Platform SaaS Nusatalent Garap Pasar Sumberdaya Manusia

Solusi untuk layanan pencarian kerja dan human resource terus diciptakan dan berinovasi untuk menghasilkan proses paling sederhana, efisien dan akurat. Berangkat dari visi tersebut, Nusatalent beroperasi. Nusatalent fokus pada bidang human resource (HR) dengan solusi yang didesain untuk membantu pekerjaan tim HR.

Nusatalent mengembangkan dua buah produk. Pertama adalah layanan head hunting yang dikembangkan untuk membantu tim HR melakukan pencarian kandidat, interview kandidat, dan akhirnya memberikan rekomendasi kepada tim HR kandidat yang cocok.

Produk kedua adalah sebuah perangkat lunak untuk membantu tim HR membuat rencana perekrutan dan menggunakan database NusaTalent untuk mencari kandidat yang cocok dengan filter-filter yang ada.

Chief Strategy Officer Nusatalent Vincentia Sherren kepada DailySocial bercerita, Nusatalent mulai beroperasi sejak Maret 2018 dengan status pendanaan secara bootstrap. Dua produk NusaTalent tersebut menjadi produk unggulan bisnis mereka.

“NusaTalent ada pada tahap bootstrapping dan sedang melakukan pembicaraan dengan beberapa venture capital dan angel investor,” kisah Sherren.

Dengan dua produk unggulannya saat ini, ada dua jenis pengguna yang menjadi target. Pertama mahasiswa yang membutuhkan informasi dan kesempatan magang atau fresh graduate yang sedang mencari pekerjaan. Target kedua adalah perusahaan yang membutuhkan jasa head hunting dan perangkat lunak perekrutan.

Partnership dengan kurang lebih 100 perusahaan dengan total database 5000 mahasiswa,” ujar Sherren tentang capaian mereka saat ini.

Pihak Nusatalent cukup optimis untuk bisa terus bertahan, berkembang, dan diterima masyarakat. Alasannya mereka telah berhasil melewati tahap validasi pasar dan masih berjalan dengan baik. Kini untuk sisa tahun 2018 pihak NusaTalent menargetkan untuk menambah jumlah pengguna mahasiswa yang ada di dalam sistem mereka untuk bisa ditawarkan ke perusahaan yang cocok dan membutuhkan.

“Target dan rencana tahun ini adalah memiliki database kurang lebih 20 ribu mahasiswa untuk dapat disalurkan kepada perusahaan-perusahaan karena kami ingin membantu mahasiswa yang sangat sulit sekali mencari pekerjaan karena persaingan yang ketat,” tutup Sherren.

Perjalanan Delapan Tahun Startup SaaS Bandung NoLimit

NoLimit adalah pengembang SaaS berplatform big data untuk monitor dan analisis media sosial. Startup tersebut mulai didirikan pada tahun 2010. Salah satu produk lamanya yang pernah diliput DailySocial adalah IndSight (Social Media Insight). Seiring waktu, NoLimit kini telah bertransformasi dan mematangkan ragam produk baru, masih seputar pengelolaan media sosial.

Untuk mengetahui lebih lanjut seputar pembaruan NoLimit, kami menghubungi CEO Aqsath Rasyid. Saat ini startup asal Bandung tersebut memiliki tiga pilar produk utama, yakni: (1) NoLimit Dashboard, (2) NoLimit Care, dan (3) Online Loyalty. Sistem dasbor membantu pengguna memantau dan menganalisis informasi yang disajikan dari media sosial. Termasuk memahami konsumen internet (warganet) dan kampanye online yang dilakukan kompetitor.

NoLimit Care menyajikan aplikasi yang membantu bisnis memiliki kanal terpadu untuk mengadakan layanan pelanggan melalui media sosial, termasuk via Facebook, Twitter, Instagram dan aplikasi chatting. Sementara itu Online Loyality adalah platform yang membantu meningkatkan keterlibatan warganet terhadap kampanye online yang dilakukan oleh brand. Saat ini kliennya sudah hadir dari berbagai vertikal industri, mulai dari perusahaan telekomunikasi, logistik, finansial hingga pemerintahan.

Kendati demikian Aqsath mengaku bahwa NoLimit tidak melakukan pivot, justru memperdalam cakupan layanan yang ada sebelumnya.

“Sebenarnya bukan pivot, justru kami melebar jika dibandingkan tahun 2012. Kami awalnya hanya mengembangkan Social Media Monitoring. Namun karena kebutuhan klien terkait media sosial beragam, akhirnya kami mengembangkan tools lain. Pada tahun 2016 kami mengelompokkan dan membuat ulang tools yang ada sehingga akhirnya dapat dikelompokkan menjadi 3 bagian besar. Masing-masing bagian punya segmennya sendiri-sendiri,” jelas Aqsath.

Sejak tahun 2013 hingga saat ini, NoLimit dikelola dengan dua orang co-founder, yakni Aqsath dan Harimurti Prasetio yang menjabat CTO. NoLimit juga mengaku tidak melakukan fundraising. Operasional murni ditopang dari profit penjualan layanan dan produk.

Gambaran aplikasi NoLimit Care
Gambaran aplikasi NoLimit Care

Kiat bersaing dan bertahan ala NoLimit

Layanan serupa sudah banyak dan mudah ditemukan di internet, termasuk dari pengembang global. NoLimit cukup percaya diri untuk bersaing, khususnya dengan kompetitor dari luar. Aqsath menilai layanannya memiliki nilai lebih karena media sosial di Indonesia memiliki dinamika yang tinggi, sehingga dibutuhkan pemahaman lebih soal kultur tersebut.

“Seperti contohnya, banyak bahasa yang baru digunakan di media sosial seperti ‘cemungudh’ atau fenomena seperti ‘om telolet om’, sehingga ketika harus ditandingkan dengan tools luar membuat kita memiliki akurasi yang lebih tinggi,” terang Aqsath.

Sudut pandang yang tak kalah menarik tentang kebertahanan. Perkembangan teknologi yang sangat kencang biasa membuat penyedia layanan digital tumbang, tidak kuat mengikuti pembaruan yang dibutuhkan pangsa pasar. NoLimit punya kiat khusus untuk tetap melaju di tengah gejolak digital. Diterangkan Aqsath, startupnya begitu meyakini bahwa kunci utama pengembangan produk ialah mendengarkan dan merasakan langsung kebutuhan di pangsa pasar.

“Terkadang apa yang dikatakan market belum tentu yang dibutuhkan, tapi dengan sense, kita dapat merasakan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh mereka.”

Aqsath menyontohkan bagaimana pengguna dan konsumen media sosial di Indonesia berevolusi dan membuat produk seperti yang dibuat NoLimit mendapatkan kesempatan berbaur dengan bisnis.

“Di awal kami berdiri, media sosial belum semasif sekarang penggunaannya, sehingga market pun belum tau apa yang bisa dilakukan dengan media sosial. Tapi kami melihat bahwa media sosial merupakan media komunikasi dan alat yang bagus untuk membangun komunikasi antara perusahaan/pemerintah dengan konsumen/rakyatnya tanpa adanya batasan jarak dan waktu, sehingga kami terus berpikir dan merenung mengenai potensi apa yang bisa diberikan oleh media sosial terhadap market dan apa yang kira-kira mereka butuhkan.”

Faktor lain yang juga ditekankan bersifat pribadi, yakni kemauan untuk belajar dan berkembang. Aqsath menceritakan sejak awal berdiri hingga sekarang, banyak perubahan di lingkungan sekitar NoLimit, seperti media sosial mengalami banyak perubahan dan perkembangan, pasar pun mulai berkembang pengetahuannya dan cara menggunakan media sosialnya. Sehingga solusi yang diberikan di awal berdiri hingga sekarang pun harus mengalami perubahan.

“Di NoLimit, kami tidak henti-henti untuk terus mendengar kebutuhan market dan tidak berpuas diri, sehingga terus melakukan perubahan dari engine kami. Ketika kita terus belajar dan berkembang, maka kita akan terus relevan terhadap market dan akhirnya dapat terus bertahan dan berkembang,” lanjut Aqsath.

Layaknya startup lain, NoLimit pun tidak luput dari hambatan. Umumnya hambatan itu justru dimulai dari faktor internal, pun demikian yang terjadi di NoLimit.

“Memang yang paling berat ketika kita bermasalah di unsur internal. Di awal berdiri (2010), masalah internal terus menghambat kami untuk berkembang. Untungnya ketika 2013, masalah internal itu sudah selesai dan kami lebih siap untuk mengembangkan perusahaan di tahun-tahun berikutnya.”

Tiga fase yang dilalui dalam bisnis

Dalam bisnis NoLimit meyakini adanya 3 fase yaitu survive, grow, dan sustain. Tiga faktor tersebut terbentuk dari unsur internal dan eksternal dalam lingkungan bisnis.

“Fase survive, alhamdulillah sudah kami lalui. Fase grow sedang kami lalui, sehingga sekarang kami mulai menginisiasi untuk masuk ke fase sustain. Di internal kami memantapkan struktur organisasi, penjenjangan, dan sistem internal sehingga pada akhirnya NoLimit tidak lagi bergantung kepada perseorangan, tetapi memiliki sistem yang dapat dijalankan oleh siapa pun orangnya.”

“Di eksternal, kami mulai menginisiasi untuk memasarkan produk ke pasar yang lebih umum, karena selama ini klien kami sebagian besar adalah B2B. Ketika kami menyasar ke pasar yang lebih umum, mungkin nilai per customer-nya kecil tetapi volumenya besar, sehingga secara sustainability lebih terjaga.”

Selain akan terus melakukan eksplorasi dan pengembangan produk, NoLimit juga sudah ada rencana untuk mulai menjangkau pasar yang lebih luas. Pihaknya telah merencanakan ekspansi di waktu mendatang.

“Selain itu, kami juga mulai merencanakan untuk memasarkan produk NoLimit ke pasar internasional, mungkin dalam 1-2 tahun ke depan,” tutup Aqsath.

Sirclo Pacu Kontribusi Bisnis Lewat Dua Produk Andalan

Perusahaan teknologi penyedia solusi e-commerce Sirclo mengandalkan dua produk andalannya untuk memacu kinerja bisnis, yakni Sirclo Store dan Sirclo Commerce. Kedua produk ini tercatat telah memfasilitasi transaksi senilai lebih dari Rp120 miliar pada paruh pertama di 2018, rinciannya sekitar Rp100 miliar (US$7 juta) dari Sirclo Store dan sisanya dari Sirclo Commerce.

“Rata-rata transaksi per hari yang direkam dari seluruh pengguna berbayar Sirclo Store mencapai Rp550 juta selama Januari hingga Juni 2018. Angka tersebut naik dua kali jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya,” terang Founder dan CEO Sirclo Brian Marshal, Senin (9/7).

Dia memprediksi, nilai transaksi dari Sirclo Store saja akan meningkat minimal dua kali lipat pada tahun ini jadi $14 juta, lantaran semakin pesatnya pertumbuhan e-commerce dan melihat perkembangan dari berbagai brand yang telah mempercayai layanan Sirclo. Bila dihitung dari lima tahun lalu hingga kini, transaksi yang telah difasilitasi secara akumulatif sebanyak US$25 juta.

“Proporsinya [Sirclo Store] tahun ini bakal [memfasilitasi transaksi] US$14 juta. Artinya dari tahun ke tahun pertumbuhan e-commerce makin cepat. Dari sisi brand lokal, mereka benar-benar merasakan hasilnya dari apa yang kami lakukan.”

Sirclo Store adalah layanan SaaS Sirclo untuk pembuatan situs toko online yang menyasar bisnis lokal skala kecil dan menengah. Produk ini didukung teknologi untuk membangun toko online secara instan berbasis template siap pakai dengan sistem berlangganan. Harga yang ditawarkan mulai dari gratis hingga yang termahal memakan biaya hampir Rp2 juta per bulannya.

Produk ini sekaligus produk perdana yang dirintis Sirclo sejak pertama kali berdiri di 2013 lalu. Awalnya produk ini bernama Sirclo Subscription, lalu berganti jadi Sirclo Premium.

Hingga kini, Sirclo memperoleh hampir 1.000 pengguna berbayar dan lebih dari 50 ribu pengguna starter (gratis). Lokasinya masih terpusat di Jabodetabek (67,8%), Jawa Barat (14,1%), Jawa Timur (5,7%), Yogyakarta (4,3%), dan lainnya (5,3%).

Beberapa brand lokal yang menggunakan solusi Sirclo Store di antaranya Luna Habit milik selebrita Luna Maya dan This Is April yang telah memiliki 40 toko fisik di Indonesia. Ada juga brand lokal seperti Ittaheri dan Wearing Klamby yang berjualan dengan metode webhunt, atau hunting produk secara online untuk periode tertentu.

Produk lainnya yang makin diseriusi Sirclo adalah Sirclo Commerce, solusi channel management solution bagi brand besar yang ingin mengembangkan jangkauannya ke ranah online. Produk ini menggunakan teknologi yang dapat mensinkronisasi penjualan di berbagai marketplace, seperti Lazada, Tokopedia, Blibli, Bukalapak, dan Shopee.

Sirclo Commerce sebenarnya sudah dirintis perusahaan sejak dua tahun lalu, saat itu namanya masih Connexi. Akhirnya fitur ini diseriusi perusahaan sejak setahun terakhir dengan mengoperasikan gudang di Taman Tekno, BSD City seluas 5 ribu meter persegi. Perusahaan telah dipercaya lebih dari 20 klien, yang mencakup 80 brand ternama seperti KAO, Kellogg’s, Minimal, Quaker Oats, Reckitt Benckiser, Stanley Black & Decker.

Rencana berikutnya

Brian menuturkan saat ini status pendanaan perusahaan telah menerima pendanaan Seri B. Tiap tahun perusahaan rutin menerima pendanaan segar dari para investornya, namun memilih untuk tidak mempublikasikannya. Pertama kali Sirclo menerima investasi tahap awal dari East Ventures dengan nilai yang tidak disebutkan pada 2014.

“Tiap tahunnya kami selalu mendapat investasi segar. Sekarang kami sudah di Seri B. East Ventures selalu berpartisipasi setiap pendanaan yang kami gelar.”

Menurutnya tiap tahun perusahaan memiliki fokus tersendiri setiap saat menerima pendanaan. Misalnya tahun lalu pendanaan difokuskan untuk menambah kapasitas gudang jadi lebih besar.

Untuk setahun ke depan, pihaknya sedang mempertimbangkan ekspansi gudang ke lokasi baru atau membesarkan yang sudah ada. Kemudian eksplorasi beberapa inisiasi baru yang bertujuan untuk mendorong brand lokal yang masih berskala kecil menjadi brand yang bisa dikenal di seluruh Indonesia.

“Dua produk kami masih akan kami genjot kinerjanya pada tahun ini. Namun yang pasti tahun ini kami tidak ada produk baru,” pungkasnya.

Saat ini tim Sirclo telah mencapai lebih 100 orang. Kantor pun sudah resmi pindah dari Cideng, Jakarta Pusat ke BSD Green Office Park 6, BSD City.

Startup Fintech InfraDigital Hadirkan Platform Pembayaran Khusus Bisnis Konvensional

Pergeseran kultur produktivitas masyarakat ke ranah digital menciptakan banyak peluang baru. Salah satunya yang coba dimanfaatkan oleh platform InfraDigital, yakni dengan menghadirkan platform pembayaran (payment gateway) untuk beberapa sektor bisnis. InfraDigital menyediakan platform yang dikustomisasi untuk beberapa layanan, yakni (1) pembayaran uang sekolah, (2) pembayaran tagihan apartemen, dan (3) pembayaran parkir. Selain itu juga dilengkapi produk penagihan digital untuk bisnis berbasis aplikasi dan API.

Co-founder & CEO InfraDigital Ian McKenna menceritakan kepada DailySocial hal yang melatarbelakangi pengembangan startup yang kini digelutinya. Perkembangan fintech di Indonesia sangat signifikan, namun kebanyakan pemain fokus pada layanan untuk konsumer dan ritel. Menurut Ian, bisnis tradisional belum merasakan manfaat secara signifikan.

“Contohnya saja penagihan dan pencatatan masih manual, rata-rata transaksi masih pakai metode konvensional. Padahal, pasar itu besar sekali.  Oleh sebab itu InfraDigital diciptakan. Satu platform yang membawa semua keunggulan teknologi fintech dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan tim keuangan dari bisnis tradisional,” ujar Ian.

Untuk sekolah, platform InfraDigital menyediakan sistem terpadu bagi staf tata usaha, termasuk kanal pembayaran dan sistem pengingatnya. Di bisnis apartemen, memudahkan pengelola untuk memungkinkan pelanggan melakukan pembayaran secara digital, juga memberikan penghuni kemudahan untuk melakukan pengecekan tagihan.

Sedangkan untuk sistem parkir, InfraDigital memungkinkan pengelola lahan parkir membuat sistem pembayaran bulanan atau harian secara online. Bagi pengguna pembayarannya dapat dilakukan melalui beberapa opsi layanan bank seperti ATM atau bisa juga melalui gerai Indomaret dan Alfamart di seluruh Indonesia.

InfraDigital didirikan sejak Desember 2017 bersama dengan seorang co-founder lain bernama Indah Maryani. Produknya sendiri baru soft-launching per Maret 2018 ini, menggandeng beberapa institusi. Belum lama ini pihaknya mendapatkan pendanaan dari Fenox Venture Capital melalui GnB Accelerator. Pada awal tahun 2018 lalu InfraDigital juga mendapatkan suntikan dana dari seorang angel investor Johan Tahardi dengan jumlah yang tidak disebutkan.

Beberapa anggota tim InfraDigital / InfraDigital
Beberapa anggota tim InfraDigital / InfraDigital

Pihaknya mengklaim, sejak diluncurkan 4 bulan silam, platform InfraDgital kini sudah memproses lebih dari 15 ribu tagihan dengan perputaran uang senilai lebih dari 2,5 miliar Rupiah. Saat ini sudah ada hampir 100 institusi yang bergabung, didominasi dari kalangan pendidikan seperti sekolah, universitas, dan lembaga kursus.

“Bulan ini mayoritas penjualan kami sudah berdasarkan referral, yaitu rekomendasi dari klien kami, bukan direct sales lagi. Hal ini membuat kami yakin bahwa solusi dari platform yang kami berikan benar-benar membantu tim keuangan,” terang Ian.

Di tahun 2018 ini, InfraDigital akan memfokuskan operasional pada penambahan fitur dalam platform sesuai kebutuhan klien. Ian juga menuturkan pihaknya akan menambahkan vertikal bisnis lainnya dalam portofolio layanan yang disediakan.

SaaS Startup Jurnal.id Now Has Over 80 Thousand Users

Many SMEs are optimizing business processes with a digital approach as technology productivity services are increasingly in demand for the Indonesian market. It includes technology products made by the local startup, one of them is Jurnal.id. In Yogyakarta’s media gathering, Anthony Kosasih, Jurnal.id‘s COO, explained that the current SaaS service carries more than 80 thousand users, with over 60 thousand business registered from various regions in Indonesia.

Jurnal.id presents a variety of digital accounting products designed to simplify administrative and business operational process. With such applications, businesses (especially SMEs) can easily make the financial record, list of items, reports, and issuing invoice. User’s higher interest demands Jurnal.id to innovate more on products. The latest ones are “Tax Center Journal” and “Budgeting” services.

Jurnal Tax Center was released to simplify tax calculation and preparation process integrated with Jurnal. Therefore, SMEs with recorded cash flows and employee expenses can directly use the service to automate the tax calculation. Budgeting feature has released as a financial controller for entrepreneurs to manage the cash flow turnover occurred in business.

“With the shifting of SME’s tax regulation to 0.5%, the focus is to help entrepreneurs fulfill their tax obligations with an easy solution,” Kosasih said.

In 2018, Kosasih mentioned that Jurnal.id will strengthen the expansion process to all major cities in Indonesia. One of the approaches is to conduct free business training and seminar, introducing SMEs with the technology-based business system.

Previously, Jurnal.id has released the Jurnal Pay feature in collaboration with Xendit, a payment portal for business transactions through a virtual account. The feature allows SMEs to do two things at once, withdraw funds from customers via bank transfer or credit card, and help SMEs to make scheduled payments.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup SaaS Jurnal.id Telah Rangkul Lebih dari 80 Ribu Pengguna

Seiring makin banyak UKM yang mengoptimalkan proses bisnis dengan pendekatan digital, layanan produktivitas teknologi semakin diminati di pasar Indonesia. Tak terkecuali produk teknologi besutan startup lokal, salah satunya Jurnal.id. Dalam sebuah kesempatan temu media di Yogyakarta, COO Jurnal.id Anthony Kosasih menyampaikan bahwa layanan SaaS yang diusung saat ini sudah memiliki lebih dari 80 ribu pengguna, dengan total bisnis yang terdaftar melebihi 60 ribu unit dari berbagai wilayah di Indonesia.

Jurnal.id menyajikan ragam produk akuntansi digital yang didesain untuk menyederhanakan proses administrasi dan operasional bisnis. Dengan aplikasi tersebut bisnis (khususnya UKM) dapat dengan mudah mencatat pembiayaan, stok barang, membuat laporan, hingga menerbitkan faktur. Minat pengguna yang semakin tinggi juga membuat Jurnal.id terus melakukan inovasi produk. Dua yang terbaru ialah layanan “Jurnal Tax Center” dan “Budgeting”.

Jurnal Tax Center dirilis untuk mempermudah proses perhitungan dan persiapan pajak yang terintegrasi dengan Jurnal. Sehingga para UKM yang sudah mencatat alur kas dan pengeluaran biaya pegawai, dapat langsung memanfaatkan layanan tersebut untuk mengotomasi perhitungan pajak. Sedangkan fitur Budgeting dirilis sebagai financial control bagi para pengusaha, untuk mengelola perputaran arus kas yang terjadi pada bisnis.

“Dengan adanya perubahan peraturan pajak UMKM menjadi 0,5%, fokus membantu para pengusaha memenuhi kewajiban perpajakannya dengan solusi yang sangat mudah,” ujar Anthony.

Untuk tahun 2018, Anthony menyampaikan bahwa Jurnal.id akan menguatkan proses ekspansi ke seluruh kota besar di Indonesia. Salah satu pendekatan yang dilakukan ialah mengadakan pelatihan dan seminar bisnis secara gratis, memperkenalkan UKM dengan sistem bisnis berbasis teknologi.

Sebelumnya Jurnal.id juga merilis fitur Jurnal Pay bekerja sama dengan Xendit, yakni sebuah portal pembayaran yang dapat dimanfaatkan bisnis untuk transaksi melalui akun virtual. Fitur tersebut memungkinkan UKM melakukan dua hal sekaligus, menarik dana dari konsumen melalui mekanisme transfer bank dan kartu kredit, serta membantu UKM melakukan proses pembayaran secara terjadwal.

Application Information Will Show Up Here

Startup Indonesia di Ajang Echelon Asia Summit 2018

Echelon Asia Summit kembali diselenggarakan. Ajang berkelas regional ini banyak dijadikan oleh startup untuk berunjuk gigi, memamerkan solusi produk yang dikembangkan dan memperluas koneksi pasar. Echelon sendiri selalu menghadirkan sesi bertajuk “Top100”, kesempatan bagi startup di tahap early-stage untuk berkompetisi mempresentasikan karyanya. Di antara 100 startup yang berhasil dikurasi dari seluruh wilayah Asia Pasifik, 9 startup di antaranya hadir dari Indonesia.

Berikut ini adalah daftar startup Indonesia yang hadir mengikuti pameran di Echelon Asia Summit 2018:

Exquisite Informatics (SaaS)

Fikri Akbar, Co-Founder & Head of Product Exquisite Informatics
Fikri Akbar, Co-Founder & Head of Product Exquisite Informatics

Startup yang berdiri sejak Oktober 2016 ini menyediakan layanan analisis data dan pengembangan platform data untuk korporasi. Saat ini telah menangani beberapa bidang bisnis, mulai dari perbankan, medis, ritel hingga perusahaan energi. Di Echelon kami bertemu dan berbincang dengan Fikri Akbar selaku Co-Founder & Head of Product Exquisite Informatics.

Ia menceritakan bahwa klien korporasi di Indonesia memiliki tantangan tersendiri saat hendak memilih platform data. Beberapa kultur yang ada seperti: mereka hanya mau menggunakan produk dari brand besar, setiap transisi kepemimpinan akan menghasilkan kerja sama dengan perusahaan teknologi mereka, bahkan mereka sering tidak mau mengakui bahwa perusahaannya tidak pernah aware dengan strukturisasi data.

Dari hal tersebut Exquisite Informatics sadar betul untuk tidak bermain produk data –karena dirasa sulit jika harus bersaing dengan Oracle, Microsoft, IBM dll. Solusi yang coba ditawarkan ialah menghadirkan dasbor yang menjadi hub di antara platform data yang sudah dimiliki oleh perusahaan dan menyatukan ke dalam sistem yang saling terintegrasi.

Produk Exquisite Informatics memungkinkan data dari berbagai sumber untuk disatukan dan direstrukturisasi, sehingga memudahkan proses visual dan analisis terjadi dalam satu dasbor terpadu. Selain produk berupa SaaS, Exquisite Informatics juga menyediakan layanan pengembangan dan konfigurasi infrastruktur server. Hal ini mengingat banyak perusahaan yang butuh comply dengan memiliki pusat data on-premise untuk server yang menampung data konsumen Indonesia.

Gradana (Fintech)

(kanan) Chief Strategist Gradana Meirisha Berisdha
(kanan) Chief Strategist Gradana Meirisha Berisdha

Gradana menyediakan layanan P2P lending khusus untuk produk-produk properti. Saat ini pihaknya memiliki tiga varian produk. Pertama ialah GraDP, memungkinkan peminjam mengajukan biaya untuk pembayaran uang muka/down-payment dalam pembelian rumah. Kedua ialah GraSewa, produk ini memungkinkan pengguna mengajukan pinjaman untuk biaya sewa yang umumnya (di Indonesia) harus dibayar minimal satu tahun di muka.

“Di Indonesia itu unik, orang yang ingin melakukan sewa properti biasanya harus membayar minimal satu tahun di muka, untuk beberapa orang atau bisnis kecil sering kali memberatkan. Dengan GraSewa, kita bantu membayarkan di muka, sehingga dari sisi konsumen tetap serasa membayar sewa bulanan,” ujar Chief Strategist Gradana Meirisha Berisdha.

Selanjutnya untuk produk ketiga ialah GraKarya, yakni pembiayaan untuk pembelian aset atau layanan properti lainnya, misalnya untuk pembiayaan interior. Dengan tiga varian produk tersebut, Gradana saat ini sudah melayani pinjaman di beberapa kota, di antaranya di Jakarta, Medan, dan Bandung. Memang tidak langsung banyak bisa ekspansi ke luar, karena untuk memberikan layanan properti Gradana juga membutuhkan rekanan lokal untuk verifikasi dan lain-lain.

Didirikan sejak tahun 2016, Gradana baru go-to-market sekitar awal tahun 2017. Bulan Desember tahun lalu pihaknya baru mendapatkan perizinan dari OJK. Saat ini sudah mendapatkan pendanaan pra-seri A dari angel investor, dan ditargetkan tahun ini dapat membukukan pendanaan seri A untuk perluasan operasional dan bisnis.

JALA Tech (IoT)

Co-Founder JALA saat mempresentasikan produknya di hadapan juri
Co-Founder JALA saat mempresentasikan produknya di hadapan juri

JALA adalah pengembang perangkat IoT yang ditujukan untuk memonitor kualitas air pada tambak udang. Perangkat ini didesain untuk dapat mengatasi masalah budidaya udang dengan mengukur, menganalisis dan memberikan semua rekomendasi berdasarkan kondisi kualitas air tambak. JALA dikembangkan untuk membantu petambak udang dan meningkatkan respons petambak dalam menjaga kualitas air dan mengurasi kesalahan penanganan dalam bertambak udang.

Sistem JALA sendiri terdiri dari tiga bagian, pertama ialah sebuah perangkat yang dilengkapi sensor untuk memahami kadar oksigen terlarut, suhu, pH, salinitas, dan TDS (Total Dissolved Solid). Kemudian hasil pantauan dari sensor tersebut akan diproses dan dikirimkan hasilnya melalui aplikasi web dan SMS. Dibanding mobile app, SMS tampaknya memang lebih efisien untuk petani udang di lapangan. Dalam laporannya, JALA memberikan informasi dan rekomendasi untuk membantu petambak dalam mengambil tindakan yang tepat berdasarkan kondisi kualitas air tambak udang yang telah diukur.

Mallness (Lifestyle)

Tim Mallness dalam booth pameran yang disajikan dalam Echelon
Tim Mallness dalam booth pameran yang disajikan dalam Echelon

Mallness adalah aplikasi berbasis informasi yang menyajikan berbagai promosi, diskon, informasi program loyalitas member, dan berbagai hal lainnya seputar pengalaman belanja di pusat perbelanjaan (mall). Dari bisnis prosesnya, Mallness menyasar dua segmen sekaligus, yakni B2B dan B2C. Untuk B2B, Mallness memberikan layanan bisnis promosi kepada pusat perbelanjaan, brand, dan toko. Sedangkan untuk B2C, Mallness menyajikan pengalaman digital kepada para pengunjung pusat perbelanjaan.

Hal menarik dari aplikasi ini ialah penyajian konten yang dipersonalisasi. Tidak semua informasi ditampilkan ke semua orang, melainkan berdasarkan tren histori dan minat yang disukai saja. Startup ini berdiri sejak Desember 2017, didirikan dua co-founder berkebangsaan Spanyol, yakni Marco Hernáiz dan Mireya de Mazarredo.

Untuk tahun 2018, Mallness memiliki dua target utama, pertama ialah integrasi dengan payment gateway di aplikasi untuk pembayaran. Sedangkan yang kedua pihaknya merencanakan melakukan ekspansi ke Surabaya dan Medan.

MallSini (Lifestyle)

Partnership Executive MallSini Theresia Livinka
Partnership Executive MallSini Theresia Livinka

Mirip dengan Mallness, aplikasi MallSini menyajikan direktori promosi dan informasi seputar pusat perbelanjaan di Jakarta. Perbedaannya, untuk beberapa pusat perbelanjaan yang sudah bekerja sama, di aplikasi didesainkan indoor mapping untuk memudahkan pengguna ketika ingin menemukan gerai tertentu. Kepada pengelola pusat perbelanjaan, MallSini memberikan layanan berupa analisis dan tren kecenderungan konsumen yang didapat dari aplikasi, dimaksudkan untuk peningkatan pelayanan dan pengalaman pengunjung.

Meluncur sejak Maret 2018, MallSini telah membukukan lebih dari 5000 pengguna. Saat ini sekurangnya sudah ada 25 pusat perbelanjaan di Jakarta yang menjadi mitra. MallSini juga mendapatkan dukungan dari Agung Sedayu dan Summarecon Mall.

Medika App (Healthtech)

Co-Founder Medika App yang hadir dalam Echelon Asia Summit
Co-Founder Medika App yang hadir dalam Echelon Asia Summit

Startup yang digawangi oleh Danang Firdaus (CEO) dan Suka Bayuputra (COO) ini menawarkan platform end-to-end untuk menghubungkan masyarakat dengan layanan kesehatan. Implementasinya bekerja sama langsung dengan rumah sakit atau institusi kesehatan lainnya. Startup yang didirikan sejak Mei 2017 ini terakhir mengumumkan perolehan pre-seed funding dari Fenox Venture Capital senilai USD50.000.

Terkait model bisnisnya, Medika App menyasar langsung segmentasi B2B dan B2C. Melalui model B2B pihaknya menyajikan layanan manajemen pasien di rumah sakit, termasuk aplikasi untuk kebutuhan operasional dan administrasi medis. Sedangkan di sisi B2C, Medika App menyediakan aplikasi pemesanan kepada pengguna untuk layanan dokter dan kesehatan. Di pembaruannya, saat ini Media App juga melayani pemesanan jasa kecantikan dan perawatan kesehatan.

Di Media App, pengguna tidak hanya bisa membuat janji dengan dokter. Saat ini aplikasi sudah terhubung dengan sistem pembayaran berbasis payment gateway. Sehingga pengguna dapat melakukan pembayaran di awal melalui kartu kredit atau transfer bank, saat di klinik atau rumah sakit tidak perlu lalu melakukan pembayaran.

MyClinicalPro (Healthtech)

Co-Founder & COO MyClinicalPro William Suryawan
Co-Founder & COO MyClinicalPro William Suryawan

Startup ini menyediakan aplikasi manajemen yang membantu klinik dan dokter agar punya sistem operasional yang lebih terstruktur. Di dalamnya juga mengakomodasi kebutuhan pencatatan rekam medis pasien. Menariknya MyClinicalPro didesain sebagai platform yang membantu dokter melakukan analisis atas tren pasien. Dengan demikian diharapkan dapat terhubung dengan pasien secara lebih optimal.

“Selama ini kebanyakan klinik tidak memiliki data valid dari histori penanganan pasien, misalnya mengetahui tren usia, tren penyakit yang ditangani dan sebagainya. Padahal dengan mengetahui hal itu, dokter dan klinik akan banyak diuntungkan, terutama untuk peningkatan bisnis kesehatan itu sendiri,” ujar Co-Founder & COO MyClinicalPro William Suryawan.

Beroperasi sejak tahun 2016, saat ini MyClinicalPro sudah terhubung dengan 300 dokter dan klinik di 10 kota di Indonesia. Tahun ini mereka merencanakan untuk merilis aplikasi di sisi pasien, sehingga dapat menghadirkan layanan yang menghubungkan langsung dengan dokter.

Tanijoy (Agrotech)

Co-Founder & CEO Tanijoy Nanda Putra
Co-Founder & CEO Tanijoy Nanda Putra

Tanijoy adalah sebuah platform pemberdayaan petani yang terdiri dari dua sistem utama, yakni permodalan dan manajemen pengolahan lahan. Startup ini berdiri atas inisiatif salah satu co-founder yang sebelumnya berpengalaman 6 tahun menjadi petani. Banyak hal yang dirasa perlu diselesaikan, salah satunya soal peningkatan perekonomian para petani. Selain menyalurkan pembiayaan –layaknya aplikasi investasi pertanian yang saat ini ada—Tanijoy juga memberikan manajemen pengolahan lahan.

“Dari data kami, 70% petani mitra di Bogor tidak piawai baca-tulis, dari situ kami menyadari perlu adanya pendamping lapangan yang mengarahkan mereka. Sehingga di Tanijoy kami tidak melepaskan petani secara penuh, setiap hari ada yang disebut field manager melakukan pengambilan data terkait kebutuhan petani dan lahan yang digarap. Dari situ sistem kami memantau dan memberikan informasi kepada pihak terkait, termasuk investor,” ujar Co-Founder & CEO Tanijoy Nanda Putra.

Sampai tahun ini, Tanijoy masih akan memfokuskan pada riset produk dan layanan. Harapannya ketika nanti dilakukan perluasan, sistem yang diusung memiliki SOP dan spesifikasi yang pas untuk efisiensi dalam bisnis pertanian di Indonesia.

Tjetak (Marketplace)

Booth Tjetak dalam sesi pameran Echelon
Booth Tjetak dalam sesi pameran Echelon

Tjetak adalah sebuah B2B marketplace yang membantu individu dan bisnis untuk melakukan pencetakan berbagai kebutuhan desain. Produk yang dijual mulai dari kartu nama, stiker, kalender, buku, kaos, hingga pernak-pernik acara seperti gelas plastik. Untuk konsumen individu, Tjetak menawarkan sistem keagenan memungkinkan setiap orang untuk menjual produk cetakan secara instan. Sedangkan untuk bisnis, Tjetak menyediakan API untuk dihubungkan ke situs yang dimiliki sehingga dapat mengintegrasikan sistem pemesanan kebutuhan desain cetak secara mudah.

Startup ini baru melakukan go-to-market per Juli 2018 ini. Untuk operasional, Tjetak bekerja sama langsung dengan pemilik vendor percetakan dari berbagai wilayah operasional. Selain menawarkan desain dan jasa pencetakan, dalam aplikasi juga sudah diakomodasi layanan logistik untuk pengantaran produk yang dipesan.

Menangkap Peluang Email untuk Kegiatan Pemasaran

Seringkali email marketing disamakan strateginya dengan social media marketing. Padahal sebenarnya keduanya itu adalah sangat berbeda jauh. Email bisa dikatakan sebagai channel pemasaran yang tertua, namun memiliki conversion rate dan menghasilkan ROI (return of investment) tertinggi.

Hanya saja, awareness yang kurang karena masuk ke kotak masuk. Beda halnya dengan sosial media yang memiliki conversion rate yang kecil, akan tetapi awareness yang tinggi.

Dari penawaran yang ditawarkan email ini, sebenarnya seberapa besarkah peluang email untuk kegiatan pemasaran? Lalu bagaimana tipsnya untuk memastikan email tidak masuk ke dalam spam?

Dalam #SelasaStartup edisi kali ini, seluruh pertanyaan tersebut dijawab oleh Founder MailTarget Yopie Suryadi. MailTarget adalah startup SaaS yang bergerak sebagai penyedia layanan otomasi email untuk pemasaran yang sudah berdiri sejak akhir 2016.

Mengapa melirik email marketing?

Dari berbagai sumber yang dikutip Yopie, ada beberapa fakta pendukung mengapa Anda perlu melirik email sebagai channel marketing. Misalnya, jumlah akun email di seluruh dunia yang diprediksi bakal terus bertambah tiap tahunnya, disebutkan pada 2016 jumlah akun email mencapai 4,3 miliar.

Fakta berikutnya, karyawan menghabiskan waktu setidaknya 13 jam setiap minggu untuk mengecek inbox di akun email mereka. Lalu sekitar 90% email yang terkirim langsung ke inbox penerima, sementara hanya 2% dari pengikut dari akun Facebook Anda yang melihat setiap unggahan di Newsfeed mereka.

Email 40 kali lebih efektif mendapatkan konsumen baru daripada lewat Facebook dan Twitter. Email menempati posisi kedua untuk channel marketing terefektif untuk mengeksekusi pemasaran digital setelah lewat situs. Kemudian diikuti oleh media sosial, pencarian organik, pencarian berbayar, mobile, dan iklan.

“Ada studi di Amerika Serikat yang menyebut, sekarang sudah 0 orang yang mau mengunduh aplikasi baru di smartphone mereka. Kecenderungannya mereka lebih memilih newsletter agar tetap terhubung dengan brand tanpa harus mengunduh aplikasinya. Itu anginnya lagi ke sini [peluang dari email marketing].”

Konten memegang unsur terpenting

Menurut Yopie, email marketing itu fondasi dasarnya adalah konten. Bila tidak menguasai itu, ujung-ujungnya yang akan terjadi adalah hard selling. Anda bisa memakai konten berisi tips yang ringan untuk menggiring terjadinya akuisisi pengguna baru.

Maka dari itu sebelum membuat tips, pastikan Anda tahu betul strategi yang tepat sesuai dengan tipe konsumen. Ada tiga istilah, cold audience, warm, dan hot audience.

Beberapa inspirasi yang bisa Anda masukkan untuk dimasukkan ke dalam email, seperti video tutorial, e-book, akses masuk ke webinar/podcast, kupon, atau sesuatu yang membuat orang rela membeli, dan sebagainya. Sebab konten ini adalah cara untuk mendapatkan leads mengenai data dari calon konsumen.

“Konten itu raja, sementara data adalah ratu, dan otomasi adalah putra mahkotanya.”

Pahami alur email marketing

Sebelum membuat konten, Yopie menyarankan Anda untuk membuat landing page yang bertugas untuk menangkap data dari calon konsumen. Dalam istilah pemasaran digital, landing page adalah satu halaman web yang muncul sebagai respons dari meng-klik hasil pencarian mesin pencari yang dioptimalkan atau iklan online.

Di dalamnya perlu berisi konten, dengan berbagai persyaratan untuk mencegah email tersebut masuk ke dalam kotak spam penerima. Sebaiknya tulis konten dengan bahasa yang personal (atau tidak), singkat, namun menarik. Lalu ketika mendapatkan calon konsumen, Anda bisa mengelola data mereka untuk meng-otomasi kegiatan email marketing.

Ambisi akhirnya adalah dari email tersebut konsumen tetap bisa terhubung dengan perusahaan Anda dengan terus membeli produk-produk yang Anda tawarkan.

“Di dalam konten harus tentukan isinya mau bagaimana, bisa weekly newsletter, promosi, ucapan selamat ulang tahun, email series, info acara, dan sebagainya. Jangan sampai email dari kita itu ditandai spam oleh penerima.”

Menurut hasil riset MailTarget, sambung Yopie, jam terbaik untuk mengirim email marketing adalah jam 10 pagi, 8 malam, dua siang, atau jam enam pagi. Sedangkan untuk harinya, yang terbaik adalah hari Selasa, Kamis, dan Rabu.

Itu berlaku untuk global, sementara di Indonesia yang terbaik adalah hari Senin. Setiap hari Senin, tingkat kunjungan email adalah tertinggi dibandingkan hari-hari lainnya.

Teknik menghindari spam

Hal paling menakutkan dari email marketing adalah apabila frekuensi pengiriman email terlalu sering maka konsumen akan jengah sampai akhirnya menandai email Anda sebagai spam. Apalagi, saat ini algoritma Gmail semakin pintar sehingga apabila ada kesalahan kata, secara otomatis akan masuk ke dalam spam.

Pada dasarnya, menurut Yopie, ada tiga faktor yang menyebabkan email dideteksi sebagai spam. Yakni, domain dan reputasi alamat IP, konten, dan frekuensi.

Untuk mengatasi itu, Anda harus pandai-pandai menggunakan hashbusting yaitu memakai karakter spesial untuk mengganti huruf (cont. Fre3e W!nn*r / Free Winner). Berikutnya hindari bad link, dengan mengganti situs yang tidak memiliki reputasi baik atau konten, dengan menggunakan penyingkat url.

Hindari subject email yang menyesatkan, dan memakai solusi “Re:” atau “Fwd:” untuk menghubungi konsumen yang belum pernah berkomunikasi dengan Anda sebelumnya.

“Menggunakan gambar terlalu banyak juga bisa dideteksi sebagai spam, makanya perlu menyematkan teks di dalam gambar atau mengirim email tanpa teks.”

MailTarget Siap Berekspansi ke Negara Tetangga

Saat ini layanan otomasi email untuk pemasaran masih menjadi fokus MailTarget. Dalam perjalanan bisnisnya, MailTarget terus berusaha meningkatkan kualitas layanannya dengan menambah sejumlah fitur. Bulan ini ada beberapa fitur yang tengah dipersiapkan MailTarget. Mereka juga berencana melebarkan sayap ke Asia Tenggara.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO MailTarget Yopie Suryadi menceritakan beberapa capaian mereka hingga saat ini. Yopie menjelaskan saat ini mereka berhasil mendapatkan 1200 pengguna dan mendapatkan dua kali pendanaan yang dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan meningkatkan penjualan. Salah satu yang disiapkan dalam rencana besar mereka adalah ekspansi ke Malaysia dan Singapura.

“Sekarang juga kami sedang mengembangkan sayap ke Singapura dan Malaysia dengan membuat MailTarget Pte Ltd. Tujuannya supaya pengguna email marketing di Singapura dan Malaysia dapat menggunakan juga [MailTarget]. Selain itu dua negara ini merupakan negara-negara di SEA yang paling [banyak] menggunakan email,” cerita Yopie.

Yopie melanjutkan, menjadi produk global merupakan merupakan mimpi MailTarget sejak awal. Kini di Malaysia mereka tengah dalam proses penjajakan dengan dua perusahaan untuk menjadi mitra penjualan.

“Kami terus mendengarkan customer kami. Apa yang menjadi pain point mereka, lalu berdasarkan hal itu kami menimbang apa yang bisa kami tambahkan di MailTarget. Fitur yang ada sekarang ini merupakan hasil dari listening to our customer,” imbuh Yopie.

FItur-fitur social management

Salah update cukup besar dilakukan MailTarget adalah penambahan automation 2.0. Pembaruan tersebut menyempurnakan pengalaman dan pengembangan salah satu fitur yang ada. Termasuk di dalamnya adalah fitur skenario automation. 

Yopie menceritakan, salah satu fitur besar dalam pembaruan kali ini adalah penambahan fitur Social Media Management. Fitur ini dihadirkan karena banyak masalah dalam cara melakukan digital marketing, seperti proses yang berantakan, sehingga membuat kampanye email marketing menjadi tambahan pekerjaan.

“Padahal kita tahu, email itu channel yang mempunyai ROI tertinggi dan conversion rate yang tinggi. Oleh karena itu harus diperlakukan dengan berbeda. Nah, kami memberikan solusi dengan membuat social management dalam satu dashboard. [Pengguna platform] Twitter, Facebook, Instagram bisa langsung membuat konten postingan untuk masing-masing socmed dan menjadwalkannya untuk berbarengan muncul. Fase kedua dari multi channel ini adalah WhatsApp, Line, dan Telegram,” terang Yopie.

Fitur-fitur baru tersebut kemudian diintegrasikan dengan automation untuk semakin memudahkan pengguna. Yopie menjelaskan akan ada beberapa fitur lagi yang sudah direncanakan. Tinggal menunggu waktu untuk diluncurkan. Sementara itu untuk target, dalam dua tahun ke depan mereka masih terus menargetkan pertumbuhan yang cukup signifikan.

Sleekr Officially Acquires Talenta

Sleekr, HR and Accounting SaaS services announces an acquisition of similar service, Talenta. All of Talenta’s employees will be joined Sleekr, while Joshua Kevin, as its Founder and CEO, will lead Sleekr’s Marketing and New Business team. The detail is undisclosed, with Talenta is now fully under PT. Mid Solusi Nusantara.

Kevin said to DailySocial, even though Talenta and Sleekr are competitors, they have the same vision and more similarities than differences. Therefore, Kevin and Sleekr‘s CEO Suwandi Soh have decided to pursue the dream together.

Talenta and Sleekr’s HR product is focused on companies with 20-5000 employees. Their combined customers in total are 100 thousand active users. This strategic step won’t make any difference in term of services.

Kevin said, “I, personally, believe that SaaS [Segment] is a long game [takes time], not just a second, and [to depend on] VC’s might not be the best route [to chase the vision] when the B2C is still on top. I believe Sleekr and its investors have 10-20 year vision and Talenta can be part of it.

In Kevin’s opinion, Talenta needs an experienced CEO or C-level. “Soh and his team have years of experience, which I am lack of.”

Kevin and Soh have made clear that all Talenta’s employees will be Sleekr’s. Suwandi Soh said, “HR software, of Indonesia’s payroll in particular, is very hard to get through, in terms of product or implementation. We are glad to welcome the 90 members of Talenta as part of our team. Their experience, skills, and the know-how will make a big boost [in business development].”

Sleekr has 80 team members for Product and Engineering distributed around Jakarta, Bandung, and Bangalore. According to Odin, Indonesia’s cloud market for SME this year will reach Rp33 trillion (or $2,7 billion).

Kevin ensures the merger will accelerate the development focus of HR platform and workplace in the future. Soh added, “The innovation we’ve explored includes predictive analytics for HR, compliance assurance, HR bot, and AI, also to increase HR admin’s mobility.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian