan rerata tingkat okupansi di atas 95%, Average Room Rate (ARR) berkisar beberapa juta dolar AS, dan cash flow positif.

Sementara, Yukstay merupakan startup penyedia co-living pertama di Indonesia yang berfokus pada hunian apartemen di Jakarta dan Surabaya. Sejak berdiri di 2018, Yukstay telah menerima sejumlah investasi, termasuk dari Y Combinator, Insignia Ventures, Skystar Capital, Tanglin Venture Partners, dan K3 Ventures.

Co-founder & CEO Yukstay Christoper Kung menambahkan bahwa selama 18 bulan terakhir ini, pihaknya telah membangun sebuah platform yang dapat menyederhanakan rantai suplai di pasar real estate. Berbekal teknologi dan data yang dimiliknya, mitra agen Yukstay dapat melakukan transaksi lebih baik. Demikian juga dengan pengembangan customer experience dan pengelolaan properti.

“Bergabungnya Yukstay dengan Flokq akan mempercepat operating model yang sudah ada sebelumnya sehingga dapat mengakomodasi kebutuhan housing yang terus meningkat,” tutur Christoper.

Permintaan hunian co-living di masa pandemi

Anand mengakui permintaan co-living sempat turun drastis akibat pandemi. Kendati demikian, ia meyakini tren pasar hunian akan kembali meningkat tahun ini, sejalan dengan semakin banyaknya kalangan profesional yang melakukan Work From Home (WFH) di Indonesia.

Menurutnya, tren kenaikan ini akan dipicu oleh fleksibilitas persyaratan sewa yang ditawarkan oleh pemilik hunian di situasi pasar yang masih tidak pasti. Dengan keleluasaan ini, hunian co-living dapat menjadi pilihan alternatif jangka panjang yang menarik selain indekos. Pasar co-living bagi kaum milenial di Jakarta kini diestimasi bernilai $2,1 miliar, sedangkan di kawasan Asia Tenggara nilainya diperkirakan mencapai $15,6 miliar.

Di Indonesia, proptech termasuk salah satu vertikal bisnis yang terus bertumbuh selama beberapa tahun terakhir. Jumlah pemainnya mulai menjamur dengan menawarkan berbagai model bisnis, seperti listing properti hingga sewa hunian dengan konsep co-living. 

Kendati demikian, sepanjang 2020 pertumbuhan proptech tidak sekencang vertikal lain, seperti e-commerce, edtech, dan fintech. Pembatasan sosial akibat pandemi memicu penurunan permintaan properti, baik itu pembelian rumah atau sewa apartemen dan hotel. Salah satu dampak signifikan akibat pandemi ini adalah penutupan platform jaringan hotel dan penginapan Airy Rooms.

Dari sisi investasi, mengacu Startup Report 2020, hanya dua startup proptech Indonesia yang menerima pendanaan, yakni Jendela 360 dan Yukstay. Di periode itu, grup portal properti Emerging Markets Property Group (EMPG) mengakuisisi Lamudi Global, termasuk untuk Lamudi di Indonesia, Filipina, dan Meksiko. Dengan ketidakpastian situasi–meski vaksin kini sudah mulai didistribusikan–potensi merger dan akuisisi proptech bisa kembali terjadi di 2021.

Platform Proptech Rentfix Mulai Lakukan Ekspansi ke Singapura

Rentfix hadir sebagai platform teknologi properti (proptech) sejak 2017 lalu. Tahun ini mereka mantapkan langkah untuk memperluas cakupan bisnis ke Singapura. Saat ini situs Rentfix.sg sudah dapat diakses untuk pengguna di sana. Kepada DailySocial CEO Rentfix Effendy Tanuwidjaja mengungkapkan, situs dan aplikasinya menyediakan platform digital dilengkapi dengan layanan dedicated agents untuk kategori properti residensial maupun komersial.

Hingga saat ini Rentfix mengklaim telah memiliki sekitar lebih dari 3000 pengguna dan 55 jumlah mitra penyewa maupun pembeli. Akhir tahun 2020 lalu Rentfix meluncurkan fitur “Rentfix Jual Beli”. Bisnis jual-beli ini diluncurkan karena banyaknya permintaan dari para pengguna yang ingin memiliki hunian dengan cara dan proses yang mudah.

“Masih banyak properti yang disewa di pasaran tetapi ternyata tidak ditempati dan dibiarkan kosong. Misalnya gudang sudah disewa sekian tahun tetapi kosong. Rentfix melihat peluang itu, ruang-ruang properti kosong tersebut kami transformasikan melalui platform digital,” kata Effendy.

Saat ini Rentfix belum mendapat pendanaan dari investor. Perusahaan masih berupaya untuk fokus mengoptimalkan nilai transaksi sewa dan jual-beli properti guna meningkatkan okupansi untuk terus mendapatkan hasil.

Model bisnis dan strategi monetisasi

Model bisnis yang diterapkan oleh Rentfix terdiri dari dua jenis, yakni bisnis sewa dan jual-beli properti. Untuk transaksi sewa, platform hanya mengambil sekitar 1% dari setiap transaksi yang berhasil. Kemudian untuk jual-beli mereka memberikan kemudahan dan penawaran transaksi yang menarik bagi konsumen dalam membeli properti.

“Misalnya untuk memiliki rumah, konsumen hanya perlu merogoh kocek Rp500 ribu untuk dapat mereservasi properti yang diinginkan. Model bisnis tersebut pun didukung dengan strategi monetisasi kami, yakni memberikan solusi dalam penjualan properti bagi para calon mitra,” kata Effendy.

Rentfix juga memberi penawaran strategi bisnis marketing yang terdiri dari kerja sama sebagai Mitra Reguler dan Mitra Prioritas yang diperuntukkan untuk lebih mendukung keberhasilan mitra-mitra dalam memasarkan properti sewa dan penjualan properti.

Disinggung apa yang membedakan Rentfix dengan platform serupa lainnya yang menawarkan layanan yang sama, disebutkan mereka lebih memosisikan diri sebagai layanan e-commerce properti. Tujuannya ingin menciptakan sebuah proses transaksi berbasis teknologi, sehingga seluruh proses sepenuhnya bisa dilakukan secara daring; mulai dari pemesanan, pembayaran, hingga perjanjian sewa.

“Jika ada transaksi pembelian properti yang batal pun Rentfix dapat mengembalikan dana (refundable) yang sudah dibayarkan oleh pembeli. Menariknya lagi, Rentfix memberikan layanan pasang properti secara gratis selamanya bagi masyarakat Indonesia dalam memasarkan propertinya di Rentfix. Setiap properti yang terdaftar di Rentfix dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia,” kata Effendy.

Pandemi dan bisnis Rentfix

Saat pandemi banyak pemilik properti memasarkan unitnya untuk disewakan di platform Rentfix. Salah satu alasannya adalah, properti akan tetap menjadi kebutuhan yang dicari dan diperlukan oleh masyarakat. Rentfix mencatat selama Q1 2020, adanya lonjakan permintaan dari segmen sewa pergudangan. Permintaan pergudangan di kategori komersial lebih tinggi jumlahnya dibandingkan kategori lainnya. Selama pandemi juga ada permintaan yang lebih banyak untuk sewa di tipe pergudangan seiring dengan naiknya permintaan di ritel online.

Sebaliknya penyewaan tempat tinggal dan tempat usaha di kategori residensial tercatat mengalami perlambatan permintaan. Fokus calon penyewa kebanyakan untuk mengisi kebutuhan jangka pendek. Selama kuartal pertama tersebut  setidaknya ada 500 daftar baru yang didaftarkan di platform tersebut per bulannya.

“Oleh sebab itu, di tengah situasi yang serba tak pasti seperti saat ini, digital ekonomi memiliki peran yang sangat penting. Masyarakat akan tetap mengandalkan dan membutuhkan perusahaan teknologi properti untuk berbagai keperluan tempat tinggal di situasi pandemi seperti saat ini,” kata Effendy.

Application Information Will Show Up Here

Targetkan Pertumbuhan Tiga Kali Lipat, Travelio Perluas Kemitraan

Salah satu platform proptech yang cukup berhasil melakukan diversifikasi saat pandemi adalah Travelio. Berdiri sejak tahun 2015 lalu, layanan yang disuguhkan adalah platform manajemen properti untuk mengelola beragam apartemen fully furnished terstandardisasi yang disewakan secara online.

Awal Q4 2020, Travelio resmi memperluas bisnis ke penyewaan apartemen unfurnished dan rumah dengan tempo penyewaan menengah hingga jangka panjang. Ekspansi ini merupakan hasil kerja samannya dengan sederet pengembang properti ternama di Indonesia seperti Intiland, Ciputra Group, Trans Property, PP Property, Meikarta, dan Adhi Commuter Properti.

“Travelio dipercaya karena track record yang bagus. Kita punya 5 tahun pengalaman mengelola properti khususnya apartemen. Bisnis ini juga tadinya belum ada. Saat ini kita berinovasi untuk mengolah dan menyediakan apartemen unfurnished dan rumah,” kata Co-Founder CEO Travelio Hendry Rusli.

Pandemi dan bisnis Travelio

Sebelumnya sejak awal pandemi tahun lalu, Travelio juga telah memperkenalkan Travelio Mart. Situs yang berisikan produk sayuran, buah, daging, dan lainnya yang dibutuhkan oleh pengguna; memanfaatkan makin besarnya permintaan pembelian grocery secara online. Langkah strategis ini dilakukan Travelio untuk mengakali turunnya bisnis mereka di awal pandemi.

Travelio mencatat di kisaran Q2 2020 bisnis merosot tajam, terutama di segmen sewa apartemen harian. Banyak dari pengelola apartemen juga menutup sewa harian untuk meminimalisir mobilisasi penghuni. Namun, Travelio berinisiatif untuk mendorong booking jangka panjang (bulanan dan tahunan). Travelio juga memberlakukan pembersihan unit menggunakan disinfektan untuk menjamin keamanan tamu.

Hingga saat ini Travelio memiliki tiga produk utama, di antaranya adalah Ready to Rent (RTR), Travelio Property Management (TPM) dan Realty. Secara keseluruhan dari ketiganya Travelio telah memiliki lebih dari 8000 properti yang telah disewakan. Untuk TPM sendiri hampir 4300 properti. Mereka juga mengklaim terdapat dua juta lebih pengguna yang telah mengunduh aplikasi, sementara lebih dari 100 ribu orang sudah menjadi pelanggan.

Tahun ini Travelio memiliki target pertumbuhan bisnis hingga tiga kali lipat. Upaya yang telah mereka lakukan di antaranya adalah, memaksimalkan produk yang sudah ada dan berencana untuk meluncurkan layanan jual beli apartemen di kuartal ketiga tahun ini.

“Kita berharap bisa jadi market leader. Hal ini bisa mendukung visi besar Travelio untuk menjadi perusahaan berbasis teknologi terbesar di Asia Tenggara yang menyediakan pengelolaan dan penyewaan properti terintegrasi,” kata Hendry.

Application Information Will Show Up Here