Serial TV Silicon Valley Dibuatkan Konten VR Interaktif yang Amat Mendetail

Penggemar serial TV Silicon Valley pastinya sudah tidak asing dengan virtual reality. Di season terakhirnya, sejumlah episode banyak membahas mengenai VR, lengkap dengan sesosok karakter baru bernama Keenan Feldspar, yang dimaksudkan untuk menjadi parodi dari sang pendiri Oculus, Palmer Luckey.

Maka dari itu, wajar apabila HBO kemudian mencoba menyuguhkan Silicon Valley lewat sebuah pengalaman VR. Dikembangkan bersama studio VR bernama Rewind, konten berjudul Silicon Valley: Inside The Hacker Hostel ini bukan sekadar tur virtual ke markas tim Pied Piper yang berantakan, melainkan lengkap dengan sederet pengalaman interaktif.

Silicon Valley: Inside The Hacker Hostel

Pada kenyataannya, total ada 756 objek yang bisa diajak berinteraksi oleh pemain, mulai dari sebuah meja foosball yang dilengkapi AI untuk dijadikan lawan, sampai bola berwarna kuning-biru yang kerap dimainkan oleh tim Pied Piper selagi minum-minum dan meneriakkan “always blue” berulang-ulang.

Silicon Valley: Inside The Hacker Hostel pada dasarnya merupakan rekreasi mendetail yang dirancang berdasarkan foto-foto dan blueprint dari lokasi syuting sebenarnya. Pemain dapat memasuki semua ruangan yang ada, dan bahkan di satu titik berjumpa dengan karakter-karakter utama serial tersebut.

Silicon Valley: Inside The Hacker Hostel

Sejumlah elemen konyol pun tidak lupa disisipkan. Contohnya, pemain bisa menenggak tequila virtual, lalu kalau kebanyakan, tampilan layar akan mulai meliuk-liuk untuk menyimulasikan sensasi mabuk. Aplikasi Not Hot Dog buatan Jian-Yang yang digadang-gadang sebagai “Shazam for food” pun juga hadir dan bisa didemonstrasikan kalau mau.

Sejauh ini, informasi mengenai ketersediaannya masih minim. VRScout melaporkan bahwa Silicon Valley: Inside The Hacker Hostel bakal dirilis dalam waktu dekat. Platform yang didukung juga masih belum diketahui pasti; apakah hanya HTC Vive, atau Oculus Rift maupun headset lain juga termasuk.

Sumber: VRScout dan Rewind.

Program Akselerator Plug and Play Kembali Dibuka untuk Startup Indonesia

Plug and Play, akselerator startup sekaligus firma modal ventura asal Silicon Valley, kembali mengajak para startup lokal untuk bergabung ke dalam program akselerasinya. Menargetkan startup yang berada di tahap awal, persyaratan umum untuk masuk ke dalam program akselerator tersebut cukup simpel, yaitu sudah memiliki produk alpha/beta.

Bekerja sama dengan Gan Kapital, Plug and Play hadir di Indonesia sejak November 2016 lalu.

Dalam program ini, startup yang mendaftar juga harus berbasis di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat Plug and Play Indonesia berkomitmen mendukung program pemerintah yang ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat perekonomian digital pada tahun 2020. Untuk masuk ke dalam program ini, para pendiri startup akan melalui beberapa proses penyaringan, mulai dari kelengkapan dokumen, hingga pitching di hadapan para juri yang terdiri dari tim internal Plug and Play, investor, hingga C-Level korporasi rekanan.

Pendaftaran untuk program ini dapat dilakukan melalui situs Plug and Play di bit.ly/applypnp2 sebelum 31 Oktober 2017.

Di Indonesia, Plug and Play, yang bekerja sama dengan mitra lokal Gan Konsulindo (GK) dan beroperasi sejak November 2016, telah meluluskan 9 startup batch pertamanya, yaitu Astronaut, Brankas, Bustiket, DANAdidik, Karta, KYCK, Otospector, Sayurbox, dan Wonderworx pada September lalu.

“Hingga saat ini, kami terus aktif mencari startup potensial di Indonesia untuk masuk ke dalam program kami. Setidaknya akan ada lebih dari 200 startup yang mendaftar. Kami tidak akan membatasi berapa jumlah yang masuk selama startup tersebut memang berpotensi memberikan dampak positif untuk Indonesia,” tutur President Director Gan Konsulindo Wesley Harjono.

Dalam program yang berjalan selama 3 bulan ini, startup terpilih akan mendapatkan berbagai fasilitas. Mulai dari seed funding, mentorship, coworking space gratis, akses ke Silicon Valley, hingga kesempatan kerja sama dengan korporasi. Saat ini, Plug and Play Indonesia memiliki 4 corporate partner, yaitu Astra International, BNI, BTN, dan Sinar Mas.

Kami memberikan fasilitas menyeluruh supaya startup  ini dapat fokus untuk product development. Harapannya, setelah lulus dari program ini mereka sudah benar-benar siap untuk go-to-market dan menerima pendanaan berikutnya,” lanjut Wesley.


DailySocial adalah media partner program akselerator Plug and Play Indonesia 

iGrow Maju Sebagai Delegasi Indonesia untuk Startup World Cup 2018 [UPDATED]

iGrow terpilih menjadi delegasi Indonesia untuk maju dalam kompetisi Grand Final Startup World Cup (SWC) 2018, menyisihkan sembilan startup pesaing lainnya saat babak Regional Final SWC berlangsung, kemarin (19/9).

Startup World Cup adalah kompetisi tahunan yang diselenggarakan Fenox Venture Capital di Silicon Valley, yang juga didukung oleh Bekraf sebagai sponsor. iGrow akan berkompetisi dengan 30 delegasi regional lainnya dari enam benua pada Mei 2018 memperebutkan hadiah investasi sebesar US$1 juta.

Selain mengirim iGrow, Bekraf juga mengirimkan tiga startup terpilih dari presentasi Wild Card Round untuk mengikuti konferensi SWC 2018. Ketiga startup tersebut adalah Eresto, PanenID, dan Merlin Booking.

Regional Final SWC sendiri adalah ujung dari serangkaian acara SWC di Indonesia yang dimulai dari kick-off pada Juli 2017. Kemudian dilanjutkan dengan roadshow pada Agustus 2017 di delapan kota, yakni Bandung, Medan, Surabaya, Yogyakarta, Bali, Makassar, Balikpapan, dan Batam. Terhimpun lebih dari 400 startup dari Asia Tenggara turut mendaftar dan mempresentasikan ide terbaik dalam rangkaian SWC.

Dalam acara Regional Final SWC, terdiri dari presentasi Wild Card Round yang diikuti startup dari delapan kota pemberhentian roadshow SWC dan presentasi 10 startup dari Asia Tenggara yang lolos seleksi untuk berkompetisi menuju Grand Final SWC 2018.

Delapan startup peserta Wild Card Round, yakni Eresto (Bandung), SimpliDOTS (Medan), Tavest (Surabaya), PanenID (Bali), MisterDeals (Makassar), Kamadeva (Yogyakarta), Sindhutama (Balikpapan), dan Marlin Booking (Batam). Dalam sesi ini akan dipilih tiga startup yang akan dikirim ke Silicon Valley untuk menghadiri SWC Final di San Francisco Marriott, California.

Berikutnya, 10 startup yang akan maju dalam babak Regional Final SWC yaitu, Indoproc (SaaS procurement/Indonesia), Zyllem (SaaS logistik/Singapura), FlySpaces (marketplace/Filipina), Glueck Technologies (artificial intelligence/Indonesia), Kofera (machine learning/Indonesia).

Kemudian, iGrow (agriculture tech/Indonesia), Hello Beauty (on-demand beauty professional/Indonesia), Bildeco (e-commerce untuk bahan material/Indonesia), Andalin (cross border shipping/Indonesia), dan Sayurbox (marketplace/Indonesia).

“Melalui SWC, kami mencari startup terbaik yang benar-benar menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di dunia. Kami membawa SWC ke Indonesia karena negara ini merupakan pasar terbesar untuk startup di Asia Tenggara,” terang General Partner dan CEO Fenox VC sekaligus Chairman SWC Anis Uzzaman, Selasa (19/9).

Kepala Bekraf Triawan Munaf menambahkan, “Rangkaian acara SWC menjadi wadah unjuk gigi bagi startup lokal di depan investor skala internasional. Kami juga berharap ini dapat memotivasi tumbuhnya entrepreneur muda dan para pemilik ide untuk bangkit mewujudkan idenya.”

Dalam acara SWC Regional Final tahun lalu, dari Asia Tenggara terpilih Ahlijasa sebagai delegasi untuk berkompetisi pada Maret 2017. Dari ajang tersebut, Ahlijasa terpilih sebagai pemenang ketiga, menyingkirkan 12 startup dari seluruh dunia.


*Kami menambahkan tiga startup terpilih dari Wild Card Round

Global Venture Summit 2017 di Bali akan Datangkan Venture Capital dari Silicon Valley

Untuk kali pertama di Indonesia Global Venture Summit bakal digelar selama 3 hari di Bali (19-21 April 2017). Ajang internasional yang akan mempertemukan lebih dari 25 venture capital dari Silicon Valley, 50 lebih angel investor internasional, 100 lebih korporasi serta pelaku startup dari Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya.

Kepada media hari ini (22/03) di Jakarta, Founder GVS Ahmed Shabana mengungkapkan, dipilihnya Bali sebagai lokasi GVS tahun ini diharapkan bisa menjadi ajang internasional dengan skala besar.

“Meskipun baru pertama kali digelar di Indonesia, namun kami pastikan semua venture capital, angel investor asal AS, Korea, Malaysia, Singapura hingga Tiongkok, adalah mereka yang benar-benar memiliki niat untuk berinvestasi di Indonesia. Sehingga pertemuan tersebut nantinya bisa membantu pelaku startup di Indonesia.”

Indonesia saat ini sudah menjadi pasar yang menarik untuk dijajaki terutama untuk kalangan investor internasional. Potensi tersebut merupakan salah satu alasan mengapa GVS pertama kali diadakan di Indonesia.

Selain sebagai ajang networking skala internasional, acara Global Venture Summit 2017 nanti juga akan diisi dengan kegiatan seperti panel diskusi, promosi startup dengan booth hingga pitch battle dengan hadiah uang tunai untuk startup yang beruntung.

“Kami telah menyiapkan sekitar 30 keynotes dan diskusi panel untuk acara tersebut yang diisi oleh speaker terkemuka dari mancanegara seperti Justin Kan dari Y Combinator, Dave McClure dari 500 Startup hingga Indonesia, di antaranya adalah Nadiem Makarim, Achmad Zaky dan Nicko Wijaya dari MDI,” kata Ahmad.

Didukung oleh Kejora Ventures

Turut hadir dalam acara tersebut Founding Partner Kejora Ventures Sebastian Togelang, dalam hal ini Kejora Ventures sebagai salah satu pendukung acara melihat ajang GVS 2017 merupakan kesempatan yang sangat baik untuk dimanfaatkan oleh semua startup yang berada dalam bimbingan Kejora Ventures dan startup lainnya.

“Saya sudah menunggu sejak lama kapan para VC hingga angel investor dari Silicon Valley datang ke Indonesia, dengan acara GVS 2017 tentunya bisa membuka pintu lebih lebar kepada pelaku startup lokal untuk mempromosikan startup secara global.”

Agar relasi yang telah terbina nantinya tetap terjaga, GVS 2017 yang menjadi langkah awal untuk mempertemukan VC internasional ke Indonesia, akan dilanjutkan tahun mendatang dengan menggelar kegiatan GVS setiap tahun.

“Tentunya kita tidak ingin kegiatan GVS hanya menjadi kegiatan yang sia-sia usai GVS digelar, untuk itu kita akan terus melakukan pendekatan dan menjaga hubungan baik dengan pelaku startup, investor lokal hingga pemerintah secara berkelanjutan,” pungkas Ahmad.

Lima Cara Mendapatkan Mentoring dan Pendanaan dari Venture Capital di Silicon Valley

Silicon Valley hingga kini masih menjadi pusat pertumbuhan startup baru serta berkumpulnya para venture capital (VC) terbaik di Amerika Serikat. Meskipun saat ini sudah mulai banyak bermunculan VC dari mancanegara seperti Jepang, Belanda hingga Tiongkok, namun VC dari kawasan Silicon Valley masih menjadi tujuan utama semua startup secara global, termasuk Indonesia.

Permasalahannya adalah kebanyakan VC yang berasal dari Sillicon Valley hanya akan berinvestasi kepada startup yang memang berada disekitar kawasan tersebut. Hal tersebut tentunya menyulitkan startup di luar kawasan Siliocn Valley untuk menjangkau.

Cara paling efektif tentunya adalah dengan memindahkan lokasi startup Anda ke Silicon Valley, namun jika saat ini startup Anda belum memiliki dana yang cukup untuk melakukan cara tersebut, mungkin akan sangat berat untuk beranjak ke sana. Namun artikel berikut ini akan membantu Anda mencari cara terbaik untuk bisa mendapatkan mentoring hingga pendanaan dari VC di Silicon Valley.

Mengikuti program akselerasi/inkubator dengan mentor dari Silicon Valley

Salah satu kegiatan paling terjangkau tanpa harus langsung ke Silicon valley adalah dengan mengikuti kegiatan akselerator atau inkubator yang melibatkan mentor dari Silicon Valley di tanah air. Sudah banyak kegiatan yang bisa dipilih dan saat ini tersedia, di antaranya adalah Founder Institute, TechStars and Y Combinator. Kegiatan ini menyediakan pelatihan terbaik untuk startup, sekaligus memberikan peluang kepada Anda untuk bertemu langsung kepada investor terkait.

Mengahadiri konferensi teknologi di Silicon Valley

Saat ini sudah banyak acara teknologi, mulai dari eksibisi, konferensi hingga pertemuan kelas dunia yang digelar di Silicon Valley. Jika Anda berniat untuk berkenalan dengan VC dan penggiat startup yang berlokasi di kawasan tersebut, cara yang satu ini bisa dilakukan. Pilihlah konferensi atau acara yang paling sesuai, gunakan kesempatan tersebut untuk membuka jaringan, promosi sekaligus mendapatkan informasi agar bisa mendapatkan mentoring dan pendanaan dari VC di Silicon Valley.

Membuat video promosi yang menarik

Kebanyakan VC di Silicon Valley lebih tertarik untuk memberikan investasi kepada startup yang telah mengalami pertumbuhan yang baik. Dalam hal ini lebih kepada startup yang telah lama menjalankan bisnis. VC pada umumnya enggan untuk memberikan investasi kepada startup baru yang masih belum memiliki cukup pengalaman. Cara paling efektif yang bisa dilakukan adalah jangan terlalu memfokuskan kepada pendanaan, namun cara cari untuk Anda bisa mendapatkan konsultasi atau mentoring dari mereka.

Untuk itu buatlah video promosi atau perkenalan yang menarik dan temukan angel investor di Silicon Valley yang sesuai dengan startup Anda. Sampaikan video tersebut kepada mereka, dan jika mereka bersedia, cobalah kesempatan untuk mendapatkan mentoring terlebih dahulu, sebelum penggalangan dana dilancarkan.

Memperluas jaringan dengan angel investor dan entrepreneur

Jika Anda masih kesulitan untuk melakukan pertemuan dengan VC yang besar dan ternama di Silicon Valley, mulailah untuk melakukan pendekatan dengan angel investor hingga penggiat startup yang ada di Silicon Valley. Ciptakan relasi yang baik dan utarakan dengan jelas tujuan Anda kepada mereka, jika kesempatan terbuka untuk Anda, relasi atau kenalan yang sebelumnya sudah pernah bertemu dengan VC besar di Silicon valley, bisa membantu untuk mempertemukan Anda dengan mereka. Untuk itu binalah hubungan baik dengan para entrepreneur tersebut.

Membuka kantor cabang di Silicon Valley

Cara lain yang bisa dilakukan agar startup Anda bisa dikenal oleh VC di Silicon Valley, dengan memindahkan kegiatan pemasaran dan operasional ke kawasan tersebut. Tempatkan tim kecil di Silicon Valley, yang bertugas untuk melakukan kegiatan networking hingga pemasaran, sementara jalankan kantor Anda di negara tanah air seperti biasa. Untuk bisa melakukan rencana ini tentunya memiliki biaya yang cukup besar. Untuk itu sebelum Anda mulai melakukan kegiatan tersebut, pastikan startup memiliki cukup dana untuk menjalankan operasional di dua negara sekaligus.

Rasakan Kompleksnya Mengembangkan Startup dalam Game The Founder

Membangun sebuah bisnis atau startup itu tidak mudah. Selain harus berfokus mencari untung, tujuan lain yang biasanya hendak dicapai adalah menciptakan sebuah produk yang punya dampak atau peran penting bagi konsumen.

Kualitas produk saja sejatinya tidak cukup, Anda juga harus menerapkan strategi pemasaran yang jitu. Pasalnya, tanpa ada konsumen yang menggunakan produk Anda, jelas tidak akan ada pemasukan. Semua ini harus tetap diperhitungkan selagi Anda berkonsentrasi membuat terobosan-terobosan baru di dunia teknologi.

Kompleksitas dalam mengembangkan startup dan menjalani beratnya persaingan bisnis di Silicon Valley ini bisa Anda rasakan tanpa perlu mengeluarkan biaya sepeser pun lewat game berjudul The Founder. Lahir dari sebuah proyek Kickstarter, The Founder menempatkan Anda sebagai seorang pendiri perusahaan teknologi yang ambisius.

Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot
Pilih nama perusahaan, tentukan lokasinya, kategori produk perdananya dan cofounder-nya / Screenshot

Pada awal permainan, Anda diminta untuk memberi nama perusahaan, memilih cofounder berdasarkan kelebihannya masing-masing – ada yang pintar programming, ada yang jago marketing, dan ada juga yang anak orang kaya dan siap memberikan Anda modal ekstra – dan yang terakhir menentukan lokasi awal perusahaan Anda sebelum nantinya berekspansi ke kawasan lain.

Kiprah startup Anda berawal di tahun 2001, dimana bubble dot-com baru saja meledak, dan Anda harus memulai startup baru Anda di bawah bayang-bayang perusahaan besar seperti Kougle, Coralzon dan Carrot Inc. – buat yang tidak menyadarinya, masing-masing merupakan pelesetan dari Google, Amazon dan Apple Inc.

Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot
Tambahkan berbagai fasilitas di kantor untuk meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan / Screenshot

Semuanya dimulai dari apartemen pribadi Anda. Produk perdana Anda bisa berupa gadget; bisa juga berupa situs e-commerce, media sosial, atau kombinasi keduanya. Setiap kali meluncurkan sebuah produk baru, Anda akan dihadapkan dengan mini game dimana perusahaan Anda harus saling berebut pangsa pasar dengan kompetitor.

Dari situ bisnis Anda terus berkembang; Anda mulai merekrut karyawan-karyawan baru, menerapkan taktik pemasaran untuk meningkatkan hype produk, mencicipi ranah produk baru, membeli kantor baru yang lebih besar dan melakukan riset di berbagai bidang, mulai dari pertahanan nasional sampai bioteknologi.

Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot
Pilihan kategori produk yang bisa dikembangkan oleh startup Anda / Screenshot

Sampai akhirnya Anda tiba di titik dimana laba menjadi satu-satunya kepentingan yang Anda kejar. Hilang sudah visi mulia untuk menciptakan dunia yang lebih baik di awal berdirinya perusahaan. Yang ada malah Anda mengganti seluruh staf dengan robot cerdas yang jauh lebih efisien dan hemat biaya ketimbang pekerja manusia. Dunia pun menjadi sebuah distopia, dan Anda-lah penyebab utamanya.

Ini memang menjadi tujuan utama dari sang pencipta game, Francis Tseng, yang memang menjalani karirnya di kawasan Silicon Valley. Beliau sejatinya ingin menunjukkan bahwa memimpin perusahaan besar bukan berarti hanya menjadi orang kaya saja, tapi Anda juga harus memperhatikan dampak inovasi Anda terhadap dunia.

E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot
E-commerce dan media sosial adalah kombinasi tepat untuk mengawali kiprah startup Anda dalam game The Founder / Screenshot

Beberapa insiden dalam game The Founder terinspirasi dari kejadian di dunia nyata. Contohnya, kalau Anda mengembangkan produk berupa hardware, kemungkinan terjadi insiden bunuh diri pekerja di pabrik, yang kita tahu dialami oleh Apple dan Foxconn dalam beberapa tahun terakhir.

Francis memanfaatkan waktu luangnya selama sekitar satu setengah tahun untuk mengembangkan The Founder. Game ini bisa langsung Anda nikmati lewat browser desktop tanpa perlu meng-install apa-apa. Kalau Anda suka dengan genre game simulasi seperti saya, jangan ragu untuk mencoba memainkan The Founder.

Sumber: Fast Company.

Resmi Mundur dari Xiaomi, Hugo Barra Ingin Kembali ke Silicon Valley

Sebuah berita yang tak terduga datang dari Xiaomi. Pabrikan asal Tiongkok tersebut tidak lama lagi bakal kehilangan salah satu pentolannya yang paling dikenal sejagat, yaitu Hugo Barra. Setelah 3,5 tahun berkarir di Xiaomi, Hugo akhirnya memutuskan untuk hengkang.

Keputusannya untuk mundur didasari oleh kerinduannya akan Silicon Valley. Hugo menilai rasa rindunya yang sudah mencapai titik ekstrem mulai berpengaruh terhadap kesehatannya. Lebih lanjut, pria asal Brasil tersebut rupanya sudah tidak betah terpisah jauh dari keluarganya.

Selama 3,5 tahun terakhir, Hugo telah berkontribusi cukup besar buat Xiaomi, mengubahnya dari sekadar startup yang berambisi menjadi ‘Apple-nya Tiongkok’ hingga akhirnya menjadi perusahaan teknologi berskala global. Hugo tidak melebih-lebihkan, sebab dalam waktu sesingkat itu, Xiaomi sudah memperluas pasarnya ke hampir seluruh Asia sekaligus 20 negara lain di Eropa maupun Amerika Selatan.

Hampir di setiap acara peluncuran produk baru Xiaomi, Hugo selalu berada di garis yang paling depan. Bukan semata karena dialah yang paling fasih berbahasa Inggris, tapi beliau memang diserahi tanggung jawab untuk membantu Xiaomi berekspansi ke luar Tiongkok. Dari foto-foto yang diunggah bersama ucapan selamat tinggalnya di Facebook, bisa kita lihat kalau Hugo memang tergolong aktif menghadiri acara-acara yang diselenggarakan oleh komunitas lokal.

Dalam post yang sama, Hugo bilang kalau beliau akan meninggalkan Xiaomi mulai bulan Februari mendatang, usai perayaan Tahun Baru Imlek. Setelahnya, Hugo akan menikmati masa-masa tenang terlebih dulu sebelum memulai karir baru di Silicon Valley.

Akankah Hugo Barra kembali ke tim Android yang ditinggalkannya dulu? Sejauh ini tidak ada yang tahu. Skenario lain yang ada di pikiran saya: Hugo bisa saja mengikuti jejak sang kreator Android, Andy Rubin, yang kini tengah sibuk memulai startup baru bernama Essential sekaligus mengembangkan smartphone kelas high-end.

Kendati demikian, Hugo memastikan dirinya masih akan berperan sebagai penasihat bagi Xiaomi. Posisi yang ditinggalkannya nanti akan diisi oleh Xiang Wang, yang sebelumnya menjabat sebagai Senior Vice President di Xiaomi.

Sumber: TechCrunch.

Program Akselerator Plug and Play Indonesia Resmi Diluncurkan

Satu lagi program akselerasi dari Silicon Valley hadir di Indonesia, kali ini menggandeng venture capital lokal yaitu Gan Kapital, program tersebut bernama Plug and Play Indonesia. Plug and Play sendiri merupakan perusahaan global akselerator bisnis dengan spesialisasi pada pengembangan startup berbasis teknologi. Dengan kantor pusatnya di Silicon Valley, jaringan bisnis Plug and Play mencakup lebih dari 200 mitra korporasi, investor, universitas dan mitra terkait lainnya di bidang ritel, teknologi finasial (fintech), Internet of Things (IoT), media dan komputasi awan.

“Diluncurkannya Plug and Play Indonesia setelah kunjungan Presiden Joko Widodo ke kantor pusat Plug and Play di Silicon Valley beberapa waktu lalu, kami dari Plug and Play ingin memberikan kontribusi sekitar 20% dari apa yang diinginkan oleh Presiden Joko Widodo yaitu menciptakan 1000 startup hingga tahun 2020,” kata Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi kepada media hari ini di Jakarta.

Plug and Play telah berinvetasi di lebih dari 500 startup di seluruh dunia, di antaranya adalah Paypal, Lending Club dan Dropbox.

Kerja sama dengan korporasi hingga investor

Founder dan CEO Plug and Play Saeed Amidi saat acara peluncuran Plug and Play Indonesia

Nantinya Plug and Play Indonesia akan membangun sebuah sarana dan fasilitas yang dapat digunakan oleh startup untuk berinovasi di bidang teknologi. Plug and Play juga akan menhadirkan korporasi ternama untuk turut bergabung dalam program akselerasi dan memberikan bukan hanya dana segar namun juga mentoring kepada penggiat startup baru. Saat ini sudah ada BNI, BTN dan Astra Internasional yang menjadi mitra dari Plug and Play Indonesia.

“Dihadirkannya korporasi kedalam program akselerasi ini diharapkan bisa membuka jalan kepada penggiat startup baru untuk memperluas networking, mendapatkan edukasi yang krusial terutama dalam hal melakukan penggalangan dana, manajemen bisnis hingga mengembangkan potensi produk yang ada,” kata Saeed.

Selain menjalin kemitraan dengan korporasi, Plug and Play Indonesia juga akan menggelar kegiatan bersama universitas di Indonesia, pemerintah dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mendapatkan entrepreneur baru yang memiliki potensi untuk mengikuti kegiatan program akselerasi Plug and Play.

“Kami harapkan para mahasiswa atau profesional yang menguasai dan memiliki pengetahuan tentang engineering, software dan lainnya bisa ikut bergabung dalam program ini. Akan menjadi lebih baik lagi jika anggota tim yang terdiri dari 2-3 orang telah memiliki prototype yang nantinya bisa diolah saat program akselerasi berlangsung,” kata Saeed.

Selama 3 bulan startup yang lolos seleksi program akselerasi akan diberikan dana, bimbingan, ruang kerja gratis juga dukungan lainnya melalui program akselerator. Plug and Play Indonesia akan melakukan investasi di 50 startup tahap awal setiap tahunnya.

“Fokus utama kami adalah startup yang menguasai bidang mobile dan financial technology (fintech), jika beruntung startup tersebut juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran langsung dari korporasi yang telah bergabung dengan program akselerator Plug and Play,” kata Saeed.

Menggandeng Gan Kapital

Kehadiran Plug and Play Indonesia bisa terwujud berkat kerja sama yang dilancarkan oleh Gan Kapital dan Plug and Play. Perusahaan venture capital asal Indonesia ini berinisiatif untuk melakukan pendekatan dan menawarkan rekomendasi tiga korporasi yang saat ini sudah bergabung dengan program akselerasi Plug and Play Indonesia.

“Saya melihat apa yang dilakukan oleh Plug and Play sudah selaras dengan visi dan misi kita dari Gan Kapital untuk memberikan invetasi kepada startup Indonesia, untuk itu kami menginisiasikan kerja sama ini dengan Plug and Play,” kata CEO Gan Kapital Anthony P Gan.

Kerja sama antara Gan Kapital dan Plug and Play akan menghubungkan kekuatan unik masing-masing pihak dengan aksesnya terhadap venture capital, jaringan korporasi, mentor dan penasihat lokal hingga asing sesuai dengan masing-masing jaringan.

“Kami juga ingin mengajak lebih banyak lagi bukan hanya venture capital tapi korporasi hingga penggiat startup lainnya yang telah berpengalaman untuk menjadi bagian dari program akselerator Plug and Play,” pungkas Anthony.

Dukungan pemerintah

Untuk memperlancar jalannya program akselerasi, Saeed mengungkapkan diperlukannya dukungan pemerintah terutama dalam bentuk ketegasan regulasi, infrastruktur dan pendukung lainnya untuk bisa menghasilkan entrepreneur yang berkualitas. Diharapkan Plug and Play juga bisa menjadi trigger kepada para investor lainnya yang ingin memberikan bantuan dana kepada startup baru lulusan dari program akselerator Plug and Play.

“Kami sangat bersemangat untuk membawa dan menerapkan di Indonesia platform inovasi korporasi yang digabungkan dengan program akselerator Plug and Play, kami melihat ini sebagai peluang yang baik untuk melakukan investasi kepada startup Indonesia agar bisa tampil secara global,” kata Saeed.

Belajar Membangun Startup dari Serial Televisi Silicon Valley

Bukan hanya menghibur namun serial televisi yang saat ini sudah memasuki musim ketiganya di HBO, Silicon Valley, mengajarkan banyak hal penting tentang dinamika membangun startup. Dihadirkan dengan gaya jenaka, Silicon Valley juga sarat dengan anekdot dan kebiasaan yang secara rutin kerap ditemui saat memulai sebuah startup.

Dari serial televisi tersebut kemudian co-founder dan CEO Planted, sebuah platform yang membantu perusahaan mencari tenaga kerja junior non-teknik Susan Zheng, merangkum 7 pelajaran penting terkait dengan dunia startup dari serial televisi Silicon Valley.

Pilih investor dengan bijak

Saat ini mungkin produk Anda merupakan inovasi terbaru dan terbilang memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, seperti yang terjadi dengan Pied Piper usai memenangkan kompetisi TechCrunch Disrupt. Bukan hanya investor yang tertarik menginvestasikan namun juga perusahaan hingga venture capital kemudian mulai mendekati startup Anda. Yang perlu diperhatikan adalah pilih dengan benar dan tentunya temukan kecocokan dengan investor. Dengan demikian Anda sebagai Founder bisa menerapkan visi dan misi perusahaan sejalan dengan investor yang sesuai dengan Anda.

Jaga hubungan baik

Ketika saat ini sudah banyak investor yang memberikan perhatian lebih kepada startup Anda upayakan untuk selalu membina hubungan baik dengan mereka meskipun Anda tidak memilih mereka sebagai penyandang dana. Hal ini perlu dilakukan agar kredibilitas dan performa Anda sebagai pendatang baru bisa terjaga baik dengan investor dan VC yang kemungkinan bisa menjadi investor Anda di kemudian hari.

Jangan terlalu cepat merayakan keberhasilan

Sebelum Anda mendapatkan kontrak tertulis dengan pihak-pihak terkait jangan terlalu cepat merayakan keberhasilan yang telah didapatkan. Pastikan untuk mencermati dengan benar hal-hal yang perlu dilakukan, langkah strategis yang baiknya dijalankan dan tentunya buat serta pelajari dengan benar ketentuan dalam kontrak yang diberikan kepada Anda dari investor, stake holder dan pihak-pihak terkait lainnya.

Hindari membandingkan gaji

Bekerja di sebuah startup artinya Anda harus siap untuk menerima kenyataan bahwa gaji yang diterima bervariasi dan kemungkinan tidak terlalu besar jumlahnya. Pelajaran penting yang dibagikan dalam serial televisi Silicon Valley adalah, ketika Anda mulai tertarik untuk membandingkan gaji dengan pegawai lain dan kecewa dengan fakta yang ada, dapat mempengaruhi kinerja dan semangat kerja Anda. Untuk itu upayakan selalu menyimpan informasi gaji yang Anda dapatkan dan hindari untuk mencari tahu seberapa besar gaji yang didapatkan rekan kerja Anda.

Tes produk sebelum diluncurkan

Ketika Anda masih belum merasa yakin untuk meluncurkan produk baiknya pikirkan dengan bijak dan mundurkan waktu peluncuran yang telah ditentukan. Tes dan lakukan  uji coba terlebih dahulu sesering mungkin, hingga Anda mendapatkan hasil yang sempurna dan tentunya sesuai dengan yang diinginkan.

SWOT (Strengths Weaknesses Opportunities Threats)

Proses yang satu ini bisa dilakukan untuk menentukan ekuitas yang tepat untuk co-founder atau jajaran manajemen lainnya hingga rekan kerja. Kegiatan ini juga bisa membantu Anda ketika waktunya untuk mempekerjakan engineer atau tim lain yang paling krusial untuk tahap awal pembentukan sebuah startup.

Cermati kontrak

Hal terakhir yang baiknya selalu Anda perhatikan adalah untuk membaca dan mempelajari semua kontrak dengan baik. Jika Anda tidak mengerti atau merasa keberatan dengan beberapa poin yang ada, segera bicarakan dengan pihak yang relevan. Sebagai Founder Anda bertanggung jawab untuk mengetahui keseluruhan aspek dan hal-hal yang terjadi pada startup, mencermati kontrak merupakan hal yang baiknya dilakukan dengan baik.

Pemenang Startup Sprint Surabaya Akan Kunjungi Silicon Valley

Startup Sprint Surabaya telah mencapai babak final, setelah pada 20 Desember 2015 lalu diumumkan tiga tim terbaik yakni Riliv, Masaku, dan Reblood. Pemenang Startup Sprint Surabaya berhak mendapatkan uang senilai Rp 50 juta dan juga kesempatan mengunjungi Silicon Valley di Amerika Serikat untuk belajar langsung dan bertukar pengalaman dengan para penggiat startup senior.

Riliv, Masaku, dan Reblood berhasil masuk ke babak final setelah sebelumnya berhasil menyingkirkan lebih dari 100 tim startup di babak awal untuk kemudian mengikuti sejumlah rangkaian kegiatan bootcamp dan mentoring. Ketiga startup ini sejatinya berangkat dari tiga latar belakang permasalahan berbeda.

Yang pertama adalah Riliv. Sebuah media sosial yang dirancang khusus untuk orang-orang yang sedang menghadapi masalah psikologis. Pengguna dapat menggunakan Riliv untuk menceritakan permasalahan mereka secara langsung dengan para ahli, dalam hal ini melibatkan mahasiswa psikologi maupun psikolog profesional yang disebut dengan Reliever.

Finalis selanjutnya adalah Masaku. Sebuah pengembang aplikasi pesan makanan yang menghubungkan industri rumahan dengan konsumen. Dan finalis terakhir adalah Reblood, sebuah aplikasi yang menghubungkan PMI dan pendonor darah untuk menjamin ketersediaan stok kantong darah. Ketiganya telah dinilai mampu menunjukkan kepekaan anak muda Surabaya akan permasalahan sosial di masyarakat dengan menghadirkan solusi lewat teknologi.

Chief Executive KIBAR Yansen Kamto sebagai salah satu inisiator Start Surabaya menuturkan bahwa Startup Sprint dilaksanakan sebagai tahap lanjutan untuk mendorong berkembangnya ekosistem startup teknologi di Surabaya, setelah sebelumnya Start Surabaya berhasil menjalankan co-working space, program mentoring, dan sesi networking sejak Januari 2015.

Menanggapi berbagai kegiatan yang dilaksanakan Yansen menambahkan:

“Kami ingin mencari anak muda yang punya mimpi menjadikan Startup dari Indonesia sebagai pemain global. Anak muda yang mau menghadirkan solusi bagi masalah dunia, bukan lagi sekedar masalah bangsa dan menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya. Semua harus dimulai dengan memiliki pola pikir global. Tujuan kita ke Silicon Valley adalah untuk belajar dan bertukar pikiran, bukan hanya menyontek dan meniru. Founder startup Indonesia akan memiliki karakter sendiri, tidak melulu mengikuti gaya Silicon Valley.”

Program Startup Sprint ini diharapkan mampu menularkan semangat jiwa muda yang peduli pada permasalahan sosial dan turut andil dalam melakukan perubahan melalui inovasi teknologi, dari Surabaya untuk Indonesia lebih baik.

Masaku akhirnya terpilih menjadi juara

Dalam acara grand final yang baru selesai beberapa jam lalu akhirnya Masaku terpilih sebagai pemenang dan berhak mendapatkan hadiah serta kesempatan berkunjung ke Silicon Valley. Meski demikian para dewan juri menganggap ketiga tim sudah layak disebut sebagai pemenang.

finalis-dan-juri

Nantinya ketika di Silicon Valley, Masaku (yang dinobatkan sebagai perwakilan atau ambassador) juga diminta untuk menceritakan keunggulan kedua finalis Startup Sprint lainnya.

Para finalis diharapkan bisa berekspansi ke ranah internasional. Salah satu masukan dari dewan juri adalah dengan mengganti brand startup agar mudah dikenal secara internasional. Masaku misalnya, bisa diganti dengan nama baru Delihome atau sejenisnya yang lebih mendunia dari sisi istilah.

Hal menarik lainnya dari acara grand final Startup Sprint kali ini adalah adanya kesamaan persepsi dari semua finalis soal akuisisi. Ketiga finalis sepakat untuk menolak jika nantinya ada tawaran untuk akuisisi bisnis mereka.