Lemonilo Snags 516.2 Billion Rupiah Series C Funding

Lemonilo healthy food startup received a series C funding of $36 million or around 516.2 billion Rupiah led by Sofina Ventures SA, Sequoia Capital India also participated in this round. Lemonilo will use this funding to strengthen its distribution network in Indonesia and expand its products overseas.

In the official statement, Lemonilo‘s Co-Founder & Co-CEO, Shinta Nurfauzia said that the company has proven its business model to work effectively in Indonesia. Therefore, Lemonilo plans to duplicate this business concept to other countries, starting with the neighbors, Malaysia and Singapore.

“With Sofina’s best practive with established FMCG companies, we believe Lemonilo can build the new image of FMCG companies in Indonesia and its surroundings,” Shinta said.

Sofina Ventures’ Member of the Executive Committee, Maxence Tombeur said that this strategic investment is in line with Sofina’s values. “Lemonilo is the pioneer of Indonesia’s healthy living movement aiming to become the world’s leading FMCG brand. We are delighted to partner with Lemonilo’s ambitious and mission-motivated founders, and aligned with its long-run strategy of offering affordable access to healthy food and products throughout Indonesia,” Tombeur said.

On a general note, Sequoia Capital India previously led Lemonilo’s series B funding with an undisclosed amount in the second half of 2021. From our observation, this funding has brought Lemonilo’s valuation to $300 million, or around Rp.4.3 trillion and strengthening its position in the ranks of startup centaur.

Thus, Lemonilo’s investor list includes Alpha JWC Ventures, Unifam Capital, Sequoia Capital India, and Sofina Ventures SA. Before exited, East Ventures was involved in Lemonilo’s seed funding.

Global expansion

Lemonilo is known as a new economy startup that produces healthy food alternatives. Founded in 2016 by Shinta Nurfauzia, Ronald Wijaya, and Johannes Ardiant, Lemonilo use self-developed platforms, both websites and applications, to distribute and promote its products.

To date, Lemonilo has launched more than 40 types of products, such as instant noodles, snacks, and spices sold on its own platform at more than 200 thousand Point of Sales (POS) in Indonesia, including resellers.

Lemonilo’s Co-CEO, Ronald Wijaya revealed that the compnay will continue focuusing on its main market while innovating new products. His team will strengthen Lemonilo’s distribution network to strengthen its position on a national scale. This is in line with Lemonilo’s mission to provide Indonesian people with access to a healthier lifestyle.

“We believe there are many people want to live healthier, especially since Covid-19. We expect more Indonesians will adopt a better lifestyle through practical, delicious and affordable products,” Ronald said.

In a previous interview with DailySocial.id, Shinta revealed that she is currently focusing on strengthening the product distribution network, increasing the number of teams, and launching various new products.

Shinta said, Lemonilo wants to fill the market gap between the demand for high-priced imported healthy products and the number of existing FMCG companies. Lemonilo ensures that its production is free from more than 100 potentially harmful ingredients, such as preservatives, flavor enhancers, and various synthetic ingredients, which are often found in many consumer goods products.

In fact, the Covid-19 pandemic has encouraged changes in people’s food consumption in Indonesia. Quoting Alinea, Femina’s survey in early 2021 recorded 82% of 300 respondents changed their diet during the pandemic. Meanwhile, 62% of them change their diet to maintain their health.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Lemonilo Dapat Pendanaan Seri C Senilai 516,2 Miliar Rupiah

Startup pengembang makanan sehat Lemonilo mendapatkan pendanaan seri C senilai $36 juta atau sekitar 516,2 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sofina Ventures SA, serta partisipasi kembali dari Sequoia Capital India. Melalui pendanaan ini, Lemonilo akan memperkuat jaringan distribusi di Indonesia dan ekspansi produk ke luar negeri.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder & Co-CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia mengatakan bahwa perusahaan telah membuktikan model bisnisnya bekerja efektif di Indonesia. Maka itu, Lemonilo berencana untuk menduplikasi konsep bisnis ini ke negeri lain, dimulai dari negara tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

“Dengan keahlian Sofina bekerja sama dengan perusahaan FMCG yang sudah mapan, kami yakin Lemonilo dapat menjadi salah satu wajah baru perusahaan FMCG di Indonesia dan sekitarnya,” ungkap Shinta.

Member of the Executive Committee Sofina Ventures Maxence Tombeur mengatakan bahwa ini merupakan investasi strategis yang sesuai dengan nilai-nilai Sofina. “Lemonilo adalah pelopor gerakan hidup sehat di Indonesia dengan tujuan menjadi merek FMCG terkemuka di dunia. Kami senang bermitra dengan para pendiri Lemonilo yang ambisius dan termotivasi dengan misi, dan selaras dengan strategi panjang untuk menawarkan akses terjangkau ke makanan dan produk sehat di Indonesia dan sekitarnya,” papar Tombeur.

Sebagai informasi, Sequoia Capital India sebelumnya memimpin pendanaan seri B di Lemonilo dengan nominal yang dirahasiakan pada paruh 2021 ini. Dari informasi yang kami himpun, pendanaan ini mendongkrak valuasi Lemonilo sebesar $300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun, sekaligus mengukuhkan posisinya ke dalam jajaran startup centaur.

Dengan demikian, jajaran investor Lemonilo kini terdiri dari Alpha JWC Ventures, Unifam Capital, Sequoia Capital India, dan Sofina Ventures SA. Sebelumnya, East Ventures sempat terlibat pada pendanaan awal Lemonilo, tapi kini sudah exit.

Ekspansi luar negeri

Lemonilo dikenal sebagai startup new economy yang memproduksi produk makanan sehat alternatif. Didirikan di 2016 oleh Shinta Nurfauzia, Ronald Wijaya, dan Johannes Ardiant, Lemonilo memanfaatkan platform yang dikembangkan sendiri, baik situs web maupun aplikasi, untuk mendistribusikan dan mempromosikan produknya.

Hingga kini, Lemonilo kini telah meluncurkan lebih dari 40 jenis produk, seperti mie instan, camilan, dan bumbu dapur, yang dijual platform sendiri di lebih dari 200 ribu Point of Sales (POS) di Indonesia, termasuk melalui reseller.

Co-CEO Lemonilo Ronald Wijaya mengungkap bahwa Lemonilo akan tetap fokus menggarap pasar utamanya sambil melakukan inovasi produk-produk baru. Pihaknya akan memperkuat jaringan distribusi Lemonilo untuk mengokohkan posisinya di skala nasional. Hal ini sejalan dengan misi Lemonilo untuk memberikan akses gaya hidup yang lebih sehat kepada masyarakat Indonesia.

“Kami yakini semakin banyak orang ingin hidup lebih sehat, terutama sejak Covid-19 melanda negara kita. Kami harap semakin banyak masyarakat Indonesia yang menerapkan gaya hidup lebih baik melalui produk-produk yang praktis, lezat, dan terjangkau,” tutur Ronald.

Dalam wawancaranya kepada DailySocial.id beberapa waktu lalu, Shinta mengungkap tengah fokus memperkuat jaringan distribusi produk, menambah jumlah tim, dan meluncurkan berbagai produk baru.

Menurut Shinta, Lemonilo ingin mengisi gap pasar antara permintaan produk sehat impor berharga tinggi dengan jumlah perusahaan FMCG yang ada. Lemonilo memastikan produksinya bebas dari lebih dari 100 bahan berpotensi bahaya, seperti pengawet, penguat rasa, dan aneka bahan sintetis, yang kerap ditemukan di banyak produk consumer goods.

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 mendorong perubahan konsumsi makanan masyarakat di Indonesia. Mengutip Alinea, survei Femina di awal 2021 mencatat sebanyak 82% dari 300 responden mengubah pola makan selama pandemi. Sementara, 62% di antaranya mengubah pola makan demi menjaga kesehatan.

Application Information Will Show Up Here

Lemonilo Confirmed as a Centaur, Entering the List of Indonesia’s Startups with Valuation Exceeded $100 Million

The new economy startup, a healthy food products developer, Lemonilo, recently secured a series B funding. The new round has further strengthened the its valuation, listed the company as one of the centaurs. According to our source, Lemonilo’s estimated valuation has reached around $300 million or equivalent to 4.3 trillion Rupiah.

Regarding Lemonilo’s entry into the centaur list, it is also confirmed by one of the participated investors in the investment round.

Lemonilo’s current list of investors includes Alpha JWC Ventures, Unifam Capital, and Seqouia Capital. Previously, East Ventures was also involved in the seed funding, but already exited.

The startup was founded in 2015 by Shinta Nurfauzia, Johannes Ardiant, and Ronald Wijaya. From producing healthy alternatives for instant noodles, the Lemonilo product category has now expanded, including food ingredients, beverages, even skin care product brands.

In this segment, Lemonilo competes with other players. There are several new economy startups entering this segment. In terms of healthy noodles, the wellness startup The Fit Company also produces Fitmee product variants.

Lemonilo’s Co-Founder & Co-CEO Shinta Nurfauzia in an interview with DailySocial.id revealed, it is expected that instant noodle are still the favorite, but they admit that they have quite a large demand for other products such as snacks.

The company is currently focused on developing product innovation, including to present new flavors. It is said that they have launched more than 40 types of products to this day. All of these products are sold on its own digital platform and are available at more than 100 thousand distribution points in various parts of Indonesia — including utilizing its reseller network.

From the very beginning, Lemonilo leveraged its self-developed technology platform – a website and an application – for product distribution and promotion.

“The area with most of Lemonilo’s customers is still Java. Lemonilo’s target by the end of this year is to add more product variants for customers,” Shinta added.

She also said that the fresh funds obtained in the last round will be channeled to expanding and strengthening its product distribution network in Indonesia, increasing the number of teams, developing and launching new products, as well as developing technology to better serve users.

Lemonilo intends to fill the market gap between high-priced imported healthy products and FMCG companies in the market. Every product developed by Lemonilo has three pillars: healthy, practical and affordable. Using this standard, every Lemonilo product is guaranteed to be free from 100+ potentially harmful ingredients (such as preservatives, flavor enhancers, and various synthetic ingredients) that are often found in other consumer goods products.

In the 2020 Startup Report, we recorded that by the end of 2020 there are 43 Indonesian startups had listed in the ranks of the centaurs. There are 6 of them have entered the ranks of late-stage centaurs with a valuation of over $500 million.

Startup Centaur Indonesia 2020
Indonesia’s centaur list 2020 / DSInnovate

Apart from Lemonilo, there are several startups has reached that certain valuation this year. Among those are BukuWarung, Ula, and BukuKas.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Lemonilo Masuk Jajaran Centaur, Tambah Panjang Daftar Startup Indonesia yang Capai Valuasi Lebih dari $100 Juta

Startup new economy pengembang produk makanan sehat Lemonilo belum lama ini membukukan pendanaan seri B. Perolehan di putaran baru tersebut makin mengokohkan valuasi perusahaan, hingga masuk ke jajaran centaur. Dari informasi yang kami dapat, estimasi valuasi Lemonilo telah mencapai sekitar $300 juta atau setara 4,3 triliun Rupiah.

Soal masuknya Lemonilo ke centaur, kami juga mendapatkan konfirmasi dari salah satu pihak yang terlibat dalam putaran investasi mereka.

Jajaran investor Lemonilo saat ini termasuk Alpha JWC Ventures, Unifam Capital, dan Seqouia Capital. Sebelumnya East Ventures sempat terlibat juga di pendanaan awal mereka, hanya saja saat ini sudah exit.

Startup tersebut diinisiasi sejak tahun 2015 oleh tiga orang founder, yakni Shinta Nurfauzia, Johannes Ardiant, dan Ronald Wijaya. Berawal dari memproduksi alternatif mi instan sehat, kini kategori produk Lemonilo sudah meluas, meliputi produk bahan makanan, minuman, bahkan sampai brand produk perawatan kulit.

Di segmen ini, Lemonilo tidak bermain sendiri. Ada beberapa startup new economy yang juga masuk ke ranah tersebut. Untuk produk mi sehat sendiri, startup wellness The Fit Company juga memproduksi varian produk Fitmee.

Co-Founder & Co-CEO Lemonilo Shinta Nurfauzia dalam kesempatan wawancara dengan DailySocial.id mengungkapkan, tidak dimungkiri saat ini produk mi instan masih menjadi terfavorit, namun mereka mengaku mendapati permintaan yang cukup besar untuk produk lain seperti camilan.

Inovasi produk saat ini juga tengah menjadi fokus perusahaan, termasuk untuk menghadirkan varian rasa baru. Disampaikan sampai saat ini mereka telah meluncurkan lebih dari 40 jenis produk. Semua produk ini dijual di platform digitalnya sendiri serta tersedia di lebih dari 100 ribu titik distribusi di berbagai wilayah Indonesia — termasuk memanfaatkan jaringan reseller yang dimiliki.

Sejak awal, Lemonilo memanfaatkan platform teknologi yang dikembangkan sendiri –berupa situs web dan aplikasi—untuk distribusi dan promosi produk.

“Area yang masih mendominasi sebagian besar pelanggan Lemonilo adalah pulau Jawa. Target Lemonilo hingga akhir tahun ini bisa menambah lebih banyak varian produk untuk pelanggan,” kata Shinta.

Ia juga mengatakan, dana segar yang didapat pada putaran terakhir akan difokuskan untuk ekspansi serta memperkuat jaringan distribusi produknya di Indonesia, menambah jumlah tim, mengembangkan dan meluncurkan produk baru, juga pengembangan teknologi untuk melayani penggunanya dengan lebih baik.

Lemonilo ingin mengisi market gap antara produk sehat impor berharga tinggi dengan perusahaan FMCG yang ada di pasar. Setiap produk yang dikembangkan oleh Lemonilo memiliki tiga pilar: sehat, praktis, dan terjangkau. Dengan standar ini, setiap produk Lemonilo dipastikan bebas dari 100+ bahan berpotensi bahaya (seperti pengawet, penguat rasa, dan aneka bahan sintetis) yang kerap ditemukan pada produk consumer goods lainnya.

Dalam Startup Report 2020 kami mendata, hingga akhir 2020 terdapat 43 startup Indonesia yang sudah masuk ke jajaran centaur. Bahkan 6 di antaranya sudah masuk ke jajaran centaur tahap akhir dengan valuasi di atas $500 juta.

Startup Centaur Indonesia 2020
Startup Centaur Indonesia 2020 / DSInnovate

Selain Lemonilo, tahun ini ada beberapa startup yang masuki ke valuasi tersebut. Di antaranya BukuWarung, Ula, dan BukuKas.

Application Information Will Show Up Here

Bagaimana Keluarga Bersama Membangun Startup

Industri startup yang dinamis menarik berbagai talenta untuk andil di dalamnya. Tak terkecuali mereka yang memiliki pertalian darah, alias kakak-adik atau bahkan saudara kembar. DailySocial mencatat beberapa startup yang didirikan keluarga ini mampu bertahan dan tetap relevan di kancah persaingan industri.

Startup-startup ini bergerak di industri media, foodtech, gaming, dan fintech. Berikut ini beberapa pembahasan tentang pengalaman dan dukungan keluarga ketika membangun startup.

Anton dan Roki: hobi dan minat yang sama

Anton dan Roki Soeharyo
Anton dan Roki Soeharyo

Saat mendirikan Touchten, kakak beradik Anton dan Roki Soeharyo memiliki hobi yang sama, yaitu game, yang diturunkan langsung oleh ayah mereka. Melihat peluang yang ada, ketika dewasa, Anton dan Roki memutuskan mendirikan perusahaan gaming di Indonesia.

“Awalnya hanya berpikiran jika bisa main game dan ‘digaji’. Setelah kami dewasa kami mulai ‘evolve‘ dan memutuskan untuk menciptakan game sendiri. Akhirnya kami berpikir bagaimana startup kami dapat mengangkat industri game Indonesia,” kata Anton.

Touchten sendiri berdiri sejak tahun 2009. Meskipun didirikan bersama sang adik, kini Anton fokus mengembangkan platform PlayGame dan MainGame. Roki kini menjabat sebagai CEO, menggantikan posisi Anton.

Blood is thicker than water. Walau beda perusahaan, pastilah selalu adik saya ada di hati. Kalau ada yang bisa saya bantu dari dukungan moral atau dukungan apapun pastinya akan dibantu. Sebagai entrepreneur pastinya kita perlu dukungan moral atau sekedar temen curhat,” kata Anton.

Untuk mereka yang ingin mendirikan startup bersama keluarga, Anton membagikan tips menarik berdasarkan pengalaman dirinya membangun bisnis bersama sang adik.

“Yang pasti sulitnya adalah maintain clear distance antara keluarga dan bisnis. Be professional, harus tegas antara keluarga dan kolega. Saat di rumah boleh menjadi kakak dan adik, tapi ketika menginjak kaki di kantor harus profesional biar bisa maju,” kata Anton.

Mario, Marbio, dan Marius Suntanu: Work-life balance

Marius, Mario dan Marbio Suntanu
Marius, Mario, dan Marbio Suntanu

Yummy Corp berawal dari visi Mario Suntanu yang melihat perkembangan industri food delivery yang semakin pesat di mana-mana, termasuk di Indonesia. Mario menggaet adik-adiknya, Ismaya Group, dan Co-Founder lainnya (Juan Chene dan Daisy Harjanto) untuk membangun perusahaan bersama.

Tahap pertama startup dipimpin Marbio Suntanu sebagai Managing Director untuk membangun bisnis yang memberikan makan siang yang sehat, lezat, membantu produktivitas, namun tetap terjangkau. Di tahun 2018, Mario bergabung secara full-time di Yummy Corp sebagai CEO. Di tahun yang sama, Marius Suntanu bergabung sebagai Food Development Director dan bertanggung jawab atas semua variasi makanan Yummy Corp. Dalam satu tahun, tim yang dipimpinnya berhasil menghadirkan sekitar 11.350 variasi menu berbeda.

Salah satu kunci keberhasilan Yummy Corp adalah hubungan positif antar saudara. Serupa dengan dengan hubungan rekan kerja lainnya, masing-masing harus bisa saling support di berbagai situasi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saling menghargai pendapat dengan expertise di bidang masing-masing agar saling melengkapi.

“Kelebihan menjadi satu keluarga, diskusi dan brainstorm di luar office hour sangat mungkin dilakukan saat kumpul keluarga. Namun diperlukan batasan sampai mana diskusi itu berlanjut agar work-life-balance tetap terjaga dan hubungan keluarga saat di luar kantor tetap hangat,” kata Mario.

Kombinasi expertise Ivan Tambunan, Mikhail Tambunan, dan Christopher Gultom

Mikhail Tambunan, Christopher Gultom, Ivan Tambunan
Mikhail Tambunan, Christopher Gultom, dan Ivan Tambunan

Keunggulan yang diklaim dimiliki CEO Ivan Tambunan, CFO Mikhail Tambunan, dan Chief Credit Officer Christopher Gultom adalah expertise masing-masing. Hal tersebut mendukung Ivan semakin percaya diri menetapkan strategi dan memimpin pengembangan produk Akseleran. Masing-masing bertanggung jawab berdasarkan skill dan pengalaman kerja dalam menjalankan perusahaan.

“Didukung dengan background masing-masing yang berhubungan di bidang keuangan, kita mempunyai visi yang sama yaitu mengurangi financing gap yang ada di Indonesia, dan yang paling besar itu dialami oleh UKM,” kata Christopher.

Menurut Mikhail, hal yang paling berat adalah bagaimana tetap menjaga hubungan saudara di tengah hubungan profesional di perusahaan. Jika visi misi serta tugas dan wewenang tidak jelas, maka hal parah bisa terjadi adalah keretakan di hubungan persaudaraan.

Bagi Ivan, meskipun memiliki risiko konflik yang bisa merusak hubungan, banyak keuntungan yang bisa diperoleh jika mendirikan startup bersama keluarga, terutama pada aspek dukungan moral dan kepercayaan satu sama lain.

“Yang terpenting, startup harus dijalankan dengan merit based. Jadi membangun bersama keluarga bukan hanya karena hubungan kekeluargaan [nepotisme] melainkan karena memang expertise dari masing-masing pihak. Selain itu dari awal sudah harus kompak dan memutuskan untuk transparan dan fair terhadap satu sama lain,” kata Ivan.

Winston dan William Utomo: bisnis media

William dan Winston Utomo
William dan Winston Utomo

Sebagai CEO IDN Media, Winston Utomo mengawali bisnis berbentuk situs bernama IDN Times bersama sang adik William sejak tahun 2014 lalu. Kini IDN Times menjadi platform media berbagai generasi, khususnya generasi muda, walaupun keduanya tidak memiliki pengalaman di bidang jurnalistik.

Sayangnya Winston dan William Utomo tidak menanggapi permintaan wawancara yang dilayangkan DailySocial terkait pengalamannya memulai dan menjalankan bisnis bersama saudara ini.

Dukungan moral Reynold dan Ronald Wijaya

Ronald dan Reynold Wijaya
Ronald dan Reynold Wijaya

Berbeda dengan kakak-adik pendiri startup lainnya, Reynold dan Ronald Wijaya memiliki startup di industri yang berbeda. Reynold Wijaya CEO Modalku yang menyasar industri fintech, sementara saudara kembarnya Ronald Wijaya membangun bisnis healthy food product bernama Lemonilo.

Meskpun berbeda, saat mulai membangun bisnis masing-masing saling memberikan dukungan moral. Hal tersebut dirasakan benar oleh Ronald yang sempat mengalami kesulitan saat membangun startup pertamanya, yaitu Konsula.

“Di saat-saat kelam itu, justru saya mendapatkan banyak dukungan moral dari Reynold, dan of course dari istri dan keluarga lainnya. Karena sifat nature dari bisnis kita yang sangat berbeda, maka saya lebih banyak mendapatkan dukungan moral. Tetapi menurut saya, dukungan moral sebenarnya jauh lebih penting daripada hal lainnya. Banyak saat-saat dimana kita mau menyerah, tapi akhirnya bangkit kembali karena dukungan moral tersebut,” kata Ronald.

Sebagai saudara, hubungan Reynold dan Ronald sangat dekat. Keduanya bisa saling mengandalkan dan terbuka satu sama lainnya. Sebagai saudara kembar, mereka dari lahir sampai universitas selalu di sekolah yang sama.

“Tentunya kami saling mendukung satu sama lain dan dalam menjalankan bisnis mencoba yang terbaik untuk memberikan masukan terhadap perkembangan bisnis, memecahkan masalah, atau menumbuhkan perusahaan dengan baik,” kata Reynold.

Untuk mereka yang ingin membangun startup bersama adik atau kakak, ada tips menarik yang dibagikan Ronald dan Reynold. Meskipun mereka memutuskan untuk tidak mendirikan bisnis bersama, namun ada pelajaran penting yang menjadi fokus keduanya.

“Hal terbaik bila tetap ingin membuat usaha bersama adalah boleh kok untuk dari awal membagi saham kepada keluarga lainnya, asal jelas. Tetapi dari hal manajemen, jangan ada dua suara. Harus menentukan siapa kapten kapalnya sehingga bisa membedakan dengan jelas antara manajemen dengan kepemilikan,” kata Ronald.

Agregator Pembiayaan UKM “Alami” Sasar Pasar Fintech Syariah

Besarnya antusiasme masyarakat Indonesia terkait dengan layanan financial tehcnology (fintech) berbasis syariah melahirkan berbagai layanan keuangan digital yang mulai menyasar sektor ini.

Salah satu layanan yang mencoba untuk masuk ke segmen tersebut adalah Alami, agregator UKM pembiayaan syariah yang berdiri sejak bulan Desember 2017.

“Kami memiliki teknologi dan credit rating mengikuti proses rating dari perbankan yang sedang dikembangkan untuk UKM. Saat ini credit engine sedang dikembangkan, rencananya akan kami luncurkan bersamaan dengan peluncuran resmi Alami,” kata CEO & Co-founder Alami Bembi T. Juniar kepada DailySocial.

Hingga kini Alami mengklaim telah membukukan pembiayaan melalui mitra bank syariah sebesar Rp13,5 Miliar untuk dua perusahaan. Masih menjalankan proses tersebut secara manual, Alami memanfaatkan jaringan internal untuk end user yang bergabung dengan platform Alami.

“Situs Alami sendiri saat ini masih dalam tahap pengembangan. Rencananya bulan April akan bisa live dan bisa diakses oleh pengguna,” kata Bembi.

Teknologi yang dimiliki Alami diklaim memudahkan UKM untuk mendapatkan akses mudah dan cepat dari bank yang telah bermitra dengan Alami. Saat ini Alami telah bermitra dengan BNI Syariah, Bank Mega Syariah, dan Jamkrindo Syariah.

“Kami juga ingin memberikan social impact yaitu dengan cara mengedukasi baik disisi pelaku UKM maupun dari sisi perbankan syariah sebagai mitra untuk lebih aware dengan keuangan syariah dengan segala kelebihannya,” kata Bembi.

Memperluas kemitraan dengan Kapital Boost

Di awal tahun 2018 ini, Alami kembali menambah kemitraan. Kali ini dengan platform peer-to-peer lending (P2P) Kapital Boost yang membantu UKM mendapatkan pembiayaan dengan investor global yang mencari peluang untuk berinvestasi berbasis syariah.

Kemitraan strategis ini terjalin karena adanya kesamaan visi dan misi dengan Kapital Boost untuk menerapkan dan mendukung ekonomi syariah di Indonesia.

“​Bentuk kerja sama kami adalah menjadikan Alami sebagai partner dalam menyalurkan UKM-UKM yang sedang membutuhkan modal usaha, serta di waktu bersamaan melakukan kualifikasi/penyaringan awal proyek-proyek UKM yang layak untuk didanai oleh para investor Kapital Boost​,” kata Country Head Kapital Boost Indonesia Ronald Wijaya.

Layanan E-Commerce Makanan Sehat Lemonilo Resmi Beroperasi

Di Indonesia mulai banyak yang menggemari tren hidup sehat. Mulai dari rutin berolahraga seperti lari dan yoga hingga urusan makanan. Tren ini yang coba dieksplorasi oleh Lemonilo, salah satu bisnis e-commerce yang menawarkan makanan organik (alami) dan makanan-makanan sehat lainnya untuk mendukung pola hidup sehat. Salah satu permasalahan yang coba diselesaikan adalah masalah harga.

Lemonilo sendiri sudah beroperasi kurang lebih selama enam bulan. Selama kurun waktu tersebut, Lemonilo berhasil memiliki ribuan konsumen yang tersebar di seluruh Indonesia dengan konsentrasi di Jawa dan Bali.

Lemonilo diprakarsai tiga orang, yakni Shinta Nurfauzia, Johannes Ardiant, dan Ronald Wijaya. Mereka bertiga juga berperan dalam pengembangan layanan Konsula, salah satu layanan yang fokus pada sektor kesehatan.

“Produk-produk yang ada di Lemonilo.com didapatkan langsung dari produsen sehingga kami bisa menawarkan harga hingga 20-50% lebih murah dari supermarket. Ke depannya, Lemonilo.com tidak hanya akan menawarkan makanan namun juga produk sehat dan alami di kategori lainnya,” ujar Shinta.

Shinta kepada DailySocial juga bercerita bahwa untuk memastikan kualitas produk yang ada di layanan Lemonilo pihaknya memiliki tim food analyst yang memiliki tugas untuk melakukan pengecekan terhadap bahan pembuatan setiap produk yang akan ditampilkan. Sebelum masuk dan tayang di situs Lemonilo sebuah produk akan melewati food trial dan analisis yang dilakukan oleh tim tersebut.

“Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa produk yang masuk Lemonilo tidak melakukan “klaim sehat palsu” padahal menggunakan bahan-bahan berbahaya. Dari pengalaman kami, sayangnya cukup banyak produsen dan manufacturer yang melakukan ini. Jadi intinya, kalau ada suatu produk yang mengklaim dirinya ‘sehat’ dan tidak masuk Lemonilo, user harus mempertanyakan kebenarannya,” lanjutnya.

Shinta menjelaskan Lemonilo adalah vertikal baru yang dikembangkan Konsula dengan tim yang terdedikasi.

Pasar untuk makanan sehat dan terjangkau

Lemonilo berangkat dari permasalahan mahalnya harga makanan alami dan sehat. Posisinya sebagai bisnis e-commerce diharapkan mampu menjadikan Lemonilo sebagai salah satu pasar yang mudah dijangkau untuk makanan alami, sehat, dan tentu harga yang terjangkau.

Saat ini, untuk terus memperkenalkan dan menjangkau lebih banyak kalangan, Lemonilo menjalankan sejumlah strategi. Salah satunya adalah menjalin kerja sama dengan beberapa komunitas-komunitas kesehatan, event, dan tempat gym di Jakarta dan beberapa kota besar di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan Lemonilo akan menjajaki kerja sama dengan lembaga, institusi, atau organisasi lain.

Dari data internal yang terkumpul selama ini Lemonilo mengklaim konsentrasi terbesar pelanggan mereka berada di Jawa dan Bali dengan segmen terbesarnya adalah wanita yang berada di kisaran usia 18-34 tahun. Produk yang paling populer adalah snack atau cemilan.

Shinta juga menjelaskan bahwa salah satu kebanggaan tim Lemonilo adalah ketika banyak pelanggan yang dengan suka rela dan bahagia membagikan pengalaman mereka berbelanja di Lemonilo di media sosial pribadi mereka.

Menurut Shinta, dalam waktu dekat pihaknya akan merilis beberapa fitur baru yang merupakan hasil masukan pengguna Lemonilo selama ini.

“Kami juga sangat menyadari bahwa terdapat beberapa produk yang high demand dan sering kali sold out dalam satu jam pertama produknya live. Dari interaksi dengan user seperti inilah kami tambah yakin bahwa hidup sehat memang benar-benar sedang menjadi tren yang terus tumbuh di Indonesia dan produk-produk sehat dan alami berpotensi untuk menggantikan produk konvensional jika harganya dapat dijangkau oleh masyarakat.”

“Lemonilo.com hadir untuk menyambut tren ini dan meningkatkan awareness pengguna kami atas manfaat dari mengonsumsi produk alami dan sehat sehari-hari,” tutupnya.

Platform Crowdfunding Syariah Kapital Boost Segera Buka Kantor Perwakilan di Indonesia

Kapital Boost, platform crowdfunding atau pendanaan patungan yang menerapkan prinsip syariah Islam, semakin aktif melakukan penggalangan dana di kawasan Asia Tenggara, termasuk di Indonesia. Dalam waktu dekat, perusahaan yang berbasis di Singapura dan telah berdiri sejak Juli 2015 ini, akan membuka kantor perwakilan di Indonesia. Nantinya Kapital Boost Indonesia akan beroperasi penuh di Indonesia agar mempercepat pertumbuhan bisnis.

“Hingga saat ini kami telah berhasil mendanai 11 proyek di Indonesia senilai lebih dari 5 miliar Rupiah. Secara global kami telah mengumpulkan lebih dari 9 miliar Rupiah, termasuk untuk proyek di Malaysia, Singapura, dan Australia,” kata Country Head Indonesia Ronald Wijaya.

Kapital Boost secara khusus menyasar pelaku UMKM di Asia Tenggara yang saat ini masih kesulitan mendapatkan dana untuk usaha melalui bank. Hal ini merupakan dampak semakin ketatnya persyaratan dan aturan kredit pembiayaan usaha yang diterapkan.

Untuk membangun kepercayaan dan mengajak lebih banyak investor, Kapital Boost secara aktif memanfaatkan media sosial, seperti Facebook, Linkedin, Instagram, dan YouTube dengan mengedepankan transparansi sebagai modal utama.

“Kami banyak mendapatkan investor dengan cara sharing konsep pada event-event baik event besar maupun kecil, meminta mereka untuk melakukan pendaftaran di website (gratis) agar mereka dapat email blast yang berisi update kami secara rutin,” kata Ronald.

Penyaringan ketat calon peminjam

Meskipun masih kerap mengalami kendala untuk menjalankan bisnisnya, terutama berkaitan dengan regulasi yang diterapkan oleh masing-masing negara, Kapital Boost secara aktif masih melakukan pencarian investor hingga penyeleksian kandidat yang nantinya berhak mendapatkan pendanaan dengan cara crowdfunding berprinsip syariah Islam.

“Untuk Indonesia sejauh ini Otoritas Jasaa keuangan (OJK) sangat mendukung. Yang penting sebagai platform kami mampu mengamankan dana investor dan mampu memitigasi resiko yang mungkin muncul,” kata Ronald.

Untuk memastikan kandidat merupakan pihak yang benar dan secara jujur menjalankan usaha, Kapital Boost melakukan proses penyeleksian yang cukup ketat, mulai dari pemeriksaan, analisis mendalam tentang bisnis, background, kepemilikan aset, purchase order, neraca perusahaan tahun sebelumnya, dan bahkan media sosial scoring peminjam. Hal tersebut dilakukan untuk memastikan dana yang diajukan memang untuk keperluan proyek sesuai yang diajukan.

“Untuk itu kami biasa menggunakan struktur perjanjian Murabahah. Bersama itu kami juga akan minta daftar aset yang akan dibeli, profil supplier barang, dan harga barang yang akan dibeli. Lalu kami akan meminta kuitansi dari pembelian aset tersebut,” kata Ronald.

Berencana melakukan penggalangan dana

Untuk mempromosikan bisnis yang dijalankan, Kapital Boost memanfaatkan kemitraan dengan beberapa komunitas pengusaha, seperti Tangan Di Atas (TDA), KADIN UMKM DKI Jakarta, KADIN Jawa Barat, dan Asosiasi Laundry Indonesia.

“Dalam waktu dekat kami juga akan bekerja sama dengan HijUp dan Perhimpunan Pengusaha Muslim Indonesia di Bandung,” kata Ronald.

Sepanjang tahun 2016 ini diharapkan Kapital Boost bisa mendapatkan tambahan dana atau investasi dari pihak-pihak yang memiliki visi dan misi yang sama dengan Kapital Boost. Rencananya Kapital Boost akan melakukan penggalangan dana di Indonesia dan mengumpulkan sedikitnya 2-3 kali lipat dari apa yang telah diperoleh Kapital Boost hingga saat ini.