Petskita Marketplace Offers Solution and Basic Needs for Pet

One industry that is still difficult to develop is a marketplace platform that offers services, products, and grooming for pets. Although some services have appeared since 2017, most of them have disappeared and are no longer operating. A market that is considered a “niche” means that not many platforms enter the segment.

However, it does not lessen the enthusiasm of startup activists to launch the service. This is proven by the presence of a new player with a unique business model, Petskita. A Medan-based startup offers various solutions and basic needs for pets in one integrated digital platform (website and application).

Petskita’s Co-Founder & CEO, Herpeiriati revealed to DailySocial that Petskita is an all-in-one platform that focuses on pets. Providing all pet needs in one platform, with integrated data, aiming to be a super-app for pet owners.

“In Petskita, we believe in the importance of a good partnership model with all business players in this field to get and retain users. Therefore, through Petskita products that will be integrated (Pets focused Marketplace, Pet Services Booking Platform, and Pet Our Service Management Platform) aims to provide users with a personalized experience and high value to all pet parents (animal owners) and business players in this industry,” Herpeiriati said.

Petskita monetizing strategy and business model

In just a few months, Petskita, founded by Herpeiriati, Taufin Rusli (CTO), and Gunawan Wahab (Managing Director), claims to have succeeded in getting a positive response from pet owners in Indonesia. With more than 6700 monthly active users (MAU), Petskita posted a sales increase of 71% in the first three months since its establishment.

Petskita offers a marketplace concept and an aggregator model by providing pet products and services. The monetizing strategy comes from various methods including commissions, subscriptions (both products, services, and SaaS) which will be applied at each stage of product launch.

“For the overall monetization strategy, Petskita is focused on building a pet ecosystem with integrated data that can provide added value to all Petskita customers,” Herpeiriati said.

Since May 2020, Petskita has launched a selection of more than 1000 products, from pet food to gadgets and accessories. Not only focusing on dogs and cats, but Petskita also provides products for fish, birds, rabbits, and other exotic animals. Petskita also makes it easy for all Pet Parents to meet the needs of their pets online during a pandemic.

“Since its launching, Petskita has received a lot of positive responses from pet parents in Indonesia, it is shown from the user growth which has increased by more than 49% in the last 5 months which can also be seen from the distribution of Petskita users from various provinces in Indonesia from the island of Sumatra to Papua.

Currently, Petskita is still developing new products and features. Several programs have also been presented, such as one of them; Kita For Pets as a movement and community of animal lovers that will be inaugurated shortly.

“Apart from that, we are also in the process of raising funds at an early stage. We expect this fundraising can help us develop further and faster,” Herpeiriati said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Marketplace Petskita Tawarkan Solusi dan Kebutuhan Hewan Peliharaan

Salah satu industri yang masih sulit untuk berkembang adalah platform marketplace yang menghadirkan layanan, produk, dan perawatan hewan peliharaan. Meskipun sudah banyak bermunculan sejak tahun 2017, namun kebanyakan di antara mereka menghilang dan tidak beroperasi lagi. Pasar yang terbilang “niche” menjadikan tidak banyak platform masuk ke segmen tersebut.

Namun demikian tidak menurunkan minat para penggiat startup untuk kemudian menghadirkan layanan tersebut. Terbukti dengan kehadiran pemain baru dengan model bisnis yang unik. Terbaru ada platform Petskita. Startup berbasis di Medan ini menawarkan berbagai solusi dan kebutuhan hewan peliharaan dalam satu platform digital (website dan aplikasi) yang terintegrasi.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Petskita Herpeiriati mengungkapkan, Petskita adalah all-in-one platform yang berfokus di hewan peliharaan. Menyediakan semua kebutuhan hewan peliharaan dalam satu platform, dengan data yang terintegrasi, memiliki tujuan untuk menjadi super-app untuk pemilik hewan peliharaan.

“Di Petskita, kami percaya dengan pentingnya sebuah partnership model yang baik dengan semua pelaku bisnis di bidang ini untuk mendapatkan dan mempertahankan para pengguna. Oleh karena itu, melalui produk-produk Petskita yang akan terintegrasi (Pets focused Marketplace, Pet Services Booking Platform dan Pet Service Management Platform) kami bertujuan untuk memberikan personalised experience kepada pengguna dan juga value tinggi kepada semua pet parents (pemilik hewan) dan pelaku bisnis di industri ini,” kata Herpeiriati.

Strategi monetisasi dan model bisnis Petskita

Hanya dalam beberapa bulan, Petskita yang didirikan oleh Herpeiriati bersama dengan Taufin Rusli (CTO) dan Gunawan Wahab (Managing Director) ini mengklaim telah berhasil mendapatkan respons positif dari para pemilik hewan di Indonesia. Dengan lebih dari 6700 monthly active users (MAU), Petskita membukukan peningkatan penjualan sebesar 71% dalam tiga bulan pertama sejak pendiriannya.

Petskita mengadopsi konsep marketplace dan model agregator dengan menyediakan produk hewan peliharaan dan layanan. Strategi monetisasi yang diterapkan adalah,] datang dari berbagai metode termasuk komisi, langganan (baik produk, layanan, dan SaaS) yang akan diterapkan pada setiap tahap peluncuran produk.

“Untuk strategi monetisasi secara keseluruhan, Petskita berfokus untuk membangun sebuah ekosistem hewan peliharaan dengan data yang terintegrasi dan dapat memberikan nilai lebih untuk semua pelanggan Petskita,” kata Herpeiriati.

Sejak bulan Mei 2020, Petskita telah meluncurkan lebih dari 1000 pilihan produk, mulai dari makanan hewan hingga gadget dan aksesoris. Tidak hanya berfokus pada anjing dan kucing, Petskita juga menyediakan produk untuk ikan, burung, kelinci, hingga hewan eksotik. Petskita juga memudahkan semua Pet Parents memenuhi kebutuhan hewan kesayangan mereka secara online di masa pandemi

“Sejak diluncurkannya Petskita mendapat banyak sekali respons positif dari pet parents di Indonesia, dapat dilihat dari pertumbuhan pengguna yang meningkat lebih dari 49% sejak 5 bulan terakhir yang juga dapat terlihat dari persebaran pengguna Petskita yang dari berbagai provinsi di Indonesia, seperti dari pulau Sumatera hingga Papua.

Saat ini Petskita masih terus mengembangkan produk dan fitur-fitur baru. Beberapa program juga telah dihadirkan, seperti salah satunya; Kita For Pets sebagai movement dan komunitas pecinta hewan yang akan diresmikan dalam waktu dekat.

“Selain itu, kami juga sekarang sedang dalam proses penggalangan dana tahapan awal. Harapan kami dengan fundraising ini, kami dapat berkembang lebih jauh dan lebih cepat,” kata Herpeiriati.

4 Faktor Pendorong di Balik Suksesnya Startup Teknologi di Indonesia

Dalam 10 tahun terakhir, Indonesia menikmati pertumbuhan ekosistem bisnis teknologi sangat pesat yang didorong oleh semangat dan inovasi para pegiat startup. Saat ini, dengan jumlah 2.193 startup, Indonesia menduduki posisi lima dunia dengan startup terbanyak.

Pertumbuhan ekosistem startup dan bisnis teknologi memiliki manfaat yang besar untuk masyarakat Indonesia dan menjadi salah satu pendorong terbesar inklusi finansial. Tetapi bagaimana hal ini terwujud? Jika dilihat dari sejarahnya, terdapat empat pilar utama yang mendorong pertumbuhan ekosistem startup di Indonesia, antara lain sebagai berikut.

Revolusi Teknologi Jaringan 3G di Indonesia

3G merupakan lonjakan revolusioner dalam industri teknologi seluler di dunia. Salah satu keunggulan 3G pada awal kemunculannya adalah memungkinkan para pengguna untuk melakukan video call atau live streaming secara langsung dari ponsel. Hal ini juga membuktikan bahwa jaringan 3G menawarkan akses internet mobile yang jauh lebih cepat dan stabil daripada generasi sebelumnya.

Kepopuleran jaringan 3G juga didukung oleh upaya yang dilakukan para operator seluler di Indonesia. Mulai dari memperbaiki infrastruktur dengan membangun lebih banyak BTS, hingga memberikan berbagai promosi paket data internet dengan harga murah. Selain itu, tidak hanya lewat ponsel, akses internet 3G juga dapat dinikmati lewat desktop dengan modem USB yang banyak dijual di pasaran. Hal ini tentu menjadi alternatif yang lebih mudah dan terjangkau daripada memasang layanan internet rumahan.

Alhasil, perkembangan jaringan 3G memungkinkan lebih banyak masyarakat Indonesia dapat mengakses internet untuk berbagai keperluan. Hal ini juga menjadi salah satu tonggak bagi berkembangnya penyedia layanan berbasis teknologi dan internet di Indonesia.

Pengguna Media Sosial di Indonesia Semakin Meningkat

Layanan 3G komersial diluncurkan di Indonesia pada akhir tahun 2006, bertepatan dengan booming-nya media sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya. Di Indonesia juga kemudian muncul berbagai layanan berbasis sosial dengan citarasa lokal. Mulai dari yang berbentuk forum seperti Kaskus dan Indowebster, berbasis lokasi seperti Koprol, hingga yang lebih mirip Facebook seperti Fupei dan AkuCintaSekolah (ACS). Koprol merupakan salah satu layanan yang cukup sukses waktu itu. Setelah banyak dilirik oleh investor, akhirnya pada bulan Mei 2010, Koprol menerima tawaran akuisisi dari Yahoo! dan mampu meningkatkan penggunanya hingga 1,5 juta user.

Momen akuisisi Yahoo! terhadap Koprol ini sempat menjadi berita besar, serta merupakan salah satu pencapaian dan titik balik berkembangnya startup digital di Indonesia. Akuisisi ini menjadi momen penting yang menunjukkan bahwa kualitas dan kekuatan startup lokal sudah mulai dikenal, serta diakui oleh perusahaan raksasa internet dunia seperti Yahoo!.

Meningkatnya penggunaan internet, khususnya media sosial juga menjadi sarana bagi startup untuk memperkenalkan produk dan layanannya kepada masyarakat. Dibanding harus beriklan di media cetak atau televisi, media sosial mampu menjadi alternatif saluran promosi yang lebih murah dan mudah digunakan. Bahkan hingga saat ini, media sosial merupakan platform utama bagi para startup untuk membangun engagement dan berinteraksi dengan para penggunanya. Mulai dari menyampaikan informasi, melakukan edukasi produk dan branding, hingga meningkatkan awareness kepada masyarakat yang lebih luas.

BlackBerry Membuka Pintu Kepopuleran Ponsel Mobile

BlackBerry masuk ke Indonesia sekitar akhir tahun 2004 dan merajai pasar ponsel Indonesia. Pada awalnya, ponsel ini ditujukan kepada kalangan bisnis dan profesional. Namun ternyata di Indonesia, terjadi anomali di mana ponsel ini diminati oleh berbagai kalangan, termasuk ibu rumah tangga hingga remaja. Alasannya, tidak lain adalah karena adanya fitur chat BlackBerry Messenger (BBM) yang dapat digunakan tanpa memotong pulsa seperti SMS.

Selain BBM, ponsel BlackBerry juga memiliki fitur mobile browser yang cukup canggih dan cepat, sehingga kegiatan mobile browsing juga semakin banyak dilakukan masyarakat. Lewat BlackBerry World, kita juga dapat meng-install berbagai aplikasi, mulai dari jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Kaskus, dan Koprol, photo editor seperti PicMix, hingga berbagai game. Masifnya penggunaan ponsel BlackBerry juga menjadi salah satu pilar pertumbuhan bisnis teknologi di Indonesia.

Hadirnya Startup Anak Bangsa

Tingginya penggunaan media sosial juga mendorong lahirnya beragam komunitas, salah satunya komunitas startup di berbagai kota di Indonesia. Sebut saja StartupLokal (Jakarta), Bancakan 2.0 (Yogyakarta), FOWAB (Bandung), SuWec (Surabaya), SuBali (Bali), Stasion (Malang), MusTech (Palembang), dan juga kota lainnya. Komunitas ini menjadi wadah bagi para pegiat startup anak bangsa untuk berbagi informasi dan pengalaman mereka, sekaligus menjadi sarana untuk memperluas jaringan.

Di awal dekade 2010-an banyak startup bermunculan. Dukungan investor untuk perkembangan ekosistem startup lokal juga mulai terlihat. Salah satunya adalah dari East Ventures yang pada tahun 2010 memberikan pendanaan kepada Tokopedia, Urbanesia, dan Disdus, serta menyelenggarakan ajang Jakarta Ventures Night dan Bandung Ventures Night untuk mempertemukan startup dengan para investor.

Beberapa perusahaan besar juga mulai meluncurkan program inkubasi startup, seperti Nusantara Incubation Fund dari Bakrie Telecom, Startup Bootcamp dari Telkomsel, serta Indigo dari Telkom yang juga melahirkan berbagai startup lokal yang masih eksis dan terus berkembang hingga saat ini.

Kehadiran startup lokal menyajikan beragam solusi bagi kehidupan masyarakat Indonesia, serta memberikan berbagai dampak positif. Mulai dari Tokopedia dan Bukalapak yang membantu pengguna berwirausaha secara online, Gojek yang membuka kesempatan bagi para mitranya untuk mendapatkan penghasilan, Midtrans sebagai solusi pembayaran bagi perusahaan, startup, dan UMKM, serta berbagai solusi lain yang disediakan startup lokal telah mampu meningkatkan kualitas hidup masyarakat lewat inovasi teknologi.

Selain membantu para mitranya, Gojek merupakan salah satu startup lokal yang berperan besar dalam perkembangan industri teknologi di Indonesia. Dukungan terhadap perkembangan startup lokal lainnya ditunjukkan dengan berbagai kolaborasi yang dilakukan, misalnya dengan PasarPolis, Pluang, KitaBisa, Halodoc, serta startup lainnya yang layanannya kini terintegrasi dalam super app Gojek. Untuk menumbuhkan bibit-bibit startup baru, diluncurkan pula program akselerasi startup bernama Gojek Xcelerate. Selain itu, saat ini Gojek juga telah memiliki unit permodalan Go-Ventures untuk memberikan pendanaan kepada startup di Asia Tenggara.

Pencapaian besar lain dalam perkembangan ekosistem startup digital di Indonesia adalah konsolidasi, di mana startup lokal telah cukup besar dan mampu mengakuisisi startup lainnya. Misalnya Tokopedia yang telah mengakuisisi Bridestory, OVO mengakuisisi Taralite, serta Gojek yang telah mengakuisisi beberapa perusahaan, antara lain Midtrans, Mapan, Kartuku, Loket, Promogo, dan Moka. Ekosistem startup digital dan bisnis teknologi di Indonesia akan terus berkembang lewat inovasi dan kolaborasi yang dilakukan oleh para startup.

Mendiskusi Strategi Keberlangsungan Bisnis Bersama Pelaku Startup dan Pemodal Ventura

Banyak tantangan yang dihadapi startup saat pandemi, mulai dari menurunnya jumlah klien hingga pemasukan bisnis yang tersendat. Meskipun tantangan terberat dirasakan benar oleh startup di masa awal pandemi, namun dalam beberapa bulan terakhir, situasi diklaim sudah jauh lebih baik dan berangsur-angsur pulih kembali.

Dalam webinar yang diinisiasi oleh Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (AMVESINDO), tiga penggiat startup yang diwakilkan oleh Co-Founder & CEO Cashlez Tee Teddy Setiawan, Founder ProSehat & Chairman Healthtech.id Gregorius Bimantoro, dan CMO SiCepat Wiwin Dewi Herawati, berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana cara tepat menyiasati tantangan bisnis saat pandemi.

Menyiasati langkah yang tepat

Ada beberapa catatan menarik yang kemudian disampaikan oleh perwakilan komunitas startup saat sesi webinar. Meskipun tidak dapat dimungkiri penurunan pendapatan sempat terjadi, namun melihat perubahan pola konsumen saat pandemi yang memanfaatkan sepenuhnya layanan digital, kemudian menjadi fokus utama dari startup seperti SiCepat dan Cashlez.

Sebagai layanan finansial berbasis teknologi, Cashlez memiliki jumlah merchant yang cukup beragam, dari layanan entertainment hingga p2p lending. Meskipun mengakui untuk beberapa layanan sempat mengalami penurunan secara drastis, namun di sisi lain layanan yang kemudian dimanfaatkan oleh platform e-commerce justru mengalami peningkatan.

“Di kuartal ketiga dan memasuki keempat kami melihat adanya peningkatan dari bisnis Cashlez. Momentum ini kemudian menjadi baik bagi kami untuk bisa fokus meng-capture target pasar yang ada,” kata Teddy.

Sementara itu, bagi layanan logistik yang dihadrikan oleh SiCepat, pandemi justru memberikan kesempatan yang lebih baik bagi perusahaan untuk merangkul lebih banyak pelanggan. Tidak hanya fokus kepada pemgiriman barang dalam volume dan kapasitas yang besar, namun SiCepat juga menawarkan pilihan pengiriman barang berharga dengan volume dan ukuran yang lebih kecil.

“Saat ini kami tengah berada pada masa-masa survive” saat awal pandemi kami sempat mengalami penurunan hingga 30% lebih untuk logistik darat dan udara hampir 80%,” kata Wiwin.

Dengan menerapkan diversifikasi, SiCepat mengklaim mampu untuk menjalankan bisnis dan tentunya bisa tetap bertahan saat pandemi hingga memasuki kondisi new normal.

Salah satu layanan yang kemudian menjadi primadona saat pandemi adalah layanan healthtech. Bukan hanya mampu mengakselerasi layanan konsultasi dokter secara online, dengan berbagai produk yang makin bervarias seperti menyematkan teknologi artificial intelligence hingga genetics, kini platform healthtech semakin banyak jumlah pemainnya.

“Selama pandemi layanan yang menyasar kepada segmen B2B memang mengalami penurunan. Namun di sisi lain untuk layanan yang menyasar B2C justru mengalami peningkatan. Meskipun belum maksimal namun dari pemain healthtech sendiri memang masih memiliki keterbatasan untuk menghadirkan layanan yang lebih menyeluruh karena adanya peraturan dan regulasi yang ditetapkan,” kata Gregorius.

Kinerja PMV selama pandemi

Meskipun ada beberapa perusahaan modal ventura (PMV) yang melakukan penundaan investasi ke startup selama pandemi, namun tidak menjadikan beberapa kegiatan penggalangan dana menurun jumlahnya. Amvesiondo mencatat ada 52 transaksi pendanaan yang dilakukan oleh PMV untuk startup, dengan jumlah pendanaan mencapai $1,9 miliar.

Hal tersebut bukan hanya memperlihatkan kepercayaan dari pihak investor kepada startup, namun juga kolaborasi yang senantiasa berjalan antara PMV dan startup di masa-masa krisis ini menandakan optimisme dan kepercayaan PMV terhadap potensi pertumbuhan pelaku startup nasional.

AMVESINDO memandang, para perusahaan tersebut mampu menunjukkan kemampuannya dalam mengubah lanskap industri (new normal), memberikan nilai tambah, dan menyelesaikan masalah yang dihadapi pelanggan dan konsumen.

“Pandemi bukan berarti startup harus berdiam diri, kondisi seperti ini justru menjadi momentum bagi startup untuk memaksimalkan upaya mereka untuk menjalankan bisnis agar bisa bertahan,” kata Anggota Dewan Kehormatan AMVESINDO Nicko Widjaja.

Nicko juga menambahkan, mewakili BRI Ventures hingga saat ini telah berinvestasi kepada 8 startup. BRI Ventures juga telah meluncurkan kelolaan baru bernama “Dana Ventura Sembrani Nusantara”. Fund tersebut menjadi kendaraan baru bagi BRI Ventures untuk mendanai startup early stage yang bermain di segmen non-fintech, seperti pendidikan, agro-maritim, ritel, transportasi, dan kesehatan.

Sementara itu menurut Sekjen AMVESINDO Eddi Danusaputro, tidak hanya fokus berinvestasi kepada startup baru, PMV juga harus tetap memperhatikan existing portofolio mereka. Meskipun tidak semuanya berniat untuk melakukan penggalangan dana saat ini, namun perlu juga diberikan dukungan yang relevan, memanfaatkan ekosistem yang ada.

“Saya juga melihat saat pandemi ada beberapa sektor yang menarik untuk dijajaki dan tentunya bermanfaat bukan hanya untuk PMV tapi juga masyarakat umum. Yaitu sektor agritech, mereka yang menyasar pertanian dan hal terkait lainnya menjadi perhatian bagi kami di MCI.” kata Eddi.

Startup turut berperan dalam pemulihan ekonomi nasional lewat kolaborasi dengan program pemerintah, seperti layanan startup agritech yang membantu menyalurkan pembiayaan dari pemerintah untuk petani, dan kolaborasi antar startup penyedia digital signature dan digital identity dengan lembaga perbankan untuk kemudahan proses restrukturisasi kredit.

“Untuk itu ke depannya perlu adanya peraturan dan regulasi yang mendukung bisnis startup terutama dari regulator,” kata Bendahara AMVESINDO Edward Ismawan Chamdani.

Digital Campaign Platform “Dukung Calonmu” is to Facilitate the Election of Political Contestants

Starting from a public fundraising campaign site (crowdfunding), Dukung Calonmu is to shift into a comprehensive digital campaign platform. Even though it hasn’t left the crowdfunding feature which is currently known as a donation, the Founder & CEO, Christian Hutabarat shared his vision and ambition with us.

He said his service pivot was based on in-depth observations regarding the current conditions in Indonesia. Fundraising platforms have not been fully accepted by political contestants.

“Such a concept is difficult to enter into Indonesian political culture because there are several obstacles that are encountered. Among them, political contestants are concerned about the small number of donations coming in. Then there is a concern that by raising campaign funds, there is a negative perception that they (political contestants) don’t have the capacity economically,” Christian said.

Currently, it is still difficult for political digital platforms such as Support Your Candidates to instantly disrupt habits or methods that have previously been embedded in Indonesian society for a long time. For that reason, Dukung Calonmu strives to present relevant features and services for users.

“Political contestants who are included in our scope are not limited to the special legislative circle, but also for those candidates for RT heads, BEM heads, student council leaders can take advantage of our platform. Starting from a small-scale success story, the hope is that Support Candidates can expand its coverage to medium to the national scale,” Christian said.

Dukung Calonmu will continue to actively communicate with regulators such as the KPU and Bawaslu, to ensure that the steps taken are in accordance with existing regulations. Meanwhile, to create a wider network and provide even more massive education, they work with organizations to communities ranging from small to large scale.

“We hope that support from stakeholders can help Dukung Calonmu to be better known and eventually used as a digital campaign platform that supports political contestants and the general public,” Christian added.

Two leading features

Because the function is not used for daily needs, Dukung Calonmu is currently not available as an application. It only use the website.

One of its features is dubbed the “Digital Campaign”, and includes several interesting options that can be used. For example, to create a campaign site, a candidate profile information center, to a center for interaction with the community.

There is also an “Online Election” feature, providing options such as easy voter registration, verification of registered voters with guaranteed security.

For the donation feature, Dukung Calonmu is to embed this choice in the Digital Campaign feature. For contestants who want to launch donation activities, they can take advantage of this option by managing the money accommodated in advance by Dukung Calonmu team, using a third party payment gateway.

After the donation has been successfully collected, the money can be disbursed through a verified account. Dukung Calonmu already has a number of users who are scattered in their locations. Not only in Indonesia, they claim to have users in the Netherlands.

“Through Dukung Calonmu, the wider community can find out more relevant information about political contestant candidates, build direct relationships and, if interested, can make donations according to the initiation of the political contestants,” Christian said.

For the monetization strategy that is implemented, Dukung Calonmu provides a subscription option (subscribe) within a certain time frame and also certain features that can be used. Meanwhile, Online Election is a price package, depending on the number of voters who will use it.

Claiming to be the first and only platform to present political campaigns online, there are several plans and targets for Dukung Calonmu to achieve, including conducting fundraising.

“Dukung Calonmu’s target next year is certainly to be able to develop even more, and also for the product itself, there will always be developments to improve existing products to satisfy or meet all the needs that are difficult for our users,” Christian said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform Kampanye Digital “Dukung Calonmu” Ingin Permudah Pemilihan Kontestan Politik

Berawal dari situs kampanye penggalangan dana publik (crowdfunding), saat ini Dukung Calonmu berpindah haluan menjadi platform kampanye digital yang menyeluruh. Meskipun belum meninggalkan fitur crowdfunding yang saat ini dikenal sebagai donasi, Founder & CEO Christian Hutabarat menceritakan visi dan ambisinya kepada kami.

Ia mengatakan, pivot layanannya didasarkan pada hasil pengamatan mendalam terkait kondisi terkini di Indonesia. Platform penggalangan dana belum bisa diterima sepenuhnya oleh kalangan kontestan politik.

“Konsep seperti itu sulit untuk masuk ke budaya politik Indonesia, karena ada beberapa hambatan yang ditemui. Di antaranya dari kontestan politiknya ada kekhawatiran sedikit jumlah donasi yang masuk. Kemudian ada kekhawatiran dengan melakukan penggalangan dana kampanye, ada persepsi negatif bahwa mereka (kontestan politik) tidak memiliki kemampuan secara ekonomi,” kata Christian.

Saat ini memang masih sulit bagi platform digital politik seperti Dukung Calonmu untuk mendisrupsi kebiasaan atau cara-cara yang sebelumnya sudah tertanam cukup lama di kalangan masyarakat Indonesia secara instan. Untuk itu Dukung Calonmu berupaya untuk menghadirkan fitur dan layanan yang relevan bagi pengguna.

“Kontestan politik yang masuk dalam cakupan kami tidak terbatas dari kalangan khusus legislatif saja, namun juga untuk mereka calon ketua RT, ketua BEM, ketua Osis bisa memanfaatkan platform kami. Dimulai dari kisah sukses skala yang kecil, harapannya Dukung Calonmu bisa memperluas cakupan hingga ke skala menengah hingga nasional,” kata Christian.

Dukung Calonmu juga terus melakukan komunikasi secara aktif dengan regulator seperti KPU dan Bawaslu, demi memastikan langkah yang diambil sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Sementara untuk membuka jaringan lebih luas dan memberikan edukasi lebih masif lagi, mereka bekerja sama dengan organisasi hingga komunitas mulai dari skala kecil hingga besar.

“Kami berharap dukungan dari stakeholder bisa membantu Dukung Calonmu lebih dikenal dan pada akhirnya dimanfaatkan sebagai platform kampanye digital yang mendukung kontestan politik dan masyarakat umum,” kata Christian.

Dua fitur unggulan

Karena fungsinya tidak digunakan untuk keperluan sehari-hari, hingga saat ini Dukung Calonmu tidak tersedia dalam aplikasi. Hanya memanfaatkan situs web.

Salah satu fiturnya dijuluki “Kampanye Digital”, di dalamnya ada beberapa pilihan menarik yang bisa dimanfaatkan. Misalnya untuk membuat situs kampanye, pusat informasi profil calon, hingga pusat interaksi dengan masyarakat.

Ada juga fitur “Online Election”, menyediakan pilihan seperti kemudahan pendataan daftar pemilih, verifikasi pemilih terdaftar dengan jaminan keamanan.

Untuk fitur donasi, Dukung Calonmu menyematkan pilihan tersebut dalam fitur Kampanye Digital. Bagi kontestan yang ingin melancarkan kegiatan donasi, bisa memanfaatkan pilihan tersebut dengan pengelolaan uang ditampung terlebih dahulu oleh pihak Dukung Calonmu, memanfaatkan payment gateway pihak ketiga.

Setelah donasi berhasil dikumpulkan, uang bisa dicairkan melalui akun rekening yang telah diverifikasi. Saat ini Dukung Calonmu sudah memiliki jumlah pengguna yang tersebar lokasinya. Bukan hanya di Indonesia, mereka mengklaim telah memiliki pengguna di Belanda.

“Melalui Dukung Calonmu, masyarakat luas bisa mencari tahu lebih jauh informasi yang relevan tentang calon kontestan politik, membina relasi langsung dan jika berminat bisa memberikan donasi sesuai dengan inisiasi dari kontestan politik tersebut,” kata Christian.

Untuk strategi monetisasi yang diterapkan, Dukung Calonmu menyediakan pilihan berlangganan (subscribe) dalam rentan waktu tertentu dan juga fitur-fitur tertentu yang dapat digunakan. Sementara untuk Online Election adalah paket harga, bergantung jumlah pemilih yang akan menggunakan.

Mengklaim sebagai platform pertama dan satu-satunya yang menghadirkan kampanye politik secara online, ada beberapa rencana dan target dari Dukung Calonmu yang ingin dicapai, di antaranya adalah melakukan penggalangan dana.

“Target Dukung Calonmu tahun depan pastinya adalah bisa berkembang lebih besar lagi, dan juga untuk produk sendiri akan selalu ada perkembangan untuk menyempurnakan produk yang sudah ada hingga memuaskan atau memenuhi segala kebutuhan yang menjadi kesulitan dari para pengguna kita,” kata Christian.

Kebangkitan Digital Banking dalam Ekosistem Startup

Dalam satu dekade terakhir ini, terlihat bagaimana industri mulai melirik dan mengadopsi teknologi. Berbekal inovasi dan digitalisasi, hampir seluruh industri dalam berbagai skala bisnis sudah menerapkan perubahan teknologi. Perbankan, sebagai salah satu institusi finansial tertua, mulai dituntut untuk bertransformasi secara digital baik internal maupun eksternal. Di sisi internal, pemanfaatan teknologi digital diharapkan dapat mengubah cara bank dalam melayani nasabah dan juga dalam kegiatan operasional. Di sisi eksternal, bank diharapkan mampu bekerjasama dan bertransformasi bersama dengan startup fintech sehingga layanan perbankan dapat terjangkau dan dinikmati oleh lebih banyak lagi nasabah.

Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh sektor perbankan dalam bekerjasama dengan startup dan/atau pelaku ekosistem lainnya, terutama dalam mendorong terwujudnya transformasi digital dengan menghadirkan inovasi yang berkelanjutan, contohnya dengan menghadirkan bank digital sebagai bentuk baru dalam produk dan layanan perbankan.

Dukungan pendanaan dan pengembangan secara in-house

Salah satu perbedaan yang dirasakan antara bank digital dengan bank konvensional adalah hubungan emosional yang terjalin melalui interaksi langsung saat nasabah mendatangi kantor cabang. Sedangkan jati diri dari bank digital adalah keterlibatan teknologi yang sangat kental. Menurut Ernst & Young (EY), ada beberapa cara perbankan mengadopsi tenkologi dalam kegiatan finansial mereka, terutama untuk meningkatkan bisnis dan pertumbuhan strategis ke depannya.

Dua diantara cara yang dapat dilakukan oleh sektor perbankan, antara lain:

1. Investasi

Cara yang paling umum yang digunakan oleh sektor perbankan adalah memanfaatkan perpanjangan tangan berupa corporate venture capital (CVC) yang dapat membuka kesempatan bagi mereka untuk mendapatkan lebih banyak solusi inovatif yang sejalan dengan visi group induk untuk dapat melakukan penetrasi pasar yang lebih luas dalam waktu yang relatif singkat. Salah satu contoh yang dilakukan oleh Bank Mandiri melalui anak usahanya Mandiri Capital Indonesia (MCI) adalah menyediakan produk untuk fintech ataupun insurtech agar dapat diintegrasikan ke dalam ekosistem group Bank Mandiri.

2. Pengembangan produk secara in-house

Kompleksitas bisnis, lingkungan regulasi, dan compliance yang ketat cukup menjadi tantangan bagi sektor perbankan dalam melakukan inovasi produk. Dengan melakukan pengembangan secara in-house, diharapkan bank dapat mengakselerasi pengembangan produk.

Kehadiran platform API untuk redefinisi pelayanan jasa keuangan

Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia telah meningkat pesat. Hal ini didukung oleh peningkatan akses masyarakat terhadap internet melalui smartphone dan kehadiran fintech, startup, serta ecommerce yang mampu menghadirkan inovasi layanan keuangan digital bagi seluruh lapisan masyarakat. Tingginya respon masyarakat terhadap inovasi keuangan digital menunjukan adanya peluang bisnis bagi para pelaku industri keuangan untuk dapat menghadirkan inovasi keuangan digital. Pada akhirnya, hal ini juga dapat meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia.

Bank Mandiri sebagai salah satu pelaku industri keuangan terbesar di Indonesia turut berupaya menghadirkan inovasi-inovasi layanan keuangan yang dapat meningkatkan akses Nasabah terhadap layanan keuangan dengan tetap mengutamakan kenyamanan Nasabah dalam bertransaksi. Inovasi layanan keuangan digital ini tidak hanya berfokus pada layanan yang dimiliki oleh bank namun juga dilakukan melalui strategi kolaborasi dengan para pelaku industri keuangan lainnya seperti fintech, startup dan ecommerce.

Hal ini yang kemudian diwujudkan oleh Bank Mandiri melalui pengembangan Mandiri API sebagai salah satu upaya Bank Mandiri untuk mengkoneksikan nasabahnya dengan layanan perbankan andal Bank Mandiri melalui platform milik mitra bisnis. Kehadiran Mandiri API diharapkan mampu membentuk suatu ekosistem digital sehingga layanan perbankan dapat diakses kapan saja dan dimana saja.

Bank Mandiri membuka kesempatan kepada pihak luar untuk turut berkontribusi menghadirkan layanan perbankan yang lebih terbuka. Hal ini tentu saja akan menguntungkan tidak hanya bank, tetapi juga pihak ketiga yang menjadi mitra bisnis. Dengan adanya Mandiri API nasabah dapat mengakses produk-produk dari Bank Mandiri seperti Mandiri e-Money, Mandiri Productive Loan Application, Mandiri Virtual Account, Mandiri Transfer, dan juga Mandiri Bill Payment dari platform mitra bisnis Bank Mandiri.

Bila ingin mengetahui informasi lebih lanjut terkait Mandiri API, silakan mengunjungi link berikut ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Bank Mandiri

Capaian Positif Saat Pandemi Dorong Social Bella Ekspansi ke Vietnam

Pandemi bukan hanya memberikan dampak kepada pertumbuhan bisnis Social Bella, namun juga telah menciptakan behaviour baru di kalangan masyarakat, khususnya beauty enthusiast di Indonesia. Kepada DailySocial Co-Founder & President Social Bella Christopher Madiam menyebutkan, industri kecantikan dan skincare menjadi salah satu yang memiliki ketahanan cukup baik selama pandemi beberapa bulan terakhir.

“Kami juga melihat adanya pergeseran pola perilaku konsumen dari offline ke online yang cukup signifikan. Hal tersebut terlihat dari adanya peningkatan tren berbelanja kebutuhan produk kecantikan dan perawatan diri secara online,” kata Christopher.

Tercatat produk perawatan diri lebih mendominasi saat ini, karena rata-rata konsumen termotivasi untuk memanfaatkan momen beraktivitas di rumah untuk merawat diri. Disinggung tentang berapa besar market share dari Sociolla saat ini, Christopher enggan untuk menyebutkan lebih jauh.

Namun secara garis besar selama periode pandemi mulai awal Maret sampai dengan September, terdapat sejumlah peningkatan organic traffic secara signifikan terhadap platform selama masa pandemi dan adaptasi baru. Selain itu, terdapat juga peningkatan hampir 50% dalam ukuran keranjang belanja untuk Sociolla selama periode Covid-19 dibandingkan dengan sebelumnya.

“Dengan ekosistem Social Bella yang terintegrasi, didukung oleh teknologi serta pemahaman yang mendalam tentang konsumen di Indonesia, kami mampu melayani konsumen dengan relevan dan tetap kompetitif,” kata Christopher.

Sejak didirikan pada tahun 2015, Sociolla kini memiliki ribuan pilihan produk seperti make-up, skincare, hair care, wewangian, dan alat kecantikan dari ratusan brand terkemuka yang melayani para beauty enthusiast di seluruh Indonesia. Selain platform e-commerce, Sociolla juga memiliki 8 toko offline dengan konsep OmniChannel dan memiliki beberapa unit bisnis yang diperkirakan akan melayani kebutuhan sekitar 30 juta pengguna pada 2020.

“Secara keseluruhan, kami melihat industri kecantikan tetap menyimpan potensi yang menjanjikan. Lewat dukungan teknologi, kami berharap industri ini dapat terus bertumbuh dengan lebih baik,” kata Christopher.

Berkembangnya konsep bisnis direct-to-consumer melalui kanal digital sebenarnya juga membuka kesempatan bagi produsen produk kecantikan untuk bermanuver lebih. Di Indonesia, tren tersebut mulai terlihat, banyak brand produk perawatan “indie” bermunculan, beberapa di antaranya  BaseCallista, dan Neuffa.

Ekspansi ke Vietnam

Konsisten dengan rencana perusahaan usai mengantongi pendanaan senilai $58 juta (lebih dari 841 miliar Rupiah) pada bulan Juli lalu, perusahaan mengumumkan ekspansinya ke Vietnam. Ekspansi ke Vietnam ditandai dengan hadirnya platform e-commerce kecantikan dan perawatan pribadi Sociolla di negara tersebut.

Fokus perusahaan ke depannya adalah, berupaya untuk memperkenalkan Sociolla kepada masyarakat Vietnam dan bagaimana mengembangkan bisnis dengan menyediakan produk-produk kecantikan dan perawatan diri berkualitas dan terstandardisasi.

“Kami sangat senang dapat memperluas kehadiran Social Bella di luar Indonesia. Sebagai salah satu pasar kecantikan dan perawatan diri dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara ditambah populasi masyarakat muda yang melek digital, Vietnam memiliki banyak kesamaan dengan Indonesia. Oleh karena itu, kami yakin Vietnam adalah negara yang tepat untuk rencana ekspansi internasional pertama kami,” kata Christopher.

Ekspansi ini diklaim telah dipersiapkan dengan matang, termasuk dalam pemahaman perilaku konsumen lokal di Vietnam. Dari hasil analisa internal terhadap pasar-pasar potensial untuk bidang kecantikan dan perawatan diri, Vietnam adalah salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat untuk kecantikan dan perawatan pribadi di Asia Tenggara.

“Setelah ekspansi yang dilakukan ke Vietnam di tahun ini, kami fokus untuk meningkatkan kemampuan teknologi kami untuk lebih memahami pelanggan kami, dan terus berinovasi untuk memberikan yang terbaik bagi para pelanggan dan konsumen kami,” kata Christopher.

Application Information Will Show Up Here

Akselerasi Ide Startupmu lewat DSLaunchpad 2.0

Setelah berhasil mengadakan program inkubator DSLaunchpad pada bulan April lalu, kini DailySocial.id menghadirkan DSLaunchpad 2.0, program akselerasi yang akan berkolaborasi dengan Amazon Web Services (AWS). Program akselerasi ini membuka kesempatan secara luas bagi seluruh startup lokal untuk mengembangkan startup tanpa terkecuali. Akan ada 100 startup terpilih yang memiliki kesempatan untuk mengikuti seluruh rangkaiannya. Para peserta terpilih ini nantinya akan mendapatkan mentoring eksklusif sekaligus memperebutkan total hadiah sebesar Rp100 Juta!

Kegiatan akselerasi pada DSLaunchpad 2.0 ini akan diselenggarakan secara intensif selama empat minggu penuh. Pendaftarannya dibuka sejak 5 Oktober sampai dengan 18 Oktober 2020. Rangkaian program akselerasinya sendiri akan dimulai pada 2 November hingga 29 November 2020. Berikut linimasa lengkapnya:

Timeline*

5 – 18 Oktober 2020 – Pendaftaran peserta

30 Oktober 2020 – Pengumuman 100 startup terpilih

2 November – 29 November 2020 – Program akselerasi dimulai

30 November – 4 Desember 2020 – Proses kurasi 10 startup terbaik

9 Desember  – Demo day dan pengumuman tiga startup terbaik

*Timeline berikut masih dapat berubah sewaktu-waktu.

Mentorship lewat Webinar Eksklusif dan Sesi One-on-One

Rangkaian program akselerasi DSLaunchpad 2.0 ini akan diadakan secara intensif selama empat minggu. Kamu akan mendapatkan kesempatan mentoring dengan para expert lewat webinar eksklusif dan sesi one-on-one bila mengikuti program akselerasi ini. Topik yang akan dibahas dalam mentoring ini adalah idea validation, business model, development & prototyping, dan marketing.

Untuk membantu para peserta mengembangkan produk dan layanan startupnya, DSLaunchpad 2.0 juga menghadirkan mentor-mentor terbaik di bidangnya. Berikut mentor-mentor yang akan mendampingimu dalam program akselerasi ini:

  • Pandu Sjahrir – Managing Partner of Indies Capital Partners (Idea Validation)
  • Willson Cuaca – Co-Founder of East Ventures (Idea Validation)
  • Edy Sulistyo – CEO of Go-Play (Business Model)
  • Markus Liman Rahardja – VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures (Business Model)
  • Shinta Nurfauzia – Co-CEO and Co-Founder of Lemonilo (Marketing)
  • Johnny Widodo – CEO OLX Autos Indonesia (Marketing)
  • Ivan Arie – Co-Founder & CEO of Tanihub (Prototyping)
  • Agung Bezharie – Co-Founder & CEO of Warung Pintar (Prototyping)

Tentu impian untuk membangun dan mengembangkan startup dimiliki banyak orang, tapi tidak banyak yang akhirnya benar-benar merealisasikannya. Lewat DSLaunchpad 2.0, kamu dapat memiliki kesempatan untuk mewujudkan rencana mengembangkan produk dan layanan startup yang dimiliki. Hal ini juga diakui oleh Markus Liman Rahardja, VP of Investor Relation & Strategy BRI Ventures, yang akan menjadi mentor business model pada DSLaunchpad 2.0 nanti. Ia menganggap program akselerasi seperti ini penting untuk diikuti karena dapat membantu founder untuk belajar prinsip-prinsip yang dibutuhkan dalam membangun startup.

“Secara natur, startup adalah bisnis yang dapat bertumbuh dengan sangat cepat, karena mereka menciptakan produk sesuai dengan permasalah yang dihadapi customer, ditambah terus melakukan iterasi serta tidak berhenti mencari scallable dan repeatable bisnis model. Kegiatan seperti DSLaunchpad 2.0 ini menjadi penting, dalam membantu founder tahap awal untuk test ide bisnis nya dan belajar prinsip-prinsip dalam membangun startup, guna mencapai pertumbuhan yang signifikan kedepan” ujar Markus.

Selain mentoring, kamu juga punya kesempatan untuk mendapatkan hadiah uang tunai total Rp100 juta. Selain itu, program akselerasi yang diadakan secara online ini juga membuat kesempatanmu lebih terbuka karena dapat diikuti oleh siapa pun dan di mana pun.

Jangan sia-siakan kesempatan emas ini untuk membangun dan mengembangkan startupmu melalui DSLaunchpad 2.0. Pendaftaran hanya akan dibuka sampai tanggal 18 Oktober 2020. Jadi tunggu apalagi, segera daftarkan dirimu melalui link berikut ini.

Lightspeed Venture Partners Ekspansi ke Asia Tenggara, Indonesia Jadi Target Utamanya


Dalam startup report yang dirilis oleh DailySocial awal tahun 2020 lalu terungkap, pada 2019 ada 113 pengumuman pendanaan startup. Dari 59 transaksi dengan nilai yang diungkapkan, dana yang terkumpul mencapai $2,9 miliar. Gojek mendominasi dengan investasi $ 2 miliar.

Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, jumlah transaksi terpantau meningkat meski nilainya cukup dinamis.Tercatat sedikitnya terdapat 11 venture capital yang cukup aktif melakukan investasi. Mulai dari East Ventures, Alpha JWC Ventures, Skystar Capital, hingga Intudo Ventures.

Tahun 2020 lanskap startup di Indonesia juga diwarnai dengan berbagai pendanaan. Meskipun diganggu pandemi, namun tidak menyurutkan niat investor untuk memberikan dana segar kepada startup logistik, edutech, aquaculture, agriculture, hingga healthtech. Kondisi tersebut membuktikan adanya potensi besar di pasar Indonesia. Tak heran investor dari berbagai negara berbondong-bondong mencoba peruntungan di ekosistem ini.

Salah satu venture capital global yang berencana melakukan ekspansi di Asia Tenggara saat ini adalah Lightspeed Venture Partners. Indonesia menjadi pasar terbesar yang kemudian diincar oleh mereka.

“Indonesia, secara khusus, adalah populasi internet terbesar ke-4 di dunia dan merupakan pasar yang bagus untuk pendekatan investasi kami karena banyaknya perusahaan rintisan teknologi yang menarik. Wilayah ini memiliki populasi muda yang paham digital, ekosistem startup yang tumbuh cepat, serta kebijakan dan platform yang mengutamakan digital yang hanya akan mempercepat digitalisasi dan inovasi,” kata Partner & Regional Head Lightspeed Venture Partners Akshay Bhushan kepada DailySocial.

Kategori startup dan rencana ekspansi

Chilibeli salah satu portofolio milik Lightspeed
Chilibeli salah satu portofolio milik Lightspeed

Sebelumnya Lightspeed telah berinvestasi pada beberapa startup asal Indonesia, di antaranya startup penyedia platform social commerce Chilibeli, aplikasi B2B marketplace Ula, serta perusahaan penyedia solusi pemenuhan gudang dan pengiriman barang Shipper.

Perusahaan yang berkantor pusat di Silicon Valley ini juga telah menanamkan modalnya pada Grab dan penyedia software kecerdasan buatan bagi sektor enterprise NextBillion.ai.

Bersifat agnostik, Lightspeed ingin memberi dukungan kepada para founder yang bisa memecahkan persoalan unik di Asia. Mulai dari sektor transformatif seperti perdagangan, fintech, edtech, dan SaaS. Lightspeed telah menyiapkan dana sebesar $4 miliar yang baru saja diraih dari pendanaan global.

“Kami terus fokus pada misi inti kami dalam membantu wirausahawan yang berani membangun perusahaan yang mendistrupt masa depan. Melalui semua siklus, naik dan turun, kami tetap setia pada misi ini dan ini adalah fokus kami. Kami tidak berkomentar tentang penggalangan dana sebagai kebijakan kami,” kata Akshay.

Saat pandemi tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi pendiri startup untuk tetap bisa bertahan menjalankan bisnisnya. Menurut Akshay belajar dari pengalamannya, idealnya semua startup harus kembali fokus kepada misi awal perusahaan. Kegiatan pivoting hingga diversifikasi lebih baik dihindari. Di Indonesia sendiri saat ini sudah banyak startup yang menghadirkan layanan baru hingga melakukan pivoting, agar tetap bisa bertahan menjalankan bisnis dan menjaga kesejahteraan pegawai.

“Selama periode ketidakpastian ini, bisnis perlu kembali ke dasar dalam hal kecintaan pelanggan dan pengelolaan arus kas. Perusahaan portofolio kami berfokus pada disiplin keuangan dan memperkuat bisnis inti mereka dan sebagai hasilnya, sebagian besar dari mereka menjadi lebih kuat. Byju adalah contoh bagus yang telah tumbuh secara signifikan selama beberapa bulan terakhir. Covid-19 telah mempercepat kebutuhan digitalisasi dan inovasi untuk memastikan kesinambungan bisnis, sehingga para pendiri harus bertujuan untuk beralih ke pergeseran digital di pasar mereka.” tutup Akshay.