Pengembang Layanan SaaS MagLoft Siapkan Layanan Blog-to-Native Apps

MagLoft startup pengembang layanan SaaS (Software as a Service) untuk digital publishing, tengah menyiapkan fitur terbaru mereka untuk mengonversi blog menjadi sebuah aplikasi native di iOS dan Android. Saat ini layanan MagLoft masih dalam tahap pengembangan beta untuk fitur tersebut, dan masih terbatas untuk sebagian pengguna dari kalangan blogger dan publisher. Co-Founder dan CEO MagLoft Nick Martin meyakini fitur blog to native apps ini akan menjadi solusi bagi para blogger, publisher dan digital agency untuk membuat publikasi digital mereka tanpa perlu merogoh biaya yang terlalu besar dengan sistem yang rumit.

Untuk membuat aplikasi, pengguna hanya perlu menyambungkan tautan blog mereka ke dalam sistem MagLoft, kemudian secara otomatis akan ditampilkan bentuk template tampilan aplikasi dengan konten yang berasal dari blog tersebut. Nantinya, para blogger atau user lainnya akan bisa langsung membuat postingan baru di blog mereka, tanpa perlu masuk ke dalam software MagLoft. Postingan yang mereka buat di blog, akan secara otomatis masuk kedalam editor MagLoft tanpa perlu proses yang rumit. Konsepnya mirip dengan sebuah RSS App.

Layanan blog to native apps ini akan disajikan dalam model freemium. Fitur berbayar nanti akan memberikan kepada pengguna berbagai fitur tambahan yang untuk mengembangkan aplikasi mereka, seperti push notification untuk para pembaca di aplikasi, user management dashboard, dan lainnya. Dengan fitur baru yang sedang dikembangkan saat ini, MagLoft berusaha untuk menggaet para blogger dan para publisher terbatas di Indonesia untuk menjadi beta tester dengan berbagai benefit yang menguntungkan.

Yang perlu diperhatikan, pengguna harus membuat akun developer-nya sendiri di App Store dan Play Store. Hal ini untuk menjadikan pengguna tetap dalam kendali 100% terhadap app mereka, dan bisa mengatur pendapatan yang didapat dari majalah yang dibuat untuk subscribe dari iOS dan Android. Dan pengguna pun juga bisa mengatur untuk menjadikan app-nya tersebut berbayar atau gratis.

Sebelumnya layanan utama MagLoft ialah menyediakan layanan untuk mendigitalkan majalah dalam bentuk aplikasi mobile, beberapa majalah ternama sudah masuk ke dalam jajaran portofolio produknya. Dengan total pasar sebesar $35 miliar di industri publishing, MagLoft berusaha untuk menjadi pemain di ranah tersebut untuk menyediakan solusi yang mudah digunakan tanpa harus mengeluarkan uang banyak untuk membuat aplikasi majalah di iOS dan Android.

Salah satu portofolio apps yang dibuat dengan sistem MagLoft
Salah satu portofolio apps yang dibuat dengan sistem MagLoft

MagLoft adalah startup yang didirikan oleh Nick Martin (CEO) yang berasal dari Denmark, dan Tobias Strebitzer (CTO) dari Austria. Saat ini MagLoft berkantor di Gianyar, Bali. Dengan jumlah tim yang berukuran 7 orang dan masih bootstrapping, MagLoft saat ini telah mampu mendapatkan basis customer dari Amerika Serikat, Kanada, UK, Jerman, & Australia, serta beberapa negara lainnya di Eropa.

Akseleran Usung Konsep “Equity Crowdfunding”

Modal adalah salah satu isu paling populer di ranah bisnis, tak terkecuali startup. Jika membahas startup tentu tak pernah lepas dari modal yang dikeluarkan atau berapa banyak modal yang dikeluarkan. Meski tidak semua kebanyakan startup membutuhkan modal besar untuk berkembang, sebut saja kebutuhan server, kebutuhan iklan, dan kebutuhan lain yang berkaitan dengan pengembangan startup.

Semua itu butuh modal yang tidak sedikit, dan startup yang tidak punya modal dan pemasukan masih sedikit pasti kelimpungan mempertahankan bisnis. Masalah ini yang coba diselesaikan Akseleran. Hadir di Indonesia dan memposisikan diri sebagai portal equity crowdfunding, Akseleran mencoba membantu startup maupun UKM untuk mendapatkan tambahan modal melalui sistem urun dana berbasis ekuitas.

Akseleran membantu startup maupun UKM mendapatkan bantuan dana dengan cara “menjual” kepemilikan saham kepada siapa pun yang tertarik. Jika selama ini konsep bantuan modal dalam bentuk pinjaman yang diusung Akseleran ini merupakan bentuk bantuan modal dengan cara menjual kepemilikan, atau menjual saham.

CEO Akseleran Ivan Tambunan kepada DailySocial bercerita bahwa mereka berusaha membantu memangkas funding gap antara startup dan UKM yang membutuhkan modal usaha dengan orang-orang atau investor yang memiliki dana. Startup, UKM, dan kebanyakan usaha pada tahap awal pada umumnya kesulitan mengakses pemodalan dari bank karena cash flow yang belum stabil  dan mungkin alasan-alasan lain. Di sinilah Akseleran berusaha membantu dengan melakukan apa yang disebut dengan kampanye penggalangan modal.

Kampanye penggalangan modal dimulai startup, UKM, atau usaha di tahap awal melalu portal Akseleran dengan menjanjikan kompensasi berupa saham kepada calon investor atau memegang dana. Dalam kampanye ini, tim pencari modal akan menjelaskan mengenai usaha yang dilakukan, bentuk model bisnis, target pasar, pencapaian saat, kondisi keuangan, taktik pemasaran, dan tim manajemen. Selanjutnya tim Akseleran akan me-review materi yang masuk dengan melakukan legal dan financial due diligence terbatas untuk mencegah adanya informasi yang tidak sesuai.

Tim Akseleran juga menyatakan siap jika diminta menyiapkan business plan dan financial forecast. Setelah materi dirasa siap maka kampanye dijalankan selama 60 hari. Selama proses tersebut setiap orang yang telah mendaftar di portal Akseleran dapat menginvestasikan dananya pada usaha tersebut untuk mendapatkan sebagian saham sebagai kompensasinya. Jika target dana sudah dicapai, kampanye dinyatakan sukses dan masuk ke tahap finalisasi. Jika tidak maka kampanye dianggap gagal dan dana akan dikembalikan ke setiap investor.

Ivan mengatakan, “Kami percaya Akseleran dibutuhkan oleh startup, usaha tahap awal dan UKM di Indonesia. Di sisi lain, portal kami juga dibutuhkan oleh kalangan menengah dan atas di Indonesia, yang jumlahnya saat ini terus meningkat, sebagai alternatif investasi bagi mereka karena kami memberikan akses yang tadinya tidak mereka miliki, yaitu akses untuk melakukan investasi pada startup, usaha tahap awal dan UKM, yang biasanya hanya dapat dilakukan oleh investor profesional atau venture capital firm.”

“Bayangkan apabila dulu orang-orang mempunyai kesempatan untuk berinvestasi pada Go-Jek, Traveloka atau Tokopedia pada waktu usaha-usaha tersebut baru didirikan dan masih berada di tahap awal. Banyak keuntungan yang bisa diperoleh dengan meningkatnya nilai usaha tersebut pada saat ini. Dengan hadirnya Akseleran, maka setiap orang di Indonesia kini juga dapat melakukan partisipasi modal pada startup, usaha tahap awal dan UKM-UKM yang inovatif,” paparnya.

Meluncur tahun depan

Saat ini portal dan sistem Akseleran masih dalam tahap pengembangan dan rencananya baru akan dilakukan peluncuran versi beta pada pertengahan bulan Desember ini. Meski demikian Ivan menyebutkan dalam beberapa acara dan kesempatan Akseleran sudah banyak mendapat sambutan positif dari berbagai startup,

Hal ini akan menjadi tugas berat Akaseleran untuk menjaga kualitas verifikasi bisnis yang melakukan kampanye penggalangan modal. Jika ditilik dari konsep yang diusung, equity crowdfunding sedikit berbeda dengan layanan bantuan pendanaan lain yang sudah ada yang kebanyakan memiliki konsep pinjaman.

Sisi buruknya adalah sistem equity crowdfunding malah menjadi ajang “jual beli startup”, terutama bagi mereka yang mendirikan startup hanya untuk dijual, bukan sebagai solusi atau bisnis yang dijalankan. Sisi baiknya ini akan menjadi alternatif lain pemodalan dan alternatif untuk investasi.

“Harapan kami, dengan adanya Akseleran, akan muncul banyak pengusaha-pengusaha baru di Indonesia dengan usaha-usaha yang inovatif, yang menghasilkan keuntungan bukan saja bagi para pengusaha tersebut, tapi juga bagi para investor yang mendukungnya. Selain itu, kami juga berharap bahwa melalui Akseleran setiap orang Indonesia mempunyai akses untuk melakukan partisipasi modal pada startup, usaha tahap awal, atau UKM yang inovatif dan layak untuk diinvestasikan,” tutup Ivan.

Teknologi HaloHola Mungkinkan Akses Konten Hiburan Tanpa Kuota dan Jangkau Daerah Tanpa Sinyal

Masalah dan solusi merupakan inti dasar dari dikembangkannya startup. Ide-ide startup banyak bermunculan dari masalah yang merupakan pengalaman masyarakat atau pengalaman pribadi pendirinya yang kemudian coba diselesaikan melalui teknologi. Hal ini juga diberlakukan HaloHola. Startup yang bergerak di bidang penyediaan layanan on board entertaiment streaming ini dikembangkan berdasarkan pengalaman pribadi pendirinya. Pengalaman bosan dalam perjalanan kemudian melahirkan layanan hiburan ini.

HaloHola merupakan sebuah layanan yang memungkinkan penggunanya menikmati konten hiburan seperti video, games, majalah, artikel, dan musik langsung melalui perangkat pribadi mereka secara gratis, bebas penggunaan kuota, akses cepat (tanpa buffer), dan dapat bekerja di area blankspot atau area yang tidak terjangkau sinyal operator.

Dijelaskan CEO HaloHola Jaka Putranto, teknologi yang mereka gunakan bisa disebut sebagai teknologi local streaming technology.

“Teknologi kami memungkinkan para pengguna dapat menikmati konten hiburan langsung pada gadget pribadi, tanpa buffer, zero data cost, dan bekerja di area blank spots. Cara kerja teknologi ini adalah kami memasang sebuah device pada tempat yang ingin kami berikan layanan streaming kami. Device ini memancarkan [sinyal] Wi-Fi. Kemudian gadget user akan tersambung pada Wi-Fi yang dipancarkan device tersebut, memberikan koneksi yang stabil dan pengalaman hiburan yang unik dimiliki oleh HaloHola,” ujar Jaka menjelaskan.

Dari segi konten, HaloHola sudah bekerja sama dengan beberapa pihak, di antaranya adalah .NET, beberapa YouTuber, produser film pendek, dan pihak production house. Untuk pengguna, HaloHola disebut masih fokus di segmen transportasi yang dinilai memiliki jumlah trafik yang padat dan waktu tunggu yang lama. Kekosongan waktu tunggu inilah yang coba dimanfaatkan oleh HaloHola.

Menurut Jaka, HaloHola sudah menandatangani kontrak dengan PT KAI untuk menyediakan layanan HaloHola di kereta. Soal model bisnis, Jaka menjelaskan:

“Saat ini kami generate revenue dari advertising. Brand-brand dapat beriklan di platform kami dan iklannya akan kami expose kepada para user kami. lalu revenue yang kami dapatkan dari advertising akan kami share kepada konten partner kami dan juga partner channel distribusi kami”

Fokus dan target HaloHola saat ini

Meski baru memulai perjalanan, Jaka terlihat optimis dengan potensi bisnis HaloHola. Setelah berhasil menjalin kerja sama dengan PT KAI, HaloHola terus berusaha menjalin kerja sama dengan banyak pihak lainnya untuk mewujudkan visi sebagai media yang tepat untuk hiburan pengguna sekaligus menjadi tempat bagi konten kreator untuk mendapatkan exposure yang lebih banyak lagi.

Selain transportasi, Jaka juga menargetkan HaloHola bisa ditempatkan di area-area umum atau area terbuka publik seperti taman, rumah sakit, dan area terbuka lainnya.

“Saat ini kami fokus kepada seluruh transportasi di Indonesia, baik di darat, laut dan udara, namun tidak menutup kemungkinan layanan kami juga akan dapat kita ditemukan di public spaces seperti taman, rumah sakit, dan lain-lain,” imbuh Jaka.

Andalkan Kepercayaan, Layanan Marketplace Sewa Mobil Nemob Sasar Traveler

Bisnis digital kebanyakan merealisasikan apa yang selama ini masih diangan-angankan. Tapi dengan sentuhan teknologi, ide dan eksekusi cemerlang berhasil membawa sesuatu yang dulu hanya bisa dibayangkan kini menjadi kenyataan. Di Indonesia sendiri bisnis digital yang menjamur kebanyakan di dominasi oleh e-commerce. Segmennya pun beragam. Salah satu yang sedikit unik adalah Nemob. Sebuah marketplace yang ditujukan untuk rental mobil.

Nemob hadir hampir di semua platform digital yang ada mulai dari web-based hingga aplikasi untuk Android dan iOS. Kisah berdirinya Nemob berasal dari salah satu founder mereka Guntur Prabowo yang merasakan susahnya mencari rental mobil di Indonesia. Permasalahan yang banyak ditemui di antarnaya adalah harganya yang mahal, keruwetan pemesanan, hingga mobil yang berbeda dengan yang ditampilkan. Dari situlah akhirnya lahir Nemob yang diharapkan mampu memecahkan masalah-masalah tersebut.

Dari penjelasan Marketing & Business Development Manager Nemob Rangga Danusa Nemob memiliki beberapa perbedaan dengan  layanan penyewaan mobil lainnya. Di antaranya adalah ketersediaannya di banyak platform, memungkinkan setiap orang mendaftarkan mobilnya untuk disewakan, dan pembayaran yang fleksibel.

Khusus untuk memudahkan pembayaran transaksi, Nemob bekerja sama dengan Midtrans sebagai payment gateway. Dengan kerja sama ini harapkan pelanggan Nemob bisa dengan mudah melakukan pembayaran melalui kartu kredit maupun bank transfer.

Sejauh ini Nemob sudah bisa dinikmati oleh masyarakat yang tinggal di wilayah Jakarta, Bandung,dan Bali. Harapannya pertengahan tahun depan marketplace yang modalnya ditopang oleh PT Enviromate Technology International ini bisa beroperasi di semua kota di Indonesia.

“Fokus Nemob pada akhir tahun 2016 sama semester pertama 2017 adalah mengumpulkan inventory penyedia rental di setiap kota besar di Indonesia, membangun teknologi yang berorientasi pada kemudahan pelanggan. Sehingga layanan Nemob dapat dinikmati saat masyarakat bepergian ke kota manapun di Indonesia,” terang Rangga.

Nemob sendiri terlihat menyasar para wisatawan atau traveler yang singgah di kota-kota di Indonesia. Dengan Nemob diharapkan para wisatawan dapat dengan mudah menemukan kendaraan untuk melengkapi liburan mereka dengan mudah.

“Model bisnis rental mobil dan taksi sangat berbeda. Taksi sangat efektif untuk membawa seseorang dari poin A ke Poin B (misal dari bandara ke hotel) tetapi akan sangat tidak efektif apabila pelanggan yang bepergian ke banyak tempat sekaligus (multiple point) (misalkan dari bandara ke hotel lalu ke tempat bisnis lalu ke tempat makan lalu ke objek wisata lalu pulang ke bandara). Artinya ada kebutuhan yang tidak terpenuhi oleh layanan taksi Grab atau Go-Car,” terang Rangga.

Application Information Will Show Up Here

Aplikasi TBOX Mudahkan Pesan Antar Roti Secara Online

Pada pagi hari, akibat mobilitas masyarakat perkotaan yang tinggi seringkali membuat sarapan jadi tertunda. Padahal, sarapan dengan menu yang sehat dan tepat memegang peranan penting untuk membakar tenaga saat beraktivitas. Menu roti, jadi pilihan utama karena ringkas dan cukup untuk mengganjal perut.

Namun, untuk mendapatkan roti yang berkualitas premium, terkadang harus ditempuh dengan mengunjungi minimarket terdekat. Hal ini dinilai jadi memberatkan, sehingga mau tak mau sarapan jadi terlewat. Untuk menjawab tantangan tersebut, kini hadir TBOX yang diklaim sebagai pionir di bidang online mobile bakery.

Erianto Chang, CEO TBOX, menerangkan model bisnis TBOX cukup sederhana. Ada dua pihak yang terlibat dalam proses TBOX, yakni pembuat roti rumahan dan kurir pengantar barang. Pembuat roti yang disebut TBOX Baker adalah tenaga UKM rumahan yang bertugas memproduksi roti premium dengan standar operasional yang sebelumnya sudah ditentukan oleh pihak TBOX.

Sebelum bergabung, mereka akan dilatih bagaimana memproduksi roti dengan bahan-bahan yang sudah disuplai oleh pihak TBOX. Hal ini demi memastikan roti yang diproduksi sama persis dengan standar yang ditetapkan TBOX, meski produksinya di lokasi berbeda.

Nantinya, hasil produksi harus di simpan paling lambat jam 3 pagi di dalam gudang penyimpanan yang berlokasi di Cengkareng. Sebab pada saat itu, kurir atau lebih disebut dengan TBOX Hero akan mengambil barang dari gudang untuk segera mengantarkannya ke konsumen.

“Kami sudah buat standar yang harus dipatuhi oleh mitra kami, misalnya paling maksimal roti masuk ke dalam gudang jam 3 pagi karena harus segera diantar ke konsumen. Ini memastikan roti yang sampai ke konsumen masih fresh, bahan bakunya berkualitas peremium, dan tidak memakai bahan pengawet,” terang Eriano kepada DailySocial, Rabu (23/11).

Saat ini sudah ada tiga Baker yang sebelumnya sudah memiliki nama mereknya masing-masing bergabung ke jaringan TBOX. Sementara itu, untuk jumlah armada Hero mencapai 35 orang.

Dengan memberdayakan masyarakat biasa jadi mitra TBOX diharapkan bisa menggerakkan perekonomian mereka. Pasalnya, Baker tidak harus memikirkan bagaimana cara penjualannya sebab sudah ada situs dan aplikasi TBOX yang dapat menerima pemesanan secara 24 jam. Begitupula untuk Heroes, mereka sudah memiliki tujuan mau dikirim kemana saja roti yang sudah mereka angkut.

Tampilan aplikasi TBOX / TBOX

Untuk memperluas jangkauan wilayahnya dan kesegaran roti, TBOX akan menambah gudang penyimpanan yang berlokasi di Jakarta Selatan pada bulan depan. Juga, berencana untuk kerja sama dengan tenaga masak dari beberapa merek roti ternama untuk penjualan secara online.

Aplikasi TBOX sudah bisa diunduh di Google Play atau mengunjungi situs TBOX. Ada dua fitur pemesanan roti, melalui menu “Order Now” atau “Schedule Order.” Untuk Order Now jika ingin membeli roti secara langsung dengan memilih jenis roti yang tersedia pada TBOX Hero yang sedang berada di lapangan.

Kemudian, mereka akan mengirimkan langsung ke lokasi yang telah ditentukan. Sementara untuk Schedule Order, pengguna dapat memesan semua jenis roti dengan mengatur waktu pengiriman minimal sehari sebelumnya.

Ditargetkan pada satu tahun berdirinya TBOX nantinya sudah bisa menjaring 10 juta pengguna dengan 1.000 armada Hero. Cakupan wilayahnya diharapkan sudah menembus seluruh Pulau Jawa. “Karena mimpi TBOX adalah menciptakan Hari Roti Nasional,” pungkas Erianto.

Application Information Will Show Up Here

Sticar Mungkinkan Pemilik Kendaraan Jadi Tempat Iklan Berjalan

Model layanan digital berkembang begitu signifikan, seakan tak pernah ada batasan untuk berkreasi. Baru-baru ini mulai muncul ke permukaan sebuah layanan digital baru bernama Sticar. Sticar merupakan aplikasi yang menghubungkan pengiklan dengan pengendara mobil. Secara sederhana, pemilik mobil akan menjadikan mobilnya sebagai media publikasi iklan (car advertising) dan dipantau secara detail dari sistem aplikasi.

Saat ini Sticar sedang gencar mengajak Advertiser (pihak yang mengajukan iklan) dan Driver (pemilik mobil yang bersedia mengiklankan). Ketika sudah mencapai kesepakatan, konten pengiklan nantinya akan ditempelkan di mobil Driver sesuai levelnya, ada Windows (kaca mobil), Panel (pintu mobil) dan Full Body. Perhitungan penghasilan bagi Driver adalah per kilometer dikalikan dengan level iklan yang disepakati.

“Ide pengembangan Sticar muncul ketika kami ingin merevolusi cara baru dalam beriklan, dengan cara digital. Jika kita melihat model iklan yang saat ini ada, seperti billboard atau videotron yang kadang berisiko, Sticar hadir memberikan solusi untuk sistem yang lebih efektif, dengan menyajikan panel iklan yang bergerak,” ujar Founder dan CEO Sticar Gede Rio Darmawan kepada DailySocial.

Sticar sendiri dapat diakses dalam mode website dan aplikasi (saat ini yang dikembangkan baru untuk platform Android, ditargetkan akhir bulan November meluncur), guna melakukan pendaftaran dan mengakses sistem monitoring yang disajikan. Data real-time yang disajikan kepada pengiklan meliputi berapa Driver yang telah menempelkan iklan di mobilnya, berapa jauh perjalanan, serta berapa besar jumlah impression (pencapaian iklan). Dari situ pembiayaan juga akan dihitung secara dinamis per kilometer perjalanan.

Dashboard admin untuk analisis impression iklan oleh Advertiser / Sticar
Dashboard admin untuk analisis impression iklan oleh Advertiser / Sticar

GPS Tracker turut disematkan kepada Driver untuk melakukan pelacakan dan menghitung impression. Dari riset yang dilakukan Sticar, jika dibandingkan dengan mode pengiklanan konvensional, misalnya billboard, impression yang didapatkan cenderung lebih besar dan efektif ketika ikan tersebut bergerak. Terlebih jika melihat kondisi trafik di Jakarta, dengan rata-rata orang menghabiskan waktu 6 jam per hari di jalan.

Dari perhitungan kalkulasi yang disematkan dalam portal Sticar, dengan ukuran iklan paling kecil (Window), Driver akan mendapatkan Rp 50.000 untuk tiap perjalanan 100 kilometer, berlaku kelipatannya. Sedangkan untuk ukuran iklan full-body mencapai Rp 150.000 per perjalanan 100 kilometer. Cukup efektif dimanfaatkan oleh para pemilik mobil yang membutuhkan pemasukan tambahan, misalnya untuk mobil sewaan atau travel, dengan jam jalan yang cukup tinggi.

Memberikan impression yang lebih detail kepada Advertiser

Jika impression pada media konvensional seperti billboard dihitung dari jumlah rata-rata kendaraan yang melewati di depannya, sistem yang disajikan Sticar selangkah lebih maju. Menggunakan sistem GPS yang dihubungkan dengan sistem Bluetooth pada mobil, sistem tersebut akan memantau impression dengan lebih spesifik.

“Kami bekerja sama dengan Here Maps yang menghubungkan informasi terkait kondisi traffic population ke server kami di sekitar mobil dengan jarak 10 meter untuk menghasilkan jumlah impression,” jelas Rio.

Dengan kata lain, adanya sistem Bluetooth menjadi salah satu syarat yang harus dimiliki rekanan Driver. Aplikasi Sticar juga terhubung penuh dengan mobil pengguna melalui OBD2 Bluetooth, mencatat ID mobil dengan baik. Sehingga ketika pengguna tidak menggunakan mobil terdaftar, maka sistem Sticar tidak akan mencatat adanya perjalanan.

Proses bisnis dan capaian yang ingin didapatkan

Sticar sendiri saat ini melenggangkan bisnis dengan sokongan seed funding dari dua investor, RnB Fund dan Oxdream, dengan pendanaan terakhir dibukukan pada akhir September ini. Sticar sedari awal sudah fokus pada revenue stream, yakni dengan pengambilan porsi 10% dari biaya transaksi dari Advertiser kepada Driver. Dengan proses bisnis yang jelas, mereka mengklaim bakal mendapatkan kepercayaan kliennya

“Target untuk tahun 2017 setidaknya ada 1.000 active Driver. Tidak hanya yang terdaftar, tapi yang benar-benar menjalankan campaign,” ujar Rio.

Saat mendiskusikan beberapa hal yang mungkin diisukan karena men-disrupt tatanan periklanan konvensional, Rio memberikan penjelasan bahwa pihaknya telah siap dari berbagai hal. Termasuk pemenuhan perpajakan dan privasi pengguna. Untuk perpajakan, ditekankan dari awal bahwa Sticar mengenakan pajak reklame (mobil branding) yang dibebankan kepada Advertiser.

Untuk jaminan privasi pengguna, pihaknya mengaku bahwa hanya Advertiser dan Sticar yang dapat mengakses data keberadaan pengguna. Itu pun hanya ketika pengguna menjalankan aplikasi dan menghubungkan dengan mobilnya. Ketika tidak sedang bekerja dengan Sticar, maka privasi pengguna dijamin perlindungannya.

Mengenal Layanan PrivyID dan Kekuatan Hukum Identitas Digital

Berkembangnya dunia digital hingga titik sekarang ini bukan tanpa resiko sama sekalai. Kemudahan untuk melakukan berbagai aktivitas hanya bermodalkan email, akun media sosial, atau nomor telepon sebagai identitas, sebenarnya menyimpan potensi untuk dimanfaatkan dalam tindak kejahatan. Kekuatan hukumnya pun lemah. Hal inilah yang menjadi salah satu latar belakang lahirnya PrivyID untuk menyediakan layanan tanda tangan digital yang dapat digunakan sebagai identitas perorangan dalam beraktivitas di dunia maya.

PrivyID memiliki motto untuk menjadi DNA digital yang pada dasarnya menjadi penyelenggara identitas elektronik dengan subyek hukum yang akuntabel untuk melindungi data pribadi dan kepentingan pengguna ketika melakukan transaksi digital. Melalui integrasi dengan PrivyID, penyedia layanan digital bisa mencegah para pengguna jasanya membuat lebih dari satu akun. Di sisi pengguna, mereka juga menjadi memiliki kekuatan hukum yang lebih jelas.

Layanan PrivyID sendiri baru berdiri pada tahun 2016 ini. Meski usianya masih belum genap satu tahun, PrivyID mengklaim telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan besar di industri lain seperti telekomunikasi, multifinance, dan pusat perbelanjaan. Marshal Pribadi yang kini menjabat sebagai CEO dan Guritno Adi Saputra yang kini menjabat sebagai CTO adalah dua orang yang berperan di balik kehadiran layanan PrivyID.

Marshall menjelaskan bahwa visi besar PrivyID adalah agar semua orang, minimal di Indonesia terlebih dahulu, memiliki akun PrivyID. Namun, tidak hanya sampai di situ saja. Ia juga ingin PrivyID menjadi DNA digital seseorang karena melalui PriviID juga Marshall ingin mepromosikan perilaku orang-orang yang bsia bertanggung jawab di dunia maya.

“Satu akun PrivyId hanya untuk satu NIK [Nomor Induk Kependudukan], jadi saya [atau orang-orang yang memiliki akun PrivyID] akan lebih berhati-hati di dunia digital, karen ini [akun PrivyID] yang akan saya pakai nanti untuk mengajukan kredit, mendaftar layanan Telkom, dan sebagainya. Jadi, orang-orang akan lebih bertanggung jawab,” ujar Marshall lebih jauh.

Kekuatan hukum yang dimiliki

Tandang tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas informasi elektronik yang dilekatkan, terasosiasi, atau terkait dengan informasi elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi.

Tanda tangan elektronik sendiri memiliki kedudukan yang sama dengan tanda tangan manual pada umumnyan yang memiliki kekuatan dan akibat humum. Ini dijelaskan pada Pasal 11 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Sementara Penanda Tangan yang menjadi subjek hukum yang terasosiasikan dengan tanda tangan elektronik dasar hukumnya dijelaskan pada pasal 1 angka 12 dan 13 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Bagaimana PrivyID bekerja?

Untuk menjadi pengguna PrivyID dan memastikan bahwa setiap orang yang mendaftar hanya mempunyai sebuah PrivyID, pengguna diharuskan untuk mengunggah foto dari KTP. Di samping itu, berbagai jenis data pribadi seperti alamat email, nomor telepon, tanda tangan, hingga informasi tempat bekerja dan riwayat pendidikan.

Data-data tersebut juga akan diverifikasi dan dipetakan kembali secara unik oleh PrivyID. Contohnya, data NIK pengguna akan langsung di match-kan dengan data yang ada di pemerintah. Satu-satunya kekurangan dalam hal verifikasi data ini menurut Marshall adalah, bila calon pengguna ternyata memiliki dua NIK yang terdaftar, maka dia bisa membuat lebih dari satu akun PrivyID.

Untuk menjamin privasi, Marshall menjelaskan bahwa data-data pengguna yang terdapat dalam PrivyID tidak akan dibagikan begitu saja ke pihak lain. Perlu persetujuan pengguna agar pihak lain dapat mengakses data-data pengguna PrivyID.

Analoginya, sama dengan ketika pengguna memakai fitur Facebook login untuk mendaftar ke aplikasi baru, akan terdapat data-data apa saja yang diizinkan oleh pengguna untuk bisa diakses oleh aplikasi tersebut.

Security by Design PrivyID / PrivyID
Security by Design PrivyID / PrivyID

Dari sisi penggunaan tanda tangan digital untuk dokumen, jauh lebih sederhana lagi. Setelah menerima dokumen yang perlu ditandatangani, pengguna hanya perlu mengklik pada dokumen tersebut untuk membubuhkan tanda tangan yang sebelumnya dimasukkan ketika mendaftar. Pihak pengirim dokumen juga dapat memantau dari dashboard miliknya, apakah dokumen yang dikirim sudah ditandatangani atau belum.

Sementara dari sisi keamanan, Marshall menjelaskan bahwa Privy sudah menerapkan AES (Advance Encryption Standard) 256-bit untuk setiap dokumen yang ditandangani. Bila ada perubahan yang tidak dilakukan oleh pengguna, maka dokumen yang ditandangani bisa dideteksi menjadi tidak valid – baik itu dari PrivyID atau vendor lain.

Tantangan dan rencana ke depan PrivyID

Salah satu tantangan yang masih dihadapi oleh PrivyID saat ini adalah dari sisi awareness dan edukasi ke pengguna. Di Indonesia sendiri, khususnya pengguna perorangan, masih belum begitu peduli dengan identitas digital. Namun, lain ceritanya jika sudah dibawa ke ranah perusahaan.

Marshall menjelaskan bahwa dia bisa mengelompokkan konsumen perusahaan menjadi dua, yaitu startup dan perusahaan konvensional yang memang banyak melakukan aktivitas tanda tangan dokumen di atas kertas.

“Untuk mendekati perusahaan besar [konvensional] itu mudah. Cukup tawarkan manfaat dari penghematan biaya dan waktu, dijamin sudah dapat. Namun, untuk startup teknologi pendekatannya lain lagi karena sejak awal mereka sudah menghemat biaya dan waktu,” kata Marshall.

Lebih jauh, Marshall menjelaskan bahwa untuk mendekati perusahaan startup, yang ditawarkan adalah sisi keamanan. Contohnya untuk perusahaan startup teknologi yang bergerak di sektor finansial. Mereka dapat mengetahui calon konsumen mana saja nantinya yang akan mengajukan pinjaman namun memiliki riwayat kredit macet di layanan sejenis.

Beberapa perusahaan yang saat ini sudah menjalin kerja sama dengan PrivyID adalah BAF, GudangVoucher, Indihome, Divisi Enterprise Service Telkom, dan SewaKamera. Sebagai informasi, PrivyID sendiri adalah startup jebolan inkubator milik Telkom, Indigo yang beberapa waktu lalu berhasil keluar sebagai salah satu pemenang dalam ajang Finspire.

Marshall mengungkapkan bahwa saat ini PrivyID sendiri sedang dalam masa fundraising. Rencananya, dana investasi tersebut akan digunakan untuk meningkatkan keamanan platform PrivyID. Bukan dari sisi perangkat lunak, tetapi dari sisi perangkat keras. Ke depannya, Marshall sendiri ingin PrivyID tidak hanya menjadi perushaan issuer saja, tetapi juga sebagai principal layaknya Visa dan MasterCard.

Orbleaf Hadirkan Sistem dan Perangkat Teknologi Smart Card untuk Pengembang Fintech dan IoT

Kartu pintar (smart card) dalam dunia finansial saat ini kian diminati dan memiliki beragam fungsi, ke depannya terus didorong sebagai alternatif pembayaran non-tunai (cashless). Salah satu startup lokal yang mencoba mengakomodir teknologi tersebut adalah Orbleaf, dengan menyediakan sistem teknologi yang memberikan layanan dan perangkat penerapan aplikasi dalam smart card.

“Makin berkembangnya financial technology (fintech) saat ini menjadi alasan utama mengapa pada akhirnya Orbleaf didirikan. Kami ingin membantu startup baru men-develop sebuah sistem yang mudah dan terjangkau dengan memanfaatkan smart card,” kata Founder dan Corporate Strategist Orbleaf Technology Agus Purwanto kepada DailySocial.

Selama ini teknologi smart card yang ada terbilang mahal biayanya dan memiliki akses yang terbatas, terutama untuk para developer yang masih awam. Dengan alasan itulah Orbleaf kemudian berusaha untuk menurunkan teknologi tersebut agar bisa lebih mudah diakses dengan harga yang lebih terjangkau.

Teknologi smart card terkini

Orbleaf memiliki tiga teknologi yang diterapkan, di antaranya Orb-Weaver Card yaitu development environment yang dihadirkan untuk startup yang bergerak di bidang IoT. Kemudian Corterra yaitu layanan komputasi awan dari Orbleaf yang berfungsi mendistribusikan aplikasi ke masing-masing terminal, cara kerjanya serupa dengan mobile marketplace. Dan yang terakhir adalah fitur yang memberikan kemampuan proses download melalui terminal menggunakan Kon OS.

Secara spesifik target pasar yang disasar oleh Orbleaf adalah startup fintech yang memberikan layanan pembayaran, POS (Point of Sales) dan IoT.

“Konsepnya adalah alternatif baru membuatkan infrastrukturnya, terutama untuk hal yang cukup merepotkan seperti deploy terminal dan smart card yang membutuhkan dana yang besar, khususnya untuk startup yang masih baru. Orbleaf juga berencana untuk menjalin kerja sama dengan enterprise untuk deploy terminal dalam bentuk kartu,” kata Agus.

Melancarkan penggalangan dana serta perluas kemitraan

Untuk bisa menerapkan teknologi secara keseluruhan, Orbleaf saat ini masih berusaha melancarkan partnership dengan pengembang aplikasi, agar bisa menanamkan aplikasi tersebut ke dalam teknologi smart card yang dimiliki. Dengan demikian startup baru yang menggunakan layanan dari Orbleaf bisa mendapatkan sistem secara terpadu dan tentunya bisa memangkas ongkos akuisisi pengguna.

Saat ini Orbleaf masih menjalankan bisnisnya secara bootstrapping dan masih melancarkan kegiatan penggalangan dana. Saat ini sudah ada beberapa investor yang tertarik dengan layanan yang diberikan oleh Orbleaf namun masih dalam tahap negosiasi.

Memberikan alternatif baru selain teknologi mobile

Tidak dapat dipungkiri kehadiran Orbleaf di tanah air cukup melawan arus makin luasnya penetrasi mobile di Indonesia. Hal tersebut yang kemudian dicoba untuk dijalankan oleh Orbleaf, yaitu memberikan alternatif teknologi untuk startup fintech dan IoT.

“Kami menyadari kehadiran mobile di Indonesia sudah sangat besar jumlahnya, namun dengan kemudahan serta teknologi yang kami tawarkan, bisa dipastikan smart card bisa menjadi pilihan baru untuk masyarakat Indonesia selama kami bisa memberikan user-experience yang baik,” kata Agus.

Saat ini Orbleaf masih berusaha menawarkan layanan tersebut kepada startup dengan memberikan biaya cuma-cuma jika menggunakan layanannya, sekaligus melakukan akusisi pengguna. Untuk kedepannya jika layanan sudah makin diminati, Orbleaf akan mengenakan biaya transaksi satu kali saat pengguna melaukan registrasi aplikasi melalui startup terkait.

“Ke depannya kami berharap startup baru yang memiliki layanan fintech bisa memanfaatkan teknologi yang kami miliki demi mendapatkan alternatif teknologi yang berbeda, berfungsi dengan baik dan lebih terjangkau,” pungkas Agus.

Banananina Luncurkan Situs E-Commerce, Sajikan Penjualan Online Fashion Mewah

Banananina penjual produk fashion mewah di Indonesia hari ini mengumumkan strategi ekspansi digital untuk lebih mendekatkan diri ke pelanggannya di luar kota Jakarta dengan meluncurkan situs e-commerce. Awalnya Banananina mulai berjualan produk melalui Multiply (saat ini situs Multiply sudah pivot dengan model bisnis yang signifikan berbeda) dan mall-to-mall bazaar di 2009 silam. Kemudian mulai merambah ke media sosial Facebook dan Instagram, membuka gerai di Jakarta, hingga akhirnya kini mengadu nasib bersaing dengan beragam layanan belanja online di internet.

Produk yang dijual tergolong high-class dengan berbagai kategori, mulai dari tas, aksesoris, sepatu dan produk kecantikan. Dengan hadirnya e-commerce, Banananina akan mulai merambah menyediakan produk untuk pria.

Fitri Maya Safira selaku Founder Banananina menerangkan ide meluncurkan e-commerce sebenarnya sudah muncul dari setahun lalu. Menurutnya langkah untuk menambah channel penjualan ke online diharapkan bisa memacu transaksi penjualan per harinya dari awalnya hanya 30 item, dapat tembus sekitar 70 item untuk tahap awalnya.

“Penjualan offline itu kurang maksimal, karena opsi yang ditawarkan terbatas untuk pembeli. Kami harapkan transaksi di online bisa memacu lebih banyak orang untuk berbelanja dengan berbagai kemudahan yang kami berikan,” ujarnya, Kamis (17/11).

Mengingat produk yang dijual adalah barang mewah, maka pihak Banananina menjamin seluruh barang bergaransi asli karena barang diambil dari supplier yang memiliki izin resmi. Pihak Banananina juga memberikan jaminan barang dapat dikembalikan, tapi khusus untuk pembelian sepatu saja.

“Untuk menjamin barang asli atau tidak, sekarang ini kan sudah mulai identik sekali. Terkadang saya juga ikut turun tangan untuk periksa keaslian barang.”

Saat ini pelanggan Banananina tidak hanya berasal dari Jakarta saja, melainkan tersebar di Bandung, Surabaya, Aceh, Makassar, Jayapura, Timika dan Biak.

Buying power masyarakat di luar Jawa itu sangat tinggi, namun brand preference mereka belum banyak karena sedikitnya pilihan toko di kota tersebut.”

Tampilan situs e-commerce Banananina
Tampilan situs e-commerce Banananina

Dari model bisnis Banananina, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan e-commerce asal Singapura yakni Reebonz yang kini mulai ekspansi ke tanah air. Karena tidak ada perbedaan yang signifikan, secara otomatis Reebonz adalah kompetitor head-to-head dengan Banananina.

“Kami tidak khawatir dengan kompetisi, hal ini kan sudah lumrah terjadi di bisnis manapun,” pungkas Fitri.

Jagapati Sajikan Layanan E-Commerce untuk Produk Kesehatan

Bisnis e-commerce di Indonesia terus berkembang. Tidak hanya berkembang dari jumlah pelanggan dan transaksinya, tetapi juga berkembang dari variasi produk atau layanan yang bermunculan. Salah satu yang mungkin bisa dibilang baru adalah Jagapati. Situs e-commerce besutan PT Invoasi Solusi Digital ini menjajakan produk-produk yang mendung gaya hidup sehat, lengkap dengan informasi dan tips mengenai gaya hidup sehat.

Niche yang diambil Jagapati ini sebenarnya cukup unik. Didasari dengan mulai tingginya kesadaran masyarakat Indonesia akan hidup sehat seperti kebiasaan pergi ke gym, menu makanan serba organik, konsumsi multivitamin, hingga perawatan tubuh. Jagapati sendiri hadir sebagai situs e-commerce yang diharapkan bisa menjadi pelopor dengan menyediakan kebutuhan-kebutuhan akan gaya hidup sehat.

Salah satu yang menjadi hal yang diunggulkan dari Jagapati ini adalah informasi mengenai kesehatan. Fitur ini melengkapi fitur jual beli standar yang dimiliki bisnis e-commerce pada umumnya. Selain itu Jagapati juga menyediakan informasi mengenai suplemen seperti kandungan, nutrisi dan informasi pelengkap lainnya agar masyarakat bisa detail memperhatikan kandungan produk yang dijual.

Jika dilihat dari niche yang diambil Jagapati, bisa jadi akan menjadi inisiator pertama untuk e-commerce yang menjajakan produk-produk kesehatan dan gaya hidup sehat. Saingan terdekat mereka mungkin hanya apotek online yang dulu sempat ada. Sedangkan berbicara mengenai tantangan, secara khusus mungkin tantangan Jagapati adalah menjaga kualitas produk mereka. Termasuk juga izin untuk produk-produk yang dijual. Sesuatu yang menjadi syarat wajib bagi pihak-pihak yang menjual obat-obatan.

Saat ini di awal kehadiran Jagapati di bisnis e-commerce tanah air Jagapati masih fokus pada peningkatan basis pelanggan. Banyak strategi marketing yang ditempuh beberapa di antaranya adalah melalui iklan, SEM, endorse, komunitas, dan channel Youtube. Selain itu meningkatkan trafik dan GMV juga menjadi bagian dari fokus dan target tahun ini yang dicapai.