Parentalk Scoops Seed Funding from Emera Capital

Today, exactly on Mother’s day (12/22), Emera Capital, part of MRA Group, announces seed funding for Parentalk. A digital media company focused on providing contents for millennial parents. Parentalk has debuted its contents via social media (Instagram). Official site is planned to be launched publicly on the next day.

Parentalk was founded by Nucha Bachri. The history begins with observation and personal experience, also those people around her, in need to get relevant and reliable information regarding pregnancy and parenthood. Besides relevance, the content needs to match the shifting habits in this current digital era.

Founder Parentalk Nucha Bachri / Parentalk

“For easier and familiar access to information, [the right media] is on Instagram. Therefore we need reliable sources, experience the same feeling with us during pregnancy and go through parenthood, with the ease of being on the social media platform on our daily basis,” Bachri said.

Since November 2017, and still focusing on Instagram platform, Parentalk has a rapid growth of followers on Instagram. Instagram Live content becomes one of Parentalk’s trademark. On the other hand, as Bachri said, it also has strength in data customer for content compiling base. It is the reason behind the organic fast-growth.

Along with the funding, Parentalk plans to build a solid creative team also conducts research and development for better technology. There will be a Virtual Reality (VR) based content in 2018 for all Parentalk loyals.

“I see the partnership with Emera Capital can help Parentalk to grow better, as MRA had media experiences both print and radio. I and team saw MRA trust on our vision and mission to keep being honest and most-updated content creator, as an interesting factor to run partnership,” added Bachri.

For Emera Capital, this is the second official strategic involvement since the establishment in 2017. Previously, MRA also held strategic partnership with DailySocial.

“To us, investing in digital focus company is a strategic step to strengthen the business line. Parentalk can be seen to give bold and disruptive ideas in creating content highly relevant with parents, millennial mom and dad. With our current experience in holding Mother and Baby media, both are expected to support each other,” Michael Tampi, Emera Capital’s Managing Partner, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Parentalk Menerima Pendanaan Awal dari Emera Kapital

Bertepatan dengan perayaan hari ibu, hari ini (22/12) Emera Kapital yang merupakan bagian dari MRA Group mengumumkan pendanaan awal untuk Parentalk. Parentalk merupakan sebuah perusahaan media digital rintisan yang berfokus pada konten untuk orang tua millenial. Sejauh ini Parentalk memulai debut kontennya melalui media sosial (Instagram). Rencananya situs resmi Parentalk.id akan mulai diluncurkan ke publik esok hari.

Parentalk didirikan oleh Nucha Bachri. Latar belakang pendirian Parentalk dimulai dari pengamatan dan pengalaman pribadi serta orang-orang di sekitarnya tentang kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang relevan dan terpercaya seputar kehamilan dan serba-serbi menjadi orang tua. Selain relevansi, konten yang dibutuhkan tersebut juga selayaknya sesuai dengan perubahan kebiasaan di era digital saat ini.

Founder Parentalk Nucha Bachri / Parentalk
Founder Parentalk Nucha Bachri / Parentalk

“Informasi yang mudah dan familiar untuk kami akses adalah di Instagram. Untuk itu kami membutuhkan sebuah sumber yang bisa dipercaya, merasakan hal yang kami alami saat kehamilan dan menjalani fungsi sebagai orang tua, dan kemudahan berada di platform media sosial yang sehari-hari kami gunakan,” ujar Nucha selaku Founder Parentalk.

Dimulai sejak November 2017, dan masih berfokus di platform Instagram, Parentalk memiliki pertumbuhan pengikut yang cukup cepat di Instagram. Konten Instagram Live menjadi salah satu ciri khas dari Parentalk sejauh ini. Selain itu menurut pemaparan Nucha, kekuatan lain Parentalk juga ada di data customer sebagai dasar untuk menyusun konten-kontennya. Itu kenapa pertumbuhan organik menjadi cukup cepat.

Bersama dengan pendanaan yang didapat, Parentalk berencana untuk membangun tim kreatif yang lebih solid serta melakukan riset dan pengembangan untuk teknologi yang lebih baik. Tahun 2018 akan ada konten berbasis Virtual Reality (VR) yang disuguhkan kepada penikmat Parentalk.

“Saya melihat kerja sama dengan Emera Kapital bisa membantu Parentalk untuk berkembang lebih baik, dikarenakan pengalaman MRA memiliki media-media baik cetak maupun radio. Saya dan tim pun melihat kepercayaan MRA kepada visi dan misi kami untuk tetap menjadi content creator yang jujur dan kekinian, menjadi faktor yang membuat kami tertarik bekerja sama,” imbuh Nucha.

Bagi Emera Kapital, ini adalah keterlibatan strategis kedua yang resmi dilakukan sejak berdiri di tahun 2017 ini. Sebelumnya MRA juga menjalin kemitraan strategis bersama DailySocial.

“Bagi kami, berinvestasi di perusahaan yang berfokus di digital adalah langkah strategis untuk semakin menguatkan lini bisnis kami. Parentalk, kami lihat memberikan ide-ide yang berani dan disruptive dalam membuat konten di segmen parenting dan sangat relevan dengan orang tua, ayah dan ibu millenial. Dengan pengalaman kami yang saat ini telah memiliki media Mother and Baby, keduanya kami yakini akan saling menguatkan,” sambut Michael Tampi selaku Managing Partner Emera Kapital

MallSampah Sediakan Solusi Ubah Sampah Jadi Berkah (UPDATED)

Berawal dari dari permsalahan sampah di tempat kos miliknya, Adi Saifullah Putra menggagas startup MallSampah. Sebuah startup yang mampu menghubungkan pengepul atau pemulung dengan mereka yang memiliki sampah. MallSampah menjadi layanan yang hadir dengan solusi untuk menangani sampah, selain dampak lingkungan peningkatan penghasilan bagi pengepul juga menjadi tujuan layanan ini.

Kepada DailySocial, Adi bercerita bahwa di samping tempat kosnya terdapat TPS (Tempat Pembuangan Sampah), karena merasa terganggu akhirnya Adi mencari ide untuk bisa mengurangi sampah tersebut.  Dimulai dari 2015, MallSampah mulai aktif mengurangi sampah. Dari penuturan Adi, semenjak Agustus hingga Desember ini sekitar tiga sampai lima ton sampah berhasil diolah.

MallSampah menguhubungkan pengguna, yang memiliki sampah dengan para pengepul. MallSampah juga bekerja sama dengan beberapa vendor pengelola sampah untuk menghubungkan pengepul dengan pengguna.

“Karena mitra kami banyak yang tidak punya smartphone, kami atasi dengan mencantumkan profil lengkap mereka di dalam web, jadi user dapat lihat profil pengepul beserta jenis sampah, layanan dan harga jual. Jika mau order, user cukup klik tombol panggil dan terhubung langsung dengan telfon, bisa pilih call atau SMS,” terang Adi.

MallSampah saat ini juga bekerja sama dengan unit-unit pengelola sampah dari hulu ke hilir. Setelah pengepul mendapatkan sampah dari pengguna yang menggunakan MallSampah biasanya pengepul  kemudian meneruskannya ke vendor sampah selanjutnya akan mengekspor sampah tersebut ke Surabaya, Jakarta, atau Tiongkok untuk didaur ulang menjadi produk baru. Ada juga yang masuk ke pabrik daur ulang Makassar untuk dijadikan biji plastik.

Selain berhasil mengurangi sampah, MallSampah juga berperan dalam meningkatkan penghasilan pengepul. Informasi dari Adi, penghasilan para pengepul yang normalnya berkisar 3 jutaan dengan MallSampah bisa meningkat mencapai angka 6 juta.

Namun yang disayangkan apa yang dilakukan MallSampah tidak berhasil melirik pemerintah atau institusi terkait untuk kerja sama. Padahal berkat ide dan solusi yang ditawarkan MallSampah sempat dihadiahi penghargaan Asean Rice Bowl Startup Award untuk kategori Most Social Impact Startup.

“Kalau pemerintah sampai sekarang belum ada kabar sama sekali. Saya sudah berkali-kali masukan proposal kerja sama tapi gak pernah di-respon sampai saat ini, baik di Pemkot maupun Kementerian Lingkungan Hidup. Justru kemarin dapat tawaran kerja sama dengan lembaga pengelolaan dari Malaysia. Mereka bahkan mau bicarakan terkait pembukaan layanan MallSampah di sana,” papar Adi.

Selain layanan pengelolaan dan daur ulang sampah MallSampah juga memiliki fitur marketplace yang menjajakan produk daur ulang sampah, tetapi belum terlalu di-push untuk diperkenalkan karena masih fokus pada proses jual sampah, donasi sampah dan daur ulang.

Selain layanan yang disebutkan MallSampah juga menyediakan layanan premium. Sebuah layanan yang menyediakan recyling box untuk daur ulang berbagai jenis sampah. Setiap sampah disediakan tempat yang berbeda, misal sampah dapur, kantong plastik dan sampah-sampah lainnya.

Update : MallSampah menghubungkan pengepul dengan pengguna, yang memiliki sampah. Hubungan dengan vendor dilakukan di luar platform MallSampah

Madhang dan Upaya Angkat Masakan Lokal

Teknologi saat ini mampu membantu manusia menemukan banyak hal, tak terkecuali makanan enak dan khas. Tema ini diusung Madhang, sebuah aplikasi yang memosisikan diri sebagai food marketplace yang mampu menghubungkan siapa pun yang berjualan dengan pembeli. Penjual pun tidak harus memiliki warung makan. Cukup rumah atau tempat untuk mengambil makanan dan makanan itu sendiri penjual sudah bisa menawarkannya kepada pelanggan.

Mulai diluncurkan awal bulan Desember ini, Madhang masih berkonsentrasi di kota Semarang. Dengan total warung atau mitra penjual makanan berjumlah 60 buah, Madhang masih berusaha untuk mengenalkan layanan mereka ke masyarakat dan mitra-mitra produsen makanan.

Yang cukup menarik dari Madhang adalah slogannya yang berbunyi “Your local food heroes”. Diterangkan CEO Madhang Maulana Bayu Samudro, slogan tersebut dimaksudkan bahwa pihaknya ingin mengangkat makanan-makanan khas Indonesia karena sekarang mulai banyak yang tidak mengetahui masakan-masakan khas / lokal. Promosi makanan khas menjadi salah satu tujuan yang ingin dicapai.

“Jika kita mempunyai resep masakan keluarga dan ingin membagikannya dengan orang lain yang bahkan tidak kita kenal, maka kita bisa berbagi melalui Madhang. Dan jika kita membutuhkan masakan rumahan yang kita rindukan dan tidak kita temukan di resto maupun pedagang kaki lima yang ada, maka kita bisa mencarinya melalui Madhang,” ungkap Bayu.

Lebih jauh Bayu menjelaskan Madhang didesain untuk membantu para pembeli dan penjual. Untuk para penjual, Madhang membantu penentuan jam operasi secara lebih leluasa. Jenis produk yang dijual pun bisa apa saja atau yang dimasak sehari-hari. Penjual juga bisa memasang produk makanan pre-order sehingga bisa menyiapkan masakan terlebih dahulu. Dari segi teknis, Madhang dilengkapi fitur yang bisa membantu pembeli dan penjual berkomunikasi.

Sementara dari segi pembeli, Madhang memudahkan pencarian makanan dengan fitur filter. Selain itu pembeli juga bisa memilih untuk makan di tempat atau dikirim melalui layanan pesan antar.

“Di Madhang masyarakat dapat lebih mudah menemukan makanan-makanan yang mempunyai resep rahasia ala rumahan. Dan bagi para ibu-ibu rumah tangga yang ingin mempunyai warung namun tidak mempunyai modal. Kami merupakan solusi tersebut karena dengan berjualan di Madhang ibu-ibu bisa menjual langsung makanan yang dimasak dan menggunakan rumahnya untuk berjualan,” papar Bayu.

Salah satu hal menarik dari startup asal Semarang ini adalah keterlibatan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Pemuda yang memang terlihat tertarik dengan industri digital tersebut masuk dalam jajaran tim Madhang sebagai CMO (Chief Marketing Officer).

“Awalnya ketika saya berpikiran untuk memajukan UKM beserta ibu-ibu rumah tangga yang ingin mempunyai penghasilan tambahan. Kebetulan mahasiswa-mahasiswa UDINUS memiliki visi dan misi yang sama untuk memajukan resep rumahan untuk memiliki nilai lebih. Dari situ kami, para founder Madhang membuat aplikasi ini,” terang Kaesang menceritakan keterlibatannya di Madhang.

Madhang saat ini tengah berusaha menyusun strategi untuk berkembang dan mendapatkan pengguna. Mereka juga sudah menyusun beberapa inovasi dan langkah strategis, termasuk menyediakan pelatihan untuk para mitra Madhang tentang penyajian makanan dan pelayanan pelanggan, mengadakan festival kuliner dengan para mitra Madhang, melakukan ekspansi di luar wilayah Semarang, dan mengembangkan sistem reward bagi para mitra yang mampu ditukarkan dengan peralatan masak sehingga bisa membantu produktivitas mereka.

“Saya berharap Madhang dapat menjadi wadah bagi tenant Madhang untuk menjadikan resep rumahannya memiliki nilai ekonomi yang lebih. Saya juga berharap user Madhang dapat menggunakan aplikasi ini sebagai wadah bagi mereka untuk mengenal lebih jauh masakan Indonesia,” terang Kaesang.

Application Information Will Show Up Here

Yuna App Officially Released as Virtual Assistant For Fashion

Indonesian women’s high interest in consuming fashion and beauty products draws attention of many local to global startups. One of which is Yuna, a freshly launched local startup. It’s claimed to be providing mobile app supported by Artificial Intelligence technology.

In today’s (12/13) media gathering, Yuna & Co CEO Winzendy Tedja said, his idea in making fashion app functioning as matchmaker is started from personal experience among women’s habits and trends related to fashion.

“To be able to create a more personal style, I, later with other co-founders are decided to make an app where you can unite brand with consumer based on likes and preferences.”

An app which now available to be downloaded on Android and iOS, is displaying style selection matching consumer’s taste. Later, based on the personal style, Yuna will match the consumer’s data collected with products from existing 40 brands listed.

“Registered brands on Yuna are all premium one, or also in e-commerce business or having offline store. We intentionally present a premium collection targeting woman in need of personal assistance in choosing the right fashion.” said Tedja.

Yuna virtual assistant as chatbot

Based on a chat message, registration process, style selection and directing to the matching brand, Yuna appears actively in app, helping users like a real-person assistant.

Asked about the significant difference between Yuna’s personal assistant with e-commerce, Tedja confirmed Yuna’s chatbot feature can be used by brand in communicating directly with users or potential buyers.

“Thus, it allows brand to know directly what user wants and tastes from an app,” added Tedja.

By a unique feature, fashion app with matchmaking concept is claimed to be the first in Indonesia. Yuna app is free to use by users. Meanwhile for monetizing, Yuna will apply subscription fee for brand, offering data and other unique features in Yuna.

“On the amount we get from brand is not to be revealed, but we guarantee the brand to get accurate access related to consumer behavior and other unique features to help accelerate the sales,” said Tedja.

Yuna’s target in 2018

Since iOS version launched on May 2017, Yuna focused on attracting brand to join. It is targeted on the second quarter of 2018, Yuna can reach approximately 100 local and global brands. In total, there are currently 50 thousands SKU with a million Yuna’s product combination.

“In addition, we will present the latest features, collaborate with influencers, fashion bloggers, brands and related communities to expand our business,” ended Tedja.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Bling ID Mungkinkan Transaksi Emas Melalui Aplikasi

Jual beli tak lagi sama ketika teknologi digital sudah dikenal masyarakat luas. Setidaknya inilah yang dipercaya Bling ID, sebuah layanan yang memberikan kesempatan bagi para penggunanya untuk membeli, transfer, dan menarik emas hanya dengan membuka aplikasi dari perangkat smartphone mereka.

Bling ID bekerja layaknya aplikasi jual beli online lainnya, hanya saja barang yang diperjualbelikan berupa emas. Bisa disebut Bling ID merupakan platform jual beli emas fisik yang mengenalkan cara baru untuk mempermudah masyarakat untuk mendapatkan dan menyimpan emas.

Dari segi konsep, apa yang diterapkan Bling ID juga bisa ditemui di BukaEmas milik BukaLapak dan E-mas. Ketiganya memiliki kesamaan di cita-citanya memudahkan masyarakat membeli emas. Bedanya Bling ID bertindak sebagai penghubung antara pengguna dan pabrikan emas UBS (Untung Bersama Sejahtera) yang berdomisili di Surabaya.

Bayu, salah satu Digital Marketing Manager Strategist untuk Bling ID, menerangkan bahwa pembelian emas melalui Bling ID dalam dilakukan dalam satuan Microgram atau setidaknya pengguna cukup memiliki uang Rp50.000. Nilai tersebut akan dikonversi menjadi emas sesuai dengan harga emas UBS yang berlaku.

“Fitur dasar kita di Bling ID adalah transaksi emas yang meliputi beli emas, jual emas, transfer emas, dan ambil fisik saat sudah mencapai gram tertentu yang dapat diambil melalui distributor resmi UBS di 34 kota di Indonesia. untuk fitur transfer tidak biaya, namun ambil fisik dikenakan cost pembuatan dari UBS, jika pengambilan fisik dilakukan di bawah 100 gram,” terang Bayu.

Bling ID baru berjalan di pertengahan tahun ini namun aplikasinya baru diperkenalkan ke publik (soft launching) di penghujung bulan November kemarin. Bling ID lazimnya aplikasi jual beli emas juga disematkan fitur untuk memantau harga emas secara real time. Fitur ini disebut Bayu sebagai salah satu fitur dasar yang ada di aplikasi Bling ID.

Mengenai potensi pasar

Berbicara mengenai jual beli emas, sebuah barang berharga dan tentu sangat sensitif bagi masyarakat, kepercayaan adalah kunci untuk terus bertahan dan dapat terus beroperasi. Bayu menjelaskan bahwa Bling ID dihadirkan dengan harapan untuk membantu masyarakat memiliki aset dalam bentuk emas dan juga memberikan pengetahuan tentang pentingnya memiliki emas sebagai alat lindung kekayaannya.

UMKM dan kalangan menengah adalah target pasar yang tengah diincar oleh Bling ID. Tujuannya untuk membantu mereka membangun fondasi finansialnya dengan berinvestasi melalui emas. Kurangnya informasi dan kurangnya dana adalah permasalahan yang sering dihadapi. Bling ID mendesain sistemnya agar pengguna bisa dengan mudah mendapatkan emas dengan minimal membeli sebesar Rp.50.000.

“Dana yang tidak cukup inilah yang acap kali membuat issue bahwa banyak orang tidak mau membeli emas, dan akhirnya terjadi ketimpangan antara orang yang memiliki kemampuan, dengan masyarakat ekonomi kurang mampu. Bling ID hadir untuk menghilangkan gap tersebut bahwa kini, hanya dengan 50 ribu Rupiah, yang bisa disisihkan setiap bulan, kita sudah punya emas yang berfungsi sebagai asset kita. selain itu kami juga banyak mengedukasi banyak UMKM di Jakarta tentang pentingnya memiliki emas dalam membangun fondasi finansial mereka, bekerja sama dengan beberapa koperasi simpan pinjam di Jakarta, dan seterusnya,” tutup Bayu.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi Yuna Resmi Meluncur sebagai Asisten Virtual Kebutuhan Fesyen

Besarnya minat kalangan perempuan di Indonesia mengonsumsi produk fesyen dan kecantikan membuat banyak layanan startup lokal hingga asing melirik peluang tersebut. Salah satu startup lokal yang baru meluncur memanfaatkan peluang tersebut adalah Yuna. Yakni dengan menghadirkan aplikasi mobile yang didukung teknologi Artificial Intelligence.

Dalam acara temu media hari ini (13/12), CEO Yuna & Co Winzendy Tedja mengungkapkan, bahwa ide dibuatnya aplikasi fesyen yang berfungsi seperti “matchmaker” ini berawal dari pengalaman pribadinya melihat kebiasaan dan tren di kalangan perempuan terkait dengan fesyen.

“Untuk bisa membuat style lebih personal saya pun kemudian bersama dengan co-founder lainnya memutuskan untuk membuat aplikasi yang bisa mempertemukan brand dengan pengguna berdasarkan kesukaan dan preferensi.”

Aplikasi yang saat ini sudah bisa diunduh di platform Android dan iOS ini menampilkan pilihan gaya sesuai dengan selera dari pengguna. Nantinya berdasarkan gaya personal tersebut, data yang dikumpulkan oleh Yuna akan mencocokkan pengguna dengan produk dari sekitar 40 brand yang saat ini sudah terdaftar di Yuna.

“Secara keseluruhan brand yang bergabung di Yuna adalah brand premium, atau mereka yang memiliki toko di layanan e-commerce hingga toko fisik. Kami sengaja menghadirkan koleksi yang premium menargetkan kalangan perempuan yang membutuhkan asisten pribadi dalam hal menentukan fesyen yang sesuai,” kata Winzendy.

Asisten virtual Yuna berbentuk chatbot

Berbasis chat message, mulai proses awal pendaftaran, pemilihan gaya yang sesuai, hingga memandu ke brand yang sesuai, chatbot Yuna cukup aktif tampil di aplikasi, membantu pengguna layaknya asisten pribadi yang sesungguhnya.

Disinggung tentang perbedaan yang signifikan antara personal assistant Yuna dengan layanan e-commerce, Winzendy menegaskan fitur chatbot Yuna bisa dimanfaatkan brand untuk berkomunikasi secara langsung dengan pengguna atau calon pembeli.

“Dengan demikian memungkinkan untuk brand mengetahui dengan langsung keinginan dan selera dari calon pembeli dari aplikasi,” kata Winzendy.

Dengan fitur yang tergolong unik, aplikasi fesyen dengan konsep matchmaking ini diklaim merupakan yang pertama di Indonesia. Aplikasi Yuna bisa digunakan secara gratis oleh pengguna. Sementara untuk melancarkan monetisasi, Yuna akan memberlakukan subscription fee untuk brand, yang membutuhkan data serta fitur menarik lainnya dari Yuna.

“Berapa komisi yang kami dapatkan dari brand tidak bisa saya ungkapkan, namun kami menjamin brand bisa mendapatkan akses yang akurat seputar consumer behaviour dan fitur menarik lainnya yang bisa membantu mendorong penjualan,” kata Winzendy.

Target Yuna tahun 2018

Sejak meluncurkan aplikasi versi iOS bulan Mei 2017, fokus Yuna saat ini masih kepada peningkatan jumlah brand yang bergabung di Yuna. Ditargetkan pada kuartal kedua 2018 mendatang, Yuna bisa mendapatkan sekitar 100 brand lokal dan asing yang terdaftar. Secara keseluruhan hingga kini terdapat 50 ribu SKU dengan 1 juta kombinasi produk di Yuna.

“Selain itu kami juga akan menghadirkan fitur-fitur terbaru, melakukan kolaborasi dengan influencer, fashion blogger, brand dan komunitas terkait lainnya untuk memperluas bisnis kami,” tutup Winzendy.

Application Information Will Show Up Here

Rencana MarlinBooking Jadi Platform Lengkap Urusan Kapal dan Maritim

Indonesia sebagai negara kepulauan memang cukup menarik untuk bisnis di sektor perkapalan. MarlinBooking adalah salah satu bisnis baru yang coba memanfaatkan hal tersebut dengan pendekatan digital. MarlinBooking hadir dengan wujud sebuah platform yang menyediakan layanan pemesanan kapal ferry dan beberapa layanan lainnya. Tak hanya sektor B2C, MarlinBooking juga siap merambah sektor B2B.

MarlinBooking saat ini tengah berusaha melengkapi dan melebarkan sayap mereka untuk menjadi platform lengkap yang menangani seputar kapal dan pelabuhan. Selain sistem pemesanan tiket kapal, Marlin Booking juga menyediakan sistem E-KiosK yang memungkinkan pengguna mendapatkan boarding pass melalui e-kiosk di pelabuhan-pelabuhan. Diharapkan dengan pendekatan yang dilakukan Marlin Booking, proses pemesanan kapal ferry bisa seperti proses pemesanan tiket pesawat di kota-kota besar di Indonesia.

Sistem pemesanan milik MarlinBoking
Sistem pemesanan milik MarlinBoking

“MarlinBooking merupakan sebuah platform yang menyediakan layanan booking ferry / kapal kepada perusahaan-perusahaan yang ingin menjual produk ferry di dalam sistem mereka. Sekarang ini MarlinBooking dalam tahapan integrasi dengan PELNI (perusahaan pelayaran nasional Indonesia), dan 6 perusahaan distribusi Marlin seperti M-Cash, Bimasakti, Paytren, E-Loket, Litebig dan PEMKO Batam. Jadi setelah siap integrasi dengan 6 perusahaan distribusi tersebut, ke depan customer seluruh Indonesia yang ingin booking tiket kapal tidak hanya bisa dilakukan lewat aplikasi atau website MarlinBooking tetapi juga lewat aplikasi partner distribusi kita,” terang CEO MarlinBooking Ali Sadikin kepada DailySocial.

Menerka masa depan MarlinBooking

MarlinBooking saat ini bisa dibilang menjadi startup pertama yang fokus ke sistem pemesanan kapal ferry di Indonesia. Persaingan bisa dibilang masih minim. Persaingan yang sada aat ini adalah menghadapi agen penjual tiket kapal secara konvensional. Meskipun demikian, Ali mengantisipasi persaingan yang mungkin hadir jika pemain OTA kenamaan Indonesia mulai menjual tiket kapal. Untuk yang satu ini, MarlinBooking sudah menyiapkan strategi, di antaranya mulai membuka model B2B (business to business).

Selain model bisnis, MarlinBooking juga tengah menyiapkan layanan-layanan lain seperti layanan food & beverage dalam kapal, layanan penyewaan yacht, marketplace untuk travel kit seperti alat pancing dan perlengkapan lain yang berhubungan dengan laut, dan juga integrasi dengan perusahaan logistik.

“Sebenarnya dari awal kita sudah kepikiran permasalahan yang sama. Oleh karena itulah kita mentransformasi bisnis model kita yang awalnya B2C (aplikasi/website) ke B2B (Platform). Jadi MarlinBooking bukan lagi hanya sebuah perusahaan retail, tetapi kita juga di posisi sebagai penyuplai atau penyedia layanan booking ferry atau kapal dari semua operator kapal atau ferry kepada perusahaan-perusahaan retail lainnya,” ungkap Ali.

Application Information Will Show Up Here

OPCY, Platform Direktori Bisnis yang Fokus pada Pemasaran Digital

Mungkin pernah merasakan pengalaman seperti ini juga, ketika berada di daerah yang cukup asing dan sendiri, lalu ingin melakukan sesuatu, katakanlah mencetak poster, yang biasa dilakukan memanfaatkan mesin pencari untuk menemukan informasi. Biasanya informasi yang disajikan juga tidak detail, karena beberapa jasa yang dimaksud kadang tidak memiliki publikasi online. Dari permasalahan tersebut OPCY (Open City Business Directory) dikembangkan, menjadi sebuah direktori bisnis yang didasarkan pada letak geografis.

Cara kerja OPCY adalah memberikan kesempatan bagi mitra untuk lebih dikenal masyarakat melalui kanal digital. Salah satu fokusnya pada digital marketing, untuk membantu mitra dalam melakukan growth hacking. Dari sisi pengguna, selain listing, OPCY juga memberikan informasi terkini mengenai promo, kegiatan, dan tips yang menunjang kebutuhannya.

“Dari aspek pelaku usaha, tantangan memasarkan usahanya masih belum maksimal dengan metode yang konvensional, OPCY hadir untuk memberikan solusi, baik memberikan cara pemasaran secara online maupun penyiapan konten. Sehingga menjadi one stop digital marketing solution dengan konsep B2B,” jelas CEO OPCY Khoirul Hadi.

Selain sebagai direktori, juga fokus di pembayaran

Selain menyajikan direktori bisnis di suatu daerah, OPCY juga memiliki layanan OPAY untuk pembayaran dan pemesanan. Untuk saat ini, layaknya layanan yang sudah banyak ada, pembayaran seperti token listrik, pulsa dan BPJS juga diakomodasi OPAY yang saat ini tengah dalam tahap penyempurnaan. Selain itu pihaknya juga baru merilis layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel. Dalam waktu dekat juga akan dirilis sebuah bot untuk membantu pengguna melalui fasilitas chatting untuk menemukan informasi terkait direktori.

“Untuk pengguna OPCY layanan bisa digunakan tanpa biaya berlangganan, karena monetisasi OPCY hanya disasarkan kepada mitra dengan pendekatan B2B. Sejak di-launching pada Mei 2017, OPCY masih dalam tahap bootstrap sepenuhnya,” lanjut Khoirul.

Target awal mematangkan bisnis di Jawa Tengah

Dalam waktu dekat, tim OPCY menyampaikan beberapa target yang ingin diraih. Pada aspek bisnis, untuk setahun ke depan OPCY memiliki target menjadi rujukan dan portal informasi mengenai direktori bisnis di Jawa Tengah, kemudian juga menjembatani pelaku usaha dari UMKM hingga pebisnis besar untuk memanfaatkan OPCY sebagai sarana digital marketing-nya.

“Jumlah pengguna OPCY saat ini bila dilihat dari jumlah angka total download aplikasi di Android sendiri sudah mencapai 13.000. Dengan rata-rata pengunjung harian di website kami sebanyak hampir 1000 orang per hari,” ujar Khoirul.

Pada pertengahan Mei lalu, grand launching OPCY diresmikan langsung oleh Gubernur Jawa Tengah di Solo. Hal ini menjadi sebuah kesempatan kemitraan strategis sendiri bagi OPCY untuk memaksimalkan debut pertamanya di Jawa Tengah.

Application Information Will Show Up Here

Hadirkan Fitur “Booking” Kamar Rawat Inap, Aplikasi Medicaboo Siap Ekspansi Menyeluruh ke Sumatra dan Jawa

Bertujuan membantu pengguna mendapatkan kamar rawat inap lebih cepat dan mudah dengan memanfaatkan pemesanan secara online, platform Medicaboo didirikan. Kepada DailySocial, Co-founder dan CTO Medicaboo Farly Nur Dewantara mengungkapkan, ide pendirian Medicaboo salah satunya berawal dari pengalaman pribadi Farly. Ketika adik ipar sedang sakit demam berdarah, ia kesulitan untuk menemukan rumah sakit dan harus antri untuk mendapatkan kamar rawat inap.

“Adik ipar saya yang kondisinya sangat lemah harus rela antri berkali-kali untuk berpindah rumah sakit, menunggu lama konsultasi, dan konfirmasi kamar rawat inap. Alhamdulillah, setelah perjalanan yang melelahkan adik ipar saya mendapatkan kamar di RS yang ketiga mereka datangi.”

Melihat masih minimnya ketersediaan dan buruknya pengalaman yang dialami, Farly dan Co-Founder lainnya, Drg. Suci Nuralitha, M.kes., Dr. Amru Sofian SpOG (K). Onk. MWALS, dan Atikah Chairunissa, memutuskan membuat sebuah platform yang bisa membantu pengguna dengan cepat menemukan kamar rawat inap, sebelum tiba di rumah sakit tersebut.

“Membuat startup adalah salah satu dream saya sejak kuliah dan kesempatan seperti ini jarang muncul dua kali. Setelah berdiskusi dengan istri, saya membulatkan tekad untuk keluar dari perusahaan asing (tempat kerja saya sebelumnya) dan maju membuat startup sendiri bersama keluarga. Saat ini belum ada platform yang dapat memenuhi kebutuhan itu dengan baik, karena itu Medicaboo hadir untuk membantu masyarakat,” kata Farly.

Melakukan ekspansi ke seluruh Sumatra dan Jawa

Meskipun masih terbilang baru, Medicaboo yang berbasis di Pekanbaru, Riau, menyebutkan telah memiliki sekitar 408 rumah sakit dan 2050 dokter yang terdaftar. Selain ingin menjadi platform penghubung antara pengguna, dokter dan rumah sakit, Medicaboo ingin menjadi media yang memudahkan pengguna mendapatkan dengan cepat informasi hingga ketentuan saat melakukan reservasi kamar rawat inap.

“Kami ingin masyarakat tidak perlu lagi merasakan kesulitan dalam mencari informasi dokter, layanan kesehatan dan dapat melakukan pemesanan kesehatan secara online,” kata Farly.

Meskipun memiliki kesamaan dengan startup lokal di bidang kesehatan yang sudah hadir saat ini, namun Farly mengklaim terdapat keunggulan yang ditawarkan platform-nya

“Medicaboo menyediakan fitur booking kamar rawat inap rumah sakit. Anda bisa melihat informasi kamar mulai dari deskripsi kamar rawat inap, fasilitasnya, gambar kamar, ketersediaan hingga pemesanan online kamar rawat inap mudah dari aplikasi mobile versi android Medicaboo,” kata Farly.

Masih menjalankan bisnisnya secara bootstrapping, Medicaboo memiliki sejumlah target, di antaranya adalah menjadi one-stop-health platform, memperluas wilayah layanan, meningkatkan kualitas, dan meluncurkan fitur-fitur terbaru tahun 2018 mendatang.

“Setelah Pekanbaru, Riau, Medicaboo juga berencana untuk melakukan ekspansi menyeluruh ke Sumatra dan Jawa,” tutup Farly.

Application Information Will Show Up Here