Nalagenetics Umumkan Pendanaan Seri A 181 Miliar Rupiah

Startup pengembang produk dan layanan pengujian genetik Nalagenetics mengumumkan telah menutup putaran pendanaan seri A senilai $12,6 juta atau setara 181 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin Intudo Ventures dan Vulcan Capital, didukung sejumlah investor termasuk Diagnostics Development Hub (DxD Hub) melalui Agency for Science, Technology and Research’s (A*STAR) A*ccelerate Technologies Pte Ltd, Dexa International, Diagnos Laboratories, East Ventures, AC Ventures, dan sejumlah angel investor — termasuk salah satu eksekutif platform e-commerce lokal.

Sebelumnya mereka telah membukukan pendanaan tahap awal pada November 2018 lalu senilai $1 juta. Berbekal dana investasi tersebut, Nalagenetics secara agresif mengembangkan solusi pengujian genetika menyeluruh, yang memungkinkan pencegahan penyakit. Melalui perangkat lunak dan solusi genetiknya, mereka memberdayakan profesional di bidang kesehatan untuk menerapkan pengujian prediktif dan pra-gejala guna pencegahan atas kondisi kronis.

Solusi awal yang dihadirkan Nalagenetics adalah kit genotipe yang terjangkau dan solusi bioinformatika untuk interpretasi data genetik. Seiring perkembangannya, kini mereka turut menawarkan ragam solusi mencakup pembuatan, penerapan, dan integrasi informasi genetika dalam sistem perawatan kesehatan. Dengan salah satu platform berjuluk “Clinical Decision Support” untuk lab-lab kesehatan.

Di luar perangkat lunak, layanan Nalagenetics mencakup protokol lab basah, algoritma bioinformatika, rekomendasi klinis, dan koneksi API, untuk memberdayakan rumah sakit dan laboratorium agar menjalankan layanan pengujian genetik yang efektif.

Selain itu, Nalagenetics telah mendukung pemerintah dan sektor swasta selama pandemi Covid-19, meningkatkan pengujian untuk pasien di seluruh penjuru Indonesia.

Lanjutkan ekspansi regional

Saat ini Nalagenetics melayani pasar utamanya di Indonesia dan Singapura. Selanjutnya melalui dana segar yang didapat, perusahaan akan melanjutkan ekspansi ke Malaysia dan sejumlah negara lain tahun ini. Perusahaan juga telah bermitra strategis dengan lebih dari 40 rumah sakit dan klinik kesehatan. Selain ekspansi, pengembangan produk juga akan menjadi fokus utama.

Nalagenetics telah mengembangkan modul klinis untuk farmakogenomik, nutrigenomik, dan prediksi risiko kanker payudara. Kemudian berencana untuk mengembangkan modul baru seputar skor risiko poligenik untuk mengatasi kondisi kompleks dan pembunuh terbesar di Asia Tenggara, yang mencakup penyakit kardiometabolik, kanker, dan kondisi neurodegeneratif.

“Kami bersemangat untuk terus mengadvokasi pengembangan skrining genetik hemat biaya untuk personalisasi resep dan skrining untuk kardiovaskular, neurodegeneratif, dan kanker sebagai pembunuh terbesar di Asia Tenggara. Karena momentum untuk pengujian genetik dan adopsi perawatan berbasis nilai semakin meningkat, kami melihat banyak minat dari rumah sakit dan penyedia layanan yang sebelumnya tidak ada,” kata Co-Founder & CEO Nalagenetics Levana Sani.

Pertumbuhan pasar yang signifikan

Menurut data yang disampaikan, Asia menjadi pasar pengujian genetika dengan pertumbuhan tercepat. Namun, masih ada ruang yang signifikan untuk pertumbuhan, karena saat ini hingga 80% dari semua penemuan genetik terus ditemukan terutama pada populasi Kaukasia.

Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip mengatakan, “Populasi lokal membutuhkan solusi lokal dalam mengatasi masalah terkait genetika. Indonesia, dan lebih luas lagi di Asia Tenggara, telah lama menjadi pasar yang kurang terlayani untuk pengujian genetika. Dengan solusi yang disesuaikan dengan konteks lokal, Nalagenetics mengintegrasikan produk dan layanan yang ditargetkan ke dalam sistem perawatan kesehatan lokal untuk menawarkan layanan pengujian genetika dan analitik untuk pasien yang tidak memiliki akses ke layanan tersebut.”

Kendati demikian, di Indonesia memang belum banyak startup yang bermain di ranah ini. Kebanyakan kebutuhan akan pengujian genetika atau biomedis lainnya baru di tangani lab-lab konvensional – yang biasanya membutuhkan biaya lebih besar untuk penggunaan layanannya. Startup biotech lain yang telah hadir dan juga mendapatkan pendanaan dari pemodal ventura adalah Nusantics. Selama pandemi salah satu inovasi yang mereka gencarkan ialah menghadirkan alat pengujian Covid-19 yang ramah di kantong.

SoulParking Dikabarkan Dapat Pendanaan Baru Senilai 54 Miliar Rupiah

Startup pengembang sistem manajemen parkir pintar SoulParking, dikabarkan telah mengumpulkan $3,75 juta atau sekitar 54 miliar Rupiah. Menurut data yang diinputkan ke regulator, putaran ini masuk dalam seri A dengan keterlibatan Basis Global, AC Ventures, Akohara, dan sejumlah investor lainnya.

Jumlah pendanaan kali ini disebut naik tiga kali lipat dari putaran sebelumnya pada Januari 2021. Sebelumnya, platform yang dikembangkan oleh Ilham Akbar (CEO), Andru Wijaya (CPO), Riza Aulya (COO), Unggul Depririanto (CTO), dan Kenneth Darmansjah (CFO) ini sudah mengantongi pendanaan tahap awal di tahun 2020 dari investor yang sama.

Kami sudah mencoba menghubungi jajaran manajemen dan pihak investor yang terlibat, namun sampai tulisan ini diterbitkan mereka masih enggak memberikan komentar soal investasi baru tersebut.

Soul Parking mengembangkan solusi untuk pengelolaan tempat parkir sejak  lebih dari 10 tahun lalu. Perusahaan memiliki dua lini bisnis—sistem bagi hasil antara perusahaan dan klien yang dibagikan dengan klien dengan kontrak minimal sepuluh tahu dan penjualan instalasi dengan harga yang bergantung pada kapasitas penyimpanan.

Solusi yang ditawarkan SoulParking

Di Indonesia, sepeda motor merupakan moda transportasi yang dominan, mewakili 84,5% dari semua kendaraan bermotor aktif. Namun, hanya ada sedikit tempat parkir untuk sepeda motor di kawasan pusat bisnis, mengakibatkan pengendara sering kali meninggalkan motor mereka di jalan atau di trotoar meskipun hal ini melanggar peraturan. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas di kota Jakarta.

Mengembangkan sistem penyimpanan sepeda motor kompak (CMS) yang menumpuk sepeda di atas satu sama lain untuk penyimpanan yang efisien, Struktur parkir SoulParking terdiri dari delapan lantai yang dibangun di atas lahan seluas 50 meter persegi, dan dapat menampung hingga 240 sepeda motor.

Pengguna dapat menemukan fasilitas parkir terdekat melalui aplikasi Soul Parking. Di lokasi ini, perusahaan menawarkan layanan yang mirip dengan parkir valet—memindai kode batang, dan operator akan menemui pengguna untuk mengambil sepeda motor dan menyimpannya di gudang. Ketika pengguna siap untuk mengambil sepeda motor mereka, mereka dapat menggunakan “fitur checkout awal” di aplikasi Soul Parking sehingga kendaraan mereka akan siap untuk diambil ketika mereka tiba di fasilitas penyimpanan.

Tarif parkir mulai dari Rp2.000 per jam. Soul Parking juga memiliki paket untuk pegawai kantoran mulai dari Rp6.000 selama 12 jam dan Rp140.000 selama satu bulan. Ini sesuai dengan tarif parkir rata-rata untuk sepeda motor di Jakarta. Semua lokasi dilengkapi dengan kamera keamanan, dan setiap kendaraan diasuransikan, membuat layanan lebih aman daripada parkir di badan jalan.

Solusi Soul Parking saat ini telah tersedia di 20 lokasi di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Sistem CMS-nya ditempatkan di area sibuk di dekat mal dan gedung perkantoran. Selain membangun fasilitas penyimpanan ini, perusahaan juga menciptakan sistem operasi berpemilik yang mengelola komponen perangkat lunak dan perangkat kerasnya. Ini mendigitalkan fasilitas parkir yang ada, menambahkan sistem gerbang penghalang, pemindai kode batang, dan dasbor web.

Sebelumnya, Soul Parking juga sempat berpartisipasi dalam beberapa program akselerator, termasuk Startup Studio, program yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memfasilitasi startup digital yang sedang dalam proses mencapai tahap product-market fit dengan traction yang menjanjikan dan memiliki founder yang potensial. Belum lama ini, perusahaan juga menjadi salah satu dari sepuluh finalis dari Alibaba Cloud x KrASIA Global Startup Accelerator Indonesia Demo Day yang diadakan pada 21 Desember lalu.

Noice Announces Strategic Investment from RANS Entertainment

The audio content platform, Noice, announced strategic investment with undisclosed value from RANS Entertainment of Raffi Ahmad and Nagita Slavina. RANS will present original podcast content exclusively on the Noice platform as an early stage of its strategic partnership, .

On the general note, RANS Entertainment is an entertainment content company that houses various business lines, from RANS Music, RANS Sportainment, RANS FC, RANS Basket, RANS e-sports, and RANS Beauty. Currently, RANS Entertainment has more than 100 million followers and subscribers on various social media networks.

RANS has started to enter the startup ecosystem by forming RANS Ventures. Its first two portfolios are Upbanx and VCGamers.

Previously, Noice has secured a pre-series A funding round led by Alpha JWC Ventures and Go-Ventures with participation of Kinesys Group and Kenangan Kapital in 2021.

Meanwhile, Alpha JWC Ventures, Kenangan Kapital, and Kinesys Group have participated in Noice’s seed funding.

In the official statement, Noice’s CEO, Rado Ardian said that RANS’ position as a media powerhouse in Indonesia can enrich the content and open up opportunities for collaboration with talents under RANS Entertainment and RANS Music.

“This funding will be used to develop quality content for Indonesian people. With RANS as a strategic partner, the way to develop an audio content ecosystem in Indonesia through cross-platform content, both visual to audio and vice versa, will be more effective,” Rado said.

Through this partnership, Noice users can access RANS Entertainment’s new content exclusively. In addition, RANS Entertainment will use the Noice Live feature to interact directly with their fans. Noice Live is a social networking feature in audio format that allows real-time interaction between creators, listeners, musicians, fans, and experts.

RANS Entertainment’s Front-man, Raffi Ahmad added, “The business run by Noice is in line with RANS Entertainment’s vision and mission, to develop a digital content ecosystem and creative industry in the country. It makes us very interested to invest in Noice.”

Currently, Noice records around 20,000 podcast episodes with a total user time listening to content of more than one billion minutes. Noice has more than 1.5 million users and more than 300 content creators.

Hyperlocal strategy

Noice is committed to creating an ecosystem of quality audio content in Indonesia, by presenting the most complete multi-vertical audio, such as podcasts, audiobooks, radio, and live audio.

In DailySocial’s previous interview with Rado Ardian, he always emphasized the hyperlocal strategy as the value proposition of this services to become a home for audio content in Indonesia.

This strategy puts forward local aspects of Indonesian and regional languages ​​with relevant topics in each region. He said, the podcast and non-music audio industry keeps growing, but the platform for providing quality non-music audio content is still very limited.

With a diversified line of business and a large fan base, Noice’s collaboration with RANS Entertainment can be the right strategy to dominate local podcast content. And this might not be Noice’s last exclusive collaboration with a similar company.

Moreover, over the last few years, Indonesian public figures and celebrities have started to form its own entertainment channels by utilizing social media networks, such as YouTube and Instagram. Their number of followers and subscribers is quite large. This trend is also in line with the increasing use of smartphones and the reduced intensity of Indonesian people watching television.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Astro Announces Series A Funding Worth of 387 Billion Rupiah

An online grocery start-up with the quick-commerce concept, Astro, announced $27 million Series A funding or equivalent to 387 billion Rupiah. The round was led by Accel and Sequoia Capital India. Some previous-funding venture capitalists were also invoved, including AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, and Goodwater Capital.

Some angel investors backed this company, including founders and senior executives from Traveloka, Ajaib, Meesho, OYO, Swiggy, and Udaan. Astro will immediately use the funds to expand its reach in Indonesia. In addition, it will be channeled to increase human resources up to 3 times by the end of 2022.

“Astro adheres to the mission to improve the quality of life of people in Indonesia by providing convenience shopping for daily needs. Our Astronauts [partners] are ready to deliver groceries and essentials within 15 minutes, therefore, you can spend time, energy and money on other things,” Astro’s Co-Founder & CEO, Vincent Tjendra said.

Since its launching in September 2021, Astro has established 15+ hubs throughout Jakarta with 1,500+ product SKUs, from food, vegetables, meat, and other daily necessities. The Astro app has been downloaded by hundreds of thousands of people on the Google Playstore. This hub is an important infrastructure for Astro, because their quick-commerce concept guarantees a maximum delivery process of 15 minutes after the order is completed — even for product returns if it doesn’t match.

Competition for the leading online grocery

Previously, in an interview with DailySocial.id, Vincent said, the quick commerce business model provides its own competitive advantages for Astro, including offering convenience and speed through instant delivery, a 24 hours online store with a wide variety of products to meet customer’s needs.

Astro uses the existence of ‘dark stores’ as distribution centers placed at various points to allow instant delivery services. Astro utilizes an in-house logistics fleet to accommodate all orders. The flat shipping cost per order is IDR 15 thousand with  the minimum transaction of IDR 50 thousand.

According to the data, the current retail sector in Indonesia for foodstuffs has a fairly low penetration, which is around 0.4% compared to the penetration of e-commerce that reaches 10%. However, the pandemic is widely seen as an opportunity for online grocery to build the market. According to the research, this sector is projected to grow at $6 billion in 2025.

In Indonesia alone, some players also provide similar services, here are the top list of leading applications on Google Play in the shopping category (as of 02 February 2022). This rating fluctuates, indicating the growth rate of downloads and usage of related apps.

App Rank Download
Klikindomaret 11 1 million+
Segari 23 100 thousand+
Sayurbox 26 1 million+
Pasarnow 30 100 thousand+
Titipku 40 100 thousand+
KitaBeli 42 100 thousand+
TaniHub 52 500 thousand+
LOTTEmart 92 50 thousand+
MyYOGYA 99 100 thousand+

Apart from the standalone grocery services, a number of local tech giants are getting serious to penetrate this segment. For example, Blibli with the BlibliMart. Also, the company has recently took a corporate action by acquiring a majority stake in the Ranch Market company – which is planned to be integrated to strengthen the online grocery line.

Other startups also gain significant support from investors, considering the market is still very “green” to work on. Earlier this year, KedaiSayur has received fresh funding from its parent company Triputra Group. A number of ex-Tanihubs also launched JaPang late this year to provide grocery services that focus on serving markets outside Java.

Meanwhile, last year, apart from Astro, a number of other startups received funding from investors, including Segari (Series A), Dropezy (Series A), Pasarnow (Series A), Segari (Series A), Titipku (Pre-Series A), HappyFresh (Series A). Series D), and Sayurbox (Series B).

“There are several things cannot be separate from e-commerce, one of which is that consumers always want faster delivery, more diverse choices, and appropriate pricing. The quick-commerce model answers all of these needs. With the rapid growth of the market in Indonesia, especially in the online groceries category, this certainly opens up a big market opportunity and deserves to be explored […],” Sequoia India’s VP, Aakash Kapoor said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Astro Umumkan Pendanaan Seri A 387 Miliar Rupiah

Startup online grocery berkonsep quick-commerce Astro mengumumkan telah mengumpulkan pendanaan seri A senilai $27 juta atau setara 387 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Accel dan Sequoia Capital India. Turut tergabung para pemodal ventura yang terlibat di investasi sebelumnya, termasuk AC Ventures, Global Founders Capital, Lightspeed, dan Goodwater Capital.

Sejumlah angel investor juga mendukung pendanaan ini, di antaranya founder dan eksekutif senior dari Traveloka, Ajaib, Meesho, OYO, Swiggy, dan Udaan. Dana segara akan dimanfaatkan Astro untuk memperluas jangkauan di Indonesia. Selain itu juga akan digunakan untuk meningkatkan SDM hingga 3x lipat hingga akhir tahun 2022 mendatang.

“Astro berpegang pada misi untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di Indonesia dengan memberikan kenyamanan berbelanja kebutuhan sehari-hari. Astronauts [sebutan untuk mitra] kami siap mengirimkan bahan makanan dan kebutuhan pokok dalam waktu 15 menit sehingga Anda dapat menghabiskan waktu, energi, dan uang untuk menjalani hal-hal lainnya,” Co-Founder & CEO Astro Vincent Tjendra.

Sejak diluncurkan pada September 2021, , Astro telah mendirikan 15+ hub di seluruh Jakarta dengan 1.500+ SKU produk, mulai dari makanan, sayur, daging, dan kebutuhan harian lainnya. Aplikasi Astro sendiri telah diunduh oleh ratusan ribu orang di Google Playstore. Hub ini menjadi infrastruktur penting bagi Astro, pasalnya konsep quick-commerce mereka menjanjikan proses pengantaran maksimal 15 menit setelah pesanan selesai — pun untuk pengembalian produk jika tidak sesuai.

Berlomba menjadi online grocery terdepan

Sebelumnya dalam wawancara bersama DailySocial.id, Vincent mengatakan, model bisnis quick commerce memberikan keunggulan kompetitif tersendiri untuk Astro, antara lain menawarkan kenyamanan dan kecepatan melalui pengiriman instan, toko online yang buka selama 24 jam setiap hari, hingga variasi produk yang beragam untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.

Astro memakai memanfaatkan keberadaan ‘dark stores’ sebagai pusat distribusi yang diletakkan di berbagai titik untuk menikmati layanan instan pesan-antar. Astro memanfaatkan armada logistik in-house untuk mengakomodasi seluruh pesanan. Ongkos kirim yang ditetapkan per pesanan adalah Rp15 ribu dan minimal transaksi adalah Rp50 ribu.

Menurut data yang disampaikan, saat ini di Indonesia sektor ritel untuk bahan makanan memiliki penetrasi yang cukup rendah, yakni sekitar 0,4% dibanding dengan penetrasi e-commerce yang menapai 10%. Namun demikian, kondisi pandemi banyak dilihat sebagai kesempatan bagi online grocery untuk membentuk pasar. Menurut riset, sektor ini diproyeksi akan bertumbuh dengan nilai $6 miliar pada 2025 mendatang.

Di Indonesia sendiri sejumlah pemain juga turut memberikan layanan serupa, berikut ini beberapa di antaranya yang aplikasinya menduduki peringkat teratas di Google Play pada kategori belanja (per 02 Februari 2022). Peringkat ini fluktuatif, menunjukkan tingkat growth dari unduhan dan penggunaan aplikasi terkait.

Aplikasi Peringkat Jumlah Unduhan
Klikindomaret 11 1 juta+
Segari 23 100 ribu+
Sayurbox 26 1 juta+
Pasarnow 30 100 ribu+
Titipku 40 100 ribu+
KitaBeli 42 100 ribu+
TaniHub 52 500 ribu+
LOTTEmart 92 50 ribu+
MyYOGYA 99 100 ribu+

Di luar aplikasi yang secara standalone menghadirkan layanan grocery, sebenarnya sejumlah raksasa teknologi lokal juga mulai serius di sana. Misalnya yang dilakukan Blibli dengan menghadirkan BlibliMart. Tidak hanya itu, belum lama ini mereka melakukan aksi korporasi dengan mengakuisisi saham mayoritas perusahaan Ranch Market – yang rencananya akan diintegrasikan untuk menguatkan lini online grocery mereka.

Startup lain juga terus mendapatkan dukungan signifikan dari investor, mengingat pasar yang masih sangat “hijau” untuk digarap. Awal tahun ini KedaiSayur baru mendapatkan pendanaan segar dari induk perusahaannya Triputra Group. Sejumlah ex-Tanihub juga akhir tahun meluncurkan JaPang untuk menghadirkan layanan grocery yang fokus melayani pasar di luar Jawa.

Sementara tahun lalu, selain Astro, sejumlah startup lain menerima pendanaan dari investor, yakni Segari (Seri A), Dropezy (Seri A), Pasarnow (Seri A), Segari (Seri A), Titipku (Pra-Seri A), HappyFresh (Seri D), dan Sayurbox (Seri B).

“Ada beberapa hal yang tak terbantahkan dalam e-commerce, salah satunya bahwa konsumen selalu menginginkan pengiriman yang lebih cepat, pilihan yang lebih beragam, dan penetapan harga yang sesuai. Model quick-commerce menjawab semua kebutuhan tersebut. Dengan pesatnya pertumbuhan pasar di Indonesia, terutama di kategori online groceries, hal ini tentunya membuka peluang pasar yang besar dan layak dieksplorasi […],” jelas VP Sequoia India Aakash Kapoor.

Application Information Will Show Up Here

Aruna Discloses Additional Series A Funding of 431 Billion Rupiah

Aruna announced an additional funding for series A round worth of $30 million or around 431 billion Rupiah led by Vertex Ventures. Some previous investors also participated, including Prosus Ventures, AC Ventures, East Ventures (Growth Fund), Indogen Capital, SMDV, and SIG Venture Capital.

Aruna’s total funding in the latest series A investment has reached $65 million or equivalent to 934 billion Rupiah. Based on our data, Aruna’s current valuation is exceeding $200 million.

The fresh money will be used to boost expansion to various regions in Indonesia, while increasing Aruna’s market share in the global market. In addition, the company will use the funds to recruit local talent in building sustainable fisheries technology and infrastructure from upstream to downstream.

“This additional funding round has proven investors’ trust in Indonesia’s potential as the largest maritime country as well as Aruna’s role as a pioneer in this sector. Aruna is committed to continue building a wider impact for Indonesia, especially coastal communities,” Aruna’s Co-Founder & CEO, Farid Naufal Aslam.

He also said, “This is in line with the government’s agenda to encourage an inclusive and sustainable economy by encouraging the implementation of technology throughout the country. Our vision is to target Indonesia as the world’s maritime axis and we expect to achieve this by revolutionizing the fisheries supply chain, building financial inclusion and encourage the implementation of sustainable fisheries,”

In 2021, Aruna has built 100 fishery communities with over 26 thousand registered fishermen. In addition, they have also opened 5 thousand job vacancies in rural areas, especially coastal areas. Last year, they sold 44 million kilograms of fisherman’s catch to more than 8 countries. To date, Aruna has been operating in 27 provinces throughout Indonesia.

Tighten the B2B and B2C business model

Aruna’s products / Aruna

Was founded in 2016, Aruna provides a one-stop-shop and fisheries aggregator to streamline the supply chain of fishery products from fishermen to the global market. During 5 years of operation, Aruna claims to have increased up to 400x.

The company’s main features is the sales of fisherman’s fresh products. Aruna‘s system allows businesses to place orders in group (B2B) — including for export purposes overseas.

In addition, they also serve personal orders for smaller quantities (B2C). In addition to fresh fisheries, Aruna has started exploring processed products by empowering rural communities with an agenda to help improve the economy of coastal communities.

“Our mission is to make the ocean a better source of life for all with the Sea For All campaign. We are committed to building infrastructure that supports sustainable fisheries, because we believe that profit will be achieved by balancing humans and the environment,” Aruna’s Co-Founder & Chief Sustainability Officer, Utari Octavianty.

Startup in fishery sectors catch investor’s attention

As a maritime country, Indonesia holds a very big market share for fishery products. The increasingly mature digital ecosystem also build investors’ confidence to support startups with vision to democratize this sector.

Earlier this year eFishery has managed to bag 1.2 trillion Rupiah funding. On the general note, eFishery develops a number of technological tools and digital supply chain systems to help fish/shrimp farmers improve their business. JALA Tech, in November 2021, announced funding worth of IDR 85.7 billion from several impact investors. One month earlier, DELOS received seed funding from Arise and MDI Ventures.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Aruna Umumkan Tambahan Pendanaan Seri A 431 Miliar Rupiah

Aruna mengumumkan perolehan pendanaan tambahan untuk putaran seri A senilai $30 juta atau sekitar 431 miliar Rupiah yang dipimpin Vertex Ventures. Turut bergabung sejumlah investor sebelumnya seperti Prosus Ventures, AC Ventures, East Ventures (Growth Fund), Indogen Capital, SMDV, dan SIG Venture Capital.

Investasi baru ini membawakan total pendanaan seri A yang dihimpun Aruna mencapai $65 juta atau senilai 934 miliar Rupiah. Menurut data yang kami peroleh, saat ini valuasi Aruna sudah berada di kisaran lebih dari $200 juta.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk menggenjot ekspansi ke berbagai daerah di Indonesia, sembari meningkatkan market share Aruna di pasar global. Selain itu, perusahaan akan memanfaatkan dana untuk merekrut talenta lokal dalam membangun teknologi dan infrastruktur perikanan berkelanjutan dari hulu ke hilir.

“Putaran pendanaan tambahan ini membuktikan kepercayaan investor kepada potensi Indonesia sebagai negara maritim terbesar sekaligus membuktikan kiprah Aruna sebagai pionir di sektor ini. Aruna berkomitmen untuk terus membangun dampak yang lebih luas bagi Indonesia, khususnya masyarakat pesisir,” ujar Co-Founder & CEO Aruna Farid Naufal Aslam.

Ia melanjutkan, “Ini sejalan dengan agenda pemerintah dalam mendorong perekonomian yang inklusif serta berkelanjutan dengan mendorong implementasi teknologi di seluruh penjuru tanah air. Visi kami adalah menargetkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan kami berharap bisa mencapai ini dengan revolusi rantai pasok perikanan, membangun inklusi keuangan dan mendorong implementasi perikanan yang berkelanjutan,”

Pada tahun 2021, Aruna telah membangun 100 komunitas nelayan dengan lebih dari 26 ribu nelayan terdaftar. Selain itu mereka juga telah membuka 5 ribu lowongan pekerjaan di daerah rural, khususnya pesisir. Tahun lalu, mereka juga menjual hasil tangkapan nelayan sebesar 44 juta kilogram ke lebih dari 8 negara. Hingga saat ini, Aruna telah beroperasi di 27 provinsi di seluruh Indonesia.

Kencangkan model bisnis B2B dan B2C

Produk olahan yang dikelola Aruna / Aruna

Berdiri sejak 2016, Aruna berperan sebagai one-stop-shop dan agregator perikanan untuk mengefisienkan rantai pasok produk perikanan dari nelayan ke pasar global. Sejak 5 tahun terakhir secara bisnis Aruna mengklaim telah mengalami peningkatan hingga 400x lipat.

Layanan andalan mereka adalah penjualan produk tangkapan nelayan. Sistem Aruna memungkinkan bisnis untuk melakukan pemesanan dalam jumlah besar (B2B) — termasuk untuk tujuan ekspor ke luar neger.

Selain itu, kini mereka juga melayani pemesanan personal untuk jumlah yang lebih kecil (B2C). Selain ikan segar, Aruna juga mulai merambah produk olahan dengan memberdayakan masyarakat rural dengan agenda untuk turut meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.

“Misi kami adalah menjadikan laut sebagai sumber kehidupan yang lebih baik bagi semua dengan kampanye Sea For All. Kami berkomitmen dalam membangun infrastruktur yang mendukung perikanan yang berkelanjutan, karena kami yakin bahwa profit akan dapat diraih dengan menyeimbangkan antara manusia dan juga lingkungan” ujar Co-Founder & Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty.

Startup di bidang perikanan mendapat atensi investor

Sebagai negara maritim, ukuran pangsa pasar perikanan di Indonesia memang sangat besar. Digitalisasi yang mulai terlihat matang juga menjadikan kepercayaan tersendiri bagi para investor untuk mendukung startup yang memiliki visi untuk mendemokratisasi sektor tersebut.

Awal tahun ini eFishery juga baru mendapatkan pendanaan senilai 1,2 triliun Rupiah. Seperti diketahui, eFishery mengembangkan sejumlah alat teknologi dan sistem rantai pasok digital untuk membantu pembudidaya ikan/udang meningkatkan bisnis mereka. JALA Tech juga pada November 2021 mengumumkan pendanaan 85,7 miliar Rupiah dari sejumlah impact investor. Dan satu bulan sebelumnya, DELOS mendapatkan pendanaan awal dari Arise dan MDI Ventures.

 

Application Information Will Show Up Here

CoLearn Obtains Additional Funding Worth of 244 Billion Rupiah

The CoLearn edtech startup received additional funding on its series A round worth of $17 million or equivalent to 244 billion Rupiah. It brings the company’s total fundraising round to $27 million. The series A funding was first announced in April 2021 and was valued at $10 million.

The additional round was led by TNB Aura [previous investor], KTBN Venture, and PT Binus Investama Indonesia. There are also previous investors, including AC Ventures, Leo Capital, January Capital, Alpha Wave Incubation, and Surge.

CoLearn’s Co-founder & CEO, Abhay Saboo has confirmed the news. He said that CoLearn became the first edtech platform to receive investment from Surge and Binus (Binus Group from Binus University).

Based on our data and observation, CoLearn’s current valuation has reached $100 million — therefore, CoLearn has listed as one of the centaur startups.

Abhey is not the sole army, CoLearn was also co-founded by Marc Irawan and Sandeep Devaram. Since the app launched in August 2020, they currently claim to have 3.5 million students.

One of its main features is allowing students to ask for solutions in answering questions of a subject (homework) — an average of 5 million questions are uploaded per month. There is an AI technology embedded in the system to automate the solution discovery process.

CoLearn also provides educational content services packaged in on-demand videos and live online class sessions which will be delivered interactively by experienced tutors. It also has a training program for teachers. The company targets to train up to 200 teachers in the next 2 years, especially in the STEM field.

Pandemic accelerating edtech business

It was revealed in the DSResearch: Edtech Report 2020, that the edtech startup, although not as fast as other landscapes like fintech, are starting to gain investor’s attention; It has been proven with several startups succeeded in obtaining funding, including Ruangguru which valuation already exceed $100 million.

The increasingly mature market share has made some global edtech players put Indonesia on the list of expansion destinations.

Apart from CoLearn and Ruangguru, other edtech platforms that have experienced positive growth and have received funding in the last three years are Zenius, Pahamify, Hacktiv8, Gredu, Arkademi, and HarukaEdu.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

CoLearn Kantongi Pendanaan Lanjutan Senilai 244 Miliar Rupiah

Startup edtech CoLearn mendapatkan pendanaan tambahan untuk putaran seri A senilai $17 juta atau setara 244 miliar Rupiah. Perolehan ini membuat total dana yang berhasil dikumpulkan perusahaan dalam putaran tersebut mencapai $27 juta. Pendanaan seri A mereka pertama kali diumumkan pada April 2021 lalu senilai $10 juta.

Putaran tambahan ini dipimpin oleh TNB Aura [investor sebelumnya], KTBN Venture, dan PT Binus Investama Indonesia. Turut terlibat juga jajaran investor sebelumnya termasuk AC Ventures, Leo Capital, January Capital, Alpha Wave Incubation, dan Surge.

Terkait kabar investasi tambahan ini, Co-founder & CEO CoLearn Abhay Saboo telah memberikan konfirmasi. Ditambahkan olehnya, CoLearn menjadi platform edtech pertama yang menerima investasi dari Surge serta diinvestasi oleh Binus (Binus Group dari Binus University).

Dari data yang kami peroleh, saat ini kisaran valuasi CoLearn telah mencapai $100 juta — sehingga CoLearn telah masuk ke jajaran startup centaur.

Selain Abhey, CoLearn turut didirikan oleh Marc Irawan dan Sandeep Devaram. Sejak aplikasi diluncurkan pada Agustus 2020, saat ini mereka mengklaim telah memiliki 3,5 juta siswa.

Salah satu fitur andalan mereka adalah memungkinkan siswa untuk menanyakan solusi dalam menjawab soal di suatu pelajaran (dalam mengerjakan PR) — rata-rata per bulan ada sekitar 5 juta pertanyaan yang diunggah. Dalam sistem disematkan teknologi AI sehingga mengautomasi proses penemuan solusi.

CoLearn juga memiliki layanan konten pendidikan yang di kemas dalam video on-demand dan sesi kelas live online yang dibawakan secara interaktif oleh tutor berpengalaman. Selain itu juga memiliki program pelatihan untuk guru. Targetnya, dalam 2 tahun ke depan mereka ingin bisa melatih 200 guru terutama di bidang STEM.

Pandemi akselerasi edtech

Dalam laporan DSResearch: Edtech Report 2020 terungkap, kendati belum sekencang lanskap lain, misalnya fintech, startup pendidikan juga mulai mendapatkan perhatian pemodal; terbukti beberapa startup berhasil memperoleh pendanaan, satu di antaranya yakni Ruangguru bahkan mencapai valuasi di atas $100 juta.

Pangsa pasar yang makin matang membuat beberapa pemain edtech dari luar negeri turut menjadikan Indonesia sebagai tujuan ekspansi.

Selain CoLearn dan Ruangguru, platform edtech lainnya yang mengalami pertumbuhan positif dan telah mendapatkan pendanaan dalam waktu tiga tahun terakhir adalah Zenius, Pahamify, Hacktiv8, Gredu, Arkademi, dan HarukaEdu.

Application Information Will Show Up Here

Moladin Reportedly Secured Series A Funding, Listed as Centaur with 3.3 Trilllion Rupiah Valuation

Moladin reportedly secured series A funding worth of $42 million or equivalent to 601.5 billion Rupiah. Based on regulators’ data, Sequoia Capital India and Northstar Group are leading this round. Also participated some previous investors, including East Ventures and Global Founder Capital. With the additional fresh funds, the company’s valuation is said to reach $231 million or equivalent to 3.3 trillion Rupiah.

In fact, this fundraising has been rumored since mid 2021. Moladin officially announced the latest round in January 2020.

Was founded in 2017, Molaldin is led by Jovin Hoon and Mario Tanamas. The platform aims to cater the purchasing of new and used motorcycles. To date, they are shifting focus to the used cars business. In fact, the “Motor” (Bike) menu is already vanished.

Moladin’s penetration brough a new crowd to the car marketplace competition, which recently taken the public’s attention. It is known that the two neighbor platforms Carro and Carsome have reached the unicorn status – both have a fairly strong business base in Indonesia. Prior to this, there is also BeliMobilGue which was rebranded into OLX Autos.

Potential market

In the first half of 2021, OLX Autos confirmed the business transactions on its platform had surpassed $1 billion globally. The company alone has started operating since January 2020. According to the company research, the positive trend for used car industry remains after the Covid-19 pandemic hits the country. Even during the pandemic, the general demand for used car products still increase by 15-20%.

It is likewise to the data compiled by Carro. Until Q3 2021, they observe an 11x increase in transactions. For its business units in Indonesia, 45.87% of transactions are proceed online with most users come from Greater Jakarta.

To date, used car sales services are centralized in the offline business. Moladin, Carro and other services are trying to democratize the process. Not only listing, the infrastructure also provide financing. The business model applied is comprehensive through C2B2C – buying cars from users, then selling them either to dealers using an auction system or directly to consumers through the website.

Moladin’s journey

Since its  launching, Moladin has been backed with seed funding from East Ventures and some other investors. The initial service is two-wheeler sales for users in the Jabodetabek, Banten, Bandung, Yogyakarta, Solo, and Semarang areas. Then, the $1.2 funding was focused on regional expansion and strengthening business partnerships with dealers and leasing companies in various regions.

Back then, until mid-2018, the motorcycle business still found very attractive traction. Moladin claims to experience sales growth of 20-30% per month with a total transaction value of more than $1 million.

In 2019, Moladin also claimed to have succeeded in doubling the GMV from the previous year. They managed to add 8000 used motorcycle listings in its system, including 8 times growth in app usage. Moladin also introduced new products such as auto mortgage loans to facilitate users with options to buy motorcycle.

In early January 2020, East Ventures led another funding for Moladin in the pre-series A round. Funding is to be focused on strengthening business and expansion to fixed its position in the industry.

Until in 2021, Moladin started to shift from motorcycle to used cars. We had sent inquiries about business developments and funding confirmation, however, Moladin is yet to accept interviews from the media in the near future.

It will be interesting to wait for Moladin’s next strategy with this new business model. Moreover, the company will directly compete with such powerful players.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here