Pengembang SaaS Pendidikan Quintal Bukukan Pendanaan Awal dari East Ventures

Startup pengembang layanan SaaS (Software as a Services) pendidikan Quintal baru saja mendapatkan putaran pendanaan awal (seed funding round) yang dipimpin oleh East Ventures. Tidak dipaparkan seberapa banyak nilai investasi yang disuntikkan. Pendanaan ini akan difokuskan banyak untuk perekrutan talenta baru (terutama di tim teknis) dan pengembangan sistem pemasaran B2B yang saat ini dijalankan Quintal.

Layanan Quintal sendiri terdiri dari beberapa sistem yang dikembangkan untuk menunjang kebutuhan administratif sekolah, yakni berupa LMS (Learning Management System) dan Sistem Informasi Administratif Sekolah. Pangsa pasarnya cukup spesifik, yakni untuk sekolah berjenjang K-12 di Indonesia (atau setara SD-SMA).

Gagasan pengembangan sistem ini muncul untuk mengatasi isu efisiensi pengajaran yang selama ini mengganggu kegiatan belajar. Guru-guru seringkali dibebankan dengan pemenuhan kebutuhan administrasi sehingga mengganggu jam belajar di kelas. Quintal mendesain agar proses tersebut dapat dikerjakan secara terstruktur melalui pendekatan digital, sehingga meringankan kerja guru.

Tidak hanya itu, Quintal juga menyediakan layanan belajar online yang memungkinkan guru untuk mengunggah bahan ajar dan kegiatan ujian. Sistem juga mendesain agar orang tua siswa dapat memantau perkembangan anaknya di sekolah. Saat ini sistem Quintal sudah diimplementasikan di lima sekolah swasta dan memenuhi kebutuhan administratif untuk lebih dari 2.000 siswa.

Sebelum kucuran investasi ini, Quintal berjalan secara bootstrapping selama satu setengah tahun. Tahun ini Quintal menargetkan untuk perluasan pangsa pasar dan fitur baru pada produknya. Termasuk hendak meluncurkan sistem pengelolaan finansial sekolah untuk mengakomodasi pembayaran SPP, penggajian hingga biaya pembangunan. Saat ini beberapa kurikulum pendidikan juga sudah diterapkan ke dalam sistem, di antaranya Kurikulum 2013, KTSP (2006) dan kurikulum internasional Cambridge.

“Untuk mengimplementasikan teknologi pendidikan saat ini tantangannya pada cara kita untuk dapat beradaptasi dengan penyesuaian atau pembaruan yang sangat cepat. Misalnya sekolah tertentu mengadopsi kurikulum dengan desain tertentu yang harus kita sesuaikan, termasuk ketika ada perubahan kurikulum dari sisi regulasi. Tim pengembang harus bergerak lebih cepat,” ujar Co­-Founder dan CEO Quintal Danny Saksono.

Ke depan, ada rencana Quintal untuk menjalin kerja sama dengan regulator pendidikan di Indonesia untuk membuat masif pemanfaatan sistem pendidikan ini di sekolah-sekolah di Indonesia.

Aplikasi Gaya Hidup On-Demand Fitnesia Usung Konsep O2O Untuk Gaet Konsumen

Aplikasi gaya hidup on-demand Fitnesia hadir mengusung konsep bisnis online-to-offline (O2O) sebagai dasar bisnis sekaligus untuk menggaet konsumen baru. Fitnesia menyediakan jembatan fasilitas booking online di seluruh merchant, dalam bentuk gym, studio, spa, massage, dan pusat kecantikan. Fitnesia sudah tersedia dalam melalui situs dan aplikasi mobile untuk platform Android dan iOS.

Bobby Simon, founder Fitnesia, berharap hadirnya Fitnesia bisa menciptakan sharing economy yang bisa membantu perekonomian antar kedua belah pihak lebih maju dan berkembang.

“Kami menghubungkan bisnis lifestyle skala kecil menengah dengan cara membantu menjual spot kosong yang mereka miliki layaknya Airbnb. Menjual kamar kosong yang sebelumnya tidak menghasilkan revenue,” terangnya kepada DailySocial, Selasa (23/8).

Konsep aplikasi Fitnesia, lanjut dia, sebenarnya terinspirasi dari Go-Jek yang memiliki berbagai jenis layanan Go-Ride, Go-Send, Go-Food, Go-Massage, dan lain-lain. Berangkat dari situ, terciptalah beberapa lini bisnis vertikal di bawah bendera aplikasi, seperti Fitnesia, Beautynesia, Spanesia, dan Funesia.

Tak hanya booking online, Fitnesia juga memberikan tawaran harga booking yang lebih murah dibandingkan saat membayar langsung di tempat. Perbedaannya bisa lebih murah antara 30%-60% dari harga biasa.

Fitnesia juga memberikan keleluasaan fleksibilitas membership for all gym untuk penggunanya. Selama ini kebanyakan gym yang beroperasi memiliki kontrak dan komitmen yang harus disepakati oleh membernya. Mereka tidak boleh menggunakan gym di tempat lain dan ada cancellation fee bila member memutuskan kontrak di tengah jalan.

“Kami berusaha memberikan solusi dari ketidaknyamanan itu dengan menghadirkan Fitnesia. Semua orang bisa [ke] gym di mana mereka berada tanpa harus menjadi member.”

Sementara ini, Fitnesia sudah memiliki sekitar 100 merchant yang lokasinya tersebar di Jabodetabek. Bobby menargetkan sampai akhir tahun ini jumlah merchant di seluruh Indonesia bisa mencapai angka 1.200-1.500. Dari sisi pengguna, diharapkan konsumen Fitnesia bisa menyentuh 15 ribu-20 ribu. Untuk mencapai angka tersebut, pihaknya akan berekspansi ke beberapa kota besar lainnya, seperti Bandung, Surabaya, Medan, dan kota-kota di Pulau Bali.

Ke depannya Fitnesia tengah mengembangkan sistem pembayaran sendiri, sama halnya dengan Go-Pay yang dimiliki Go-Jek. Selain itu Fitnesia juga telah bermitra dengan DOKU.

Sempat lakukan pivot

Berkat inspirasi dari berbagai sumber, Bobby bersama tiga orang temannya berhasil mendirikan Fitnesia selama kurang lebih empat setengah bulan yang lalu. Dia mengungkapkan Fitnesia awalnya memiliki fasilitas membership yang bisa digunakan untuk seluruh gym.

Akan tetapi, pada bulan ketiga akhirnya tim memutuskan untuk melakukan pivot. Hal ini didasarkan konsep bisnis tersebut terbilang kurang sustainable, mengingat tidak seluruh member menggunakan fasilitas keanggotaannya untuk gym setiap harinya.

“Pada bulan ketiga kami lakukan pivot, karena itulah kami agak delay dari jadwal untuk perilisan Fitnesia. Kami lihat dengan konsep membership all gym saja kurang sustainable ke depannya. Perlu ada perluasan lagi.”

Kini ada empat lini bisnis vertikal yang menjadi fokus utama. Fitnesia memiliki fokus untuk booking online di gym dan sport center. Beautynesia untuk salon kecantikan dan make up artist. Spanesia untuk kebutuhan spa, massage, therapy. Terakhir, Funesia untuk wahana hiburan, paint ball, trampoline park dan lainnya.

Menurut Bobby, Fitnesia tidak hanya berhenti di lini bisnis vertikal itu saja. Ke depannya, bakal ada lini lainnya. Misalnya, Foodnesia, Artnesia, Clubnesia, dan lain-lain. “Artnesia untuk memudahkan booking online ketika ada calon siswa yang ingin bergabung, sementara Clubnesia ingin membantu klub bisa lebih ramai lagi sebab biasanya saat weekdays kan sepi.”

Mencari investor

Untuk mencapai angka pengguna dan merchant sesuai target pada akhir tahun ini, tim Fitnesia berencana melirik investor baru. Menurutnya, seluruh dana apabila sudah mendapatkan investor yang cocok, akan menggunakannya untuk kebutuhan pemasaran dan akuisisi user.

Meski tidak menyebutkan angkanya, namun Bobby memastikan investor itu diharapkan bisa sekaligus jadi partner strategis dan bisa membantu Fitnesia untuk pengembangan ke depannya.

Potensi bisnis Fitnesia, sambungnya, dengan mengusung konsep O2O terbilang cukup baik untuk berkembang lebih besar lagi. Pasalnya, di Indonesia belum banyak aplikasi lifestyle all on-demand yang memiliki konsep serupa dengan Fitnesia.

Yang memiliki fitur paling mendekati Fitnesia adalah KFIT. Aplikasi ini secara head to head memiliki fitur yang hampir sama dengan Fitnesia. KFIT sendiri baru-baru ini masuk ke Indonesia dengan mengakuisisi Groupon Indonesia

“Semangat yang ingin disampaikan Fitnesia adalah setiap orang Indonesia yang keluar rumah bisa memakai Fitnesia untuk segala aktivitasnya,” pungkas Bobby.

Application Information Will Show Up Here

Pergi.com Ingin Digitalkan Industri Travel di Indonesia

Ketika berbincang tentang sepak terjang Faustine Tan, maka di benak yang akan muncul adalah bisnis online travel, dan HotelQuickly. Statusnya memang adalah salah satu co-founder layanan last minute booking yang berbasis di Asia tersebut. Baru-baru ini Faustine melepas posisi Managing Director HotelQuickly untuk Indonesia dan Malaysia. Ia mencoba menghadirkan sebuah layanan baru, masih di kategori travel. Kali ini bersama Kenneth Tanoto (sebagai CEO), Faustine (sebagai CMO) mengembangkan platform Pergi.com.

Sekilas Pergi.com mirip dengan layanan yang disajikan oleh Traveloka ataupun Tiket.com, dua pemain yang tergolong solid di sektor online travel Indonesia. Pergi.com meluncur dan mendapat dukungan dari KLN (KapanLagi Network). Kerja sama tersebut diyakini bakal membantu Pergi.com untuk berkembang luas dari sisi pemasaran digital. Kepada DailySocial, Faustine mengatakan:

“Kami didukung oleh KLN. Online marketing/media iklan/media exposure (layanan KLN) menjadi salah satu expenses terbesar di dunia travel online. Dengan bermitra dengan KLN, mereka memberikan akses untuk semua media channel-nya menjadi salah satu strategi marketing kami.”

Selain itu Pergi.com terlahir dengan aset yang cukup kuat, terutama dari sisi komposisi tim. Di dalamnya terdapat banyak anggota yang telah berpengalaman di dunia travel. Passion di dunia travel yang dimiliki tim ini diyakini turut menjadi “bahan bakar” yang kuat untuk mendorong Pergi.com meroket di pangsa pasar travel Indonesia.

Pergi.com memang masih sangat baru. Saat ini tim di dalamnya masih terus menggali dan mengidentifikasi permasalahan apa saja yang ada di industri travel Indonesia. Pergi.com tak hanya ingin sekedar memberikan solusi  yang sudah umum di pasaran. Mereka ingin menghadirkan solusi yang lebih dari itu.

“Pengalaman saya, tim dan juga partner saya, kami sama-sama pernah terjun di industri travel offline dan online. Kami akan memberikan dan segera menawarkan produk dan solusi baru di dunia travel.”

Saat ini Faustine masih secara pasif sebagai Co-Founder di HotelQuickly. Ia mengaku, bersama HotelQuickly, banyak belajar mengembangkan sebuah produk untuk memberikan solusi kepada traveler yang membutuhkan kamar hotel dengan memberikan produk yang canggih, smooth, cepat dengan penawaran terbaik di wilayah Asia Pasifik. Pengalaman tersebut yang akan turut dituangkan bersama Pergi.com.

“Alasan kenapa saya memilih aktif dan akan mengembangkan Pergi.com, karena saya melihat potensi yang sangat besar di industri travel Indonesia, saya mau fokus di market ini, bukan hanya fokus di produk hotel, tapi di seluruh produk yang berkaitan dengan traveling/ travel journey.”

Pergi.com mencoba mengakomodir bisnis travel secara luas dan kompleks, tidak hanya hotel, karena bagi Faustine hotel hanyalah satu produk dari sekian banyak produk yang ada di dalam sebuah kata “travel”.

Faustine menambahkan travel sendiri artinya luas dan banyak proses di dalamnya untuk mendefinisikan proses traveling itu sendiri. Di sini Pergi.com memiliki visi untuk mendigitalkan industri travel di Indonesia, tidak sekedar penerbangan dan hotel, tapi seluruh aspek dari travel journey.

PesanLab dan Peluang Startup Teknologi di Industri Kesehatan

Startup berbasis teknologi di Indonesia yang tengah bergairah telah berhasil membuka berbagai peluang baru di berbagai sektor industri, termasuk di dunia kesehatan. Salah satu pemain yang mencoba mencicipi peluangnya lewat pemanfaatan teknologi adalah PesanLab yang berupaya menjadi penghubung antara laboratorium dengan pasien yang ingin melakukan pemeriksaan. PesanLab sendiri punya visi untuk bisa menjadi one stop solution platform di sektor kesehatan.

CEO PesanLab Dimas Prasetyo menjelaskan bahwa PesanLab adalah perusahaan teknologi yang menghubungkan lab-lab di Indonesia dengan para pasien yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check up.

PesanLab sebenarnya sudah hadir sejak tahun 2014 lalu, namun dengan nama yang berbeda yaitu LabConX. Startup yang diawali dari sebuah diskusi di forum terbesar Indonesia ini pun akhirnya memutuskan berganti nama di awal tahun 2016 agar lebih familiar. Di samping itu, pada Januari 2016 PesanLab juga membukukan pendanaan awal dari perusahaan yang sama yang mendukung HaloDoc dan meresmikan berdirinya PT Mitra Digital Laboratorindo sebagai payung usaha legal.

Dimas mengatakan, “Pergantian nama itu sebenarnya agar lebih tersurat karena spelling LabConX [baca: Lab Connnect] itu masih sulit [bagi masyarakat Indonesia]. Banyak kesalahan terjadi ketika mengetik URL [dan] rekan bisnis juga sering mengalami kesalahan, baik itu ketika mendengar atau mengucapkan. Intinya kami rasa [lingkungan bisnis] belum siap kalau diberi nama yang aneh-aneh, jadi yang tersurat saja agar konsumen bisa langsung tahu kalau mau pesan [pemeriksaan] lab ke mana.”

Operasional PesanLab saat ini

Secara singkat, pengguna terdaftar bisa langsung masuk ke sistem PesanLab dan memilih jenis pemeriksaan lab apa yang dia inginkan. Pilihannya beragam, mulai dari pemeriksaan gula darah, kolesterol, hingga TORCH. Menariknya, PesanLab juga memberikan pilihan Home Service bagi pasien yang ingin melakukan pemeriksaan di rumah.

Mengenai monetisasi, Dimas menjelaskan bahwa pihaknya memperoleh fee dari setiap transaksi yang terjadi antara pasien dengan lab. Saat ini PesanLab sendiri sudah bekerja sama dengan beberapa lab besar di Indonesia seperti Prodia, Biotest, CITO, Parahita Diagnostic Center, Lab Gunung Sahari, Primadina, dan Laboratorium Amerin Bio-Clinic (ABC Lab). Sedangkan metode pembayaran yang didukung adalah melalui kartu kredit, internet banking, dan juga Doku.

“Kami ingin memangkas alur-alur yang tidak perlu dalam pemeriksaan Lab. Misi kami adalah supaya akses terhadap kesehatan, terutama yang berhubungan dengan diagnostik, itu menjadi lebih mudah lebih praktis, dan transparan [hasilnya bisa dilihat online],” ujar Dimas.

Di sisi lain, pendanaan awal yang diperoleh PesanLab di awal tahun membuat PesanLab kini bekerja sama dengan HaloDoc dan juga ApotikAntar. PesanLab pun kini dapat diakses melalui aplikasi mobile HaloDoc. Selain itu, pendanaan juga akan dialokasikan untuk terus mengembangkan produk dan merekrut talenta-talenta lebih banyak lagi.

Ke depannya, menurut Dimas, PesanLab akan fokus dulu di ranah diagnostik namun tetap menambah kerja sama dengan para dokter. Kemudian tak menutup kemungkinan juga untuk merambah ranah kerja sama dengan perusahaan dan juga menyediakan layanan medical tourism. Lebih jauh, ia ingin PesanLab dapat menjadi one stop solution platform yang memungkinkan penggunanya berkonsultasi dengan dokter dan juga memesan obat secara langsung di PesanLab.

Dimas juga menambahkan bahwa saat ini pihaknya (PT Mitra Digital Laboratorindo) tengah mengembangkan platform bernama HomeCare. Platform tersebut memungkinkan penggunanya untuk memesan perawat untuk melakukan perawatan di rumah berdasarkan paket yang tersedia. Perawat yang bergabung pun hanya perawat yang sudah memiliki sertifikasi keperawatan.

Peluang startup teknologi di sektor kesehatan

Ranah di mana PesanLab bermain dalam industri kesehatan berbasis teknologi memang ranah yang baru. Dimas sendiri menyampaikan bahwa tantangan yang paling dirasa ketika membangun PesanLab ada di partnership dan juga edukasi. Pun begitu, ia optimis bahwa peluang di sektor kesehatan untuk pasar Indonesia masih besar.

Dimas mengatakan, “Market di Indonesia untuk diagnostik saja itu hampir Rp 10 triliun setahun. Data ini sebenarnya data closed, tetapi ada yang bisa dijadikan acuan. Contohnya Prodia yang mau IPO akhir tahun ini dan market dia itu sudah Rp 1 triliun lebih setahun. Prodia juga kira-kira memegang pangsa pasar di atas 10 persen.”

“Healthcare di Indonesia itu masih jarang. Ok, konsultasi dokter sudah ada, pemesanan obat sudah ada, tetapi itu baru pra saja terhadap dunia kesehatan. 70 persen keputusan tentang kesehatan ini ada di diagnostik, di sini kuncinya yang menghubungkan antara konsultasi dokter dan obat. Di luar negeri itu sebenarnya sudah banyak, tetapi karena di Indonesia pasarnya luas dan knowledge base-nya sedikit maka entry barrier-nya juga jadi tinggi,” lanjutnya.

Selain potensi di segmen diagnostik, Dimas juga mengungkap bahwa sektor terapi masa pengobatan masih bisa optimalkan lagi lewat teknologi.

“Menyesuaikan kultur dunia kesehatan dengan teknologi itu memang ‘lumayan’ karena selama ini para lab atau rumah sakit selalu nyaman dengan cara yang sudah ada. Ketika ada teknologi yang menyentuh ke arah sana dan mempunyai effort lebih, mereka biasanya cenderung tertutup. Maka dari itu perlu ada orang yang khusus di bidang tersebut agar komunikasinya bisa lancar,” tandas Dimas.

Aplikasi iOS Baru Layanan Navigasi Apaja dan Rencananya di Tahun 2016

Menyediakan aplikasi mobile bisa berdampak positif untuk pertumbuhan bisnis, alasannya sederhana. Lebih mudah dan ringkas. Masalahnya muncul ketika banyak platform mobile yang juga banyak digunakan, mau tidak mau demi mendapatkan pengalaman pengguna yang lebih baik penyedia layanan harus menyediakan aplikasi mobile untuk semua platform. Itu juga yang dilakukan Apaja, Aplikasi Navigasi Angkutan Umum dengan aplikasi Android dan iOS terbarunya.

Di aplikasi mobile versi iOS, Apaja mencoba memberikan sesuatu yang lebih stabil dari versi mobile untuk platform Android. Apaja meluncurkan aplikasi mobile iOS untuk mengakomodasi dan terus meningkatkan pengguna mereka yang mengalami pertambahan mencapai 11000 pengguna sejak diluncurkannya aplikasi mobile Februari silam.

Salah satu bukti efektivitas aplikasi mobile dalam meningkatkan penggunanya juga dibuktikan Apaja melalui meningkatnya jumlah pencarian rute yang tercatat di sistem Apaja. Sejauh ini di sudah ada lebih dari 25000 pencarian rute yang tercatat, dan bukan tidak mungkin angka tersebut akan terus naik.

Founder Apaja Robin Dutheil kepada DailySocial menuturkan bahwa di aplikasi mobile untuk iOS ini Apaja membawa sejumlah pembaruan, seperti adanya fitur Bahasa Indonesia yang sebelumnya belum tersedia di versi Android. Selain itu juga ada pembenahan-pembenahan lain sejalan dengan saran dan umpan balik dari pengguna.

“Tetapi perubahan paling besar ada di sistem. Sekarang sistem pencarian Apaja 16 kali lebih cepat dari sebelumnya. Lalu kami juga mengoptimisasi sistem agar smartphone user bisa lebih hemat baterai dan data,” ujar Robin.

Rencana Apaja di Tahun 2016

Dengan amunisi baru berupa aplikasi mobile Apaja telah merancang beberapa rencana dan target untuk tahun 2016 ini. Salah satunya dengan memperluas cakupan wilayah dan terus melakukan pembenahan sistem. Salah satu yang akan ditambahkan dan sedang disiapkan pihak Apaja antara lain fitur untuk mengetahui lokasi bus transjakarta di peta, filtering, dan rute alternatif,

“Tahun ini kami merencanakan untuk meng-cover seluruh Jabodetabek agar dapat memberi sistem yang komplit. Kita juga mau siap2 untuk ekspansi ke kota lain. Selain itu kami lagi cari investor agar bisa ekspansi lebih cepat,” tutur Robin.

Application Information Will Show Up Here

Otomontir Hadirkan Layanan Perawatan Kendaraan Berbasis Aplikasi

Layanan on-demand di bidang otomotif baru-baru ini banyak diperbincangkan, setelah Go-Auto dan Montir hadir untuk pengguna di Jakarta. Isu kemacetan lalu-lintas dan efisiensi dirasa menjadi sebuah kesempatan bagi layanan tersebut untuk memiliki pangsa pasar. Hal ini turut melandasi lahirnya Otomontir, sebuah startup pengembang jasa perawatan kendaraan berbasis aplikasi.

Di bawah naungan PT Otomontir Kreasi Indonesia, layanan Otomontir saat ini telah siap memberikan pelayanan bagi pengguna di ibukota. Otomontir menawarkan jasa layanan penggantian oli mesin, pemeriksaan pada sistem rem, kelistrikan, lampu kendaraan, pendinginan mesin, kondisi ban, hingga perbaikan saringan udara.

Bagi pengguna yang ingin melakukan perbaikan menggunakan jasa Otomontir bisa dilakukan di mana saja, baik di rumah, kantor ataupun kampus. Layanan yang menghindarkan konsumen dari antrian di bengkel ini resmi akan meluncur pada 17 Agustus 2016. Otomontir sendiri baru menyediakan layanan untuk pengguna Android, sedangkan aplikasi versi iOS masih dalam tahap pengembangan.

Menjembatani keterampilan lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Salah satu hal unik yang ingin didayakan melalui Otomontir ialah para pekerja bengkel yang diadopsi dari lulusan SMK bidang otomotif yang telah terlatih dan terpilih. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk meminimalkan pengangguran dari lulusan SMK. Benar saja, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lulusan SMK (terutama yang tidak melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi) lebih rentan menjadi pengangguran.

Data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi terjadi pada bulan Februari 2016,sebesar 9,84 persen, atau  mengalami kenaikan 0,79 persen di periode yang sama (Februari 2015). Hal ini disebabkan oleh daya saing dan kualitas lulusan yang masih rendah. Terdapat kesenjangan antara sistem belajar dan kerja praktik, dengan tantangan yang ada di dunia kerja nyata.

Melalui proses perekrutan dan pelatihan dasar otomotif, lulusan SMK tersebut diberi kesempatan untuk mencoba kemampuan mereka di dunia lapangan kerja sesungguhnya. Mereka yang lolos seleksi, akan menjadi mitra Otomontir dan memiliki kesempatan membuka jaringan untuk dirinya yang lebih luas.

Para lulusan SMK tersebut tidak saja memperoleh pendapatan berupa uang semata, tetapi mereka juga mendapat ilmu terapan baru, jaringan relasi dengan konsumen untuk membuka kesempatan dalam mengembangkan diri mereka.

Application Information Will Show Up Here

OpenPort Ingin Membantu Mengurangi Beban Biaya Logistik Indonesia

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh Indonesia sebagai negara berkembang dengan lebih dari 17.000 pulau tersebar adalah logistik. Biaya logistik Indonesia yang mencapai 23,5 persen di tahun 2014 pun tergolong yang tertinggi secara regional berdasarkan laporan State of Logistics Indonesia 2015. Berangkat dari hal ini OpenPort, platform logistik digital yang berbasis di Hong Kong, ingin bantu mengurangi biaya logistik dan berambisi untuk menjadi penyedia jasa logistik B2B berbasis teknologi terbesar di Indonesia.

OpenPort adalah platform logistik digital yang menyediakan solusi rantai pasokan ­end-to-end untuk pasar logistik di negara berkembang. OpenPort melakukan ini dengan berupaya menciptakan hubungan langsung dan transparan antara shippers (pengirim) dan carriers (operator/pengangkut) melalui model Open Enterprise Logistics.

Max menjelaskan, “Kami dapat menerima perintah langsung dari Enterprise Resource Planning [ERP] sistem [perusahaan] pengirim terbesar di dunia dan [memberikan] rute mereka ke ponsel dari operator truk di pasar lokal. Karena platform kami terintegrasi dengan marketplace transportasi, maka tidak perlu lagi menggunakan perantara untuk mencari carrier.

“Koneksi yang kami sediakan sepenuhnya transparan dan netral untuk pengadaan transportasi on-demand. Kami juga menawarakan managed control tower service, sehingga bukan hanya menyediakan perangkat lunak tetapi juga menyediakan layanan,” lanjutnya.

Selain melalui desktop, OpenPort juga telah memiliki aplikasi mobile untuk platform Android yang ditujukan bagi para pengemudi truk. Aplikasi mobile tersebut berfungsi untuk menerima petunjuk tentang pengiriman, menyediakan data GPS, informasi peta dan rute, dan memberikan bukti pengiriman dengan foto.

“Informasi dari aplikasi seluler dikirim langsung ke produk kami yang dapat diakses melalui desktop dan digunakan oleh klien pengirim kami untuk membantu mengelola rantai pasokan mereka. Sementara itu operator perusahaan truk menggunakannya untuk mengirim instruksi kepada driver mereka,” jelas Max

Max juga mengungkap bawah akan segera meluncurkan aplikasi tambahan untuk membawa banyak fungsi desktop ke ponsel. Namun menurut Max menekankan bahwa desktop akan tetap menjadi titik control utama.

OpenPort sendiri memperoleh pendapatan melalui persentase kecil dari setiap nilai transaksi yang terjadi pada platform mereka. Ada pula biaya manajemen yang merupakan biaya opsional dari jasa menara kontrol yang ditawarkan kepada klien perusahaan pengirim. Di sisi lain, Max menjelaskan bahwa tidak ada biaya apapun yang dikenakan bagi pihak transporter yang ingin bergabung dengan platform Openport.

Max mengatakan, “Pengirim memiliki beberapa biaya set-up kecil untuk menerapkan sistem kami tergantung pada layanan yang mereka pilih. Tapi, ini cukup rendah dan tidak akan ada hambatan untuk mengadopsinya, terutama bila mengingat penghematan yang ditawarkan.”

Operasional OpenPort di Indonesia

OpenPort berdiri di 2015 dan kini telah beroperasi di Brunei, China, India, Indonesia, Pakistan, dan Amerika Serikat. Mereka juga tercatat telah membukukan pendanaan hingga $ 600 ribu (lebih dari Rp 7,8 miliar).

Paling baru, di bulan Mei 2016 OpenPort membukukan pendanaan seri-A dengan jumlah yang tidak diungkap dari Susquehanna International Group dan partisipasi Caldera Pacific Ventures. Investasi tersebut  rencananya digunakan untuk melanjutkan pertumbuhan OpenPort dalam rangka membangun jaringan transportasi modern berbasis teknologi di Asia, termasuk di Indonesia.

“Pasar negara berkembang merepresentasikan sektor pertumbuhan terbesar di dunia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, sebagian besar populasi dunia kini ada di kelas konsumen dan pertumbuhan itu berasal dari pasar negara berkembang. Di Indonesia, Cina, India, dan Pakistan saja, itu mencapai 3 miliar orang. Jadi baik tantangan dan peluang untuk rantai pasokan masih sangat besar. Kami melihat Indonesia sebagai representasi kesempatan terbesar di Asia Tenggara sekarang.”

Max juga mengungkapkan bahwa sebagai negara berkembang Indonesia tidak dibebani banyak sistem layaknya negara yang lebih maju. Hal tersebut dapat memberikan kesempatan pada Indonesia untuk mengadopsi teknologi baru dan menjadi pemimpin dalam pendekatan manajemen logistik yang baru. Di sisi lain, Max juga yakin dapat membantu mengurangi biaya logistik Indonesia yang tinggi lewat kerja sama sektor publik dan swasta.

Max mengatakan, “Dengan 26% dari PDB, Indonesia memiliki biaya logistik tertinggi di wilayah ini dan truk menyumbang banyak dengan biaya keseluruhan di 72%. Namun, ini bisa dikurangi secara dramatis dalam waktu yang relatif singkat [dengan] kerja sama antara sektor publik dan swasta.”

Sistem regulasi perlu ditingkatkan dan lebih efisien, infrastruktur pelabuhan dikembangkan, dan ada peningkatan kapasitas jalan dan kereta api. [Dari sana] Penanganan kepabeanan dapat dipercepat dan jalan padat dapat mereda melalui pendekatan yang lebih efisien [seperti yang dilakukan OpenPort] untuk penggunaan truk, karena masih ada terlalu banyak truk kosong di jalan di Indonesia,” tambah Max.

Di Indonesia, OpenPort telah bekerja sama dengan beberapa perusahaan FMCG seperti Unilever. Sementara dari sisi transporter, Max mengklaim bahwa dia melihat adanya antusiame besar  dari para operator truk untuk menggunakan sistem mereka.

“Tujuan jangka panjang kami adalah untuk berada di 20 negara di Asia dan Indonesia adalah pasar yang sangat penting bagi kami untuk membuktikan model kami. Tantangannya diwakili oleh pulau-pulau terpencil, kompleksitas lalu lintas, dan kendala infrastruktur. Terlepas dari biaya logistik yang sangat tinggi saat ini, Indonesia akan menjadi dasar pembuktian yang sangat baik bahwa pendekatan baru seperti OpenPort bisa membawa manfaat besar. Kami ingin menjadi penyedia jasa logistik B2B berbasis teknologi terbesar di Indonesia,” tandas Max.

Application Information Will Show Up Here

Media Sosial Lokal Kapoocino Tawarkan Pengalaman Berinteraksi yang Unik

Kapoocino merupakan aplikasi media sosial asal Surabaya dengan pendekatan yang unik. Platform tersebut memungkinkan antar pengguna untuk bisa saling berinteraksi lewat kuis tebak-tebakan yang disampaikan lewat foto atau video. Dengan pendekatan yang berbeda, Kapoocino mencoba menawarkan cara pertemanan yang lebih interaktif, karena tidak sekedar mengunggah foto, memberi komentar atau bertebar emoticon saja.

Dijelaskan oleh Co-Founder Kapoocino Edouardo Santoso Tantular inspirasi mengembangkan layanan tersebut didapat saat keempat Co-Founder Kapoocino sedang kumpul bersama di sebuah kafe, tujuannya untuk menghibur salah satu rekan yang galau. Mereka melihat sebuah keniscayaan, orang-orang di sekitarnya justru terlalu asik dengan gadget-nya, seperti tidak peduli padahal sedang berkumpul dengan teman. Saat itu langsung terlintas ide untuk memikirkan bagaimana caranya mengubah keadaan tersebut, namun dengan tetap melibatkan gadget sebagai media pengantarnya.

“Di sinilah yang membuat Kappocino berbeda dengan media sosial lainnya, karena user tidak hanya dibatasi sekedar melihat, menyukai atau memberi komen dari setiap pengguna yang mengunggah sesuatu. Sehingga user yang tidak terlalu eksis hanya bisa melihat dan tidak bisa ikut interaksi. Kami mencoba buat sesuatu yang berbeda, dengan membuat media sosial berbasis kuis,” ujarnya saat dihubungi DailySocial, Kamis (4/8).

Ide pun mulai dituangkan pada Februari 2016, dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan untuk pengembangan hingga muncul versi beta pada 24 Mei 2016 untuk perangkat Android. Versi resminya pun mulai beredar sejak Juli kemarin. Pasca acara press conference launching Kapoocino digelar beberapa hari lalu, pihaknya mencatat jumlah pengguna Kapoocino kini sudah menembus angka sekitar 3.000 orang.

“Kami ingin sebanyak mungkin orang Indonesia yang memakai aplikasi ini. Selain bentuk dukungan terhadap karya anak bangsa sekaligus menunjukkan bahwa aplikasi ini bisa bersaing di kalangan internasional.”

Dia mengungkapkan, untuk membuat aplikasi ini pihaknya telah menggelontorkan investasi sebesar Rp 500 juta. Dana tersebut berasal dari kantong sendiri (bootstrapping). Menurut Edo, bila ke depannya ada investor yang berminat untuk menanamkan uangnya ke tempatnya, dia memberi beberapa batasan. Salah satunya, investor harus berasal dari lokal demi menjaga citra baik Kapoocino sebagai aplikasi buatan anak bangsa.

Sekedar informasi, pendiri Kapoocino terdiri dari empat orang. Mereka adalah Edouardo Santoso Tantular selaku bagian admin dan keuangan, Achmad Izzag selaku bagian pemasaran, Fendy Mahatma Putra selaku developer lead dan Bahtera Kurniawan Jaya selaku bagian kreatif. Kini, tim Kapoocino sudah bertambah 10 orang lainnya untuk mengembangkan aplikasi.

Pihaknya pun mengklaim saat ini belum ada aplikasi media sosial serupa, baik dari lokal maupun global yang menggunakan kuis sebagai basis utamanya. Sementara ini, Kapoocino baru tersedia untuk pengguna Android saja, untuk iOS dan versi PC-nya kini masih dalam tahap penyempurnaan.

Interface sederhana disajikan untuk memudahkan adaptasi pengguna

IMG_20160804_134214
Saat pertama menggunakan Kapoocino, pengguna diharuskan untuk membuat akun. Antar muka yang ditawarkan pun dibuat ringkas sehingga tidak membuat pengguna awam menjadi bingung. Kemudian, pengguna yang sudah terdaftar bisa langsung membuat kuis tebak-tebakan sesuai keinginannya.

Kuis yang ditawarkan bisa berupa video atau foto dengan memberikan pilihan jawaban pilihan ganda atau isian. Jumlah pilihan gandanya pun bisa dimodifikasi dengan minimal dua opsi harus tersedia.

Untuk mempercantik tampilan pertanyaan, foto atau video bisa disunting memakai filter yang tersedia dan menambah sticker berupa tiga maskot Kapoocino itu sendiri, yakni, Kaps, Poc dan Ino. Setelah itu, pengguna bisa memberikan respon berupa jawaban, baru bisa tercipta interaksi karena pengguna penjawab kuis bisa memberikan komentar.

“Bila user belum memberikan jawaban, maka dia belum bisa memberikan komentar sebab ditakutkan ada spoiler jawaban,” terang Edo.

Selain itu juga terdapat ragam fitur yang segera dapat diakses pengguna. Salah satunya wall off fame, secara periodik setiap pengguna yang mendapat respon jawaban terbanyak dari seluruh Indonesia akan mendapatkan kesempatan profil yang terpampang di laman tersebut, selayaknya fungsi wall of fame bekerja.

Kemudian, pengguna yang terpampang di wall of fame akan mendapat sejumlah poin yang dapat di-redeem atau ditukarkan dengan hadiah bentuknya berupa voucher untuk berbelanja di merchant mitra Kapoocino.

“Untuk redeem point, itu masih dalam tahap rencana. Namun arahnya kami ingin seperti itu, demi menarik user baru lebih banyak lagi menggunakan aplikasi Kapoocino,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Bertahan Sejak 2011, Catfiz Unggulkan Kapabilitas Teknologi dan Inovasi

Melihat kesuksesan Catfiz yang mampu bertahan di tengah gempuran pemain global di pangsa pasar lokal, kami tertarik untuk melihat lebih dekat sebenarnya “adonan” seperti apa yang berhasil dituangkan oleh startup asal Kota Pahlawan ini sehingga dapat bertahan dan terus berkembang. Bersama CEO dan Founder Catfiz Mochammad Arfan, DailySocial mencoba menggali kiat Catfiz melewati badai persaingan yang kian memanas. Catfiz sendiri merupakan sebuah aplikasi chatting lokal dengan fitur yang cukup lengkap dan dapat digunakan secara gratis untuk pengguna platform Android.

“Saya berpendapat bahwa alasan utama konsumen memilih (aplikasi) bukan karena fiturnya, sehingga Catfiz tidak memfokuskan pada fitur eksklusif supaya mereka memakai. Meskipun begitu ada beberapa yang dari awal Catfiz sudah memulai, seperti fitur interaksi media sosial, kemampuan streaming di setiap file media yang diterima, grup yang besar sampai 2000 dan ada layanan cloud storage internal (Fizzlink). Anda tahu Whatsapp baru saja meluncurkan quote, sedangkan Catfiz sudah mulai sejak 2012,” ujar Arfan memulai perbincangan.

Saat ini Catfiz berjalan di atas data center yang dikelolanya sendiri, namun karena peminat Catfiz juga terus meluas, pihaknya menegaskan bahwa untuk ekspansi ke server yang lebih luas secara teknis siap dilakukan kapan saja. Praktik terbaik yang pernah tercapai, Catfiz pada tahun 2012 pernah memproses lebih dari setengah miliar pesan dalam waktu sehari. Dari situ Catfiz yakin bahwa aplikasinya sudah siap go-global.

Kiat startup teknologi dapat bertahan di tengah gempuran pengguna dan tantangan pasar

Telah dikembangkan sejak tahun 2011 dan masih tetap memberikan dukungan penuh sampai saat ini (bahkan beberapa waktu lalu Catfiz baru saja merilis update teranyar) tentu banyak hal yang dapat dipetik sebagai sebuah pembelajaran bisnis. Menanggapi hal ini Arfan berujar:

“Ini yang menarik, sampai saat ini pun saya sering melihat beberapa provider aplikasi yang sudah mapan maupun startup yang tidak siap dengan skala teknologi dalam hal penanganan user. Anda lihat beberapa provider Indonesia yang besar sering terhenti sistemnya meskipun didukung jumlah dan jenis server yang luar biasa.”

Dari situ Arfan memberikan dua tips untuk mempersiapkan aplikasi yang “tahan banting”. Pertama, jangan hanya berfokus pada model bisnis yang bagus dan mudah diimplementasi ke server, tetapi selalu awali dengan pertanyaan “bagaimana kalau lebih dari 100.000 orang mengakses satu fungsi layanan dalam waktu bersamaan”, “bagaimana kalau 1 juta”, “bagaimana kalau 10 juta”, dan seterusnya. Dari situ muncul desain yang lebih siap dalam skalabilitas.

Yang kedua adalah selalu berinovasi, tidak hanya menjawab tantangan tetapi memunculkan ide-de baru secara teknologi yang nantinya bisa mendukung pengembangan bisnis. Arfan mencontohkan seperti Facebook, ia selalu intuitif, kalau sekarang lagi gencar video streaming dan broadcast, maka Facebook dengan gagah mengeluarkan fitur 4 jam broadcast streaming berkualitas HD yang tidak dijumpai di lain produk. Itu adalah hasil dari eksplorasi teknologi.

Tentang isu keamanan dan masa depan layanan berbasis aplikasi chatting

Dewasa ini isu privasi dan keamanan begitu meledak di kalangan aplikasi konsumer seperti layanan chatting. Menanggapi hal tersebut, Arfan mengungkapkan bahwa kesiapan Catfiz untuk keamanan memang sudah dirancang sejak awal platform tersebut diluncurkan. Pihaknya memang memilih untuk tidak banyak menggembor-gemborkan. Karena pihaknya merasa kurang perlu dan berisiko mengundang para hacker untuk membongkar, seperti Telegram yang sempat down hampir satu Minggu gara-gara mengumumkan masalah keamanan ini.

Aplikasi messenger Catfiz tetap bertahan di tengah gelombang persaingan / Chatfiz

Teknologi juga saat ini mulai bertransisi di tahapan yang lebih modern. Contohnya, di dunia permainan digital, pergeseran menuju platform Augmented Reality ataupun Virtual Reality sudah kian matang. Tak menutup kemungkinan ke depan aplikasi mobile seperti Catfiz pun harus beradaptasi dengan model penyampaian baru.

“Dalam pandangan saya, nantinya orang tidak lagi euforia dengan banyak apps yang sekarang ini jumlahnya ratusan juta, mereka akan cenderung lebih simpel, sedikit dan tidak banyak-banyak apps yang memenuhi smartphone-nya. Maka berkirim pesan saja tidak cukup, pasti akan ada ikutan konten lain yang disematkan di dalamnya. Sebenarnya sudah ada yang memulai seperti LINE,” ungkap Arfan.

Bagaimana sebuah aplikasi menaungi pengguna tentu juga akan berimbas dengan model bisnis yang terdesain di dalamnya. Model bisnis Catfiz sendiri masih menekankan kepada aplikasi yang gratis bagi pengguna. Namun sangat dimungkinkan untuk model bisnis seperti freeimum, kerja sama konten atau in apps purchase. Tapi saat ini Catfiz masih belum menerapkan hal tersebut karena alasan strategis. Sekarang juga masih ada kerja sama korporasi yang membantu revenue stream Catfiz untuk operasional. Pada dasarnya cita-cita Catfiz adalah untuk berdirinya sebuah aplikasi akan sarat interaksi, di situ pengguna bisa menetapkan berbagai hal.

“Saat ini ada angel investor yang mendukung kami dan percaya pada kami. Produk ini termasuk mainstream product dan pemain globalnya tergolong banyak dan raksasa, banyak investor yang ngeri dan tidak yakin apakah bisa sustained. Bagi kami, itu tantangan yang satu persatu kami selesaikan, hingga suatu titik di mana rangkaian visi yang kami tetapkan sebelum Catfiz ini dibangun menjadi realita,” pungkas Arfan.

Application Information Will Show Up Here