[Review] Notebook Gaming Asus ROG G752VT Siap Sikat Game-Game Blockbuster Bergrafis Berat

Sudah lama gamer PC memandang rendah ide di belakang perancangan gaming notebook. Menurut mereka, kecilnya ruang membatasi kinerja hardware. Namun selama beberapa tahun ke belakang, ranah laptop spesialis gaming berkembang begitu pesat. Di brand-brand baru yang turut berkecimpung di sana, Republic of Gamers dikenal sebagai salah satu nama bereputasi tinggi.

Diungkap di penghujung 2015, G752VT adalah anggota baru keluarga ROG Asus sekaligus penerus model top-end G751. Seperti pendahulunya itu, notebook sudah masuk ke kategori desktop replacement. Gaming device eksotis semisal GX700 memang sangat mudah mencuri perhatian orang, tapi G752VT-lah yang berpeluang lebih tinggi untuk sampai ke tangan gamer.

Ada banyak penyempurnaan yang Asus terapkan agar G752 menjadi mesin gaming  ideal, dan saya diberikan kesempatan oleh sang produsen hardware asal Taiwan itu buat menjajal G752VT secara lebih pribadi. Dari sana, saya melihat sejumlah aspek unggulan pada penyajian produk: perubahan arah desain, keleluasaan opsi konfigurasi, harga ‘masuk akal’, dan sudah pasti performa hardware di dalam.

Penasaran secanggih apa ROG G752VT? Ayo simak ulasan lengkapnya.

Design, appearance & build quality

Asus Republic of Gamers G752VT 11

Asus Republic of Gamers G752VT 01

Republic of Gamers boleh dibilang merupakan salah satu brand pertama yang menggunakan warna hitam dan merah untuk menunjukkan identitas gaming. Tapi di acara pers Oktober lalu, Asus mengungkap arahan baru: style ala ‘Iron-Man’. Mereka digantikan palet warna lebih cerah: tubuh metalik mirip tembaga dengan finish brushed dan kombinasi warna jingga. Logo ROG di punggung layar akan menyala merah begitu notebook diaktifkan. Warna hitam hanya terdapat di area papan ketik.

Asus Republic of Gamers G752VT 15

Asus Republic of Gamers G752VT 34

Buat saya, G752VT memiliki desain paling menarik di antara laptop gaming sekelasnya. Asus tak melupakan detail-detail kecil, contohnya lapisan plastik transparan di sisi bawah, memperlihatkan sistem pendingin internal; serta pola-pola garis asimetris di beberapa zona (dekat tombol power dan di bawah). Dipadu heat sink ala exhaust di belakang, wujud G752VT menyerupai pesawat tempur alien.

Asus Republic of Gamers G752VT 13

Asus Republic of Gamers G752VT 17

Meskipun Asus mencoba mempresentasikan kesan metalik, tak semua bagian tubuhnya terbuat dari logam. Sebagian besar permukaan tubuh serta frame didominasi plastik. Dan ada kelemahan dari pemakaian material berbeda: terdapat sejumlah gap di area-area sambungan, misalnya di pinggiran lapisan karet, atau antara panel palm rest dengan body bawah.

Asus Republic of Gamers G752VT 18

Asus memanfaatkan chassis logam pada engsel display. Panel tersebut mempunyai ukuran cukup tebal, namun strukturnya tidak sekokoh yang saya harapkan. Ketika monitor ditarik dengan satu tangan, Anda bisa melihat panel sedikit melengkung. Hal serupa terjadi sewaktu area keyboard ditekan ke bawah. Buat saya, kendala ini sebenarnya tidak memengaruhi kenyamanan ber-gaming, tapi alangkah baiknya jika ia lebih solid lagi.

Seperti yang dibahas sedikit di atas, ROG G752VT merupakan desktop replacement. Ukurannya besar dan berbobot hampir empat kilogram tanpa menyertakan unit adapter dan kabel. Ruang seluas 41,66×32,26-sentimeter digunakan Asus untuk menaruh set keyboard lengkap, tanpa ada pengurangan ukuran tuts numpad.

Asus Republic of Gamers G752VT 09

Keyboard dilengkapi LED backlight merah dengan dua pilihan mode via Hot Zone. Tidak ada warna lain, cuma opsi tiga level kecerahan. Saya menyayangkan, lampu LED merah tersebut tampak bocor ke pinggir tuts, sehingga kadang jadi mengalihkan perhatian sewaktu saya memakai G752VT di ruangan gelap.

Display

G752VT menyuguhkan resolusi 1080p di panel IPS LG Philips LP173WF-SPF3 17,3-inci. Setting ini terlihat biasa saja, apalagi kompetitor sudah mulai mengadopsi 4K. Namun setup standard itu terbayarkan melalui topangan teknologi G-Sync dan refreh rate 75Hz. G-Sync ialah fitur primadona notebook, memastikan kenyamanan bermain walaupun frame rate terpaksa turun ke bawah 40. Berkatnya, game tetap terasa mulus dan tidak stuttering. Batasan maksimal di full-HD juga menjaga kartu grafis agar tidak ‘kelebihan beban’.

Asus Republic of Gamers G752VT 16

Layar tersebut menghasilkan kontras 680:1, dan mutu secara sekeluruhan mirip dengan G751. Melalui sedikit riset di internet, color gamut berada di 92 persen sRGB dan 72 persen AdobeRFB. Output gambarnya tajam, level brightness-nya tinggi, viewing angle-nya luas, kemudian warna juga cerah dan akurat. Andai Asus memanfaatkan coating gloss, visual akan lebih baik lagi, tapi jenis matte di G752VT membuat display tampil prima saat Anda memakainya di luar ruangan.

Asus Republic of Gamers G752VT 10

Di game, display tersebut memudahkan kita mendeteksi lawan yang sedang bersembunyi. Dan untuk film, tone tersuguh secara natural.

Keyboard, touchpad & palm rest

Dalam pemakaian selama beberapa minggu, baik untuk gaming maupun bekerja, saya sangat mengapresiasi komponen papan ketik G752VT. Anda dimanjakan dengan fitur anti-ghosting serta key travel sejauh 2,5-milimeter. Untuk kelas chiclet, tiap tuts-nya berkualitas tinggi, kokoh dan stabil, mengeluarkan suara ‘tik’ lembut ketika jari menari di atasnya – walaupun belum mampu menyaingi keyboard mekanik GT80 Titan. Di kiri atas, Anda dapat mengkustomisasi (dan mengakses) lima tombol macro plus shortcut ke app XSplit Gamecaster.

Asus Republic of Gamers G752VT 09

Asus Republic of Gamers G752VT 06

Touchpad G752 diadopsi dari G751, berbentuk trapesium seluas 11,6-12,2×7,75cm. Permukaannya halus, memastikan pengendalian kursor mouse-nya akurat. Anda dipersilakan menggunakan Asus Smart Gesture untuk mengkonfigurasi input sampai empat jari. Dua tombol mouse di sana mempunyai tekstur lebih kasar, terasa empuk sewaktu ditekan.

Asus Republic of Gamers G752VT 04

Area palm rest sangat lapang, juga nyaman karena lapisan karet – kira-kira 40 persen dari total luas notebook. Temperatur area kanan relatif lebih tinggi dibanding kiri palm rest, tapi tanpa memakainya di ruangan berpendingin udara, suhu berada di level yang nyaman.

Audio

Asus memposisikan speaker di belakang display dan membubuhkan sebuah subwoofer di bawah unit. Output-nya seimbang – jernih, tajam dan subwoofer sangat membantu bass; efek ledakan di permainan action cukup meyakinkan. Tapi akan lebih terasa memuaskan jika speaker-nya dibuat lebih lantang lagi. Supaya optimal, saya tetap merekomendasikan Anda menambahkan speaker atau mengenakan headset gaming.

Asus Republic of Gamers G752VT 35

Connectivity & Interface

Notebook gaming ini dibekali sebuah port USB type-C Thunderbolt, satu HDMI, empat USB 3.0, SD card reader, satu jack microphone-in, satu jack headphone-out, port LAN, konektivitas Wi-Fi dual-band 802.11AC, Bluetooth 4.0, serta optical drive Blu-ray.

Asus Republic of Gamers G752VT 14

Hardware & battery

Asus membenamkan prosesor Intel Core i7-6700HQ berkecepatan 2,6GHz, kartu grafis Nvidia GeForce GTX 970M, dan RAM DDR4 sebesar 64GB (Anda tidak salah baca). Unit review ini menggunakan storage SSD SAMSUNG MZVPV512 512GB dan hard drive Seagate 2TB 5400rpm. Laptop dibundel bersama baterai non-removable 67Wh, kapasitasnya sangat kecil. Untuk gaming, ia segera habis kurang dari satu jam. Itu mengapa sekali lagi, G752 lebih cocok disebut sebagai desktop replacement, sebab ia tidak bisa jauh-jauh dari sumber listrik.

Gaming performance

Buat menakar performa gaming ROG G752VT, saya memanfaatkan software benchmark Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, serta mengujinya secara instensif dengan permainan Fallout 4, The Witcher 3: Wild Hunt dan Grand Theft Auto V. Satu aspek paling istimewa dari notebook ini ialah ia bekerja dengan sangat hening, meskipun di kondisi full-load.

Asus Republic of Gamers G752VT 22

Asus Republic of Gamers G752VT 21

Di kedua app benchmark Unigine itu, saya memilih API DirectX11 di setting ultra, level tessellation extreme, dan anti-aliasing 8x. Skor tertingi Heaven ialah 759, dengan rata-rata 30fps, minimal 17,8 dan maksimal 63. Kemudian di Valley, G752VT memperoleh nilai 1364, rata-rata 32fps, minimal 18fps dan tertinggi 61fps.

Asus Republic of Gamers G752VT 23

Asus Republic of Gamers G752VT 24

Grand Theft Auto V konon merupakan salah satu permainan dengan spesifikasi hardware paling menuntut. Lewat setting default di resolusi 1080p, game beroperasi semulus sutra. GTA V jarang sekali turun dari 50fps, stabil di 65 ke atas. Detail karakter serta objek tidak berkurang dan terlihat jelas: pori-pori dan kerutan di wajah Michael, efek kerutan pada pakaian, bayangan, pencahayaan dan pantulan sinar matahari, semua hadir di sana.

Asus Republic of Gamers G752VT 27

Asus Republic of Gamers G752VT 36

Asus Republic of Gamers G752VT 28

Fallout 4 juga berjalan sangat baik lagi tanpa masalah ketika saya set opsi grafis di ultra. Frame rate memang tidak setinggi GTA V, namun G752VT sanggup menjaga performa tetap stabil, dan tidak pernah jatuh di bawah 40. Berkat G-Sync, transisi frame rate dari 41 ke 60-an sangat halus, tidak tersendat-sendat. Efek light shaft terlihat menonjol sewaktu terjadi badai radiasi, lalu saat langit cerah, Anda bisa melihat runtuhan-runtuhan kota di seberang perairan.

Asus Republic of Gamers G752VT 26

Asus Republic of Gamers G752VT 33

Asus Republic of Gamers G752VT 25

Tes terakhir bagi ROG G752VT adalah menangani Nvidia HairWorks di The Witcher 3. Di setting ultra dengan slider HairWorks maksimal, game berjalan di 24fps sampai 33fps. Tingkat frame rate paling rendah ialah sewaktu Geralt harus menghadapi gerombolan monster Drowner di gorong-gorong bawah tanah. Namun ketika saya kembalikan setting grafis ke default, fps segera meroket ke 50 sampai 60.

Asus Republic of Gamers G752VT 29

Asus Republic of Gamers G752VT 37

Asus Republic of Gamers G752VT 30

Saya sama sekali tidak ragu, G752VT tak akan kesulitan mengangkat berbagai game 3D anyar. Syaratnya, permainan tersebut harus dioptimalkan untuk PC. Dengan penggunaan platform Windows 10 dan kehadiran chip GeForce GTX 970M, G752VT kompatibel ke judul-judul yang mendukung API DirectX 12.

Verdict

Brand Republic of Gamers selalu menjadi rekomendasi bagi Anda yang mencari hardware berkualitas. Asus ROG G752VT memang berukuran besar, tapi penampilannya sangat anggun. Notebook menawarkan kinerja mumpuni buat menangani game-game bergrafis berat. Walupun demikian, ia bukanlah lompatan besar dari G751, apalagi mengingat kompetitor terus mengejar dengan agresif.

Faktor-faktor unggulan di dalam G752VT antara lain ialah layar berteknologi G-Sync, kesanggupan laptop berjalan dengan begitu hening di temperatur yang rendah, serta masih menyisakan ruang buat upgrade komponen. Namun sedikit masukan untuk Asus: quality control masih bisa ditingkatkan lagi, khususnya di produk high-end seperti G752. Saya masih bisa melihat sinar keluar dari gap di layar.

Seperti penjelasan sebelumnya, G752 ditawarkan di harga yang masuk akal dan Asus turut menyediakan lima pilihan model, masing-masing mempunyai susunan hardware berbeda. Harganya dibanderol mulai dari US$ 1500 sampai US$. 3.500. G752VT sendiri dijajakan di US$ 1.800.

Asus Republic of Gamers G752VT 03

Review Aplikasi Prayer Times (Jadwal sholat) Garapan BriXzeN

Di Google Play Store ada banyak ragam aplikasi yang dirancang untuk mendukung kegiatan ibadah. Aplikasi Prayer Times (Jadwal sholat) yang dirancang oleh BriXzeN adalah satu di antaranya. Dan di kesempatan kali ini saya akan me-review seperti apa sih rupa dalaman aplikasi, fitur dan sekilas pengalaman penggunaannya.

Tentang BriXzeN

Tapi sebelum masuk ke pembahasan utama, tak ada salahnya bila kita berkenalan secara singkat dengan BriXzeN, pengembang yang menjadi dalang aplikasi ini. Brixzen adalah sebuah startup pengembang aplikasi yang bermarkas di Malang, Jawa timur. Total BriXzeN saat ini beranggotakan 8 anggota tim.

Di platform Android, BriXzeN sudah melahirkan sedikitnya 7 aplikasi, salah satunya ya Prayer Times (Jadwal sholat) ini. Dan selain Android, mereka juga menggarap aplikasi berbasis web dan desktop.

Review

Sekarang baru kita masuk ke pembahasan utama. Di segi interface utama, di halaman muka, pengembang sepertinya sengaja langsung menghadirkan fitur utama aplikasi ke hadapan pengguna. Di bagian teratas saya mendapati petunjuk jadwal sholat berikutnya, lengkap dengan lokasi dan juga penunjuk waktu berformat digital dan analog. Saya pribadi menyukai pemilihan warnanya.

Di tengah hadir tampilan urutan jadwal sholat dimulai dari waktu Imsyak – fitur tambahan yang memberi manfaat lebih – lalu Subuh, Dzuhur, Ashar hingga Isya. Kemudian di bagian terbawah terdapat tiga buah menu yakni Qiblah untuk mencari arah kiblat, Settings untuk melakukan pengaturan lanjutan dan Refresh untuk menyegarkan pemindaian lokasi menggunakan sensor GPS yang tersedia.

Secara default saya mendapatkan alarm pengingat di setiap waktu sholat dalam posisi mati. Tapi tebakan saya tepat, apabila menginginkan pengingat tersebut hidup, cukup mengetuk ikon speaker di waktu-waktu sholat yang diinginkan. Alarm pengingat yang aktif akan ditandai dengan ikon speaker tidak bertanda lingkaran merah.

Screenshot_2016-01-12-15-03-41

Saya juga menemukan alternatif lain untuk mengaktifkan alarm, notifikasi dan juga nadanya dengan mengetuk salah satu waktu sholat untuk menampilkan opsi lanjutan seperti gambar di bawah ini. Masing-masing tombol ditujukan untuk fungsi yang berbeda, change sound misalnya dipergunakan untuk mengubah suara notifikasi waktu sholat.

2016_01_12_15.16.01

Di bagian yang cukup penting, yakni Setting telah disiapkan dua opsi bagi pengguna untuk mengatur kembali posisi mereka berada saat ini. Pilihan yang paling mudah tentu dengan membiarkan opsi use GPS mode dalam posisi ON, sebab jika dalam posisi OFF, Anda harus menginput lokasi secara manual.

Sayangnya menu Setting menurut saya masih perlu pengembangan lebih lanjut, atau alternatifnya pengembang dapat meletakkan beberapa tool di interface utama ke menu ini, sehingga kesannya menu Setting benar-benar mempunyai manfaat yang seharusnya, bukan sekadar ada.

2016_01_12_15.16.32

Di bagian kanan atas ada sebuah tombol About yang bila diklik akan menghantarkan Anda ke sebuah jendela khusus. Di dalam jendela inilah pengembang menjelaskan apa kegunaan aplikasi, siapa mereka dan juga dua tombol ajakan, rate this 5 star dan more apps.

2016_01_12_15.17.05

Secara keseluruhan saya sangat menyukai aplikasi ini, dan bila harus memberikan nilai maka saya akan berikan 4 dari 5 bintang untuk desain, 4 bintang untuk fitur dan 5 bintang untuk kemudahan penggunaanya.

Mau mencobanya? Unduh dari sini atau dari aplikasi Google Play Store di perangkat Anda!

*) Artikel ini merupakan hasil kerjasama antara DailySocial dengan Dicoding

[Review] Asus ZenFone Selfie ZD551KL

Meski istilah selfie baru dimahkotai Oxford English Dictionary sebagai Word of the Year di 2013 silam, sejarah mencatat bahwa kegiatan self-portrait telah dilakukan sejak 1800-an. Berabad-abad kemudian, selfie bisa diakses melalui sebuah device serbaguna bernama smartphone. Begitu kuatnya tren selfie, produsen sadar bahwa kapabilitas kamera depan ternyata sama esensialnya dengan kamera belakang.

Melihat peluang ini, nama-nama raksasa di industri perangkat bergerak berlomba-lomba menyediakan medium optimal buat ber-selfie. Setelah Sony, HTC, Microsoft dan Oppo, satu brand Taiwan yang sedang naik daun di ranah mobile memutuskan untuk turut serta bermain di sana. Memanfaatkan momentum Computex 2015 lalu, Asus resmi memamerkan Zenfone Selfie.

ZenFone Selfie merupakan anggota dari keluarga besar ZenFone generasi kedua, hadir sebagai alternatif lebih terjangkau dari produk spesialis foto diri kompetitor. Meski demikian, Asus menjamin mereka tidak mengambil jalan pintas. Sang produsen menjanjikan kombinasi optimal antara hardware dan desain, sembari ‘mempionirkan’ teknologi camera fusion di smartphone. Benarkah demikian? Silakan simak ulasannya di bawah.

Design, feel & build quality

Dari sisi desain, Zenfone Selfie ZD551KL benar-benar berkiblat pada ZenFone 2, dan kedua device terlihat hampir identik. Jika dikomparasi, Zenfone Selfie sedikit lebih tinggi karena kehadiran modul lensa berukuran cukup besar di sisi depan (menggantikan logo Asus), serta sedikit lebih lebar dan tipis. Artinya, segala hal yang Anda sukai (atau tidak sukai) dari ZenFone 2 muncul kembali di Selfie.

Review Asus Zenfone Selfie 08

ZenFone Selfie mempunyai dimensi 156,5×77,2×10,8 mm dengan layar 5,5-inci serta bobot 170g. Cover baterainya dibuat melengkung untuk memberi kesan tipis di area pinggir – mencapai 3,9mm saja. Konsekuensinya, tombol-tombol fisik tidak bisa diletakkan di sisi kiri dan kanan. Seperti ZenFone 2, tombol volume berada di punggung, tepat di bawah lensa. Dari aspek penampilan, saya tidak menemukan kekurangan, tetapi jika Anda biasa menggunakan tombol fisik buat menjepret foto, posisi tombol terasa canggung.

Review Asus Zenfone Selfie 13

Review Asus Zenfone Selfie 16

Review Asus Zenfone Selfie 09

Penampakan depannya juga mengadopsi sejumlah ciri khas ZenFone – dari mulai area hitam yang membatasi layar, tiga tombol kapasitif berwarna keperakan, zone logam brushed melingkar di bawah, serta frame glossy pembatas antara display berlapis Corning Gorilla Glass 4 dengan back cover. Ada ketimpangan di sini: Gorilla Glass 4 memang tangguh, namun bingkai glossy tersebut sangat rentan terhadap baret dan penyok.

Review Asus Zenfone Selfie 15

Unit review ini memiliki bagian punggung berwarna abu-abu dengan pola garis-garis horisontal ala brushed metal. Tapi sebetulnya, back cover terbuat dari plastik.

Seperti biasa, membuka panel tersebut (buat mengakses slot SIM card, microSD card dan baterai) memerlukan perjuangan. Berbeda dari ZenFone 2, unit baterai dapat dilepas. Problem yang saya temukan ialah ketiadaan mekanisme per atau celah di slot kartu SIM, menyebabkan kartu sangat sulit sekali dikeluarkan.

Review Asus Zenfone Selfie 01

Review Asus Zenfone Selfie 03

Display

Untuk device sekelasnya, Asus boleh berbangga dengan kinerja dari layar ZenFone Selfie. Panel IPS 5,5-inci tersebut menghidangkan resolusi 1920×1080-pixel berkepadatan 403ppi, yang ditopang teknik full-screen lamination di mana layer kaca serta lapisan touch digabung jadi satu buat menghilangkan gap. Hasilnya, teks dan gambar seolah-olah melayang tepat di bawah display.

Review Asus Zenfone Selfie 05

Review Asus Zenfone Selfie 12

Viewing angle layarnya memuaskan, mampu menyuguhkan output warna yang kaya dan akurat, cerah, serta tajam. Ia bahkan sanggup melawan terpaan sinar matahari.

Pengguna notebook Asus mungkin cukup familier dengan Splendid, dan fitur ini turut mereka bawa ke ZenFone Selfie. Melaluinya, kita dipersilakan mengkustomisasi temperatur warna, atau mengaktifkan mode filter bluelight untuk mengurangi rasa lelah pada mata.

Camera

Sebagai smartphone spesialis selfie, tidak mengherankan jika Asus mencantumkan segala macam teknologi imaging yang dapat mereka temukan ke dalam ZenFone Selfie. Teknologi PixelMaster mereka usung baik buat kamera depan maupun kamera belakang. Ketika brand lain berupaya menyederhanakan UI app kamera, Asus malah menjabarkannya secara lengkap untuk Anda. Setidaknya terdapat 17 mode bisa kita gunakan untuk kedua kamera.

Review Asus Zenfone Selfie 10

Review Asus Zenfone Selfie 06

Lihat spesifikasi lengkapnya di bawah ini:

  • Kamera depan: Sensor 13-megapixel, aperture f/2.2, lensa 5-element wide-angle 88-derajat, filter blue glass, flash real tone LED.
  • Kamera belakang: Sensor 13-megapixel , aperture f/2.0, lensa 5-element, autofocus laser 0.2 detik, filter blue glass , flash dual LED.

Mengesampingkan faktor teknis yang rumit, hasil jepretan melalui mode auto tampak tajam dan cerah. Reproduksi warna terbilang presisi, lalu kinerja di low-light cukup handal. Buat mendukung hobi self-portrait, Asus telah menyiapkan mode Selfie Panorama. Namun tantangannya, tangan Anda harus stabil karena jika tidak, sulaman malah tak bagus. Bagi saya metode tradisional – selfie bersama-sama dengan posisi handset melintang – masih jadi teknik terbaik.

Review Asus Zenfone Selfie 02

Di kondisi terang, saya tidak kesulitan mengambil foto-foto macro dengan kamera belakang. Sistem autofocus-nya mampu bekerja gesit serta akurat, menjaga mutu jepretan tetap tajam dan prima. Menakar dari kualitas, hasil kamera depan dan belakang hampir serupa. Itu berarti kekurangan kedua kamera tak jauh berbeda. Kadang saturasi warnanya berlebihan, grainy di zona-zona gelap, dan gambar juga wash-out di pencahayaan terik. Kemudian ketika di-zoom, foto mempunyai efek seperti cat air.

Ini sampel foto dengan kamera depan:

Review Asus Zenfone Selfie 18

Dan ini hasil jepretan kamera belakang:

Review Asus Zenfone Selfie 19

Review Asus Zenfone Selfie 20

Review Asus Zenfone Selfie 25

Hardware, performance & user experience

Di ZenFone Selfie ZD551KL, Asus berpaling dari Intel Atom dan memilih untuk menggunakan Qualcomm MSM8939 Snapdragon 615. System-on-chip ini menyimpan sepasang prosesor quad-core Cortex-A53, GPU Adreno 405, RAM 3GB, penyimpanan internal 32GB (bisa diperluas sampai 128GB via microSD), dan ditenagai baterai 3.000mAh yang sanggup menjaga smartphone selalu aktif untuk menjalankan video loop lebih dari 9,5 jam.

Baterai tersebut terbantu berkat hematnya konsumsi daya smartphone (1,21-watt). Skor benchmark ZenFone Selfie juga tergolong lebih tinggi dibanding handset ber-SoC sejenis, namun masih belum sanggup menyusul ZenFone 2. Di AnTuTu versi 5.7.1, handset berhasil mendapatkan nilai tertinggi di 37253; lalu di AnTuTu 6.0, ia cuma mencetak 31823. Lewat PCMark, Selfie memperoleh angka work performance 3267.

Review Asus Zenfone Selfie 27

Review Asus Zenfone Selfie 22

Bermain game Real Racing 3 berjalan lancar, lalu pantulan di spion turut muncul, walaupun tidak semulus ketika dimainkan dari smartphone premium dan sejumlah efek visual semisal partikel debu serta lens flare tidak begitu detail. ZenFone Selfie malah mampu menangani Need For Speed: No Limits lebih lancar, dan grafisnya pun tampil lebih meyakinkan. Pastinya, handset tidak akan kesulitan mengoperasikan game-game puzzle maupun strategi 2D.

Review Asus Zenfone Selfie 23

Review Asus Zenfone Selfie 24

Di video serta game, output suara ZenFone Selfie terdengar utuh dan lantang, tapi alangkah baiknya jika speaker tidak diposisikan terlalu menjorok ke bawah. Saat tertutup jari, suaranya jadi teredam.

Review Asus Zenfone Selfie 11

ZenFone Selfie beroperasi di platform Android 5.0 Lollipop dengan overlay ZenUI. Asus menjejalkan banyak fitur dan app, hingga mungkin hampir terasa seperti bloatware. Namun beberapa dari mereka terbukti membantu, contohnya auto-start manager, power saver, one hand mode, opsi kustomisasi font, sampai bundel theme dan icon.

Konektivitas ZenFone Selfie meliputi Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac, Bluetooth 4.0, GPS, radio FM, port microUSB 2.0, dua slot SIM card, minus NFC.

Review Asus Zenfone Selfie 14

Verdict

Terlepas dari ketiadaan cita rasa premium, Asus ZenFone Selfie merupakan smartphone handal, dilihat dari perspektif performa dan fitur. Penampilannya tampak serasi dengan layar cemerlang yang berperan sebagai jendela Anda menjelajahi konten mobile. Saya beropini, ZenFone Selfie merupakan produk berkonsep paling kuat di antara keluarga ZenFone berkat spesialisasi pada self-portrait. Ia tidak sekedar menjadi medium adu harga dan spesifikasi hardware.

Terlebih lagi, smartphone kelas ‘menengah’ Asus ini masih tergolong entry-level seandainya kita melihat dari sudut pandang brand-brand kelas atas semisal Sony, Samsung atau HTC. Di Indonesia, ZenFone Selfie terbagi dalam dua tipe, yaitu versi ber-flash memory 16GB seharga Rp 2,8 juta dan varian 32GB, dibanderol Rp 3 juta.

Review Jide Remix Mini: Apakah ini Android Mini PC yang Kita Tunggu-Tunggu?

 

Sebelum Mini PC menjadi popular, saya seringkali mencolok laptop saya ke TV untuk menikmati film di layar yang lebih lebar. Laptop saya dulu MacBook putih yang datang dengan remote, jadi pas sekali untuk dijadikan media center. Tidak ideal memang, tapi pada saat itu berjalan dengan baik.

Sekarang fungsi itu bisa digantikan dengan mini PC. Sebuah perangkat kecil yang bisa disambungkan ke TV dan bisa melakukan beberapa hal yang biasa dilakukan oleh sebuah PC ‘besar’, tetapi dari sisi harga jauh lebih murah dan dari sisi bentuk jauh lebih kecil.

Saya membeli Jide Remix Mini dari kampanye Kickstarter seharga $60. dan setelah menunggu sebulan akhirnya perangkat mini PC berbasis Android ini datang juga.

Melihat dari bentuknya, memang sangat ringkas. Tidak ada tombol sama sekali di perangkat ini. Untuk menyalakannya kita cukup menekan bagian atasnya.

Jide Remix Mini

Perangkat ini datang dengan 2 port USB, HDMI dan port power tentunya. Jide Remix Mini juga mendukung keyboard dan mouse USB (wireless) serta bluetooth. Tapi untuk setup awal membutuhkan mouse dengan kabel.

Dalam waktu 20 detik saya selesai melakukan setup dan Remix Mini sudah tersambung ke jaringan internet via WiFi. Mouse nirkabel saya juga bisa disambungkan tanpa masalah. Saya pun coba sambungkan keyboard dan Xiaomi gamepad bluetooth, semua bisa berjalan tanpa masalah. Dengan keyboard, Anda bisa melakukan copy and paste dengan mudah, klik kanan pada mouse juga didukung oleh perangkat mini PC Android ini. Sama seperti pengalaman menggunakan desktop pada umumnya.

Remix Mini hadir dalam versi 8GB dan 16GB hard drive, tapi 2 slot USB bisa dipakai untuk membaca flash disk dan juga external hard drive. Jadi jangan takut kekurangan space untuk menyimpan film dan musik yang Anda miliki.

Fitur standar yang dihadirkan dalam perangkat ini memang cukup sedikit, tapi karena berbasis Android jadi Anda tinggal pasang aplikasi yang diinginkan dan bisa langsung menikmatinya. Saya sendiri langsung menginstal MX Player untuk video, Bittorrent Sync untuk transfer file nirkabel dan Joox untuk streaming musik. Jika dibutuhkan Anda juga bisa menginstal Google Office Suite, Gmail dan Chrome.

Kebanyakan aplikasi tertampil dalam format tablet, jadi tidak terlalu aneh bila dilihat di TV. Terkadang suka terlalu kecil font-nya memang, tapi tidak sampai mengganggu.

Jide Remix Mini

Pengalaman saya dengan Remix Mini tidak terlalu bagus. Terjadi crash beberapa kali, dan terdapat jeda waktu setiap membuka aplikasi. Saya juga memesan perangkat dengan memori 2GB dengan harapan ini bisa dihindari, tapi ternyata tetap relatif lambat. Ya mungkin memang tidak bisa berharap banyak dengan harga perangkat yang hanya $60.

Saya tidak merekomendasikan menjalankan lebih dari 2 aplikasi dalam waktu yang bersamaan karena yang saya alami, prosesnya berjalan lambat.

Saya mencoba juga menjalakan beberapa permainan antara lain Sword of Xolan dan The Reaper, keduanya berjalan sangat baik. Gamepad didukung cukup baik sehingga tidak terlalu banyak masalah. Untuk permainan yang tidak mendukung Gamepad tentunya akan menjadi masalah tersendiri. Mengontrol permainan layar sentuh dengan mouse tentunya tidak mudah. Jadi mungkin bagi yang ingin membeli perangkat ini untuk bermain Vain Glory, sebaiknya mengurunkan niat Anda.

jide remix mini

Untuk perangkat seharga $60, kita memang tidak bisa berharap banyak pada perangkat Jide Remix Mini. Bila Anda berpikiran untuk menggunakan perangkat ini untuk menonton video dan YouTube-an, Anda akan menyukainya. Perangkat ini juga bisa melakukan semua yang Android bisa lakukan. Tapi mungkin…jangan berharap terlalu banyak.

[Review] Notebook Acer Aspire E5-552G

Signifikansi AMD di dunia gaming sangat unik. Teknologi APU mereka mentenagai puluhan juta console yang kini berada di tangan gamer. Dan baru beberapa bulan silam, mereka meluncurkan GPU R7 dan R9 demi menandingi rival besarnya. Namun jika kita masuk ke ranah gaming notebook, sang kompetitor tampak mendominasi produk kelas menengah sampai high-end.

Ruang bermanuver masih terbuka lebar, dan AMD melihat celah peluang di sana. Mereka memutuskan menggandeng Acer untuk meramu Aspire E5-552G, sebuah laptop bertenaga accelerated processing unit generasi keenam, diberi codename Carrizo. Ketika notebook ber-GPU GeForce kental dengan kesan mewah, E5-552G ditargetkan untuk khalayak pecinta esport populer, misalnya Dota 2, League of Legends dan CS:GO.

Selain gaming kompetitif mumpuni, AMD menjanjikan keunggulan dalam multitasking serta video 4K melalui High Efficiency Video Coding yang tertanam di Carrizo. Selama beberapa minggu, saya berkesempatan untuk menjajal Aspire E5-552G. Apakah laptop ini sesuai dengan klaim sang produsen, atau Acer dan AMD seharusnya bisa meraciknya lebih baik lagi? Ayo simak ulasannya.

Design & build quality

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 14

Meski tidak bisa dipukul rata, kebanyakan gamer cenderung menyukai perpaduan hitam dan merah saat memilih device gaming, dan unit review Aspire E5-552G ini turut mengusung komposisi tersebut. Hampir seluruh body mengunakan material plastik, perbedaan terletak pada warna serta tipe tekstur. Untuk punggung layar dan bagian bawah, produsen membalutnya dengan warna hitam. Pola bergaris mirip serat kain di sana menjaga notebook dari bekas sidik jari, dan tim desainer membubuhkan logo Acer di pinggir.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 11

Ketika dibuka, warna merah tua tampak mengisi sisi dalam notebook; termasuk palm rest, touchpad, serta membingkai layar 15,6-incinya. Ia memang tidak kelihatan mewah, tetapi bahan plastik mempunyai kelebihan: tidak ada sengatan listrik statis, tidak panas dan membuat bobotnya tetap ringan. Dengan optical drive, berat E5-552G hanya 2,4-kilogram. Ukuran totalnya ialah 381,6x256x24,9mm (29,2mm di area paling tebal), memberi ilusi ultra-thin.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 03

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 07

Jangan biarkan material plastik mengaburkan peniliaian Anda. Kualitas produksi Aspire E5-552G sangat baik untuk notebook sekelasnya. Layar dapat ditutup-buka dengan satu tangan, dan LCD baru terlihat bergelombang jika area panel diberi tekanan tinggi. Struktur plastik dan desain bertekstur tersebut meminimalisir baret dan penyok seandainya terjadi insiden dalam penggunaan.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 06

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 10

Seluruh konektivitas ditaruh di sisi samping, dan heat sink berada di bagian kiri. Meskipun seharusnya tidak ada komponen yang menghalangi engsel, layar tidak bisa dibuka 180 derajat. Sayang sekali tidak ada akses langsung ke baterai, dan bagi saya, penampilan akan lebih baik seandainya pola tekstur di bawah berbeda dari atas. Dilihat lebih rinci, impresi ‘ekonomis’ dan ‘laptop budget‘ sulit dihilangkan dari Aspire E5-552G.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 02

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 09

 

Connectivity

Konekvitas adalah salah satu aspek yang memastikan E5-552G berada di depan. Ia memang belum mengadopsi port ‘masa depan’ semisal USB Type-C, namun Acer fokus pada fungsionalitas saat ini. Ada port HDMI, VGA, Gigabit Ethernet dan sepasang USB 3.0 di kiri, SD card reader di depan, serta satu USB 2.0 di kanan. Ada pula sambungan Bluetooth 4.0 dan 802.11b/g/n wireless LAN.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 27

Di Indonesia, banyak orang belum siap dengan sistem distribusi digital, dan masih mengandalkan kepingan CD/DVD. Di sanalah pentingnya keberadaan optical drive DVD-Super Multi. Pelajar, mahasiswa dan kalangan pekerja akan sangat berterimakasih karena Acer tidak melupakan faktor ini.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 04

 

Display

Acer Aspire E5-552G menyajikan layar LCD TFT Active Matrix glossy berteknologi ComfyView dengan resolusi maksimal 1366×768-pixel. Di masa ini, mungkin Anda mengharapkan resolusi setidaknya 1080p, namun mungkin panel tersebut dipilih dan disesuaikan dengan hardware. Acer menyampaikan bahwa ia turut ditopang Blueshield Technology agar mata Anda tidak cepat lelah.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 12

Kendalanya ialah mutu dari panel tersebut. Bahkan saat saya naikkan level brightness setinggi mungkin, kecerahannya mengecewakan, sangat redup seandainya dikomparasi dengan Asus BU201LA. Saya tidak merekomendasikan memakainya di bawah sinar matahari langsung.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 20

Backgroud putih jadi kebiruan, dan rasio kontrasnya rendah, efeknya langsung dirasakan begitu Anda melihat objek dan ikon-ikon cerah – warna tampak sangat washout. Untungnya, teks masih bisa terbaca jika dilihat dari pinggir secara horisontal.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 13

 

Keyboard & touchpad

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 15

Ruang selebar 381,6×256-milimeter dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Acer demi meracik periferal input. Keyboard chiclet E5-552G turut dilengkapi keypad. Tuts abjad berukuran kira-kira 1,5×1,5-sentimeter dan gap hampir 4-milimeter. Layout-nya familier, cukup nyaman, hanya saja jangan harap ia se-tactile keyboard produk profesional ataupun gaming high-end.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 16

Acer menempatkan touchpad hampir sejajar dengan tombol spasi, luasnya adalah 100,6×77,5-milimeter. Posisi ini menyebabkannya terlalu condong ke kiri, hanya menyisakan ruang tidak sampai 9cm untuk telapak tangan kiri Anda. Setelah pemakaian lama, palm rest sebelah kanan akan terasa lebih hangat, dan boleh jadi membuat tangan berkeringat. Tapi sewaktu telapak tangan mulai lembab, palm rest plastik bertekstur itu terasa lebih nyaman dibanding jenis logam.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 17

 

Hardware & performance

APU AMD memang terkenal cukup ampuh dalam menangani game tertentu contohnya judul-judul ber-engine Frostbite ciptaan DICE. Di unit review ini telah terinstal Battlefield 4 dan Need for Speed Rivals. Saya tidak ragu akan kesanggupan Aspire E5-552G menjalankan permainan-permainan online kompetitif, namun saya ingin mengajak notebook keluar dari zona nyaman.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 18

Aspire E5-552G dipersenjatai chip AMD FX-880P berkecepatan hingga 3,4GHz dengan GPU Radeon R8 M365DX. Selain itu ia dibekali RAM DDR3 8GB dual channel, dan penyimpanan berbasis hard drive 1TB. Tanpa tersambung ke sumber listrik, baterainya diklaim sanggup bertahan hingga lima jam, tapi Anda harus kustomisasi power plan ke ‘power saver‘ terlebih dulu. Laptop ini beroperasi di platform Microsoft Windows 8.1 64-bit.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 21

Buat uji coba performa, saya memanfaatkan software benchmark PCMark 8.0. Unigine Valley 1.0, dan Heaven 4.0, serta game Tomb Raider, Fallout 4, The Witcher 3.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 22

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 23

Lewat tes PCMark 8 Professional Edition, E5-552G menghasilkan nilai 2103, dan casual gaming terpantau berada rata-rata di 28,3fps. Angka terbaik yang saya peroleh melalui software Valley 1.0 ialah 647, dengan rata-rata 15,5fps (maksimal 26,6fps, minimal 8,1fps). Di Heaven 4.0, E5-552G mendapatkan skor 501 dan rata-rata 19,9fps (maksimal 34,7fps, minimal 6,5fps).

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 24

Laptop sama sekali tidak bermasalah untuk menjalankan Tomb Raider, mengingat game tersebut sudah berusia dua tahun. Di adegan dengan efek grafis paling intens, frame rate tidak pernah turun dari angka 25 dan beberapa kali melampaui 40. Tapi bagaimana kemampuannya menghadapi judul-judul blockbuster terkini?

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 26

Di Fallout 4, prospek E5-552G kurang menjanjikan. Sebelum masuk ke permainan, opsi grafis telah saya konfigurasi agar tidak terlalu mencekik. Antialiasing di-set di FXAA, dan saya matikan anisotropic filtering. Sepertinya saya harus menurunkan setup lebih jauh lagi dan mengorbankan efek visual serta ketajaman tekstur karena di level ini, Fallout 4 cuma sanggup menyuguhkan 9-14fps.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 28

Nasib The Witcher 3 juga hampir tidak berbeda. Walau slider kualitas air, tekstur, jarak pandang digeser ke tingkat terendah, lalu Nvidia Hairworks turut dimatikan; saya cuma memperoleh 11-14fps. Frame rate jadi anjlok ke 5 atau 7 begitu Geralt saya pandu ke daerah pedesaan. Saya khawatir, Anda harus setting seluruh slider ke kiri agar permainan dapat layak dimainkan.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 25

 

DS verdict

Walaupun AMD dan Acer memasarkan notebook ini dengan bumbu gaming (termasuk melangsungkan program bundel permainan original gratis sampai tanggal 31 Desember 2015 nanti) dan premis kapabilitas mengoperasikan judul-judul esport, gaming bukanlah spesialisasi utama Aspire E5-552G. Perspektif tersebut harus digeser: ia adalah notebook multimedia berkemampuan gaming entry-level.

Seperti penjelasan saya sebelumnya, E5-552G sangat cocok buat pelajar, mahasiswa dan profesional yang dituntut untuk selalu mobile. Kata mobile perlu digarisbawahi karena dengan jumlah uang ini, Anda dapat merakit gaming PC dedicated berperforma jauh lebih tinggi.

Versi Acer Aspire E5-552G ini dibanderol seharga Rp 8 juta.

Review Notebook Acer Aspire E5-552G 19

Hands-on Perangkat Microsoft Lumia 950

Perangkat Lumia sudah cukup lama menarik minat saya, karena memang mereka terkenal beda dibandingkan iOS dan Android. Menjadi beda bisa jadi keharusan untuk perangkat ini karena kalau tidak ada pembeda tak akan memberi keunikan tersendiri. Jadi ketika saya mendapatkan undangan dari Microsoft untuk mencoba Lumia 950, saya langsung setuju.

Kesan pertama saya atas perangkat Lumia 950 ini adalah sangat ringan untuk telepon genggam dengan layar berukuran 5.2 inci. Bahan utamanya plastik, tapi terlihat cukup premium.

Lumia 950 warna putih yang saya coba mengingatkan saya terhadap perangat Xiaomi Mi4i. Bagian belakang terdapat lensa kamera yang desainnya agak keluar dan disebelahnya terdapat triple color LED Flash, ini keren tapi kita bahas nanti. Tombol fisik ada di sisi kanan semua, dari tombol power, volume dan tombol khusus kamera. Saya lebih suka bila tombolnya sebagian ada di kiri, tapi itu tidak terlalu masalah.

lumia 950

Ok, kembali ke kamera. Microsoft menambahkan banyak fitur untuk bagian ini mulai dari efek bokeh, slow motion dan dengan spesifikasi kamera 20MP, pastinya kita bisa mengambil foto yang bagus. Tapi yang paling menarik buat saya adalah fitur mengubah intensitas flash SETELAH kamu mengambil foto. Yep, setelah.

Jadi Anda bisa membuat kameranya mengambil 2 gambar sekaligus, dengan dan tanpa flash. Setelah Anda mengambil foto, Anda bisa menentukan apakah Anda membutuhkan cahaya lebih, atau tetap ingin dengan cahaya yang ada. Ok ini videonya biar lebih jelas.

This is wicked, #lumia950 bisa sekaligus moto with and without flash dan bisa edit in between.

Video kiriman rajasa (@rajasa) pada

Fitur yang paling mencuri perhatian adalah kemampuan Lumia 950 yang bisa dijadikan workstation. Jadi PC!

Dengan menggunakan Display Dock (terjual terpisah sayangnya), Anda bisa mencolok Lumia 950 ke monitor, tambahkan keyboard dan mouse dan BOOM! Jadi workstation. Menonton YouTube dan Netflix akan jadi lebih menarik di layar yang lebih besar. Bisa menggunakan kabel HDMI atau jika mau tanpa kabel, Anda bisa memancarkan layar dengan protokol miracast. Fitur ini membutuhkan SmartTV atau Dongle yang mendukung Miracast.

Fitur lain yang menarik adalah Anda bisa membuka (unlock) Lumia 950 dengan tatapan mata. Yang lain bisa dibuka dengan kode atau sidik jari, Lumia 950 bisa mengenali mata Anda dan langsung membuka kuncinya.

Sedangkan yang kurang dari Lumia 950 bagi saya adalah aplikasi Windows 10 yang bisa digunakan di mobile dan desktop (Universal Application) sayangnya masih sedikit. Meski demikian, perangkat Lumia 950 ini memang cukup untuk membuat dan mengubah dokumen Microsoft Office, mengecek email, dan menonton YouTube dan video lainnya.

Microsoft membuka pre-order (www.microsoft.com/preorderlumia950‎) mulai tanggal 27 November 2015 seharga IDR 8,999,000. Keyboard Bluetooth yang bisa dilipat serta Display Dock bisa didapatkan gratis dalam pre-order ini.

Tulisan ini pertama kali dimuat di blog Aria. Dipublikasi ulang dengan seizin penulis. 

Hands-On Review HDD Eksternal Silicon Power Armor A80 versus Armor A65

Meningkatnya kualitas layanan, apapun jenisnya, akan memberi dampak pada naiknya tuntutan terhadap medium penyimpanan yang dapat diandalkan. Kabar baiknya, ada banyak sekali pilihan hard disk eksternal tersedia di pasar. Para produsen melengkapinya bersama bermacam-macam fitur unik demi memastikan ciptaan mereka tidak serupa dengan produk kompetitor.

Baiklah, anggap Anda sudah mem-backup data ke hard drive lain, lalu memutuskan untuk menghapus file-file duplikat di PC. Kini nasib data tersebut berada sepenuhnya di tangan hard disk eksternal. Semakin sering perangkat backup dibawa dan diakses, maka bertambah pula persentase resiko kehilangan, terutama karena faktor kerusakan fisik. Itulah alasannya mengapa Silicon Power memperkenalkan seri Armor.

Hard drive SP di seri Armor menjanjikan level ketangguhan istimewa. Beberapa di antara mereka didukung kemampuan anti-air, anti-debu, anti-benturan, dengan struktur sangat kuat berstandard militer. Dan di artikel ini, saya menguji dua model produk Silicon Power, yaitu Armor A80 dan Armor A65. Mana yang cocok untuk Anda? Silakan disimak.

Design, build & toughness

Armor A65
Penampilan Armor A65 sangat meyakinkan begitu Anda mengeluarkannya dari packaging. Unit review yang saya dapatkan ini dinominasi warna hitam, sekitar 90 persen permukaannya dibalut material karet dan sisi connector dibatasi oleh plastik oranye. Di tengah, pelapis karet tersebut terbuka dan mempunyai celah buat menyelipkan kabel USB. Lalu lubang port diproteksi penutup khusus. Ia memiliki dimensi 143,4×86,7×20,7mm dan bobot 293-gram.

Review Silicon Power Armor 16

Dua lapis karet dan frame tengah dikonstruksi secara unibody (ada tiga layer pertahanan), kemudian sistem suspensi di tengah menyediakan bantalan darurat ketika Armor A65 terbentur. Pendekatan ini tak hanya mengamankan hard drive kuat, tapi juga membuat A65 tidak mudah tergelincir dari tangan serta tahan baretan. Dan dengan sertifikasi IP67, produk sanggup menangkis debu dan air selama setengah jam di kedalaman maksimal satu meter.

Review Silicon Power Armor 02

Review Silicon Power Armor 06

Ketika hard disk biasa jatuh, ia akan mengeluarkan bunyi yang mengakhawatirkan. Silakan jatuhkan A65, HDD sedikit memantul di lantai, diiringi suara ‘dug’ pelan. Saya ulang beberapa kali, dan A65 masih bisa beroperasi seperti biasa. Rancangan A65 juga memberi solusi tak terduga: sewaktu kotor dan berdebu, tinggal cuci saja hard disk eksternal tersebut dengan air keran.

Armor A80
Meskipun sama-sama merepresentasikan ketangguhan SP Armor, wujud A80 cukup berbeda dari A65. Dimensinya simetris, berukuran 139x94x18,1mm dengan berat 293-gram. Lapisan logam aluminium mengelilingi tubuh, kemudian bingkainya sendiri terbuat dari plastik. Kabel USB super-pendek dapat disembunyikan di rongga samping, dan di seberangnya Anda bisa menemukan port USB ber-cover karet.

Review Silicon Power Armor 07

Tentu saja Armor A80 tidak sehebat A65 dalam menghindari goresan. Jika Anda memakainya semena-mena, hard disk lebih mudah baret atau penyok. Walau demikian, Armor A80 tetap mampu mengamankan file-file penting Anda apapun yang terjadi. Ia lulus sertifikasi IPX7 serta tes ‘transit drop‘ – terlempar dan jatuh ke air dangkal, maksimal berkedalaman satu meter selama setengah jam.

Review Silicon Power Armor 09

Review Silicon Power Armor 08

Hebatnya lagi, A80 sanggup menahan tekanan seberat 300 kilogram. Melalui video, produsen mendemonsrasikan kekuatan hard drive saat dijatuhkan dari ketinggian tiga meter, diarahkan ke bagian samping, pojok dan ujung luar.

Review Silicon Power Armor 12

Winner…
Dari perspektif daya tahan, A80 dan A65 memang sama-sama mengagumkan. A80 sedikit lebih unggul dari A65 berkat kapabilitas tahan tekanan, hal ini saya buktikan sendiri dengan berdiri satu kaki di atas hard disk, dan ia tetap berjalan normal saat dicolokkan ke komputer. Lalu apakah A80 memenangkan kategori desain dan build?

Review Silicon Power Armor 11

Mempunyai fitur ketahanan tinggi terhadap kerusakan memang sangat krusial, namun kita harus menilai dari aspek praktis. Sesering apa Anda mesti membawa hard disk eksternal ke lokasi-lokasi riskan seperti kamar mandi, camping ground atau area proyek? Meski Armor A80 menyimpan premis lebih menarik bagi banyak orang, saya tetap memilih Armor A65 karena lebih kecil, lebih nyaman dibawa-bawa, dan lebih mudah disimpan.

Feature & performance

Armor A65
Tidak ada yang terlalu spesial dari segi konektivitas Armor A65. Ia ditopang teknologi USB 3.0, ber-connector jenis A-male-to-A-male, umum dan mudah ditemukan. Untuk menjaga data, Silicon Power tak lupa melengkapinya dengan software enkripsi HDD Lock Utility, didesain khusus untuk A65. Pemakaiannya sederhana, ia cuma meminta Anda memasukkan password tiap kali membuka data.

Review Silicon Power Armor 03

Saya melakukan uji coba langsung dengan meng-copy file dari hard disk utama ke Armor A65. Ada dua tipe data yang saya gunakan, yaitu koleksi MP3 sebesar 26,6GB dan konten direktori Steam, kebetulan saat ini berukuran 40,3GB.

Review Silicon Power Armor 14

Buat tipe data audio yang sejenis, proses transfer 26,6GB terpantau memakan waktu selama 5 menit 43 detik. Laju tampaknya lebih cepat untuk data bersifat heterogen semisal hasil instalasi app Windows, pemindahan isi Steam 40,3GB cuma membutuhkan kira-kira 7 menit 25 detik. Speed berada konstan di kisaran 70-80MBps, sempat turun ke 65MBps dan sesekali menyentuh 90MBps.

Armor A80
Armor A80 didukung software SP Widget, mampu men-sinkronisasi dan mem-backup dokumen serta folder, mengunci komputer berdasarkan password dan waktu. Via USB 3.0, Silicon Power menjanjikan laju menyentuh titik 5Gbps (Gigabit). Dalam tes, Armor A80 terlihat lebih gesit dibanding A65. Untuk meng-copy lagu, speed tidak pernah jatuh di bawah 75MBps, dan membaca di kecepatan 102,7MBps. Tapi sayang sekali unit review ini mempunyai kendala.

Review Silicon Power Armor 10

Entah mengapa Armor A80 selalu terputus dan tersambung secara tiba-tiba, sehingga saya tidak bisa mentransfer seluruh 26,6GB data (plan setting di power option hard disk notebook sudah saya pastikan berada di never turn-off). Problem tidak hilang walaupun kabel USB saya tukar, dan frekuensi eror jadi lebih sering saat menggunakan kabel lebih panjang. Semoga masalah tersebut tidak ditemui konsumen lain.

Review Silicon Power Armor 15

Winner…
Kedua model tersebut mempunyai kapasitas penyimpanan sebesar 2 terabyte, fitur plug-and-play dan sama-sama tidak memerlukan pasokan listrik eksternal. Membahas soal adu gesit, Armor A80 lebih cepat dari A65, namun dalam level yang cukup tipis. Buat pemakaian sehari-hari, mungkin Anda hampir tidak dapat membedakannya.

DS Verdict

Apapun pilihan Anda, Silicon Power merupakan hard drive tepat bagi konsumen yang mengutamakan faktor keamanan ketimbang mobilitas. Mereka tidak semungil dan se-portable Seagate Backup Plus, tetapi dibayarkan dengan level ketangguhan jempolan. Armor A80 dan A65 2TB cocok untuk merelokasi data dan koleksi dokumen-dokumen berharga. Saya pribadi cenderung memilih Armor A65 karena alasan desain dan bentuk yang lebih ringkas.

SP Armor A65 2TB dibanderol seharga Rp 1,9 juta, sedangkan Armor A80 2TB ditawarkan di harga Rp 2 juta.

Review Silicon Power Armor 13

Resmi Diluncurkan, Apa Tanggapan Media Terhadap Star Wars: Battlefront?

Berdampingan dengan The Witcher 3, Batman: Arkham Knight dan Fallout 4, Star Wars: Battlefront merupakan salah satu judul terbesar dan yang paling dinanti di tahun ini. Kata Star Wars pada judul memastikan permainan tak hanya menarik perhatian gamer, namun juga para fans franchise sci-fi ciptaan George Lucas tersebut. Dan pada tanggal 17 November kemarin, Battlefront akhirnya dirilis.

Hype Star Wars: Battlefront kian menjadi setelah digelarnya periode open beta, dan saya yakin hal ini mendorong banyak orang buat melakukan pre-order. Tapi bagaimana jika  waktu itu Anda bisa menahan diri, belum memutuskan buat membelinya? Apakah Battlefront layak dimiliki dengan harga di kisaran US$ 70? Kabar baiknya, kita dapat menyimak rangkuman tanggapan para reviewer lewat situs agregator.

Saat artikel ini ditulis, OpenCritic telah menghimpun 33 ulasan berbeda. Rata-rata nilai berada di angka 72 persen, memperoleh skor lebih tinggi dari 45 persen game lain yang terdaftar di sana, dan direkomendasikan sekitar 32 persen kritik. AusGamers memberi game nilai tinggi, 9 dari 10, sedangkan skor terburuk adalah 60, dikeluarkan oleh Destructoid, Giant Bomb, Hardcore Gamer dan Gadgets 360.

Sejumlah media yang tak keberatan melepas nilai positif mengakui ketidaksempuraan Battlefront, dan sebetulnya cukup jauh dari sensasi yang EA ciptakan. Kabar baiknya, desain permainan mudah dinikmati hampir semua orang – tua, muda, serta kalangan casual pecinta Star Wars. Kontennya tak sulit diakses, dan Battlefront tidak menuntut proses latihan rumit seperti pada judul-judul populer lain.

Developer DICE juga patut diberi pujian karena mereka betul-betul memerhatikan detail visual, berhasil menumpahkan jagat sinematik Star Wars ke format video game. Battlefront memiliki grafis mengagumkan (berkat engine Frostbite), entah saat Anda sedang menyelamatkan diri dari gempuran AT-AT di Hoth atau bergerilya di Endor. Aspek tersebut didukung pula oleh segi audio yang begitu autentik, dari mulai suara tembakan senapan blaster, iringan musik John Williams, sampai dengungan mesin TIE Fighter.

Sayangnya seperti kekhawatiran saya ketika menjajal beta, ada kendala serius pada detail gameplay. Sejumlah media menganggap, permainan terasa sangat dangkal dan minim konten. Hanya ada sedikit opsi senjata dan pilihan planet (Hoth, Endor, Tatooine, Sullust), lalu level kustomisasinya juga terbatas, sehingga cepat terasa repetitif setelah beberapa kali menjalani match yang sama. Daily Dot bilang, Battlefront lebih mengandalkan faktor nostalgia ketimbang isi.

Buruknya lagi, setidaknya Anda harus mengeluarkan uang sekitar US$ 110 supaya bisa mencicipi seluruh konten Battlefront, ‘berkat’ agenda DLC premium EA. Sangat mahal, dan sebelum harganya mendapatkan diskon, saya tidak menyarankan Anda untuk membelinya.

[Review] Notebook Asus BU201LA

Hingga sekarang, perbincangan mengenai akhir era PC masih jadi perdebatan. Dari data analis, penjualan masih terlihat menurun. Namun pertanyaannya, apa saja variabel perhitungan mereka? Mengapa sampai kini produsen tidak ragu mengenalkan komponen, notebook gaming, mini PC, serta komputer spesialis profesional baru ketika ranah ini dinyatakan ‘sekarat’?

Asus BU201LA-DT021G ialah salah satu dari banyak ultrabook yang diperkenalkan paska periode peralihan besar tersebut. Ia mengambil wujud layaknya sebuah laptop, namun BU201LA mempunyai fungsi serta misi lebih jelas dibanding varian hiburan multimedia. Ia diracik khusus luar dan dalam untuk kebutuhan bisnis serta aktivitas produktif, turut ditandai dengan kehadiran brand Asuspro.

Selama tiga minggu saya mendapatkan kesempatan untuk menguji unit review Asus BU201LA, dan akhirnya siap sharing pengalamannya ke Anda semua. Asus selalu menuliskan moto sekaligus mantra mereka di hampir semua produk: in search of incredible. Ulasan ini diharapkan bisa menjadi jawaban soal apakah Asus berhasil menemukan ‘faktor luar biasa’ itu, atau malah tersesat dalam pencariannya.

Design, build quality, connectivity

Ingatkah Anda pada wujud konservatif notebook-notebook bisnis yang dilepas kurang-lebih satu dekade silam? Asus BU201LA tampaknya memegang setia rancangan lawas tersebut, ditambah sedikit bumbu ultra-thin ala ultrabook. Penilaian terharap penampilannya kembali pada minat dan preferensi Anda. BU201LA tidak istimewa, tapi saya pribadi menyukai presentasi ini. Ia simpel, seolah-olah memberikan kesan serius dan to-the-point.

Review Asus BU201LA 14

Review Asus BU201LA 13

Tubuh Asus BU201LA-DT021G merupakan perpaduan material aluminium dan plastik berwarna hitam. Sisi punggunggnya doff, dengan logo Asus berada di tengah. Ketika layar dibuka, komposisi hitam turut mengisi bingkai, papan ketik serta palm rest. Perbedaan hanya terdapat pada tekstur. Frame tersebut terbuat dari plastik – begitu pula panel bawah, tapi area keyboard sendiri memanfaatkan logam.

Review Asus BU201LA 01

Kualitas build-nya cukup baik. Sambungan antara bagian panel dan engsel di tubuhnya kokoh, dan terkadang Anda harus menggunakan kedua tangan saat menyesuaikan sudut layar – dapat terbuka seluas 180 derajat. Keseluruhan desain BU201LA sangat ringkas, dipadu bobot ringan di 1,3-kilogram dan ketebalan 2,1-sentimeter, mudah bagi saya untuk menyelipkan notebook di tas. Kekurangannya terletak pada ketiadaan akses langsung ke bagian dalam. Anda harus melepas baut serta mencongkel panel dengan obeng kecil secara hati-hati.

Review Asus BU201LA 09

Review Asus BU201LA 10

Ciri khas tema bisnis Asus BU201LA ditambah lagi melalui ketersediaan trackpoint tradisional di tengah-tengah tombol G, H dan B; serta pemindai sidik jari di sebelah kanan touchpad. Konektivitas fisiknya bisa Anda temukan di sisi samping, meliputi tiga port USB 3.0, VGA, Mini DisplayPort, jack audio 3,5-milimeter, port Gigabit Ethernet (LAN), beserta microSD. Ia siap menemani Anda bekerja di mana saja.

Review Asus BU201LA 11

Display

Layar IPS non-glossy seluas 12,5-inci beresolusi 1920×1080 di BU201LA ialah salah satu elemen unggulan pada laptop. Ia lebih cerah dibanding sejumlah notebook gaming (rata-rata di 396-nit berdasarkan riset di internet), fleksibel dalam pemakaian sehari-hari. Level warna hitam di panel lebih pekat, dan kontras juga tergolong tinggi. Walaupun laptop bukan diprioritaskan untuk hiburan, tidak ada yang dapat dikeluhkan sewaktu BU201LA digunakan menonton video.

Review Asus BU201LA 12

Suatu ketika, saya terpaksa membelakangi jendela saat mengetik, untungnya kombinasi lapisan non-glossy dan kecerahan BU201LA tidak menyebabkan mata cepat lelah atau tulisan jadi tak terlihat akibat pantulan. Tapi mungkin di era device touchscreen, ada kalanya kita menginginkan input sederhana, cukup dengan menyentuhkan ujung jari di display. Asus BU201LA tidak memilikinya.

Review Asus BU201LA 17

Keyboard, touchpad & SensePoint

Keyboard sendiri merupakan kejutan menyenangkan. Sekilas, papan ketik tampil standar, hingga saya perintahkan jari untuk mulai mengetik. Periferal utama ini lebih enak dipakai mengetik jika dikomparasi dengan notebook Asus RoG, namun sangat responsif terhadap sedikit tekanan. Saya menyukai suara yang keyboard keluarkan ketika ditekan, dan LED backlight putihnya akan menolong Anda saat hari mulai gelap.

Review Asus BU201LA 04

Penempatan trackpoint (dinamai SensePoint oleh Asus), touchpad dan ketiga tombol mouse didesain sedemikian rupa demi menyajikan keleluasaan apapun pose favorit Anda: jari tengah di trackpoint dan menggunakan jempol buat menekan tombol; atau secara umum melalui touchpad. Untuk sistem input terakhir ini, ukurannya cukup luas, dengan panjang diagonal 11-sentimeter.

Review Asus BU201LA 06

Touchpad ditaruh sejajar tombol spasi, hampir di tengah-tengah tubuh (sedikit ke kiri). Kursor mouse hampir tidak tergeser seandainya pangkal jempol Anda menempel di area touch, sehingga meminimalisir gangguan. Efek trackpoint sendiri lebih kuat dari touchpad, menghindari konflik input, dan kita bisa menggonta ganti posisi tangan sesuai keinginan.

Review Asus BU201LA 07

Fingerprint scanner

Kemampuan pemindai sidik jari merupakan komponen dari fitur keamanan Asus BU201LA lewat software Asus FingerPrint. Proteksinya sangat menyeluruh, tak cuma mengamankan log-in Windows, namun sampai pre-boot. Proses setup-nya sangat gampang, kurang dari lima menit. Saat aktif, ultrabook akan meminta kita swipe jari agar dapat masuk ke sistem operasi. Kekurangannya, Asus FingerPrint tidak bisa menyalakan PC.

Review Asus BU201LA 05

Review Asus BU201LA 19

OS, hardware & performance

Asus telah merilis beberapa varian BU201LA, dan sepertinya, unit review yang saya dapatkan adalah tipe lebih lama. Laptop berjalan di platform Windows 7 64-bit, dengan Windows Experience Index di 5.2. Lewat CPU-Z, diketahui bahwa laptop ini mengusung prosesor dual-core Intel Haswell Core i5-4210U 1,7Ghz, kartu grafis Intel HD Graphics 4400, dibantu RAM DDR3 4GB, serta penyimpanan berbasis hard drive 500GB.

Review Asus BU201LA 08

Anda mungkin dapat menebak, susunan hardware itu memang ditujukan untuk keperluan olah data ‘kantoran’, bukan gaming. Tapi seberapa jauh performanya? Selama beberapa hari terhitung sejak BU201LA dikeluarkan dari packaging, notebook ini mengalami masalah kinerja akut: respons sangat lambat ketika pindah tab Chrome, membuka aplikasi, serta menyimpan file. Saya berasumsi, hal ini disebabkan oleh update Windows otomatis (saat menggunakan pertama kali, OS belum ter-update), ditambah tidak adanya SSD.

Setelah proses update Windows rampung, BU201LA-DT021G beroperasi lebih lancar. Saya tidak menginstal banyak software, karena bagi saya laptop tersebut dioptimalkan buat mengetik dan mengolah dokumen Office. Maxon Cinebench R15, Unigine Valley dan Heaven ialah sedikit software yang saya manfaatkan untuk memperoleh data angka. Skornya adalah sebagai berikut:

Review Asus BU201LA 18

Lewat Cinebench, tes CPU memunculkan poin 242. i5-4210 berada tipis di atas i5-33170U (214), kurang dari separuh i7-3840QM. Buat OpenGL, GPU HD Graphics 4400-nya cuma bisa menyuguhkan 22,05fps.

Review Asus BU201LA 21

Kinerja gaming serta DirectX 11 tergolong rendah, diwakilkan oleh nilai dua software Unigine. Di Valley 1.0, skor terpantau di 244, rata-rata hanya 5,8fps (maksimal 9,2, minimal 3,6). Lalu via Heaven 4.0, ia menghasilkan poin 164 dengan rata-rata 6,5fps (maksimal 10,8, minimal 4,1).

Review Asus BU201LA 20

Ketika tidak bekerja, laptop mengonsumsi daya antara 3,7 sampai 9-Watt. Dan sewaktu tidak tersambung ke sumber listrik (dengan Wi-Fi aktif dan penyesuaian brightness layar), BU201LA-DT021G sanggup bertahan kira-kira tiga setengah jam – cukup buat menonton satu sampai dua film. Kabar baiknya, baterai sangat mudah dilepas dan diganti tanpa perlu mengoprek cover bawah.

Review Asus BU201LA 16

Review Asus BU201LA 15

Verdict

Hal yang paling saya sayangkan adalah, kendala rendahnya performa terasa menutupi deretan aspek positif di Asus BU201LA-DT021G: papan ketik nyaman, rancangan ringkas dan ringan, build quality handal (minus desain yang sedikit kaku) dan panel display bermutu. Jangan harap Anda dapat bermain Dota 2/CS:GO secara optimal di sela-sela waktu istirahat kerja.

Ketiadaan SSD sangat memengaruhi faktor tersebut, dan meng-upgrade RAM ke 8GB sangat direkomendasikan. Anda boleh mempertimbangkan membeli baterai tambahan, tentu saja sesudah mengeluarkan uang Rp 17,5 juta untuk satu unit Asus BU201LA-DT021G.

[Review] Infinix Hot 2

Infinix Hot 2

Infinix menghadirkan smartphone Infinix Hot 2 untuk konsumen tanah air akhir bulan September lalu. Dengan penjualan secara online di salah satu e-commerce populer tanah air, hampir selalu diserbu oleh peminat. DailySocial berkesempatan untuk mencoba perangkat ini, bagaimana pengalaman penggunaannya, mari kita simak.

Infinix Hot 2 merupakan smartphone yang masuk dalam program Android One, artinya standar spesifikasi yang dihadirkan mengikuti panduan Google untuk memberikan pengalaman yang maksimal tetapi dengan harga yang terjangkau. Salah satu kelebihan dari smartphone yang masuk ke program ini adalah akan mendapatkan update OS secara berkala langsung dari Google. Dukungan yang dihadirkan sampai dua tahun ke depan.

Saya menggunakan smartphone program Android One generasi pertama dari Nexian (RAM 1GB), dan pengalaman penggunaan secara keseluruhan – dari sisi performa – smartphone ini sangat handal untuk kegiatan sehari-hari (kerja), dengan kekurangan pada lambatnya aplikasi kamera serta baterai yang cukup ‘kecil’. Jadi ketika ada informasi rilis perangkat program Android One dengan RAM 2GB, saya langsung tertarik.

DS berkesempatan untuk mencoba Infinix Hot 2 yang hadir dengan RAM 2GB serta kamera belakang 8MP dan layar 5 inci 720 x 1080 berwarna hitam. Bagaimana pengalaman menggunakannya? Mari kita ikuti.

Infinix Hot 2

Desain

Ini adalah perangkat program Android One yang berbeda dari sebelumnya, ukuran layar 5 inci serta eksekusi body terasa lebih baik. Body yang Infinix Hot 2 hadirkan, saya pikir juga bisa bersaing dengan smartphone sekelas.

Bagian body belakang yang menggunukan plastik tetapi dengan efek glossy juga memberikan nuansa premium. Grip yang terasa cukup baik karena bagian pinggir terasa solid namun keindahan bagian belakang berakibat pada licinnya perangkat saat digenggam. Untung hal ini terbantu dengan ketebalan smartphone serta grip bagian pinggir yang cukup membantu saat digenggam.

Tapi saat smartphone diletakan di meja, dengan posisi terbalik, rekan Anda bisa jadi tidak akan mengira kalau smartphone ini diberi banderol harga di bawah 1.3 juta (promo). Meski demikian, karena bahannya yang glossy, Anda tetap harus berhati-hari, saya sendiri agak ceroboh sehingga beberapa goresan ‘menempel’ di casing bagian belakang.

Infinix Hot 2

Letak tombol volume ada di bagian kanan perangkat, di bawahnya tombol power. Bagian bawah hanya menampilkan rongga untuk speaker, sedangkan lubang colokan untuk mengisi daya ada di bagian atas bersama lubang untuk headset.

Posisi lubang pengisi daya bisa jadi kekurangan di perangkat ini karena terletak di atas, namun letak speaker yang ada di bagian bawah juga bisa menjadi kelebihan tersendiri, setidaknya Anda tidak perlu membalikkan ponsel ke posisi telungkup untuk mendengarkan musik saat posisi diletakan di meja.

Infinix Hot 2 menyediakan dua slot SIM dan satu slot micro SD yang bisa diakses dengan membuka casing. Meski letak lekukan pembantu saat membuka casing agak kecil, namun jika sudah terbiasa tidak akan ada masalah. Posisi baterai Infinix Hot 2 bisa dilepas.

Infinix Hot 2

Layar

Spesifikasi untuk layar sentuh Infinix Hot 2 adalah 5 inci dengan tipe IPS LCS Capacitive 16 juta warna, 720 x 1280 pixsel (294 ppi). Ukuran layar yang dihadirkan lebih besar dari tipe Android One sebelumnya, dengan pixel serta kerapatan yang juga meningkat.

Infinix Hot 2

Layar yang dibawa Infinix Hot 2 ini, berdasarkan pengalaman penggunaan kurang lebih satu minggu ke belakang, cukup menyenangkan. Nikmat untuk menjelajah Instagram, menonton video YouTube resolusi tinggi lewat WiFi, atau bermain game yang menghadirkan grafis rumit. Meski bahan layar terasa dari plastik bukan kaca membuat kurang nyaman serta memiliki efek pantulan yang cukup tinggi, secara keseluruhan layar, ukuran serta kualitas yang gambar yang ditampilkannya cukup baik.

Peningkatan dari Android One pertama: RAM, baterai dan aplikasi kamera

Yang paling membuat saya menoleh pada Infinix Hot 2 adalah ukuran RAM yang lebih besar dari seri perangkat program Android One sebelumnya. Kombinasi spesifikasi yang berdasarkan panduan Google serta optimasi OS menjadikan Android One semacam Nexus versi murah meriah. Saya memiliki pengalaman yang cukup seru ketika menggunakan Nexian (Android One generasi pertama – 1GB RAM) untuk kegiatan bekerja. Apalagi jika RAM ditambah menjadi 2GB, di atas kertas performa akan semakin menarik.

Infinix Hot 2

Infinix Hot 2 lancar untuk kegiatan komputasi, berpindah aplikasi saat multitasking, bemain beberapa game ‘berat’ serta browsing atau mengelola email. Saya sendiri tidak menutup puluhan aplikasi yang terbuka, dan tidak melakukan ‘pembersihan’ saat mencoba perangkat Hot 2, Kinerja tetap bisa diandalkan. Meski demikian saya mengalami beberapa ‘error’ saat membuka Instagram atau memuka web dengan spesifikasi yang berat. Reboot perangkat dan semua berjalan normal lagi. Saya masih tidak tau apakah ini karena bug software atau hal lain.

Untuk sistem operasi sendiri, saat membuka boks kita akan disuguhkan dengan Android 4.4 Android 5.1 yang langsung bisa di-update sampai dengan Android Lollipop versi 5.1.1. Sudah beberapa hari menunggu untuk update Marshmallow tetapi sampai tulisan ini dibuat saya belum mendapatkannya.

Infinix Hot 2

Tampilan UI Infinix Hot 2 sendiri adalah stock Android, yang artinya Anda akan mendapatkan tampilan UI serta aplikasi yang relatif ‘bersih’ dari aplikasi tambahan dan hanya berisi bawaan dari Google. Jika Anda bukan penggemar tamapilan yang terkustomisasi, dan lebih memperhatikan fungsi penggunaan bawaan, bisa jadi Infinix Hot 2 akan jadi teman setia.

Perbaikan lain yang dihadirkan oleh Inifinix Hot 2 dibandingkan perangkat program Android One sebelumnya adalah aplikasi kamera. Jika sebelumnya saya mengeluh karena respon aplikasi kamera saat memotoret yang sangat lambat di perangkat Android One pertama, Infinix Hot 2 bisa menangani kegiatan memotret dengan lancar. Fokus otomatisnya juga cepat, berpindah untuk melihat hasil lalu ke kamera lagi pun cukup cepat. Sayang memang tidak ada menu panorama di aplikasi kamera Infinix Hot 2.

Infinix Hot 2

Untuk menu lain, Anda bisa meningkatkan hasil ke HDR, menambah keterangan grid dan beberapa kelengkapan kamera lain. Cukup minimalis memang tetapi kualitas hasil yang didapat cukup baik. Selain ditunjang oleh 8 MP belakang dan 2MP untuk kamera depan, bisa jadi karena proses yang dibawa oleh aplikasi kamera smartphone pun cukup mumpuni.

Dengan Infinix Hot 2 Anda bisa mendapatkan ukuran gambar 3264 x 2448 pixels dari kamera belakang/utama dan untuk rekam video spesifikasinya HD 1080@30fps.

Beberapa kali mengambil foto dengan kamera ini, pengalamannya memang tidak terlalu istimewa jika melihat dari kelengkapan menu dibandingkan beberapa ponsel yang pernah saya coba, namun dari hasilnya cukup baik sesuai segmen dari smartphone ini. Auto focus yang ada cukup cepat, Anda juga bisa melakukan focus manual dengan tap pada objek. Hasil video juga tidak buruk, bahkan saat mencoba di suasana dalam ruangan, hasilnya baik. Auto focus saat merekam video juga bekerja cukup cepat, jadi akan sangat saat membantu saa berpindah objek.

Infinix Hot 2

Infinix Hot 2 membawa baterai 2200 mAh untuk mendukung kinerjanya. Baterai ini juga bisa dibilang standar untuk segmen sejenis meski telah meningkat dari perangkat program Android One sebelumnya. Dengan ukuran baterai ini saya merasa cukup untuk digunakan kurang lebih 8 jam-an, untuk penggunaan normal (akses media sosial, notifikasi, browsing, jaringan dengan WiFi dan GSM secara bergantian). Tentunya ini akan semakin berkurang saat penggunaan yang lebih berat. Untuk standby sendiri, berhubung OSnya juga memberikan optimasi, jadi bisa jauh lebih lama.

Spesifikasi dan pengalaman gaming 

Untuk spesifikasi jeroan, Infinix Hot 2 sendiri membawa chipset MedaTek MT6582, Quad Core 1.3 GHz, Cortex A7 untuk CPU dan GPU Mali-400 MP2 @ 5– MHZ. Spesifikasi ini sama dengan Android One generasi pertama tetapi kelebihannya Infinix Hot 2 (yang saya uji) membawa RAM 2GB serta internal memory 18 GB. Ruang penyimpanan bisa diperluas sampai dengan 32 GB.

Saya hanya bermain dua game ‘berat’ dengan Infinix Hot 2 ini, yaitu Modern Combat 5 BlackOut dan Asphalt 8 Airbone. Keduanya bisa dilahap dengan cukup baik oleh Infinix Hot 2. Agak panas di bagian belakang saat smartphone bekerja berat seperti bermain game, tetapi tidak terlalu menggangu.

Infinix Hot 2

Penggunaan smartphone memang berbeda-beda bagi setiap orang. Saya sendiri cenderung menggunakan Infinix Hot 2 ini untuk pekerjaan artinya yang saya butuhkan adalah smarpthone yang bisa diajak pindah aplikasi dengan cepat, browsing, akses media sosial untuk mendapatkan informasi serta menonton YouTube (video review atau iklan produk) dan kebutuhan itu terpenuhi oleh Infinix Hot 2.

Untuk jaringan sendiri, Infinif Hot 2 memang belum mendukung 4G jadi pengguna hanya bisa menikmati sampai dengan HSDPA, slot kartu yang tersedia ada dua dan semuanya GSM – stand by. Untuk review ini saya hanya mencoba dengan satu kartu dan tanpa tambahan micro SD.

Untuk variasi warna sendiri, saya mencoba Infinix Hot 2 warna hitam, selain warna ini Infinix menyediakan pilihan warna putih, biru, gold dan merah.

Infinix Hot 2

Kesimpulan

Seperti yang telah saya sebutkan di atas, memiliki smartphone itu tergantung kebutuhan, dari sekian banyak perangkat akan membuat sulit memilih jika kita tidak tahu akan digunakan untuk apa perangkat yang kita beli. Bagi saya Infinix Hot 2 ini adalah perangkat pendukung produktivitas yang baik dengan kelengkapan yang cukup mumpuni. Komputasinya bisa diandalkan untuk mendukung pekerjaan, update software berkala dari Google adalah keunggulan penting, dukungan spesifikasi yang cukup di kelasnya termasuk kualitas layar serta kemampuan lain seperti fotografi yang cukup meski tidak istimewa.

Desain yang ada juga menambah nilai untuk segmen yang disasar Infinix Hot 2, saya berpendapat bahwa seharusnya seperti inilah perangkat program Android One dirilis saat pertama kali, bukan seperti perangkat program Android One yang sebelumnya di rilis, layar kecil desain desain body yang terlalu biasa-biasa saja. Meski untuk kemampuan komputasi, perangkat program Android One generasi lama juga tetap cukup mumpuni.

Harga yang ditawarkan bisa jadi akan menjadi daya tarik utama saat Anda menjelajah toko online dan melihat Infinix Hot 2, desain yang cukup cantik, spesifikasi yang cukup dikelasnya, termasuk kamera adalah beberapa hal lain yang menarik. Keunggulan yang termasuk utama adalah update OS yang didukung langsung Google, sehingga Anda bisa menikmati OS terbaru sampai 2 tahun ke depan. Meski untuk memiliki perangkat ini, Anda harus dulu-duluan dan ‘mengantri’, karena penjualan online dilakukan di waktu tertentu dan biasanya sold out dalam jeda tidak lama.