Samsung Pay Resmi Gandeng Dana dan GoPay

Setelah sebelumnya diperkenalkan awal tahun 2019, Samsung Pay meresmikan kerja sama strategis dengan Dana dan GoPay untuk pengguna smartphone Samsung di Indonesia. Kepada media, Head of Product Marketing IT and Mobile Samsung Electronics Indonesia Denny Galant mengklaim, kehadiran Samsung Pay sebelumnya telah disambut baik di berbagai negara. Di Indonesia, Samsung Pay menggandeng Dana dan GoPay yang dinilai sudah memiliki positioning yang kuat dan platform dompet elektronik yang populer di Indonesia.

“Tujuan utama kami adalah memberikan kemudahan layanan kepada pengguna. hanya satu akses dan cara cepat dan mudah memanfaatkan camera, proses pembayaran menggunakan Dana dan GoPay bisa melalui smartphone Samsung.”

Semua smartphone Samsung yang diluncurkan tahun 2019 secara otomatis bisa memanfaatkan Samsung Pay secara pre-installed. Untuk seri lainnya juga bisa memanfaatkan Samsung Pay dengan mengunduh aplikasinya, selama versi OS smartphone tersebut adalah Android Pie. Samsung Pay hanya berfungsi sebagai akses, bukan dompet elektronik yang diterbitkan oleh Samsung.

“Kita berupaya untuk memberikan kemudahan kepada pengguna yang saat ini banyak menggunakan aplikasi dompet digital. Berdasarkan riset Kadence Indonesia tahun 2019, sebanyak 57% pengguna smartphone telah memiliki uang elektronik dalam aplikasi maupun kartu fisik,” kata Denny.

Samsung sendiri saat ini mengklaim telah memiliki 70% market share untuk seri premium. Jumlah tersebut bisa dimanfaatkan Dana dan GoPay untuk memperluas layanan sekaligus menambah jumlah pengguna. Untuk saat ini Samsung Pay dengan Dana sudah bisa dinikmati pengguna, sementara untuk GoPay, baru bisa diluncurkan awal tahun 2020 mendatang.

Jaminan keamanan Dana

Pengguna yang ingin menikmati akses akun Dana di Samsung Pay, tidak harus mengunduh aplikasi Dana. Di aplikasi Samsung Pay, integrasi platform Dana sudah lengkap dengan pilihan pembayaran, transfer, dan lainnya.

Pengguna tidak perlu lagi membuka aplikasi Dana jika ingin melakukan pembayaran. Hanya dengan akses camera, QR Code yang diminta untuk proses pembayaran bisa langsung di-scan dan secara otomatis akan terkoneksi dengan akun Dana pengguna.

“Sebagai global player yang telah memiliki jumlah pengguna yang besar, kami melihat kerja sama ini sangat menguntungkan Dana. Sesuai dengan misi dan visi dana memudahkan penyebaran cashless society di Indonesia,” kata CEO Dana Vincent Iswara.

Dari sisi keamanan, Dana menjamin semua proses berlapis telah diterapkan, sehingga para pemilik akun Dana tidak perlu merasa khawatir akan akses terbuka yang terdapat dalam Samsung Pay.

Setelah kerja sama dengan Dana dan GoPay, Samsung Pay juga memiliki rencana untuk menjalin kemitraan dengan platform dompet elektronik lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Tiba di Indonesia, Samsung Galaxy A50 dan A30 Sasar Gen-Z yang Gemar Membuat Konten Live

Ketika Rowan Atkinson menggunakan kamera analognya untuk ber-selfie di film Bean (1997), mungkin hanya sedikit orang yang membayangkan bahwa kegiatan tersebut akan jadi lebih mudah puluhan tahun kemudian berkat kapabilitas fotografi di ponsel. Ketika selfie kian lumrah, kehadiran kamera juga mulai dimanfaatkan untuk menciptakan konten live, apalagi dengan dukungan platform sosial media terhadap aktivitas ini.

Pembuatan konten live cukup populer bagi pengguna smartphone berusia muda, khususnya bagi generasi Z. Mereka ialah individu yang lahir pasca era milenial, familier dengan internet sejak kecil dan menurut demograf, kehidupan mereka sulit dipisahkan dari teknologi dan jejaring sosial. Menakar dari aspek minat dan gaya hidup, Samsung memberi sebutan unik bagi kalangan ini: generasi live. Dan sang produsen sudah menyiapkan deretan perangkat yang ideal untuk mereka.

 

Generasi live

Memahami generasi Z tentu bukan cuma dilakukan dari melihat kebiasaan, namun juga faktor karakteristik dan pandangan hidup. Berdasarkan pemaparan Public Relations Society of America, Gen-Z menyimpan semangat berwirausaha lebih tinggi dari milenial. Ditambah pemahaman kritis terhadap teknologi, sebuah produk yang ditujukan buat Gen-Z harus memenuhi rentetan kriteria: penuh fitur, performa tidak mengecewakan, ditunjang luasnya konektivitas, desain stylish, dan harga kompetitif. Hal-hal inilah yang coba ditawarkan oleh Galaxy A50 dan A30.

Galaxy A 14

Meski merupakan anggota dari keluarga Galaxy A Series, keduanya diramu sebagai alternatif lebih terjangkau dari A9 atau A7Head of product marketing IT & mobile Denny Galant menjelaskan bagaimana generasi ‘masa kini’ gemar menyaksikan pertandingan bola secara live, streaming musik, bermain game online, serta membuat posting Instagram Story atau Live. Dan sebentar lagi kita akan menjadi saksi apakah Galaxy A50 dan A30 dapat memenuhi misi tersebut.

Galaxy A 11

 

Galaxy A50 dan A30

Segala kegiatan kreasi konten memang mudah dilakukan dengan lini flagship terbaru Samsung, tetapi seperti yang saya singgung sebelumnya, dalamnya pemahaman gen-Z pada teknologi juga membuat mereka peka terhadap harga. Pertanyaannya sekarang, bagaimana Samsung menyeimbangkan semua ini tanpa berkompromi terlalu jauh? Kabar gembiranya, Galaxy A50 dan A30 berhasil memberikan impresi awal yang positif.

Galaxy A 4

Penampilan Galaxy A50 dan A30 bisa dibilang telah memenuhi standar desain modern. Keduanya mengusung layar Infinity-U AMOLED seluas 6,4-inci beresolusi 2340×1080 (FHD+) dengan notch water drop serta tubuh dengan bagian ujung curved. Dimensi kedua varian boleh dibilang identik, masing-masing berukuran 158,5×74,7×7,7mm serta menggunakan lapisan glossy di sisi punggung dan memanfaatkan konstruksi tubuh dari plastik.

Galaxy A 10

Di sesi hands-on minggu lalu, saya melihat setidaknya ada tiga aspek yang membedakan rancangan Galaxy A50 dan A30. Pertama adalah opsi warna. Kedua ialah jumlah lensa di modul kamera. Ada tiga set kamera di A50 dan dua di A30. Selanjutnya adalah diferensiasi sensor sidik jari. A30 masih menggunakan sensor fingerprint standar di sisi belakang, sedangkan A50 telah ditunjang sensor under display.

Galaxy A 3

 

Kreasi konten

Penciptaan konten lewat smartphone tidak bisa dipisahkan dari dukungan kamera, dan aspek ini jadi perhatian Samsung dalam meracik Galaxy A50 dan A30. A50 dibekali tiga sensor dan lensa untuk menangani pembuatan foto dan video via kamera belakang. Smartphone menggunakan kamera utama 25Mp f/1.7, dibantu sensor kedalaman 5Mp f/2.2 dan kamera ultra-wide 8Mp f/2.2. Galaxy A30 menyajikan setup kamera ganda dengan sensor 16Mp f/1.7 dan ultra-wide 5Mp f/2.2.

Galaxy A 13

Menariknya, baik Galaxy A50 mapun A30 turut mewariskan sejumlah fitur fotografi andalan Galaxy S10, misalnya kapabilitas mengabadikan pemandangan lebih luas dengan sudut 123 derajat. Varian A50 sendiri dilengkapi Live Focus yang memperkenankan kita mengatur efek kedalaman sebelum atau sesudah foto diambil, cocok bagi penggemar efek bokeh.

Galaxy A 6

Selain itu, dua handset anyar ini memiliki kemampuan pembaca skenario fotografi ‘Scene Optimizer’ yang ditopang oleh optimalisasi warna. Baik A50 dan A30 mampu mengetahui apa yang tengah Anda abadikan; contohnya orang, bunga, makanan, burung, serta dapat membaca waktu atau lokasi tertentu (saat matahari terbenam atau sewaktu pemotretan di pantai).

Galaxy A 5

Ada 20 skenario yang bisa dikenal oleh smartphone, namun Samsung mengingatkan bahwa hasilnya dapat berbeda tergantung dari objek foto dan kualitas fokus. Sistem kabarnya juga mampu memberi notifikasi jika mendeteksi tiga faktor yang berpeluang membuat foto kurang optimal, di antaranya sewaktu mata terpejam, gambar blur, serta backlight berlebihan.

Galaxy A 8

Untuk kebutuhan portrait diri, Galaxy A50 dan A30 masing-masing mengandalkan kamera depan 25Mp dan 16Mp f/2.0. Memang cuma ada satu modul kamera di sana, tetapi ia turut dibantu oleh fitur Selfie Focus yang mempersilakan kita mengaburkan latar belakang via software.

Perlu dicatat bahwa baik Galaxy A50 dan A30 belum mempunyai mode Instagram built-in di kameranya. Fitur masih tersaji eksklusif di keluarga Galaxy S10.

 

Samsung Pay

Hampir empat tahun setelah meluncur di Korea Selatan, layanan pembayaran digital Samsung Pay akhirnya dibawa oleh Galaxy A50 dan A30 ke Indonesia. Samsung punya alasan kuat soal keterlambatan itu. Khusus di nusantara, fitur tersebut dikembangkan sendiri oleh talenta lokal yang tergabung dalam Samsung Research Indonesia. Sejauh ini, Samsung sudah menggandeng Dana sebagai penyedia eWallet, namun produsen bilang kemitraan itu tidaklah eksklusif.

Galaxy A 1

Buat sekarang, status Samsung Pay masih dalam tahap pengujian. Berdasarkan sesi demo dan juga penjelasan product marketing manager Irfan Rinaldi, layanan tersebut memanfaatkan metode pemindaian QR code dan belum ada opsi NFC. Saya belum dapat memastikan apakah Samsung Pay bisa segera digunakan ketika Galaxy A50 dan A30 dirilis di Indonesia akhir minggu ini, atau kita harus menunggu sedikit lebih lama.

Galaxy A 2

Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah, Samsung Pay tidak menyimpan data serta informasi transaksi para penggunanya. Layanan ini disiapkan sebagai ‘gateway‘.

Galaxy A 9

 

Harga dan ketersediaan

Samsung Galaxy A50 dan A30 rencananya akan dilepas di Indonesia pada tanggal 29 Maret 2019 besok. Galaxy A50 tersedia dalam dua pilihan memori, dibanderol seharga Rp 4,1 juta (RAM 4GB, ROM 64GB) dan Rp 4,9 juta (RAM 6GB, ROM 128GB), sedangkan Galaxy A30 bisa Anda miliki dengan mengeluarkan uang Rp 3,4 juta. Setelah itu, tipe Galaxy A20 dan A10 akan segera menyusul.

Galaxy A 12

Dana Kejar Pengembangan Produk, Gaet Samsung Pay dan Pegadaian

Aplikasi e-wallet Dana makin memperdalam penetrasi produknya dengan kemitraan bersama berbagai mitra seiring memasuki tahun pertamanya. Beberapa rencana kemitraan tersebut adalah integrasi dengan Samsung Pay, penyaluran untuk Pembiayaan ultra mikro (UMi) bersama Pegadaian, dan perluasan merchant baik offline maupun online.

Dalam waktu dekat Dana akan merilis layanan self on boarding untuk merchant UMK yang berminat menyediakan Dana sebagai alternatif pembayaran di toko mereka.

“Kita ini payment platform, jadinya kita launch self on boarding ini untuk merchant offline dan offline yang ingin bergabung ke Dana dalam hitungan menit saja. Ini masih dalam pilot, nanti bakal hadir di desa-desa,” terang CEO Dana Vincent Iswara, Senin (25/3).

Layanan self on boarding ini, lanjutnya, akan permudah merchant yang ingin bergabung. Proses pendaftarannya cukup lewat aplikasi Dana dan mengisi beberapa data pribadi dan usaha mereka. Nanti pihak Dana akan mengirimkan sticker kode QR yang bisa dipakai merchant.

Terkait kemitraan dengan Samsung Pay, Vincent belum bersedia mengungkapkan lebih jauh. Menurutnya, akan ada pengumuman resmi yang bakal diumumkan dalam waktu dekat.

Samsung Pay bermitra dengan Dana sebagai sumber dompet digital pengguna yang sudah pre-installed di perangkat Samsung. Uji coba ini masih bersifat tertutup atau closed beta testing di perangkat-perangkat tertentu, yakni Galaxy A30 dan Galaxy A50.

Vincent melanjutkan, terkait kemitraan dengan Pegadaian, Dana akan jadi aplikasi yang menyalurkan dana UMi dari mitra resmi yang ditunjuk pemerintah kepada para anggota. Ke depannya, aplikasi Dana bisa menerima pembayaran cicilan gadai di Pegadaian. Aplikasi Pegadaian pun akan terintegrasi dengan platform pembayaran Dana.

Pencapaian satu tahun Dana

Dana mulai beroperasi tepat pada 21 Maret 2018, yang dimulai dari pengumuman terintegrasinya dengan Bukalapak, Tix.id, dan BBM. Kemudian, pada Desember 2018, perusahaan meresmikan kehadirannya di merchant offline. Kini Dana tersedia di lebih dari 15 ribu titik lokasi sebagai platform pembayaran.

Beberapa merchant offline yang bermitra dengan Dana adalah Ramayana, KFC, Sour Sally, Kopi Kulo dan Kopi Kenangan. Dana juga bisa digunakan sebagai alat pembayaran di mesin kasir Moka POS.

Dari segi pengguna, Dana diklaim telah tembus lebih dari 10 juta pengguna aktif dengan rata-rata nilai transaksi mayoritas di angka Rp10.000-Rp500.000. Adapun volume transaksi yang diproses dalam sistem Dana per harinya tembus 1 juta transaksi dengan persentase yang merata datang dari merchant offline dan online.

“Kita enggak liat dari nominal tapi dari jumlah transaksinya, karena itu yang penting. Itulah mengapa kita enggak memperhatikan juga floating money. Sebisa mungkin harus nol karena kita ini kan payment platform, jadi harus sesering mungkin transaksi. Bisnis utama kita bukan di floating dana.”

Vincent juga menegaskan hingga kini sampai beberapa tahun mendatang, perusahaan belum memfokuskan pada strategi monetisasi. Dia beralasan, perusahaan masih fokus bangun infrastruktur, sehingga belum ditemukan skema monetisasi yang pas. Lagipula, pihaknya ingin memastikan Dana bisa dipakai ke seluruh lapisan masyarakat. Strategi monetisasi akan datang ketika saat tersebut sudah tiba.

“Kita sangat menonjolkan kualitas keamanan sistem yang benar-benar sekelas dunia. Segala jaminan transaksi di Dana kita jamin tidak ada dispute. Banyak user yang balik ke Dana secara organik, tanpa ada tarikan dari promosi. Ini penting sekali buat strategi long term,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Langkah Telkomsel Seriusi Bisnis T-Cash

Penetrasi penggunaan smartphone dengan teknologi canggih di kalangan masyarakat Indonesia kian meningkat. Berbagai layanan yang berkembang makin membuat masyarakat nyaman melakukan berbagai hal dari sentuhan layar ponselnya. Potensi ini pula yang membuat Telkomsel makin mantap untuk meneruskan pengembangan dan pemasaran layanan mobile payment yang dimilikinya T-Cash. Namun apakah pangsa pasar di Indonesia secara umum sudah siap dengan teknologi ini, dan bagaimana Telkomsel harus menginisiasi persebaran layanan ini?

Dalam sebuah kesempatan jumpa pers Minggu lalu membahas khusus tentang T-Cash, GM Digital Payment and Banking Product Development Telkomsel Herman Suharto memperlihatkan optimisme perusahaan terhadap layanan ini. Dibubuhkannya fitur Near Field Communications (NFC) pada T-Cash (diberi nama T-cash Tap) membuat Telkomsel optimis untuk menggarap pasar yang lebih luas. Setelah saat ini beroperasi di Jabodetabek, tahun ini ditargetkan 4 kota lain (Bandung, Surabaya, Medan, dan Makassar) akan segera disinggahi.

Keuntungan T-Cash untuk Telkomsel masih belum seberapa

Dari pemaparan Herman dalam presentasinya disebutkan Average Revenue Per User (ARPU) T-Cash berada di kisaran Rp 66.000,- per bulan. Jika saat ini sudah ada 300.000 pengguna, artinya pemasukannya sekitar Rp 19,8 miliar. Dan untuk trafik per tahun artinya Telkomsel mendapat Rp 237,6 miliar. Belum terlihat signifikan bagi bisnis Telkomsel jika keuntungan sepanjang 2014 (laporan yang sudah diterbitkan) sebanyak Rp 66,25 triliun.

Artinya Telkomsel benar-benar harus bertaruh jika memang memutuskan untuk berinvestasi lebih dalam menyebarkan bisnis tersebut. Jika dibandingkan dengan operator pesaing, Indosat Ooredoo dengan layanannya Dompetku, penetrasinya masih cukup jauh. Dompetku sendiri berhasil membukukan pemasukan Rp 2,5 triliun sepanjang 2015. Ada yang perlu dibenahi tentang edukasi pengguna dan persebaran layanan, mengingat pengguna Telkomsel masih diklaim menjadi yang terbanyak di Indonesia.

T-Cash menjadi entitas terpisah dari bisnis operator Telkomsel

Setelah sebelumnya santer terdengar isu spin-off T-Cash dari Telkomsel, Herman turut menyinggung hal tersebut dalam pemaparannya. Dari pihak T-Cash menyatakan bahwa telah siap untuk menjadi entitas bisnis tersendiri. Berbagai hal bahkan sudah disiapkan, termasuk struktur organisasi yang akan menjadi pionir penggerak bisnis T-Cash. Dengan fitur utama yang telah dimiliki T-Cash saat ini, yakni e-money, purchase online dan pay-on-mobile dinilai telah mampu untuk menjadi revenue generation terpisah bagi perusahaan.

Selain itu T-cash Tap yang sudah mengantongi lisensi dari Bank indonesia sebagai layanan uang elentronik turut meyakinkan tim T-Cash untuk mulai merintis bisnis secara mandiri. Rekanan merchant yang telah menggunakan T-Cash yang semakin luas juga menjadi indikator kematangan bisnis oleh perusahaan.

Dengan keuntungan yang dihasilkan yang belum signifikan, akan sangat riskan bagi T-Cash untuk perkembangan layanan mobile payment Telkomsel. Karena masih banyak hal yang harus dielaborasi antara layanan Telkomsel dengan T-Cash untuk mencapai target pengguna. Tahun ini saja ditargetkan 5-6 juta pengguna baru menggunakan T-Cash.

Ingin bermitra dengan Apple Pay dan Samsung Pay jika resmi masuk ke Indonesia

Teknologi serupa sudah diterapkan pemain besar smartphone dunia dalam handset-nya, oleh Apple dan Samsung. Telkomsel sendiri (khususnya divisi T-Cash) juga siap untuk melakukan kemitraan dengan Samsung Pay ataupun Apple Pay ketika mereka sudah masuk pasar Indonesia. Samsung sendiri tengah menginisiasi kehadirannya di Asia Tenggara, namun belum ada kabar pasti apakah Indonesia akan masuk ke daftar ekspansi mereka atau tidak.

Menggandeng Apple Pay atau Samsung Pay artinya akan menjadi kombinasi dua arah. Pihak Apple/Samsung akan mempersiapkan teknologi melalui handset-nya, sedangkan T-Cash harus mempersiapkan operasional lainnya untuk transaksi. Bisa menjadi sebuah simbiosis mutualisme, karena pemain luar yang masuk ke Indonesia setidaknya harus menggandeng pemain lokal yang memiliki izin untuk mengelola transaksi keuangan, dalam hal ini Telkomsel sudah mengantongi izin dari BI.

Teknologi yang digunakan oleh Apple dan Samsung tak jauh beda, yakni menggunakan NFC. Namun jika melihat dari sisi Apple atau Samsung, mereka pasti menginginkan sebuah pendekatan yang lebih umum, artinya tidak membatasi penggunaan operator seluler tertentu, karena kemitraan dengan pihak lokal bisa saja dijalin dengan instansi perbankan. Namun tak menutup kemungkinan juga dengan basis pengguna Telkomsel yang sudah sangat besar. Yang jelas ujung-ujungnya saat kerja sama ini terjadi, maka teknologi yang dikembangkan T-Cash mungkin akan mangkrak.

T-Cash harus fokus pada persebaran akses dan pengguna

Memiliki ekosistem pengguna smartphone yang tinggi bukan berarti penggunanya siap terap dengan pembaruan teknologi canggih yang dibubuhkan. Untuk saat ini, bagi siapapun pemain di mobile/electronic payment via smartphone tantangan utamanya adalah memperluas basis pengguna dan melakukan edukasi pasar. Jika mengambil khasus T-Cash, memperluas pangsa pasar dan memfokuskan kepada pengguna dapat menjadi strategi andal ketimbang harus melakukan spin-off ataupun jalinan kerja sama dengan pemain baru.

Terlalu menguras energi jika entitas bisnis harus dibangun dari awal. Potensi T-Cash tak lain hadir dari kekayaan pengguna operator seluler yang dimiliki Telkomsel. Basis pengguna Telkomsel yang luas cenderung memberikan nilai positif bagi T-Cash untuk melebarkan kerja sama dengan mitra merchant di daerah.

Application Information Will Show Up Here

Samsung Pay Siap Melenggang di Asia Tenggara

Salah satu hal yang disampaikan President & CEO South East Asia & Oceania Samsung Electronics Jeon Yong Sung adalah pihaknya akan memboyong Samsung Pay ke wilayah Asia Tenggara di tahun ini. Belum ada konfirmasi resmi apakah akan masuk ke Indonesia atau tidak, namun besar kemungkinan akan masuk, karena potensi pasar di Indonesia begitu besar. Per kuartal ketiga tahun 2015, menurut data IDC, penjualan smartphone Samsung di Indonesia mencapai 84,5 juta unit.

Kendati Samsung sudah menyatakan siap dengan infrastruktur teknologi dan skema implementasi sistem pembayaran digital tersebut, tetap saja berbagai aturan dan regulasi tetap harus dipenuhi. Contohnya adalah kerja sama dengan pihak perbankan lokal, terlebih di Indonesia. IT & Mobile Marketing Director Samsung Indonesia Vebbyna Kaunang optimis bahwa layanan tersebut bisa mendarat di Indonesia.

Sebelumnya, untuk sistem yang sama, Apple sudah mengeluarkan Apple Pay dan Google mengeluarkan Android Pay. Untuk menggunakan sistem payment seperti itu, pada umumnya pengguna diminta mendaftarkan kartu kredit yang ingin digunakan. Setelah itu smartphone bisa digunakan untuk melakukan transaksi di Point of Sales (PoS) yang mendukung pembayaran dengan kartu kredit tersebut.

Secara sederhana layanan payment tersebut mengkonversi dari yang biasanya menggesek menggunakan mesin EDC (Electronic Data Capture), lalu diubah dengan teknologi NFC (Near Field Communication) dan MST (Magnetic Secure Transmission) yang sudah disesuaikan dengan mesin PoS, sehingga pengguna hanya perlu mendekatkan handset-nya di dekat mesin POS. Samsung Pay sendiri menggunakan antena khusus yang tertanam di dalam handset Samsung untuk melakukan transmisi data. Sistem enkripsi yang kuat juga turut diterapkan untuk menghalang penyadap.

Beberapa kartu yang menggunakan logo MasterCard, Visa, dan American Express sudah didukung oleh Samsung Pay. Beberapa handset terbaru seperti Galaxy S6, Galaxy S6 Edge, Note 5 dan Galaxy S6 Edge Plus sudah didukung fitur Samsung Pay.

Sebelumnya ada juga Moka yang menyajikan inovasi Mobile Point of Sales (mPoS) untuk smartphone secara umum, yang diperuntukkan untuk sistem pembayaran di sektor UKM. Pengalaman pengguna yang ditawarkan juga tak jauh berbeda. Ada juga Finpay dan Tcash yang menawarkan pengalaman pembayaran via smartphone dari Telkom.

Mulai 30 Juni Samsung Wallet Tidak Dapat Lagi Digunakan

Samsung Pay diprediksi akan mulai diimplementasikan secara luas pada paruh kedua tahun 2015 ini. Samsung diyakini telah kian dekat dengan persiapan akhir sebelum akhirnya meluncurkan sistem pembayaran mobile tersebut.

Continue reading Mulai 30 Juni Samsung Wallet Tidak Dapat Lagi Digunakan