Targetkan Segmen B2C, Prosa.ai Luncurkan Produk SaaS “Text-to-Speech”

Setelah sempat mengalami hambatan dalam pertumbuhan bisnis akibat pandemi, pengembang platform Natural Language Processors (NLP) Bahasa Indonesia Prosa.ai mengklaim terus mengalami pertumbuhan yang positif hingga saat ini.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto mengungkapkan, selama ini perusahaan fokus pada segmen B2B dari kalangan pemerintahan, menjadikan proyek yang telah dijalankan harus ditunda karena adanya pengalihan budget. Namun di pertengahan 2021 kondisi sudah semakin pulih dan proyek yang sempat tertunda berjalan kembali.

“Di sisi lain saya melihat pandemi sudah mengakselerasi adopsi digital. Sehingga jika dulunya tidak menjadi fokus, kini sudah banyak perusahaan hingga pemerintahan yang mengadopsi teknologi untuk mempermudah pekerjaan mereka,” kata Teguh.

Dalam implementasinya, Prosa.ai memiliki dua produk utama. Ada Prosa Text untuk layanan rekognisi teks, menyediakan jasa dalam bentuk API dan juga aplikasi kustom. Beberapa di antaranya adalah identifikasi berita hoax, hate speech, ekstraksi opini, klasifikasi jenis dokumen, ekstraksi informasi khusus, alat dasar NLP, dan lain-lain.

“Saat ini kami masih fokus kepada dua produk utama tersebut. Namun saat ini sudah mengalami pengembangan, bukan hanya conversational AI saja kita juga sudah muai merambah ke regulation technology,” kata Teguh.

Salah satu kerja sama strategis yang telah terjalin adalah dengan Bank Indonesia untuk risk analysis. Prosa.ai juga telah menjalin kemitraan dengan DPR untuk pengecekan regulasi. Sementara untuk layanan healthcare yang terbilang high regulated, mereka juga mengklaim turut membantu proses tersebut memanfaatkan analysis tools yang ada.

Disinggung seperti apa persaingan di antara pemain yang menawarkan layanan serupa, menurut Teguh untuk Indonesia sendiri belum terlalu banyak pemain lokal. Selain Prosa.ai, ada pemain lokal lain yang juga menggarap NPL berbahasa Indonesia, antara lain Media Kernels Indonesia, Bahasa.ai, dan Kata.ai.

Kebanyakan pemain yang mencoba menawarkan layanan serupa dengan Prosa.ai adalah perusahaan teknologi raksasa seperti Google, Microsoft dan lainnya. Namun demikian kapabilitas utama mereka lebih ke Bahasa Inggris untuk produk NLP-nya.

Untuk mempercepat akselerasi bisnis Prosa.ai memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana. Harapannya proses tersebut bisa dilancarkan dalam beberapa bulan ke depan.

Pendanaan terakhir yang diterima oleh Prosa.ai adalah tahun 2019 lalu untuk tahapan seri A. Pendanaan tersebut dipimpin oleh GDP Venture. Investasi tersebut melanjutkan pendanaan awal yang diterima tahun 2018 dari Kaskus (juga merupakan portofolio GDP Venture).

“Target kita tahun ini bisa mencapai pertumbuhan bisnis hingga dua kali lipat dibandingkan tahun lalu,” kata Teguh.

Luncurkan produk di segmen B2C

 

Produk terbaru yang telah diluncurkan menyasar segmen B2C adalah SaaS Text-to-Speech (TTS), sebuah solusi berbasis cloud yang dapat memenuhi kebutuhan dalam mengubah teks menjadi suara.

Prosa TTS dilengkapi dengan berbagai macam fitur yang memudahkan pengguna. Saat pandemi permintaan yang datang justru banyak dari end consumer, terutama mereka konten kreator hingga influencer untuk keperluan pengisian suara video dan sejenisnya.

“Kami menawarkan pilihan freemium kepada pengguna. Secara gratis mereka bisa mencoba namun dengan keterbatasan yang ada. Jika ingin menikmati fitur lainnya mereka bisa berlangganan dengan harga mulai dari Rp50 ribu,” kata Teguh.

Ke depannya Prosa.ai juga memiliki rencana untuk meluncurkan produk menarik lainnya yang bisa dimanfaatkan oleh segmen B2C. Untuk memperluas bisnis, perusahaan saat ini juga telah menjalin kolaborasi dengan publisher besar di Indonesia untuk generating content E-Book secara otomatis. Rencana strategis lainnya yang mulai dilirik oleh Prosa.ai adalah, menyediakan pilihan bahasa Indonesia untuk berbagai platform seperti media sosial.

“Saat ini sudah ada perusahaan asal Tiongkok yang tengah menjajaki kerja sama dengan kami. Mereka memiliki platform text dan speech namun hanya untuk bahasa inggris dan bahasa mandarin. Kita masih melakukan technical due diligence jika proses sudah rampung semoga bisa menjadi mitra agar bisa melakukan request recommendation dengan mereka,” kata Teguh.

Proyeksi ukuran pasar layanan NLP global / MarketsAndMarkets

Menurut laporan, ukuran pasar NLP global telah mencapai $11,6 miliar pada tahun 2020 dan akan tumbuh hingga $35,1 miliar pada 2026 dengan CAGR 20,3%. Pertumbuhan SaaS tersebut dikarenakan kompleksitas pembuatannya. Pengembang aplikasi memiliki kecenderungan layanan siap pakai yang dapat diintegrasikan dengan backend kreasinya.

Peluang lain, saat ini belum banyak platform yang mengakomodasi korpus bahasa Indonesia. Sementara perkembangan ekosistem digital di tanah air menunjukkan traksi luar biasa. Konsumen menuntut layanan aplikasi yang semakin cerdas. Sehingga peluang layanan berbasis kecerdasan buatan seperti TTS tersebut juga semakin besar.

Pencarian Talenta “Engineer AI” untuk Startup Indonesia

Apakah kalian pernah mendengar istilah automatisasi, chatbot, hingga kecerdasan buatan? Dulu teknologi ini dianggap sebagai keajaiban. Kini teknologi itu terus dipelajari dan terus dikembangkan oleh engineer AI (Artificial intelligence). Mereka adalah orang-orang di balik robot yang membalas chat kita dengan cepat, sistem yang mampu mengkalkulasi dan memvisualisasi data, dan semacamnya.

DailySocial mencoba menggali bagaimana startup yang memiliki fokus di layanan AI atau memiliki tim atau divisi khusus AI mengembangkan tim dan saling menumbuhkan pengetahuan dan keterampilan masing-masing.

100% talenta lokal

Volantis, misalnya, adalah perusahaan yang menawarkan layanan pengelolaan data menggunakan teknologi AI dan Machine Learning, baik untuk keperluan preskriptif maupun prediktif. Kini mereka memiliki 12 software engineer dan 6 data scientist. Semua merupakan karyawan lokal yang sudah dibina sejak tahun 2016.

“Kami percaya bahwa senioritas bukan segalanya dan kami percaya bahwa anak-anak yang cerdas jika diberikan pelatihan dan kesempatan akan sangat cepat dalam mengakuisisi skill. Sebagian besar engineer kami merupakan kader dari fresh graduate yang kami didik dari awal. Kami juga percaya bahwa problem solving, sains dasar, logika dan math yang kuat sangat berperan di dalam kualitas engineer. Sebagian besar engineer merupakan anak-anak (sains) murni, baik dari fisika, matematika, ataupun ilmu komputer,” terang CEO Volantis Bachtiar Rifai.

Salah satu bidang AI yang banyak diterapkan di bisnis Indonesia adalah NLP. Menggunakan cabang ilmu ini, teknologi mampu membaca inputan bahasa Indonesia kemudian merespons secara natural. Semuanya otomatis. Teknologi AI berperan menerjemahkan maksud dan memberikan respons yang relevan.

Startup yang menerapkan teknologi ini adalah Kata.ai. CTO Kata.ai Pria Purnama menjelaskan, saat ini mereka memiliki 2 Senior Research Scientist dan 1 Machine Learning Engineer. Semuanya orang Indonesia. Hanya saja mereka adalah lulusan luar negeri, yaitu Italia, Inggris, dan Jerman.

“Benang merahnya ada satu: orang Indonesia yang paham bagaimana tantangannya membuat NLP Bahasa Indonesia,” jelasnya.

Di lini bisnis yang hampir sama hadir Prosa.ai. Teguh Budiarto, CEO Prosa.ai, menceritakan pihaknya saat ini membangun building blocks technology berupa fungsi AI untuk menghasilkan analisis maupun kemampuan merespons data. Hasilnya diimplementasikan dalam bentuk chatbot, sentiment analysis, dan regulatory technology untuk data berupa teks. Data suara akan menghasilkan solusi voice biometric, call center transcription, dan semacamnya; sedangkan data image dan video untuk people and vehicle management system.

“Kami ada lebih dari 30 orang AI engineer dan lebih dari 20 orang software engineer. Dibantu persiapan data oleh lebih dari 60 orang annotator, baik itu untuk data text, suara maupun image atau video. 100% mereka talenta lokal,” terang Teguh.

Sementara Bahasa.ai mengombinasikan kemampuan AI dan WhatsApp untuk layanan yang secara otomatis mengakomodir kebutuhan pengguna. Mereka memiliki sejumlah klien kenamaan, seperti DANA, Smartfren, Bank Sinarmas, dan Sociolla.

“Tim inti yang mengembangkan core model natural language processing kami ada 3 orang AI engineer (termasuk salah satu founder), dibantu beberapa software engineer yang membantu implementasi model tersebut di real business use. Sampai saat ini kami masih dibantu dengan 100% talenta dalam negeri. Karena bisnis kami adalah mengembangkan teknologi AI untuk pemahaman Bahasa Indonesia, kami ingin semua tim kami memiliki konteks bahasa yang lengkap—yang hanya dapat didapat oleh penutur asli bahasa tersebut,” ungkap Co-Founder & Chief AI Bahasa.ai Samsul Rahmadani.

Kemudian ada Nodeflux. Startup yang bergerak di bidang vision AI ini menyediakan solusi mengubah data gambar atau video menjadi data terstruktur atau informasi yang bermanfaat.

Co-founder dan CEO Nodeflux Meidy Fitranto menjelaskan, saat ini mereka memiliki 50 engineer dan semuanya talenta lokal.

“Iya untuk talenta engineer AI, kita untuk pengkaderan akan ada semacam mentoring dari senior level AI engineer ke junior level, di mana senior AI engineer akan bersama-sama junior engineer menyelesaikan computer vision case, mulai dari membuat model analytics hingga optimisasi dan experiment,” terang Meidy.

DailySocial juga berbincang dengan dua startup unicorn Indonesia, Bukalapak dan Gojek.

Head of AI Research Bukalapak Muhammad Ghifary menceritakan bahwa mereka memiliki divisi khusus AI. Divisi tersebut fokus pada penyediaan dan inovasi produk dan layaan berbasis AI. Ada dua proses yang berkaitan dengan AI, yakni R&D dan engineering. Proses R&D bertujuan menghasilkan model atau solusi AI yang melakukan fungsi-fungsi tertentu. Sementara proses engineering dilakukan agar solusi AI tersebut mampu diimplementasi dan digunakan di skala besar.

“Saat ini kurang lebih ada 14 engineer AI yang semuanya merupakan talenta-talenta dalam negeri dengan latar belakang pendidikan dalam negeri maupun luar negeri,” jelas Ghifary.

Di Gojek, tim yang bertanggung jawab mengembangkan dan menerapkan teknologi AI adalah tim data science. Tim ini mengikuti proses CRISP-DM (Cross Industry Standard Process for Data Mining). Gojek memiliki sekitar 40 data scientist dan 20 machine learning engineer.

“Sebagai global company, tim kami tersebar di berbagai negara, yaitu Indonesia, Singapura, India, dan Thailand,” ujar Senior Data Scientist Gojek Ardya Dipta.

Talente AI engineer

Pengelolaan dan pengembangan tim

Di Volantis, pembentukan tim AI melalui beberapa tahap penyaringan, baik melalui tes tertulis maupun wawancara. Talenta yang dicari adalah mereka dengan kemampuan logika dan problem solving yang cemerlang. Ketika sudah berhasil bergabung, mereka akan didukung sarana riset dan pengembangan yang mumpuni sehingga bisa berkembang dan memberikan value ke perusahaan.

Untuk Kata.ai, mereka aktif dan rutin melakukan bedah paper, inovasi baru apapun yang sudah dipublikasikan akan dibahas. Jika ada yang dinilai sesuai dengan kebutuhan, mereka akan mengembangkannya lebih lanjut.

“Hasilnya dapat berubah improvement di platform Kata.ai dan juga kita publikasikan kembali. Biasanya kita publish 2/3 paper per tahunnya di konferensi seperti INACL, ACL, CICLing, dan semacamnya,” jelas Pria.

Pengembangan dan review paper juga dilakukan tim engineer AI di Bahasa.ai. Setiap penelitian baru bertema AI akan dibahas, didiskusikan, hingga diimplementasikan jika perlu. Ini mereka lakukan agar tetap update terhadap perkembangan teknologi.

Pengelolaan dan pengembangan di Prosa.ai dimulai dengan seleksi dengan kualifikasi yang cukup lengkap. Di dalam perusahaan mereka melakukan pengkaderan dengan menyelenggarakan pelatihan yang terbagi menjadi beberapa level, sharing pengembangan teknologi AI, hingga mengirim anggota tim untuk menghadiri pelatihan, meetup, dan acara semacamnya di dalam maupun luar negeri.

“Prosa menyediakan sarana secara infrastruktur, serta dukungan biaya pelatihan disesuaikan dengan rekomendasi dari supervisor / lead di masing-masing divisi, yang dapat diajukan oleh setiap engineer. Kalau proposal disetujui, mereka bisa mengikutinya dengan dukungan penuh maupun sebagian,” imbuh Teguh.

Sementara di Nodeflux, tim engineer AI setidaknya harus memiliki minat dan kemampuan di bidang terkait. Selanjutnya ketika sudah menjadi bagian tim mereka akan mendapatkan sesi peer tutorial, tempat sesama engineer AI berbagi pengetahuan.

“Sumber referensi untuk ide-ide terkait AI biasanya dari research paper yang bersumber dari institusi, jurnal dan konferensi-konferensi terkemuka.  Itupun tidak semua dapat diterapkan. Engineer AI secara reguler mendiskusikan research paper dan aplikasinya serta membuat eksperimen yang dapat diterapkan di pekerjaan,” jelas Meidy.

Sementara untuk bisa menjadi tim engineer AI di Bukalapak dibutuhkan beberapa keahlian, seperti pengolahan dan analisis data, pengembangan model/solusi AI, hingga implementasi perangkat lunak berbasis AI untuk skala besar. Di samping itu dibutuhkan pula kemampuan matematis dan problem solving yang kuat.

Menurut Ghifary, Bukalapak memberikan kesempatan bagi anggota tim engineer AI untuk berkembang melalui development program yang mereka miliki. Training dan knowledge sharing juga menjadi tradisi di dalam tim.

Ardya menceritakan environment di Gojek sangat mendukung untuk pengembangan pengetahuan dan kemampuan. Selain adanya sesi knowledge sharing rutin mereka juga memiliki study group yang tiap minggunya membahas buku-buku yang berkatian.

“Penularan ilmu juga dapat dilakukan pada saat mengerjakan proyek bersama, yaitu dengan cara data scientist yang lebih senior memberikan mentorship ke yang lebih junior sambil melakukan review berkala secara mendalam. Setiap review terdokumentasi dengan baik dan ada sign-off dari mentor bahwa proyek yang dilakukan sudah sesuai dengan standar,” imbuh Ardya.

Susahkah mencari talenta?

Semakin banyaknya perusahaan yang menghadirkan dan mengembangkan solusi AI menciptakan kebutuhan engineer AI yang semakin meningkat. Bachtiar menilai di Indonesia banyak talenta yang hebat, hanya saja kesulitan utama yang ditemui adalah membentuk budaya inisiatif dan berfikir yang strategis.

“Kelemahan kita terkadang kita cenderung pasif walaupun sebenarnya mampu,” terangnya.

Sementara bagi Meidy, pencarian talenta secara umum merupakan tantangan tersendiri. Fokusnya tidak hanya pada skill tapi juga attitude yang sesuai dengan kultur perusahaan dan kemampuan untuk berkolaborasi. Apalagi AI adalah area yang masih terus berkembang.

“Gampang-gampang susah. Tentu saja experienced talent lebih susah karena selain perusahaan AI di Indonesia belum banyak, engineer AI cenderung berminat pada data text atau speech atau vision saja [satu cabang ilmu saja –red]. Tidak mudah mencarinya yang bagus-bagus performanya,” terang Teguh.

Bahasa.ai sendiri fokus mencari talenta yang memiliki keunggulan dua bidang, karena belum banyak pendidikan khusus di bidang studi AI.

“Biasanya kita mencari antara 2 macam orang: lulusan computer science yang mahir dalam matematika, atau lulusan matematika yang mahir dalam programming,” imbuh Samsul.

Sementara Gojek melihat masih adanya kesenjangan yang cukup tinggi antara kebutuhan dan ketersediaan talenta engineer AI di Indonesia. Gojek berusaha menghadirkan beberapa solusi terkait hal ini dengan menghadirkan GoAcademy, Upscale,  Bangkit, Gojek Xcelerate, hingga Community up dan meetup Data Science.

“Saat ini Gojek memiliki ribuan karyawan di Asia Tenggara dengan lebih dari 30 kewarganegaraan. Kami berharap adanya asimilasi talenta tersebut dapat mendorong akselerasi untuk pengembangan skill dan mencetak talenta-talenta berkualitas dunia, serta mendapatkan eksposur perusahaan multinasional dengan berbagai tantangan serta key learning-nya,” tutup Ardya.

Saat Hoaks yang Dibuat Makin Canggih, Kecerdasan Buatan Jadi Harapan Melawannya

Persoalan berita palsu atau hoaks bukan soal remeh-temeh lagi. Selain muatannya yang berbahaya, sebarannya yang masif melalui media sosial merupakan ancaman nyata bagi siapa pun termasuk sebuah negara.

Seiring berkembangnya teknologi, berita palsu dan hoaks juga menjelma lebih canggih seperti menggunakan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk memanipulasi audio atau video. Namun seperti halnya kejahatan itu dibuat, solusi dalam melawan berita palsu dan hoaks juga terletak pada AI seperti yang dijelaskan CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto dalam #SelasaStartup edisi kali ini.

Produksi dan sebaran hoaks memang tanpa henti. Kementerian Komunikasi dan Informatika mengidentifikasi sekitar 771 hoaks dan 800.000 situs penyebar hoaks sepanjang Agustus 2018 hingga Februari 2019. Chatbot Anti Hoaks, chatbot buatan Kominfo dan Prosa yang ada di Line dan Telegram, menerima 2.103 aduan hoaks dari April-Agustus 2019.

“Untuk menggunakan manusia saja untuk melawan ini tidak cukup. Kita perlu mengotomatisasi deteksinya lalu menetralisasinya,” ujar Teguh.

Seperti yang dikatakan Teguh di awal, dampak hoaks memang sudah tak bisa dianggap remeh. Amerika Serikat dilanda badai berita palsu dan hoaks pada pemilu terakhir, Myanmar mengalami kerusuhan besar antaretnis akibat hoaks di Facebook, hingga Jerman menciptakan peraturan baru untuk menghukum platform media sosial jika gagal mencegah penyebaran hoaks di sana.

Menurut Teguh, sebuah kabar palsu atau hoaks kerap kali difabrikasi dengan tujuan tertentu, entah itu untuk melenyapkan legitimasi targetnya atau untuk menggoyang pemerintahan yang demokratis.

“AI sama manusia beda. Ketika bohong manusia merasa tingling atau seperti merinding tapi AI tidak. Perlu AI untuk mengetahui berita palsu buatan AI,” ucap Teguh.

Hoax Intel buatan Prosa merupakan contoh pemanfaatan AI untuk membasmi berita palsu. Chatbot Anti-Hoaks juga menjadi wujud pemanfaatan lain yang dilakukan bersama Kominfo untuk menjaring hoaks yang lebih banyak di tengah masyarakat.

Cara kerja mesin ini sederhananya dimulai dari memasukkan sebuah kabar yang sudah beredar untuk diverifikasi. Mesin kemudian bakal melakukan analisis terhadap kueri dan memeriksa di pangkalan data untuk menguji apakah kabar itu hoaks atau bukan.

Dari rangkaian proses itu, keterlibatan manusia hanya terletak pada pengaduan yang bisa dilakukan lewat situs web pemerintah, aplikasi Line, dan Telegram; serta diskusi dalam menarik kesimpulan tentang informasi tersebut.

Teguh mengatakan sejauh ini mesin mereka masih terbatas pada teks. namun ia menjanjikan deteksi serupa dapat dilakukan pada hoaks berbentuk gambar dan video serta terintegrasi di media sosial dan mesin pencari sesegera mungkin.

“Ini masih jauh dari sempurna tapi setidaknya kita sudah menemukan titik terang. Ada harapan dengan banyaknya informasi yang tersebar kita punya senjata untuk memeranginya,” pungkas Teguh.

Prosa.ai Dapatkan Pendanaan Seri A dari GDP Venture

Prosa.ai startup pengembang platform artificial intelligence (AI) untuk teknologi pemrosesan teks (NLP – Natural Language Processing) dan pengenalan suara dalam Bahasa Indonesia, hari ini (20/6) mengumumkan perolehan pendanaan seri A yang dipimpin oleh GDP Venture. Tidak disebutkan nominal dana diterima. Investasi tersebut melanjutkan pendanaan awal yang diterima tahun lalu dari Kaskus (juga merupakan portofolio GDP Venture)

“Walaupun jumlah talent AI terbatas termasuk di Indonesia, tetapi para pendiri Prosa.ai menunjukkan bahwa Indonesia mampu untuk mengembangkan teknologi AI dan Prosa.ai pun telah menunjukkan progress yang sangat baik dalam waktu singkat,” sambut CEO GDP Venture Martin Hartono.

Ia juga mengatakan, AI merupakan teknologi yang sedang berkembang dan sangat dibutuhkan untuk menunjang berbagai industri. Sehingga berinvestasi pada teknologi AI merupakan langkah strategis bagi perusahaannya dan diharapkan dapat berpartisipasi dalam kemajuan teknologi di Indonesia.

Prosa.ai didirikan sejak tahun 2018, berawal dari hasil riset para co-founder yakni Ayu Purwarianti, Dessi Puji Lestari dan Teguh Eko Budiarto. Belum lama ini, Prosa.ai bekerja sama dengan Kominfo meluncurkan Chatbot AntiHoaks yang berfungsi untuk mengecek berita, artikel atau tautan yang diberikan oleh masyarakat melalui fitur chat.

“Pendanaan yang kami dapatkan akan kami gunakan untuk memperkuat tim kami, meningkatkan kualitas produk dan data kami menjadi lebih baik lagi. Beberapa produk yang akan kami tingkatkan lagi kualitasnya, seperti Prosa Hoax Intel, NLP Toolkit API, Concept-Sentiment, Chatbot NLP Processing, Text Data Sets, Voice Biometrics, Speech Datasets, Speech-to-Text, Text-to-Speech, Conversational Analytics and Meeting Analytics for Bahasa Indonesia,” ungkap CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto.

On Lee selaku CTO GDP Venture dan CEO & CTO GDP Labs yang merupakan salah satu Board Directors dari Prosa.ai mengatakan, “GDP Venture sangat senang diberi kesempatan untuk mendanai Prosa.ai karena perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan AI terbaik di Indonesia yang didirikan oleh founders yang kredibel dan mempunyai pengalaman dibidang AI dibarengi dengan tim yang solid dan teknologi yang andal.”

Kemkominfo Perkenalkan “Chatbot Anti Hoaks”, Didukung Teknologi Prosa.ai

Kemkominfo kembali meluncurkan layanan untuk membantu memerangi penyebaran hoaks atau berita bohong. Layanan baru ini berbentuk chatbot yang bisa diakses melalui platform Telegram. Dalam pengembangannya Kemkominfo menggandeng Prosa.ai sebagai penyedia teknologi.

Chatbot ini dinamai dengan “Chatbot Anti Hoaks” dan bekerja mengecek berita, artikel, atau tautan yang diberikan masyarakat melalui fitur chat. Kemudahan pengaksesan chatbot ini diharapkan menjadi salah satu solusi meredam atau mengurangi berita hoaks yang meresahkan masyarakat.

“Chatbot Anti Hoax milik Kominfo ini dapat dikatakan sebagai Enhanced Search Bot untuk Hoaks, karena cara kerjanya seperti search engine, tetapi lebih spesifik untuk hoaks. Enhanced search engine ini memanfaatkan teknologi NLP (Natural Language Processing) yang dibangun terutama untuk bahasa Indonesia yang digunakan pada saat pre-processing dan post-processing pencarian pada database hoaks agar dapat menemukan artikel referensi yang paling relevan dengan artikel yang dicari oleh pengguna,” jelas CEO Prosa.ai Teguh Eko Budiarto.

Chatbot Anti Hoaks ini bekerja jika pengguna mengirimkan pesan ke akun @chatbotantihoaks di platform Telegram. Selanjutnya chatbot akan menampilkan informasi klarifikasi hoaks yang berasal dari database Mesin AIS Kemkominfo.

Dalam keterangan resminya, Dirjen Aptika Kemkominfo Semuel A Pangerapan menyampaikan bahwa Chatbot Anti Hoaks merupakan salah satu cara yang dilakukan Kemkominfo untuk memerangi hoaks.

“Kita menyediakan satu layanan di Telegram. Masyarakat pengguna jika meragukan satu informasi bisa menanyakan dan platform harus bertanggung jawab,” terang Semuel.

Mesin AIS milik Kemkominfo diklaim bekerja 24/7 non stop untuk membantu mengklarifikasi dan memerangi hoaks, informasi menyesatkan, dan ujaran kebencian dengan didukung oleh 100 anggota tim verifikator.

“Database [haoks] tersebut di-update melalui saluran aduan hoaks yang nantinya akan dilakukan investigasi bersama oleh berbagai pihak terkait. Salah satu bagian dari sistem ini adalah sebuah aplikasi forum diskusi internal yang disebut dengan Hoax Verification Platfom yang akan diisi dengan hasil investigasi oleh jurnalis media dan verifikator, seperti Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia), dengan dimoderasi oleh tim Kominfo. Jadi, yang berwenang untuk menentukan sebuah berita itu adalah hoaks atau tidak dan meng-update-nya ke database adalah tim Kominfo,” imbuh Teguh.

Platform chat dipilih karena termasuk platform yang mudah dan populer di kalangan masyarakat. Dengan teknologi chatbot yang tersedia, diharapkan masyarakat bisa dengan mudah dan cepat mendapatkan klarifikasi. Ke depannya Chatbot Anti Hoaks juga akan tersedia di platform lainnya, seperti Whatsapp dan Line.

“Kami sangat senang akan kerja sama ini yang dapat meningkatkan peran serta semua pihak dalam memerangi hoaks dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menyampaikan kebenaran dan melakukan ricek sebelum menyebarkan informasi. Kami harap ke depannya akan semakin banyak pihak yang mendukung dan bekerja sama langsung untuk meningkatkan kelengkapan dan keakurasian sistem ini agar semakin bermanfaat pada lebih banyak orang lagi,” imbuh Teguh.

Pengembang NLP Bahasa Indonesia Prosa.ai Dapatkan Investasi dari Kaskus

Hari ini (08/10), Kaskus secara resmi mengumumkan investasinya ke Prosa.ai, pengembang platform Natural Language Processors (NLP) untuk Bahasa Indonesia. Tidak disampaikan terkait detail pendanaan yang diberikan. Sejauh ini produk Prosa.ai fokus pada layanan Text & Speech-based Processing Tools yang dibuat kustom sesuai dengan kebutuhan kliennya.

Dalam sambutannya, CEO Kaskus, Edi Taslim menyampaikan bahwa perusahaan melihat Prosa.ai memiliki potensi dan kompetensi yang besar melalui layanannya. Prosa.ai dinilai sebagai perusahaan perangkat lunak pertama yang berhasil menghadirkan NLP komprehensif untuk Bahasa Indonesia. Dalam waktu dekat, Kaskus akan mengaplikasikan layanan Prosa.ai guna menyaring berita hoax maupun negatif di forum, sehingga dapat menghadirkan konten yang lebih positif kepada Kaskuser.

“Kami sangat senang bisa menjadi salah satu partner awal dalam pengembangan Prosa.ai melalui investasi ini. Kami harap investasi ini bisa membantu pengembangan Prosa.ai ke depannya,” ujar Edi.

Prosa.ai diinisiasi pada awal tahun 2018, dipimpin oleh Ayu Purwarianti sebagai NLP Chief Scientist. Produk yang dikembangkan memiliki misi untuk meniru kemampuan manusia dalam menganalisis sebuah teks dan percakapan.

Dalam implementasinya Prosa.ai memiliki dua produk utama. Pertama adalah Prosa Text (nama produk untuk rekognisi teks), menyediakan jasa dalam bentuk API dan juga customized application. Beberapa di antaranya adalah identifikasi berita hoax, hate speech, ekstraksi opini, klasifikasi jenis dokumen, ekstraksi informasi khusus, tools dasar NLP, dan lain-lain.

Sementara Prosa Speech (nama produk untuk rekognisi suara), memungkinkan mesin untuk mengenali ucapan dalam Bahasa Indonesia, mensintesis ucapan, mengenali identitas pengucap, dan mengenali maksud serta emosi dari ucapan. Hal ini memungkinkan mesin untuk menerima masukan dan keluaran dalam bentuk ucapan, seperti pada voice-commands, voice-id biometrics, atau sistem media monitoring.

“Kami sangat senang dan bangga mendapatkan dukungan dari Kaskus untuk semakin mengembangkan layanan Prosa.ai. Dengan memiliki SDM lokal yang kompeten, kami yakin dapat menghadirkan teknologi NLP terdepan yang dapat memberikan solusi terhadap kebutuhan klien dan partner,” sambut CEO Prosa.ai, Teguh Budiarto.