Mengenal Keunggulan Chipset Terbaru Qualcomm untuk Tahun Depan, Snapdragon 865 dan Snapdragon 765

Kita sudah tahu chipset apa yang bakal menjadi otak ponsel-ponsel flagship yang akan dirilis tahun depan: Snapdragon 865. Namun yang menjadi pertanyaan, sesignifikan apa peningkatan performa yang dihadirkannya, terutama jika dibandingkan dengan Snapdragon 855?

Berbekal CPU Kryo 585 dan GPU Adreno 650, Snapdragon 865 disebut mampu menghadirkan peningkatan kinerja dan grafis secara keseluruhan hingga 25%. Untuk kinerja machine learning, AI engine generasi kelima yang diusung diklaim mampu menyuguhkan performa dua kali lebih cepat selagi menghemat konsumsi energi sampai 35%.

Untuk keperluan gaming, Snapdragon 865 telah dirancang agar mampu mengakomodasi layar dengan refresh rate 144 Hz. Ya, angka itu sudah merambah kategori PC gaming, dan ini bisa menjadi indikasi bahwa tahun depan jumlah smartphone flagship dengan layar yang memiliki refresh rate tinggi bakal semakin banyak.

Beralih ke performa kamera, Snapdragon 865 hadir membawa ISP (image signal processor) Spectra 480, yang diklaim mampu mengolah data hingga sebesar 2 gigapixel per detik, dan ini pada dasarnya memungkinkan perangkat untuk merekam video 8K maupun 4K HDR. Resolusi foto maksimum yang didukung juga mencapai 200 megapixel, krusial mengingat belakangan fotografi smartphone sudah mulai menembus resolusi 100 megapixel.

Dari segi konektivitas, Snapdragon 865 telah mendukung Wi-Fi 6 secara default, dan ia diklaim sebagai chipset mobile pertama yang mendukung Super Wide Band via Bluetooth, menjanjikan audio yang lebih jernih saat digunakan bersama headphone atau earphone nirkabel. Proses pairing-nya pun juga diyakini lebih cepat, lengkap dengan dukungan terhadap codec aptX Adaptive.

Qualcomm Snapdragon 765

Seperti yang sudah disinggung di artikel sebelumnya, sambungan 5G-nya masih mengandalkan modem terpisah Snapdragon X55, akan tetapi kapabilitasnya cukup mengesankan, dengan dukungan kecepatan maksimum hingga 7,5 Gbps. Untuk solusi yang lebih terintegrasi, ada Snapdragon 765 dan 765G yang ditujukan untuk perangkat dalam kategori mid-range, macam OPPO Reno3 Pro 5G.

Soal dukungan kecepatan mengunduh, Snapdragon 765 dan 765G yang mengemas modem 5G terintegrasi memang kalah cepat, akan tetapi efisiensi dayanya sudah pasti lebih baik mengingat hanya ada satu komponen yang menyedot energi di sini. Perbedaan antara Snapdragon 765 dan 765G sendiri terletak pada fitur Snapdragon Elite Gaming, yang hanya tersedia pada 765G saja.

Secara garis besar, Snapdragon 765 yang berbekal CPU Kryo 475 dan GPU Adreno 620 menjanjikan peningkatan performa hingga 20% dibanding generasi sebelumnya. Varian 765G sedikit lebih unggul dalam hal rendering grafis, dan itu berkat optimasi yang disediakan oleh Snapdragon Elite Gaming itu tadi.

Duo Snapdragon 765 ini pun juga mewarisi sejumlah keunggulan kakaknya yang duduk di kasta flagship. Utamanya adalah AI engine generasi kelima itu tadi, serta dukungan penuh terhadap codec aptX Adaptive, yang dapat menyesuaikan antara mode high definition atau mode low latency dengan sendirinya.

Qualcomm Ungkap 3D Sonic Max, Generasi Baru dari Sensor Sidik Jari Berteknologi Ultrasoniknya

Bersamaan dengan pengumuman Snapdragon 865 dan 765, Qualcomm turut menyingkap generasi terbaru dari sensor sidik jari di balik layarnya. Dijuluki 3D Sonic Max, ia meneruskan jejak sensor berteknologi ultrasonik yang Qualcomm rilis tahun lalu, yang sejauh ini bisa kita jumpai pada seri Samsung Galaxy S10 dan Galaxy Note 10.

Kata “Max” pada namanya merujuk pada sejumlah atribut. Yang pertama adalah ukuran fisik penampang sensor yang lebih besar; 20 mm x 30 mm, sekitar 17 kali lebih luas dibanding dimensi pendahulunya yang hanya 4 mm x 9 mm. Begitu luasnya permukaan sensor ini, ia dapat membaca dua jari sekaligus, dan ini jelas berdampak langsung pada peningkatan keamanan – atribut kedua yang dirujuk oleh namanya.

Keamanan merupakan aspek yang amat krusial dalam konteks sensor sidik jari, apalagi mengingat sebelum ini sensor generasi pertama Qualcomm sempat dikibuli menggunakan trik yang tergolong mudah. 3D Sonic Max dengan dimensi yang lebih besar diyakini dapat menekan peluang munculnya trik-trik seperti ini lagi, sebab bagian jari yang terbaca otomatis jadi lebih banyak.

Qualcomm 3D Sonic Max
Tebal sensornya hanya berkisar 0,15 mm / Qualcomm

Atribut yang ketiga adalah kemudahan. Penampang sensor yang lebih besar berarti pengguna tidak harus meletakkan jarinya persis di atas area sensor seperti sebelumnya. Lebih lanjut, proses setup awalnya juga dapat disederhanakan. Kalau sebelumnya jari harus diletakkan dan diangkat berkali-kali, sekarang pengguna hanya perlu meletakkan satu kali, dan seluruh permukaannya bisa langsung terekam.

Satu hal yang tidak banyak berubah adalah kecepatannya dalam membaca sidik jari. Kepada CNET, perwakilan Qualcomm bilang bahwa semuanya bergantung pada bagaimana pengguna memosisikan jarinya selagi dalam proses setup awal. Kalau benar-benar pas, kinerja 3D Sonic Max dapat sedikit dipercepat.

Lalu kapan kita bisa berjumpa dengan perangkat yang mengemas sensor ini? Paling cepat mulai tahun depan, dan salah satu kandidat kuatnya adalah penerus Galaxy S10 beserta Note 10, dengan catatan Samsung tidak mengikuti jejak Google yang sepenuhnya melupakan eksistensi sensor sidik jari pada Pixel 4.

Sumber: 1, 2, 3.

Qualcomm Snapdragon 865 Resmi Diumumkan, Nyaris Semua Ponsel Flagship Tahun Depan Bakal Mendukung 5G

Tahun belum berganti, namun kita sudah tahu chipset apa yang bakal menenagai deretan smartphone flagship tahun depan. Apalagi kalau bukan Qualcomm Snapdragon 865, yang baru saja diumumkan pada acara tahunan Snapdragon Tech Summit, yang mengangkat 5G sebagai tema utamanya tahun ini.

Detail merinci terkait performanya masih belum dibeberkan, namun yang agak aneh, Snapdragon 865 rupanya tidak dibekali modem 5G terintegrasi seperti dugaan banyak orang. Agar bisa terhubung ke jaringan 5G, chipset ini masih membutuhkan dampingan modem 5G terpisah. Tentu saja Qualcomm sudah menyiapkan partner yang pas buatnya, yakni Snapdragon X55.

Pada kenyataannya, Snapdragon 865 dan Snapdragon X55 merupakan pasangan yang tidak bisa dipisahkan. Qualcomm mewajibkan pabrikan smartphone untuk menggunakan Snapdragon 865 dan X55 sekaligus. Pasalnya, Snapdragon 865 tidak dilengkapi satu pun modem, dan pabrikan tidak bisa menyematkan modem lain begitu saja, baik modem 5G ataupun 4G.

Qualcomm Snapdragon 865

Kalau boleh saya simpulkan, ini berarti nyaris semua ponsel Android flagship yang dirilis tahun depan bakal mendukung 5G secara default, dengan pengecualian yang berlaku untuk perangkat yang tidak memakai Snapdragon 865. Ketergantungan akan modem terpisah juga berarti efisiensi daya perangkat belum bisa benar-benar dimaksimalkan, sebab yang mengemas modem terintegrasi sudah pasti lebih irit daya.

Bersamaan dengan Snapdragon 865, Qualcomm turut mengumumkan Snapdragon 765. Lucunya, chipset yang ditujukan untuk perangkat kelas menengah ini justru datang membawa modem 5G terintegrasi. Akankah 2020 tercatat sebagai tahunnya 5G menjadi mainstream? Mungkin saja, mengingat jumlah smartphone mid-range yang mendukung 5G sudah pasti bakal meningkat cukup drastis tahun depan.

Sumber: The Verge dan Qualcomm.

Realme Luncurkan X2 Pro dan 5S, Tawarkan Harga Lebih Terjangkau

Realme akhirnya bermain di pasar premium dengan mengeluarkan perangkat terbarunya yang dinamakan realme X2 Pro. Hal tersebut karena realme menyematkan berbagai fitur dan spesifikasi yang tinggi pada perangkat tersebut. Peresmiannya di Indonesia dilaksanakan pada tanggal 27 November 2019 bertempat di Ballroom 3 Hotel Pullman Central Park.

realme X2 Pro launch

realme X2 Pro adalah ambisi “Leap to Premium” realme untuk menghadirkan lebih banyak produk berkualitas premium ke Indonesia. realme X2 Pro menawarkan pengalaman smartphone kecepatan penuh dengan kombinasi fitur high-end yang hebat untuk segmen smartphone premium di Indonesia. Sebagai penerus X-line dari realme yang dikenal sebagai seri premium yang memiliki banyak inovasi terbaru, realme X2 Pro akan melanjutkan kesuksesan seri X dari realme dan membawanya ke level baru yang selanjutnya,” kata Palson Yi – Senior Brand Manager, realme Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa realme X2 Pro, saya sudah menyajikannya dalam bentuk artikel review. Sama seperti pada artikel tersebut, varian yang diluncurkan oleh realme di Indonesia adalah yang menggunakan RAM 12 GB serta internal 256 GB saja. Namun tidak hanya satu varian desain saja yang diluncurkan oleh realme, X2 Pro pun hadir dalam desain Master Edition. Varian yang satu ini memiliki warna merah serta tingkat kekasaran yang sama dengan batu bata.

realme X2 Pro - The phone

Realme Indonesia pun memiliki alasan tersendiri mengapa hanya satu varian saja yang dimasukkan. Saat ditanyakan secara terpisah, Felix Christian selaku Product Manager realme Indonesia mengatakan bahwa mereka ingin memasukkan model terbaik yang ada ke Indonesia. Mereka sadar bahwa di Tiongkok dan India, realme mengeluarkan model lainnya pula.

Selain itu, ternyata harga jual di Indonesia pun lebih mahal dibandingkan dengan yang ada di India dan Tiongkok. Realme pun menyoroti masalah upah dan perijinan yang ada di Indonesia, sehingga membuat harganya lebih tinggi dari negara lain.

realme X2 Pro Master Edition

Selain X2 Pro, realme juga memperkenalkan perangkat baru, yaitu realme 5s. Realme 5s merupakan sebuah peningkatan dari realme 5. Dari sisi kamera, realme 5s menggunakan ISOCELL GM1 yang memiliki resolusi sampai 48 MP serta penambahan fitur seperti Super Nightscape 2.0 dan Chroma Boost.

Realme 5s dilengkapi prosesor Snapdragon 665 berbasis proses pabrikasi 11nm dengan kecepatan clock 2.0GHz dan memiliki fitur Qualcomm AI Engine. RAM yang digunakan memiliki kapasitas 4 GB dengan internal 128 GB. Baterai yang terpasang adalah 5000 mAh.

realme X2 Pro - 5s

Dengan munculnya realme 5s, secara otomatis pula realme 5 berada pada ujung akhir masa hidupnya. Hal tersebut karena keduanya memiliki harga yang sama namun dengan peningkatan spesifikasi dan fitur.

Untuk harga dan ketersediaan kedua smartphone adalah sebagai berikut

Tipe Memori Warna Harga Ketersediaan
realme X2 Pro 12+256GB Lunar White, Neptune Blue Rp 7.799.000 Pre-order online dari 28 November – 3 Desember di realme.com/id & Blibli dengan total hadiah hingga 800 ribu
realme X2 Pro Master Edition 12+256GB Red Brick Rp 7.799.000 Tersedia pada Desember 2019
realme 5s 4+128GB Crystal Red, Crystal Blue Rp 2.699.000

Rp 2.599.000

Flash sale pada 4 Desember di realme.com/id & Lazada dengan realme Iconic Case dan kartu perdana

Qualcomm Bahas Dampak 5G di Indonesia

Qualcomm pada tanggal 22 Agustus 2019 mengadakan seminar yang bertajuk Welcoming 5G Technology: Benefits and Challanges to Indonesia. Kami pun mendapatkan undangan untuk melakukan wawancara kepada petinggi Qualcomm di Indonesia. Sayang memang, ruangan sangat penuh sesak sehingga menyulitkan para jurnalis untuk mengambil gambar.

Qualcomm menganggap pentingnya 5G di Indonesia karena merupakan teknologi komunikasi nirkabel yang paling canggih yang ada saat ini dan standarnya ternyata sudah ditetapkan. Untuk spektrumnya sendiri membutuhkan alokasi baru, berbeda dari 4G. Kecepatannya sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. 5G nantinya akan berguna untuk menyampaikan layanan-layanan seperti Enhanced BroadbandMassive IoT, dan Ultra Reliable Low Latency.

Di Indonesia belum ada frekuensi 5G yang dialokasikan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah masih menunggu keputusan World Radio Congress (WRC),  di mana seluruh perwakilan pemerintah di dunia berkumpul untuk menentukan frekuensinya. Beberapa frekuensi sudah populer untuk digunakan, yaitu 2.6 GHz, 3.5 GHz, 2.8 GHz, dan 4.0 GHz.

qualcomm 5G - launch

Qualcomm berharap pemerintah semakin pasti untuk menentukan frekuensi mana yang bakal dipakai di Indonesia. Sementara di dunia beberapa negara sudah meluncurkan 5G secara komersil seperti Amerika dan Korea Selatan.

Qualcomm sudah memiliki ekosistem perangkat untuk 5G. Bahkan beberapa merek sudah memiliki chipset 5G dan juga mulai menjual perangkatnya. Mereka berharap, Indonesia dapat mengimplementasikan teknologi ini dengan lebih cepat.

Peluang

Menurut Shanedy Ong, Qualcomm Country Director Indonesia, 5G bisa memunculkan bisnis-bisnis dan peluang baru nantinya. Contoh yang paling mudah adalah dengan latensi rendah, seorang dokter di Jakarta dapat melakukan remote surgery dengan pasien yang ada di Papua. Dampak 5G bagi ekonomi dari sisi goods and services mencapai 12,3 triliun dolar Amerika. Hal ini tentu saja menjadi dampak positif bagi sebuah negara.

“Factory of the future membutuhkan infrastruktur cerdas termasuk data nirkabel, sistem cyber-physical seluler, dan arsitektur TI terintegrasi. Dengan 5G, Indonesia dapat memiliki ketahanan, konektivitas real-time, dan kecepatan data yang memadai untuk industrial IoT. Lebih dari sekedar teknologi, 5G juga dapat mentransformasi model bisnis, dengan assembly-as-a-service, manufacture-as-a-service, machine-as-a-service dan AI-as-a-service. Oleh karena itu 5G merupakan bagian integral Making Indonesia 4.0,” jelas Toto Suharto, Managing Director, Bosch Indonesia.

Industri lain dengan potensi tinggi aplikasi 5G adalah game, yang sedang bertumbuh pesat di Indonesia. Di Indonesia pasar game berkembang sangat pesat dan diprediksi menjadi lima pasar terbesar sedunia senilai US $ 4,3 miliar pada tahun 2030. Game multiplayere-sports, dan AR/VR semakin populer. 5G akan merevolusi user experience dan menjadi perkembangan paling menarik di industri game.

Jadi, jangan melihat penggunaan 5G dari sisi konsumen saja, tetapi juga harus dilihat dari segi bisnisnya.

Tantangannya

Tentunya, masalah di Indonesia berbeda dengan negara lain. Permasalahan yang teridentifikasi di Indonesia adalah Milimeter Wave dan C Band Spectrum. C Band Spectrum saat ini dipakai untuk komunikasi satelit dengan frekuensi 3500 MHz di Indonesia. Namun frekuensi ini ditetapkan akan dipakai untuk frekuensi 5G. Qualcomm melihat bahwa pada frekuensi 3500 MHz ini nantinya bisa dibagi dua pengalokasiannya, yaitu untuk penggunaan satelit dan juga 5G.

Dengan adanya frekuensi yang ‘bentrok’, tentu saja pemerintah harus mengadakan alokasi spektrum. Setelah itu, akan ada langkah-langkah yang dapat dilakukan bersama Qualcomm. Setelah menentukan standar, pemerintah harus menetapkan standarnya. Semakin cepat melakukan alokasi spektrum, semakin baik.

Pemerintah juga harus menetapkan roadmap untuk jaringan 5G. Hal ini juga bakal memudahkan para operator untuk menentukan arah bisnis mereka ke depannya. Dengan begitu, implementasi 5G di Indonesia dapat dipercepat.

Vivo Z1 Pro Tawarkan Performa Tinggi di Harga Kompetitif Untuk Curi Perhatian Konsumen Indonesia

Demi mencuri hati konsumen Indonesia yang begitu majemuk, para produsen smartphone pelan-pelan memahami pentingnya menyediakan pilihan produk dengan spesialisasi berbeda. Khusus bagi Vivo, mereka baru saja memperkenalkan model perdana seri S di bulan Juli kemarin, sebuah smartphone yang ditujukan sebagai penunjang lifestyle. Menariknya, Vivo masih punya ‘kartu As’ lain untuk dimainkan.

Setelah sempat di-tease ke media lokal minggu lalu, Vivo resmi meluncurkan Z1 Pro di tanah air pada tanggal 5 Agustus 2019. Melihat secara keseluruhan, Z1 Pro tampaknya akan menjadi andalan sang perusahaan asal Dongguan itu bersama S1 di segmen entry-level. Namun meski mereka dijajakan di harga yang ‘cukup berdekatan’, kedua perangkat diarahkan ke kalangan pengguna berbeda.

Z1 Pro 23

Ketika S1 mengedepankan kemampuan fotografi dan desain (serta sensor sidik jari yang ditanamkan di layar), Z1 Pro menjagokan aspek performa. Otak smartphone ini adalah mobile platform terbaru Qualcomm Snapdragon di seri 700 yang menjanjikan lompatan performa signifikan dari Snapdragon 660, serta turut membawa teknologi yang dimiliki varian top-end Snapdragon, misalnya image signal processor Spectra 250.

Z1 Pro 5

Selain kinerja hardware, ada tiga faktor lagi yang Vivo jagokan di Z1 Pro, yaitu baterai berkapasitas besar, ‘desain elegan dengan layar Ultra O Screen’ pertama yang diusung brand ini, serta kapabilitas fotografi kelas pro berbasis sensor-sensor kamera ber-megapixel raksasa.

Z1 Pro 3

 

Desain

Vivo menyajikan layar 6,5-inci beresolusi full-HD plus 2340x1080p yang ditambatkan pada tubuh berdimensi 162,4×77,3×8,9-milimeter. Agar nyaman di saat digenggam, Vivo memanfaatkan rancangan kaca curved di sisi punggung, konturnya dibuat identik seperti bagian display. Produsen menawarkan dua pilihan warna, yaitu hitam dan biru gradasi, kemudian menempatkan modul kamera (yang cukup menonjol) berisi setup tiga lensa plus flash di area kiri atas.

Bagian terunik dari aspek desain Z1 Pro ialah penggunaan ‘Ultra O Screen’. Sejatinya, ia adalah lubang kamera depan seperti pada Galaxy S10 – sebagai cara memaksimalkan rasio layar ke tubuh (mencapai 90,77 persen berdasarkan klaim Vivo) dan diposisikan di kiri-atas. Ultra O Screen ditopang pula oleh optimalisasi pada interface sehingga pengalaman pemakaian tidak terinterupsi. Perlu diketahui bahwa Z1 Pro belum betul-betul terbebas dari bezel, area bawahnya masih terlihat sedikit tebal.

Melengkapi pernak-pernik standar seperti tombol power dan volume fisik, tray dual SIM card, port microUSB, serta sensor sidik jari di belakang, Anda juga bisa menemukan sebuah tombol ‘pintar’ di sisi samping. Tombol tersebut didedikasikan untuk mengakses fitur-fitur eksklusif Google semisal Assistant dan Lens.

Z1 Pro 1

 

Perfoma

Di sisi kinerja, Vivo boleh bangga karena Z1 Pro merupakan smartphone pertama yang dipersenjatai Qualcomm Snapdragon 712, yaitu system-on-chip anyar dengan transistor 10nm dan engine kecerdasan buatan yang menjanjikan lonjakan performa sebesar 25 persen dibanding Snapdragon 660. Chip ini turut ditunjang oleh GPU Adreno 616 serta ISP Spectra 250. GPU tersebut menawarkan waktu render 45 persen lebih cepat, lalu prosesor image-nya membuat smartphone mampu mengabadikan momen secara lebih baik serta mengonsumsi daya lebih hemat.

Z1 Pro 22

Teknologi-teknologi Qualcomm itu Vivo kombinasikan bersama rangkaian fitur Mult-Turbo mereka sendiri, misalnya: AI Turbo demi memastikan aplikasi yang sering digunakan bisa dioperasikan 20 persen lebih cepat, Net Turbo membantu mengoptimalkan konektivitas 4G, Cooling Turbo mampu menekan temperatur dari 1 sampai 1,5 derajat Celcius lebih dingin, kemudian Game Turbo disiapkan buat meningkatkan pengalaman bermain (ada fitur pengubah suara, vibrasi 4D, filter sinar biru, mode do not disturb, hingga game countdown).

Z1 Pro 16

VIvo Z1 Pro dibekali memori RAM 4GB, penyimpanan internal 64GB yang bisa ditambah lagi dengan kartu microSD 256GB, serta ditenagai unit baterai internal 5.000mAh – dibahas lebih lengkap di bawah.

 

Baterai

Berbekal baterai berkapasitas 5.000mAh, Z1 Pro siap menjaga Anda tetap terhubung lebih lama. Secara keseluruhan, baterai 5.000mAh menyajikan kenaikan substansial sebesar 22 persen dibanding varian 4.000mAh. Waktu standby melonjak dari 17 hari menjadi 21 hari, talk-time kini menyentuh 40 jam, Anda bisa menikmati video YouTube hingga 13 jam non-stop, kemudian kita bisa bermain PUBG Mobile tanpa terganggu selama 7,5 jam.

Z1 Pro 21

Proses pengisian baterai Z1 Pro turut dibantu oleh fitur fast chargingdualengine‘ 18W, lalu ia juga mempunyai fitur reverse charging yang memungkinkannya mengisi ulang baterai perangkat lain – smartband, smartwatch hingga sesama smartphone.

Z1 Pro 11

 

Fotografi

Untuk kebutuhan fotografi, Vivo Z1 Pro mengandalkan setup tiga kamera. Kamera utamanya mengusung sensor Sony IMX 499 16Mp f/1.8, lalu dibantu sensor wide-angle dengan AI serta sensor kedalaman 2Mp f/2.4. Kombinasi dari semua itu kabarnya mampu menghasilkan gambar-gambar jernih serta efektif untuk mengekspos detail, termasuk pada objek berukuran kecil. Lalu buat swafoto, Vivo menyematkan sensor berukuran raksasa 32Mp f/2.0.

Z1 Pro 13

Z1 Pro 10

 

Harga dan ketersediaan

Gerbang pre-order Z1 Pro sudah dibuka dan Vivo telah mempersilakan Anda untuk melakukan pemesanan di Lazada hingga tanggal 8 Agustus 2019 (flash sale). Produk dijajakan seharga Rp 3,1 juta, dan selama persediaan masih ada, konsumen juga akan mendapatkan bonus berupa PUBG Redeeem Code, bundel IM3 Ooredoo berisi paket internet 25GB plus kuota game 5GB, serta gift box senilai Rp 500 ribu.

Z1 Pro 19

Z1 Pro 4

Apple Beli Bisnis Modem Smartphone Intel Senilai $1 Miliar

Berbeda dari mayoritas pabrikan smartphone lain, Apple tidak perlu bergantung terlalu banyak terhadap Qualcomm. Chipset yang mengotaki iPhone maupun iPad merupakan hasil bikinan mereka sendiri, bukan yang dibeli dari Qualcomm seperti yang dilakukan oleh produsen-produsen lain.

Namun ini bukan berarti Apple sama sekali tak membutuhkan Qualcomm. Selama ini, Qualcomm masih berperan sebagai pemasok modem untuk iPhone dan iPad, dan relasi bisnis ini jugalah yang pada akhirnya mengakibatkan perseteruan di antara kedua perusahaan; Apple pada dasarnya menuduh Qualcomm memanfaatkan statusnya sebagai pemimpin di industri modem smartphone dengan mematok biaya lisensi yang kelewat tinggi.

Apple bahkan sempat menerima pasokan modem untuk iPhone XS secara eksklusif dari Intel sebagai dampak dari perselisihannya dengan Qualcomm. Ini bukan masalah seandainya modem bikinan Intel sama bagusnya seperti buatan Qualcomm. Namun pada kenyataannya, sejumlah laporan menunjukkan bahwa modem buatan Qualcomm masih jauh lebih unggul kinerjanya.

Hubungannya dengan Qualcomm kian memburuk, ditambah lagi alternatif yang tersedia dari Intel ternyata kurang bisa diandalkan, lalu apakah Apple terus tinggal diam dan menerima nasib begitu saja? Tidak. Mereka sudah punya solusinya, yakni dengan membeli sebagian besar dari bisnis modem smartphone milik Intel.

Tidak tanggung-tanggung, Apple menyiapkan mahar senilai $1 miliar untuk menggaet perlengkapan dan properti intelektual Intel terkait modem smartphone, tidak ketinggalan juga 2.200 karyawan Intel di divisi tersebut. Ya, Apple sudah pasti berniat untuk mengembangkan modem smartphone-nya sendiri dengan memanfaatkan bekal aset dari Intel.

Akuisisi ini jelas bakal semakin mengurangi ketergantungan Apple terhadap Qualcomm. Bukan hanya itu, iPhone dan iPad nantinya punya peluang untuk memiliki keunggulan tersendiri dalam hal teknologi modem. Ini sudah mereka tunjukkan di konteks chipsetchipset A-series yang terdapat pada iPhone dan iPad selalu unggul perihal performa dibanding seri Snapdragon – jadi wajar apabila banyak yang berharap mereka dapat mengulanginya di konteks modem.

Lalu bagaimana dengan Intel sendiri? Akuisisi ini bukan berarti mereka bakal meninggalkan bisnis modem sepenuhnya. Mereka masih akan mengembangkan teknologi modem untuk PC, perangkat IoT, maupun perangkat-perangkat lainnya yang bukan smartphone. CEO Intel, Bob Swan, menambahkan bahwa akuisisi ini juga berarti Intel jadi lebih bisa berfokus mengembangkan teknologi 5G di area selain smartphone.

Sumber: Apple dan The Verge.

Qualcomm Umumkan Snapdragon 855 Plus, Janjikan Peningkatan Performa untuk Gaming, AR dan VR

Nyaris semua smartphone Android kelas flagship mengandalkan chipset Snapdragon seri 8 bikinan Qualcomm. Tahun lalu, Snapdragon 845 yang menjadi pilihan, baik untuk smartphone flagship yang dirilis di awal atau yang sudah mendekati akhir tahun seperti Google Pixel 3.

Tahun ini, kita sudah melihat deretan ponsel yang memercayakan Snapdragon 855 sebagai otaknya. Namun ternyata 855 tidak menduduki takhtanya terlalu lama, sebab Qualcomm baru saja mengumumkan Snapdragon 855 Plus. Mengapa bukan 865? Sebab peningkatan performa yang diusungnya tidak begitu signifikan.

Seperti halnya 855, 855 Plus mengemas prosesor 8-core Kryo 485, tapi yang clock speed-nya sudah digenjot dari 2,84 GHz menjadi 2,96 GHz. Bukan cuma itu, GPU Adreno 640 milik 855 Plus juga diklaim sanggup menyuguhkan peningkatan performa hingga 15%.

Upgrade performa ini diyakini bakal cukup berpengaruh untuk keperluan gaming, augmented reality maupun virtual reality. Pada kenyataannya, salah satu smartphone pertama yang bakal menggunakan Snapdragon 855 Plus adalah Asus ROG Phone II berdasarkan konfirmasi langsung dari Asus.

ROG Phone, seperti yang kita tahu, dikategorikan sebagai smartphone gaming, dan smartphone gaming sendiri banyak dianggap menawarkan performa yang lebih superior – walaupun mungkin selisihnya tidak banyak. Jadi memilih Snapdragon 855 Plus untuk mengotaki generasi baru ROG Phone merupakan langkah yang rasional bagi Asus.

Di samping peningkatan performa yang marginal, faktor lain yang membuat chipset ini belum pantas menyandang nama “Snapdragon 865” adalah terkait kapabilitas jaringannya. 855 Plus masih mengusung modem 4G LTE Snapdragon X24, sedangkan konektivitas 5G baru bisa diakomodasi apabila dibantu oleh modem terpisah Snapdragon X50.

Terlepas dari itu, saya kira cukup wajar apabila banyak dari kita yang berasumsi bahwa smartphone Android kelas flagship yang dirilis di paruh waktu kedua tahun 2019 ini bakal mengandalkan Snapdragon 855 Plus ketimbang 855 standar. Salah satu kandidat kuatnya tentu saja adalah Google Pixel 4.

Sumber: Qualcomm.

Wearbuds Ialah Perpaduan Unik Antara Smartband dengan AirPods

Hadirnya teknologi wireless di perangkat penyaji musik membuat segalanya jadi mudah. Anda tidak perlu lagi berurusan dengan kabel kusut ketika ingin menggunakannya, dan absennya kabel berarti berkurang juga terjadinya insiden-insiden menyebalkan – contohnya seperti kabel yang tersangkut atau rusak. Namun solusi nirkabel masih punya kelemahan, terutama berkaitan dengan durasi penggunaan.

Untuk menyederhanakan proses charging, umumnya produsen menyediakan dock yang kadang berfungsi pula sebagai case. Sayangnya pendekatan ini belum bisa dikatakan benar-benar ideal. Kadang ketika terburu-buru, kita lupa membawa charging case. Lebih buruk lagi, desain earphone terpisah (seperti AirPods dan Galaxy Buds) membuka lebih banyak peluang bagi kita untuk menghilangkan salah satu earpiece-nya. Kondisi ini mendorong tim Aipower buat mengembangkan Wearbuds.

WearBuds 2

Wearbuds ialah perpaduan unik antara smartband dengan earphone wireless. Ia diklaim sebagai ‘earbud Hi-Fi wireless on-wrist charging‘ pertama di dunia. Sesuai deskripsi itu, Aipower mendesain bagian charging case sebagai perangkat wearable. Saat tak digunakan, earpiece bisa disimpan aman di dalam smartband. Lalu ketika ingin menikmati musik, Anda hanya perlu mengeluarkan keduanya dari slot.

Unit earpiece punya desain minimalis, masing-masing hanya berbobot 3,6-gram. Perangkat juga dirancang agar mendukung pemakaian harian dan Anda tidak perlu cemas jika bagian earphone terkena keringat atau percikan air karena Wearbuds sudah mengamankan sertifikasi IPX6. Dalam sekali charge, Wearbuds siap menghidangkan musik selama 5,5 jam – atau sampai 12 jam jika dikombinasikan bersama smartband/charging case-nya.

Bagian earphone ditunjang oleh fitur aptX, tersambung ke unit pemutar musik (smartphone) via Bluetooth 5.0. Aipower juga mencantumkan chip audio Qualcomm demi mastikan proses stream audio berjalan mulus tanpa ada data yang hilang atau penurunan kualitas. Selanjutnya, produsen memilih driver berjenis ‘graphene-augmented‘ sebagai jantung dari Wearbuds.

Menariknya, bagian band dari Wearbuds juga tak kalah istimewa. Komponen ini dibekali berbagai fitur pintar dan kapabiltas pelacakan, ditopang oleh prosesor ARM Cortex M4. Pada dasarnya, ia bekerja layaknya smartband: bisa mendeteksi detak jantung via sensor optik, menghitung pembakaran kalori, menakar kualitas tidur, juga mampu berperan jadi pedometer, alarm serta menyampaikan notifikasi ketika ada pesan masuk. Seluruh informasi tersebut dapat Anda akses lewat aplikasi mobile Wearbuds, tersedia buat Android serta iOS.

WearBuds 3

Aipower telah mempersilakan kita untuk memesan Wearbuds melalui situs Kickstarter. Selama kampanye crowdfunding berlangsung, produk dijajakan di harga sangat menggoda, yaitu US$ 100 saja. Setelah itu, Wearbuds akan dibanderol di harga retail US$ 200. Khusus para backer, hybrid earphone-smartband ini siap didistribusikan pada bulan Oktober 2019.

WearBuds 1

Pandangan dan Solusi Qualcomm Demi Mendorong Pengembangan Smart City dan IoT di Indonesia

Saya masih ingat ketika internet of things diangkat sebagai tema utama di pameran IT konsumen beberapa tahun silam. Ketika itu, konsep ‘kota pintar’ dan IoT tengah menjadi tren di dunia teknologi, dan orang-orang membayangkan segala macam kepraktisan yang bisa dihadirkan olehnya. Namun dilihat dari perspektif ini dan dikomparasi dengan Singapura serta Hong Kong, Indonesia memang tertinggal di belakang.

Tapi keadaan dapat berubah dengan pemanfaatan teknologi yang tepat. Qualcomm Technologies, perusahaan yang telah berkiprah di ranah semikonduktor dan telekomunikasi selama lebih dari tiga dekade, mencoba menawarkan solusi demi membantu Indonesia mewujudkan misi Industri 4.0, termasuk pula pada penerapan internet of things lebih jauh serta pengembangan gagasan kota pintar.

Di acara bertajuk Qualcomm Invention Forum, perusahaan berbagi segala macam hal yang bisa membantu mempercepat tibanya ‘zaman inovasi’, sembari merangkul pihak pemerintah, developer, operator seluler, hingga integrator sistem untuk saling bekerja sama. Satu aspek krusial dari semua itu adalah konektivitas 5G yang sebentar lagi berada dalam genggaman. Dan kita tahu Qualcomm ialah salah satu pionirnya.

QIF 1

 

5G

Di presentasinya, senior director of business development Qualcomm International Shannedy Ong menyampaikan bahwa durasi peluncuran 5G terbukti jauh lebih cepat dibanding 4G. Dahulu, hanya ada empat operator dan tiga produsen yang segera merangkul 4G begitu teknologi tersedia. Untuk 5G, terhitung ada lebih dari 20 operator dan 20 OEM memberikan dukungannya. Bagi konsumen awam, upgrade ke generasi selanjutnya biasa diaosisasikan dengan lompatan kecepatan akses. Hal ini tidak sepenuhnya keliru, tapi ada banyak aspek esensial lain yang dihidangkan oleh 5G, contoh kecilnya ialah kapasitas lebih besar dan latensi lebih rendah.

QIF 11

Kolaborasi antara Qualcomm, operator dan produsen perangkat memungkinkan direalisasikannya perilisan teknologi 5G di kuartal kedua tahun ini, terutama di wilayah-wilayah seperti Amerika Utara, Eropa, Korea Selatan, Tiongkok, Jepang, Australia dan sejumlah kawasan Asia Tenggara. Tentu saja beragam segmen akan merasakan dampak positifnya: proses manufaktur otomatis, terwujudnya sarana transportasi tanpa pengemudi, medis, keamanan, logistik, pengelolaan energi, dan sudah pasti ia membantu implementasi IoT.

QIF 9

Berdasarkan hasil studi IHS Markit yang diajukan oleh Qualcomm, 5G kabarnya akan mengekspansi ekosistem mobile hingga tercipta industri-industri baru. Sistem ini akan mentenagai ekonomi digital – baik berupa barang maupun jasa – senilai lebih dari US$ 12 trilyun.

 

Smart city dan IoT

Di presentasinya, senior director  Qualcomm Technologies Sanjeet Pandit menjelaskan bahwa smart city dapat terealisasi melalui penggabungan banyak segmen dan vertikal internet of things, di antaranya penerapan IoT di ranah utility monitoring, manufaktur, jaringan sensor dan kamera, tempat tinggal, serta agrikultur. Singkatnya, kota pintar adalah kota-kota yang menyimpan teknologi-teknologi digital di berbagai fungsi.

QIF 6

Smart city harus bisa menopang, mengelola dan mengevolusi diri serta segala layanan di sana dari waktu ke waktu. Mereka juga diharapkan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan warga dan pemerintahnya. Konsep ini diusung agar membuat kehidupan sosial, ekonomi, dan ekologi lebih berkesinambungan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas penduduk. Gagasan kota pintar juga berguna untuk meminimalkan efek negatif urbanisasi karena teknologi membantu menghemat banyak hal.

QIF 7

Pertanyaan yang kini mungkin muncul adalah, smart city memang memudahkan masyarakat, tapi apakah menguntungkan bagi pihak-pihak yang berkecimpung di sana? Berdasarkan perhitungan Harbor Research, pemasukan dari implementasinya berpeluang meningkat dari US$ 44 miliar di tahun 2018 menjadi US$ 367 miliar di 2025. Penerapan teknologi terbesar di smart city terletak pada aspek pengawasan lewat kamera, pemanfaatan lampu pintar, pengoptimalan fasilitas dan ruang publik, serta transportasi.

QIF 5

Secara keseluruhan, status adopsi gagasan kota pintar masih cukup belia dan akan mencapai puncaknya di sekitar tahun 2025. Lewat dari tahun 2030, penghasilan dari smart city diperkirakan mencapai US$ 7 triliun.

Ada tiga kategori kota pintar, ditakar dari level kerumitan integrasi teknologi: Tempat seperti St. Petersburg dan Sao Paulo masih disebut sebagai smart city sederhana, memiliki sistem siaga dan alarm, pengawasan, dan otomatisasi mendasar; Seoul, Chicago, Toronto serta Beijing masuk ke golongan menengah; kemudian kota-kota semisal Barcelona, Melbourne, Singapura, Dubai, Hong Kong dan London dianggap sebagai smart city ‘kompleks’ karena segala sistemnya sudah saling bersinergi.

QIF 4

Satu faktor yang perlu diingat adalah, IoT dan pernak-pernik pendukung kota pintar harus disesuaikan dengan kondisi di lokasi itu. Menurut Sanjeet Pandit, hal-hal yang bisa dilakukan di kota-kota di Amerika kemungkinan besar tidak cocok buat di Indonesia. Dan di sinilah Qualcomm mencoba memberi jawaban lewat ‘Smart City in a Box’. Singkatnya, Smart City in a Box merupakan solusi menyeluruh (end-to-end) serta terkustomisasi berisi komponen-komponen internet of things untuk membangun kota pintar.

QIF 3

Namun meski solusi sudah ada, Sanjeet Pandit menyampaikan pada saya bahwa pihak mana pun yang ingin membangun kota pintar perlu terlebih dulu mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan – apakah kemacetan atau problem di layanan publik. Kendala itu harus bersifat umum, dirasakan oleh setidaknya 70 persen penduduk di tempat tersebut. Baru setelah itu mereka bisa mulai mempersiapkan infrastrukturnya.

QIF 10