Gourmet Baby Food Catering Startup Grouu Bags 6 Billion Rupiah Seed Funding

The gourmet baby food catering startup Grouu announced a $400,000 seed funding (approximately IDR 6 billion) from Selera Kapital, the Sour Sally Group’s investment arm. Several angel investors participated, including Wesley Harjono (Plug and Play Indonesia’s Managing Director) and Rama Notowidigdo (Co-founder of Sayurbox and AwanTunai).

The company will use the fresh money to expand service coverage by opening satellite kitchens in several major cities in Indonesia, as well as diversifying packaged food products.

Grouu positioned its platform as a provider of complementary feeding (MPASI) for infants aged six months and over with the selection of quality raw materials, taste, and complete nutritional ingredients for each dish. Amidst busy activities in taking care of early childhood, the practical, healthy and nutritious baby food is quite essential for today’s parents.

Meanwhile, the children’s malnutrition and health issues is still the Indonesian government’s chore. Based on Indonesian Ministry of Health’s data in 2020, the prevalence of stunting (short) in Indonesian toddlers is recorded at 27.7%, or 28 out of 100 toddlers. In fact, the first 1,000 days of a baby’s life is a golden age for child growth and development. Unfortunately, many children whom hands are holding the nation’s future are still experiencing nutritional problems at an early age.

Grouu’s Co-founder & CEO, Jessica Marthin explained, “We understand that one of the difficulties parents face during their child’s growth is providing varied food choices to support optimal growth and development.

“Grouu is here to be a delicious and healthy complementary food solution to support urban parents amidst their busy lives. Through this funding, we will expand and innovate to reach more parents in Indonesia,” Jessica said in an official statement, Tuesday (1/25).

The founder of Selera Kapital, Donny Pramono, expressed his belief in Grouu’s vision and mission in providing quality food for Indonesian children. In addition, he sees Grouu’s commitment to providing the best service for parents by presenting a meal subscription management platform that makes it easy for parents to schedule food delivery in real time.

“Selera Kapital is ready to support Grouu through synergies with our various portfolios and business units in the food and beverage category,” Donny said. Grouu adds to Selera Kapital’s investment portffolio, there are also ESB (Esensi Solusi Buana), Wahyoo, Yummy Corp, and EVOS Esports.

Grouu has served more than 200,000 servings of complementary foods by 2021. All of its products are made using quality fresh ingredients without preservatives, colorings, flavor enhancers, including salt and sugar. Grouu has obtained a Health Eligibility Certificate from the DKI Jakarta Health Office, therefore, its cleanliness is guaranteed as the right choice of complementary foods for children.

Each menu is prepared by a team of nutritionists, food scientists, and chefs to meet the baby’s daily nutritional needs. Grouu also provides various choices of food textures that is adaptable to the baby’s needs at the developmental age.

Parents can enjoy free shipping every day through a flexible subscription package that is supported by a meal subscription management platform that makes it easy to choose menus, as well as textures easily and in real time, to the convenience of making various changes from the delivery date and address.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Katering Makanan Bayi Grouu Terima Pendanaan Awal 6 Miliar Rupiah

Startup katering makanan bayi Grouu mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal senilai $400 ribu (sekitar 6 miliar Rupiah) dari Selera Kapital, lengan investasi dari Sour Sally Group. Turut andil juga beberapa angel investor, di antaranya Wesley Harjono (Managing Director Plug and Play Indonesia) dan Rama Notowidigdo (Co-founder Sayurbox dan AwanTunai).

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk memperluas cakupan layanan katering dengan membuka satellite kitchen di sejumlah kota besar di Indonesia, serta melakukan diversifikasi produk makanan kemasan.

Grouu menempatkan diri sebagai penyedia makanan pendamping asi (MPASI) untuk bayi usia enam bulan ke atas dengan pemilihan bahan baku berkualitas, memiliki cita rasa, dan kandungan gizi yang lengkap di tiap hidangannya. Di tengah aktivitas yang padat dalam mengurus anak usia dini, kehadiran menu makanan yang praktis, sehat dan bergizi menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh para orang tua masa kini.

Adapun, permasalahan gizi dan kesehatan anak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. Data Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2020 menyebutkan bahwa prevalensi stunting (pendek) pada balita Indonesia tercatat sebesar 27,7%, atau 28 dari 100 balita mengalami stunting. Padahal, 1.000 hari pertama kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya, anak-anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa masih banyak yang mengalami masalah gizi di usia dini.

Co-founder & CEO Grouu Jessica Marthin menjelaskan, pihaknya memahami bahwa salah satu kesulitan orang tua pada masa pertumbuhan anak adalah memberikan pilihan makanan yang variatif untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal.

“Grouu hadir menjadi solusi MPASI yang lezat dan sehat untuk membantu kebutuhan orang tua urban di tengah kesibukannya. Melalui pendanaan ini, kami akan melakukan ekspansi dan inovasi untuk dapat menjangkau lebih banyak lagi orang tua di Indonesia,” ucap Jessica dalam keterangan resmi, Selasa (25/1).

Pendiri Selera Kapital Donny Pramono mengungkapkan keyakinannya terhadap visi dan misi Grouu dalam menyediakan makanan bermutu untuk anak di Indonesia. Tak hanya itu, pihaknya melihat komitmen Grouu dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk para orang tua dengan menghadirkan meal subscription management platform yang memudahkan para orang tua untuk mengatur jadwal pengiriman makanan secara real time.

“Selera Kapital siap mendukung Grouu melalui sinergi dengan berbagai portofolio maupun unit bisnis kami dalam kategori makanan dan minuman,” kata Donny. Grouu menambah jajaran portofolio investasi di Selera Kapital, sebelumnya ada ESB (Esensi Solusi Buana), Wahyoo, Yummy Corp, dan EVOS Esports.

Grouu telah menyajikan lebih dari 200.000 porsi MPASI pada 2021. Semua produk Grouu dibuat menggunakan bahan segar berkualitas tanpa tambahan pengawet, pewarna, penguat rasa, termasuk garam dan gula. Grouu juga telah mengantongi Sertifikat Laik Sehat dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta sehingga terjamin kebersihannya sebagai pilihan MPASI yang tepat untuk anak.

Setiap menu disusun bersama oleh tim ahli gizi, food scientist, dan koki untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian pada bayi. Grouu juga menyediakan berbagai pilihan tekstur makanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bayi di usia perkembangannya.

Orang tua dapat menikmati pengiriman gratis setiap harinya melalui paket langganan fleksibel yang didukung oleh meal subscription management platform yang memudahkan untuk memilih menu, maupun tekstur dengan mudah dan real time hingga kemudahan dalam melakukan berbagai perubahan mulai dari tanggal dan alamat pengiriman.

AwanTunai Kantongi Pendanaan Lanjutan 161 Miliar Rupiah

AwanTunai membukukan pendanaan pra-seri B senilai $11,2 juta atau sekitar 161,2 miliar Rupiah. Adapun investor yang terlibat termasuk Atlas Pacific, BRI Ventures, OCBC NISP Ventura, Insignia Venture Partners, dan beberapa lainnya. Data investasi putaran ini telah dimasukkan ke sistem regulator. Sejumlah pihak yang terlibat juga memberikan konfirmasi kepada DailySocial.id.

Bank OCBC NISP sendiri juga merupakan salah satu institutional lender untuk AwanTunai. Kerja sama mereka telah diresmikan sejak September 2020 lalu, fokus pada penyaluran fasilitas pembiayaan penerusan (channeling).

Terakhir kali AwanTunai mengumumkan pendanaan ekuitas pada tahun 2018 lalu untuk putaran seri A senilai $4,3 juta dipimpin Insignia Venture Partners dan AMTD Group. Di tahun 2020 mereka juga turut mendapatkan pendanaan debt dari Accial Capital senilai $20 juta.

Posisi AwanTunai di industri fintech lending cukup unik, mereka fokus menghadirkan akses pendanaan ke pengusaha ritel kecil seperti warung. Produk utamanya AwanGrosir untuk supplier financing, membantu pemilik toko untuk bisa melakukan pembayaran ke distributor secara tepat waktu. Di sistem ini, AwanTunai juga memberikan fasilitas point of sales untuk membantu pemilik usaha mengelola transaksi.

Ada juga produk AwanToko, fokusnya membantu pemilik warung yang terkendala modal dalam menambah stok barang. Fasilitas pinjaman tersebut difasilitasi melalui AwanTempo — seluruh pembiayaannya dalam bentuk barang. Adapun belanja dapat dilakukan melalui Toko Agen Grosir, di dalamnya berisi jaringan distributor mitra yang cukup lengkap.

Segera rambah ke pembiayaan lainnya

AwanTunai didirikan sejak 2017 oleh tiga orang founder, meliputi Dino Setiawan, Rama Notowidigdo, dan Windy Natriavi. Misinya adalah meningkatkan kesejahteraan UMKM melalui akses kepada pembiayaan yang terjangkau. Kendati sampai saat ini fokus utamanya masih ke pembiayaan supply chain di bisnis ritel, namun perusahaan juga sudah merencanakan perluasan ke depan.

Hal ini disampaikan langsung oleh Dino selaku CEO dalam kesempatan wawancara tahun 2020 lalu. Perusahaan sedang mempersiapkan produk baru untuk pembiayaan hasil bumi untuk petani kecil. Sudah bermitra dengan LSM asing dan mitra aggregator hasil bumi untuk menyalurkan pembiayaan dari AwanTunai ke petani. Konsepnya pembiayaannya mirip dengan AwanTempo. Para aggregator harus kenal para petaninya untuk meminimalisir risiko gagal bayar.

Salah satu realisasinya melalui kerja sama dengan Sayurbox yang diresmikan Agustus 2020 lalu untuk pembiayaan ke petani. AwanTunai dan Sayurbox adalah “sister company”, dirintis oleh co-founder yang sama yakni Rama Notowidigdo

Pembiayaan produktif jadi primadona

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam laporan “Evolving Landscape of Fintech Lending in Indonesia” oleh DSInnovate dan AFPI, 75% dari responden survei (146 pemain fintech lending) menggarap sektor pinjaman produktif. Sementara 53% bermain di sektor konsumtif dan 6,8% syariah. Kendati demikian, dalam satu platform bisa saja memiliki lebih dari satu model bisnis.

Dari total pemain yang bermain di sektor produktif, mayoritas menjajakan layanan melalui invoice dan inventory financing — pembiayaan ke suplier juga masuk di dalamnya.

Varian pendanaan produktif yang banyak disajikan pemain fintech lending / DSInnovate – AFPI

Sektor produktif jelas lebih menjanjikan, terlebih saat ini ada sekitar 59,2 juta UMKM yang tersebar di Indonesia, hal ini tercermin dari profil mayoritas peminjam di layanan tersebut (UMKM offline dan online). Isu permodalan pun masih menjadi salah satu yang paling signifikan akibat fasilitas kredit perbankan belum sepenuhnya bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Profil peminjam yang banyak memanfaatkan layanan pinjaman produktif / DSInnovate – AFPI

Rata-rata pinjaman yang diajukan adalah 2,5 juta Rupiah s/d 25 juta Rupiah. Kendati beberapa platform menawarkan pinjaman fantastis ratusan hingga miliaran rupiah. Sebarannya lebih dari 90% masih di seputar Jabodetabek dan Jawa, kendati beleid baru akan mendorong para pemain fintech untuk turut memprioritaskan akses pinjaman ke daerah-daerah lainnya juga.

Application Information Will Show Up Here

Pasang Surut Industri “Online Grocery” di Masa Pandemi

Ketika Presiden RI Joko Widodo mengumumkan kasus pertama seorang warga yang terpapar SARS-CoV-2 pada 2 Maret 2020, masyarakat dihantam berbagai kekhawatiran salah satunya isu lockdown yang akan membatasi aktivitas mereka di luar rumah. Kondisi ini kemudian menyebabkan reaksi panic buying yang membuat mereka tanpa pikir panjang memborong bahan kebutuhan pokok serta produk kesehatan dalam jumlah besar.

Tepat pada tanggal 3 April 2020, ditetapkan Peraturan Pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa wilayah sebagai upaya untuk memutus rantai penularan Covid-19 di Indonesia. Sejumlah fasilitas umum pun ditutup, kegiatan sekolah dan perkantoran dilakukan dari rumah, pembatasan transportasi, dan hanya mengizinkan 11 sektor untuk beroperasi selama PSBB.

Dengan ditutupnya berbagai gerai offline, bahkan kebutuhan paling dasar kita– makanan dan air–beralih ke sektor online. Sektor online grocery Indonesia telah menjadi salah satu yang diuntungkan dari pandemi COVID-19 karena berhasil mendorong para pelanggan urban membeli kebutuhan sehari-hari mereka secara online demi membatasi interaksi dan aktivitas sosial.

Rama Notowidigdo, Co-Founder dan CTO Sayurbox, mengaku bahwa pandemi telah mendorong pertumbuhan bisnis perusahaan tiga kali lipat dalam waktu sangat singkat. Perusahaan bahkan harus menghentikan operasional selama sekitar satu minggu untuk bisa menyesuaikan layanan dan kembali dengan strategi yang tepat.

Seperti ungkapan “mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan”, lonjakan permintaan yang signifikan di awal pandemi tidak serta merta membuat bisnis menjadi lebih mudah. Di balik angka pertumbuhan yang terus meningkat, banyak penyesuaian yang harus dilakukan serta tantangan yang membayangi industri ini.

Ekosistem online grocery di Indonesia

Berbeda dengan di Tiongkok maupun Amerika Serikat (AS), ekosistem online grocery di Indonesia masih tergolong “bayi”. Di Tiongkok, situasinya sangat berbeda—pada tahun 2018, belanja daring menyumbang 32,5% dari semua transaksi bahan makanan, naik dari 1,4% pada tahun 2010.

Sementara di AS, hampir sepertiga total rumah tangga sudah berbelanja bahan makanan online. Menurut riset Brick Meets Click/Mercatus Grocery Shopping Survey, pasar bahan makanan online AS berhasil mencapai $8,4 miliar pada April 2021, dengan 67,8 juta rumah tangga menempatkan rata-rata 2,73 pesanan bahan makanan online selama sebulan.

Dalam laporan InMobi bertajuk “Marketing in the Era of Mobile”, online grocery menjadi sektor bisnis digital kedua setelah e-commerce yang meningkat selama pandemi Covid-19. Survei PwC “Indonesia Consumer Insights” juga menunjukkan 69% responden Indonesia menyatakan mereka membeli lebih banyak bahan baku makanan secara online setelah penerapan pembatasan jarak.

Rama mengungkapkan, salah satu tantangan terbesar di Indonesia adalah pasar yang masih dikuasai offline channel. Sementara di Tiongkok dan AS, modern channel sudah menjadi pilihan utama. Sayurbox sendiri sedang fokus mengonversi pemain offline menuju online melalui digitalisasi supply chain dan membantu petani untuk bisa menjangkau konsumen yang lebih luas.

“Saat ini Indonesia masih terpaku pada digitalisasi dengan banyaknya proses yang masih manual. Sulit untuk mengumpulkan data yang lengkap dengan jumlah populasi yang sangat besar. Perjalanan masih sangat panjang.” tambahnya.

Pasar offline masih mendominasi

Di balik angka penetrasi belanja online yang meningkat, pasar offline masih mendominasi industri bahan makanan. Tidak sedikit masyarakat yang lebih memilih berbelanja ke pasar tradisional daripada memesan bahan makanan online karena perbandingan harga atau kualitas produk yang bisa dipilih sendiri.

Untuk mengantisipasi hal ini, pemain e-grocery seperti HappyFresh mencoba meningkatkan pengalaman pengguna dengan menyediakan personal shopper yang bertugas memilihkan bahan makanan dengan kualitas terbaik. Selain itu, banyak juga pemain lain yang menawarkan berbagai promosi untuk menjangkau pengguna baru.

Masyarakat Indonesia sendiri dikenal kental dengan budaya ramah tamah dan tawar menawar. Hal ini menjadi alasan utama rakyat Indonesia tidak bisa lepas dari pasar tradisional yang memungkinkan berbagai interaksi sosial. Namun, pandemi yang belum kunjung reda telah memaksa masyarakat untuk berdamai dengan situasi dan mengesampingkan kultur ini sejenak.

Meskipun penetrasi internet di Indonesia pada awal tahun 2021 sudah di angka 73,7 persen atau mencapai 202 juta penduduk, pangsa pasar online grocery sendiri masih terbatas. Meskipun statistik menunjukkan bahwa industri online grocery mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, segmentasi pasar dan layanannya sendiri masih terpusat di kota-kota besar seperti Jabodetabek.

Rama mengakui, pada awalnya, Sayurbox sendiri fokus menawarkan produk sehat dan organik dengan pangsa pasar menengah ke atas. Seiring berjalannya waktu, mereka menemukan fakta bahwa pasar ini tidak cukup besar. Lalu, mereka mulai mengembangkan layanan ke b2b dan menyasar lebih banyak kalangan menengah.

HappyFresh memiliki target serupa, khususnya kalangan retail. Tidak hanya untuk segmen menengah ke atas, tetapi juga mass market. Demografi perusahaan juga menunjukkan sekitar 80% konsumennya adalah perempuan berusia 25-40 tahun. Orang tua bekerja dan lajang profesional juga turut mewakili sekelompok besar pelanggannya.

Studi terbaru Alpha JWC Ventures dan Kearney memprediksi bahwa kota-kota tingkat dua dan tiga akan menyumbang 48 persen dari aktivitas e-commerce di Indonesia pada tahun 2025, naik dari 30 persen pada tahun 2020.

Dalam hal ini, beberapa pemain di industri semakin gencar menyasar kota tier 2 dan 3. Salah satunya adalah HappyFresh yang baru saja melakukan ekspansi ke Bogor dan Makassar. Melalui perluasan wilayah jangkauan ini, diharapkan masyarakat semakin mengenal dan memahami layanan online grocery di Indonesia.

Kemunculan pemain baru

Keterbatasan aktivitas offline telah menggeser pola konsumsi masyarakat ke ranah online. Begitu pula dalam berbelanja kebutuhan sehari-hari, banyak orang yang lebih memilih untuk menggunakan layanan pesan-antar guna mengurangi kontak fisik dan resiko terpapar virus. Hal ini dilihat sebagai kesempatan emas bagi banyak pihak untuk mencoba masuk dan menjangkau pasar online grocery.

Beberapa pemain mencoba melebarkan bisnis ke ranah online grocery, seperti Travelio menggunakan merk Traveliomart, juga Ubiklan dengan layanan Ubifresh. Di satu sisi, ini menjadi diferensiasi bisnis yang baik untuk menambah revenue stream perusahaan di tengah pandemi, namun juga menciptakan tantangan tersendiri untuk bisa menskalakan bisnis.

Selain itu, startup besar seperti Gojek dan Blibli juga sudah lebih dulu meluncurkan layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan berbelanja pengguna. Dengan basis pengguna yang sudah besar, GoMart dan BlibliMart dinilai akan lebih mudah untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Persamaan dari beberapa pemain yang sebelumnya disebut adalah, online grocery bukanlah bisnis inti mereka. Perusahaan yang memutuskan untuk ekspansi lini bisnis ke ranah yang cukup berbeda harus siap dengan berbagai risiko, termasuk bersaing dengan pemain yang memiliki core business yang sama.

Dalam wawancara dengan DailySocial, Filippo Candrini, Managing Partner HappyFresh Indonesia, menyampaikan, banyaknya pemain baru yang menyasar industri online grocery di Indonesia tidak serta merta menjadi hal yang mengkhawatirkan. Malahan, hal ini bisa memacu timnya untuk bekerja lebih keras dalam menelurkan inovasi baru.

It’s more like a marathon, not a race“, ungkapnya.

Terkait potensi Indonesia untuk memanfaatkan teknologi sepenuhnya dalam distribusi bahan makanan, Rama meyakini industri online grocery Indonesia akan bisa mencapai tahap itu. “Dengan pemain baru yang semakin banyak dan modern channel yang tentunya akan semakin berkembang, kita sudah dalam lajur yang tepat untuk sampai pada tahap itu,” ungkapnya.

Startup Fintech Lending AwanTunai Resmi Hadir, Salurkan Dana dari Korporasi

Startup fintech yang bergerak di bidang lending AwanTunai resmi hadir di Indonesia. Sebelum diresmikan, pengembangan bisnis AwanTunai telah dimulai sejak Mei 2017 dan telah mengantongi surat tanda terdaftar di OJK.

Sedikit berbeda dengan pemain lending lainnya, AwanTunai tidak menggunakan investor individu sebagai pemberi dana, melainkan dari korporasi. Salah satu korporasi yang berkomitmen untuk menyalurkan pinjaman ke pengguna AwanTunai adalah Kredit Plus (PT Finansia Multi Finance), nilainya saat ini sebesar US$30 juta. Terdapat juga beberapa fund reksa dana dari luar negeri sebagai sumber dana.

Perbedaan lainnya, perusahaan mengincar masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah sebagai penggunanya. Juga menggandeng merchant offline sebagai kanal distribusi.

“Jadi sumber dana kami dari institusi, meski demikian kami tetap ada di bawah payung regulasi POJK Nomor 77 Tahun 2016,” terang CEO AwanTunai Dino Setiawan, Rabu (29/11).

Dino melanjutkan, pihaknya melihat untuk penyaluran dana yang besar belum tentu ketersediaan dananya bisa diandalkan dari investor individu saja. Maka dari itu perlu gandeng institusi untuk menjamin sumber dananya selalu tersedia.

“Ditambah, kontribusi belanja dari e-commerce terhadap industri ritel masih 1%. Daripada melihat yang 1% itu, lebih baik kami mengembangkan dari 99% yang sudah jelas ada.”

Pada tahap awal, AwanTunai baru melayani penyaluran pinjaman untuk pembelian smartphone dengan rentang maksimal Rp4 juta. Ada alasan khusus mengapa perusahaan memilih pembiayaan untuk smartphone yang bisa dikatakan sebagai kredit konsumtif.

Pertama, dilihat dari pertumbuhan pembelian smartphone di Indonesia tumbuh 40%. Bisa disimpulkan barang tersebut menjadi kebutuhan umum yang dapat menunjang produktivitas.

Kedua, sebagai langkah awal perusahaan mengumpulkan data pengguna. Data yang dikumpulkan akan digunakan perusahaan untuk merumuskan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil.

“Sejauh ini baru smartphone saja. Kami akan menyediakan produk konsumer lainnya yang bisa dicicil, dalam waktu dekat akan segera diumumkan.”

Model bisnis AwanTunai

Untuk proses pengajuan pinjaman, calon debitur hanya perlu mengunduh aplikasi AwanTunai lalu mengunggah KTP sebagai persyaratan. Kemudian nasabah akan diverifikasi oleh credit engine yang dibangun sendiri oleh AwanTunai. Jaminannya dalam waktu 15 menit calon debitur bisa mengetahui persetujuan limit kredit.

Dalam model bisnisnya, AwanTunai memiliki dua jenis penyaluran. Pertama, menggandeng calon debitur dari institusi untuk menjamin penyaluran tepat sasaran dan meminimalkan potensi gagal bayar. Institusi yang telah bermitra dengan AwanTunai adalah Blue Bird untuk para pengemudinya.

Sementara ini, AwanTunai baru bermitra dengan 42 pool Blue Bird berlokasi di Jabodetabek untuk 16 ribu pengemudi selama lima bulan terakhir. Sekitar 8 ribu pengajuan disetujui dengan total penyaluran sekitar Rp5 miliar. Ke depannya, perusahaan akan diperluas untuk pool Blue Bird berlokasi di Surabaya.

Berikutnya, AwanTunai menggandeng merchant offline yang menjual smartphone untuk menjadi point of sales financing yang aman, mudah, dan cepat. Adapun total merchant yang sudah bermitra totalnya sekitar 50 merchant berlokasi di Jabodetabek.

Untuk memperluas layanannya, AwanTunai akan bermitra dengan tiga bank untuk tambahan sumber dana dan bermitra dengan pedagang kecil hingga perusahaan besar untuk meningkatkan layanannya ke seluruh masyarakat.

Kartuku Dukung McDonald’s Indonesia Hadirkan Sistem Pembayaran Online

Beberapa Produk Kartuku Diimplementasikan di Sistem Pembayaran McD / Shutterstock

Kerja sama antara MasterCard bersama McDonald’s Indonesia telah merealisasikan sebuah sistem pembayaran online yang dijuluki dengan Online McDelivery Cashless Promo. Sistem pembayaran online ini akan melayani operasi penjualan 158 gerai McDonald’s (selanjutnya disebut McD) di Indonesia. Kehadiran sistem pembayaran online tersebut juga didukung oleh platform dari Kartuku.

Continue reading Kartuku Dukung McDonald’s Indonesia Hadirkan Sistem Pembayaran Online

Sebagai Perusahaan Teknologi Kartuku Kembangkan Solusi End-to-End Pembayaran Elektronik

FullSizeRender (2)

Tidak banyak perusahaan di industri teknologi Indonesia yang berusaha membangun sistem dan kapabilitasnya sendiri. Kartuku adalah salah satu pengecualian. Dengan visi CTO-nya, Rama Notowidigdo, yang ingin perusahaan lokal tidak cuma sekedar menjadi “system integrator”, Kartuku berusaha membangun solusi pembayaran elektronik end-to-end yang berbasis cloud. Kartuku saat ini menguasai 31 persen dari total 800 ribu EDC yang tersebar di Indonesia.

Continue reading Sebagai Perusahaan Teknologi Kartuku Kembangkan Solusi End-to-End Pembayaran Elektronik