TCASH Sementara Hentikan Rencana “Spin Off” dari Telkomsel

Mengusung tema #Semuabisa, TCASH berharap dibukanya kesempatan bagi pengguna operator telekomunikasi di luar Telkomsel (multioperator) untuk menggunakan layanannya bisa menambah jumlah pengguna minimal 20%. TCASH juga mengungkapkan pihaknya sementara menghentikan rencana spin off dari Telkomsel.

CEO TCASH Danu Wicaksana menegaskan, meskipun sudah bisa digunakan oleh pengguna operator lain sejak akhir Juni lalu, TCASH masih melakukan kegiatan sosialiasi dan melakukan perbaikan layanan sebelum peresmian hari ini. TCASH juga secara agresif menambah jumlah merchant untuk memberikan pilihan yang lebih beragam.

“Selama ini kami banyak mendapat pertanyaan dari merchant terkait dengan terbatasnya pengguna kepada pelanggan Telkomsel saja. Dengan dibukanya TCASH untuk semua operator, kami mendapatkan feedback yang cukup baik dari merchant-merchant baru kami,” kata Danu.

Sementara hentikan rencana spin off

Danu Wicaksana sebelumnya sempat menginformasikan rencana TCASH untuk keluar dari layanan operator induknya, yaitu Telkomsel. Rencana spin off tersebut diklaim bisa mempercepat pertumbuhan bisnis TCASH sebagai platform pembayaran multi operator. Namun, di kesempatan hari ini, Danu memastikan saat ini tidak akan keluar dari Telkomsel.

“TCASH tidak memiliki rencana untuk berdiri sendiri dan keluar dari otoritas dan legalitas Telkomsel. Demi memanfaatkan sumber daya, aset, dan data yang ada, TCASH akan terus menjadi bagian dari Telkomsel,” kata Danu.

Danu menambahkan, meskipun saat ini menghentikan rencana spin off, TCASH tetap menerapkan kultur perusahaan yang agile, seperti yang biasa diterapkan banyak startup.

Ragam fitur baru

Selain bisa digunakan untuk pembayaran transportasi Blue Bird, pembayaran di pasar tradisional, dan di Pertamina, saat ini TCASH juga sudah bisa digunakan sebagai platform pembayaran dan transaksi cash-in dan cash-out di gerai Indomaret dan Alfamart. Untuk gerai Family Mart dan Circle K, layanan yang tersedia adalah cash-in dan pembayaran.

“Ke depannya kami juga akan menambah layanan lain. Salah satu rencana yang dalam waktu dekat akan diimplementasikan adalah menyematkan aplikasi TCASH di feature phone yang saat ini masih banyak digunakan oleh masyarakat di Indonesia,” kata Danu.

Sementara itu, meskipun sudah menerapkan penggunaan QR Code untuk transaksi, belum semua merchant yang bergabung menerima pembayaran menggunakan QR Code. Penggunaan NFC dan mesin EDC yang merupakan ciri khas TCASH masih banyak diimplementasikan.

“Kalau untuk merchant nasional kebanyakan masih menggunakan EDC untuk pembayaran, namun untuk smartphone Android bisa mengaktifkan fitur NFC di smartphone mereka,” kata Danu.

Danu menambahkan tidak semua smartphone Android yang memiliki fitur tersebut. Untuk itu disarankan pengguna baru yang tidak memiliki stiker NFC, bisa melakukan pemesanan stiker tersebut melalui situs TCASH.

“Sesuai dengan misi TCASH yaitu tidak hanya ingin mengajak orang melakukan pembayaran secara non tunai, tapi TCASH juga ingin mendukung program pemerintah untuk penggunaan uang non tunai di kalangan masyarakat,” tutup Danu.

Application Information Will Show Up Here

TCASH is Officially Available for All Operators

TCASH is now officially available as an agnostic platform for all operators. From DailySocial observation, TCASH is started to open since earlier this month.

Since its introduction three years ago, TCASH has been applied the closed loop system limited to Telkomsel users. The strategy is expected to be able to help TCASH’s ambition in becoming Indonesia’s biggest e-money player in terms of total users.

“Technically it’s done [available for all operators]. Only the soft launching, there’s no announcement yet. We’ll have the official announcement earlier next month,” Danu Wicaksana, CEO of TCASH said to DailySocial, Fri (7/22).

Previously, he said, the company is targeting 40 million total users until the end of this year. About 15%-25% or 6-10 million of non-Telkomsel users are expected. Currently, TCASH has more than 24 million registered users all over Indonesia.

In terms of UI/UX, it’s no different with the TCASH app for Telkomsel users. After successful registration, users will be directed for migration from basic service to full service by filling out personal data and uploading the required document.

TCASH can be used for balance top-up, bill payment, donation, and transfer/withdrawal. The payment options are QR Code of NFC Sticker. In addition, TCASH is now available for transportation payment, including Blue Bird in Jakarta, Railink in Medan, and Trans Semarang.

In need for independency

While has already become platform for all operators, for the timee being Indosat Ooredoo has no interest for a strategic partnership with TCASH. It is due to independence issue from Telkomsel. However, the company allows its customers to register as TCASH users.

“For now, we have no interest to partner with TCASH despite the declaration as an agnostic e-money platform. We’re still observing their independence from Telkomsel Let the time decide,” Joy Wahjudi, CEO & President Director of Indosat, said, quoted from Indotelko.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

TCASH Resmi Dibuka untuk Semua Operator

TCASH kini resmi terbuka sebagai platform agnostik (bisa digunakan semua operator), sehingga semua pelanggan operator di luar Telkomsel bisa menjadi pengguna. Dari pantauan DailySocial, TCASH mulai terbuka sekitar awal bulan ini.

Sejak pertama kali diperkenalkan pada tiga tahun lalu, TCASH menganut sistem kendali tertutup (close loop) khusus untuk pelanggan Telkomsel saja. Strategi tersebut diharapkan dapat merealisasikan ambisi TCASH yang ingin menjadi pemain e-money terbesar di Indonesia menyaingi posisi GO-PAY dari GO-JEK dalam hal jumlah pengguna.

“Secara teknis sudah [terbuka untuk semua operator]. Baru soft launch saja, belum ada pengumuman apa-apa. Nanti kita ada pengumuman resmi awal bulan depan,” terang CEO TCASH Danu Wicaksana kepada DailySocial, Jumat (22/7).

Sebelumnya Danu menuturkan pihaknya menargetkan total pengguna sampai akhir tahun ini mencapai 40 juta orang. Sekitar 15%-25% atau 6-10 juta orang diharapkan datang dari pengguna non Telkomsel. Saat ini total pengguna TCASH lebih dari 24 juta pelanggan terdaftar di seluruh Indonesia.

Dari segi tampilan UI/UX, tidak berbeda sama sekali dengan aplikasi TCASH yang digunakan oleh pengguna Telkomsel. Setelah berhasil melakukan registrasi, pengguna akan diarahkan untuk migrasi dari basic service jadi full service dengan mengisi identitas diri dan mengunggah data yang dibutuhkan.

TCASH dapat digunakan untuk membeli pulsa, membayar tagihan, donasi, dan transfer/tarik dana. Metode yang bisa dipilih fitur QR Code atau melalui Sticker Tap berteknologi NFC. Selain itu, kini TCASH bisa digunakan untuk pembayaran di moda transportasi seperti taksi Blue Bird, tiket Railink di Medan dan Jakarta, serta Trans Semarang.

Butuh independensi

Kendati sudah menjadi platform agnostik, Indosat Ooredoo belum menunjukkan ketertarikan untuk tertarik melakukan kerja sama khusus dengan TCASH. Hal tersebut disebabkan isu independensi TCASH dari Telkomsel yang dinilai cukup krusial apabila Indosat ingin melakukan kerja sama eksklusif. Meskipun demikian, perseroan tetap mempersilakan pelanggannya untuk terdaftar sebagai pengguna TCASH.

“Saat ini kita belum tertarik kerja sama dengan TCASH walau mereka declare sebagai agnostic e-money. Kita mau lihat dulu independensi mereka dari Telkomsel, biarkan saja waktu nanti membawa kami bertemu,” ungkap Presiden Direktur & CEO Indosat Joy Wahjudi dikutip dari Indotelko.

TCASH to be an “Agnostic Platform” in Early June 2018

TCASH is finalizing the last stage to become an agnostic platform (available for users with any operator). The plan is to be announced in early June 2018. TCASH is planned to have 40 million total users this year.

“We want the ‘TCASH semua bisa’ (TCASH all-in-one) tagline to happen. Using any kinds of providers. The license has been issued by Bank Indonesia (BI), we’re now preparing the product, promos, and the communication,” Danu Wicaksana, TCASH’s CEO, said (5/24).

He said, the license has been issued, but the company want to make sure that TCASH is focused on consumer’s protection to be fair in case of complaints.

Therefore, after TCASH platform is officially agnostic, Grapari will be too. They can serve TCASH complaints from non-Telkomsel users. Complaints via call will also be in service.

Regarding operators, they are open for initiatives. Thus, TCASH can be the new distribution channel. They can sell something in TCASH.

In addition, TCASH will have a broader area for the company can be partnered up with local government to deliver new initiative. For example, the issues faced by Solo Government in raising garbage retribution funds worth of Rp10 thousand per months.

“They want it to be digitalized. If TCASH is limited for Telkomsel only, it’ll be hard politically. If it has been opened, they can easily collaborate with TCASH.”

Currently, TCASH has more than 24 million registered customers in all over 34 provinces in Indonesia. TCASH provides services using NFC-based Sticker Tap and e-wallet with QR Code feature to ease the daily transactions.

TCASH has added a new feature. It can be used for life insurance and donation using QR Code, after partner up with Rumah Zakat donation institution. TCASH distributes Rumah Zakat QR Code in various locations, such as billboards, Rumah Zakat branches, digital posters, and some mosques in Pekanbaru.

They also invite Blue Bird for transportation modes. TCASH platform has been planted in My Blue Bird app and available as one of the payment methods besides cash and credit card. In terms of payment, users can scan the QR code attached in the car. Previously, TCASH can also be used for Medan and Jakarta Railink, also Trans Semarang.

Pilot project for single QR code

In QR Code single implementation’s pilot project initiated by Bank Indonesia, TCASH joins the group that also includes Artajasa and BNI.

The three companies represent each financial industries. TCASH as an e-money platform, BNI as banking, and Artajasa from the switching company.

Theu will implement QR Code single implementation through the pilot project in selected merchants. The QR Code is no longer bear logo of each company, but with an eagle logo as the representation of GPN (National Payment Gateway).

Later, each merchant will have one QR Code standarization. The counting system of MDR (Merchant Discount Rate) will be looked like the one in debit card, there will be a distinction between acquirer and issuer.

For example, when there’s a transaction in merchant acquired by TCASH but users are making the transaction via PayPro, there will be revenue sharing between two companies.

“We are still processing. It will be launched after Lebaran. Therefore, before national roll-out, it needs a pilot. Don’t let the settlement ruin the backhand process.”

Before it was divided into two pilot projects, BI has formed a team consist of 11 bankings, four switching companies, and e-money companies, such as TCASH, OVO, and Go-Pay. The result is, all companies confirm on what kind of standardization to use. The details will be showed in form of PBI (Bank Indonesia’s Regulation).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

TCASH Menuju “Platform Agnostik”di Awal Juni 2018

TCASH tengah memfinalisasi tahap akhir menuju platform agnostik (bisa digunakan oleh pelanggan semua operator). Rencananya pada awal Juni 2018 hal tersebut resmi diumumkan. Ditargetkan TCASH tahun ini bisa memiliki 40 juta total pengguna.

“Kita ingin tagline ‘TCASH semua bisa’ itu benar-benar terjadi. Pakai operator apapun bisa. Izinnya dari Bank Indonesia (BI) sudah keluar, sekarang kami persiapkan produknya, promo, dan komunikasinya,” ucap CEO TCASH Danu Wicaksana, kemarin (24/5).

Danu menuturkan, izin BI memang sudah dikeluarkan untuk TCASH, akan tetapi mereka ingin memastikan bahwa perhatian TCASH untuk perlindungan konsumen harus diperlakukan sama ketika terjadi pengaduan.

Oleh karena itu, setelah platform TCASH resmi jadi agnostik, demikian pula untuk gerai Grapari. Di sana bisa melayani pengaduan TCASH dari pengguna non Telkomsel. Aduan via telepon pun dipastikan bisa dilakukan.

Pihak operator pun, menurutnya, cukup terbuka dengan inisiatif tersebut. Pasalnya kehadiran TCASH dapat menjadi channel distribusi yang baru. Mereka bisa berjualan sesuatu lewat TCASH.

Tak hanya itu, ruang gerak TCASH akan semakin luas karena perusahaan bisa berkolaborasi dengan pemerintah daerah untuk mengeluarkan inisiasi baru. Contohnya, kesulitan yang dihadapi Pemerintah Kota Solo dalam mengumpulkan dana retribusi sampah yang besaran nominalnya Rp10 ribu per bulan.

“Mereka mau digitalkan itu. Kalau TCASH masih tertutup untuk Telkomsel saja, secara politis itu susah dilakukan. Tapi kalau sudah terbuka, mereka bisa dengan mudah berkolaborasi dengan TCASH.”

Saat ini TCASH memiliki lebih dari 24 juta pelanggan terdaftar yang tersebar di 34 provinsi di seluruh Indonesia. TCASH memberikan layanan melalui Sticker Tap berteknologi NFC dan e-wallet dengan fitur QR COde untuk mempermudah transaksi sehari-hari.

Kini TCASH menambah fitur baru. Dapat dipakai untuk membeli asuransi jiwa, dan berdonasi dengan memanfaatkan QR code berkat kerja sama dengan lembaga donasi Rumah Zakat. TCASH menyebar QR code Rumah Zakat di berbagai lokasi, seperti di papan billboard, cabang Rumah Zakat, poster digital, dan beberapa masjid di Pekanbaru.

Mereka juga menambah kehadiran di moda transportasi taksi Blue Bird. Platform TCASH telah ditanamkan dalam aplikasi My Blue Bird dan bisa dipilih sebagai salah satu metode pembayaran selain tunai. Untuk pembayarannya, pengguna bisa scan QR code di dalam taksi. Sebelumnya, TCASH juga bisa dipakai untuk pembayaran tiket Railink di Medan dan Jakarta, dan Trans Semarang.

Pilot project single QR code

Danu juga menuturkan soal keikutsertaan TCASH ke dalam pilot project implementasi single QR code yang diinisiasikan Bank Indonesia yang terbagi ke dalam dua kelompok. TCASH tergabung sebagai kelompok pertama, yang di dalamnya juga berisi Artajasa dan BNI.

Ketiganya mempresentasikan perwakilan masing-masing industri keuangan. TCASH sebagai platform e-money, BNI sebagai perbankan, dan Artajasa dari perusahaan switching.

Kelompok pertama tersebut akan lebih dahulu melakukan implementasi single QR code lewat pilot project di merchant tertentu. QR code tersebut tidak lagi berlambang masing-masing perusahaan pemilik e-money, tetapi sudah berlambang burung Garuda sebagai representasi Gerbang Pembayaran Nasional (GPN).

Nantinya di setiap merchant hanya ada satu QR code. Sistem penghitungan merchant discount rate (MDR) akan mirip dengan yang sudah berlaku di kartu debit, ada pembagian antara acquirer dengan issuer.

Contohnya ketika terjadi transaksi di merchant yang sudah diakusisi TCASH, namun pengguna menggunakan pembayaran lewat Pay Pro, bakal ada pembagian komisi antara kedua perusahaan tersebut.

“Sekarang masih kami godok prosesnya. Nanti setelah Lebaran akan diluncurkan. Jadi sebelum di-roll out secara nasional, perlu di pilot-in dulu. Jangan sampai proses settlement di belakangnya enggak beres.”

Sebelum membagi ke dalam dua kelompok pilot project, BI sudah membentuk tim perumus yang didalamnya terdiri atas 11 perbankan, empat perusahaan switching, dan perusahaan e-money seperti TCASH, OVO, dan Go-Pay. Hasil dari perumusan ini setiap perusahaan menyetujui standarisasi apa saja yang akan dipakai. Detailnya akan hadir dalam bentuk Peraturan Bank Indonesia (PBI).

Application Information Will Show Up Here

Bank Indonesia to Issue Standardization for QR Code-Based Electronic Payment

BI (Bank Indonesia) will issue the standardization of QR (Quick Response) code for electronic payment system this month. The implementation will be restricted to 12 licensed companies. The issuance has been delayed since April 2018.

Onny Wijanarko, Head of Payment System Policy and Oversight Department, said that BI will choose ASPI (Payment System Association of Indonesia) as the standard institution. They will be in charge to create the standardization.

“The restricted implementation may be going until September or October this year,” he said, as quoted in Katadata.

Some of the licensed companies are Go-Pay, TCash, OVO, BNI Yap!, and BRI. While finishing the implementation, other companies that already filed for QR code license have to re-register and complete the requirements.

“To issue the specifications [QR Code] is risky.”

ASPI is an institution created by BI involving all representations of Indonesia’s payment system industry players. It has given the authority in technical and micro extent for the standardization in payment system industry according to the terms and conditions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bank Indonesia Segera Terbitkan Standarisasi Pembayaran Elektronik Menggunakan QR Code Bulan Ini

Bank Indonesia (BI) akan menerbitkan standarisasi kode respon cepat (Quick Response/QR Code) untuk sistem pembayaran uang elektronik pada bulan ini. Hanya saja, implementasinya akan dilakukan secara terbatas diikuti 12 perusahaan yang sudah mendapat izin menggunakan QR Code. Penerbitan standarisasi ini molor dari target semula BI, pada awal April 2018.

Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Onny Wijanarko mengatakan BI akan menunjuk Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sebagai lembaga standar. ASPI akan menjadi lembaga yang membuat standarisasi ini.

“Implementasi terbatas itu mungkin sampai September sampai Oktober tahun ini,” kata Onny seperti dikutip dari Katadata.

Di antara perusahaan yang sudah mendapat izin menggunakan QR Code adalah Go-Pay, TCash, OVO, BNI Yap!, dan BRI. Sembari menyelesaikan implementasi terbatas, perusahaan yang sudah mengajukan izin pakai QR Code juga wajib mendaftar kembali dan memenuhi standar.

“Kalau menerbitkan spesifikasi [QR Code] sendiri, itu malah bahaya.”

ASPI adalah lembaga yang dibentuk BI dengan melibatkan representasi seluruh pelaku industri sistem pembayaran di Indonesia. Lembaga tersebut diberi kewenangan dalam lingkup mikro dan teknis untuk membuat aturan main dalam industri sistem pembayaran dengan tetap memperhatikan ketentuan dan kebijakan.

Telkomsel Tunda Rencana “Spin Off” TCASH

Layanan uang elektronik milik Telkomsel, TCASH,  hingga akhir tahun 2018 masih belum ada kepastian spin off menjadi perusahaan tersendiri. Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, saat acara media gathering nasional Telkomsel di Lombok, NTB (11/05). Sebelumnya muncul wacana TCASH akan dilepas Telkomsel pada kuartal pertama 2018.

“Memang TCASH kami operasikan agar bisa berdiri sendiri sehingga nanti bisa lebih fleksibel untuk mengembangkan bisnisnya, tapi kami belum bisa menyampaikan kapan rencana tersebut bakal dilancarkan.”

Ririek menambahkan, hingga kini Telkomsel masih melihat perkembangan dan aturan yang ditetapkan pemerintah terkait TCASH. Sebelumnya rencana TCASH untuk mandiri dari Telkomsel merupakan strategi untuk menambah jumlah pengguna terdaftar dan aktif, di luar pengguna Telkomsel saat ini.

Mendukung inklusi keuangan

Sebagai layanan uang elektronik yang sudah berjalan sejak tahun 2015, TCASH diklaim telah mengalami peningkatan jumlah pengguna, mitra, dan merchant yang menjalin kerja sama.

“Kita juga telah melakukan kolaborasi dengan BTN yang diresmikan di Malang. Kerja sama ini untuk menjangkau lebih banyak masyarakat Indonesia mengakses layanan keuangan lewat telepon seluler,” kata Ririek.

Selain menjalin kemitraan dengan bank, TCASH yang telah memperoleh izin resmi Bank Indonesia, meresmikan fitur pembayaran lewat QR Code. Kehadiran fitur ini menandai mulai beralihnya strategi perusahaan yang sebelumnya mengusung teknologi NFC (Near Field Communication) sebagai keunggulannya.

“Selain QR Code, TCASH juga masih menerapkan pembayaran melalui mesin EDC dan aplikasi. Semua teknologi yang dimiliki TCASH merupakan rencana dari Telkomsel untuk mendukung TCASH.”

Layanan lain yang akan dikembangkan Telkomsel untuk TCASH adalah penggunaan untuk pembayaran dana bantuan pemerintah dan pihak terkait lainnya. Proses pemberian dan penerimaan dana bantuan diharapkan bisa lebih mudah, cepat, aman dan transparan.

“Fokus utama kami adalah ingin menggunakan TCASH untuk membantu masyarakat Indonesia yang belum terjangkau dengan layanan keuangan. Sesuai dengan rencana dari presiden hingga tahun 2019 nanti, agar 72% masyarakat Indonesia sudah terjangkau dengan layanan perbankan,” tutup Ririek.

Application Information Will Show Up Here

Moka Terintegrasi dengan Layanan OVO, TCASH, dan DANA

Moka sebagai startup penyedia layanan point-of-sale (POS) berbasis cloud mengumumkan kerja sama strategis bersama OVO, TCASH dan DANA untuk integrasi sistem pembayaran. Kini merchant yang berlangganan Moka bisa memanfaatkan layanan penjualan sekaligus pembayaran terpadu di satu platform.

Kerja sama tersebut dinilai Co-Founder & CEO Moka, Heryanto Tanjo, sebagai langkah konkret bagi startupnya dalam memasuki babak baru di industri point-of-sale Indonesia. Implementasi e-payment diharapkan dapat memobilisasi pelanggan untuk lebih nyaman bertransaksi, sehingga memberikan dampak baik kepada merchant itu sendiri.

Dengan adanya pembaruan sistem, Moka juga berambisi untuk memperluas jangkauan pelayanan di seluruh Indonesia. Hingga saat ini Moka telah menjangkau lebih dari 10 ribu pengguna di berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 2017 tercatat terdapat lebih dari 50 juta transaksi senilai $600 juta.

“Besar harapan kami agar integrasi inovatif ini bisa menjadi solusi bagi pelaku bisnis untuk terus meningkatkan skala bisnisnya. Kami berkomitmen agar selalu memberikan solusi teknologi terbaik bagi seluruh merchant, dan memperluas pelayanan lainnya agar pelaku bisnis dapat tumbuh bersama Moka,” ujar Heryanto.

Layanan e-payment yang digandeng Moka merupakan yang cukup bertumbuh saat ini. Sebaran pengguna OVO mencapai 9,5 juta pengguna, sementara TCASH sudah mencapai 20 juta pengguna tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk saat ini yang sudah terintegrasi dan bisa digunakan secara penuh untuk pembayaran di Moka adalah layanan OVO, sementara untuk TCASH dan DANA akan segera menyusul dalam waktu dekat.

“Kemitraan dengan Moka adalah kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak, di mana dapat membantu kami memperluas jangkauan layanan OVO di gerai fisik serta meningkatkan transaksi. Selain itu, kami juga memiliki tujuan untuk mendukung para pemilik bisnis dengan memberi akses akan pelanggan berkualitas dan memungkinkan pembayaran elektronik, loyalty points, dan penawaran eksklusif secara lebih mudah,” ujar Adrian Suherman, Presiden Direktur OVO.

Layanan Moka sendiri sudah dihadirkan sejak tahun 2014 dalam bentuk SaaS (Software as a Services). Beberapa layanan yang disuguhkan untuk pelaku bisnis (khususnya UKM) meliputi fitur adubustrasu penjualan, inventaris, operasional, loyalty program untuk pelanggan, ingredient inventory, hingga fitur merchant intelligence yang dapat membantu merchant untuk menganalisis kinerja bisnis.

Application Information Will Show Up Here

TCash Starts Shifting from NFC by Introducing Snap QR Code

Telkomsel’s e-money service TCash introduces QR Code payment feature after receiving Bank Indonesia’s approval. This feature, at the same time, indicates the shifting of company’s strategy that has been carrying NFC technology (Near Field Communication) for quite some time.

Danu Wicaksana, TCash’s CEO, said that EDC machine for NFC is considered too expensive and less efficient for the company’s business and should be distributed to merchants. The company is in need of a technology more efficient and effective to acquire more users and merchants. Hence the QR code is considered as the better payment method.

TCash has partnered with more than 5,000 merchants, 70% of which use EDC machines to capture transactions from NFC stickers embedded in user’s smartphones. The number of users has reached more than 20 million and it has processed more than 10 million monthly transactions on average.

“This year’s target is 8-10 thousand merchants to join TCash. Most of those will be for the QR Code implementation because it is the most efficient method to acquire merchants and users,” Wicaksono said, Tue (3/27).

The QR Code was first implemented in Pasar Modern Bintaro, then proceed to Pasar Mayestik by the beginning of this year. Of the two locations, TCash has been working with 300 merchants, mostly are SME players.

Furthermore, T-Cash will be massively targeting similar places in other locations along with partnerships between companies and the Jakarta Government to digitize the market using safer and easier digital payment methods.

“Therefore, if you went to Pasar Mayestik paying with TCash, now you can pay using QR Code. This is a form of our commitment to market digitization, later, we will invite small shops to join TCash merchants.”

Other than targeting retails and F&B, TCash also collaborates with transportation services. One of which is Trans Semarang for bus tickets payment with QR Code. The realization will begin next month.

TCash is claimed to be the first fintech company, along with two banks, that have acquired approval from Bank Indonesia (BI) for QR technology implementation. Until recently, QR Code standardization is yet to be available. T-ash joined as a member of the preparation and development team of standardized QR Code for fintech and banking companies in Indonesia.

Provide e-KYC for migration to full service

Along with this announcement, TCash now accommodates e-KYC service that comes with face-to-face validation through a video call. Users only have to fill in the bio, upload ID, take a selfie with the ID (KTP), and make a video call with TCash agent through the app. This service will be officially launched on April 1st, 2018.

Previously, user is required to come to Grapari and fill out documents to upgrade, then wait for at least one day before enjoying the full service.

“Users can now choose to make a video call or come to Grapari for upgrading into full service.”

By upgrading, customers can enjoy T-Cash’s main features of sharing funds (P2P), receiving, and withdrawing cash. The number of cash stored in any application must not over Rp10 million (full user) and Rp1 million for basic users.

TCash provides a variety of bill payment options for TV, internet, BPJS, PLN, PDAM, Halo postpaid, online game voucher purchase, and Telkomsel’s data and balance top-up.

There will be financial products available in the near future, including insurance, loans, and others. It will boost Tcash mission to be a one-stop service for all types of bill payments and non-cash purchases through mobile phones.

“To pamper our customers, we apply zero rates for the app usage. Means customers will be charged of zero data usage for all activities within the app. They only get charged for downloading the app. It’s free afterward,” Wicaksana said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here