Olympus Perkenalkan Kamera Micro Four Thirds Baru yang Stylish Serta Terjangkau

Desas-desus mengenai penerus kamera mirrorless Pen E-PL7 sudah terdengar berbulan-bulan lalu. Saat itu, kabarnya kamera anyar tersebut cocok bagi mereka yang beranggapan bahwa model Pen-F terlalu besar dan mahal. Perangkat sengaja disiapkan buat memperkuat lineup Micro Four Thirds di lini entry-level, tapi tidak berarti produk ini low-end atau murahan.

Beberapa saat lalu, perusahaan spesialis produk optik dan reprografi asal Jepang itu resmi memperkenalkan Pen E-PL8 di event Photokina di Cologne, Jerman. Pen E-PL8 akan menggantikan E-PL 7, diramu sebagai ‘jembatan’ bagi para pemula serta mereka yang biasa menggunakan kamera smartphone untuk beralih ke sistem interchangeable camera lens. Dan dari sisi penampilan, ia terlihat sangat cantik.

Wujud Pen E-PL8 bisa diibaratkan seperti versi kecil Pen-F, yang pada dasarnya merupakan versi modern dari kamera 35mm legendaris Olympus. Keluarga Pen memang terkenal dengan desain khas yang stylish – bisa berperan jadi aksesori fashion. Untuk E-PL8, produsen memoles lagi sisi estetikanya, dapat kita lihat dari perhatian Olympus terhadap case dan bagian strap, tanpa melupakan aspek fungsi. Ada pilihan lapisan ‘kulit’ berwarna putih, hitam dan coklat, dipasangkan di tubuh perak matte.

Olympus Pen E-PL8 1

Olympus tahu konsumen sering kali menggunakan Pen mereka buat mengambil self-portrait. Maka dari itu penciptanya kembali menyajikan keleluasaan dalam memutar layar LCD touchscreen 3-incinya 180 derajat ke bawah, dan 90 derajat ke atas, ditambah sejumlah penyempurnaan agar proses selfie dan perekaman video jadi lebih mudah.

Olympus Pen E-PL8 dibekali sensor CMOS Four Thirds 16,1-megapixel, dipadu sistem image stabilization tiga-poros, unit baterai 8,5Wh, serta kemampuan continuous shooting 8fps dan menyajikan 81 titik autofocus. Spesifikasi tersebut memang tidak jauh berbeda dengan Pen E-PL7. Kamera turut mewarisi kesanggupakan memproses JPEG (cropping, penyesuaian bayangan, koreksi red-eye) dan file Raw.

Khusus buat Raw, prosesnya lebih detail, menawarkan Anda kebebasan untuk mengganti parameter gambar saat mengambil gambar, contohnya highlight dan bayangan atau membubuhkan beragam filter – seperti di E-M10 II. Menemani Pen E-PL8, Olympus turut menyingkap lensa-lensa baru untuk mendukung kamera Micro Four Thirds mereka: sebuah 25mm f1.2 seharga US$ 1.200, lensa 12-100mm f4 plus image stabilization dengan harga US$ 1.300, dan lensa macro 30mm f3.5 seharga US$ 300.

Pen E-PL8 sendiri ditawarkan di harga yang terjangkau, cuma separuh Pen-F, yaitu US$ 550 (hanya body) dan US$ 650 (dengan lensa kit 14-42mm). Produk akan tersedia di bulan Oktober 2016

Via The Verge. Sumber: DPreview.

Microsoft Konfirmasi Kemampuan Project Scorpio Jalankan Game di Resolusi 4K

Bagi PlayStation 4 Pro, 4K gaming sedikit berada di luar kemampuannya. Memang betul console high-end Sony tersebut memberi dongkrakan performa besar untuk PSVR dan dapat jalankan permainan di resolusi UHD, namun pada dasarnya ia hanya meng-upscale dari 1080p. Kabarnya, malah hardware baru sang rivalnya-lah yang betul-betul dibekali kapabilitas 4K gaming sejati.

Meski detail masih minim, dari informasi yang telah diungkap Microsoft, Project Scorpio mengusung chip AMD integrated bertenaga 6-teraflop. Secara teori, angka ini memperlihatkan kesanggupan mengangkat game di ultra-HD dengan 60Hz. Sang produsen bahkan menjanjikan kesempatan bagi user buat menikmati Fallout 4 di mode VR. Dan memang belum lama Microsoft mengonfirmasi klaim tersebut.

Berita tersebut datang dari tweet direktur Program Management Xbox, Mike Ybarra. Merespons komentar seorang pengguna Twitter, Ybarra menjawab singkat bahwa Scorpio mendukung native 3840×2160. Tentu saja untuk mencapai hal itu, console anyar ini harus memperoleh upgrade hardware besar-besaran; dan tidak seperti Sony, CPU AMD jaguar kemungkinan besar tidak lagi mencukupi.

Menelaah hardware Project Scorpio lebih dalam, rencananya console memanfaatkan CPU delapan-core dan GPU 6,5-TFLOP. TweakTown memprediksi, Microsoft boleh jadi mempersenjatainya dengan system-on-chip high-end AMD berteknologi fabrikasi FinFET 16-nanometer – performanya berada di antara Polaris kelas menengah dan chip berarsitektur Vega buat kalangan antusias. TweakTown juga memperkirakan, Microsoft turut menyematkan memori GDDR5 unified system sebesar 12GB berkecepatan 320GBps.

Meskipun Scorpio sanggup me-render permainan secara native di 4K, developer tetap harus rela berkompromi. Mereka perlu menurunkan setting grafis seperti ketajaman tekstur, depth of field, pencahayaan, dan lain sebagainya. Lalu saat menjalankan game di 3840×2160, Anda harus bisa puas dengan 30 frame rate per detik di setupmedium‘. Untuk perbandingan, PlayStation 4 Pro menyajikan resolusi UHD berbasis settinghigh‘ di 1080p. Laporan lain bilang, kinerja grafis Scorpio hampir setara GPU Nvidia GeForce GTX 1070.

Jika pemaparan di atas benar adanya, Scorpio akan menjadi console generasi kedelapan dengan kinerja hardware paling canggih, melampaui PS4 Pro. Tapi karena dijadwalkan buat dilepas sebelum 2016 berakhir, Sony berpeluang menjual console spesialis virtual reality ini lebih banyak.

Microsoft mempunyai agenda untuk merilis Project Scorpio di musim liburan 2017. Harganya belum diketahui, tapi mengingat ia adalah produk high-end, tidak heran seandainya dibanderol cukup mahal. TweakTown mengestimasi, Scorpio akan dijual di kisaran US$ 600.

Gambar header: Digital Trends.

InFocus Kangaroo Notebook Ialah Laptop Berisi ‘Dua PC’

Sebagai spesialis proyektor, InFocus turut memperluas dominasinya di ranah pendukung produktivitas kerja dengan menyediakan Mondopad. Tapi perusahaan Amerika ini baru betul-betul mencuri perhatian melalui penyingkapan PC portable bernama Kangaroo di bulan Oktober tahun lalu. Produk tersebut tampaknya cukup sukses karena inkarnasi Kangaroo selanjutnya telah diungkap.

Varian baru Kangaroo itu tidak lagi diramu sebagai mini PC ataupun desktop layaknya versi Pro, namun dikemas dalam wujud laptop. Menariknya, perangkat bernama Kangaroo Notebook itu bukanlah notebook biasa karena ia mengusung konsep modular, dan pada dasarnya menyimpan dua komputer personal berbeda dalam satu device – memungkinkan Anda menggunakan dua sistem operasi berbeda, dan memakainya untuk bekerja ataupun bermain.

Kangaroo Notebook 1

Penyajian ala laptop tentu saja membuat perangkat jauh lebih praktis dan fleksibel. Kangaroo Notebook Notebook tidak memerlukan monitor, mouse ataupun keyboard tambahan. Layaknya laptop, ia sudah dilengkapi rangkaian port, speaker, webcam, microphone, serta Synaptics Clickpad; menyuguhkan layar HD seluas 11,6-inci di tubuh berdimensi 288,9x196x19,9mm dengan bobot hanya 1,2-kilogram.

Kangaroo Notebook dibekali CPU Intel Atom x5-Z8350 1,44GHz, kartu grafis integrated HD Graphics, RAM LPDDR3 2GB, penyimpanan eMMC 32GB yang bisa diekspansi hingga 256GB dengan kartu microSD, mengambil tenaga dari baterai 37Whr/5.000mAh, dan berjalan di platform Microsoft Windows 10 Home 64-bit.

Kangaroo Notebook 2

Hal yang paling membuat Kangaroo Notebook berbeda dari produk laptop biasa adalah ia memungkinkan user men-swap sistem cukup dengan mengganti modul yang tersabung ke chassis. Berkat kemampuan ini, orang lain tidak dapat mengutak-atik profile Anda, kemudian privasi dan keamanan tetap terjaga karena data-data, gambar serta dokumen lain tidak bisa diakses siapapun kecuali sang pemilik.

Menurut InFocus, Kangaroo Notebook akan memberi banyak manfaat dalam pemakaian di rumah. Contohnya: orang tua kini tidak perlu khawatir menyimpan data-data keungan penting di PC keluarga yang biasa dipakai anak-anak buat menonton video atau menikmati game web. Ben Chu dari tim sales Kangaroo menuturkan, “Lewat Kangaraoo Notebook, kami memberikan kendali atas privasi langsung ke tangan konsumen. Desain modular perangkat ini menyajikan fleksibilitas tinggi bagi pengguna.”

Kangaroo Notebook rencananya akan mulai didistribusikan di pertengahan bulan Oktober, dan segera tersedia di ‘musim liburan’ tahun 2016. Perangkat dijajakan di harga US$ 300, dijual secara eksklusif di situs Newegg.

Via Venture Beat. Sumber: Kangaroo.

[Review] Acer Aspire S 13, Si Cantik Perkasa Pendukung Kegiatan Kerja

Varian terbaru keluarga Acer Aspire seri S tiba di Indonesia bulan Juni kemarin. Dan di tengah-tengah beragam notebook yang produsen asal Taiwan itu perkenalkan ke konsumen lokal, S 13 berhasil mencuri perhatian berkat desain cantiknya. Ia memang bukan lagi merupakan laptop teringan dan teramping milik Acer, namun tetap menjadi salah satu ultrabook berpenampilan terbaik.

Selama beberapa minggu ke belakang, saya diberi kesempatan buat menjajal sendiri produk menarik ini. Seperti tradisi Acer, Aspire S 13 sebetulnya mempunyai nama yang cukup panjang, yaitu S5-371-58UX. Kode tersebut dipakai untuk menunjukkan komposisi hardware tertentu, dan supaya tidak membingungkan, di review ini saya hanya akan menggunakan nama panggilannya saja.

Pertemuan pertama Anda dengan Aspire S 13 akan meninggalkan kesan yang sulit dilupakan. Meski sudah pernah mencobanya, saya lagi-lagi terkejut pada betapa anggun dan tipisnya device ini. Namun ada pertanyaan besar masih tersisa: ditargetkan pada para pebisnis dan profesional, seberapa efektifkah Aspire S 13 menunaikan tugasnya? Ayo simak ulasan lengkap ini.

 

Design

Sejumlah brand terkemuka memang menjadi kiblat desain, dan itu merupakan hal yang wajar. Tapi lewat Aspire S 13, Acer berhasil membuktikan bahwa mereka mampu meramu produk cantik tanpa perlu mengikuti jejak Apple. Saya pribadi sangat menyukai unit review berwarna obsidian black ini. Cover nano-imprint vertikalnya memberikan kesan aerodinamis, tampak begitu serasi dengan logo Acer dan bagian engsel metalik abu-abu gelap bertuliskan ‘Aspire S’. Seandainya notebook kita ibaratkan sebagai mobil, maka S 13 ialah BMW seri 5.

Acer Aspire S 13 15

Acer Aspire S 13 30

Jangan bosan jika saya kembali membahas soal betapa rampingnya Aspire S 13. Ultrabook ini mempunyai ketebalan 14,5-milimeter, dengan panjang dan lebar 32,766×22,86-sentimeter. Selain lebih mungil dari MacBook Air 13, Aspire S 13 juga lebih ringan, hanya berbobot 1,31-kilogram. Dalam kondisi tertutup, notebook ini nyaman untuk dibawa-bawa dan sangat mudah diselipkan di tas, didukung pula oleh unit charger/adaptor yang kecil.

Acer Aspire S 13 29

Acer Aspire S 13 19

Saat lid dibuka, Anda disuguhkan display 13,3-inci full-HD dengan frame rubberized matte hitam, papan ketik tenkeyless, serta area wrist rest berbahan brushed aluminium. Anda akan melihat sisi ujung berwarna perak yang dipotong rapi, dimaksudkan agar tidak tajam di kulit tangan Anda. Pendekatan serupa turut dipakai di area pembatas touchpad. Perlu diingat, layar Aspire S 13 tidak bisa direntangnya hingga sejajar keyboard, maksimal 120 derajat saja.

Acer Aspire S 13 16

Acer Aspire S 13 20

Tubuh tipis Aspire S 13 tentu memberi dampak pada akses ke hardware. Baterainya ditanam di dalam, lalu komponen lainnya tidak dibuat untuk diutak-atik, walaupun secara teori (tapi tidak disarankan), Anda bisa membuka panel di bawah dengan melepas baut.

Acer Aspire S 13 31

Acer Aspire S 13 32

Terlepas dari upaya Acer memangkas ketebalan device, konektivitasnya tidak perlu Anda cemaskan. Anda bisa menemukan port USB 3.0, slot kartu SD, dan sepasang port audio 3,5mm (output hi-fi) di kiri; serta port HDMI, satu USB 3.0 dan sebuah port USB type-C di kanan.

Acer Aspire S 13 18

 

Build quality

Aspire S 13 bukanlah notebook dengan rancangan yang terlampau ambisius. Bahan logam cuma digunakan di zona-zona krusial saja, tapi material plastiknya diracik agar padat dan tidak memberi kesan murahan. Bagian layarnya sendiri cukup tebal, strukturnya kokoh, mampu memproteksi LCD dari tekanan eksternal – tidak terdistorsi walau saya dorong punggungnya. Saya tidak menemukan area-area empuk di body, kemudian engsel juga mencengram monitor secara mantap, sehingga Anda harus menahan tubuh laptop ketika ingin mengangkat layar.

Acer Aspire S 13 13

Acer Aspire S 13 14

 

Display

Layar IPS 1920×1080 ‘active matrix‘ TFT Colour LCD seluas 13,3-inci Acer bubuhkan sebagai jendela Anda mengakses ruang digital. Panel unit review ini bukanlah tipe touchscreen, tapi mampu menghasilkan warna yang kaya serta atraktif, dengan tingkat kecerahan tinggi (mencapai 327-nit di level maksimal). Lewat sedikit riset di internet, display tersebut memiliki color gamut 106,8%, mengalahkan Dell XPS 13 (92%), HP Envy 13t (103%) dan MacBook Air (66%).

Acer Aspire S 13 22

Acer Aspire S 13 21

Lapisan matte memastikan layar tetap bersahabat ketika digunakan di luar ruangan serta meminimalisir pantulan objek. Menariknya lagi, via menu Quick Access, Anda bisa mengaktifkan fitur Color Intelligence – PC secara otomatis mengoptimalkan mutu display berdasarkan konten – serta Bluelight Shield. Kemampuan terakhir ini dimaksudkan untuk mengurangi sinar biru, sehingga mata Anda tidak cepat lelah. Efeknya adalah, gambar jadi lebih menguning.

 

Keyboard, mouse & palm rest

Aspire menyuguhkan keyboard chiclet, dengan tuts utama (abjad dan angka) berukuran 1,5×1,5cm dan gap seluas 3,6mm. Empuk dan presisi, papan ketik ini sangat menunjang kegiatan mengetik sehari-hari. Backlight LED putih di sana turut membantu menerangi tombol saat gelap. Hanya saja, ada kebocoran cahaya di sejumlah tombol. Kemudian actuation beberapa tuts terasa sedikit kurang konsisten, terutama di Backspace, ‘\’, Enter dan Shift kanan.

Acer Aspire S 13 23

Diposisikan sedikit ke kiri, touchpad 10,5×6,5-centimeter Aspire S 13 merupakan komponen paling mengecewakan dari perangkat yang ditujukan untuk fungsi produktif. Meski sudah mengubah-ubah setting di Windows, touchpad tetap tidak merespons sentuhan jari secara presisi. Tarikan garis diagonal yang lambat malah membuat kursor bergerak zig-zag. Kendala ini hampir membawa saya ke titik frustasi, hingga akhirnya saya ingat Douglas Engelbart pernah memperkenalkan sebuah periferal komputer bernama ‘mouse‘ – dan mencolokkannya ke notebook.

Acer Aspire S 13 24

Acer Aspire S 13 26

Tidak banyak keluhan untuk palm rest-nya sendiri. Dalam pemakaian hampir sembilan jam non-stop, bagian ini tetap terasa sejuk. Saya hanya penasaran mengapa Acer tidak menempatkan touchpad sejajar dengan tombol spasi, sehingga layout-nya jadi lebih simetris.

Acer Aspire S 13 25

 

Hardware

Aspire S 13 S5-371-58UX adalah varian bertenaga Intel Core i5 generasi keenam, dengan penyimpanan berbasis SSD 256GB,dan  berjalan di sistem operasi Microsoft Windows 10 Home. Spesifikasi lengkapnya bisa Anda lihat melalui screenshot app Speccy di bawah:

Acer Aspire S 13 3

Acer Aspire S 13 4

Acer Aspire S 13 5

 

Benchmark

Ada enam software yang saya gunakan untuk melakukan benchmark pada Acer Aspire S 13; yaitu Futuremark PCMark 8 dan 3DMark, Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, serta Final Fantasy XIV Heavensward Benchmark dan Monster Hunter Online Benchmark sebagai perwakilan dari game.

Dalam tes PCMark 8, Aspire S 13 menghasilkan skor 2728 – lebih baik 49 persen dibanding perangkat lain dan berada di atas standar notebook, di angka 2465. Rinciannya bisa Anda lihat di sini:

Acer Aspire S 13 2

Acer Aspire S 13 1

Untuk 3DMark, saya memilih benchmark Cloud Gate 1.1. Tampaknya penggunaan GPU integrated Intel Iris 520 masih belum cukup buat menopang software-software bergrafis berat, cuma memperoleh nilai 5401, di bawah rata-rata notebook modern (6735).

Acer Aspire S 13 6

Acer Aspire S 13 7

Di Unigine Heaven 4.0 dan Valley, saya memakai setting grafis default, dengan resolusi mengikuti setup PC. Inilah skor terbaiknya:

Acer Aspire S 13 9

Acer Aspire S 13 10

Menurut software Monster Hunter Online, Aspire S 13 sukses mengalahkan 25 persen perangkat milik user lain, mendapatkan nilai 1649 dalam tes di resolusi 1280×720.

Acer Aspire S 13 11

Acer Aspire S 13 12

Kemudian buat Final Fantasy XIV Heavensward, saya cuma mengubah setting sehingga benchmark berjalan di fullscreen. Hasilnya ialah ‘fairly high‘ dengan nilai 3252 di 720p.

Acer Aspire S 13 8

 

Using experince

Keyboard dengan key travel sejauh 0,87mm-nya yang nyaman memang membuat saya betah berlama-lama mengoperasikan Aspire S 13, namun faktor andalan di perangkat ini tidak terlihat oleh mata. Meskipun kompoisi prosesor dual core i5 2,3GHz dan RAM DDR3 4GB tidak tampak spesial, kehadiran SSD Kingston 256GB memberikan perbedaan besar. Berkatnya, masuk ke Windows cuma menghabiskan beberapa detik, dan load aplikasi juga berjalan singkat.

Acer Aspire S 13 27

Layar berkualitas tinggi memastikan Aspire S 13 sangat cocok untuk menikmati berbagai video full-HD. Hal ini turut didukung oleh daya tahan baterainya yang jempolan. Dalam tes streaming video 720p loop, baterai baru menyentuh 10 persen setelah pemakaian selama 7 jam 10 menit, menggunakan profile power saver default.

Acer Aspire S 13 33

Di periode tersebut, temperatur permukaan notebook tidak pernah melewati batasan wajar. Area tubuh dekat monitor cenderung lebih hangat dari zona lainnya, tetapi panasnya tidak lebih tinggi dari suhu tubuh Anda. Wrist rest-nya sendiri selalu sejuk asalkan Anda tidak terus-terusan menempelkan tangan di sana.

Acer Aspire S 13 28

Sayangnya, Aspire S 13 betul-betul membutuhkan bantuan di sisi penyajian suara. Bukan hanya bass tidak terasa, saya dapat mendengar suara berderik ketika speaker build-in mengeluarkan nada tertentu, padahal Acer mengklaim telah menopang notebook dengan teknologi TrueHarmony serta software Dolby Audio.

 

Verdict

Melengkapi faktor-faktor positif yang saya jabarkan di atas, harga juga merupakan aspek terbaik dari Aspire S 13. Tentu saja ia bukanlah produk murah, namun Aspire S 13 dijajakan di harga yang masuk akal, tidak menuntut Anda mengeluarkan uang terlalu berlebihan. Untuk sebuah ultrabook tipis bertenaga dengan desain apik dan baterai tahan lama, kita cukup membayarkan uang sebesar Rp 13 juta kurang (varian Intel Core i7 dibanderol Rp 18 jutaan).

Walaupun begitu, Anda tetap harus mempertimbangkan sejumlah kekurangan di sana. Bagi saya, rendahnya akurasi serta responsivitas touchpad berpotensi mengurangi produktivitas kerja; lalu Acer sebetulnya masih bisa meningkatkan konsistensi dari keyboard agar mengetik jadi lebih mulus.

Secara keseluruhan, Acer Aspire S 13 adalah notebook ultra-portable dengan rasio harga versus performa yang seimbang, merupakan salah satu produk favorit saya di tahun ini.

[Review] Acer E 15 E5-553G, Notebook ‘All-Rounder’ Terjangkau Buat Beragam Kebutuhan

Diperkenalkan di Indonesia bulan Juni kemarin, tiga model notebook Acer Aspire ‘E 15’ E5-553G menghidangkan sejumlah penawaran atraktif: sisi periferal dan konektivitasnya lengkap, harganya sangat bersaing, dan untuk berbagai kebutuhan, performanya pun diklaim jempolan berkat kehadiran accelerated processing unit generasi ke-7 AMD ber-codename Bristol Ridge.

Saat itu, saya tertarik pada gambar yang Acer dan AMD pajang di tembok serta desktop, yaitu robot Imperial AT-AT dari Star Wars Battlefront garapan DICE. AMD memang sering berkolaborasi dengan developer seri Battlefield itu, dan meskipun produk tidak dibundel bersama Battlefront, tentu saja hal ini memberi kesan bahwa gaming merupakan salah satu spesialisasi E5-553G.

Acer E 15 E5-553G

Beberapa minggu lalu, saya diberi kesempatan oleh AMD untuk menjajal sendiri kemampuan Acer E 15 E5-553G-T2GR. Nama modelnya memang panjang, dan untuk menyederhanakannya, saya persingkat jadi E5-553G saja. Unit review ini ialah tipe paling dasar dari keluarga E5-553G, ditenagai chip AMD A10 dan dan kartu grafis Radeon R5. Betulkah kapabilitasnya sesuai dengan janji produsen? Ayo simak ulasannya:

Design

Ditujukan sebagai produk terjangkau dengan fokus pada fleksibilitas, E5-553G mungkin tidak akan memenangkan kontes kecantikan. Ia bukanlah laptop ultra-thin, tubuhnya didominasi plastik, tak ada backlight LED, dan produsen tidak repot-repot untuk meminimalisir bobotnya. Meski demikian, E5-553G memiliki segala hal yang dibutuhkan konsumen mainstream: keyboard lengkap plus numpad, optical disc drive, bahkan ada port VGA.

Acer E 15 E5-553G 16

Tubuh notebook dihiasi tekstur brushed, mirip guratan kayu, baik pada sisi punggung serta bagian bawah. Lid tampaknya terbuat dari plastik, tetapi dibuat sedemikian rupa agar menyerupai metal. Material logam ‘sungguhan’ berada di area papan ketik. Acer membubuhkan logo di zona kiri punggung serta bawah monitor, terlihat kontras dengan warna obsidian black perangkat ini.

Acer E 15 E5-553G 29

Acer E 15 E5-553G 27

Karena Acer tidak berupaya memadatkan strukturnya, E5-553G memberikan kemudahan upgrade memori dan menggonta-ganti penyimpanan – cukup dengan melepas baut dan membuka panel plastik di bawah.

Acer E 15 E5-553G 28

Acer E 15 E5-553G 22

Notebook dibekali layar dengan ukuran ‘terpopuler’, yakni 15,6-inci, mempunyai dimensi 30,2×381,6x259mm dan berat sektar 2,4-kilogram. Anda dapat menemukan Kensington Lock, port USB type-C, port Gigabit Ethernet, HDMI serta sepasang USB 3.0 di sisi kiri; ada DVD writer, USB 2.0 serta port audio 3.5mm di sisi kanan; dan tersedia pula webcam di atas layar. Mencari tombol power? Ada di pojok kanan atas keyboard.

Acer E 15 E5-553G 25

Acer E 15 E5-553G 24

Build quality

Menggunakan bahan plastik tidak berarti membuat Acer E5-553G jadi ringkih. Pelat aluminium di area palm rest menjaganya dari tekanan vertikal dan sepasang engsel mencengkram layar dengan kokoh – bahkan mungkin terlalu keras sehingga Anda harus menahan tubuhnya ketika mengangkat display. LCD tidak terdistorsi saat frame saya tekan, dan baru mulai distorsi sewaktu terkena dorongan intens dari belakang.

Acer E 15 E5-553G 35

Display

E5-553G mempunyai layar IPS 15,6-inci yang cerah, walaupun seringkali permukaan glossy-nya menangkap bayangan dan kurang bersahabat jika dipakai di bawah sinar matahari langsung. Saya merasa tingkat saturasinya sedikit berlebihan, sehingga memengaruhi keakuratan warna. Sewaktu display berubah gelap, saya melihat distribusi kecerahannya sedikit tidak rata, terfokus di pinggir panel.

Acer E 15 E5-553G 26

Kendala terbesar bagi saya adalah penggunaan resolusi 1366×768-pixel. Karena saya terbiasa pada setting 1080p ke atas, window dan icon di E5-553G jadi tampak lebih besar (saya harus mengutak-atik setting display Windows agar lebih nyaman). Resolusi tersebut juga menyebabkan saya kesulitan mengambil screenshot (untuk artikel DailySocial), dan sudah pasti Anda tidak bisa menikmati video full-HD secara maksimal.

Acer E 15 E5-553G 17

Keyboard, touchpad & palm rest

Acer E 15 E5-553G 20

Tidak banyak hal yang bisa dikeluhkan dari keyboard chiclet-nya. Tuts-nya didesain datar dengan ujung membundar, diposisikan di zona lebih rendah agar tidak tertekan sewaktu layar ditutup. Tombol angka dan abjad mempunyai ukuran 1,5×1,5cm dan gap kira-kira 3,2mm – besarnya pas untuk jari saya. Sisi atas tuts dibuat bertesktur grainy halus, memberi kesan berdebu saat pertama kali menggunakannya. Kemudian kehadiran numpad membuat input data jadi lebih ringkas.

Acer E 15 E5-553G 31

Namun menilai dari preferensi pribadi, saya kurang suka terhadap tombol kursor (terutama atas dan bawah) yang dimampatkan di satu lubang.

Acer E 15 E5-553G 21

Touchpad berukuran 10,6×7,8-sentimeternya menyimpan dua tombol yang empuk, mengeluarkan bunyi ‘tuk’ lembut ketika ditekan. Kualitasnya saya rasa cukup baik untuk dipakai sehari-hari, meskipun belum betul-betul merespons gerakan jari secara presisi. Posisi touchpad sengaja disejajarkan dengan tombol spasi, kemungkinan besar dimaksudkan demi meminimalisir input mouse yang tidak disengaja.

Acer E 15 E5-553G 34

Dampaknya, touchpad jadi terlalu menjorok ke kiri palm rest, hanya menyisakan ruang 9 cm buat tangan kiri Anda, sedangkan masih ada 18 cm lebih untuk tangan kanan.

Hardware

Komposisi hardware Acer E5-553G dapat Anda lihat lewat screenshot software Speccy di bawah ini. Notebook berjalan di sistem operasi Microsoft Windows 10 Home 64-bit.

Acer E 15 E5-553G 1

Acer E 15 E5-553G 2

Acer E 15 E5-553G 3

Benchmark

Beberapa software benchmark yang saya gunakan meliputi PCMark 8, Unigine Heaven 4.0 dan Valley 1.0, Monster Hunter Online Benchmark dan Final Fantasy XIV Heavensward. Untuk notebook dengan harga di bawah Rp 7 juta, di beberapa tes, skornya ternyata lebih tinggi dari satu produk premium.

Uji coba saya awali dengan PCMark 8, dan E5-553G memperlihatkan sedikit kelemahan. Benchmark berlangsung cukup lama, menghasilkan nilai 2080 dan keterangan ‘lebih baik dari 24 persen perangkat lain’, namun performanya berada di bawah rata-rata notebook.

Acer E 15 E5-553G 4

Buat kedua software benchmark Unigine, saya sama sekali tidak mengubah setting. Level quality di-set di high dengan resolusi system (768p), lalu efek-efek seperti tessellation serta anti-aliasing juga dimatikan. Skor terbaiknya adalah sebagai berikut:

Acer E 15 E5-553G 15

Acer E 15 E5-553G 6

Di Monster Hunter Online bertenaga Cry Engine, saya memakai setup default dengan resolusi 1280×720, full screen dan MSAA 4x:

Acer E 15 E5-553G 7

Acer E 15 E5-553G 8

Terakhir adalah Final Fantasy XIV Heavensward. Di sini saya sedikit mengubah setting, yaitu memilih kategori ‘high (laptop)’ dan mengaktifkan mode full-screen. Hasilnya ‘fairly high‘.

Acer E 15 E5-553G 5

Pengalaman penggunaan

Menakar dari penyajian produk, E5-553G sejatinya dirancang sebagai notebook all-rounder tanpa spesialisasi khusus. Hiburan multimedia, olah data, serta kegiatan olah grafis via Photoshop merupakan kemahiran utama perangkat ini. Lalu bagaimana dengan gaming? Klaim AMD soal kesanggupan E5-553G menjalankan Dota 2 dan League of Legends dan CS:GO memang tidak perlu diragukan, tetapi mereka ialah permainan-permainan lawas, mampukah notebook ini tangani judul-judul baru?

Acer E 15 E5-553G 9

Acer E 15 E5-553G 10

Acer E 15 E5-553G 11

Untuk mengetahuinya, saya menginstal Overwatch tanpa berharap banyak. Hebatnya, E5-553G dapat mengoperasikannya tanpa problem, walaupun sudah pasti Anda harus berkompromi pada mutu visualnya. Setting default-nya adalah low di 720p, dan ternyata frame rate bisa tetap terjaga sewaktu saya naikkan ke level medium dan high, namun Anda mesti memasang batasan di 30fps.

Acer E 15 E5-553G 12

Acer E 15 E5-553G 14

Acer E 15 E5-553G 13

Tapi bahkan di level high sekali pun, tekstur objek serta karakter terlihat tidak tajam dan jaggy. Sebelum Anda membelinya, satu hal perlu ditekankan: Acer E5-553G memang dapat suguhkan game-game eSport populer tanpa kesulitan, tapi ia jelas-jelas bukanlah laptop gaming. Kemudian ketiadaan SSD – produk memanfaatkan HDD Toshiba 1TB – memberi efek pada lambatnya waktu load, baik saat memasuki Windows hingga membuka aplikasi.

Acer E 15 E5-553G 36

Di sisi positifnya, E5-553G tidak mempunyai masalah panas berlebihan yang umumnya menjangkiti notebook gaming, walaupun penggunaan di waktu lama akan tetap menyebabkan temperatur jadi naik.

Acer E 15 E5-553G 33

Speaker ‘TrueHarmony’ ditempatkan di kiri dan kanan depan-bawah notebook. Layaknya kebanyakan laptop, menyajikan bass membahana bukan keahlian E5-553G, tetapi saya mengapresiasi kejernihan serta kelantangan suaranya – dengan syarat output tidak tertutup.

Battery

Acer E5-553G bukanlah laptop dengan kinerja baterai yang mengesankan. Lewat uji coba langsung melalui streaming video YouTube, E5-553G cuma bisa bertahan selama 3 jam 4 menit, pengaturan di opsi power saver. Kabar baiknya, adaptor laptop ini sangat kecil, jadi tidak menambah beban terlalu besar ketika Anda harus membawanya.

Verdict

Mereka yang terbiasa pada device premium mungkin sulit melirik E5-553G, tetapi bagi saya ia sangat cocok diberikan pada anak-anak sekolah, para mahasiswa baru, serta karyawan-karyawan perusahaan startup. Sekali lagi, Acer E 15 E5-553G-T2GR adalah produk all-rounder, mempunyai banyak ketidaksempurnaan di sana-sini, namun ia sanggup memenuhi mayoritas kebutuhan produktif serta hiburan.

Terlepas dari harganya yang ekonomis – yaitu hanya Rp 6,8 juta, untuk pemakaian pribadi, saya lebih merekomendasikan varian dengan SSD serta jumlah RAM lebih besar. AMD A10 9600P dan Radeon R8 M445 bukanlah kombinasi yang buruk, namun terbatasnya RAM dan absennya SSD sudah pasti memengaruhi kinerja. Buat versi lebih canggihnya, Anda perlu mengeluarkan uang Rp 700 ribu atau Rp 2,2 juta lagi.

Mudah Dioperasikan, Action Cam Camorama Rekam Video 360 Derajat di Resolusi 4K

Terlepas dari premisnya yang menarik, sejumlah kendala masih sering ditemui di kamera (terutama rig) 360 derajat: sistem memerlukan rangkaian beberapa kamera dan dukungan software stitching, editing-nya sulit, dan sering kali waktu perekamannya pendek karena rendahnya daya tahan baterai. Hal-hal ini merupakan perhatian utama sebuah tim kecil dari Los Angeles.

Solusi mereka adalah mencoba memadatkan teknologi-teknologi esensial dalam device berwujud padat, namun memastikan penggunaannya tetap sederhana buat konsumen awam. Setelah melangsungkan pengembangan sejak pertengahan tahun lalu dan sukses melakukan pengujian di berbagai skenario, developer memperkenalkan Camorama, produk yang diklaim sebagai kamera panorama paling portable di dunia.

Lewat Camorama, janji developer adalah menghadirkan kemampuan shooting video 4K ke semua orang, turut dibantu oleh harganya yang terjangkau. Produk menawarkan kemudahan mengambil gambar-gambar detail untuk segera Anda share di sosial media, dan live stream serta merekam di resolusi ultra-HD dan menikmati hasilnya di headset virtual reality. Proses penyuntingan juga mudah karena file kompatibel ke beragam software.

Camorama mempunyai penampilan seperti kubus dengan sisi samping membundar, berukuran 48x48x51mm (bobotnya kurang dari 120g). Modul kamera super wide-angle 360 derajat diposisikan di atas. Di sana developer membekalinya dengan tiga tombol fisik buat fungsi power, memulai rekaman, serta sinkronisasi Wi-Fi; terdapat pula microphone serta speaker build-in. Berkat desain tersebut, device bisa mudah ditempatkan di sisi atas helm ataupun monopod.

Camera 360 ini memang sengaja dirancang buat mendukung aktivitas-aktivitas outdoor seperti surfing sampai skydiving. Camorama tetap bekerja normal di bawah sengatan panas sinar matahari dan strukturnya mampu menahan tumpahan air, serta menyimpan magnet sehingga bisa menempel di objek berbahan besi. Jika Anda berniat menggunakannya saat bermain di pantai, developer tak lupa menyediakan case waterproof – membuatnya tahan air hingga kedalaman 15m.

Developer memanfaatkan sensor Sony IMX337 dan image processor Ambarella S2E88, menyematkan lensa ber-aperture f/2.4 dengan field of view 360×230 derajat. Camorama sanggup merekam video 4K (2880x2880p) di 30fps atau video 960x960p di 210fps. Baterai 1.300mAh di dalam menjaga device tetap aktif selama 9 jam untuk pemakaian normal, atau 1,5 jam buat merekam 4K. File disimpan dalam memori internal sebesar 64 atau 128GB.

Camorama rencananya akan dijual seharga US$ 400, tapi jika memesannya sekarang di situs Kickstarter, Anda bisa membelinya dengan harga mulai dari US$ 280.

Razer Blade Stealth Kini Sajikan Intel Kaby Lake, SSD 1TB dan Mendapatkan Upgrade Baterai

Di antara beragam produk Razer, Blade Stealth merupakan salah satu yang paling unik karena esensinya ia tidak disiapkan hanya untuk gamer saja. Blade Stealth mengusung desain super-tipis dan memanfaatkan pendekatan docking, sehingga Anda dapat membawa-bawanya dengan mudah, tapi tetap dapat menikmati beragam permainan blockbuster saat tiba di rumah.

Dengan konsep atraktif itu, Blade Stealth memperoleh banyak pujian terutama pada sisi desain dan performa berkat dukungan GPU desktop. Masalahnya, penyajian produk sedikit kurang sempurna karena keterbatasan penyimpanan dan kurang maksimalnya daya tahan baterai. Namun pengungkapan Intel Kaby Lake menandai langkah upgrade besar-besaran yang Razer terapkan pada Blade Stealth, disingkap di ajang PAX West 2016.

Razer Blade Stealth 4

Meski demikian, Anda mungkin tidak akan melihat update di sisi penampilan. Versi baru Blade Stealth serupa pendahulunya, termasuk ukuran dan spesifikasi layar. Notebook mempunyai ketebalan hanya 1,32-sentimeter dan berbobot kurang dari 1,3kg – dibentuk dari bongkahan aluminium kelas pesawat terbang, serta didukung sistem pencahayaan Razer Chroma.

Razer Blade Stealth 5

Laptop menghidangkan layar seluas 12,5-inci dengan pilihan resolusi QHD 2560×1440 atau 4K 3840×2160, keduanya menggunakan tipe indium gallium zinc oxide (IGZO). Para pekerja kreatif akan sangat mengapresiasi tipe 4K karena panel memiliki Adobe RGB 100 persen, menjanjikan kualitas warna jempolan dan saturasi ‘high-color‘. Viewing angle-nya sendiri mencapai 170 derajat, sehingga konten tetap dapat terlihat jelas hampir dari semua arah, cocok buat presentasi maupun bekerja.

Razer Blade Stealth 2

Upgrade terbesar yang Razer implementasikan adalah mengganti chip Skylake i7-6500U dengan prosesor Intel Core generasi ketujuh i7-7500U, memberinya kekuatan komputasi 2,7Ghz sampai 3,5Ghz via Turbo Boost. Lalu kehadiran GPU integrated Intel HD Graphics 620 diklaim mampu mendongkrak performa visualnya. Selain itu, Razer menyematkan RAM sampai 16GB serta storage SSD 1TB di dalam ‘new‘ Blade Stealth.

Untuk sumber tenaganya, device ditopang baterai 53,6Wh, diisi ulang dengan power adapter USB type-C. Unit baterai tersebut menjaga Blade Stealth tetap beroperasi selama sembilan jam, kapasitasnya 15 persen lebih tinggi dibanding model terdahulu.

Razer Blade Stealth 1

Untuk unit docking Razer Core, Razer tak lupa menyediakan beragam pilihan GPU anyar dari Nvidia (Pascal) maupun AMD (Polaris); yaitu Radeon RX 480, RX 470, dan RX 460, serta GeForce GTX 1080, GTX 1070 dan RX 1060 – memastikannya sudah ‘VR Ready’.

Harganya sudah pasti tidak murah. Blade Stealth dibanderol mulai dari US$ 1.000, dan Razer Core dijual terpisah, yakni US$ 500 (US$ 400 dengan pembelian Blade Stealth). Gerbang pre-order telah dibuka, dan produk akan mulai didistribusikan di bulan Oktober 2016.

Sumber: Razer Zone.

Acer Predator 21 X Ialah Notebook Gaming Berlayar Curved yang Simpan Dua GTX 1080

Semakin canggih serta hematnya konsumsi listrik hardware-hardware baru mendorong inovasi besar-besaran di segmen notebook gaming. Kita telah menyaksikan sendiri kehadiran device tipis yang mampu menangani VR. Tapi tentu ada sejumlah pengecualian. Beberapa di antara nama terkenal juga tidak jarang bereksperimen dengan ide-ide dan konsep ‘menyimpang’.

Ketika umumnya produsen berupaya menyusutkan ukuran notebook demi mencapai titik paling seimbang antara mobilitas dan performa, produk baru Acer di keluarga Predator ini boleh dikatakan sudah di luar batas kewajaran. Di ajang IFA 2016, perusahaan PC asal Taiwan itu memperkenalkan Predator 21 X, laptop raksasa berlayar 2560×1080 melengkung seluas 21-inci yang menyimpan dua buah kartu grafis kelas antusias besutan Nvidia.

Acer Predator 21 X 1

Melalui pendekatan tersebut, Predator 21 X merebut gelar laptop dengan layar curved pertama, sekaligus menjadikannya sebagai notebook Predator paling canggih saat ini. Tak hanya itu, panel tersebut dibekali Nvidia Gsync dan Acer turut menanamkan teknologi eye-tracking Tobii. Kemampuan ini telah mulai diimplementasikan ke sejumlah software – membantu user mengidentifikasi musuh dalam game hingga memastikan penonton live stream mengetahui ke arah mana mata Anda melihat.

Tubuhnya yang cukup besar memberi keleluasaan bagi Acer buat mencantumkan komponen papan atas serta fitur-fitur pendukung gaming. Predator 21 X memiliki sistem audio SoundPound 4.2+ (terdapat empat speaker dan dua subwoofer), dilengkapi arsitektur pendingin mutakhir berisi lima kipas AeroBlade. Dibanding TV, monitor curved secara teori lebih efektif mendongkrak immersion dalam game karena jarak ke mata lebih dekat dan user tidak banyak bergerak.

Acer Predator 21 X 2

Lalu ada sebuah fitur lagi yang kemungkinan besar akan mengusik rival senegaranya. Predator 21 X turut menyajikan keyboard dengan switch mekanik Cherry MX Brown dipadu RGB backlight. Lalu bagian numpad di area kanan bisa diputar menjadi touchpad. Satu hal yang saya sadari ialah layout dari Predator 21 X ini sangat mirip seri MSI GT80: papan ketiknya berada lebih maju sehingga tersedia ruang lebih lapang buat hardware.

Predator 21 X tentu saja sudah ‘VR Ready’, mengusung sepasang GPU Nvidia Pascal GeForce GTX 1080 via SLI, dipadu prosesor Intel Generasi ke-7 Kaby Lake, RAM DDR4-2400 64GB dan penyimpanan berbasis SSD sebesar 4TB.

Acer juga menginformasikan kapan Predator 21 X akan tersedia dan berapa harganya. Dengan dua GTX 1080, Intel Kaby Lake, Tobii dan keyboard mekanik, jangan heran jika produk tersebut ditawarkan seharga mobil…

Sumber: Acer.

Usung Desain Tanpa Bezel, Nubia Z11 Resmi Meluncur Secara Global

Nubia ialah anak perusahaan ZTE yang difokuskan pada penyediaan smartphone canggih dengan harga lebih bersaing dari device sekelasnya. Dan khususnya di keluarga Z11, produsen memutuskan untuk lebih dulu melepas varian Mini serta Max, dilakukan berbulan-bulan silam. Dan baru di ajang IFA 2016 Nubia melepas secara global model flagship yang kabarnya simpan spesifikasi monster.

Tanggal 31 Agustus kemarin menandai hadirnya Nubia Z11 secara global. Anda mungkin telah mendengar sejumlah alasan mengapa smartphone ini memperoleh perhatian cukup besar, baik dari sisi hardware hingga desain. Kemudian kemampuan kameranya juga diklaim ‘menembus batas baru di ranah fotografi mobile‘, menjanjikan kemudahan mengambil gambar dengan ‘kualitas setara DSLR’.

Nubia Z11 4

Keunikan Nubia Z11 segera bisa dilihat dari penampilannya. Handset menyajikan layar full-HD seluas 5,5 inci dengan tubuh bezel-less. Desain ini tercapai berkat kombinasi kaca Arc Refractive Conduction 2.0 dan 2.5D Arc Edge Corning Gorilla Glass, sehingga rangka jadi lebih ramping. Z11 mempunyai rasio screen-to-body sebesar 81 persen, merupakan salah satu yang paling tinggi. Tubuhnya terbuat dari logam aluminium seri 6000, mempunyai ketebalan 7,5mm.

Nubia juga membubuhkan fitur FiT 2.0, memungkinkan Anda berinteraksi dan melakukan navigasi konten device lewat ujung layar; contohnya buat men-swipe, membuka aplikasi, sharing gambar, menyesuaikan kecerahan layar, switch ke window lain, sampai mengaktifkan shutter.

Nubia Z11 3

Di ranah fotografi, Nubia Z11 mengandalkan sensor Sony IMX298 16-Mp serta lensa f/2.0 di kamera utama, dan 8-Mp di kamera depan. Agar mampu menangkap gambar-gambar ‘selevel DSLR’, produsen melengkapi smartphone dengan teknologi NeoVision 6.0, dipadu handheld image stabilization dan electronic aperture. Berkatnya, kamera Z11 dapat menyuguhkan mode-mode unik seperti clone, light painting hingga star trail. Anda juga bisa memanfaatkan mode long exposure langsung memakai tangan tanpa khawatir hasilnya jadi blur.

Nubia Z11 2

Nubia Z11 dipersenjatai SoC Qualcomm Snapdragon 820 dengan prosesor dual-core Kryo 2,15GHz plus prosesor dual-core 1,6GHz serta GPU Adreno 530, RAM 4GB (versi standar) atau 6GB (Black Gold), dibekali flash memory 64GB yang bisa ditambah 200GB lagi via microSD, dan tenaganya dipasok oleh baterai non-removable 3.000mAh. Device turut dilengkapi sensor sidik jari serta audio Dolby Atmos, beroperasi di Android 6.0.1 Marshmallow dengan overlay Nubia UI 4.0.

Z11 standar dibanderol di harga a € 500, sedangkan Black Gold dijual seharga € 600. Dari informasi di press release, produk akan tersedia di Amerika, Eropa dan Asia, termasuk Indonesia, mulai bulan September 2016.

Disiapkan Buat Petualang, Archos 50 Saphir Dibekali Desain Rugged dan Baterai 5.000mAh

Namanya memang belum populer di Indonesia, namun Archos telah lama memupuk reputasi sebagai produsen perangkat elektronik serbabisa, dan di tahun 2013, mereka resmi berkiprah di pasar smartphone. Melengkapi model-model yang ada sebelumnya seperti Oxygen, Helium, dan Diamond, perusahaan Perancis itu mengenalkan produk baru untuk segmen konsumen unik.

Anda gemar melakukan kegiatan-kegiatan outdoor, atau mungkin beberapa kali merusak smartphone karena ceroboh? Boleh jadi sudah saatnya Anda beralih ke 50 Saphir. Produk ini merupakan handset rugged terbaru Archos, disiapkan sebagai ‘smartphone-nya para petualang’. Para penggemar berkemah juga pasti akan mengapresiasi 50 Saphir: device menyimpan baterai berkapasitas besar sehingga Anda tidak perlu repot-repot membawa power bank.

Archos 50 Saphir 4

Dari pengamatan saya, kata ‘Saphir’ yang diusungnya bukan digunakan untuk merepresentasikan penampilan, melainkan buat mewakili aspek ketangguhan device (safir adalah salah satu zat paling keras di Bumi). Archos 50 Saphir mempunyai tubuh oktagon dengan dimensi 75,9×146,6×13,9mm. Dan meski belum disebutkan di website, saya menerka mayoritas badannya didominasi bahan karet keras.

Archos 50 Saphir 2

Archos 50 Saphir telah memperoleh sertifikasi IP68 serupa Galaxy S7 dan Note 7, yang berarti mampu menahan debu-debu halus serta anti-air hingga kedalaman satu meter selama setengah jam. Archos turut mendeskripsikannya sebagai ‘smartphone yang tidak bisa tenggelam’. Saya belum tahu pasti apakah kalimat ini mengacu pada kemampuan anti-air tersebut atau produsen memang membubuhkan fitur agar smartphone dapat terapung.

Device menyuguhkan layar IPS 720p berukuran 5-inci, dan spesifikasi hardware-nya juga masuk ke kategori kelas menengah. Archos mungkin lebih fokus pada rancangan rugged, sekaligus memastikan harganya terjangkau. 50 Saphir memanfaatkan sistem-on-chip MediaTek MTK6737VWT dengan CPU quad-core 1,5GHz dan GPU Mali-T720, dilengkapi RAM DDR3 2GB, penyimpanan internal 16GB yang bisa diekspansi hingga 128GB via microSD, serta baterai 5.000mAh.

Archos 50 Saphir 3

Untuk kebutuhan fotografi, ada kamera bersensor 13-Mp di belakang dengan fitur autofocus dan flash LED, serta kamera 5-Mp di depan. Teknologi wireless semisal GPS, FM radio, Wi-Fi Direct serta kehadiran sensor cahaya, proximity dan gravitasi juga mendukung segala aktivitas outdoor Anda. Satu lagi, 50 Saphir beroperasi di platform Android 6.0 Marshmallow.

Rencananya, Archos 50 Saphir akan meluncur sebentar lagi di wilayah Eropa, ditawarkan di harga € 199 atau kisaran US$ 222. Belum diketahui apakah device juga akan tersedia di kawasan lainnya seperti Amerika dan Asia.

Sumber: Archos.