Kiat Founder Memastikan Keunggulan Produk dalam Berbisnis

Bersamaan dengan arus perkembangan bisnis digital yang sangat pesat, sebagai pemimpin bisnis tidak hanya harus piawai dalam memikul tanggung jawabnya dalam memimpin. Lebih dari itu, pemimpin bisnis –khususnya di level startup—harus jeli dengan sepak terjang produknya. Inti dari sebuah produk bisnis adalah fungsionalitas, atau tentang apa yang bisa diberikan oleh produk tersebut kepada penggunanya.

Jika melihat dari sepak terjang startup sukses yang saat ini ada di Indonesia, sebut saja GO-JEK atau Tokopedia, mereka memiliki sebuah tandasan fungsionalitas inti dari produk digital yang dikembangkan. Dari situ fitur lain dengan basis produk utama dikembangkan. Contohnya awal mulanya hanya ada GO-RIDE, namun setelah memiliki mitra pengemudi yang cukup, muncul layanan lain, mulai dari GO-FOOD sampai dengan GO-MART, memanfaatkan fungsionalitas mendasar yang dimiliki GO-JEK.

Berbicara tentang fitur pada sebuah produk digital, berikut 3 hal yang dapat menjadi pertimbangan pelaku bisnis startup dalam mengembangkan sebuah produk:

Bangun produk dengan target pengguna yang jelas

Riset menjadi hal yang penting ketika tengah merencanakan sebuah pengembangan produk. Dan riset yang paling utama, ialah tentang pangsa pasar. Sederhananya seperti ini, ketika startup telah memiliki ide untuk membuat produk atau fitur ABC, apakah fungsionalitas tersebut benar-benar akan digunakan? Siapa yang akan menggunakan? Jawabannya harus jelas dan rinci.

Cara memvalidasi yang paling mudah ialah dengan membentuk sebuah Minimum Viable Product (MVP). Yakni sebuah rilis awal sebuah produk untuk segera dihadirkan kepada target pengguna dengan tujuan mendapatkan masukan sekaligus melihat reaksi pengguna akan fitur-fitur yang dikembangkan.

[Baca juga: Seri Pengembangan Produk #3: tentang Minimum Viable Product]

Karakter produk menjadi sebuah kunci ke depannya

Karakter ini tentang sebuah pembeda, karena pada dasarnya sangat jarang produk digital yang benar-benar menjadi produk tunggal di dunia ini. Bahkan sering kali proses pengembangan diawali proses meniru dari inovasi yang sudah ada sebelumnya, dan memberikan pelengkap yang belum ada di produk tersebut. Tidak masalah, karena yang paling penting justru tentang penciptaan sebuah karakter produk. Bisa dikatakan untuk membangun karakter produk ini, effort utama yang diperlukan ialah invasi berkelanjutan.

Seperti Reid Hoffman saat membangun Linkeldn, pada awalnya basis pengembangan utama untuk mengumpulkan data pengguna berdasarkan resume, untuk dilakukan mapping guna kebutuhan bisnis dan analisis. Dengan keahliannya, Linkeldn kini menjadi lebih dari sekedar tempat menampilkan resume online, bahkan menjadi jaringan profesional bagi para pekerja atau pun pencari kerja, termasuk melakukan sosialisasi dan publikasi.

Menetapkan nilai produk

Pada akhirnya produk dikembangkan untuk dapat menjalankan sebuah proses bisnis. Sehingga produk tersebut harus memiliki harga. Terkait penentuan harga bisa dilakukan secara bertahap, mungkin dalam tahap MVP semua masih digratiskan, hingga pada akhirnya basis pengguna sudah sangat besar. Monetisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pengembangan layanan premium atau memberikan biaya sewa. Hal terpenting dalam penentuan nilai produk, pengguna harus benar-benar memahami terlebih dulu ketertarikan konsumen, jika perlu buat testimoni untuk melihat apakah jika nantinya dimonetisasi produk tersebut tetap masih akan diminati.

 

Mengelola Inovasi Startup untuk Capaian Tujuan Bisnis

Dalam pengembangan startup, ada beberapa komponen yang menjadi dasar menuju kesuksesan, mulai dari kepemimpinan, tim, hingga varian produk yang dimiliki. Berbagai komponen tersebut harus mampu membentuk sebuah sinergi, sehingga dapat memutarkan sebuah roda yang disebut dengan inovasi. Inovasi menjadi suatu hal yang wajib, karena teknologi sangat dinamis, pun dengan pengembangan produk yang dilandasi dengan sistem berbasis teknologi.

Perusahaan-perusahaan besar seperti FacebookGoogle dan Microsoft pun memperoleh keuntungan bisnis dengan melakukan banyak perubahan inovasi secara berkala atas produk inovasi yang mereka lahirkan.

Terkait dengan inovasi, ada dua hal yang dapat digarisbawahi oleh setiap founder terkait dengan pengembangan produk dan apa yang perlu dilakukan ke depannya. Yakni terkait mempertahankan buaya inovasi dan menempatkan inovasi tersebut pada jalur yang tepat. Berikut rangkumannya:

Budaya inovasi dalam pengembangan produk startup

Disadari atau tidak, startup diawali dan dibangun dari sebuah ide tentang inovasi. Umumnya dimulai ketika founder menemukan sebuah masalah di lingkungannya, lalu mencoba menyelesaikan permasalahan tersebut dengan pendekatan produk teknologi. Dari situ ada sebuah celah yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi lahan bisnis.

Sementara itu, terdapat skala prioritas dalam inovasi startup yang digunakan sebagai model bisnis yang memanfaatkan kemampuan teknologi untuk merespons peluang yang ada. Melalui skala prioritas ini, langkah awal dalam proses menemukan pangsa pasar yang sesuai.

Setelah skala prioritas inovasi selesai, lakukan uji hipotesis untuk menemukan solusi atas kendala yang terjadi dalam meluncurkan inovasi startup. Karena dalam tahap ini startup akan dibimbing untuk mengikuti program inkubasi bersama inovator terpilih untuk membantu perkembangan startup.

Menempatkan pada kanal distribusi yang tepat

Program inkubator dan akselerator didesain untuk menempatkan inovasi startup pada jalur yang tepat. Ada beberapa hal yang biasanya menjadi fokus program tersebut, yakni penguatan bisnis secara internal dan eksternal. Di internal, pengembangan termasuk penguatan tim sampai urusan operasional lainnya. Sedangkan di eksternal lebih kepada validasi produk terhadap konsumen, atau menempatkan inovasi yang sudah digalakkan ke jalur yang tepat, dengan tujuan mencapai product-market-fit dan mendapat keuntungan bisnis.

Kanal distribusi yang tepat akan membawakan startup ke dalam sebuah proses yang disebut dengan scale-up. Yakni sebuah tahap kemandirian dalam pengembangan bisnis yang sepenuhnya mengandalkan model bisnis yang telah dijalankan. Proses scale-up baru bisa jalan, jika alur monetisasi berhasil tervalidasi, dan produk mampu menghasilkan traksi yang terus bertumbuh.

Tips Bagi Calon Pendiri Startup yang Tidak Memiliki Latar Belakang Teknologi

Fenomena perkembangan startup di Indonesia sudah mulai dilirik banyak pihak. Tidak hanya orang-orang yang berlatar belakang teknologi, orang-orang dengan keahlian masing-masing mencoba menciptakan solusi berbasis teknologi. Mereka umumnya bekerja sama atau merekrut tim yang paham dengan teknologi. Namun sebagai orang di balik perusahaan teknologi sangat penting juga memahami tentang teknologi.

Berikut beberapa tips bagi Anda yang ingin mengembangkan startup namun tidak memiliki keahlian di bidang teknologi.

Mengetahui API (Application Programming Interface)

Bagi para perintis startup kecintaan terhadap teknologi saja tidak cukup. Ada hal-hal yang harus diketahui dan dipahami lebih lanjut. Salah satu hal pertama dari teknologi yang harus dikuasai di era startup ini adalah pengetahuan tentang API. Banyak sistem saling berintegrasi satu sama lain menggunakan sistem API. Data bisa dipertukarkan dengan mudah menggunakan teknologi ini.

Penggunaan API juga merangsang inovasi berkat fleksibilitas akses data tanpa harus khawatir basis data bisa dimasuki atau diakses oleh siapa saja. Dan API adalah salah satu tulang punggung untuk mengembangkan teknologinya. Contohnya, bagaimana berintegrasi dengan sistem pembayaran, perbankan, dan lainnya.

Mengenal dan memahami bahasa pemrograman

Setiap kode yang ditulis dalam sistem atau aplikasi di dalam tubuh startup memiliki peran ganda. Jika efektif dia akan memberikan hal posisi bagi bisnis, jika terjadi kesalahan, yang menyebabkan hal negatif, misalnya performa proses turun dan loading lambat, itu akan membawa dampak negatif bagi bisnis.

Sebagai seorang pimpinan setidaknya harus mengenal dan memahami ragam dan fungsi bahasa pemrograman. Tidak harus mahir, cukup mengetahui agar bisa memberikan pertimbangan jenis bahasa pemrograman apa yang efektif untuk digunakan. Minimal dalam perundingan dalam rapat dengan tim teknis bisa saling memberi masukan.

Memahami bagaimana sistem bekerja

Jika sudah terlanjur memasrahkan pekerjaan teknis kepada orang lain, misal tim atau mengambil dari pihak ketiga pastikan proses dan alur kerja sistem dipahami dengan baik. Hal tersebut menjadi modal berharga untuk memudahkan proses penanggulangan kesalahan dan proses pengembangan alur bisnis jika nantinya ditemukan inovasi lanjutan. Setidaknya, bisa menjelaskan step by step sistem bekerja secara teknis.

Mengapresiasi proses pengembangan yang berkualitas

Tips selanjutnya bagi para pendiri startup yang tidak memiliki kemampuan teknis mengenai IT adalah berusahalah mengapresiasi proses pengembangan sistem yang berkualitas. Sistem atau teknologi lainnya tidak bisa dibangun dalam satu malam. Ada proses di sana, ada metodologi yang dipilih untuk mencapai sistem yang komplit dan berjalan dengan baik. Berusahalah memberikan apresiasi terhadap mereka yang mengembangkan sistem. Pahami para programmer bekerja. Dari pemahaman tersebut kontrol terhadap pekerjaan mereka bisa lebih mudah dilakukan.

Hal-Hal yang Harus Dihindari untuk Mengoptimalkan Strategi Pemasaran Digital

Salah satu model pemasaran yang menjadi andalan bisnis di era teknologi sekarang ini adalah pemasaran digital. Dengan menyasar para pengguna teknologi digital, brand dan bisnis berlomba menyuguhkan konten pemasaran yang menarik agar kampanye mereka tepat sasaran.

Pemasaran digital dinilai menjadi sebuah metode yang ampuh, terutama untuk menyasar para generasi muda yang aktif bersosialisasi di media sosial. Meski menyimpan banyak keuntungan pemasaran digital juga tidak luput dengan kegagalan.

Berikut beberapa hal yang wajib dihindari untuk menjaga strategi pemasaran digital berjalan dengan baik.

Gagal merencanakan dan menentukan tujuan

Sama halnya dengan strategi pemasaran lain teknik pemasaran digital juga perlu didahului dengan perencanaan matang. Bisa dibilang, jika gagal merencanakan atau menentukan arah strategi pemasaran tak ubahnya kegiatan menghambur-hamburkan uang.

Untuk pemasaran digital, objektifnya harus jelas, tujuan yang ingin dicapai, dan sasaran yang ingin dituju sudah ditentukan dan dijelaskan di awal. Selain menjaga dari kegagalan strategi pemasaran, memperjelas rencana dan tujuan juga bisa menjadi cara pertama untuk mengoptimalkan pemasaran.

Tidak memperhatikan analisis

Masih ada kaitannya dengan merencanakan dan menentukan tujuan, pertimbangan dalam meluncurkan atau memulai pemasaran digital adalah analisis kebutuhan. Jangan sampai memulai strategi pemasaran digital tanpa landasan yang cukup, tanpa persiapan yang matang. Salah satu hal yang wajib adalah memperhatikan hasil analisis yang ada. Mulai dari traffic, pengguna, hingga analisis pasar.

Salah target

Yang menjadi permasalahan dari diabaikannya pengamatan atau analisis adalah salah target. Tanpa perhitungan, tanpa pertimbangan yang matang dari data-data yang terkumpul sangat kecil kemungkinan bisnis bisa menentukan target pemasaran dengan tepat. Meraba-raba hanya akan menghambat dan menghambur-hamburkan biaya pemasaran. Untuk optimal, target harus tepat dan akurat.

Terburu-buru mengikuti tren

Tanpa perhitungan dan tanpa pertimbangan adalah hal paling harus dihindari sebelum menjalankan strategi pemasaran. Demikian juga dengan terburu-buru. Sesuatu yang sedang ramai dibicarakan di media sosial biasanya berpotensi menjadi peluang strategi pemasaran, namun terlalu terburu-buru mengikuti arus trending juga menjadi sebuah kesalahan. Tren tidak semua harus diikuti, datalah yang seharusnya menjadi pedoman dalam strategi pemasaran.

Pertimbangan Startup Pemula dalam Pendanaan Modal Ventura

Tren pendanaan dalam usaha rintisan menjadi sangat booming saat apa yang disebut dengan startup (digital) berkembang di Indonesia. Sebenarnya bukan saja di Indonesia, tren tersebut juga terjadi secara menyeluruh di Asia Tenggara –mengikuti apa yang sudah ada sebelumnya di barat, khususnya Silicon Valley. Model pendanaan pun semakin beragam, setelah modal ventura, ada juga angel investor, corporate investor, hingga grant khusus yang diberikan oleh pemerintah setempat.

Alasan mendasar untuk startup dalam mengejar pendanaan adalah akselerasi bisnis. Butuh modal tambahan untuk memperkuat anggota tim atau memperlancar pengembangan produk. Namun demikian bagi startup baru kadang perlu mempelajari lebih dalam, apakah sebenarnya startup yang didirikan sudah saatnya mendapatkan pendanaan. Faktanya banyak juga startup pemula atau tahap awal yang sudah didanai akan tetapi berakhir dengan kegagalan –pun dengan di Indonesia.

Khusus untuk pendanaan dari modal ventura, startup tahap awal perlu juga memahami beberapa hal berikut sebelum benar-benar memastikan deal dengan mereka:

Memahami kesepakatan yang akan dijalin

Sudah menjadi rahasia umum, ketika seseorang atau organisasi berinvestasi pada suatu hal, maka ia mengharapkan sebuah pengembalian yang lebih menguntungkan. Ini wajar dalam sebuah bisnis, dan memang demikian jalannya, kerja sama untuk saling menguntungkan. Hal yang perlu diperhatikan di sini lebih ke arah detail untuk setiap kesepakatan yang ditawarkan.

Ketika investasi disuntikkan maka akan ada perhitungan valuasi dan kepemilikan dari bisnis tersebut. Angka-angka itu harus dipahami secara cermat. Termasuk penawaran pembagian keuntungan dari setiap persen investasi yang diberikan. Sehingga bisa dikatakan, dalam proses ini tidak hanya investor yang bertaruh –karena saat startup gagal maka mereka juga yang akan rugi—namun juga startup. Ada baiknya untuk mendapat mentoring sebelum benar-benar mulai fundraising.

Kesuksesan startup adalah yang utama

Sebelum mempertimbangkan pendanaan, penting juga untuk mendiskusikan secara intend bersama anggota tim –khususnya sesama co-founder—tentang apa yang sebenarnya akan dikejar oleh startup bersama bisnisnya. Definisikan dengan pasti milestone yang harus diraih, termasuk alasan mengapa pendanaan tersebut penting.

Pada dasarnya perusahaan modal ventura tidak hanya akan memberikan pendanaan saja, lebih dari itu, mereka akan menawarkan berbagai value added untuk mendorong perkembangan startup itu sendiri. Diskusi tadi penting untuk disampaikan di sini, sehingga bisa saja kompetensi yang belum dimiliki startup untuk meraih sukses, bisa dilengkapi dengan apa yang akan disediakan oleh modal ventura –bisa berupa kesempatan dihubungkan dengan rekanan bisnis atau penempatan ahli dalam board advisory.

Menyiapkan strategi peningkatan secara tepat

Salah satu implikasi dari permodalan bagi startup biasanya terkait likuiditas. Akuisisi atau IPO menjadi pilihan yang sering ditawarkan ketika menjadi well-funded, terlebih oleh modal ventura. Trennya masa pendanaan berkisar 7-10 tahun, tiga tahun pertama akan didedikasikan pada optimasi dana untuk kegiatan operasional dan produksi.

Tujuan pemodal ventura pun pasti ke arah sana, saat startup bisa exit maka akan memberikan keuntungan yang bergelimang, terlebih saat dalam keadaan bertumbuh. Untuk itu strategi peningkatan skala bisnis harus juga diperhitungkan, untuk mengoptimalkan pendanaan modal ventura. Karena ketika exit, yang diuntungkan pun juga founder. Sementara skala bisnis dan pertumbuhannya menjadi ukuran mendasar untuk mencapai sana.

Mempertimbangkan Penerapan Teknologi Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan atau AI menjadi salah satu teknologi terkini yang digadang-gadang bisa bermanfaat bagi bisnis di berbagai lini. Kemampuannya mempelajari data dan menghasilkan wawasan hingga prediksi menjadi salah satu keuntungan yang diharapkan. Namun implementasi teknologi AI bukan perkara mudah. Tidak hanya soal hitung-hitungan biaya yang harus dipertimbangkan tetapi juga pemahaman terkait materi teknologi kecerdasan buatan lengkap. Berikut beberapa hal yang bisa jadi pertimbangan perusahaan sebelum mengimplementasikan teknologi kecerdasan buatan.

Melihat apa yang ingin dicapai dengan AI

Implementasi AI diprediksi bisa bermanfaat dan meningkatkan nilai-nilai di sektor sales, marketing, finance, human resource, customer service, dan lainnya. Untuk bisa mengarahkan AI tepat guna bisnis harus menentukan di sektor mana AI akan dimanfaatkan. Apakah di penjualan, analisis pasar atau lainnya. Dengan menetapkan fokus dan tujuan implementasi bisnis dapat mengembangkan sebuah rencana yang spesifik untuk teknologi AI. Manfaat paling cepat dari AI adalah efisiensi akan sangat besar. Ada data yang menunggu untuk dianalisis dan AI akan memandu bisnis untuk langkah selanjutnya.

Data apa yang berada di sistem

Data dan AI adalah dua buah paket lengkap yang bisa memberikan sesuatu yang positif bagi bisnis. Tentang wawasan dan bagaimana menghasilkan prediksi-prediksi terukur. Langkah yang selanjutnya adalah menyiapkan platform yang bisa lebih optimal, misalnya dengan menerapkan solusi cloud SaaS (Software as a Services). Dengan SaaS biaya penyimpanan dan pemrosesan bisa sedikit dikurangi. Setelahnya, mulai kenali data yang ada untuk bisa menetapkan fokus apa yang akan diambil dalam penerapan AI.

Kemampuan mengeksplorasi data bisnis dan memahami apa yang terjadi secara objektif

Data yang baik adalah data yang berasal dari sumber yang bisa dipertanggungjawabkan dan bersifat khusus atau telah disortir sebelumnya. Untuk itu, kemampuan mengeksplorasi data bisnis dan pemahaman objektif harus dimiliki oleh bisnis. Minimal untuk memastikan AI akan mengolah data yang berkualitas. Akan menjadi kerugian besar bila AI memproses data yang tidak berkualitas.

Memastikan dukungan teknologi yang digunakan

AI sama seperti pada umumnya teknologi, tidak akan memberikan dampak yang signifikan jika bisnis tidak menyiapkan teknologi yang mumpuni. Infrastruktur IT menjadi salah satu yang diperhatikan. Kecepatan akses data, besar kapasitas penyimpanan, dan kemampuan pemrosesan data menjadi beberapa di antara banyak aspek teknologi yang harus disiapkan.

Lima Strategi Menjual Ide Startup ke Klien Konvensional

Di era digital ini, Anda butuh menjual ide bisnis yang “out of the box” untuk menarik calon konsumen. Tidak sekadar menjual ide lama dengan bungkusan baru saja. Akan tetapi, memiliki ide berani bakal tidak berarti apa-apa jika Anda tidak bisa menjualnya. Apalagi ketika menghadap calon klien yang pemikirannya masih konvensional.

Mengapa demikian? Sebab kebanyakan orang konservatif sangat takut pada ide kreatif. Menurut mereka, gagasan baru itu asing di telinga mereka, sehingga cenderung dianggap berisiko. Meski, risiko itu adalah sesuatu yang tidak dapat terelakkan dalam dunia bisnis.

Apalagi dalam era disruptive ini, bisnis startup tidak bisa dianggap sebagai koin yang memiliki risiko di satu sisi dan keamanan di sisi lainnya. Bisnis itu seperti koin dengan pisau bermata dua. Tidak mengambil risiko itu berisiko dan jika berani mengambil risiko, nah itu berisiko juga.

Artikel ini akan mengulas lebih jauh strategi apa saja yang perlu Anda terapkan saat menjual ide startup yang menarik ke calon klien. Berikut rangkumannya:

1. Buat gambaran yang sangat jelas di pikiran klien

Jika tujuan Anda adalah mendaratkan akun utama dengan hubungan jangka panjang, bagaimana Anda bisa membantu orang lain memvisualisasikan sasaran yang spesifik? Contohnya, daripada menjanjikan peningkatan pertumbuhan atau keuntungan, dapatkan Anda menguraikannya jadi lebih eksplisit?

Dapatkan Anda membuat gambaran yang jelas tentang masa depan yang akan terlihat setahun dari sekarang? Seperti apa perusahaan nantinya? Kemudian, akan ada berapa banyak karyawan dan konsumen? Bagaimana dengan proyeksi penjualan Anda pada lima tahun mendatang?

2. Bangun argumen dengan alasan paling rasional

Kesalahan terbesar yang saya lihat adalah menjual ide tanpa melampirkan bukti tak berwujud dan klaim singkat, atau abstrak. Apabila Anda mengeleminasi berbagai variabel dengan menghilangkan keabstrakan tersebut, Anda dapat menunjukkan kontrol.

Kelilingi ide Anda dengan informasi sebanyak mungkin, termasuk jadwal, biaya yang diantisipasi, calon mitra, dan sebagainya. Membuat hipotesis dalam hal ini diperbolehkan, namun harus spesifik.

3. Validasi dengan membandingkan kondisi setara

Validasikan keabsahan ide Anda dengan studi kasus. Buat bukti dan hubungan paralel dengan ide Anda. Idealnya, validasi ini akan datang dari pengalaman Anda pribadi atau bisnis Anda sendiri.

4. Tentukan risiko dengan perilaku pelanggan

Tunjukkan bagaimana tren yang lebih besar (seperti munculnya era milenium, laju media sosial, atau peningkatan risiko di daerah perkotaan) untuk memperkuat poin Anda. Kemudian, tunjukkan bagaimana ide yang Anda ajukan sesuai dengan tren yang lebih besar ini.

5. Bantu konsumen untuk bisa menjual ide Anda

Seringkali, orang yang Anda hadapi bukanlah decision maker. Mereka perlu mendapatkan keputusan dari orang lain. Bantu mereka dengan memberi alat yang dapat permudah mereka untuk menjualnya. Untuk itu saat menyusun presentasi, pastikan bahwa mereka dapat berdiri tanpa Anda, dengan menyediakan amunisi yang mumpuni.

Tiga Hal yang Wajib Diperhatikan Ketika Memilih CFO untuk Startup

Persaingan yang ada di lanskap startup digital saat ini memang membuat para founder harus jeli dalam berpikir. Menyusun strategi sebaik mungkin agar bisnisnya memiliki ketahanan dari luar dan dari dalam. Masalah operasional –meskipun kadang tidak terkait langsung dengan konsumen—juga menjadi kritis untuk dipikirkan, terlebih ada kaitannya dengan finansial. Meskipun sudah banyak alat digital berbasis SaaS yang menolong, namun penanganan secara langsung sering kali masih dibutuhkan. Di sini peran seorang CFO (Chief Financial Officer) dipertaruhkan.

Apa yang ditangani CFO cukup menantang, mulai dari mengatur catatan arus kas masuk/keluar, pembukuan hingga kadang penghitungan pajak –urusan pajak juga sangat kompleks, ada pajak pegawai hingga pajak potongan lain dalam proses transaksi bisnis. Nah dari situ seorang founder tidak bisa main-main dalam memilih seorang CFO, tugasnya cukup kompleks dan berada dalam lingkungan yang rumit dalam operasional bisnis.

Berikut ini adalah beberapa kiat yang dapat dilakukan untuk mendapatkan CFO andal untuk startup:

Proses seleksi pegawai

Umumnya seleksi ini dilakukan langsung oleh founder atau CEO startup, karena jabatan CFO akan cukup berpengaruh. Faktor terpenting dalam proses seleksi –di luar kecakapan dan latar belakang kandidat akan ilmu akuntansi dan keuangan—harus disiasati dengan memilih orang yang benar-benar paham kultur startup. Karena mengurus keuangan startup biasanya unik, tidak ada template sama antara satu bisnis dan bisnis lainnya.

Akan sangat membantu jika seorang kandidat tersebut seorang pembelajar, karena mau tidak mau dia harus mempelajari sebuah proses bisnis baru. Pun demikian dengan vertikal bisnis yang dikerjakan oleh startup tersebut.

Harus mampu membuat perencanaan

Sayangnya CFO baru tersebut harus bekerja di sebuah area bisnis yang sangat dinamis. Perubahan dalam bisnis teknologi dapat terjadi sangat cepat. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang CFO di sini adalah mampu membuat sebuah proyeksi tentang arus kas untuk bisnis. Mereka akan bekerja dengan CEO sebagai pengambil keputusan utama, mendiskusikan setiap dampak finansial atas tindakan-tindakan bisnis yang dilakukan.

Terkadang di startup CFO juga harus piawai dalam mempresentasikan kondisi finansial bisnis. Fungsinya beragam, salah satunya saat harus menyajikan kondisi finansial kepada investor yang tertarik menyuntikkan dana untuk akselerasi startup.

Mampu membuat keputusan

CEO akan selalu bertanya kepada CFO, bagaimana kondisi finansial saat ini? Kapan memerlukan penggalangan dana? Jika mengadakan kampanye ABC atau XYZ mana yang akan lebih menguntungkan? Dan lain sebagainya. Sayangnya keputusan untuk berbagai hal yang membutuhkan pengeluaran sering kali menitikberatkan pada keputusan CFO. Para pemangku manajemen lainnya selalu beranggapan bahwa seorang CFO memiliki data yang valid untuk analisis risiko bisnis kaitannya dengan kondisi finansial.

Maka dari itu, di sini penting untuk memilih dan menentukan seorang CFO yang piawai dalam memutuskan suatu hal –walaupun dalam praktiknya selalu akan ada diskusi mendalam dengan C-level lainnya.

 

Mengoptimalkan Penggunakan Perangkat Lunak Manajemen Proyek

Bisnis dewasa ini banyak memanfaatkan perangkat lunak untuk performa dan kegiatan operasionalnya. Salah satu yang paling populer adalah perangkat lunak manajemen proyek. Selain sudah mulai tersedia banyak pilihan, teknologi juga membuat perangkat lunak tersebut semakin lengkap dengan beberapa fitur integrasi yang disediakan. Namun, penggunaan perangkat lunak ini tidak serta merta langsung melejitkan performa bisnis, ada kendala-kendala yang harus dihindari.

Berikut beberapa daftar kendala yang harus disikapi ketika sudah memutuskan menggunakan layanan manajemen proyek agar penggunaannya optimal.

Kurangnya tujuan dan tolok ukur yang jelas

Produk SaaS (Software as s Services) manajemen proyek menawarkan banyak jenis fitur sehingga sulit diterapkan di bisnis jika tidak memiliki tujuan yang jelas. Mekanisme penggunaan solusi SaaS harus dimulai dengan analisis kebutuhan bisnis. Cari fitur yang sesuai, bahkan yang cocok dengan niche yang diambil. Jangan ragu untuk mencoba, kebanyakan fitur manajemen produk menawarkan pilihan uji coba gratis untuk beberapa hari. Dari uji coba tersebut, coba simulasikan kerja dan ukur performanya. Pastikan solusinya bisa, dilakukan, dimengerti, dikelola, dan bermanfaat.

Kurangnya pelatihan penggunaan perangkat lunak

Pada saat memutuskan untuk bertransformasi dengan menggunakan perangkat lunak manajemen proyek salah satu kesalahan pertama yang harus dihindari adalah membiarkan karyawan mencoba dan mempelajarinya sendiri. Sebagai sebuah tim, dan sebuah bisnis, sangat penting untuk memberikan wawasan atau pelatihan mengenai penggunaan perangkat lunak tersebut. Tujuan jelas, mengurangi risiko kesalahan atau human error karena masalah  teknis. Hal-hal seperti bagaimana melacak tugas masing-masing, mengelola kontak, berbagi data, dan lainnya wajib dimiliki oleh semua orang dalam tim, tanpa terkecuali

Kurang memprioritaskan proyek

Bisnis biasanya bekerja dengan lebih dari satu proyek. Di saat itu anggota tim diwajibkan memiliki kemampuan bekerja paralel mengerjakan beberapa pekerjaan atau proyek secara bergantian dengan dinamis, tujuan tentu untuk menyelesaikannya tepat waktu. Namun, salah satu kesalahan yang sering terjadi adalah tidak adanya atau kurangnya kejelian bisnis dalam menentukan prioritas.

Harusnya, untuk mengurangi beban karyawan dan anggota tim lainnya, bisnis bisa membagi proyek-proyek tersebut menjadi beberapa pekerjaan kecil yang kemudian di-plot ke masing-masing. Selain itu, setiap pekerjaan juga harus ditandai, mana yang harus diselesaikan dahulu atau prioritas dan yang bisa menunggu.

Kurangnya komunikasi

Salah satu keuntungan menggunakan perangkat lunak manajemen proyek adalah semua terkontrol dengan baik. Waktu jatuh tempo, pekerjaan yang sedang dikerjakan, pekerjaan dan direncanakan semua terdata. Salah satu yang harus ada di samping itu semua adalah komunikasi. Setiap anggota tim harus tetap berkomunikasi dengan masing-masing penanggung jawabnya. Tujuannya agar pemimpinnya bisa mengontrol progres dan kendala yang terjadi. Semakin cepat masalah ditemukan semakin cepat masalah bisa diselesaikan.

Lima Cara Mengenali Ide Startup

Keberhasilan sebuah startup kebanyakan berawal dari ide yang sederhana. Meskipun demikian, ketika ide untuk membangun sebuah startup makin sulit untuk ditemukan, apakah harus berpaling kepada ide yang mudah dan terlihat menjanjikan sejak awal atau ide yang penuh dengan pendekatan teknis dan sistematis?

Artikel berikut akan mengupas 5 cara tepat menemukan ide startup.

Buat daftar ide

Terkadang ide yang menarik dan memiliki potensi datang secara spontan, untuk memastikan ide tersebut masuk akal dan bisa dikembangkan catatlah ide-ide yang Anda miliki kemudian coba cermati dengan baik ide tersebut. Jika di antara ide tersebut terus melekat dalam pikiran dan memiliki potensi untuk diciptakan, artinya Anda telah menemukan ide tersebut.

Temukan “passion

Ketika ide sudah ditemukan proses selanjutnya adalah untuk menemukan “passion” atau kecintaan dari ide tersebut. Banyak para entrepreneur yang rela berkorban dan mampu menghadapi masa-masa sulit karena yakin dan kecintaan besar terhadap ide startup yang dimiliki, dan kebanyakan dari mereka bakal menuai sukses melahirkan bisnis. Temukan passion atau kecintaan terhadap ide yang dimiliki, dari sana Anda akan bisa melihat arah yang pasti untuk mengembangkan bisnis.

Kumpulkan data, riset, dan informasi

Salah satu cara untuk bisa memastikan ide yang telah dimiliki menarik perhatian dari publik, coba kumpulkan informasi dan data kemudian coba lemparkan ide tersebut kepada keluarga, kerabat dan teman. Tampung semua masukan atau feedback dari mereka, dan coba kembangkan saatnya Anda mulai membuat produk. Lakukan juga kegiatan sosialisasi tersebut dikalangan komunitas hingga kalangan yang relevan, dan pada akhirnya jika ide yang Anda miliki memiliki potensi, bakal mengundang minat investor yang tepat.

Lakukan validasi dengan berbicara langsung kepada target pasar

Untuk bisa memastikan produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan diterima oleh target pasar, lakukan komunikasi langsung dengan target pasar Anda. Cari tahu kesulitan dan keinginan dari mereka terkait dengan ide yang Anda miliki. Dengan demikian Anda bisa menemukan target pasar yang tepat, sekaligus melakukan validasi ide.

“Your job as an entrepreneur is to uncover the underlying problem so that you can provide a good solution.”

Kembangkan ide

Ide yang baik dan berhasil Anda temukan tidak bisa tumbuh dengan baik secara langsung, dibutuhkan waktu dan proses yang tepat agar ide tersebut bisa tumbuh dengan baik. Ide yang awalnya memiliki potensi saat mulai dikembangkan bisa jadi berubah menyesuaikan dengan keadaan yang ada, pivoting pun bakal sulit untuk dihindari. Untuk itu sebagai entrepreneur yang baik jangan terlalu memaksakan ide awal startup, ketika waktunya untuk berubah, terima proses tersebut demi melahirkan startup yang berpotensi.

“Ideas iterate and transform quite a bit once actually brought to market. So even with the most determined validation, there’s a fairly good chance whatever you think is the right product will change a bunch of times anyhow.”