TikTok dan Tren Konten Edukatif yang Terus Meningkat

Hingga detik ini, saya yakin di luar sana masih banyak yang mengecap TikTok sebagai “platform alay”. Padahal, seandainya mereka mau membuka mata lebih lebar, mereka bakal melihat bagaimana TikTok sudah berevolusi menjadi platform distribusi konten yang matang dan yang menawarkan lebih dari sekadar hiburan.

Semuanya bermula pada tanggal 25 November tahun lalu, tepatnya ketika TikTok meluncurkan program #BelajarBareng guna mengajak para kreator untuk berbagi konten edukatif. Lalu tibalah pandemi COVID-19, dan semenjak pemerintah memberlakukan kebijakan PSBB, konten bertema pendidikan di TikTok pun semakin beranak pinak, demikian pengakuan dari Angga Anugrah Putra selaku Head of User & Content Operations TikTok Indonesia.

Puncaknya adalah ketika TikTok meluncurkan program #SamaSamaBelajar di bulan Mei lalu, yang sampai detik ini sudah membuahkan lebih dari 17 miliar view. Salah satu kegiatannya, yakni kompetisi #BerbagiIlmu, terbukti mendapat respon positif dan antusiasme yang cukup besar.

Guna melanjutkan tren konten edukatif tersebut, TikTok sekarang tengah mengadakan kompetisi #BerbagiSkill. Kegiatan ini akan berakhir pada tanggal 31 Juli, dan kemudian akan disambung oleh kompetisi ketiga yang bertajuk #BerbagiFakta pada tanggal 11 Agustus. Namanya kompetisi, sudah pasti ada hadiah uang bagi para pemenang, tapi uang bukanlah satu-satunya insentif yang bisa didapatkan oleh para kreator.

Di skala global, TikTok punya program Creative Learning Fund. Namun seperti yang saya bilang, ini bukan melulu soal uang. Di ranah lokal, TikTok juga sempat mengadakan semacam workshop (online via video conference) bersama kreator-kreator terpilih dengan tujuan untuk semakin membina mereka sekaligus mewadahi interaksi antar kreator supaya mereka bisa saling belajar hal baru dari sesamanya. Jadi selain menyajikan konten edukatif ke konsumen, TikTok sebenarnya juga berupaya untuk mengedukasi komunitas kreatornya.

Menurut Angga, pendidikan saat ini sudah masuk tiga besar kategori terpopuler di TikTok, membuktikan bahwa pasarnya memang ada. Subkategorinya sendiri bisa bermacam-macam, bisa sains, teknologi, DIY, life hacks, marketing, dan masih banyak lagi.

“Sebagai platform yang inklusif, siapa pun berkesempatan untuk berbagi kemampuan dan keahliannya di TikTok, dan menginspirasi pengguna lain untuk belajar dan bahkan ikut berbagi pengetahuan mereka,” jelas Angga.

Video pendek sebagai medium belajar dan mengajar

Contoh konten bertema pendidikan yang diunggah oleh Indra Azis (kiri) dan Jason Iskandar (kanan) / TikTok
Contoh konten bertema pendidikan yang diunggah oleh Indra Azis (kiri) dan Jason Iskandar (kanan) / TikTok

Lalu yang mungkin jadi pertanyaan adalah, seefektif apa format video pendek saat diperlakukan sebagai medium belajar dan mengajar? Dalam riset berjudul “What the world watched in a day” yang dilakukan Google, belajar hal baru dan menggali minat diri merupakan dua alasan terbesar untuk menonton video di samping menghibur diri. Riset itu juga menunjukkan bahwa semakin muda suatu generasi, semakin besar preferensi mereka terhadap format video pendek.

TikTok merupakan medium yang sangat pas untuk itu, dan pendapat ini diamini oleh Indra Azis, pelatih vokal kawakan yang kebetulan memang cukup populer di TikTok. “Selama puluhan tahun saya mengajar vokal, semakin muda generasinya memang semakin tidak ingin mendengar terlalu banyak teori. Mereka lebih senang yang to-the-point dan langsung terjun mencobanya,” tutur Indra.

Beliau lanjut menjelaskan bahwa video tutorial yang dia bagikan di TikTok mendapat banyak respon duet dari para penonton, dan itu secara langsung menunjukkan bahwa mereka bisa langsung mempraktikkan berbagai tips yang dia berikan. Indra juga mengaku bahwa durasi video yang singkat mendorongnya untuk lebih rajin membuat konten.

Pendapat yang tak kalah menarik datang dari Jason Iskandar, sutradara film pendek sekaligus pendiri rumah produksi Studio Antelope. Menurutnya, TikTok dan format video pendek bisa membantu para sineas untuk melatih kemampuan storytelling-nya, menyampaikan pesan yang mendalam dengan durasi yang sangat terbatas.

Durasi yang singkat tentu bakal menjadi tantangan tersendiri bagi para kreator konten bertema pendidikan, namun ini juga bisa menjadi ajang pembuktian bahwa mereka benar-benar kapabel di masing-masing profesinya. “Kalau belum bisa menjelaskan secara sederhana, berarti kita belum benar-benar menguasai soal itu,” pungkas Jason.

Gambar header: Kon Karampelas via Unsplash.

TikTok for Business Hadir di Indonesia, Ingin Rangkul Pengguna di Kalangan UKM

TikTok, platform video singkat yang cukup booming di Indonesia memperkenalkan platform self-service TikTok for Business. Platform yang diklaim bisa digunakan untuk segala ukuran bisnis ini dihadirkan dengan harapan bisa membantu UKM di seluruh dunia, termasuk Indonesia

“Format video singkat dan komunitas TikTok yang terkenal akan kreativitas memberikan peluang bagi berbagai bisnis dan usaha, termasuk UKM, untuk menggaet pasar yang lebih dinamis serta pemasarannya yang lebih efektif dan interaktif,” terang Direct Sales Leader TikTok Indonesia Pandu Wiguna.

Pandu lebih jauh menjelaskan bahwa platform self-service yang diluncurkan TikTok ini merupakan evolusi dari TikTok sebagai solusi periklanan kekinian. TikTok menawarkan akses yang mudah fleksibel sehingga memungkinkan UKM bisa bangkit lagi di masa new normal.

TikTok sendiri saat ini tengah menjadi fenomena di Indonesia. Kehadirannya disambut baik masyarakat di Asia Tenggara. Dari data internal TikTok, mereka berhasil mendapatkan 30 miliar views per bulan dengan rata-rata 100 konten dilihat per hari oleh tiap pengguna di Indonesia. Sementara secara global setiap pengguna TikTok membuka aplikasi lima kai sehari dan secara global pengguna membuka aplikasi TikTok lima kali sehari.

TikTok sendiri mengenalkan TikTok for Business secara global pada akhir Juni lalu. Belum genap sebulan TikTok kemudian memboyongnya masuk ke Indonesia, memanfaatkan momen di mana TikTok mengalami lonjakan yang signifikan di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir.

TikTok dan UKM di Indonesia

Sebagai salah satu aplikasi yang popularitasnya sedang meroket TikTok cukup percaya diri menghadirkan layanan iklan mereka di Indonesia. Pemilik bisnis kecil dan menengah segala sektor menjadi sasarannya. TikTok juga optimis dengan komunitas penggunanya yang semakin berkembang kehadiran layanan pengiklan ini bisa dimanfaatkan untuk pemilik bisnis menjangkau lebih banyak penggunanya.

“TikTok for Business merupakan platform yang diperbarukan dari yang sebelumnya bernama TikTok Ads Manager, tentu dengan solusi dan produk yang lebih baru dan optimal. TikTok Ads ini memanfaatkan berbagai kemudahan, seperti creative tools, flexible budgets, performance targeting, dan business account,” terang Pandu.

Pandu juga menambahkan bahwa TikTok menyediakan serangkaian teknologi dan metode yang bisa membantu bisnis menemukan audiens baru. Di dalamnya termasuk kemungkinan melakukan kustomisasi target audiens dengan pilihan demografi, perangkat, dan beberapa pilihan lainnya. Platform iklan TikTok ini secara langsung akan berhadapan dengan layanan iklan sejenis dari layanan sosial media lainnya, seperti Facebook, Instagram, atau bahkan Google.

Tantangan TikTok di Indonesia tidak hanya hadir dari para penyedia layanan iklan serupa tetapi juga isu-isu negatif yang menerpa TikTok, salah satunya isu keamanan atau privasi data.

Menanggapi hal ini pihak TikTok Indonesia menjelaskan, “TikTok berkomitmen untuk menghormati privasi pengguna dan bersikap transparan terhadap komunitas serta ahli keamanan tentang bagaimana aplikasi ini bekerja. Kami terus berusaha untuk menjadi yang terdepan dalam menghadapi tantangan keamanan apa pun, dan kami mendorong para pengguna untuk menggunakan versi terbaru dari TikTok, sehingga mereka dapat menikmati pengalaman terbaik.”

UKM sendiri merupakan kelompok bisnis yang cukup besar di Indonesia, jumlahnya mencapai 60 juta bisnis. Dengan potensi yang cukup besar kategori ini mulai dilirik banyak pihak, tidak hanya TikTok tetapi juga penyedia layanan lain.

Application Information Will Show Up Here

Facebook Luncurkan Collab, Seperti TikTok tapi Khusus Musik Garapan Sendiri

Facebook, melalui divisi eksperimentalnya, NPE Team, meluncurkan aplikasi baru yang menarik bernama Collab. Sesuai namanya, aplikasi ini dirancang untuk memudahkan proses kreasi video musik bersama beberapa orang sekaligus.

Premisnya cukup simpel: setiap video musik dalam Collab sebenarnya terdiri dari tiga video yang berbeda yang berjalan secara sinkron. Jadi semisal Anda suka dengan video gitar seseorang dan video vokal seorang lainnya lagi, Anda bisa memadukan keduanya dengan video Anda sendiri yang sedang bermain drum.

Tidak harus drum, galon air pun juga bisa. Collab murni ditujukan untuk bersenang-senang. Ia bukanlah sebuah DAW (digital audio workstation) yang dirancang untuk mengakomodasi proses kolaborasi musisi profesional. Anggap saja Collab ini seperti TikTok, tapi tanpa katalog musik berlisensi.

Usai suatu video diunggah ke Collab, semua pengguna bebas menguliknya lebih lanjut jika mau. Anda bahkan tidak perlu merekam video sendiri; tiga video unggahan pengguna-pengguna lain bisa Anda gabungkan menjadi satu video kolaborasi baru dengan durasi maksimum 15 detik.

Collab turut mendukung sharing ke platform lain, semisal Instagram maupun Facebook Stories. Lebih lanjut, berhubung Collab memanfaatkan fitur sharing bawaan iOS – aplikasinya sejauh ini memang baru tersedia di iOS saja – pengguna juga dapat membagikan video kolaborasinya ke platform seperti TikTok jika mau.

Timing peluncuran Collab ini memang sengaja disesuaikan dengan situasi pandemi, di mana Facebook berharap agar kolaborasi kreatif tidak harus terhenti akibat pandemi. Sayang aplikasinya sejauh ini baru diuji secara terbatas di Amerika Serikat dan Kanada. Namun ke depannya negara-negara lain semestinya juga bakal menyusul.

Sumber: 1, 2, 3.

CEO Baru TikTok Mau Kembangkan Bisnis Gaming dan Musik

Kevin Mayer, mantan Head of Streaming Services Disney akan menjabat sebagai CEO TikTok per 1 Juni 2020 mendatang. Dalam wawancara dengan The Wall Street Journal, Mayer berkata bahwa selain mengembangkan bisnis utama TikTok, yaitu video, dia juga tertarik untuk mengembangkan bisnis-bisnis terkait yang juga memiliki potensi bisnis besar. Dua industri yang dia maksud adalah gaming dan musik.

Saat ini, semakin banyak organisasi esports yang membuat akun resmi di TikTok, sebut saja FaZe Clan, Team SoloMid, dan G2 Esports. Di Indonesia, juga ada beberapa organisasi esports yang membuat akun resmi TikTok, seperti EVOS Esports, Bigetron Esports, dan Onic Esports. TikTok bahkan baru saja mengumumkan kerja sama dengan WHIM Indonesia, perusahaan manajemen talenta di bawah EVOS.

Para streamer juga sudah merambah ke TikTok, misalnya Tyler “Ninja” Blevins atau Imane “Pokimane” Anys. TikTok juga telah bekerja sama dengan Fortnite serta menggandeng Collegiate StarLeague untuk membuat turnamen esports. Hanya saja, semua usaha TikTok untuk memasuki ranah game dan esports dianggap belum maksimal.

tiktok gaming musik
Tyler “Ninja” Blevins juga punya akun TikTok. | Sumber: Kotaku

“Bagi TikTok, mereka tampaknya belum menemukan cara terbaik untuk masuk ke pasar gaming,” kata Jason Wilhem, CEO TalentX Gaming pada Business Insider. TalentX Gaming adalah perusahaan joint venture antara ReKTGlobal — perusahaan induk dari organisasi esports Rogue — dengan TalentX, perusahaan manajemen talenta yang membawahi sejumlah kreator terbaik di TikTok. “Ada banyak hal yang harus Anda persiapkan untuk dapat melakukan streaming game. Terlihat jelas bahwa TikTok belum mempersiapkan fitur tersebut, tapi kami akan memikirkan cara untuk mengatasi masalah ini.”

Sementara di dunia musik, TikTok telah memberikan dampak yang cukup besar walau umur mereka sebagai media sosial terbilang muda. Setiap bulan, lagu-lagu yang menjadi trending song di TikTok selalu berhasil masuk dalam daftar Hot 100 di Billboard. Tak hanya itu, musisi seperti Drake juga menggunakan dance challenges di Tiktok untuk mempromosikan lagu barunya.

Sementara music producer Tiagz berhasil mendapatkan jutaan penggmar karena dia menulis lagu tentang tren di TikTok. Para pengiklan juga menemukan cara untuk memanfaatkan tren musik dan tarian di TikTok. Misalnya, Warner Bros. Entertainment membuat musik original dan dance challenge untuk mendapatkan miliaran view dan jutaan komentar di TikTok.

“Menurut saya, TikTok sekarang menjadi salah satu platform tempat musik dirilis,” kata Evan Horowitz, CEO Movers+Shakers, perusahaan kreatif. “Wajar saja jika perusahaan-perusahaan membuat musik yang populer di komunitas TikTok sehingga musik itu bisa menjadi tren dan sukses di luar platform tersebut.”

Sumber header: Jesse Grant/Getty Images for Disney via Business Insider

Antara TikTok dan Esports: Bagaimana Keduanya Berpeluk Mesra Merenda Tawa

Tim olahraga tradisional, seperti kesebelasan sepak bola, biasanya punya kota yang mereka sebut sebagai rumah. Misalnya, Jakarta adalah markas Persija sementara Persib di Bandung. Ini memudahkan tim-tim tersebut untuk mendapatkan penggemar di kota asalnya, seperti Persija dengan The Jakmania. Namun, tidak begitu dengan organisasi esports. Fans tim atau organisasi esports bisa datang dari mana saja, terlepas dari kota atau negara asal tim atau organisasi tersebut. Tentu saja, lain ceritanya ketika tim esports membawa nama negara, seperti dalam Asian Games atau SEA Games.

Hal lain yang membedakan esports dengan olahraga tradisional adalah pertandingan esports diadakan secara digital dan biasanya disiarkan di platform streaming seperti YouTube, Facebook, atau Twitch. Karena itu, bagi organisasi esports, media sosial adalah cara paling sesuai untuk mengumpulkan dan berinteraksi dengan fans. Pertanyaannya, media sosial yang mana? Kini, ada beberapa media sosial populer, seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan  TikTok. Masing-masing platform memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Dari semua media sosial itu, TikTok adalah yang paling baru. Lalu, bagaimana peran TikTok dalam industri gaming dan esports saat ini?

Apa Uniknya TikTok?

TikTok adalah platform media sosial buatan ByteDance, perusahaan asal Beijing, Tiongkok. TikTok mengkhususkan diri untuk menyajikan konten berupa video pendek dengan durasi 3 sampai 60 detik. Satu hal yang membedakan TikTok dari media sosial lainnya adalah cara mereka menggunakan artificial intelligence. Kebanyakan media sosial, seperti Facebook dan Instagram, menggunakan algoritma untuk menentukan konten yang tampil di lini masa pengguna.

TikTok kini menjadi semakin populer. | Sumber: 9to5mac
Cara TikTok menggunakan AI menjadi salah satu keunikannya. | Sumber: 9to5mac

Sementara itu, TikTok akan menganalisa ketertarikan dan preferensi pengguna berdasarkan interaksi mereka dengan konten. Jadi, video yang muncul di lini masa TikTok Anda ditentukan berdasarkan pada berapa lama Anda menonton sebuah video. Semakin lama Anda menonton, itu berarti ketertarikan Anda semakin tinggi. Ini bukan berarti TikTok adalah satu-satunya platform yang menggunakan AI. Jangan salah, media sosial atau platform streaming seperti YouTube dan Spotify juga tetap menggunakan AI. Hanya saja, biasanya pengguna tetap diminta untuk memilih genre atau tipe konten yang mereka sukai.

Oke, reputasi TikTokmemang tidak sepenuhnya cemerlang. Maaf saja, saya sendiri masih sering mengidentikkan TikTok dengan konten alay. Saya yakin saya bukan satu-satunya yang berpikir begitu. Namun, tak bisa dipungkiri TikTok digemari begitu banyak orang. Menurut data dari Sensor Tower per April 2020, TikTok telah diunduh sebanyak 2 miliar kali di Apple App Store dan Google Play Store. Pandemi virus corona menjadi salah satu pendorong pertumbuhan jumlah install TiKTok. Sepanjang Q1 2020, TikTok telah diunduh sebanyak 315 juta kali di App Store dan Google Play. Sementara menurut Datareportal, jumlah pengguna aktif bulanan TikTok mencapai 800 juta orang.

Jumlah pertumbuhan donwload TikTok. | Sumber: Sensor Tower
Jumlah pertumbuhan donwload TikTok. | Sumber: Sensor Tower

India menjadi negara dengan total install TikTok terbesar, mencapai 611 juta download atau sekitar 30,3 persen dari total unduhan. Sementara Tiongkok duduk di posisi nomor 2 dengan total install mencapai 196,6 juta (9,7 persen). Amerika Serikat ada di posisi ketiga dengan total unduhan 165 juta (8,2 persen). Sementara itu, untuk kawasan Asia Tenggara, Sensor Tower memperkirakan bahwa total install aplikasi TikTok mencapai 190 juta pada Mei 2019, menurut laporan Strait Times. Untuk kawasan Asia Tenggara, Indonesia menjadi negara dengan jumlah install TikTok terbanyak. Mengingat Indonesia adalah negara dengan populasi terbanyak ke-4 di dunia, hasil itu tidak aneh.

TikTok di Dunia Gaming dan Esports

Setelah sukses mendapatkan audiens dengan TikTok, ByteDance — perusahaan induk TikTok — mulai tertarik untuk masuk ke industri game. Beberapa tahun belakangan, ByteDance telah merilis game-game kasual yang menggunakan iklan sebagai sumber pemasukan. Biasanya, game-game tersebut dipopulerkan melalui TikTok. Namun, pada Januari 2020, ByteDance dikabarkan akan membuat divisi game. Pasalnya, mereka ingin menggarap game yang lebih serius. Lewat game ini, ByteDance hendak menyasar kalangan gamer hardcore yang rela mengeluarkan uang untuk membeli item dalam game.

Masih pada Januari 2020, TikTok juga bekerja sama dengan Fortnite untuk menyelenggarakan acara #EmoteRoyaleContest. Sementara pada April 2020, TikTok menggandeng Collegiate StarLeague (CSL) untuk mengadakan turnamen esports bertajuk TikTok Cup. Dalam turnamen tingkat universitas ini, ada 4 game yang dipertandingkan, yaitu Fortnite, League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Rocket League.

Sementara itu, di Indonesia, TikTok menggandeng WHIM Indonesia, perusahaan manajemen yang mengelola organisasi esports EVOS Esports dan influencer mereka. Hartman Harris, Chief of Business Operation EVOS Esports mengatakan bahwa melalui kerja sama ini, EVOS ingin mengembangkan bisnis influencer mereka. “Kita yakin bahwa TikTok akan lebih menarik untuk fans kami, termasuk EVOS Esports, terutama mereka yang berasal dari Gen Z yang suka dengan lagu hits tapi dengan penyajian format konten yang berbeda,” kata Hartman.

Hartman menjelaskan, masing-masing platform media sosial memiliki market dan fungsi yang berbeda-beda. Meskipun begitu, dia mengaku pasti ada audiens yang overlap antara satu media sosial dengan yang lain. “Karena itu, kita harus bikin setiap konten menarik dan bikin penasaran,” ujarnya. “Fungsi setiap platform berbeda-beda, sehingga mood orang juga berbeda-beda saat pakai platform yang berbeda. Instagram kebanyakan untuk image, YouTube untuk video panjang, TikTok untuk video pendek dengan lagu yang hits dan lucu.”

Mengingat setiap platform media sosial memiliki fungsi yang berbeda, para kreator konten, termasuk influencer di WHIM, tidak bisa serta-merta membuat satu konten yang dibagikan ke seluruh media sosial. “Karena setiap platform itu berbeda-beda, kita harus customize setiap konten juga, untuk dicocokkan dengan audiensnya, tapi semua ada benang merahnya,” jelas Hartman.

Emperor jadi salah satu influencer di bawah EVOS. | Sumber: Esports.id
Emperor jadi salah satu influencer di bawah EVOS. | Sumber: Esports.id

WHIM Indonesia membawahi sejumlah influencer ternama di dunia gaming, seperti Jonathan “Emperor” Liandi, Dyland Maximus Zidane alias Dyland PROS, Anastasia “Angel” Angelica, dan Jeanice Ang aka Jeanice. Masing-masing influencer tentu memiliki daya tarik yang berbeda-beda. Hartman mengungkap, ciri khas masing-masing influencer di WHIM biasanya memang sesuai karakter mereka sendiri. “Setiap orang punya khas sendiri, kita hanya bantu memoles,” ungkapnya. Sementara soal pembuatan konten, semua melalui tim kreatif WHIM. “Diawalin dengan process planning, lalu production, lalu edit.”

Ketika ditanya soal tujuan kerja sama antara WHIM Indonesia dan TikTok, melalui pesan singkat, Hartman menjawab, “Untuk bisa menjalin hubungan yang lebih erat dan membangun industri kreator konten di Indonesia melalui TikTok, platform yang sangat besar.” Lebih lanjut dia berkata, “Kami ingin bisa menghubungkan lebih banyak konten kreator dengan para brand. Agar konten kreator mudah mendapat brand, dan para brand bisa mendapat kreator yang tepat.” Selain itu, melalui kerja sama ini, WHIM Indonesia juga akan mendapatkan berbagai insight dari TikTok, mulai dari cara membuat video yang lebih engaging sampai tren konten TikTok di luar negeri yang bisa diterapkan di pasar lokal.

Seperti Apa Konten di TikTok?

EVOS Esports memiliki akun resmi di TikTok, lengkap dengan centang biru. Mereka sudah mengunggah 141 video dan mengumpulkan 249,9 ribu pengikut. EVOS bukanlah satu-satunya tim esports Indonesia yang punya akun TikTok. Dua tim seports lain yang juga memiliki akun di TikTok adalah Bigetron Esports yang telah mengunggah 41 video dan mendapatkan 49,9 ribu pengikut, serta Onic Esports dengan 21 video dan 8 ribu pengikut.

EVOS, Bigetron, dan Onic juga memiliki akun Instagram, yang fokus pada gambar dan video. Lalu, konten seperti apa yang disajikan di TikTok? Hartman menyebutkan bahwa EVOS membedakan konten yang mereka unggah di akun media sosial yang berbeda-beda. Untuk memastikan kebenaran pernyataan itu, saya lalu mencari tahu tentang konten buatan EVOS di TikTok dan membandingkannya dengan konten di Instagram. Di akun Instagram resmi EVOS, Anda akan menemukan konten seperti ucapan selamat ulang tahun untuk anggota tim, video kilas balik pada momen-momen menarik, give away, atau pengumuman pengunduran diri pemain. Namun, di TikTok, konten buatan EVOS jauh lebih… nyeleneh santai.

Salah satu video dengan view terbanyak di akun TikTok EVOS adalah video dari Dyland PROS saat dia melakukan Lalala Challenge. Video pendek tersebut berhasil mendapatkan 159,5 ribu view dan lebih dari 4,5 ribu komentar. Bagi Anda yang tidak tahu (seperti saya sebelum menulis artikel ini), Lalala Challenge menantang Anda untuk membuat gerakan tangan sesuai dengan serangkaian emoji. Tentu saja, gerakan yang Anda buat harus sesuai dengan ritme lagu.

Contoh orang-orang yang melakukan Lalala Challenge. | Sumber: YouTube
Contoh orang-orang yang melakukan Lalala Challenge. | Sumber: YouTube

Contoh konten lainnya di akun TikTok resmi EVOS adalah Pass the Brush Challenge. Di sini, para ML Ladies menunjukkan tampilan mereka sebelum dan sesudah menggunakan makeup sebelum mereka “menyerahkan” kuas makeup ke rekan mereka. Jika Anda berpikir konten-konten tersebut nirfaedah, saya tidak akan menyalahkan Anda. Tapi, tak bisa dipungkiri itu menghibur banyak orang. Di tengah pandemi seperti sekarang, kita tahu betapa pentingnya hiburan.

Dan jangan salah, organisasi-organisasi esports yang membuat akun TikTok tak terbatas pada organisasi esports lokal. Organisasi esports global sekalipun juga punya akun di TikTok. Ini beberapa daftar organisasi esports global yang memiliki jumlah pengikut hingga puluhan atau bahkan ratusan ribu di TikTok.

  • Team SoloMid – 544,9 ribu pengikut
  • 100 Thieves – 286,5 ribu pengikut
  • G2 Esports – 286,1 ribu pengikut
  • Spacestation Gaming – 100,1 ribu pengikut
  • Cloud9 – 42,6 ribu pengikut
  • FaZe Clan 30,5 ribu pengikut
  • Fnatic R6 – 10 ribu pengikut

Tak hanya organisasi esports, beberapa streamer ternama juga memiliki akun TikTok, seperti Tyler “Ninja” Blevins yang memiliki 2,5 juta pengikut atau Imane “Pokimane” Anys dengan 2 juta pengikut. Para penyelenggara turnamen juga bekerja sama dengan TikTok untuk mempopulerkan turnamen mereka. Misalnya, dalam League of Legends World Championship 2019, Riot Games bekerja sama dengan TikTok untuk merilis lagu original berjudul “GIANTS”. Lagu tersebut bisa digunakan oleh pengguna TikTok sebagai latar belakang musik dari konten yang mereka buat.

“Sebagai tambahan, para influencer di TikTok juga menghadiri turnamen secara langsung, mendorong terciptanya konten yang otentik, sehingga jumlah view naik dengan cepat dan kini telah menembus 1 miliar view,” kata Alay Joglekar, Social Media Lead, Riot Games pada The Esports Observer. Dia merasa, Riot mendapatkan pelajaran berhraga dari kerja sama tersebut. “Setelah kerja sama pertama, kami berencana untuk menjalin kerja sama yang lebih erat lagi dengan TikTok agar kami bisa memberikan pengalaman yang lebih menarik bagi fans lama dan baru kami.”

Pada April 2020, ESL juga bekerja sama dengan TikTok. Perusahaan penyelenggara turnamen itu membuat dua channel. Satu channel untuk menunjukkan highlight dari pertandingan Counter-Strike: Global Offensive dan satu channel lain untuk konten esports umum. Selain itu, ESL dan TikTok juga membuat dua tagar khusus: #progamer dan #mygaminglife. ESL mengatakan, dua channel mereka mendapatkan total view 2,3 juta hanya dalam waktu 4 hari. Sementara dalam waktu 10 hari, mereka berhasil mendapatkan 2,5 miliar view. ESL mengaku, melalui kerja sama ini, mereka memang menargetkan generasi Z, yang terlahir pada sekitar pertengahan 1990-an sampai awal 2010-an.

Kesimpulan

Pada awalnya, TikTok mungkin memiliki reputasi sebagai media sosial untuk anak-anak alay. Sampai sekarang, reputasi itu mungkin belum sepenuhnya menghilang. Tapi, tak bisa dipungkiri bahwa TikTok kini menjadi media sosial yang sangat populer, khususnya di kalangan gen Z. Dan coba tebak industri apa yang penontonnya juga datang dari generasi milenial dan gen Z? Esports. Jadi, jangan heran jika para pelaku esports bekerja sama dengan TikTok, mengingat audiens keduanya memiliki kemiripan.

Besides, if you can’t beat them, join them!

Sumber header: CNET/Angela Lang

Bagaimana Manajemen EVOS Memanfaatkan TikTok Untuk Kembangkan Bisnis Influencer

Belakangan TikTok sedang gencar melakukan ekspansi ke ranah gaming dan esports. Secara global, kita melihat bagaimana TikTok menggandeng Collegiate StarLeague untuk membuat turnamen bertajuk TikTok Cup. Mereka juga gandeng Fortnite, untuk membuat sebuah aktivitas digital bertajuk #EmoteRoyaleContest. Bahkan dikabarkan perusahaan induk TikTok mau buat divisi gaming, yang kabarnya ingin saingi Tencent di Tiongkok.

Baru-baru ini, TikTok juga menunjukkan keinginan ekspansi mereka di ranah gaming dan esports di ekosistem lokal lewat kerja sama mereka dengan WHIM Indonesia. Bagi Anda yang belum tahu, WHIM Indonesia merupakan manajemen organisasi esports yang mengelola tim EVOS Esports dan berbagai influencer game ternama di Indonesia seperti Jonathan Liandi (Emperor), Dyland Maximus Zidane (Dyland PROS), Anastasia Angelica (Angel) dan Jeanice Ang (Jeanice).

Dalam kerja sama Multi-Channel Network yang dijalin antara TikTok bersama WHIM Indonesia, Hartman Harris Chief of Business Operation EVOS Esports berbagi bagaimana manajemen EVOS memanfaatkan TikTok untuk kembangkan lini bisnis influencer WHIM Indonesia.

Sumber: Twitter @BizGuideBCA
Sumber: Twitter @BizGuideBCA

“Kita yakin bahwa TikTok akan lebih menarik untuk fans kami, termasuk EVOS Esports, terutama mereka yang berasal dari Gen Z yang suka dengan lagu hits namun dengan penyajian format konten yang berbeda.” Hartman memperjelas.

Lalu bagaimana kerja sama ini bisa mengembangkan bisnis influencer WHIM Indonesia? Hartman lalu menjelaskan bahwa lewat kerja sama ini, WHIM Indonesia ingin dapat belajar lebih banyak dari TikTok. “Bagaimana membuat video TikTok yang engaging, lebih profesional, dan mempelajari tren konten TikTok di luar negeri untuk kita terapkan di market lokal Indonesia.”

Dalam kemitraan ini dikatakan bahwa TikTok dengan WHIM Indonesia juga akan memberikan pelatihan kepada talenta dalam pembuatan konten yang berkualitas.

Terkait ini, Hartman menjelaskan lebih lanjut bahwa untuk awal mula, pelatihan ini dilakukan untuk talenta yang ada di dalam WHIM terlebih dahulu. “Tapi pastinya untuk mengembangkan ekosistem, kita berharap lewat kerja sama ini kita bisa membuat workshop, agar lebih banyak orang bisa membuat konten TikTok dengan lebih profesional.”

Lebih lanjut, Hartman menjelaskan apa yang ingin dicapai WHIM Indonesia dalam kerja sama dengan TikTok. “Kami ingin bisa lebih mengembangkan industri ini lagi. Kami ingin bisa menghubungkan lebih banyak konten kreator dengan para brand. Agar konten kreator mudah mendapat brand, dan para brand bisa mendapat kreator yang tepat.” tukas Hartman.

Sumber: TikTok
Sumber: TikTok

Chaya Kusuma selaku Business Director WHIM Indonesia juga menambahkan. “User-generated Content terbukti lebih otentik dan menarik dibandingkan dengan iklan tradisional, karena beberapa merek besar juga kini menggunakan UGC dengan memanfaatkan bakat kreativitas yang dimiliki oleh para talenta. Kini, perilaku konsumen juga telah bergeser dalam mencari informasi brand dan berbelanja ke berbagai saluran online. WHIM sangat terbuka untuk membantu para pemilik brand untuk menciptakan campaign pemasaran digital melalui bakat yang dimiliki oleh para talenta.”

Hingga saat ini, WHIM Indonesia telah memiliki lebih dari 60 talent dengan akun TikTok yang terverifikasi. Talenta WHIM telah menghasilkan 69 juta viewers setiap bulan dan memiliki lebih dari 12 juta followers dengan pertumbuhan rata-rata mencapai 30% setiap bulannya.

Gandeng Collegiate StarLeague, TikTok Buat TikTok Cup

TikTok bekerja sama dengan Collegiate StarLeague (CSL) untuk mengadakan TikTok Cup, turnamen esports bagi mahasiswa. Memang, CSL adalah penyelenggara turnamen esports yang mengkhususkan diri pada tingkat universitas. Ada empat game yang akan diadu dalam TikTok Cup, yaitu Fortnite, League of Legends, Counter-Strike: Global Offensive, dan Rocket League.

Total hadiah dari TikTok Cup mencapai US$60 ribu (sekitar Rp931 juta). Namun, total hadiah tersebut tidak dibagi rata untuk empat game. Masing-masing game memiliki jumlah hadiah yang berbeda-beda. Kompetisi ini terbuka untuk semua orang yang masih terdaftar sebagai mahasiswa dari universitas di Amerika Serikat.

Selain kompetisi esports, TikTok juga menyelenggarakan kompetisi untuk membuat video tentang TikTok Cup. Tentu saja, video tersebut harus dibagikan di platform TikTok. Untuk ikut serta dalam kompetisi ini, seseorang hanya perlu menggunakan tagar TikTokCupContest, lapor Neowin. Pemenang dari kontes video TikTok Cup akan mendapatkan US$2.500 (sekitar Rp38,8 juta).

“Collegiate StarLeague sangat senang karena bisa bekerja sama dengan tim TikTok untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa gamer dalam membuat konten yang menggabungkan esports, game, dan video TikTok,” kata Wim Stocks, CEO dari World Gaming Network dan Collegiate StarLeague, seperti dikutip dari Gamasutra. “Kami tidak sabar untuk melihat video seperti apa yang akan dibuat oleh para peserta. Kami berterima kasih pada TikTok atas kerja samanya.”

Ini bukan kali pertama, TikTok menyasar komunitas gamer. Pada Januari 2020, TikTok bekerja sama dengan Fortnite untuk mengadakan event #EmoteRoyaleContest. Dalam kontes ini, para peserta diminta untuk mengunggah video singkat dari tarian mereka. Tarian dari pemenang akan dijadikan sebagai salah satu emote dalam Fortnite.

Masih pada bulan Januari, ByteDance, perusahaan induk TikTok, juga dikabarkan tertarik untuk memasuki industri mobile game. Memang, sebelum ini, mereka juga telah menargetkan para gamer kasual. Namun, nantinya, mereka juga berencana untuk menyasar para hardcore gamer.

Sumber header: The Esports Observer

Resso Resmi Hadir, Utamakan Fitur “Social Sharing”

Resso, aplikasi streaming musik besutan Bytedance yang merupakan induk TikTok, mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah beberapa bulan uji coba dalam versi beta. Peluncurannya hari ini (11/3), menyusul setelah Resso resmi bertandang ke India minggu lalu (6/3). Kedua negara ini memang sejak awal menjadi sasaran sebelum Resso digulirkan ke negara lainnya.

Country Manager Resso Indonesia Tricia Dizon menerangkan, Resso diciptakan untuk merevolusi cara mendengarkan musik yang diterjemahkan ke dalam tampilan dan fitur-fitur yang dihadirkan. Menurutnya, selama ini hubungan antara musik dan pendengar masih pasif.

Social sharing merupakan inti dari Resso yang diberikan ke pengguna. Hal ini dianggap selama ini absen di industri streaming. Aplikasi ini punya empat fitur utama, seperti Vibes, Comment, Lyric Quotes, Lyrics Effects, serta kemampuan user generated content.

Tampilan Resso dirancang memberikan interaksi langsung ke pengguna dan memudahkan mereka menemukan musik-musik baru. Ketika aplikasi dibuka, mereka dapat langsung menikmati format scroll tanpa batas yang akan memperkenalkan mereka kepada artis-artis baru dan mempermudah penggemar menemukan genre dan lagu yang disukai.

“Gen Z dan milenial merupakan inti dari fitur-fitur yang kami tawarkan, di mana musik dan jejaring sosial menjadi hal pokok dalam kesehariannya. Tujuan kami adalah untuk mendorong mereka dan penikmat musik lainnya untuk mengekspresikan diri melalui cara yang menarik dan interaktif,” terangnya, Rabu (11/3).

Country Manager Resso Indonesia Tricia Dizon / Resso
Country Manager Resso Indonesia Tricia Dizon / Resso

Head of Music Resso Indonesia Christo Putra menambahkan, perusahaan berusaha memperdalam kategori musik yang terbagi menjadi subgenre dan genre agar dapat memenuhi selera pendengar. Contohnya, subgenre dibagi ke dalam musik genre alternatif, eksperimental, fusion, post rock, indie rock.

Sedangkan subgenre terbagi ke dalam kategori yang lebih spesifik, seperti popgaze, bow pop, indie psynch pop, maupun ambient. Tidak disebutkan secara kuantitas katalog musik yang sudah masuk dalam database Resso.

Pihak Resso sendiri terus berupaya melengkapi katalog musik dengan menggaet label musik global, lokal, indie, pun agregator musik. Mereka sudah menggandeng sejumlah nama, seperti Sony Music Entertainment, Warner Music Group, Merlin and Beggars Group, T-Series, Saregama, Zee Music, YRF Music, Times Music, Tips, Venus, Shemaroo, dan label lokal seperti Musica, Aquarius, My Music, Trinity, dan Maheswara.

“Dengan menggaet banyak label musik, maka apapun musiknya bisa ditemukan di Resso. Jadi tidak terbatas untuk milenial atau gen Z saja, bahkan untuk anak pun bisa,” imbuh Christo.

Menurut laporan SensorTower yang dikutip dari TechCrunch, Resso diperkirakan telah diunduh hingga satu juta kali di App Store dan Google Play Store di India dan Indonesia. Angka itu terdiri dari 600 ribu unduhan di India dan 400 ribu unduhan di Indonesia.

Keseriusan Resso untuk pasar Indonesia dibuktikan dengan perekrutan tim lokal.

Persaingan aplikasi streaming musik

Kehadiran Resso membawa dinamika baru dalam peta persaingan aplikasi streaming musik. Ada empat petahana seperti Joox, Spotify, Apple Music, dan YouTube Music yang berupaya menggaet kolam yang sama dengan Resso.

Menurut data, terdapat 338,2 juta koneksi seluler di Indonesia. Sebanyak 84% di antaranya menggunakan jasa streaming musik setidaknya 1,5 jam setiap harinya. Dengan penetrasi smartphone, konsumsi internet, dan populasi generasi muda  Indonesia yang bakal terus membesar, kesempatan untuk menggaet lebih banyak pengguna terbuka lebar.

Tricia menyebut pihaknya cukup optimistis dengan kekuatan fitur Resso yang dianggap merefleksikan pola konsumsi konten online di Indonesia. Generasi muda ini cenderung ekspreksif, kreatif, dan cenderung lebih sosial.

Untuk menjaring lebih banyak pengguna, Resso akan menggelar konser offline untuk menghubungkan musisi secara lebih personal dengan penggemarnya. Di samping itu, di dalam aplikasi Resso sendiri memungkinkan musisi untuk mengemas katalog musiknya secara lebih fresh supaya penggemar dapat berinteraksi dengan musik dan memperkenalkan karyanya ke pendengar baru.

“Kami akan pertimbangkan fitur-fitur lainnya dari para pengguna untuk pengembangan berikutnya, termasuk paket keluarga.”

Berbeda dengan sister company-nya, TikTok, yang menganut konsep aplikasi gratis, Resso menggunakan konsep freemium. Pendengar tetap dapat mendengarkan musik tapi dengan sejumlah limitasi fitur. Versi gratis diselingi dengan iklan dan kualitas stream hanya mencapai 128 kbps.

Sementara versi berbayarnya tanpa iklan dan kualitas stream meningkat sampai 256 kbps. Tersedia pula fitur pengunduhan, lagu dapat dimainkan dalam kondisi offline, dan unlimited skips. Harga yang dibanderol untuk sebesar Rp49 ribu per bulan untuk Android dan Rp59 ribu untuk iOS. Nominal harga ini kurang lebih mirip dengan aplikasi sejenisnya.

Tricia tidak merinci alasan di balik perbedaan harga tersebut. Ia menyebutkan keputusan ini tidak diambil dan berlaku untuk Resso saja, tapi juga pemain aplikasi berbayar lainnya.

Application Information Will Show Up Here

 

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap, Mulai Daftar Sampai Upload Video

Aplikasi TikTok sedang jadi trend, meskipun beberapa saat yang lalu sempat diblokir oleh pemerintah. Mendapatkan sejumlah perbaikan, kini TikTok menjelma jadi platform sosial yang disebut-sebut bakal menumbangkan Facebook.

Benar atau tidak cuma waktu yang bisa menjawab. Dan jika sobat termasuk yang sedang tertular penyakit TikTok, panduan lengkap ini akan membimbing sobat mengenali dan menggunakan aplikasi TikTok secara benar.

Agar Bisa Menggunakan Aplikasi TikTok Wajib Daftar Dulu

Cara Daftar Akun TikTok

Step pertama yang harus Anda lalui untuk bisa menggunakan aplikasi TikTok adalah membuat akun. Tapi, sebelum itu unduh dahulu aplikasinya dari Play Store di perangkat sobat.

  • Jalankan aplikasi TikTok di smartphone sobat.
  • Saat pertama kali dibuka, TikTok akan menampilkan pilihan kategori video yang Anda sukai. Pilih beberapa, kemudian tap Next.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (4)

  • Berikutnya akan muncul sebuah layar smartphone yang menunjukkan cara untuk mengeksplorasi koleksi video di TikTok. Abaikan saja, langsung tap tombol Start Watching.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (5)

  • Maka, selanjutnya Anda akan langsung disambut oleh video-video unggalah pengguna lain. Di tahap ini, tap tombol Me di sebelah kanan bawah.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (13)

  • Barulah akan muncul tombol pendaftaran akun, tap tombol Sign Up.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (6)

  • Untuk mendaftar ke TikTok, sobat punya beberapa opsi mulai daftar menggunakan nomor ponsel atau email, menggunakan akun Facebook atau akun Google. Di kasus ini, saya memilih menggunakan akun Google.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (7)

  • Pilih email Google yang ingin digunakan.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (8)

  • Atur tanggal lahir Anda dan selesai.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (9)

  • Sampai di tahap ini, akun Anda sudah berhasil dibuat dan Anda akan langsung diteruskan ke halaman depan.

Cara Membuat Video di TikTok

Setelah akun TikTok jadi, sekarang tentu Anda juga ingin tahu bagaimana caranya membuat video di TikTok, apa saja tahapannya.

  • Jalankan aplikasi TikTok seperti sebelumnya, kemudian tap ikon plus yang berada di posisi paling tengah. Sobat akan dihantarkan ke jendela kamera seperti screenshot di bawah ini.
  • Step awal untuk membuat video di TikTok yang tidak boleh terlewati adalah mengatur audionya terlebih dahulu. Perhatikan di sisi atas, ada tombol dengan label Sounds. Tap saja dengan jari.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (14)

  • Maka akan muncul jendela baru yang menampilkan ragam audio dengan pilihan genre, efek dan juga durasi. Pilih salah satu, kemudian tap tanda centang berwarna merah di sisinya. Aplikasi akan loading sebentar untuk menambahkan suara latar ke dalam jendela kamera.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (15)

  • Nah, sekarang kalau sobat perhatikan tombol yang tadinya berlabel Sounds, sekarang sudah berganti menjadi judul audio yang Anda pilih sebelumnya. Barulah, setelah itu Anda terapkan hal-hal lain, itupun tidak harus, hanya bersifat opsional.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (16)

  • Misalnya, Anda bisa menggunakan filter untuk efek yang berbeda dari biasanya. Tambahan-tambahan semacam ini sifatnya opsional dan tergantung selera masing-masing.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (17)

  • Di salah satu menu di jendela kamera ini bahkan bisa didapati fitur timer yang akan sangat berguna jika sobat merekam video seorang diri. Timer akan memberi waktu jeda sampai Anda dalam posisi siap untuk direkam.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (18)

  • Opsi lain untuk membuat video di TikTok adalah dengan mengunggah atau upload dari galeri. Bisa ya? O bisa!
  • Dalam posisi jendela kamera terbuka, di sebelah kanan tombol shutter ada satu tombol lain yang bisa ditap akan membuka jendela galeri. Dari sana, sobat bisa upload video yang direkam sebelumnya, bisa dari hasil editing atau sumber lainnya.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (20)

  • Setelah video yang akan diunggah dipilih, tap tombol Next.

Screenshot_20200206-121929_TikTok(1)

  • Tunggu beberapa saat sampai video selesai diproses.
  • Sampai di tahapan ini, Anda sudah bisa menambahkan efek, audio, coretan dan lain sebagainya ke dalam video. Apabila sudah, tap tombol Next lagi.

Screenshot_20200206-122001_TikTok(1)

  • Beri caption yang mewakili video tersebut, tambahkan juga hashtag dan mention teman jika perlu. Atur juga beberapa opsi privasi seperti dukungan komentar, duet, react dan ketersediaan tombol download. Terakhir, tap tombol Post.

Screenshot_20200206-122054_TikTok(1)

Selesai, video Anda sudah diunggah ke TikTok.

Cara Duet TikTok

Ada satu fitur yang menurut saya sangat unik dan mungkin saja ini yang membuat TikTok begitu digemari anak muda, yaitu fitur duet. Fitur ini secara sederhana memungkinkan sobat untuk membuat video dengan audio serupa secara berdampingan, walaupun tidak secara live. Tetapi hasil akhirnya akan terlihat seolah-olah Anda berdua saling berhadapan melalui kamera kemudian bersama-sama membuat video TikTok.

  • Caranya, pilih salah satu video yang berseliweran di aplikasi TikTok Anda, lalu tap tombol Share dan tap tombol Duet.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (1)

  • Berikutnya, Anda tinggal merekam diri Anda dengan gaya dan audio yang sama dengan video aslinya. Di bagian panel kiri terdapat pula sejumlah tombol yang bisa dipakai untuk mempercantik video, bebas mau pakai yang mana.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (2)

Cara Menyimpan Tiktok di Galeri

  • Yang menarik dari aplikasi TikTok ini, sobat bisa mengunduh video yang dibagikan oleh penggunanya. Untuk melakukannya, sobat tidak perlu trik khusus seperti di Instagram, YouTube ataupun Twitter. Karena TikTok sudah menyediakan tombol khusus untuk menyimpan video TikTok ke Galeri.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (3)

  • Berhenti di salah satu video yang ingin disimpan, kemudian tap tombol Share dan temukan tombol Save Video. Tunggu beberapa saat sampai aplikasi menuntaskan unduhan.
  • Setelah selesai, Anda dapat membuka galeri dan memutar video dari sana secara offline.

Cara Melihat Video yang Sudah Diupload ke TikTok

  • Caranya sangat mudah sekali. Tap saja menu Me, kemudian perhatikan di menu tab Video Anda akan mendapati deretan video-video baik yang direkam langsung dari kamera TikTok ataupun hasil upload.

Screenshot_20200206-122325_TikTok(1)

  • Untuk melihat apa yang bisa sobat lakukan terhadap video, tap saja salah satu video yang tampil di situ, lalu tap tiga titik di bilah sebelah kanan Anda. Maka, sobat akan mendapati sejumlah opsi lanjutan, antara lain pengaturan privasi, menyimpan video, menambahkan ke favorit sampai dengan menghapus video.

Screenshot_20200206-122335_TikTok(1)

Cara Menghubungkan TikTok ke Instagram, YouTube dan Twitter

Fitur ini juga cukup menarik, walaupun sejujurnya saya belum paham apa kegunaannya, apakah akan terintegrasi sehingga bisa posting massal atau sebatas informasi akun saja.

  • Untuk menghubungkan akun-akun tersebut, tap menu Me kemudian Edit Profile.

Screenshot_20200206-120647_TikTok

  • Di baris paling bawah ada tiga opsi media sosial yang akan sobat jumpai, yaitu Instagram, YouTube dan Twitter. Mulai dulu dari Instagram.

Screenshot_20200206-120952_TikTok

  • Selanjutnya, sobat akan dihantarkan ke jendela browser di mana sobat harus login ke akun Instagram untuk melanjutkan ke tahapan berikutnya.
  • Setelah berhasil login, tap Authorize jika ingin menghubungkan TikTok ke Instagram.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (22)

  • Gantian, sekarang giliran YouTube. Sama, Anda akan dihantarkan ke browser baru untuk kemudian login ke akun Google yang ingin dipakai.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (23)

  • Tetapi sayangnya saya gagal menuntaskan tahapan ini. Sepertinya Google sudah menghentikan akses integrasi ke TikTok dengan alasan yang belum diketahui.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (24)

  • Dengan demikian, sekarang langsung lompat ke Twitter.
  • Login ke akun Twitter sobat dan tap Authorize App jika ingin memberikan akses ke TikTok agar kedua aplikasi dapat berkomunikasi.

Cara Menggunakan Aplikasi Tiktok Lengkap (25)

 

df

df

Kesan Pertama Penggunaan Aplikasi Streaming Musik Resso dan Meramal Peruntungannya di Indonesia

Resso, aplikasi musik besutan induk TikTok, mulai unjuk gigi di Indonesia dalam versi beta dan sudah bisa diunduh di Google Play dan App Store. Impresi pertama adalah tingkat interaktivitasnya yang begitu tinggi menjadi keunggulan Rosso dibandingkan tandingannya.

Selayaknya mengakses TikTok, tampilannya begitu intuitif, penuh visual sehingga tidak membosankan. Sepertinya pengguna setia TikTok tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi dengan Resso.

Kepada DailySocial, perwakilan Resso hanya mengonfirmasi bahwa aplikasi Resso sedang dalam tahap tes beta. “Apabila terdapat informasi lebih lanjut terkait hal ini [Resso], kami akan segera informasikan kepada Anda,” ujarnya Senin (27/1).

Secara personal, katalog musik di Resso untuk tahap awal ini memang masih kalah dibandingkan pemain petahana. Mencari lagu di luar genre pop, rock, dan hip hop, belum sekaya Spotify atau YouTube Music. Pun dari genre k-pop saja, mencari boy band atau girl band generasi lama seperti Big Bang, Girl’s Generation, hingga Super Junior belum tersedia.

Tapi mohon tenang, ini hanya masalah waktu. Resso pasti bakal melengkapi katalognya seiring perusahaan telah mencapai kesepakatan untuk lisensi musik dari puluhan ribu label rekaman independen diwakili Merlin. Disebutkan Merlin menguasai 15% pasar label musik global.

Sebelumnya perusahaan dalam proses penandatanganan kontrak dengan tiga label global, Universal, Sony, dan Warner terkait lisensi musik.

Di luar itu, Resso begitu kuat dari segi UI/UX yang begitu intuitif. Rupanya menyerupai TikTok, ditambah sentuhan visual gambar dan lirik lagu yang telah sinkron sesuai alunan lagu. Pengguna bisa memberikan masukan apabila ada lirik yang kurang sinkron dengan lagu, atau bagian yang hilang dalam kolom “Feedback lyrics.”

Menariknya, Anda bisa menambah daftar lagu yang disukai, membagikan lagu tersebut beserta lirik pilihan ke platform sosial media lain. Sebelum mengunggahnya, Anda bisa memilih bagian lirik dari lagu tersebut, entah intro, verse, dan chorus, yang ingin dibagikan.

Berikut pula dengan memilih efek font, mengubah background cover lagu dengan pilihan video, atau mengunggah konten dari internal galeri Anda. Kegiatan aktualisasi diri niscaya akan semakin maksimal buat kalangan generasi Z.

Kemampuan ini bagi orang Indonesia bisa dikatakan tergolong baru dan belum disajikan oleh petahana manapun. Joox sendiri, sejauh ini baru menyediakan lirik memungkinkan pengguna untuk menyanyi bersama. YouTube Music pun sebenarnya juga menyediakan klip video, tapi tidak bisa dipersonalisasikan sesuai keinginan pengguna.

Di India, yang juga menjadi pasar sasaran Resso, fitur ini juga disajikan aplikasi streaming musik lokal Gaana.

Hal lainnya yang disajikan Resso adalah diselipkan fitur media sosial. Anda bisa memberikan komentar dari lagu kesukaan dan berinteraksi dengan pengguna lainnya dalam kolom yang sama.

Visualisasi latar belakang lagu dapat Anda ubah sesuai “Vibes.” Ibarat memilih efek visualisasi di Winamp yang dapat diubah-ubah dengan gif, gambar, atau klip video yang otomatis diputar saat Anda memasang lagu.

Apabila Anda menemukan vibes yang memuat konten negatif, spamming, atau sensitif dapat dilaporkan langsung ke pihak Resso.

Di samping itu, Resso juga menyediakan pengaturan “stream using cellular“; “use cellular data to download music,” dan “data saver.” Mengindikasikan bahwa Resso sadar betul bahwa orang Indonesia sangat peduli dengan ketersediaan data internet yang mereka pakai.

Peluang Resso bersaing dengan petahana

Seperti aplikasi streaming musik kebanyakan, Resso adalah aplikasi berbayar. Dari segi harga, sedikit lebih murah dengan penawaran Spotify, tapi sama dengan penawaran YouTube Music dan Joox. Pengguna harus menyiapkan kocek sebesar Rp49 ribu per bulan untuk menikmati Resso.

Ada free trial selama 14 hari sebelum beralih ke premium. Biaya pun baru dikenakan sebulan kemudian (30-day free trial) setelah memasukkan akun billing, bisa melalui Google Wallet atau pulsa.

Untuk menjadi pengguna premium, Resso menawarkan pilihan lagu tak terbatas. Dapat mengunduh lagu, tanpa iklan, unlimited skips, dan audio lagu yang berkualitas tinggi. Penawaran ini tidak jauh berbeda dengan yang lain.

Resso membuat dinamika persaingan aplikasi streaming musik di Indonesia makin ramai. Kondisi ini memungkinkan makin kecilnya peluang aplikasi lokal untuk ambil posisi teratas karena didominasi pemain dari luar.

Meskipun demikian, karena harga yang ditawarkan satu sama lain tidak jauh berbeda, persaingan akan jauh lebih sehat. Tinggal siapa dan dengan cara apa mereka mengakuisisi pengguna. Dari segi katalog lagu, yang disediakan masing-masing aplikasi tidak jauh berbeda.

Pengguna hanya melihat seberapa lengkap katalog yang dimiliki dan bagaimana aplikasi semakin pintar memberikan rekomendasi lagu sesuai preferensi. Semakin lengkap katalog tersebut akan menggiring orang untuk beralih.

Konsep konten original yang kini dipakai aplikasi streaming video, seperti Netflix, bukan solusi tepat bila diterapkan buat aplikasi streaming musik karena sifatnya yang lebih universal sehingga secara tidak sadar ada hak untuk bisa didengarkan oleh siapapun.

Pada akhirnya, pengguna pasti akan berpikir ulang untuk memilah-milah aplikasi yang mereka unduh diperangkatnya. Semakin dekat fungsinya untuk kebutuhan sehari-hari kemungkinan besar akan pertahankan. Apalagi untuk menggunakan Resso ada biaya yang harus dikeluarkan tiap bulannya.

Harapan terakhirnya adalah karena pilihan yang banyak, opsi untuk melakukan pembajakan semakin berkurang. Dengan nama TikTok yang sudah populer di Indonesia, seharusnya mereka bisa melakukan manuver yang cepat dalam mengakuisisi pengguna loyal baru secara masif.

Application Information Will Show Up Here