Beda Nasib Startup Edtech Usai Pandemi

Penggunaan edtech pada sistem pendidikan nasional, secara umum, merupakan bentuk adaptasi terhadap disrupsi dan bentuk dorongan supaya sistem pendidikan menjadi lebih resilien.

“Kita perlu mengambil pelajaran dari pembelajaran jarak jauh dan menerapkannya ke sistem pendidikan formal. Pandemi sudah menunjukkan sistem pendidikan kita begitu rentan dan perlu ada bentuk adaptasi,” jelas Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Latasha Safira mengutip dari situs CIPS.

Dari hasil survei yang dilakukan CIPS pada 2021 menunjukkan bahwa guru menggunakan berbagai produk dan layanan edtech seperti Sistem Manajemen Pembelajaran (misalnya EdModo dan Canvas) dan platform interaktif (misalnya Kahoot dan Menimeter) untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh selama 18 bulan terakhir.

Para investor merespons tingginya adopsi edtech selama pandemi melalui suntikan pendanaan untuk startup di Indonesia. Berikut data yang dikutip dari Tech in Asia:

  1. 2019 menjadi tahun dengan total nilai pendanaan terbesar senilai $166,42 juta untuk enam kesepakatan investasi selama delapan tahun terakhir;
  2. 2020 terjadi kenaikan kesepakatan tertinggi dengan total 18 kesepakatan, tapi secara nominal turun menjadi $77,05 juta;
  3. 2021 terjadi penurunan kesepakatan dan nominal investasi, menjadi 11 kesepakatan yang bernilai $11,35 juta;
  4. 2022 terdapat kenaikan kesepakatan dan nominal investasi, menjadi 14 kesepakatan yang bernilai $18 juta.

Bagaimana dengan tahun ini? Menurut data yang dikompilasi DailySocial.id, tercatat hanya empat startup edtech yang mengumumkan pendanaan sepanjang 2023.

Startup Pendanaan Waktu
Cakap Seri C1 (undisclosed) April 2023
Rakamin Tahap awal (undisclosed) Mei 2023
Lister Tahap awal (undisclosed) Juni 2023
SoLeLands Tahap awal (undisclosed) Juli 2023

Tren penurunan investasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia saja, ambil contoh di India yang sama-sama memiliki populasi yang besar. Berdasarkan data dari Trackr, pendanaan di sektor edtech menurun menjadi $2,43 miliar pada 2022, dengan hanya 159 kesepakatan dibandingkan dengan 319 kesepakatan pada 2021 yang bernilai $4,7 miliar dan 222 kesepakatan pada 2020.

Menurut statistik yang diperoleh CNBC-TV18.com, sebanyak 7.000-9.000 karyawan terkena imbas PHK di perusahaan edtech India sepanjang tahun lalu. Byju, Unacademy, Vedantu adalah beberapa startup edtech yang mengambil langkah tersebut. Ketiganya merupakan startup edtech yang bermain di segmen K-12.

Apa yang terjadi di India juga terjadi di Indonesia. Dua pemain besar di segmen K-12 harus merelakan ribuan karyawannya di PHK sejak tahun lalu. Ruangguru memangkas ratusan karyawan, sementara Zenius memangkas sekitar 800 orang.

Edu SEA 50 Market Map 2023 / HolonIQ

Bagaimana edtech K-12 bertahan

Baik Ruangguru maupun Zenius tidak merespons bagaimana strategi mereka pasca efisiensi besar-besaran. Tidak banyak pula informasi terbaru yang diumumkan belakangan ini. Berikut rangkumannya:

  1. Pada Juli 2023, Ruangguru mengumumkan kelanjutan ekspansi lokasi bimbingan belajar offline Brain Academy. Sejak diperkenalkan di 2019, diklaim ada lebih dari 200 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Kondisi keuangan perusahaan juga membaik, setelah melakukan banyak efisiensi di berbagai sisi. Dipaparkan pada 2021, Ruangguru telah mengantongi laba sebesar Rp55 miliar dibandingkan tahun sebelumnya yang mencatat rugi Rp18,6 miliar.
  1. Pada Juni 2023, Zenius mengumumkan audit menyeluruh terhadap 264 cabang Primagama demi memastikan setiap cabang punya standar dan kualitas yang sama mencakup semua aspek bisnis. Dari hasil dari audit, sebagian kecil cabang tidak mampu memenuhi standar yang ditetapkan. Cabang-cabang ini diberikan waktu untuk melakukan perbaikan, namun beberapa di antaranya tidak dapat memenuhi perbaikan yang diminta dalam batas waktu yang ditentukan. Oleh karena itu, Zenius memutuskan untuk mengakhiri kerja sama dengan cabang-cabang tersebut. Di sisi lain, sebagian besar cabang juga memutuskan untuk mengakhiri kerja sama secara sukarela karena perbedaan visi dengan Zenius. Perusahaan membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin berinvestasi di dunia pendidikan dengan menjadi pemegang lisensi New Primagama melalui sistem waralaba.

Di sini terlihat bahwa keduanya punya kesamaan strategi, yakni memperkuat bimbel offline-nya sebagai area fokus setelah kondisi berangsur-angsur normal dan menerapkan konsep blended learning. Lalu apakah bimbel online masih memiliki prospek positif?

Hanya fokus di bimbel online

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, DailySocial.id menghubungi dua co-founder CoLearn, yakni Abhay Saboo (CEO) dan Marc Irawan (COO). Startup ini baru berdiri pada Agustus 2020 dengan fitur awal yang memungkinkan siswa untuk menanyakan lebih dari 5 juta pertanyaan terkait matematika, fisika, dan kimia per bulannya.

Semua pertanyaan mereka terjawab oleh Tanya, sebuah teknologi artificial intelligence (AI) buatan CoLearn. Dalam sebuah survei, 80% murid melihat peningkatan nilai setelah menggunakan CoLearn. Dengan cepat, CoLearn menjangkau 3,5 juta murid menggunakan fitur tersebut.

Fitur Tanya sekarang jadi pelengkap layanan di CoLearn. Perusahaan hanya mengoptimasi ranking kata pencarian di mesin pencari Google dan YouTube agar muncul di laman teratas. Langkah ini diambil dalam rangka menyesuaikan pola kebiasaan orang Indonesia yang mencari segala informasi lewat mesin pencari Google.

Tidak hanya bantu murid mengerjakan PR dengan cepat, CoLearn meluncurkan bimbel online yang terfokus pada tiga mata pelajaran dari kelas 5 sampai 12. Setiap kelasnya berlangsung selama satu jam melalui situs atau aplikasi.

Sumber: CoLearn

“Fokus CoLearn bukan di fitur Tanya, tapi bimbel online. Buat kami karena relatif pemain baru, kami beda karena mulainya saat Covid-19. Jadi tidak terlalu terlihat ekspektasinya dari sebelum dan saat Covid-19,” kata Abhay.

Walau tidak dirinci spesifik dengan angka, Abhay mengaku penerimaan bimbel online di CoLearn diterima dengan baik dan mendapat respons positif, terutama pasca CoLearn membuat kebijakan baru pada Juli 2023. Di antaranya, menawarkan harga baru sebesar Rp95 ribu yang dapat dibayarkan per bulan dan jaminan uang kembali 100%.

“Sebelumnya bayar per semester, sekarang jadi per bulan. Garansi uang kembali ini di bulan pertama setelah anak enggak cocok, [karena] ada beberapa orang tua yang persepsi negatif atau positif [sama layanan baru] jadi bisa coba dulu. Kita tawarkan harga merakyat, tidak harus jutaan karena kita pede (percaya diri) dengan produk [bimbel online] kami,” tambah Marc.

Pengguna terbesar dari bimbel online ini adalah pelajar kelas 5-9, lalu sisanya diisi oleh pelajar SMA. Sedari awal, CoLearn tidak didesain untuk mempersiapkan ujian akhir, melainkan membangun fundamental lewat pengajaran tentang konsep dasar suatu permasalahan.

Langkah ini sejalan dengan misi besar perusahaan yang ingin membantu Indonesia meningkatkan peringkat di PISA (Programme for International Student Assessment), sebuah tolok ukur kualitas pendidikan di suatu negara. Dalam survei di 2018, Indonesia berada di peringkat ke-72 dari 77 negara. Nilai matematika berada di peringkat ke-72 dari 78 negara. Sedangkan nilai sains berada di peringkat ke-70. Angka ini cenderung stagnan sejak 15 tahun terakhir.

Abhay menuturkan pihaknya optimistis dengan prospek bimbel online tetap hijau ke depannya, bahkan menargetkan dapat segera cetak profit pada akhir 2024 mendatang. Ambisi tersebut akan dijalankan dengan strategi yang tepat, hanya berfokus pada penyempurnaan bimbel online agar semakin diminati.

“Perusahaan yang enggak fokus melakukan banyak hal akan makan biaya untuk coba-coba. Sementara untuk dapat laba, perlu pelanggan yang kembali. Untuk itu harus melakukan sesuatu dengan sangat-sangat baik dan dibutuhkan fokus untuk terus memperbaikinya. Kita mau fokus untuk menjadi sangat bagus dalam satu hal saja [bimbel online],” ujar dia.

Marc menambahkan, masuk ke area bimbel offline itu sendiri diharuskan punya kemampuan yang kuat di bidangnya karena tantangannya berbeda jauh dengan bimbel offline. Ada standarisasi kontrol yang ketat, untuk perawatan gedung, keamanan, struktur kelas, sikap staff, waktu kedatangan guru, dan banyak hal kecil lainnya yang penting untuk selalu dijaga.

“Kami fokus di [bimbel] online karena ingin meningkatkan kualitas guru. Kalau offline, guru di sini terbatas karena masalah geografi, tapi dengan online kita bisa memutuskan itu. Kami percaya sebuah service edukasi itu bertumpu pada kualitas guru, kalau tidak ada batasan akan jauh lebih baik.”

Non-K-12

Cakap dan PINTAR adalah dua pemain edtech non-K-12 yang tumbuh subur hingga sekarang. Keduanya sama-sama bermain di segmen pengembangan kursus keterampilan dengan target individu dan korporasi berbasis online.

Saat dihubungi DailySocial.id, Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus mengungkapkan per kuartal III 2023, Cakap mampu menjaga tren pertumbuhan positif dengan kenaikan jumlah pengguna dan pendapatan lebih dari 100% secara year-on-year, serta membukukan EBITDA positif.

Sumber: Cakap

Sebanyak 50% dari total pendapatan Cakap berasal dari pilar bisnis Bahasa, lalu sisanya dari pilar Business dan Upskill (kelas vokasi dan keterampilan, seperti hospitality, perkantoran, dan kewirausahaan). Sepanjang semester I 2023, kursus bahasa Inggris masih menjadi kontributor terbesar. Para penggunanya berasal dari usia produktif, sekitar 20-29 tahun yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, dan Lampung.

“Demand terhadap edukasi terus berkembang, tercermin dari performa Cakap yang terus bertumbuh dengan adanya inovasi yang relevan dengan minat market, baik selama dan sesudah pandemi Covid-19,” kata Tomy.

Selama pandemi, Cakap lebih mengedepankan kemudahan akses pendidikan dan kenyamanan belajar secara online lewat Cakap Upskill. Setelah pandemi, perusahaan beradaptasi untuk menerapkan metode blended learning. Hal inilah yang melatarbelakangi kehadiran Cakap Kids Academy untuk siswa usia 4-12 tahun pada tahun ini.

Di samping itu, perusahaan mengembangkan solusi pendidikan yang hyperlocal dan relevan dari segi kebutuhan industri di tiap wilayah, didukung pula dengan harga yang terjangkau. Dalam rangka mendukung penyerapan tenaga kerja, Cakap lebih tanggap dengan situasi di industri. Misalnya, kembali menggeliatnya industri pariwisata, Cakap memberikan kelas bahasa asing untuk menunjangnya.

“Selain menyediakan sertifikat untuk semua kursus, Cakap juga mengembangkan bisnis unit berupa career hub, yang bisa menjadi solusi pencari kerja dan perusahaan dalam menemukan talenta yang tepat.”

Co-founder dan CEO PINTAR Ray Pulungan menyampaikan, dari sebelum dan sesudah pandemi, PINTAR melakukan sejumlah penyesuaian bisnis. Sebelum pandemi, PINTAR fokus menawarkan layanan OPM (Online Program Management) untuk perguruan tinggi swasta dengan semangat membuka akses kuliah secara terjangkau. Hingga awal 2020, sebanyak 15 kampus telah bekerja sama dan menyelenggarakan lebih dari 20 program perkuliahan online dan blended learning.

“Memasuki tahun 2020, ketika pandemi terjadi, dunia kerja mengalami perubahan drastis. [..] Kami merespons perubahan ini dengan menyajikan solusi berupa penyelenggaraan kursus-kursus keterampilan berbasis online [..] untuk reskilling. Pada periode pandemi, lebih dari 1 juta orang telah menerima manfaat pelatihan keterampilan melalui PINTAR,” ujar Ray.

Dia melanjutkan, “Saat ini, PINTAR berkembang sebagai platform pengembangan tenaga kerja (workforce development platform), [..] kerja sama dengan perusahaan untuk mengadakan pelatihan dan rekrutmen untuk pekerja, pemasok, dan komunitas lokal –termasuk kelompok yang rentan dan kurang terwakili.”

Berdasarkan kontribusi bisnis, PINTAR memiliki empat pilar produk: PINTAR Skills (pelatihan keterampilan), PINTAR Degrees (pendidikan tinggi), PINTAR Enterprise (pembelajaran dan pengembangan karyawan), serta PINTAR Opportunity (penempatan individu ke pasar kerja dan pembukaan akses pasar bagi pemilik UMKM).

Kombinasi dari empat segmen ini memungkinkan perusahaan untuk melayani kebutuhan pelatihan dan pengembangan yang beragam, baik untuk organisasi maupun individu. Diklaim sebagian besar bisnisnya kini berfokus pada pasar B2B, dengan kontribusi sekitar 70% dari total bisnis perusahaan.

Sumber: PINTAR

Ray menyampaikan tantangan utama yang dialami oleh pemain seperti PINTAR adalah bagaimana menstimulasi motivasi intrinsik individu untuk belajar dan berkembang. Rendahnya motivasi ini disebabkan oleh dua hal: 1) kurangnya pemahaman di kalangan peserta mengenai keuntungan yang bakal diperoleh setelah ikut pelatihan, 2) hal yang telah dipelajari dalam pelatihan belum tentu bisa diterapkan secara optimal dalam dunia kerja.

“Ketidaksesuaian ini semakin mengurangi persepsi masyarakat tentang pentingnya pelatihan keterampilan,” tambahnya.

Tommy menambahkan, walau tantangan besar, pangsa pasar dunia pendidikan di negara ini amatlah besar. Peluangnya banyak, ada vertikal-vertikal baru yang dapat dikembangkan. Hal tersebut akan dilakukan oleh Cakap sesuai dengan expertise-nya.

“Setiap ekspansi yang kami lakukan wajib memberikan kontribusi positif bagi perusahaan, sehingga dapat dipertahankan dan dan bahkan bisa dengan cepat menghentikan usaha-usaha yang kurang efisien sedini mungkin.”

Kedua perusahaan ini tergabung sebagai mitra pemerintah untuk Program Kartu Prakerja. Tommy menuturkan sudah empat tahun perusahaan bergabung jadi mitra pemerintah, dampak yang terasa adalah pengguna memperoleh keterampilan baru yang dapat diaplikasikan ke pekerjaan existing, atau menciptakan pekerjaan baru. Tidak disebutkan kontribusi bisnis ini terhadap total bisnis Cakap.

Sementara itu, Ray menyampaikan, kontribusi Program Prakerja untuk total bisnis PINTAR sekitar di bawah 10%. Walau tidak dominan, peran program ini tetap esensial karena mendukung upaya pemerintah dalam reskilling angkatan kerja secara masif. “Efek positifnya, terlihat pada segmen masyarakat yang marginal dan kurang terwakili. Dalam laporan tahunan, 44% penerima manfaat berasal dari 40% rumah tangga termiskin di Indonesia,” ujarnya.

Dia melanjutkan, “Walaupun di masa depan program ini mungkin akan mengalami perubahan karena roda inovasi akan terus berputar, tetapi fungsi utamanya diperkirakan akan tetap sama, yaitu sebagai katalis pemberdayaan dan pengembangan keterampilan angkatan kerja di Indonesia.”

Bimbel Milik Ruangguru Hadir di Ratusan Titik, Pertajam Strategi Blended Learning

Startup edtech Ruangguru makin menyeriusi konsep blended learning. Disebutkan pusat bimbingan belajar tatap muka (Ruangguru Learning Center) telah mencapai ratusan titik di Indonesia.

Mengutip dari blog perusahaan, terdapat lebih dari 200 cabang Brain Academy yang tersebar dari Aceh hingga Papua.

“Sebagai pelopor metode pembelajaran online, kami tetap menyadari pentingnya pendekatan blended learning dalam upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran. Dengan lebih dari 40 juta pengguna yang telah merasakan manfaat dari solusi pembelajaran online komprehensif Ruangguru, kami memperluas layanan dan memberikan pengalaman blended learning yang dapat memenuhi kebutuhan siswa yang menginginkan interaksi tatap muka,” ujar Co-Founder & CEO Ruangguru Belva Devara dalam keterangan resmi, Selasa (18/7).

Menurut Belva, ekspansi ini dilakukan untuk menjawab kebutuhan pelajar SD-SMA yang mengalami perubahan signifikan dalam proses kegiatan belajar mengajar pasca-pandemi.

Ruangguru Learning Center menawarkan program belajar yang dirancang secara individual sesuai dengan kebutuhan setiap siswa dan dikelola oleh tim pendidik profesional yang berpengalaman.

Setiap Learning Center dilengkapi dengan fasilitas belajar terkini yang telah terintegrasi dengan Sistem Manajemen Belajar yang memungkinkan siswa untuk mengakses ribuan materi belajar dan persiapan ujian secara online. Juga, terdapat fasilitas Klinik PR untuk konsultasi pelajar yang dapat dijadwalkan sesuai kebutuhan.

Sejak 4tahun lalu Learning Center diperkenalkan ke publik, diklaim telah berhasil meningkatkan probabilitas kelulusan siswa di PTN hingga tiga kali lipat dan meningkatkan nilai dan prestasi belajar >90% siswanya.

Selain pelajaran-pelajaran yang diujikan di sekolah dan SNPMB (Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru), Ruangguru Learning Center juga menyediakan beragam kursus untuk berbagai segmen, seperti kursus bahasa Inggris (English Academy) untuk anak hingga dewasa dengan pengajar internasional dan lokal, serta Ruangguru for Kids yang membantu mengembangkan potensi dan kemampuan anak-anak, seperti kursus bahasa, coding, literasi, dan sekolah online bagi anak usia 3-12 tahun.

Adaptasi bisnis

Bagi pemain seperti Ruangguru dan Zenius yang menyasar K-12 sebagai target utama penggunanya, masuk ke bimbel offline merupakan strategi yang paling rasional agar tetap dapat relevan. Lantaran, daya jangkau solusi ini masih berpusat di perkotaan, terutama pulau Jawa. Zenius masuk ke ranah ini melalui akuisisinya terhadap Primagama.

Saat ini, pemerataan konektivitas internet juga belum terjadi di pedesaan, pun akses memiliki perangkat yang diperlukan untuk menggunakan alat edtech bagi pelajar berpenghasilan rendah juga terbatas. Alhasil, keleluasaan untuk bisa belajar online tidak dapat diakses oleh semua pelajar di Indonesia. Maka dari itu, proses belajar tatap muka masih menjadi andalan.

Pada prinsipnya, blended learning mendorong pertumbuhan kognisi pada siswa karena dilibatkan secara aktif dalam mengkaji pembelajaran yang diberikan, dengan bantuan pendampingan dari guru. Pada pembelajaran digital, teknologi hanya bersifat sebagai tambahan (suplemen), sementara pada blended learning, teknologi diintegrasikan secara seksama dalam desain pembelajaran. Hasilnya proses pembelajaran melibatkan interaksi dua arah antara guru dan siswa.

Nilai lebih ini sebelumnya belum mampu dihadirkan oleh pemain bimbel konvensional.

Dalam laporan keuangan Ruangguru, disebutkan perusahaan sudah meraup untung sebesar $3,7 juta pada 2021. sebelumnya perusahaan cetak rugi sebesar $1,2 juta pada 2020. Usai cetak laba, perusahaan memangkas ratusan karyawan pada akhir 2022. Tidak disebutkan total karyawan yang terdampak dari keputusan tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Catat Profit Bisnis di Tahun 2021

Startup edtech Ruangguru mencapai profitabilitas pertamanya dengan meraup laba sebesar $3,7 juta (sekitar Rp55 miliar) pada 2021, dari rugi yang diderita sebesar $1,2 juta (sekitar Rp18,6 miliar) pada 2020.

Berdasarkan laporan keuangan yang kami akses melalui platform Venture Cap, Ruangguru mengantongi pendapatan $102,6 juta (sekitar Rp1,52 triliun). Sementara tahun sebelumnya berkisar $63 juta (sekitar Rp940 miliar).

Per Desember 2021, Ruangguru menyimpan kas tunai yang disimpan di bank sebesar $129 juta. Diketahui, perusahaan memperoleh pendanaan lanjutan seri C sebesar $55 juta dipimpin oleh Tiger Global Management pada pertengahan 2021.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Ruangguru mengklaim telah mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produknya dengan mengantongi pertumbuhan pendapatan berlipat. Ruangguru menandai 2021 sebagai tahun pertamanya di titik profitabilitas.

Per 2020, Ruangguru tercatat memiliki total juta pengguna dari tiga negara operasionalnya, yakni Indonesia, Vietnam (KienGuru), dan Thailand (StartDee). Adapun, ekspansi perusahaan telah dilakukan sejak 2019 melalui aksi akuisisi.

Efisiensi efek winter

Usai mengantongi laba, Ruangguru kemudian memangkas ratusan karyawan menjelang akhir 2022. Tidak disebutkan jumlah karyawan yang terdampak.

Para pendiri Ruangguru, Adamas Belva Devara dan Iman Usman, saat itu menyatakan saat itu bahwa aksi PHK ini adalah dampak peningkatan permintaan yang besar pada awal pandemi. Perusahaan mengalami pertumbuhan tinggi dalam dua tahun terakhir dan berujung pada rekrutmen masif.

Tak hanya Ruangguru, startup di segmen yang sama, Zenius, juga melakukan perampingan karyawan lewat tiga gelombang. Di 2020, Zenius mengumumkan dua kali PHK, pertama pada Mei dengan memangkas 200 orang, dan kedua awal Agustus dengan 600 karyawan terdampak.

Gelombang ketiga terjadi pada awal Februari 2023. Manajemen Zenius menyebut situasi ekonomi memaksa perusahaan untuk melakukan restrukturisasi organisasi demi memastikan pertumbuhan jangka panjang.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Akuisisi Platform Edtech Asal Vietnam “Mclass”

Startup edtech Ruangguru mengumumkan akuisisi atas Mclass, sebuah platform live teaching asal Vietnam. Hal ini disebut sebagai langkah strategis perusahaan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapabilitasnya di wilayah tersebut.

Ruangguru telah lebih dulu memulai ekspansi ke Vietnam dengan nama Kien Guru pada 2019. Vietnam menjadi negara pertama tujuan ekspansi Ruangguru karena dinilai memiliki masalah yang sama seperti yang dihadapi Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya di bidang pendidikan.

Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara meyakini reputasi dan keahlian Mclass dalam pembelajaran daring dapat semakin memperluas penawaran, meningkatkan bisnis, serta melengkapi solusi pembelajaran Ruangguru di Vietnam dan Asia Tenggara.

Ruangguru juga memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin pasar di sektor edtech yang berkembang di Vietnam. “Visi kami adalah menjadi perusahaan teknologi pendidikan terdepan di Asia Tenggara dan kami yakin bahwa akuisisi ini merupakan langkah lanjutan untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkap Belva.

Didirikan oleh Nguyen Van Khai dan Nguyen Minh Thang pada 2019, Mclass bekerja sama dengan guru-guru terbaik di negara tersebut untuk menawarkan sesi live teaching pada mata pelajaran matematika, sains, sastra, serta persiapan perguruan tinggi seperti IELTS. Dalam waktu kurang lebih empat tahun, Mclass disebut telah menjadi platform pembelajaran daring ternama di Vietnam.

Pendekatan inovatif Mclass mengundang respons positif dan daya tarik yang kuat pada siswa maupun orang tua. Hal ini ditunjukkan oleh sekitar 10 juta pengikut di media sosial para guru, sesi live teaching yang berhasil meraih 85 ribu peserta pelajar, dan total 1 juta replay untuk satu sesi pembelajaran di 2022.

Solusi pembelajaran daring K-12 dari Kien Guru telah digunakan oleh lebih dari 2,5 juta siswa di Vietnam selama empat tahun terakhir, termasuk solusi video belajar (pre-recorded), live teaching, dan fitur khusus untuk membantu siswa mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah.

Akuisisi ini tidak hanya memperluas solusi pembelajaran bagi siswa, tetapi
juga akan memberikan kesempatan yang baik bagi guru Mclass untuk memperluas jangkauan mereka dan memberi dampak kepada lebih banyak siswa di Vietnam dan sekitarnya.

Pasar edtech di Vietnam

Pada tahun 2019, Vietnam masuk dalam sepuluh besar pasar pendidikan online dengan pertumbuhan tercepat secara global dan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 44,3%. Saat ini, terdapat lebih dari 200 bisnis edtech di Vietnam dengan dua juta pengguna secara nasional. Pemerintah Vietnam memperkirakan ukuran pasar ini tidak kurang dari $2 miliar.

Dilansir dari media lokal Vietnam, pendapatan pasar e-learning Vietnam diperkirakan mencapai sekitar $3 miliar di 2023 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sekitar 20,2% selama 2019-2023 menurut laporan Ken Research.

Sementara, laporan terbaru Do Ventures, edtech adalah bidang terbanyak diinvestasikan ketiga di Vietnam dalam delapan tahun terakhir di sektor teknologi. Total investasi VC ke sektor edtech di Vietnam adalah $103 juta, diikuti pembayaran ($462 juta), dan ritel ($416 juta). Namun, bidang edtech dan transformasi digital pendidikan di Vietnam dinilai masih dalam tahap awal.

Salah satu modal ventura paling aktif dari Indonesia dan juga salah satu investor pertama di Ruangguru, East Ventures, belum lama ini juga mengucurkan investasi pada platform pembelajaran online berfokus bahasa asal Vietnam, Prep. Ini adalah startup Vietnam kedua yang tahun ini mendapatkan dukungan pendanaan dari East Ventures

Dalam sebuah wawancara bersama DailySocial.id, Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, sebagai negara dengan populasi terbesar kedua di regional, pertumbuhan ekonomi digital di sana cukup kencang. Selain itu, Vietnam dikenal sebagai salah satu pemasok talenta teknis untuk ekosistem digital global; yang berarti memenuhi variabel untuk pengembangan tim lokal yang kuat.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Lakukan Efisiensi Bisnis, Fokus Perdalam Model “Hybrid Learning”

Ruangguru telah melakukan layoff terhadap ratusan karyawannya. Tanpa menyebut angka pasti, pihak perusahaan telah mengonfirmasi kabar ini pada akhir pekan lalu. Tentu ini menambah daftar panjang startup teknologi lokal yang melakukan PHK dengan dalih efisiensi bisnis (menuju profitabilitas).

Sebagai platform edtech dengan layanan terlengkap, Ruangguru menjadi startup yang cukup disorot selama pandemi. Layanannya dinilai efektif untuk pembelajaran daring, terbukti mereka berhasil membukukan 22 juta pengguna pada tahun 2020 lalu.

Perusahaan juga mengatakan, tahun 2021 mereka mencapai Net Promoter Score (NPS) tertinggi di semua kategori produk dan pertumbuhan pendapatan berlipat ganda, menandai tahun pertamanya di titik profitabilitas. Anak usaha Ruangguru, yakni Skill Academy juga menjadi platform yang paling laris memfasilitasi program peningkatan kompetensi dari pemerintah dalam Kartu Pra-Kerja.

Dari tren pertumbuhan tersebut, akhirnya Ruangguru melakukan perekrutan besar-besaran, dengan harapan tetap bisa mempertahankan dan meningkatkan growth. Namun kondisi sosial dan ekonomi yang sangat dinamis pasca-pandemi, justru memberikan dampak yang kurang baik untuk “kesehatan” perusahaan.

Dua co-founder Ruangguru (Belva dan Iman) dalam keterangan resminya mengatakan:

“Di awal pandemi, layanan Ruangguru mengalami peningkatan permintaan yang besar yang berujung pada rekrutmen yang terlalu banyak dan terlalu cepat dalam dua tahun terakhir. Ditambah lagi, situasi ekonomi global belakangan ini memburuk secara drastis dan berada pada titik terendah dalam puluhan tahun terakhir, terlihat dari tingginya angka inflasi dan kenaikan suku bunga yang membuat iklim investasi dunia memburuk secara signifikan. Hal ini berdampak luas kepada komunitas startup teknologi global, termasuk kami di Ruangguru.”

“Teman-teman yang terdampak memperoleh pesangon, penghargaan masa kerja dan penggantian hak sesuai UU, perpanjangan asuransi dan gaji bulan terakhir bekerja dibayarkan penuh. Kami pun mengalokasikan tim rekruter Ruangguru khusus untuk memberikan dukungan pencarian perkerjaan, konsultasi psikologis, dan akses kelas pengembangan karier jika dibutuhkan.”

Baru peroleh pendanaan 800 miliar Rupiah

Menyusul pertumbuhan positif yang didapat satu tahun sebelumnya, pada pertengahan tahun 2021 lalu Ruangguru mengantongi pendanaan senilai $55 juta (lebih dari 800 miliar Rupiah) dipimpin Tiger Global Management. Putaran ini adalah lanjutan dari seri C yang diumumkan pada 2019 lalu, dipimpin oleh General Atlantic dan GGV Capital.

Secara valuasi, menurut sumber data yang kami dapat, saat ini kisarannya sudah mendekati status “unicorn”. Menjadikan Ruangguru startup pendidikan paling bernilai di negara ini.

Disampaikan lebih jauh dalam rilis pendanaan yang kami terima, dengan dengan peningkatan adopsi pembelajaran online yang dipercepat oleh pandemi Covid-19 global, Ruangguru telah mendorong pertumbuhan volume pengguna yang signifikan sepanjang tahun 2020.

Gerak lincah Ruangguru juga dimaksimalkan dengan ekspansi. Mereka masuk ke Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya.

Sesuaikan layanan

Turut disampaikan, langkah selanjutnya yang akan dilakukan Ruangguru adalah menggencarkan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen pasca-pandemi. Salah satunya dengan fokus menyajikan hybrid learning memanfaatkan layanan aplikasi dan ruang belajar offline di Ruangguru Learning Centers. Saat ini tempat pembelajaran tersebut sudah memiliki 100+ cabang d berbagai kota.

Strategi serupa juga diterapkan rival Ruangguru, yakni Zenius. Setelah sempat melakukan layoff yang cukup masih pada Mei 2022 lalu, perusahaan mengatakan komitmennya untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih sesuai dengan tren masyarakat saat ini. Salah satunya dengan mengoptimalkan jaringan Primagama yang tersebar di berbagai lapis kota.

Edtech memang cukup terakselerasi akibat pandemi. Namun adaptasi cepat yang dilakukan masyarakat kadang masih bersifat “prematur”. Transformasi yang harusnya dilakukan secara bertahap, dipaksa untuk diadopsi secara penuh. Akibatnya ada pengalaman belajar yang dirasa kurang, akibat gap yang belum bisa dijembatani — misalnya terkait kebiasaan belajar sampai terkait hal-hal teknis.

Di titik ini bukan berarti edtech dianggap tidak relevan lagi, melainkan harus mencari cara baru untuk menghadirkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan. Persis apa yang diyakini Belva dan Iman:

“Kami tetap sangat optimis dengan prospek dan posisi unik yang dimiliki oleh Ruangguru di sektor teknologi pendidikan di Indonesia […] Kami yakin dengan terus bekerja secara efektif dan efisien, kita akan keluar dari tantangan ekonomi global ini lebih kuat dan tangguh dari sebelumnya.”

Bagaimana Kalananti Ajarkan Bahasa Pemrograman secara Menyenangkan untuk Anak

Jauh sebelum Kalananti diakuisisi  Ruangguru, Ahmad Syahid Zakaria (CEO Kalananti) punya mimpi ingin merintis usaha sendiri yang ia senangi di dunia pendidikan. Syahid pun mendirikan bisnis bimbel privat pada 2015 yang sukses berjalan selama hampir tiga tahun, sembari menyelesaikan kuliah.

Saat menyusun skripsi, ia mendapati ilmu yang menyatakan kemampuan kognitif itu memiliki sangkut-paut dengan pendidikan dan ketenagakerjaan. Kondisi ini mengafirmasi bahwa bimbel privat bukanlah solusi, sebab yang ingin ia kejar adalah mengeksplorasi metode belajar yang baru.

Secara terpisah, mengutip dari jurnal ilmiah yang disusun oleh Romer (1990) berjudul “Endogeneour technological change: Journal of Political Economy“, ada beberapa beberapa aspek penting yang berkontribusi terhadap terhadap pertumbuhan, yaitu investasi pada SDM, inovasi, dan ilmu pengetahuan.

Sumber daya manusia erat kaitannya dengan pendidikan dan standar hidup. Pada tingkatan individu, investasi modal manusia (human capital) suatu negara dapat diperoleh dengan cara meningkatkan kemampuan kognitif (potensi intelektual) dan nonkognitif (sosial dan emosional) manusia yang ada di dalamnya.

Lebih lanjut, menurut Olaniyan & Okemakinde (2008) dalam jurnal “Human capital theory: Implications for educational development”, keterampilan kognitif sangat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas produksi suatu negara. Perbedaan pertumbuhan ekonomi antar negara erat berkaitan dengan keterampilan kognitif yang diukur dengan penilaian internasional (matematika dan sains).

Keterampilan kognitif ini dapat sedikit menutup ketimpangan antara negara maju dan negara berkembang. Sebab secara umum terjadi kekurangan keterampilan kognitif di negara berkembang karena lebih mementingkan kuantitas daripada kualitas pendidikan.

“Permasalahannya ada direlevansi materi dan keterampilan yang dikerjakan. Ide tersebut melahirkan program Kalananti yang saat itu masih embedded di bimbel. Saat develop MVP, peminatnya banyak. Lalu kita banyak trial dan ngobrol dengan para orang tua untuk melihat secara real dari sudut pandang mereka. Orang tua itu khawatir mau bekelin apa buat anaknya nanti,” ucapnya saat dihubungi DailySocial.id.

Program Kalananti semakin diseriusi seusai Syahid lulus kuliah, bersama teman-temannya di Teknik Industri, Universitas Indonesia yang sama-sama tertarik di dunia pendidikan. Awalnya tim Kalananti ada enam orang, bak seleksi alam, tersisa empat orang. Mereka adalah: Ghassani Shabrina (Head of BizOps), Aldeina Putriandita (Head of Academics), Fairuz Qalbi Andara (Head of Marketing), dan Ahmad Syahid Zakaria (Headmaster/CEO).

Selanjutnya, mulai dari 2019 Kalananti perlahan memperkenalkan konsepnya lewat program belajar akhir pekan, sepulang sekolah, kolaborasi dengan brand dan sekolah, sampai akhirnya sepenuhnya berjalan online semenjak pandemi, hingga dilirik Ruangguru dan kemudian diakuisisi penuh pada Maret 2022.

Proses riset Kalananti

Awalnya perjalanan Kalananti didasarkan dari bahan skripsi yang kemudian dijadikan jurnal ilmiah oleh Syahid. Ia melakukan penelitian di lapangan untuk mendapatkan perspektif bagaimana mengembangkan media pembelajaran yang bisa mengajarkan materi yang cukup kompleks untuk masyarakat awam. Fokus yang diambil adalah mengajarkan design thinking yang ada di korporat untuk anak.

“Ternyata percobaannya berhasil berjalan karena untuk beberapa kasus untuk framework di coding atau programming, ternyata hal-hal tersebut hadir bukan untuk pengetahuan, tapi sebagai mindset. Dalam taraf minimalnya, bagaimana kita mampu mengajarkan mindset-nya, belum sampai ke hard skill.”

Ia melanjutkan, saat canvassing ternyata ditemukan bahwa design thinking tidak perlu harus masuk ke level berikutnya, yakni entrepreneurship. Tapi dalam dunia entrepreneurship, ada pembelajaran lainnya yang dapat disortir menjadi sesuatu yang tematik dan bisa diajarkan ke anak-anak.

Kalananti harus melakukan pivot hingga tiga kali sampai akhirnya menemukan titik MVP-nya. Awalnya Kalananti memiliki tiga solusi begitu berdiri sendiri sebagai startup edtech, yakni Kids Coder, Little Problem Solver, dan Future Leader.

Untuk Future Leader, konsepnya mirip seperti Kidzania, anak diajak simulasi menyelesaikan masalah di masa depan dengan profesi yang mereka pilih. Sesi ini berjalan secara offline dan interaktif karena anak bebas memakai kostum, namun tidak berjalan efektif ketika di-convert menjadi online.

Kondisi inilah yang menimpa Kalananti ketika terjadi pandemi. Dari ketiga solusi, hanya Kids Coder yang dipertahankan hingga kini. Lantaran, pembelajarannya dapat dilakukan sepenuhnya secara online.

Sebelumnya, dari tiga solusi yang ditawarkan di atas, masing-masing didesain dengan kebutuhan anak. Misalnya, Kids Coder ini berfokus pada kursus coding dengan pendekatan berbasis proyek, untuk memperkenalkan keterampilan digital dan teknologi dengan membuat kreasi digital.

Sementara, Little Problem Solver berfokus pada pembelajaran masalah (PBL) untuk mengembangkan keterampilan belajar dan inovasi dengan menyelesaikan studi kasus. Terakhir, Future Leader adalah program pembangunan karakter untuk melatih kecakapan hidup dan karier dengan menggunakan aktivitas stimulasi dan pendekatan praktikal.

“Ketika program coding ini disimulasikan ke online, lebih cepat pertumbuhannya. Akhirnya kami pivot ke sana. Dalam setahun tumbuh lima kali lipat, lalu di awal tahun 2022 tumbuhnya lebih cepat lagi setelah gabung di Ruangguru.”

Saat ini dari tiga solusi awal yang ditawarkan, Kalananti kini hanya memfokuskan pada satu bidang saja yaitu coding untuk mempersiapkan anak menjadi pemimpin inovasi digital berikutnya (Future Digital Innovator). Coding, menurut Syahid, merupakan alat untuk mengasah kemampuan logika dan problem solving. Misalnya, ketika anak menemukan bug dalam programnya ia akan terpacu untuk mengidentifikasi masalah dan merumuskan solusinya.

Sistem edukasi di Kalananti, sambungnya, dibangun atas tiga fondasi utama, yaitu keterampilan, pengetahuan, dan karakter abad-21. Ketiganya diturunkan menjadi konsep materi dan penilai, untuk selanjutnya dirancang menjadi sebuah learning journey. Keseluruhan pembelajaran ini dikemas melalui berbagai jenis tema yang seru dan menarik bagi anak usia 6-12 yang menjadi target murid di Kalananti.

Program pendidikan

Dalam detail program di Kalananti, selain coding, juga mengasah keterampilan masa depan 4C (Communication, Collaboration, Critical Thinking, Creativity), dan membantu membangun karakter dan kepribadian digital. Dalam aktivitas coding, anak akan diasah kemampuan berpikir komputasinya dalam memahami berbagai konsep dasar pemrograman melalui tutorial, eksperiman kode, dan aktivitas unplugged.

Sementara untuk aktivitas inovasi, anak akan mengembangkan kemampuan berinovasinya dalam membuat proyek coding secara mandiri dengan melakukan ideation, serta mengimplementasikannya. Seluruh aktivitas belajar mengajar di Kalananti melalui kelas online yang secara langsung (live class) digelar oleh guru.

Beda dengan edtech lainnya yang menggunakan pre-recorded, menurut Syahid, proses belajar coding membutuhkan interaksi, tidak bisa tutorial dilakukan secara mandiri oleh anak. “Dalam coding itu ada debugging, dari semua arahan coding yang diberikan, pasti enggak selalu berjalan lancar. Itu dibutuh interaksi langsung antara murid dengan guru.”

Kalananti menyediakan dua jenis kelas untuk anak, yaitu kursus dan bootcamp (short course). Untuk kursus, anak akan belajar mendalami konsep programming dan problem solving, durasinya lebih panjang hingga 18 level berjenjang, terbagi menjadi tiga jenis level: Maker, Creator, dan Inventor. Makin tinggi levelnya, makin banyak pula sesi belajar yang harus diselesaikan.

Misalnya, untuk Maker yang mempelajari Visual Programming memerlukan 72 sesi pertemuan terdiri dari enam level. Keterampilan yang akan dipelajari adalah Digital & Technology Skill, Learning & Innovation Skills, dan Life & Career Skills.

“Enam level pertama belajar soal fundamental, kemudian enam level berikutnya soal task programming, dan terakhir pengaplikasian, bisa ke robotic atau sebagainya. Fase ketiga ini arahnya membuat karya nyata. Ketiga fase ini disediakan karena enggak semua anak mau hard skill, tapi anak zaman sekarang itu sudah tertarik dengan digital dari kecil, namun perlu difasilitasi.”

Perangkat yang dibutuhkan adalah tablet/laptop/PC yang terpasang web-browser/aplikasi terkait, Zoom, dan dapat mengoperasikan perangkat yang digunakan. Kelas live akan digelar sekali dalam satu minggu, murid dapat mengakses materi tambahan di luar kelas dan dokumentasi kelas. Lalu, akan mendapat sertifikat dan laporan perkembangan anak setiap kenaikan level.

Sementara di Bootcamp, ada tiga aktivitas yang akan dilakukan: Game Coding Bootcamp (membuat game), Future Jobs Bootcamp (mengenalkan cita-cita masa depan), dan Holiday Bootcamp. Dalam program tersebut, anak dapat mengeksplorasi berbagai keterampilan baru. Di Future Jobs misalnya, anak diajak untuk mempelajari dan melakukan simulasi pekerjaan berbasis STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, dan Mathematics) yang diprediksikan akan menjadi tren pekerjaan di masa depan.

Syahid menerangkan, metrik yang ingin dicapai dari seluruh materi pembelajaran yang diajarkan secara berjenjang, yakni pengetahuan, keterampilan, dan karakter. Pengetahuan ini bicara soal mempelajari programming dari konsep dasar, lalu keterampilan tidak hanya bicara soal coding tapi skill teknologi dan bagaimana logika berpikirnya. Terakhir, bagaimana membicarakan penggunaan teknologi untuk mengatasi hoaks dan sebagainya.

Adapun untuk mengevaluasi output dari hasil pembelajaran anak, Kalananti menggunakan 4 level model evaluasi training oleh Kirkpatrick: Reaction, Learning, Behavior, dan Result. Tapi di Kalananti hanya pakai tiga level bagian teratas saja, Result tidak termasuk. “Untuk Reaction kita ukur reaksi harian dari anak untuk gurunya, jadi ada rating dengan skala tertinggi 5. Apakah mereka happy selama di kelas. Jadi semua feedback ini kita ambil dengan cara kualitatif.”

Sementara untuk level Behaviour, menantang anak apakah bisa membuat sebuah game dari nol berdasarkan learning plan yang disampaikan di kelas. Karena di Kalananti mengajarkan konsep design thinking, tidak menggunakan pembelajaran dengan cara tutorial yang berdampak hanya untuk jangka pendek, maka apakah anak bisa mengerjakan tugasnya dengan lancar.

“Kalau tutorial jadinya short term, anak jadi hanya ingat urutan saat disuruh mengulang untuk konteks game yang sama. Tapi kami ajarkan mulai dari konsep, dan bersifat project based, mulai dari nol pun akan terbiasa. Sebab yang bisa kami kontrol dari anak apakah dari konsepnya benar atau tidak.”

Diklaim pada 2020 sejak sepenuhnya pivot ke digital, Kalananti telah dipercaya oleh lebih dari 3 ribu orang tua untuk mendidik anak mereka. Angka tersebut dicapai dalam waktu dua tahun, sebelum resmi diakuisisi Ruangguru. Pertumbuhan pengguna Kalananti langsung melonjak naik, untuk bulan Juni 2022 saja tercatat ada penambahan 500 murid baru.

“Kami ingin terus tumbuh dan melakukan banyak inovasi bersama Ruangguru, termasuk meningkatkan kualitas dan penilaian yang akan kita rombak lagi. Tenaga guru di Ruangguru akan dilatih juga agar dapat mengajarkan kelas coding Kalananti, jadi mereka bisa terampil dalam banyak hal.”

Untuk menarik lebih banyak pengguna, ia juga menekankan biaya belajar yang terjangkau oleh para orang tua. Syahid beralasan, karena saat ini kebutuhan belajar coding masih bersifat tersier, di sisi lain keahlian ini akan dibutuhkan di masa depan maka aksesnya perlu dipermudah.

Bersama Ruangguru, kini Kalananti memiliki bala bantuan sumber daya manusia yang memadai dari sebelumnya hanya 10 orang untuk mengeksplorasi rencana berikutnya. Syahid menyampaikan, pihaknya ingin terus mendalami bahasa pemrograman agar semakin ramah di telinga orang Indonesia. Sebab, ke depannya bahasa ini akan menjadi bahasa baru yang menyaingi bahasa Inggris karena semakin eratnya hubungan manusia dengan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.

“Karena materi yang ada di Kalananti itu belum ada dari 10% dari keseluruhan bahasa pemrograman. Banyak rencana yang akan kami lakukan untuk itu, misalnya mengadakan bootcamp secara bulanan untuk memfasilitasi orang tua yang sangat engage dengan Kalananti,” tutupnya.

Ruangguru Umumkan Akuisisi Schoters dan Kalananti, Perluas Ekosistem Produk

Ruangguru mengumumkan akuisisi penuh terhadap dua startup edtech, Schoters dan Kalananti, dengan nominal dirahasiakan. Kedua startup ini akan melengkapi rangkaian ekosistem produk K-12 di Ruangguru, masing-masing petinggi tetap fokus pada solusi yang mereka tawarkan untuk para pengguna Ruangguru.

“Kami baru akuisisi Kalananti dan Schoters, selama ini kurikulum di Ruangguru untuk bantu siswa masuk PTN dan PTS. Dengan Schoters, yang mau kuliah di luar negeri untuk S1, S2, dan dapat dapat beasiswa bisa dibantu. Schoters jadi yang terbesar di Indonesia untuk bimbingan seperti ini,” ujar Co-founder dan CEO Ruangguru Belva Devara dalam konferensi pers yang diadakan kemarin (4/7).

Secara terpisah, kepada DailySocial.id, masing-masing petinggi Schoters dan Kalananti memberikan pernyataannya. Co-founder dan CEO Schoters Radyum Ikono menuturkan penjajakan akuisisi sebenarnya sudah dilakukan pada November 2021, tapi kesepakatannya baru kelar pada akhir Juni ini. Setelah akuisisi, proses bisnis di Schoters tidak akan berubah secara signifikan, bahkan merek Schoters tetap akan ada untuk menjamah pengguna baru di luar ekosistem Ruangguru.

Solusi Schoters akan tersedia di platform Ruangguru dan diakses oleh seluruh pengguna yang membutuhkan solusi tersebut. “Kita jadi part of ecosystem Ruangguru. Ini yang menarik karena selama ini kan kita bimbing anak SMA yang mau kuliahi di luar negeri. Ruangguru punya pengguna anak SMA se-Indonesia, sementara kami startup terbatas, begitu gabung, semua anak SMA bisa kita approach,” kata Ikono.

Sejak beroperasi di 2018, Schoters mengklaim berhasil membantu kelulusan ribuan pelajar Indonesia ke lebih dari 400 universitas di 43 negara, termasuk Cornell University, University of College London, Nanyang Technological University, hingga Harvard University. Juga, membantu pelajar mendapatkan ratusan beasiswa dan angka pertumbuhan pengguna lebih dari 500% pada 2020-2021.

Solusi Schoters tidak hanya menawarkan konsultasi dan bimbingan pendaftaran kuliah, tapi juga kelas bahasa asing, persiapan dokumen, hingga membantu mencari akomodasi.

Sementara itu, proses akuisisi Kalananti sebenarnya sudah rampung sejak akhir Maret 2022. Setelah itu, keduanya langsung tancap gas kolaborasi bisnis. “Produk utama kita adalah keterampilan masa depan, salah satunya adalah coding. Banyak orang tua merasa itu sangat relevan, makanya banyak yang anggap coding adalah produk unggulannya. Kita diakuisisi ya karena produk coding itu sendiri,” ucap CEO Kalananti Ahmad Syahid Zakaria.

Syahid melanjutkan, setelah bergabung di Ruangguru, ia dan tim akan fokus pengembangan produk pembelajaran coding untuk anak karena kini memiliki sumber daya yang lebih lebar, tidak seperti sebelumnya. Sebenarnya, selain coding, Kalananti punya beberapa produk edukasi lainnya, namun yang akan menjadi fokus untuk beberapa waktu ke depan adalah coding sebelum kembali menyeriusi produk lainnya.

“Kami mau mengerucutkan ke satu produk untuk mature. Sebelum gabung ke Ruangguru, yang belum bisa kita optimize itu marketing and sales-nya, itu akan terbantu banget dari sisi kami. Makanya sekarang kita mau ke product development ke produk unggulan kita, nanti diversifikasi lagi ke produk yang lainnya.”

Sebagai catatan, Kalananti merupakan startup edtech yang sudah berdiri secara resmi pada 2020. Startup ini fokus menyediakan kursus coding dan inovasi untuk anak usia 5-12 tahun, mengeksplorasi berbagai keterampilan di masa dengan cara menyenangkan melalui program seru.

Kalananti menggunakan pendekatan blended learning yang berfokus pada konsep dan kompetensi. Untuk program ScratchJr misalnya, yang diperuntukkan untuk usia 5-6 tahun, anak akan dikenalkan coding dengan membuat game/animasi di aplikasi ScratchJr, tidak perlu sudah baca tulis. Aplikasi ini memungkinkan orang tua mengasah logika dasar coding secara sederhana dengan warna dan ikon.

Pembaruan fitur di Ruangguru

Hal lainnya yang disampaikan dalam konferensi pers adalah produk baru dan fitur pendukung dalam rangka menyambut tahun ajaran baru. Salah satu yang ditekankan adalah kehadiran Ruangguru for Kids, ekosistem belajar terpadu untuk mengembangkan potensi dan kemampuan akademik dan non-akademik anak sejak dini.

Dalam platform ini, tersedia berbagai pilihan moda dan bidang belajar bagi anak usia 3-12 tahun, mulai dari bahasa, coding, baca, tulis dan hitung, hingga sekolah online. Kalananti dan Alta School masuk melengkapi solusi tersebut, berikutnya Dafa Lulu, yakni platform pembelajaran interaktif dan beranimasi untuk siswa SD kelas 1-6, menggabungkan materi belajar dengan storytelling dan gamifikasi.

Platform Dafa Lulu ini dilengkapi dengan fitur Zona Berlatih, zona khusus untuk belajar melalui berbagai permainan edukasi menarik, Dafa Lulu Live, untuk belajar bersama guru secara live dan interaktif menggunakan konten Dafa Lulu. Di luar Ruangguru for Kids, perusahaan juga mengumumkan tambahan fitur untuk Adapto, video belajar adaptif yang alurnya dapat menyesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa, dinamai Adapto X.

Adapto itu sendiri sudah dirilis sejak tahun lalu. Di dalam Adapto X, fitur ini menggunakan simulasi dan permainan interaktif, menekankan aspek penerapan secara proaktif untuk membantu siswa memahami materi pelajaran dengan lebih mudah. Terakhir, adalah UTBK Center, platform persiapan seleksi masuk PTN untuk pelajar SMA. Seluruh aspek yang diperlukan untuk persiapan UTBK, mulai dari countdown jadwal UTBK, persebaran materi dan strategi belajar, latihan soal, analisis peluang lolos UTBK, hingga info universitas dan program studi.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Rilis Versi Situs Web, Permudah Siswa Akses Materi Tanpa Aplikasi

Ruangguru meresmikan Ruangbelajar web, versi situs untuk permudah pelajar dari jenjang SD hingga SMA/K mengakses seluruh konten Ruangguru. Sebelumnya, Ruangguru baru bisa diakses melalui aplikasi mobile.

Ruangbelajar Web ini hadir untuk para pengguna yang sebelumnya mengalami keterbatasan saat menggunakan versi aplikasi Ruangguru. Sebab, aplikasi Ruangguru tidak dapat didukung saat diakses melalui Google Chrome dan belum optimal jika diakses melalui tablet. Pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi apapun untuk mengakses materi belajar.

Saat ini, pengguna dapat mengakses Ruangbelajar Web melalui laptop dengan sistem operasi apa pun, mulai dari Mac, Windows, Chromebook, ataupun tablet dan smartphone. Seluruh preferensi pengguna saat belajar kini dapat diakomodasi oleh Ruangbelajar Web.

“Kebutuhan pengguna selalu menjadi pertimbangan utama kami dalam proses pengembangan produk. Kami menghadirkan Ruangbelajar Web dengan tujuan mengakomodasi kebutuhan dan preferensi pengguna yang bervariasi, termasuk pilihan perangkat untuk belajar. Melalui Ruangbelajar Web, kami juga ingin memberikan opsi platform belajar yang mudah digunakan, baik bagi pengguna lama maupun baru,” ucap AVP K12 Product Ruangguru Stephanie Hardjo dalam keterangan resmi, Jumat (1/7).

Dia melanjutkan, sebagai edtech, perusahaan akan terus berinovasi menghadirkan pengalaman belajar yang optimal bagi penggunanya. Ke depannya, akan lebih banyak inovasi, baik berbentuk produk maupun program, khususnya untuk menyambut momen tahun ajaran baru.

Akses jaringan terbatas

Menurut tulisan yang dimuat di blog Bank Dunia, ekonomi digital yang berfungsi dengan baik membutuhkan akses internet yang luas dan berkualitas tinggi. Meskipun penggunaan internet di Indonesia telah meningkat hampir empat kali dalam dekade terakhir, setengah dari populasi orang dewasa Indonesia masih belum dapat mengakses internet.

Selain itu, hampir semua pengguna internet di Indonesia mengakses melalui perangkat seluler. Meskipun internet seluler (3G/$G/LTE) menjadi layanan yang paling banyak digunakan, tapi kualitasnya masih tidak setara dengan internet kabel, baik dalam hal kapasitas, kualitas layanan, kinerja bandwidth, dan efisiensi biaya.

Aktivitas belajar jarak jauh selama pandemi Covid-19, menyoroti keterbatasan internet seluler di mana jutaan siswa dan guru di seluruh Indonesia merasa bahwa paket data seluler mereka tidak memadai dan sangat mahal. Akses internet berkualitas tinggi seperti ini menghambat masyarakat dalam menggali kemampuan produktifnya untuk memetik manfaat ekonomi digital sepenuhnya. Hal ini memberikan dua tantangan utama, yaitu bagaimana membuat akses internet kabel menjadi universal dan meningkatkan kualitas internet.

Meningkatkan cakupan jaringan serat optik adalah solusi yang penting, namun tidak cukup. Di saat investasi oleh penyedia layanan swasta, bersama dengan proyek-proyek pemerintah seperti Palapa Ring untuk meningkatkan konektivitas dan ketersediaan layanan di seluruh kabupaten di Indonesia, ternyata jumlah pelanggan internet tidak meningkat secara paralel. Hanya 26% rumah yang memiliki akses ke penyedia internet kabel yang berlangganan layanan ini.

Rendahnya tingkat berlangganan sebagian besar disebabkan oleh masalah biaya dan kualitas. Harga paket data seluler Indonesia relatif terjangkau dibandingkan dengan paket serupa di negara tetangga, namun hal ini tidak berlaku pada paket internet kabel.

Dalam peringkat ITU 2019 untuk biaya berlangganan internet kabel, Indonesia berada di peringkat 131 dari 200 negara dan wilayah yang diamati dalam hal keterjangkauan biaya. Hal ini menegaskan bahwa Indonesia adalah salah satu pasar internet kabel yang paling mahal. Hampir separuh rumah tangga Indonesia (44%) menyebut biaya tinggi sebagai alasan utama mereka tidak berlangganan layanan internet kabel.

Selain biaya yang mahal, kualitas layanan internet di Indonesia termasuk yang terendah dibandingkan dengan negara tetangga di ASEAN. Indonesia mencatat kecepatan download internet seluler paling lambat kedua (17,24 Mbps), sedikit di atas Kamboja (16,4 Mbps). Untuk kecepatan internet kabel, Indonesia paling lambat ketiga di ASEAN, setelah Kamboja dan Myanmar.

Oleh karenanya, saat mengakses internet, apalagi untuk pembelajaran jarak jauh butuh dukungan platform yang dapat diakses melalui berbagai metode. Situs itu sendiri jauh lebih simpel, bahkan lebih ringan dibandingkan aplikasi laptop. Hal ini mengingat aplikasi laptop memiliki kustomisasi fitur yang unik, sehingga kebutuhan penyimpanan data pengguna dan aktivitasnya pun jauh lebih kompleks membutuhkan server yang jauh lebih besar, sekelas cloud hosting.

Application Information Will Show Up Here

Kopi Kenangan Jadi Unicorn, Ini Deretan Startup Centaurs 2021 yang Siap Menyusul

Daftar startup centaurs Indonesia 2021 mengalami pengurangan anggota dengan keluarnya Kopi Kenangan, yang 27 Desember lalu telah masuk ke dalam jajaran unicorn.

Sebutan centaur sendiri diartikan sebagai “calon unicorn” atau “adiknya unicorn” yakni para startup yang memiliki nilai perusahaan antara $100 juta (Rp1,4 triliun) dan $1 miliar (Rp14 triliun).

Dalam catatan tahunan DailySocial.id, per November 2021 Indonesia memiliki 50 startup (masih termasuk Kopi Kenangan) dengan 4 diantaranya berhasil masuk dalam posisi top 10 investasi startup terbesar sepanjang 2021.

Lantas startup mana saja yang masuk dalam jajaran startup centaurs 2021?

Di bawah ini DailySocial telah rangkumkan 7 diantara 50 startup centaurs 2021:

1. SiCepat

Berdiri sejak tahun 2014, PT SiCepat Ekspres yang menawarkan jasa layanan logistik pada Maret 2021 lalu merampungkan penggalanan dana Seri B dengan nilai total $170 juta atau 2,44 triliun Rupiah. Putaran pendanaan tahap Seri B ini diklaim terbesar di Asia Tenggara.

Investor yang turut berpartisipasi dalam adalah Falcon House Partners, Kejora Capital, DEG (Lembaga Keuangan Pembangunan Jerman), Penjamin asuransi berbasis di Asia, MDI Ventures, Indies Capital, Pavilion Capital (anak perusahaan Temasek Holdings), Tri Hill, dan Daiwa Securities.

Dana segar ini direncanakan akan digunakan untuk memperkokoh kedudukan SiCepat sebagai penyedia layanan logistik. Dari total pendanaan yang fantastis ini juga, Per November 2021 SiCepat berhasil menduduki posisi ke-5 dari 10 investasi startup terbesar 2021.

2. Vidio

Salah satu platform OTT lokal terbesar dengan 62 juta pelanggan, Vidio, pada November 2021 lalu memperoleh pendanaan eksternal pertama mereka senilai $150 juta (Rp2,1 triliun) dari Affinity Equity Partners (Affinity), ekuitas swasta terbesar di Asia.

Perusahaan yang menawarkan program langsung dan video on demand, termasuk serial orisinil, film lokal/internasional, dan pertunjukan langsung ini sebelumnya dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM).

Total pendanaan ini berhasil membawa Vidio di posisi ke-6 dari top 10 Investasi startup terbesar Indonesia 2021.

3. Ula

Perusahaan startup yang fokus membantu UMKM ini sempat menjadi perbincangan hangat karena berhasil menggaet VC besutan pendiri Amazon Jeff Bezos, Bezos Expeditions, pada tahap putaran Seri B. Tak hanya itu, tapi juga investor terkemuka lainnya seperti Northstar Group, AC Ventures, Citius, Prosus Ventures, Tencent, dan B Capital dengan total pendanaan sebesar $87 miliar.

Belum usai, November lalu Ula kembali mengumumkan perolehan dana segar tambahan untuk Seri B ini sebesar $23,1 juta (lebih dari 328 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Tiger Global dan Co-founder Flipkart Binny Bansal.

Bila dihitung, total dana yang didapat Ula sepanjang November 2021 ini sebesar $130.1 juta, menjadikan Ula sebagai startup ke-7 dalam top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021.

4. Bibit

Berfokus pada aplikasi investasi reksadana daring yang mudah bagi pemula, Bibit yang sejak 2019 telah diakuisisi Stockbit ini menempati posisi ke-9 dalam urutan top 10 investasi terbesar startup Indonesia 2021. Bibit berhasil mengantongi $95 juta per November 2021.

Sebelumnya, pada Mei 2021 Bibit mendapatkan $65 juta atau setara 938 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India.

5. Ruangguru

Didirikan oleh mantan staf khusus Presiden Jokowi, Belva Devara, startup edtech Ruangguru menempati posisi ke-20 dari daftar investasi startup indonesia 2021 dengan perolehan total pendanaan sebesar $55 juta per November ini.

Selain hadir di Indonesia, Ruangguru juga masuk memperluas pasar ke negara Thailand dengan memakai brand StartDee pada 2020, setelah hadir di Vietnam dengan brand KienGuru pada setahun sebelumnya.

6. Halodoc

Startup centaur selanjutnya adalah platform aplikasi kesehatan Halodoc yang memperoleh pendanaan sebesar $80 juta per November 2021 ini. Menjadikan Halodoc berada di urutan 12 dalam investasi terbesar startup Indonesia 2021.

Dana ini dihasilkan dari putaran pendanaan Seri C yang dipimpin oleh Astra International, Temasek, Telkomsel Mitra Inovasi, Novo Holdings, Acrew Diversify Capital Fund, Bangkok Bank serta beberapa investor terdahulu seperti salah satunya Blibli Group.

7. Sociolla

Sociolla, perusahaan beauty-tech yang masih tergolong dalam kategori centaurs terakhir dalam rangkuman ini berhasil mengantongi $57 juta per November 2021.

Diketahui Sociolla sedang mengoptimalkan konsep omnichannel. Sepanjang tahun ini Sociolla meresmikan 10 gerai baru yang tersebar di berbagai kota besar Indonesia. Langkah ini dikatakan Sociolla sebagai rangkaian pasca ekspansi internasional perdananya ke Vietnam pada Oktober lalu.

 

Melihat perkembangan pendanaan startup centaurs sepanjang 2021 ini yang menggelontorkan dana besar bagi startup-startup untuk terus tumbuh, tidak mustahil dalam satu tahun kedepan startup centaur ini banyak yang mengikuti jejak Kopi Kenangan.

Untuk melihat daftar startup centaurs lainnya dan urutan total perolehan pendanaan masing-masing startup centaurs 2021 dapat Anda simak dalam laporan tahunan “DailySocial.id Annual Report 2021” di tautan berikut https://annual.dailysocial.id/

***

Disclosure: Artikel ini ditulis oleh Deva Alyaning Tyas

Ruangguru Dukung Peluncuran Sekolah Online “Alta School”

Pembatasan akibat pandemi memaksa institusi pendidikan untuk turut beradaptasi. Selama beberapa bulan terakhir, berbagai sekolah di Indonesia untuk semua jenjang, mengubah model pembelajaran dari tatap muka menjadi daring. Walaupun awalnya menyulitkan guru, siswa, dan bahkan orang tua; namun pada akhirnya ditemukan model yang cukup optimal untuk penyampaian materi secara online.

Melihat tren pembelajaran online yang kini menjadi hal yang lumrah, bahkan dipilih beberapa orang tua untuk meminimalkan risiko terkena virus, Alta School hadir sebagai sekolah online. Terkait jenjang dan standardisasi yang diterapkan setara dengan sekolah konvensional pada umumnya. Mereka menjamin, kurikulum yang disampaikan mengakomodasi kebutuhan perkembangan anak baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik.

Didukung teknologi Ruangguru

Alta School telah membuka pendaftaran bagi peserta didik baru untuk usia 4 tahun di jenjang PAUD dan 6 tahun untuk jenjang SD. Pihaknya mengatakan, sekolah ini diluncurkan dengan memprioritaskan aspek kesiapan guru, kurikulum pendidikan, serta metode pembelajaran live teaching interaktif, dan aktivitas mandiri yang terpersonalisasi.

Untuk menunjang kebutuhan ruang kelas online yang optimal, Alta School secara khusus menggandeng Ruangguru untuk memanfaatkan platform Learning Management System (LMS) milik mereka “Ruangkelas”. LMS Ruangkelas menyajikan beberapa kapabilitas, seperti mengatur kelas, daftar hadir, mengelola materi/tugas, diskusi kelas, hingga penilaian dan analisis perkembangan siswa.

Pada dasarnya LMS ini bisa diaplikasikan sekolah-sekolah di luar sana; hingga saat ini dari data Ruangguru disampaikan ada sekitar 12 ribu sekolah yang sudah memanfaatkannya.

Terkait kemitraan strategis antara dua pihak, perwakilan Ruangguru menyebutkan mereka tidak terlibat secara langsung dalam operasional Alta School. Meskipun demikian, berdasarkan penelusuran DailySocial.id, sejumlah pegawai Alta School di LinkedIn menyebut dirinya sebagai bagian dari Ruangguru atau menggunakan nama perusahaan “Alta School by Ruangguru”.

“Akses Ruangkelas yang dihadirkan sebagai sistem kelola belajar utama di Alta School, akan mempermudah guru dalam mengatur kegiatan belajar mengajar secara online, sehingga siswa dapat mengikuti rencana belajar yang sudah ditentukan dengan baik, untuk tetap belajar secara efektif,” ujar Head of Corporate Communication Ruangguru Anggini Setiawan.

Terapkan metode blended learning

Sejak meluncur pada bulan Juli 2021, hingga kini Alta School telah memiliki ratusan murid mulai dari jenjang PAUD A (anak usia 4 tahun), PAUD B (anak usia 5 tahun), hingga siswa SD kelas 1 s/d 3. Mengusung metode blended learning, aktivitas pembelajaran mengedepankan konsep live teaching interaktif dan adaptif dibantu dengan memaksimalkan pembelajaran visual. Live teaching di Alta School memiliki frekuensi hingga 6 kali seminggu.

“Selain itu, live teaching di Alta School juga dikombinasikan dengan aktivitas mandiri bagi siswa. Materi yang diberikan di Alta School setara dengan sekolah nasional, dan pembelajarannya setara dengan sekolah konvensional, jadwal waktu belajar juga bersifat fleksibel,” jelas Kepala Sekolah Alta School Devi Silviaty Gunawan.

Ia melanjutkan, “Pada usia dini, anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan membutuhkan pola belajar dengan contoh konkret. Pada tahap ini pula, rasa percaya diri anak perlu mulai dibangun dengan memberikan rasa aman dan menyenangkan saat belajar.”

Secara keseluruhan aktivitas yang ditawarkan meliputi live teaching, homebase project, offline activity with parent, tutoring class, kelas add on, life skill education, learning kit serta berbagai fasilitas lainnya untuk mempersiapkan siswa dalam menghadapi tantangan abad 21.

Pembelajaran online selama pandemi

Dalam laporan World Economic Forum tercatat di seluruh dunia saat ini ada lebih dari 1,2 miliar anak di 186 negara yang terkena dampak penutupan sekolah karena pandemi.  Sepanjang tahun 2020 lalu pendidikan telah berubah secara dramatis, dengan munculnya platform e-learning, pengajaran dilakukan dari jarak jauh pada platform digital.

Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa rata-rata, siswa mampu mempertahankan materi 25-60% lebih banyak saat belajar online dibandingkan dengan hanya 8-10% secara offline di kelas [dengan asumsi alat dan media ajar disiapkan secara optimal]. Salah satu alasannya adalah, siswa dapat belajar lebih cepat secara online. Konsep e-learning membutuhkan 40-60% lebih sedikit waktu untuk belajar daripada di ruang kelas tradisional karena siswa dapat belajar dengan kecepatan mereka sendiri, kembali dan membaca ulang, melewatkan, atau mempercepat melalui konsep yang mereka pilih.

Application Information Will Show Up Here