Sony Kini Resmi Akuisisi Situs Anime Crunchyroll

Setelah proses bertahap yang panjang, Sony akhirnya secara penuh mengambil alih kepemilikan situs streaming anime Crunchyroll yang sebelumnya dimiliki oleh AT&T. Tidak tanggung-tanggung, untuk akusisi ini Sony menggelontorkan dana hingga $1,175 miliar atau sekitar Rp17 triliun.

Akusisi yang terjadi pada hari Senin lalu tersebut langsung ditindaklanjuti CEO Sony Pictures, Tony Vinciquerra yang menyatakan bahwa target perusahaannya sekarang adalah “membuat platform berlangganan anime yang terpadu sesegera mungkin”.

Hal tersebut diutarakan oleh Tony karena sebelumnya Sony telah memiliki situs layanan streaming anime lainnya yaitu Funimation. Dengan bergabungnya Crunchyroll, maka Sony akan memadukan kedua layanan tersebut agar menarik bagi para pelanggannya.

“Dengan bergabungnya Crunchyroll, kami memiliki kesempatan yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk memberikan pengalaman bagi para penggemar anime yang benar-benar baru di semua platform pilihan mereka mulai dari bioskop, televisi, video games, streaming, di manapun dan dengan cara apapun yang para fans inginkan untuk menikmati anime.” Lanjut Tony.

Crunchyroll memang menjadi salah satu platfrom streaming anime paling populer di dunia. Mereka mengklaim bahwa mereka memiliki 120 juta pelanggan yang tersebar di lebih dari 200 negara. Mereka memiliki banyak sekali layanan mulai dari video-on-demand, game mobile, manga, dan juga merchandising.

Sedangkan Funimation sebenarnya adalah rival dari Crunchyroll terutama di Amerikat Serikat dengan keunggulan adanya fitur “dubbing” bahasa Inggris yang membuat Funimation lebih disukai oleh para pecinta anime di negara Paman Sam tersebut.

Image credit: radiojhero.com

Sekarang, Sony telah mengisi kekurangan masing-masing layanan streaming. Namun belum jelas apa yang dimaksud Sony untuk membuat kedua layanan tadi jadi “terpadu” karena hingga sekarang kedua layanan ini masih berjalan secara terpisah.

Namun President dan CEO Sony Group Corporation, Kenichiro Yoshida mengatakan dalam press release resminya bahwa kehadiran dua platform streaming anime tersebut dapat mendekatkan mereka terhadap para kreator dan juga para fans.

Bocoran Detail PSVR untuk PS5 Tunjukkan Peningkatan Impresif

Meskipun bukan jadi perangkat wajib, absennya perangkat virtual reality (VR) pada peluncuran PlayStation 5 memang membuat banyak fans bertanya-tanya. Apalagi Sony juga memperlihatkan aksesoris PS5 lain seperti 3D Pulse headset hingga PS Media Remote.

Namun akhirnya keberadaan dari perangkat yang disebut PSVR ini terungkap saat gelaran Sony developer summit. Meskipun tidak diumumkan untuk umum, detail mengenai headset VR ini dibagikan oleh kanal YouTube PSVR Without Parole. Dalam event tersebut, Sony memberikan detail spesifikasi dan fitur untuk perangkat baru ini.

Perangkat yang belum memiliki nama resmi ini sebelumnya juga sempat dibocorkan oleh UploadVR akan memiliki resolusi 4000×2040 pixel atau 2000×2040 pada setiap layar/matanya. PSVR baru ini juga dikatakan akan menggunakan eye-tracking untuk mengoptimalkan performa rendering-nya.

Image credit: Sony

Nantinya, perangkat VR ini akan menggunakan teknologi bernama foveated rendering dan juga flexible scaling resolution. Kedua teknologi ini untuk lebih meningkatkan performa dari game-game PSVR.

Detail lain yang diungkap lewat video tersebut adalah perangkat ini memiliki kode nama NGVR (next-generation VR) dan akan menggunakan layar HDR OLED dengan luas pandangan (FOV) seluas 110 derajat. 10 derajat lebih luas dari PSVR.

Yang unik adalah dikabarkan juga bahwa perangkat kepala dari PSVR ini juga dilengkapi dengan teknologi haptic feedback seperti pada joystick DualSense. Entah bagaimana prakteknya dalam game nanti namun dikatakan bahwa perangkat kepalanya nanti akan dilengkapi dengan rumbling rotary motor.

Berlanjut ke kontrolernya, perangkat VR ini nantinya akan punya kontroler dengan sensor sentuh kapasitif untuk ibu jari, telunjuk, dan juga jari tengah. Sensor ini dikabarkan akan melakukan tracking gerakan terhadap kontroler, namun juga mengetahui seberapa jauh jari-jari mereka berada dari kontroler.

Sony juga dilaporkan telah mengatakan kepada para pengembang untuk memberikan dukungan virtual reality kepada game-game AAA yang tengah mereka kerjakan. Yang nantinya mereka juga akan memberikan pilihan kepada para pemain untuk memilih apakah mereka ingin mengunduh versi untuk monitor atau versi VR.

Mengenai perilisannya, kanal PSVR Without Parole mengatakan bahwa Sony tidak akan merilisnya pada tahun ini. Sehingga kemungkinan besar headset VR PS5 ini akan tiba paling cepat awal tahun depan.

Mcdonald’s Australia Tidak Sengaja Tunjukkan DualSense Edisi Khusus McD

Update: Sony membatalkan kontroler DualSense bertema McD. Dikutip dari Press Start, McD Australia memberikan komentarnya. “Sony belum memberikan otorisasi penggunaan kontroler mereka sebagai bahan promosi terkait dengan event Stream Week yang sudah diajukan dan kami meminta maaf atas ketidaknyamanan yang terjadi.”


Brand McDonald’s menjadi salah satu brand makanan cepat saji terbesar di seluruh dunia. Namun bagaimana jika mereka membuat custom controller untuk konsol?

McDonald’s Australia tidak sengaja memamerkan sebuah joystick PlayStation 5 atau yang lebih dikenal dengan Dualsense edisi khusus McDonalds’s sebagai peringatan ulang tahun mereka di Australia yang ke-50.

Sebagai edisi khusus McDonalds, DualSense ini tampil mencolok dengan perpaduan warna merah-putih. Dan tentunya tidak lengkap bila edisi McDonald’s tidak memiliki gambar burger dan juga kentang goreng yang menjadi makanan khasnya.

Sayangnya DualSense ini tidak akan dijual bebas namun akan menjadi hadiah giveaway yang diberikan kepada para penonton beruntung yang menonton event live stream dari beberapa streamer Twitch yang bekerja sama dengan McDonald’s.

Kabar terbarunya yang dikutip dari media Australia, Press Start malah menjelaskan bahwa McDonald’s Australia mengonfirmasi jika event livestream yang mereka rencanakan akan dilaksanakan mulai minggu besok diundur hingga waktu yang belum ditentukan.

Mereka juga menghapus DualSense McDonald’s ini sebagai hadiah dan menggantinya dengan jaket eksklusif Ulang Tahun Macca (sebutan McD di sana) ke-50 tahun dan juga 50 subscriptions untuk setiap streamer. Perubahan mendadak ini dilakukan karena ternyata DualSense McDonald’s ini awalnya ditujukan untuk diposting pada minggu lainnya.

Image credit: McDonald’s Australia

Hal tersebut dikonfirmasi oleh CNET yang menghubungi salah satu streamer yang berpartisipasi dalam event McDonald’s tersebut. Streamer yang tidak disebutkan namanya tersebut bahkan menjelaskan bahwa dirinya tidak dapat membicarakan tentang DualSense ini di dalam stream-nya.

Perihal masalah penghapusan gambar DualSense tersebut, dikatakan bahwa pihak Sony PlayStation ternyata tidak memberikan izin bagi McDonald’s Australia untuk menggunakan gambar DualSense sebagai materai promosi event stream yang akan mereka adakan.

Kemungkinan besar hal tersebut disebabkan karena DualSense Edisi khusus tersebut bukan resmi dari Sony PlayStation namun merupakan sebuah DualSense custom yang dicat ataupun ditutupi stiker dengan grafis milik McDonald’s.

PlayStation 5 jadi Konsol dengan Penjualan 10 Juta Unit Tercepat

Meskipun dengan produksi yang masih terganggu karena pandemi, namun ternyata konsol terbaru Sony, PlayStation 5 ternyata terus memberikan keuntungan yang menakjubkan bagi Sony. Bila 2 bulan lalu telah dikabarkan bahwa konsol ini berhasil terjual 7,8 unit, kini penjualan PS5 ternyata sudah menembus angka 10 juta unit.

PS5 berhasil menembus angka penjualan menakjubkan tersebut pada tanggal 18 Juli lalu. Pencapaian tersebut menjadikan PS5 sebagai konsol dengan penjualan 10 juta tercepat, mengalahkan sang kakak, PlayStation 4, yang lebih lambat satu bulan.

Sayangnya, meski telah menjual 10 juta unit, Sony masih kewalahan untuk memenuhi permintaan konsol PlayStation 5 di pasaran dengan masih banyaknya kasus PS5 yang terjual habis di berbagai belahan dunia.

Jim Ryan, CEO dari PlayStation (Image Credit: Sony)

CEO Sony Interactive Entertainment, Jim Ryan juga mengungkapkan rasa bersalahnya karena mereka tidak dapat memenuhi permintaan PS5 untuk sementara waktu.

“Kami telah memproduksi lebih banyak PlayStation lebih cepat dari sebelumnya yang membuat saya bahagia. Namun di sisi lain, kami masih memerlukan waktu untuk dapat memenuhi semua permintaan yang ada di luar sana, yang membuat saya merasa merasa bersalah,” ungkap Ryan kepada Reuters.

Ryan juga memastikan bahwa prioritas mereka sekarang adalah meningkatkan jumlah persediaan unit mereka di pasaran. Selain penjualan konsol, penjualan game-game untuk konsol mereka ternyata juga ikut meningkat.

game paling dinanti
Spider-Man: Miles Morales (Image Credit: Sony Interactive Entertainment)

Seperti Spider-Man: Miles Morales yang terjual hingga lebih dari 6,5 juta kopi sejak dirilis. Game eksklusif Ratchet & Clank: Rift Apart juga terjual lebih dari 1 juta unit meskipun baru sebulan dirilis. Game eksklusift mereka lainnya yaitu Returnal yang baru dirilis April lalu juga telah terjual lebih dari setengah juta kopi.

Peningkatan lain yang dialami oleh Sony ada pada ‘engagement’ para pemain terhadap PlayStation 5. Jim Ryan mengungkapkan kepada Gameindustry.biz bahwa mereka melihat adanya pertumbuhan dua digit dari pengguna bulanan maupun waktu bermain.

Sony sendiri memang sejak awal telah yakin dengan platform yang mereka buat untuk PS5 tersebut. Sony juga berjanji akan terus berusaha memastikan bahwa mereka punya game-game terbaiknya dari PlayStation Studios.

Sony Umumkan Alpha ZV-E10, Versi Advanced dari ZV-1 untuk Content Creator

Sejak perkenalan Sony A6400 di awal tahun 2019, Sony mulai fokus menghadirkan perangkat yang dioptimalkan untuk para content creator. Pada tahun 2020, Sony memperkenalkan ZV-1 yang menghadirkan kemudahan dalam membuat konten.

Sony ZV-1 sendiri merupakan kamera compact premium bersensor 1 inci turunan RX100 series. Namun telah dirancang sepenuhnya untuk keperluan vlogging dengan layar vari-angle, serta dilengkapi hot shoe dan port mikrofon untuk memasang mikrofon eksternal.

Sebelumnya bila ZV-1 tidak dapat memenuhi kebutuhan Anda, maka opsi terdekat yang bisa dipilih ialah A6100, A6400, dan A6600. Kabar baiknya, Sony telah memperkenalkan perangkat baru yang posisinya di tengah antara ZV-1 dan trio A6xxx series yang disebut Alpha ZV-E10.

Bila dilihat namanya, Alpha ZV-E10 tampaknya versi yang lebih advanced dari ZV-1. Ia adalah kamera mirrorless dengan lensa yang dapat ditukar bersensor CMOS Exmor APS-C 24MP yang sama seperti A6xxx series. Kalau dilihat dari desain, menurut saya mungkin bisa disebut sebagai penerus dari A5100.

Alpha ZV-E10 juga mewarisi fitur khusus video yang telah diakui dan disukai dari ZV-1. Termasuk ‘Background Defocus‘ yang dapat beralih antara latar belakang buram (bokeh) dan tajam dengan mulus. Serta, mode ‘Product Showcase Setting‘ yang memungkinkan kamera mengalihkan fokus dari wajah subjek ke objek yang disorot secara otomatis.

Kami sangat antusias memperkenalkan Alpha ZV-E10, kamera dengan lensa yang dapat ditukar terbaru dari Sony, untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dari para kreator. Kamera terbaru Alpha ZV-E10 merupakan alat yang ideal untuk para kreator foto dan video yang ingin bertransisi ke pengaturan yang lebih canggih, karena menggabungkan keserbagunaan dan kualitas gambar luar biasa dari kamera dengan lensa yang dapat ditukar yang didukung oleh sensor lebih besar dengan fitur ramah pengguna yang dirancang khusus untuk foto dan video, ” ujar Kazuteru Makiyama, President Director PT Sony Indonesia.

Desain dan Fitur Sony Alpha ZV-E10

Alpha ZV-E10 mengusung desain video-first dalam bentuk yang ringkas dan ringan dengan bobot 343 gram. Dilihat dari panel atas, tampilannya cukup mirip terutama posisi mikrofon dan hot shoe.

Posisi tombolnya mengalami penyesuaian, tombol on/off diganti tuas dan tombol rana berpindah ke grip yang sedikit lebih besar dari milik ZV-1. Bagian belakang terdapat layar vari-angle bukaan samping 3 inci 920k dot yang memberikan fleksibilitas saat vlogging dan pengambilan gambar dari sudut tinggi atau rendah.

Untuk perekaman videonya, Alpha ZV-E10 mendukung hingga resolusi video 4K melalui pixel readout penuh tanpa pixel binning dengan Codec XAVC S dan bitrate 100Mbps. Juga Slow Motion 1080p 120fps dan turut didukung picture style seperti hybrid Log-Gamma (HDR), S-Gamut3.Cine, S-Log3, S-Gamut3, dan S-Log3. Lengkap dengan stabilisasi gambar elektronik dengan Mode Aktif yang menghadirkan perekaman video stabil, bahkan pada saat berjalan dan pengambilan gambar dengan tangan.

Berkat Fast Hybrid AF dan Real-time Eye AF untuk video, serta Real-time Tracking, Alpha ZV-E10 dapat melacak wajah dan mata subjek untuk pemfokusan otomatis yang cepat dan tepat. Pengguna juga dapat menyesuaikan pengaturan AF kamera, seperti AF Transition Speed dan AF Subject Shift Sensitivity untuk memilih antara pemfokusan cepat atau lambat.

Soal audio, Alpha ZV-E10 juga dilengkapi Directional 3-Capsule Mic internal dan wind screen untuk mengurangi kebisingan angin secara signifikan. Didukung dengan interface audio Digital melalui Multi Interface (MI) Shoe Cap dan jack mikrofon untuk menghubungkan mikrofon eksternal.

Baterai pada Alpha ZV-E10 diklaim dapat bertahan hingga 125 menit perekaman video atau 440 jepretan. Saat pengambilan gambar di dalam ruangan, catu daya AC seperti AC-PW20AM opsional dapat mengisi daya, sehingga pengguna dapat terus merekam tanpa mengkhawatirkan konsumsi baterai. Daya juga dapat disuplai melalui konektor USB Type-C.

Sony Alpha ZV-E10 dipastikan akan tersedia di Indonesia dalam waktu dekat dengan warna hitam dan putih. Harga globalnya berkisar US$700 atau sekitar Rp10,1 jutaan untuk body only atau US$800 atau Rp11,5 jutaan dengan lensa power zoom 16-50mm F3.5-5.6.

Sony Patenkan Platform Turnamen Online Terintegrasi untuk PlayStation 5

Selain fokus pada game eksklusif dan memenuhi permintaan konsol PlayStation 5-nya di pasaran, Sony ternyata juga menaruh perhatian terhadap esports. Hal ini sejalan dengan akuisisi Sony atas EVO di bulan Maret tahun ini.

Namun lewat paten baru yang dipublikasikan minggu lalu, Sony kelihatannya ingin lebih seriues ke esport untuk ke depannya. Dalam paten yang diberi nama “Online Tournament Integration” tersebut Sony mengusulkan sebuah sistem turnamen online baru yang akan terintegrasi melalui PlayStation Network.

Nantinya para pemain, pengembang, atau bahkan penyelenggara pihak ketiga dapat mengadakan turnamenya sendiri. Namun setiap pihak tadi memiliki kapasitas yang berbeda-beda dalam menyelenggarakan skala turnamennya.

Image credit: United States Patent and Trademark Office

Pada tingkatan paling dasarnya, pemain dapat membuat turnamen kecil untuk teman-teman ataupun keluarga mereka. Namun pada tingkatan tertinggi, para penyelenggara event dapat mengadakan turnamen dengan skala besar dengan peraturan mereka sendiri.

Sistem ini juga akan menyediakan beragam pengaturan untuk manajemen tim, pelacakan event, menentukan parameter turnamen, social tools, percakapan instan, dan juga fitur untuk menelusuri arsip dari event esports.

Parameter turnamen disebut sebagai fitur yang akan paling berguna bagi para penyelenggara karena Sony mengklaim bahwa turnamen gaming yang paling sukses adalah ketika para peserta yang ikut berada di level kemampuan yang sama.

Fitur parameter yang disediakan nantinya dapat digunakan untuk memberikan persyaratan spesifik bagi para peserta yang ingin mengikuti turnamen yang diadakan. Para penyelenggara dapat mensortir para peserta lewat data yang ditarik dari profil pemain mulai dari statistik menang-kalah, durasi total bermain, jumlah kill atau poin, dll.

Image credit: Sony PlayStation

Bahkan para penonton yang nantinya tengah melihat sebuah pertandingan dan tertarik dengan salah satu pemain atau tim dapat mengeksplorasi lebih dalam informasi tentang turnamen-turnamen lain yang diikuti oleh pemain atau tim tersebut.

Semua aktivitas baik dari penyelenggara maupun para pemain yang mengikuti nantinya akan di-update secara real-time melalui PlayStation Network. Begitu juga dengan gameplay yang telah dilaksanakan sebelumnya, yang pada akhirnya akan di-update ke profil pemain masing-masing.

Sistem ini tentunya akan mempermudah bagi semua pihak yang akan menyelenggarakan turnamen esport dengan platform PlayStation 5 nantinya. Meskipun akhirnya semua fitur dan statistik tersebut akan bersifat eksklusif untuk para pemain PS5 saja.

Beta Test Gran Turismo 7 Tiba-tiba Muncul di Website PlayStation

Penantian para gamer balap beserta para fans untuk seri ke-7 dari Gran Turismo memang tidak sebentar. Apalagi game tersebut ditunda perilisannya hingga 2022 mendatang.

Namun, kabar baiknya, Gran Turismo 7 kelihatannya akan membuka akses beta untuk para pemain PlayStation 5 setelah halaman registrasinya dibocorkan oleh situs PlayStation sendiri.

Dilansir dari GTPlanet, iklan tersebut muncul sebagai bagian dari promosi Experience PlayStation. Sebagai informasi, Experience PlayStation adalah aplikasi untuk menghubungkan para fans dengan berbagai promosi spesial.

Image Credit: GTPlanet

Beta Gran Turismo 7 ini juga kelihatannya muncul secara tidak sengaja dan masih belum dapat diakses penuh. Karena, meskipun para fans dapat mengklik iklannya, mereka akan diarahkan untuk memilih “Start Quest”, kemudian memilih opsi “Related Campaigns”, “Italia Quest”, dan terakhir “Gran Turismo Beta (Test).

Sebelum mendapat akses, para fans juga akan diminta untuk menonton video trailer “Gran Turismo 7 launch demo”. Baru setelahnya para fans akan mendapatkan kode untuk akses Beta-nya. Sayangnya kode beta yang diberikan masih berupa tempelan saja, yaitu 1234-5678-9012.

Kode tersebut juga tidak bisa diaktifkan di dalam PlayStation yang berarti bahwa kode 12 digit ini nantinya akan berbeda-beda untuk setiap fans yang mengikuti promosi tersebut. Lebih lanjut, hadiah kode akses ini hanya eksklusif untuk PlayStation 5 saja.

Image Credit: Sony

Meski akses beta tersebut hanya eksklusif untuk versi PS5-nya, namun untuk game-nya sudah dipastikan bahwa Gran Turismo 7 akan tetap dirilis di PlayStation 4. Hal tersebut menjadikannya seri Gran Turismo pertama yang dirilis pada 2 generasi PlayStation.

Setidaknya, keberadaan promosi Gran Turismo 7 tersebut menjadi indikasi bahwa game-nya akan segera diuji coba tidak lama lagi. Sony maupun Polyphony Digital masih belum mengeluarkan pernyataan apapun mengenai perkembangan Gran Turismo 7 karena masih disibukkan dengan turnamen esport “2021 World Series”.

Mungkin saja, kemunculan promosi tersebut merupakan indikasi bahwa akan ada informasi baru untuk Gran Turismo 7 sebentar lagi — mengingat game-nya memang tidak mendapatkan update apapun selama setahun ini.

App Annie & IDC: A Year after the Pandemic Started, Gamers Still Love Spending Money

The COVID-19 pandemic has highly benefited the growth of the gaming industry. In addition to the boost in sales of games, consoles, and gaming hardware, the pandemic has also increased the average playing time of most gamers. Although citizens of some countries have been freed from the COVID-19 calamity and went back to living life normally, the trends that emerged due to the pandemic — such as playing more games and watching more gaming streams — are surprisingly persisting.

The Driving Force of the Game Industry’s Growth: Mobile Gaming

Currently, mobile gaming seems to have the largest contribution in terms of consumer spending growth in digital games. According to the report published by App Annie and IDC, the total expenditure of mobile gamers around the world was over $120 billion USD, 2.9 times as much as the total spending of PC gamers, which only reached $41 billion USD. Console and handheld console players, on the other hand, had a total expenditure of $39 billion USD and $4 billion USD, respectively.

In the case of mobile gaming, Asia Pacific is still the region with the largest contribution to gamer’s total spendings, 50% to be exact. Interestingly, this figure actually plateaued throughout the pandemic. Instead, gamers in other regions, like NA and Western Europe, experienced an increase in gaming expenditure. Although the Asia Pacific region had massive spending in mobile games, expenses from PC/Mac gamers in the region declined marginally by 4%. This trend can be explained perhaps by the unfortunate closing of many internet cafes in the pandemic.

Gamers’ Spending in each platform. | Source: App Annie

On the other hand, the total worldwide expenditure in the realm of console gaming is expected to rise due to the launch of PlayStation 5 and Xbox Series X/S at the end of 2020. App Annie and IDC also mentioned that the console gaming audience has the potential to grow exponentially in the Asia Pacific region. With the recent launch of Xbox Series X in China on June 10, 2021, and PlayStation 5 on May 15, 2021, we should expect to see a surge in the console player population in Asia. In terms of handheld consoles, Nintendo Switch Lite is currently the only console that incentivizes consumption growth. As of September 2020, Nintendo has discontinued the production of the 3DS. Fortunately, the e-shop of the 3DS is still accessible.

In the United States, console sales increased rapidly in April 2020 after the US government announced the country’s lockdown. As console sales increase, more and more people subsequently download companion apps — such as Steam, PlayStation App, Nintendo Switch, and Xbox — that allow their PC/console game accounts to be accessible through their smartphones. Additionally, these companion apps also has chatting features so users can interact with their friends. Some apps also offer cloud gaming features that allows gamers to play their console games via smartphones.

Cross-Platform Games

One of the gaming trends that persisted after the COVID-19 pandemic is the rate of mobile game downloads. In the first quarter of 2021, there were over 1 billion mobile game downloads globally. This figure is 30% greater compared to Q4 of 2019. Expenditures on mobile games also increased in the same period. In Q1 2021, the total spending of mobile gamers around the world reached $1.7 billion USD per week, an astounding increase of 40% from the pre-pandemic period. Many game publishers, as a result, began placing their interest in launching games on the mobile platform.

Global weekly game downloads and consumer spendings. | Source: App Annie

Just like the mobile game segment, PC gaming also experienced some degree of growth during the pandemic. We can find this trend in the rise of Steam’s concurrent users and players. From October 2019 to April 2020, the number of daily concurrent users on Steam increased by 46% to a staggering 24.5 million users. Steam’s daily concurrent players also surged by 61% to 8.2 million. However, if we extend the period to March 2021, Steam’s daily users and player numbers reached 26.85 million (46% increase) and 7.4 million (60% increase), respectively. As we see from the statistics above, Steam’s player and user count did not decline but, instead, persisted after the pandemic.

What makes games so popular in the pandemic? According to App Annie and IDC, online real-time features — such as PvP — are highly common in today’s popular games, regardless of the gaming platform. In other words, most gamers want to play and interact with each other. After all, games can help cope with the loneliness of the pandemic isolation by providing a medium to connect with friends. Another feature that is rising in popularity is cross-play: a feature that allows gamers to play one game on multiple platforms. For example, players can start a game on PC and continue playing it on mobile or vice versa.

Steam’s daily concurrent users and players. | Source: IDC

An example of a game that, by far, has implemented the best cross-play feature is Genshin Impact. Since its launch in September 2020, miHoYo (the game dev of Genshin Impact) immediately released the game on several platforms at once: PC, console, and mobile. miHoYo’s decision to prioritize cross-play features — such as cross-save and co-op modes across platforms — is one of the reasons why Genshin Impact has successfully become a phenomenon in the gaming world.

Another popular cross-platform game is Among Us. In the span of just a few months in 2020, the player count of Among Us skyrocketed. In January 2020, the number of concurrent players in Among Us was less than a thousand. However, in September 2020, over 400 thousand people around the world were playing the game. Among Us is also incredibly popular on the mobile platform. At some point, Among Us download numbers in mobile were able to peak in the US, UK, and South Korea.

Gaming Stream Watch Times

The pandemic has also increased the amount of time people spend watching gaming content broadcasts. Up until April 2021, user engagement rates from Twitch and Discord continue to rise. In China, the watch times of game streaming platforms such as bilibili, Huya, and DouyuTV, have also gone up. The largest increase, uncoincidentally, occurred in the first half of 2020, which is when the COVID-19 pandemic started to emerge and forced people into quarantining in their homes.

 

The average time users spend watching gaming streams per month in different streaming platforms. | Source: App Annie

Viewers also become less hesitant in spending money on these platforms as they become more invested in them. Recently, there has been a steady rise in the total expenditure of Twitch and Discord users. In Q4 2020, Twitch managed to enter the list of 10 non-gaming applications with the largest total revenue. Twitch even climbed to 8th place on the list during the first quarter of 2021.

Featured Image: Unsplash. Translated by: Ananto Joyoadikusumo.

Sony SRS-NB10 Wireless Neckband Speaker Adalah Alternatif Terhadap TWS Bagi Mereka yang WFH

Tren bekerja dari rumah alias WFH memang baru marak diadopsi setelah pandemi melanda. Namun ada kemungkinan tren ini masih akan terus berlanjut ke depannya walaupun penyebaran COVID-19 sudah mereda. Oleh karena itu, jangan heran seandainya ada suatu pabrikan teknologi yang meluncurkan produk baru yang benar-benar ditujukan untuk kalangan remote worker.

Salah satunya adalah produk terbaru dari Sony berikut ini. Dijuluki SRS-NB10 Wireless Neckband Speaker, perangkat ini dirancang untuk memudahkan pengguna mengikuti sesi conference call maupun sebatas mendengarkan musik selagi berjalan-jalan di dalam kediamannya.

Namanya speaker, jelas tidak ada satu pun bagian darinya yang menutupi atau membungkus telinga. Alhasil, pengguna sama sekali tidak akan merasa terisolasi dari sekitarnya. Di saat yang sama, mereka tetap dapat berkonsentrasi karena suara yang dihasilkan perangkat bakal langsung terarahkan ke telinganya dan diklaim tidak akan mengganggu orang lain yang sedang berada di ruangan yang sama.

Bisa dikatakan perangkat ini merupakan hasil kawin silang dari TWS dan speaker Bluetooth. Buat yang sering merasa tidak nyaman setelah mengenakan TWS selama berjam-jam, neckband speaker semacam ini tentu bisa menjadi alternatif yang cukup menarik. Supaya lebih nyaman, bagian belakangnya yang menggantung di leher dibuat fleksibel agar dapat disesuaikan oleh masing-masing pengguna.

Sebagai bonus, NB10 mengemas sebuah passive radiator untuk meningkatkan kualitas bass yang dihasilkan. Fitur multi-point connection memungkinkan NB10 untuk terhubung ke dua perangkat secara bersamaan, semisal smartphone dan laptop. Jadi Anda bisa mendengarkan musik dari smartphone, lalu langsung memindah sambungannya ke laptop ketika sesi conference call telah dimulai.

Dari sisi output, NB10 menjanjikan tangkapan suara yang jernih berkat dua mikrofon beamforming. Saat belum waktunya untuk berbicara, pengguna bisa dengan mudah mematikan mic lewat tombol mute yang terdapat di ujung tangkai sebelah kanan perangkat.

Dalam sekali pengisian, baterai NB10 diyakini dapat bertahan sampai 20 jam pemakaian. Charging-nya mengandalkan USB-C, dan pengisian selama 10 menit saja sudah bisa memberikan daya yang cukup untuk pemakaian selama satu jam. Secara keseluruhan, fisik NB10 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4, yang berarti pengguna tidak perlu was-was selagi menggunakannya selama mencuci piring.

Di Amerika Serikat, Sony SRS-NB10 Wireless Neckband Speaker bakal dijual seharga $150 mulai bulan September mendatang. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni abu-abu atau putih.

Sumber: PR Newswire.

Take-Two Akuisisi Perusahaan Animasi, Mantan Director Mass Effect Buat Studio Game Baru

Take-Two mengumumkan bahwa mereka telah mengakuisisi perusahaan animasi asal Prancis, Dynamixyz, pada minggu lalu. Sementara itu, Sony juga telah mengakuisisi Nixxes Software, perusahaan yang mengkhususkan diri pada game porting PC. Pada minggu lalu, mantan Director Mass Effect juga mengungkap bahwa dia telah membuat studio game baru yang disebut Humanoid Studios.

Take-Two Akuisisi Perusahaan Animasi Dyanmixyz

Take-Two menyatakan bahwa mereka telah mengakuisisi Dynamixyz, perusahaan asal Prancis yang mengkhususkan diri pada animasi wajah. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai akuisisi tersebut. Sebelum ini, kedua perusahaan itu juga telah bekerja sama dalam membuat beberapa game, seperti Red Dead Redemption 2 dan NBA 2K21. Selain itu, Dynamixyz juga pernah menangani Avengers: Endgame dan Love, Death & Robots, seri animasi di Netflix.

Ke depan, Dynamixyz akan beroperasi sebagai divisi dari Take-Two. Mereka akan pada proyek yang tengah dikerjakan oleh Take-Two. Namun, Dynamixyz masih akan tetap dipimpin oleh CEO Gaspard Breton. Dia akan bertanggung jawab pada Scott Belmont, Executive Vice President dan Chief Information Officer dari Take-Two, menurut laporan GamesIndustry.

Sony Akuisisi Nixxes Software

Minggu lalu, Sony mengakuisisi Nixxes Software, perusahaan yang fokus untuk membuat game porting PC. Mengingat Sony memang ingin membawa beberapa game mereka ke PC — termasuk Days Gone dan Horizon: Zero Dawn — maka keputusan mereka untuk mengakuisisi Nixxes masuk akal. Sebelum diakuisisi oleh Sony, Nixxes secara eksklusif untuk membuat porting PC dari game-game Square Enix, seperti Shadow of the Tomb Raider dan Marvel’s Avengers, lapor VentureBeat. Selain Nixxes, Sony juga mengakuisisi Housemarque — developer dari Returnal — pada minggu lalu.

Nixxes adalah perusahaan yang fokus dalam melakukan porting game konsol ke PC.

Community Gaming Dapat Kucuran Dana Sebesar US$2,3 Juta

Community Gaming mendapatkan investasi sebesar US$2,3 juta untuk mengotomasi turnamen esports, mulai dari bagian penyelenggaraan turnamen — baik secara online maupun offline, pembayaran peserta, sampai pembagian hadiah untuk pemenang. Ronde investasi ini dipimpin oleh perusahaan blockchain, CoinFund. Beberapa investor lain yang ikut menanamkan modal di Community Gaming juga pernah pernah berinvestasi di bidang cryptocurrency, seperti Dapper Labs, Animoca Brands, Multicoin Capital, 1kx, Warburg Serres, dan Hashed, seperti yang disebutkan oleh VentureBeat. Community Gaming menyebutkan, untuk memudahkan proses pembagian hadiah pada para pemenang, mereka akan menggunakan teknologi blockchain.

Mantan Director Mass Effect Buka Studio Baru

Casey Hudson, mantan General Manager BioWare dan Director Mass Effect, telah mendirikan studio game baru, yang dinamai Humanoid Studios. Dia mengungumumkan hal ini pada 30 Juni 2021, melalui Twitter. Dia akan memimpin Humanoid sebagai CEO. Dalam situs resmi Humanoid, Hudson ditulis sebagai salah satu pendiri dari studio game tersebut. Namun, dia mengakui bahwa dia mendapatkan bantuan dari beberapa koleganya dalam membuat Humanoid. Sayangnya, tidak diketahui siapa saja kolega yang dia maksud.

Saat ini, Humanoid tengah membuka lowongan untuk beberapa posisi penting. Studio itu akan membuka kantor di British Columbia dan Alberta, Kanada. Walau pada awalnya para pekerja bisa bekerja dari rumah karena pandemi, nantinya, para pekerja akan diminta untuk bekerja dari kantor, lapor GamesRadar.

Platform Cloud Streaming Facebook Punya 1,5 Juta Pemain Bulanan

Facebook mengungkap, layanan cloud streaming mereka kini digunakan oleh 1,5 juta orang setiap bulannya. Selain itu, mereka juga mengumumkan, Ubisoft akan menjadi rekan mereka. Hal itu berarti, beberapa game Ubisoft akan tersedia di platform cloud streaming Facebook, seperti Assassin’s Creed Rebellion, Hungry Shark Evolution, dan Hungry Dragon. Selain itu, Mighty Quest dan Trials Frontier juga akan ditambahkan ke platform cloud streaming Facebook pada tahun ini. Facebook juga menyebutkan, mereka berencana untuk menambahkan game-game free-to-play di platform mereka. Belum lama ini, mereka memasukkan Roller Coaster Tycoon Touch dari Atari dan Lego Legacy Heroes Unboxed dari Gameloft, menurut laporan GamesIndustry.