Qualcomm Umumkan Snapdragon 855 Plus, Janjikan Peningkatan Performa untuk Gaming, AR dan VR

Nyaris semua smartphone Android kelas flagship mengandalkan chipset Snapdragon seri 8 bikinan Qualcomm. Tahun lalu, Snapdragon 845 yang menjadi pilihan, baik untuk smartphone flagship yang dirilis di awal atau yang sudah mendekati akhir tahun seperti Google Pixel 3.

Tahun ini, kita sudah melihat deretan ponsel yang memercayakan Snapdragon 855 sebagai otaknya. Namun ternyata 855 tidak menduduki takhtanya terlalu lama, sebab Qualcomm baru saja mengumumkan Snapdragon 855 Plus. Mengapa bukan 865? Sebab peningkatan performa yang diusungnya tidak begitu signifikan.

Seperti halnya 855, 855 Plus mengemas prosesor 8-core Kryo 485, tapi yang clock speed-nya sudah digenjot dari 2,84 GHz menjadi 2,96 GHz. Bukan cuma itu, GPU Adreno 640 milik 855 Plus juga diklaim sanggup menyuguhkan peningkatan performa hingga 15%.

Upgrade performa ini diyakini bakal cukup berpengaruh untuk keperluan gaming, augmented reality maupun virtual reality. Pada kenyataannya, salah satu smartphone pertama yang bakal menggunakan Snapdragon 855 Plus adalah Asus ROG Phone II berdasarkan konfirmasi langsung dari Asus.

ROG Phone, seperti yang kita tahu, dikategorikan sebagai smartphone gaming, dan smartphone gaming sendiri banyak dianggap menawarkan performa yang lebih superior – walaupun mungkin selisihnya tidak banyak. Jadi memilih Snapdragon 855 Plus untuk mengotaki generasi baru ROG Phone merupakan langkah yang rasional bagi Asus.

Di samping peningkatan performa yang marginal, faktor lain yang membuat chipset ini belum pantas menyandang nama “Snapdragon 865” adalah terkait kapabilitas jaringannya. 855 Plus masih mengusung modem 4G LTE Snapdragon X24, sedangkan konektivitas 5G baru bisa diakomodasi apabila dibantu oleh modem terpisah Snapdragon X50.

Terlepas dari itu, saya kira cukup wajar apabila banyak dari kita yang berasumsi bahwa smartphone Android kelas flagship yang dirilis di paruh waktu kedua tahun 2019 ini bakal mengandalkan Snapdragon 855 Plus ketimbang 855 standar. Salah satu kandidat kuatnya tentu saja adalah Google Pixel 4.

Sumber: Qualcomm.

Arsitektur Snapdragon 8150 Bakal Mirip Kirin 980?

ARM merupakan salah satu pembuat arsitektur prosesor yang sampai saat ini masih digunakan pada perangkat mobile. Dengan Arsitektur yang berbeda dengan x86 yang dipakai oleh AMD dan Intel, ARM pun merajai dunia perangkat mobile karena arsitekturnya menjadi dasar dan dipakai oleh smartphone seperti iPhone dan sebagian besar perangkat Android.

Salah satu yang menggunakan arsitektur ARM tentu saja Qualcomm. Setiap prosesor Kryo dan Krait yang digunakan oleh Qualcomm menggunakan basis arsitektur ARM Cortex. Selain itu, ARM juga memiliki arsitektur dengan nama big.LITTLE di mana sebuah SoC dapat menggunakan dua prosesor berbeda.

qualcomm-snapdragon-845

ARM pun memperbarui arsitektur big.LITTLE dengan ARM DynamIQ. Arsitektur yang satu ini membuat sebuah SoC mampu menggunakan tiga prosesor berbeda, sehingga sebuah perangkat bisa diatur dengan lebih baik lagi oleh para produsennya.

Baru-baru ini, HiSilicon membuat SoC Kirin 980 dengan menggunakan tiga prosesor berbeda. Kirin 980 yang menggunakan proses pabrikasi 7nm ini menggunakan 2 inti prosesor Cortex A76 2,6 GHz, 2 inti prosesor Cortex A76 1,9 GHz, dan 4 inti prosesor Cortex A53 1,8 GHz.

Ternyata, Snapdragon 8150 juga menggunakan arsitektur yang sama. SoC yang nantinya bernama Snapdragon 855 ini juga bakal menggunakan arsitektur DinamIQ dengan setting 2+2+4. Kabar ini disebutkan oleh Roland Quandt, seorang yang sering memberikan tips dan bocoran mengenai dunia teknologi, khususnya smartphone.

Snapdragon 8150 pun juga telah muncul namanya pada file sistem di Android Pie serta file sertifikasi Bluetooth. Roland juga mengatakan bahwa Snapdragon 8150 juga bakal diperkenalkan pada sebuah konferensi pers di Hawai pada bulan Desember nanti. Mari kita tunggu kehadiran SoC terkencang dari Snapdragon tersebut.

Sumber: GizChina.

Qualcomm Umumkan Snapdragon 670 untuk Perangkat Mainstream

Dunia baru saja ‘digemparkan’ dengan dua smartphone terbaru yang menggunakan system on chip (SoC) Snapdragon 636, yaitu ASUS Zenfone Max Pro M1 dan Xiaomi Redmi Note 5 karena memiliki harga yang terjangkau namun kinerjanya tinggi. Selain itu, Snapdragon 660 yang digunakan pada Vivo V9 6 GB juga cukup memukau karena kinerjanya yang hampir menyamai Snapdragon 821.

qc_onq_snapdragon670_r3_header

Nampaknya, Qualcomm sang pencipta Snapdragon tidak ingin memperlambat langkahnya dalam medan perang chipset. Secara diam-diam, Qualcomm meluncurkan chipset terbarunya, Snapdragon 670 sebagai penerus dari Snapdragon 660.

Lalu bagaimana Snapdragon 670 dibandingkan dengan Snapdragon 710? Snapdragon 670 sepertinya merupakan versi downclocked dari Snapdragon 710. Hal tersebut dapat dilihat dari cluster performa yang digunakan, yaitu menggunakan dua core Kryo 360 High Performance yang berbasis Cortex A75 dengan clock 2 GHz. Snapdragon 710 menggunakan clock 2.2 GHz. Enam core Kryo 360 Low Power yang berbasiskan Cortex A55 masih memiliki clock yang sama, yaitu 1.7 GHz.

qc_onq_snapdragon670_r3_inline1

Sama seperti Snapdragon 710, Snapdragon 670 diproduksi dengan menggunakan proses pabrikasi 10nm LPP. Dengan perbedaan 200 MHz pada sisi cluster kinerja, Qualcomm justru mengklaim bahwa SD670 lebih kencang 25% dari SD660. Namun, daya yang digunakan SD670 justru lebih efisien dibandingkan SD660.

SD670 menggunakan Graphics Processing Unit (GPU) Adreno 615 yang juga merupakan versi downclocked dari Adreno 616 yang juga digunakan pada SD710. Untuk modemnya, SD670 masih menggunakan Snapdragon X12 LTE yang sama digunakan pada SD660.

Yang unik adalah penggunaan Spectra 250 pada SD670. Snapdragon 710 juga menggunakan Image Signal Processor (ISP) yang sama, namun pada SD670 sepertinya juga diturunkan clock-nya karena hanya mampu mengendalikan sebuah kamera 25 MP atau dua kamera 16 MP. Selain itu, perekaman video HDR juga hilang pada SD670.

qc_onq_snapdragon670_r2_inline2

Untuk meningkatkan AI menjadi lebih baik, SD670 kedapatan Hexagon Digital Signal Processor (DSP) 685 yang juga ditemukan pada Snapdragon 845. Mesin AI yang ada pada SD670 diklaim memiliki kinerja 1,8 kali lebih baik dari SD660. Qualcomm juga mengatakan bahwa AI yang mereka miliki mampu meningkatkan kualitas foto karena seting otomatis yang mereka miliki. Hal tersebut juga berlaku pada teknologi pengenalan suara.

Mesin AI yang dihadirkan pada SD670 mendukung framework machine learning baru seperti TensorFlow dan TensorFlow Lite dari Google, Caffe dan Caffe2 dari Facebook, Open Neural Network Exchange, dan SDK Neural Processing serta Hexagon Neural Network dari Qualcomm.

Sumber dan gambar: Qualcomm.

Benchmark Kirin 710 di Huawei Nova 3i Terkuak, Bisakah Kalahkan Snapdragon 710?

Seperti yang Anda ketahui, Huawei membuat SoC (System on Chip) sendiri yang disebut Kirin dan diproduksi oleh anak perusahaannya yakni HiSilicon. Nah baru-baru ini Huawei telah memperkenalkan chipset Kirin 710 sebagai penantang Snapdragon 710.

Smartphone pertama dengan Kirin 710 ialah Huawei Nova 3i. Sedangkan, ponsel pintar dengan Snapdragon 710 ada Xiaomi Mi 8 SE dan Vivo Nex A.

huawei-nova-3i-1

SoC Kirin 710 ini menggunakan proses pabrikasi 12 nm. Terdiri dari empat inti Cortex A-73 dengan kecepatan 2,2GHz dan empat inti Cortex A53 dengan kecepatan 1,7GHz, serta GPU Mali-G51 MP4.

Sebagai pembanding, Snapdragon 710 menggunakan pabrikasi 10nm. CPU Kryo 360 ini terdiri dari dua inti gold custom Cortex-A75 dengan kecepatan 2.2GHz dan enam inti silver custom Cortex-A55 dengan kecepatan 1.7GHz, serta GPU Adreno 616.

hisilicon-kirin-710

Jadi, siapa yang lebih unggul – apakah Kirin 710 atau Snapdragon 710? Jawabannya bisa kita lihat dari hasil benchmark Huawei Nova 3i dan Xiaomi Mi 8 SE di aplikasi GeekBench 4,2.

benchmark-kirin-710-pada-huawei-nova-3i-2

Hasil ujicoba single-core Huawei Nova 3i mencetak skor 1.601 poin, sedangkan Xiaomi Mi 8 SE mendapatkan skor lebih tinggi yakni 1.863 poin – selisih 262 poin.

benchmark-kirin-710-pada-huawei-nova-3i-3

Kemudian hasil ujicoba multi-core Huawei Nova 3i meraih skor 5.457 poin, sementara Xiaomi Mi 8 SE mendapatkan skor 5.801 poin – 344 poin.

Hasil sementara dari hasil BeekBench 4.2 dimenangkan oleh Xiaomi Mi 8 SE dengan Snapdragon 710. Hasil ini belum tentu sebanding dengan kinerja dalam dunia nyata.

Sekali lagi, mari kita lihat komposisi intinya – Kirin 710 memiliki empat core besar, sedangkan Snapdragon 710 hanya memiliki dua. Jadi, konfigurasi mana yang lebih baik dalam praktik ber-smartphone sehari-hari?

Huawei rencananya akan merilis seri Nova generasi ke-3 di Indonesia pada 31 Agustus 2018. Kemungkinan, seri Nova 3i dan kami pasti akan melakukan review lebih lengkap.

Sumber: GSMArena

Kolaborasi ARM dan Samsung Buahkan Prosesor 3 GHz

Sampai saat ini, hampir setiap smartphone dan tablet dengan sistem operasi Android dan iOS menggunakan teknologi buatan ARM. Lisensi ARM terbagi dua untuk prosesornya, yaitu lisensi di mana sebuah vendor dapat menggunakan prosesor mereka tanpa adanya modifikasi dan lisensi yang membolehkan vendor untuk melakukan modifikasi. iPhone adalah contoh dari lisensi yang kedua.

Dalam mengembangkan prosesornya, kinerja ARM juga didukung dengan teknologi pengecilan transistor. Semakin kecil dimensi transistor yang ditanamkan, tentu saja semakin kecil daya yang dibutuhkan serta dapat mengurangi temperatur yang dihasilkan.

Saat ini ARM menjalin kolaborasi dengan Samsung untuk memproduksi prosesor Cortex A76. Tidak tanggung-tanggung, kedua perusahaan akan memproduksi prosesor tersebut dengan teknologi 7LPP (7nm Low Power Plus) dan 5LPE (5nm Low Power Early).

PCB Pixabay

Kedua perusahaan itu berharap, dengan menerapkan teknologi tersebut, Cortex A76 mampu berjalan pada clock 3 GHz atau lebih. ARM sendiri mengumumkan bahwa prosesor mereka yang berikutnya bakal mampu berjalan pada clock 3 GHz.

Selain prosesor Cortex A76, dengan proses pabrikasi yang sama, ARM juga berencana untuk mengimplementasikan inti prosesor terbaru mereka yang memiliki teknologi ARM DynamIQ. DynamIQ sendiri merupakan sebuah teknologi penerus big.LITTLE yang mampu menyediakan topologi baru.

Hasil produksi dari pabrik Samsung ini memang belum akan ditemukan dalam waktu dekat. Pengembangannya sendiri baru akan rampun sekitar pertengahan tahun 2019. Untuk produknya sendiri, mungkin akan dirasakan oleh konsumen pada akhir tahun 2020 nanti.

Sumber: Samsung NewsRoom.

Membahas Snapdragon 632, SoC yang Buat Smartphone Kelas Menengah Makin Gesit

Qualcomm telah mengumumkan tiga chipset terbaru di segmen menengah ke bawah yakni Snapdragon 632, 439, dan 429. Namun pada artikel ini saya akan mencoba membongkar membahas keunggulan yang dibawa oleh Snapdragon 632.

SoC ini diposisikan sebagai pengganti Snapdragon 626 dan 625 yang sudah lawas dan merupakan versi ekonomis dari Snapdragon 636. Qualcomm mengklaim kinerja CPU pada Snapdragon 632 meningkat 40 persen dan kemampuan olah grafisnya meningkat 10 persen dibanding Snapdragon 626.

Snapdragon 632 sendiri masuk dalam keluarga high-tier Snapdragon 600 series pada golongan yang menekankan efficiency atau lebih mengutamakan efisiensi dayaseperti Snapdragon 636, 630, 626, dan 625. Mari kita ungkap lebih banyak.

Arsitektur CPU Kryo 250 

Snapdragon 632 menjadi anggota keluarga Snapdragon 600 ketiga setelah Snapdragon 660 dan Snapdragon 636 yang telah mengadopsi elemen dari premium-tier Snapdragon 800 series yakni CPU dengan arsitektur core Kyro.

Namun berbeda dengan Snapdragon 660 dan Snapdragon 636 yang menggunakan Kyro versi 260, model yang digunakan Snapdragon 632 ialah Kyro 250 dengan GPU Adreno 506.

Meski begitu, mobile platform terbaru Qualcomm ini menggunakan teknologi 14mm dan konfigurasinya sama yakni ada empat core Cortex-A73 untuk performance dan empat core sisanya Cortex-A53 untuk efficiency, dengan clock hingga 1.8GHz

ISP, Modem, dan Spesifikasi Snapdragon 632 Lainnya

SoC ini menggunakan modem Snapdragon X9, membawa capabilitas LTE Cat 12 hingga 300 Mbps (downlink) dan LTE Cat 5 hingga 150 Mbps (uplink), serta DSP Hexagon 546.

Kemudian Dual-ISP dalam Snapdragon 632 mampu mendukung penggunaan sensor single kamera 24-megapixel atau dual-camera 13-megapixel.

Sementara untuk resolusi layar maksimal mendukung hingga Full HD+ dan memiliki berkemampuan merekam video 4K 30fps dan 1080p 120fps.

Verdict

Di tahun 2018 ini, bagi Anda yang berburu smartphone kelas menengah dengan performa yang mumpuni di kelasnya – ponsel pintar dengan SoC Snapdragon 660 dan 636 masih menjadi pilihan utama.

Namun kehadiran Snapdragon 632 sebagai pengganti Snapdragon 625 dan 626 yang sudah lawas – diharapkan semakin banyak pilihan smartphone terjangkau berperforma kencang.

Sumber: Qualcomm

Update: Ada revisi perbaikan, dari membongkar menjad membahas judul tanpa menguubah maksud dan tujuan dari artikel. 

Menguak Perbedaan Chipset Snapdragon 636 vs Snapdragon 625

Setiap orang tentu punya kebutuhan akan smartphone yang berbeda-beda. Namun menurut saya, smartphone di kelas menengah ialah pilihan yang paling ideal dan nyaman digunakan untuk memenuhi beragam kebutuhan ber-smartphone penggunanya.

Salah satu yang memegang peranan sangat penting dalam sebuah smartphone adalah system-on-chip (SoC) atau chipset. Ternyata sebagian besar smartphone Android kelas menengah tahun 2017, ditenagai chipset Snapdragon 625 – mobile platform besutan Qualcomm.

Berikut beberapa smartphone yang mengandalkan chipset Snapdragon 625 di Indonesia:

  • Asus Zenfone 3
  • Asus Zenfone Zoom S
  • Asus Zenfone 4 Selfie Pro
  • BlackBerry Keyone
  • Motorola Moto G5S
  • Motorola Moto Z Play
  • Xiaomi Mi A1
  • Xiaomi Redmi Note 4
  • Xiaomi Redmi 5 Plus

Tahun 2018 – Eranya Snapdragon 636

menguak-perbedaan-chipset-snapdragon-636-vs-snapdragon-625-4
Foto: qualcomm.com

Pada high-tier Snapdragon 600 series, Qualcomm merilis chipset dalam dua kategori yakni seri performance dan efficiency. Snapdragon 625 termasuk dalam seri efficiency.

Meski masih cukup populer hingga sekarang, tetapi sebenarnya Snapdragon 625 sudah cukup berumur. Chipset ini pertama kali diperkenalkan pada Februari 2016 dan Qualcomm telah mengumumkan Snapdragon 626 sebagai penerus Snapdragon 625 pada Oktober 2016.

Kemudian pada Mei 2017, Qualcomm meluncurkan penerus Snapdragon 626 yakni Snapdragon 630. Puncaknya Qualcomm merilis Snapdragon 636 sebagai penerus 630 pada Oktober 2017, membawa sejumlah kapabilitas chipset premium-tier Snapdragon 800 series ke Snapdragon 600 series.

Dua smartphone yang diotaki Snapdragon 636 di Indonesia adalah Xiaomi Redmi Note 5 dan Asus Zenfone Max Pro M1. Lalu, apa saja perbedaan SoC Snapdragon 625 dan Snapdragon 636?

Arsitektur CPU Kryo 260

menguak-perbedaan-chipset-snapdragon-636-vs-snapdragon-625-5
Foto: qualcomm.com

Keduanya telah menggunakan pabrikasi 14 nm dan sama-sama mengusung prosesor dengan 8 inti pemrosesan (octa core) 64 bit. Bedanya, Snapdragon 636 memiliki basis arsitektur core Kyro 260 dengan konfigurasi big.LITTLE.

Empat core Cortex-A73 untuk performance atau tugas berat dan empat core Cortex-A53 untuk efficiency atau tugas sehari-hari yang tak butuh banyak tenaga, dengan clock hingga 1.8GHz.

Sedangkan pada Snapdragon 625, Qualcomm merancang SoC ini dengan octa-core Cortex A53 yang bisa bekerja dengan kecepatan maksimum yang sama hingga 2.0 GHz.

Clock lebih tinggi, belum tentu menyuguhkan kinerja lebih cepat. Berkat arsitektur CPU custom Kryo membuat performa Snapdragon 636 secara keseluruhan jauh lebih gesit, tapi tetap lebih hemat baterai dibandingkan Snapdragon 625.

Selain itu, pengolah GPU Adreno 509 pada Snapdragon 636 juga lebih kuat dibanding Adreno 506 pada Snapdragon 625. Dampaknya berasa saat kita melakukan aktivitas bermain game dan browsing.

Image Sensor Processor dan Modem

menguak-perbedaan-chipset-snapdragon-636-vs-snapdragon-625-1
Foto: qualcomm.com

Selain tipe sensor, bukaan lensa, dan ukuran piksel, ada lagi yang tak kalah penting yang menentukan kualitas foto yakni image sensor processor (ISP). Di Snapdragon 636, Qualcomm membawa ISP Spectra 160 14-bit yang ada di premium-tier Snapdragon 800 series.

Kemampuan fotografi smartphone bertenaga Snapdragon 636 pun meningkat dibanding Snapdragon 625. Mampu menangkap fokus lebih cepat, zoom yang lebih halus, warna yang lebih kaya, dan hasil foto di low light yang lebih baik.

menguak-perbedaan-chipset-snapdragon-636-vs-snapdragon-625-2
Foto: qualcomm.com

Kemudian modem internet Snapdragon 636 sudah menggunakan versi X12, membawa capabilitas LTE Cat 12 hingga 600 Mbps (downlink) dan LTE Cat 13 hingga 150 Mbps (uplink).

Sedangkan Snapdragon 625 menggunakan modem LTE versi X9 dengan capabilitas LTE Cat 7 hingga 300 Mbps (downlink) dan LTE Cat 13 hingga 150 Mbps (uplink).

Satu lagi, Snapdragon 636 mendukung Quick Charge 4, sedangkan Snapdragon 625 sebatas Quick Charge 3.0. Di mana baterainya bisa terisi sebanyak 50 persen dari kondisi kosong hanya dalam waktu 15 menit.

Sebagai catatan, semua yang ditawarkan oleh Qualcomm melalui chipsetnya belum tentu diterapkan semuanya – kembali lagi tergantung pabrikan ponsel.

Mengupas Keunggulan Chipset Qualcomm Snapdragon 636

Ditenagai chipset Snapdragon 636, Xiaomi Redmi Note 5 dan Asus Zenfone Max Pro M1 mendarat di Indonesia membawa peningkatan pengalaman ber-smartphone.

Snapdragon 600 series ini memboyong sejumlah teknologi yang ada di premium-tier Snapdragon 800 series, menawarkan performa lebih cepat tapi tetap hemat baterai.

Dampak yang akan begitu terasa ialah mampu menjalankan game lebih optimal, kemampuan fotografinya juga meningkat, dan apalagi? Baiklah, mari kita kupas bersama keunggulan dari “hati seekor naga” – Snapdragon 636.

Bukan yang Terkuat di Kelasnya

mengupas-keunggulan-chipset-qualcomm-snapdragon-636-1

Pada high-tier Snapdragon 600 series, Qualcomm membelah menjadi dua yakni seri yang menonjolkan kinerja CPU yakni Snapdragon 660, Snapdragon 653, Snapdragon 652, dan Snapdragon 650.

Satu lagi seri yang lebih mengutamakan efisiensi daya dengan kecepatan clock CPU yang lebih rendah, yakni Snapdragon 636, Snapdragon 630, Snapdragon 626, dan Snapdragon 625.

Di anggota keluarga Snapdragon 600, Snapdragon 636 merupakan SoC yang paling baru yang diperkenalkan pada Oktober 2017 lalu. Namun yang terkuat masih Snapdragon 660 yang diumumkan pada Mei 2017.

Arsitektur CPU Kyro 260

mengupas-keunggulan-chipset-qualcomm-snapdragon-636-3

Qualcomm ingin teknologi canggih mereka bisa dirasakan oleh lebih banyak orang, sebab itu mereka membawa teknologi yang ada di premium-tier Snapdragon 800 series ke high-tier Snapdragon 600 series.

Teknologi yang dimaksud, satu diantaranya ialah arsitektur CPU Kyro. Snapdragon 636 merupakan anggota keluarga Snapdragon 600 kedua setelah Snapdragon 660 yang telah mengadopsinya.

Mobile platform terbaru Qualcomm ini menggunakan teknologi 14mm dengan basis arsitektur core Kyro 260 performance dan efficiency. Empat core Cortex-A73 untuk performance dan empat core sisanya Cortex-A53 untuk efficiency, dengan clock hingga 1.8GHz.

CPU Kryo 260 memiliki kinerja hingga 40 persen lebih tinggi daripada generasi sebelumnya yakni Snapdragon 630 dan GPU Adreno 509 yang mampu menyuguhkan performa gaming dan web browsing 10 persen lebih baik.

Image Sensor Processor (ISP) Spectra 160

mengupas-keunggulan-chipset-qualcomm-snapdragon-636-4
Foto: Qualcomm.com

Jangan meremehkan pentingnya chipset, selain menentukan performa – chipset juga mempengaruhi kemampuan fotografi. Image sensor processor (ISP) Spectra 160 14-bit di Snapdragon 636 membuat kamera smartphone dengan mobile platform ini lebih canggih.

ISP Spectra 160 menawarkan dukungan untuk single kamera hingga 24-megapixel dan kamera ganda hingga 16-megapixel. Didukung DSP Hexagon 680 dan Qualcomm clear sight untuk hasil foto di low light yang lebih baik , serta zero shutter lag, hybrid autofocus, dan optical zoom yang menawarkan zoom yang halus, menangkap fokus lebih cepat, dan warna yang lebih kaya.

Verdict

Saya pikir penjelasan di atas sudah cukup untuk menguak kemampuan dari Snapdragon 636. Dibanding Snapdragon 625 yang populer digunakan pada smartphone kelas menengah pada tahun 2017, Snapdragon 636 memang membawa banyak peningkatan yang signifikan. Tentu saja masih banyak fitur-fitur lain yang ditawarkan Qualcomm, namun tak semua kelebihan yang ditawarkan digunakan oleh sang pabrikan ponsel.

Saat ini saya sedang mencicipinya di Asus Zenfone Max Pro M1 yang segera saya review dan tak sabar menyandingkan dengan Xiaomi Redmi Note 5. Intinya mobile platform milik Qualcomm ini menawarkan performa CPU lebih cepat tapi tetap hemat baterai yang mampu meningkatkan pengalaman gaming dan menyuguhkan kemampuan fotografi lebih canggih.

Qualcomm Kembangkan Chipset Khusus untuk Perangkat IoT yang Mengemas Kamera

Kalau Anda melihat perkembangan perangkat smart home terkini, kamera rupanya memegang peranan penting di mayoritas perangkat. Entah itu vacuum cleaner atau oven, hampir semuanya mengandalkan kamera agar bisa menerapkan fitur-fitur pintarnya, dan saya sama sekali belum menyinggung soal kamera pengawas, yang terus bertambah canggih berkat integrasi AI.

Guna menggenjot perkembangan perangkat-perangkat ini ke depannya, Qualcomm telah menyiapkan lini chipset khusus yang mereka namai Vision Intelligence Platform. Qualcomm bilang bahwa SoC (system-on-chip) yang tergabung dalam lini ini dibuat secara spesifik untuk ekosistem IoT (Internet of Things), bukan sebatas chipset Snapdragon yang dimodifikasi.

Sejauh ini sudah ada dua model chip yang Qualcomm tawarkan kepada produsen: QCS605 dan QCS603. Keduanya sama-sama mengandalkan fabrikasi 10 nm, serta dibekali integrasi teknologi computer vision maupun pengolahan machine learning secara lokal, alias tidak bergantung pada jaringan cloud.

Kendati demikian, ini bukan berarti perangkat yang menggunakan chip ini jadi tidak memerlukan koneksi internet. Qualcomm bilang bahwa chipset-nya sendiri yang akan menentukan kapan harus meminta bantuan cloud, dan kapan harus memroses informasinya secara mandiri, sehingga pada akhirnya perangkat bisa memiliki kinerja yang lebih cepat.

Qualcomm Vision Intelligence Platform

Qualcomm memberikan contoh skenario sebuah kamera pengawas yang ditenagai salah satu dari chipset ini. Kamera tersebut dapat membedakan antatraseorang anak yang terkunci di luar dari seorang pencuri, lalu bertindak sesuai kondisi; kalau yang dideteksi adalah anak sang pemilik rumah, maka kamera bakal menginstruksikan perangkat smart lock untuk membukakan pintu, tapi kalau ternyata yang didedeteksi maling, kamera bakal membunyikan alarm.

Qualcomm sendiri melihat potensi chipset ini pada perangkat seperti kamera pengawas, kamera 360 derajat, robot maupun action cam, mengingat chipset mendukung perekaman dalam resolusi 4K. Qualcomm juga sudah menyiapkan referensi desain kamera 360 derajat berbasis chipset QCS605, sedangkan yang berbasis QCS603 bakal menyusul dalam bentuk referensi desain kamera pengawas kelas komersial.

Sumber: Qualcomm.

Google Diam-Diam Tanamkan Chipset Buatannya Sendiri ke Pixel 2 dan Pixel 2 XL

Tahun 2015 lalu, sempat beredar rumor bahwa Google tertarik untuk mengembangkan prosesor smartphone-nya sendiri, macam yang sudah dilakukan Apple selama beberapa tahun terakhir. Perlahan rencana itu tampaknya mulai terwujudkan, tepatnya ketika Google berhasil ‘menculik’ Manu Gulati, salah satu engineer senior di divisi pengembangan prosesor Apple, pada bulan Juni kemarin.

Investasi besar Google itu sepertinya mulai terbayarkan secara perlahan. Belum lama ini, Google mengumumkan bahwa Pixel 2 dan Pixel 2 XL rupanya mengemas sebuah chipset hasil rancangan mereka sendiri yang bernama Pixel Visual Core. Chipset ini berperan sebagai co-processor untuk Snapdragon 835 yang tertanam di jantung Pixel 2.

Bagan Pixel Visual Core / Google
Bagan Pixel Visual Core / Google

Tugas utama Pixel Visual Core adalah mendongkrak kinerja dan kualitas kamera Pixel 2. Di dalamnya terdapat 8-core image processing unit (IPU), yang diklaim mampu mengatasi lebih dari 3 triliun pengoperasian setiap detiknya, tanpa mengonsumsi energi secara berlebihan.

Pada prakteknya, Pixel Visual Core dapat mempercepat proses pengambilan gambar HDR+ pada Pixel 2 hingga 5x lipat selagi mengonsumsi sepersepuluh daya yang dibutuhkan apabila prosesnya ditangani oleh prosesor bawaan. Dilihat dari kacamata sederhana, Pixel Visual Core memungkinkan kamera Pixel 2 untuk menghasilkan foto yang lebih berkualitas secara lebih cepat dan efisien.

Perbandingan gambar yang diambil menggunakan HDR+ (kanan) dan tidak (kiri) / Google
Perbandingan gambar yang diambil menggunakan HDR+ (kanan) dan tidak (kiri) / Google

Menariknya, untuk sekarang chipset ini masih dalam keadaan nonaktif di semua unit Pixel 2 dan Pixel 2 XL yang akan dipasarkan. Google berencana mengaktifkannya lewat sebuah software update yang akan dirilis dalam waktu dekat.

Di samping itu, Google juga berencana memberikan aplikasi pihak ketiga akses ke fitur HDR+, yang berarti pengguna Pixel 2 dan Pixel 2 XL bisa mendapatkan kualitas foto yang paling maksimal tanpa harus menggunakan aplikasi kamera bawaan.

Mempercepat kinerja HDR+ dan membuka aksesnya ke aplikasi pihak ketiga baru sebagian dari cerita Pixel Visual Core. Google rupanya juga punya visi besar untuk memanfaatkan potensi chipset tersebut pada penerapan fitur berbasis machine learning lain ke depannya.

Sumber: Google.