Bagaimana Keluarga Bersama Membangun Startup

Industri startup yang dinamis menarik berbagai talenta untuk andil di dalamnya. Tak terkecuali mereka yang memiliki pertalian darah, alias kakak-adik atau bahkan saudara kembar. DailySocial mencatat beberapa startup yang didirikan keluarga ini mampu bertahan dan tetap relevan di kancah persaingan industri.

Startup-startup ini bergerak di industri media, foodtech, gaming, dan fintech. Berikut ini beberapa pembahasan tentang pengalaman dan dukungan keluarga ketika membangun startup.

Anton dan Roki: hobi dan minat yang sama

Anton dan Roki Soeharyo
Anton dan Roki Soeharyo

Saat mendirikan Touchten, kakak beradik Anton dan Roki Soeharyo memiliki hobi yang sama, yaitu game, yang diturunkan langsung oleh ayah mereka. Melihat peluang yang ada, ketika dewasa, Anton dan Roki memutuskan mendirikan perusahaan gaming di Indonesia.

“Awalnya hanya berpikiran jika bisa main game dan ‘digaji’. Setelah kami dewasa kami mulai ‘evolve‘ dan memutuskan untuk menciptakan game sendiri. Akhirnya kami berpikir bagaimana startup kami dapat mengangkat industri game Indonesia,” kata Anton.

Touchten sendiri berdiri sejak tahun 2009. Meskipun didirikan bersama sang adik, kini Anton fokus mengembangkan platform PlayGame dan MainGame. Roki kini menjabat sebagai CEO, menggantikan posisi Anton.

Blood is thicker than water. Walau beda perusahaan, pastilah selalu adik saya ada di hati. Kalau ada yang bisa saya bantu dari dukungan moral atau dukungan apapun pastinya akan dibantu. Sebagai entrepreneur pastinya kita perlu dukungan moral atau sekedar temen curhat,” kata Anton.

Untuk mereka yang ingin mendirikan startup bersama keluarga, Anton membagikan tips menarik berdasarkan pengalaman dirinya membangun bisnis bersama sang adik.

“Yang pasti sulitnya adalah maintain clear distance antara keluarga dan bisnis. Be professional, harus tegas antara keluarga dan kolega. Saat di rumah boleh menjadi kakak dan adik, tapi ketika menginjak kaki di kantor harus profesional biar bisa maju,” kata Anton.

Mario, Marbio, dan Marius Suntanu: Work-life balance

Marius, Mario dan Marbio Suntanu
Marius, Mario, dan Marbio Suntanu

Yummy Corp berawal dari visi Mario Suntanu yang melihat perkembangan industri food delivery yang semakin pesat di mana-mana, termasuk di Indonesia. Mario menggaet adik-adiknya, Ismaya Group, dan Co-Founder lainnya (Juan Chene dan Daisy Harjanto) untuk membangun perusahaan bersama.

Tahap pertama startup dipimpin Marbio Suntanu sebagai Managing Director untuk membangun bisnis yang memberikan makan siang yang sehat, lezat, membantu produktivitas, namun tetap terjangkau. Di tahun 2018, Mario bergabung secara full-time di Yummy Corp sebagai CEO. Di tahun yang sama, Marius Suntanu bergabung sebagai Food Development Director dan bertanggung jawab atas semua variasi makanan Yummy Corp. Dalam satu tahun, tim yang dipimpinnya berhasil menghadirkan sekitar 11.350 variasi menu berbeda.

Salah satu kunci keberhasilan Yummy Corp adalah hubungan positif antar saudara. Serupa dengan dengan hubungan rekan kerja lainnya, masing-masing harus bisa saling support di berbagai situasi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah saling menghargai pendapat dengan expertise di bidang masing-masing agar saling melengkapi.

“Kelebihan menjadi satu keluarga, diskusi dan brainstorm di luar office hour sangat mungkin dilakukan saat kumpul keluarga. Namun diperlukan batasan sampai mana diskusi itu berlanjut agar work-life-balance tetap terjaga dan hubungan keluarga saat di luar kantor tetap hangat,” kata Mario.

Kombinasi expertise Ivan Tambunan, Mikhail Tambunan, dan Christopher Gultom

Mikhail Tambunan, Christopher Gultom, Ivan Tambunan
Mikhail Tambunan, Christopher Gultom, dan Ivan Tambunan

Keunggulan yang diklaim dimiliki CEO Ivan Tambunan, CFO Mikhail Tambunan, dan Chief Credit Officer Christopher Gultom adalah expertise masing-masing. Hal tersebut mendukung Ivan semakin percaya diri menetapkan strategi dan memimpin pengembangan produk Akseleran. Masing-masing bertanggung jawab berdasarkan skill dan pengalaman kerja dalam menjalankan perusahaan.

“Didukung dengan background masing-masing yang berhubungan di bidang keuangan, kita mempunyai visi yang sama yaitu mengurangi financing gap yang ada di Indonesia, dan yang paling besar itu dialami oleh UKM,” kata Christopher.

Menurut Mikhail, hal yang paling berat adalah bagaimana tetap menjaga hubungan saudara di tengah hubungan profesional di perusahaan. Jika visi misi serta tugas dan wewenang tidak jelas, maka hal parah bisa terjadi adalah keretakan di hubungan persaudaraan.

Bagi Ivan, meskipun memiliki risiko konflik yang bisa merusak hubungan, banyak keuntungan yang bisa diperoleh jika mendirikan startup bersama keluarga, terutama pada aspek dukungan moral dan kepercayaan satu sama lain.

“Yang terpenting, startup harus dijalankan dengan merit based. Jadi membangun bersama keluarga bukan hanya karena hubungan kekeluargaan [nepotisme] melainkan karena memang expertise dari masing-masing pihak. Selain itu dari awal sudah harus kompak dan memutuskan untuk transparan dan fair terhadap satu sama lain,” kata Ivan.

Winston dan William Utomo: bisnis media

William dan Winston Utomo
William dan Winston Utomo

Sebagai CEO IDN Media, Winston Utomo mengawali bisnis berbentuk situs bernama IDN Times bersama sang adik William sejak tahun 2014 lalu. Kini IDN Times menjadi platform media berbagai generasi, khususnya generasi muda, walaupun keduanya tidak memiliki pengalaman di bidang jurnalistik.

Sayangnya Winston dan William Utomo tidak menanggapi permintaan wawancara yang dilayangkan DailySocial terkait pengalamannya memulai dan menjalankan bisnis bersama saudara ini.

Dukungan moral Reynold dan Ronald Wijaya

Ronald dan Reynold Wijaya
Ronald dan Reynold Wijaya

Berbeda dengan kakak-adik pendiri startup lainnya, Reynold dan Ronald Wijaya memiliki startup di industri yang berbeda. Reynold Wijaya CEO Modalku yang menyasar industri fintech, sementara saudara kembarnya Ronald Wijaya membangun bisnis healthy food product bernama Lemonilo.

Meskpun berbeda, saat mulai membangun bisnis masing-masing saling memberikan dukungan moral. Hal tersebut dirasakan benar oleh Ronald yang sempat mengalami kesulitan saat membangun startup pertamanya, yaitu Konsula.

“Di saat-saat kelam itu, justru saya mendapatkan banyak dukungan moral dari Reynold, dan of course dari istri dan keluarga lainnya. Karena sifat nature dari bisnis kita yang sangat berbeda, maka saya lebih banyak mendapatkan dukungan moral. Tetapi menurut saya, dukungan moral sebenarnya jauh lebih penting daripada hal lainnya. Banyak saat-saat dimana kita mau menyerah, tapi akhirnya bangkit kembali karena dukungan moral tersebut,” kata Ronald.

Sebagai saudara, hubungan Reynold dan Ronald sangat dekat. Keduanya bisa saling mengandalkan dan terbuka satu sama lainnya. Sebagai saudara kembar, mereka dari lahir sampai universitas selalu di sekolah yang sama.

“Tentunya kami saling mendukung satu sama lain dan dalam menjalankan bisnis mencoba yang terbaik untuk memberikan masukan terhadap perkembangan bisnis, memecahkan masalah, atau menumbuhkan perusahaan dengan baik,” kata Reynold.

Untuk mereka yang ingin membangun startup bersama adik atau kakak, ada tips menarik yang dibagikan Ronald dan Reynold. Meskipun mereka memutuskan untuk tidak mendirikan bisnis bersama, namun ada pelajaran penting yang menjadi fokus keduanya.

“Hal terbaik bila tetap ingin membuat usaha bersama adalah boleh kok untuk dari awal membagi saham kepada keluarga lainnya, asal jelas. Tetapi dari hal manajemen, jangan ada dua suara. Harus menentukan siapa kapten kapalnya sehingga bisa membedakan dengan jelas antara manajemen dengan kepemilikan,” kata Ronald.

TouchTen Dapat Investasi, Incar Pasar Mobile Gamer Perempuan

TouchTen baru saja mendapatkan kucuran dana segar dari Prasetia Dwidharma, CEO Carsurin, Sheila Tiwan, dan Indra Leonardi dari Kingfoto Group. Investor lama mereka, CUEBIC, juga ikut serta dalam investasi ini. CEO TouchTen, Roki Soeharyo mengatakan bahwa mereka akan menggunakan dana ini untuk membuat games untuk gamer perempuan, baik di Indonesia maupun di pasar global. Ketika ditanya mengapa TouchTen tertarik untuk membuat game untuk perempuan, Roki berkata, “Female gamers kurang dilayani. Mengacu pada survei para female gamers di Amerika Serikat, kurang dari sepertiga game-game yang ada di app store menarik bagi mereka. Walaupun begitu, 50 persen dari semua mobile gamers adalah perempuan dan mereka juga gemar dan mampu berbelanja di game mobile.”

Survei yang dimaksud oleh Roki dibuat oleh Google Play bersama Newzoo. Menurut survei itu, 49 persen mobile gamer adalah perempuan. Tidak hanya itu, gamer perempuan juga lebih sering bermain game dari gamer pria. Sebanyak 43 persen gamer perempuan mengaku bermain setidaknya lima kali dalam seminggu. Sementara hanya 38 persen gamer laki-laki yang bermain dengan frekuensi yang sama. Riko mengatakan, target pasar TouchTen tak hanya gamer perempuan di Indonesia, tapi juga di dunia. “Secara global, pemasukan dari market mobile game mencapai US$70 miliar, dan kira-kira, setengah mobile gamer adalah perempuan,” ujar Roki ketika dihubungi melalui pesan singkat.

Sumber: Google
Sumber: Google Play

Terkait investasi Prasetia di TouchTen, CEO Prasetia, Arya Setiadharma mengaku percaya dengan kemampuan TouchTen dalam mengembangkan game mobile, terutama karena developer tersebut selama ini memang telah menelurkan berbagai game mobile, seperti Royal Garden Tales, Fist of Rage, dan Teka Teki Saku 2: Trivia. “Prasetia senang bisa ikut berinvestasi kali ini karena kami percaya, TouchTen adalah pihak yang tepat untuk masuk ke pasar mobile gamer perempuan yang memang sangat besar. TouchTen sangat fokus pada data ketika hendak mengembangkan game mereka, dan bagi kami, inilah karakteristik paling penting dari TouchTen.”

Menurut laporan e27, TouchTen mengatakan bahwa total pemain game mereka tumbuh 93 persen, hampir dua kali lipat, dalam waktu satu tahun. Sementara pendapatan mereka tumbuh 238 persen dalam periode yang sama. Saat ini, developer asal Jakarta ini tengah mengembangkan game yang ditujukan untuk pecinta puzzle game dan binatang peliharaan. Rencananya, game itu akan diluncurkan pada awal 2020. Ketika ditanya apakah TouchTen tertarik untuk membuat game esports, Riko menjawab, “Esports adalah salah satu tren yang kami perhatikan, tapi saat ini, kami lebih fokus pada gamer perempuan. Esports juga tidak sedikit gamer perempuannya, seiring berkembangnya bidang itu. Jadi, untuk ke depan, bisa jadi esports jadi perhatian utama kami.”

TouchTen Umumkan Pendanaan Baru, Mulai Fokus Kembangkan Produk Game untuk Segmen Perempuan

Startup pengembang mobile game TouchTen belum lama ini mengabarkan telah mendapatkan pendanaan baru dengan nilai yang tidak disebutkan. Prasetia Dwidharma, Sheila Tiwan (CEO Carsurin), dan Indra Leonardi (Kingfoto Group) menjadi investor baru di putaran ini. Investor sebelumnya CUEBIC Inc. juga turut terlibat dalam pendanaan ini.

Selain melanjutkan inovasi produk, salah satu fokus bisnis tim TouchTen adalah mengembangkan game untuk menjangkau pasar  gamer perempuan. Dinilai segmen pasar ini masih sering dilupakan oleh pengembang, sedangkan potensinya cukup besar.

Dalam sambutannya, Co-Founder & CEO TouchTen Roki Soeharyo mengatakan, “Selama ini game sering dianggap sebagai hobi untuk laki-laki saja, tapi dunia sudah berubah. Saat ini setengah dari pemain mobile game adalah perempuan. Meskipun data menunjukkan kurangnya konten game yang menarik bagi mereka, namun lebih banyak perempuan bermain game daripada sebelumnya.”

“Hal inilah yang membuat tim TouchTen semakin bersemangat untuk membawa kegembiraan bagi para pemain yang kurang mendapatkan perhatian secara global, melalui permainan yang juga kami sukai,” lanjut Roki.

Tahun ini pendapatan dan basis pengguna game TouchTen diklaim telah tumbuh 238% dan 93% dibanding tahun sebelumnya. Salah satu strateginya dengan mengembangkan game berdasarkan momentum di pasar.

Sebagai contoh salah satu game yang telah diluncurkan beberapa waktu lalu. Memadukan konsep puzzle game dengan tema pecinta hewan peliharaan, dipasarkan untuk pengguna di Ameria Serikat dan Eropa. Tim juga sedang mengerjakan proyek lain, khusus untuk pasar Indonesia yang dijadwalkan akan dirilis pada akhir 2019.

“TouchTen memiliki banyak pengalaman dalam mengembangkan mobile game. Prasetia bersemangat untuk bergabung kali ini, karena kami percaya TouchTen adalah tim yang sempurna untuk menangani pangsa pasar gamer perempuan berskala internasional. Yang paling menarik perhatian kami adalah karena TouchTen sangat dilandasi oleh data dalam mengembangkan game mereka,” sambut CEO Prasetia Dwidharma Arya Setiadharma.

TouchTen sudah berdiri sejak tahun 2009, selain Roki salah satu pemrakarsanya adalah Anton Soeharyo yang tak lain adalah kakak kandungnya – kini ia fokus mengembangkan platform PlayGame.com memanfaatkan blockchain untuk bantu pengembang game menghadirkan model permainan interaktif. Ada juga co-founder lain yakni Dede Indrapurna yang saat ini menjabat jadi COO TouchTen.

Ideosource, CyberAgent Capital, GREE Ventures, dan 500 Startups adalah beberapa investor yang pernah berpartisipasi pada putaran sebelumnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kunci Pengembangan Startup adalah Fokus pada Cakupan Pasar dan Terus Bereksplorasi

Di ajang Google Playtime SEA 2017 (02/11), selain sesi keynote dari tim Google APAC, juga diadakan sesi panel diskusi dari rekanan pengembang terpilih. Salah satu sesi diskusi panel membahas ekosistem dan karakteristik pengembang di beberapa negara di Asia Tenggara. Ada empat pemateri yang dihadirkan, pertama Indonesia yang diwakili Touchten Games, Malaysia diwakili Kurechii, Vietnam diwakili Amanotes, Thailand diwakili Ookbee, dan Filipina diwakili MochiBits.

Masing-masing startup menceritakan tentang bagaimana produk mereka mampu beradaptasi dengan ekosistem pasar lokal dan regional dengan strategi dan pendekatan yang unik. Sebagai pemateri hadir Co-Founder & COO Touchten Rokimas (Roki) Soeharyo. Ia menceritakan tentang bagaimana startup yang didirikan bersama kakak kandung dan seorang saudaranya dapat berkembang hingga kini memiliki sekitar 50 pegawai.

Sebagai pengembang produk digital berbasis game, salah satu yang digarisbawahi Roki ialah pentingnya untuk memiliki keunikan dalam inovasi yang digulirkan. Touchten didirikan dari tahun 2009, sekurangnya sudah lebih dari 50 game yang berhasil diselesaikan.

Spesialis mobile game berkategori makanan

Ramen Chain, Warung Chain, Japan Food Chain, Desert Chain adalah beberapa judul produk unggulan dari Touchten. Roki menyebutnya sebagai Food Chain Series. Produk tersebut terbukti banyak diminati sejak seri pertama dikembangkan, lalu dilanjutkan dengan varian lain di kategori yang sama. Seri game tersebut kini sudah diunduh lebih dari 8 juta kali oleh pengguna. Namun untuk mencapai titik itu tidak dengan cara yang instan, terdapat riset mendalam dan berbagai perhitungan untuk mengatur strategi.

“Biasanya dalam proses pengembangan dari founders sudah memiliki guidelines tentang tema game apa yang akan dikembangkan. Setelah dipresentasikan kepada tim, biasanya masing-masing anggota akan diminta untuk presentasi dalam pitching ide. Dari seluruh ide yang masuk akan diseleksi sesuai dengan riset pasar dan temuan lain untuk pertimbangan,” ujar Roki.

Ketika produk sudah jadi dan berhasil diluncurkan di Google Play, proses monitoring tetap akan terus dilakukan untuk mengetahui ketertarikan pengguna dan segmentasi yang tepat untuk pemasaran. Karena kadang produk aplikasi tertentu akan sangat ramai di negara A, namun kurang diminati di negara B.

“Produk yang kami kembangkan pada awalnya diluncurkan global, karena dari situ kami akan tahu pasar negara mana yang lebih suka. Seperti contohnya Food Chain Series, awalnya kami mengira pasar Amerika yang akan lebih banyak menggunakan, tapi ternyata asumsi tersebut salah, yang lebih banyak menggunakan ada di Asia. Sehingga dalam seri selanjutnya produk aplikasi pun disesuaikan dengan pasar tersebut. Fokus pada cakupan pasar menjadikan kita lebih mengerti secara kental apa yang dibutuhkan user,” lanjut Roki.

Memiliki game berseri ini juga tidak diputuskan begitu saja. Traksi game pertama yang sangat tinggi, dan mendapatkan antusias luar biasa menjadikan Touchten mengembangkan lebih banyak lagi game tentang makanan. Di lain sisi juga menjadi branding yang bagus untuk Touchten sebagai pengembang game spesialis kategori makanan.

Persepsinya semua benci iklan, pengembang dituntut kreatif

Dari tiga pilihan populer monetisasi produk apps atau games, yakni model iklan, in-app pruchase atau premium, Touchten lebih banyak mengusung model iklan, karena kebanyakan game yang diterbitkan dapat diunduh pengguna secara gratis. Roki juga menyadari tentang sebuah persepsi bahwa pada dasarnya pengguna mobile tidak suka dengan iklan. Cukup mengganggu pengalaman saat menggunakan aplikasi. Dari situ strategi kreatif dibutuhkan, agar proses bisnis tetap berjalan, namun kenyamanan pengguna tetap diutamakan.

Roki menjelaskan, “Kalau kita sedang asyik bermain, terus keluar pop-up iklan pasti akan sangat terganggu, kami menyadari itu. Apa yang kami lakukan menampilkan iklan itu secara halus, misalnya dalam sesi tertentu di permainan ada sebuah billboard yang menyatu dengan tampilan sebuah perkotaan, di sana iklan tersebut dipasangkan. Jadi lebih ke pendekatan native advertising. Prisipnya selama iklan itu tidak mengganggu pengguna, dapat dimaksimalkan developers untuk mencari uang.”

Belum lama ini Touchten juga mengeksplorasi “gaya baru”, menjalin kerja sama dengan Deddy Corbuzier untuk mengembangkan game berjudul “Fist of Rage”. Diceritakan Roki, ini adalah sebuah kolaborasi mutualisme. Deddy dianggap memiliki personality dan follower yang kuat, sedangkan Touchten memiliki kapabilitas untuk pengembangan produk digital interaktif.

“Kerja sama dengan Deddy Corbuzier adalah sebuah win-win collaboration. Dari sisi Deddy dengan adanya produk digital yang interaktif dia bisa lebih engage dengan followers dan komunitasnya, sedang dari sisi Touchten tentu terbantu dengan sebaran pengguna dari komunitas yang dimiliki Deddy. Selebriti sudah seharusnya open dengan yang seperti ini, sekarang konsumen semua ke mobile, dan game menjadi salah satu media paling interaktif untuk menjangkau pangsa pasar masa kini,” jelas Roki.

Penguatan ekosistem menjadi wujud komitmen yang sangat berarti

Google Playtime adalah acara tahunan untuk pengembang di platform Android
Google Playtime adalah acara tahunan untuk pengembang di platform Android

Selain bersama Roki, DailySocial juga sempat berbincang dengan Calvin Kizana selaku Founder & CEO Picmix dan Andi Taru Nugroho selaku Founder & CEO Educa Studio yang turut diundang secara khusus untuk menjadi peserta di acara ini. Secara singkat mereka mengungkapkan bahwa ekosistem mobile yang ada saat ini begitu berarti bagi para pengembang. Cakupan pasar yang sangat besar membuat inovasi menjadi lebih mudah didistribusikan kepada pangsa pasar.

“Google Playtime 2017 spesial bagi saya, karena yang mendapatkan undangan adalah developer terpilih. Di sini banyak insight yang saya dapat, termasuk salah satu yang paling menarik tadi berkaitan dengan pemaparan data saat ini sudah ada 2 miliar pengguna aktif bulanan di Google Play. Menjadi trigger kami untuk terus mengkreasikan produk,” ujar Andi.

Sedangkan Calvin mengungkapkan, “Acara tahunan Google Play ini sangat berguna bagi pelaku startup seperti saya. Banyak masukan menarik, informasi tentang tools dan tips pengembangan yang disampaikan dari para expert. Di lain sisi, acara ini sangat membantu kami sebagai ajang networking untuk mendekatkan diri dengan Google dan rekan startup lainnya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Kartu Muslim Optimalkan Teknologi “Augmented Reality” untuk Pembelajaran Agama

Banyak cara untuk memberikan pengajaran kepada anak, termasuk melalui cara yang atraktif dan kreatif. Seperti yang coba diusung dalam game permainan Kartu Muslim. Menggunakan basis teknologi Augmented Reality (AR), permainan kartu tersebut memberikan pengajaran agama kepada anak-anak.

Penggunaannya cukup sederhana, kartu berhologram khusus dipasarkan dalam satu set produk, misalnya dalam seri belajar Wudhu. Untuk menyajikan konten unik di dalamnya, kartu tersebut dapat disorot menggunakan kamera dan aplikasi khusus di ponsel Android.

Pada awalnya Kartu Muslim adalah sebuah karya kolaborasi antara Touchten dan Ustad Wijayanto. Saat ini Kartu Pintar masih terus dilanjutkan pengembangan bisnisnya, salah satunya oleh Nilwafa Praduta, Co-Founder Kartu Muslim sekaligus Art Director di Touchten Games. Beberapa rekannya di Touchten juga masih tetap membantu pengembangannya.

“Ide awalnya dari kebutuhan pribadi saya untuk mengajarkan anak tentang agama Islam, sebagai orang tua baru saya berpikir bagaimana bisa menyajikannya agar anak cepat tangkap dan mengerti tanpa ada pemaksaan, karena jika anak dipaksa belajar takut dia akan malah menjauh. Alhamdulillah Touchten sangat mendukung ide itu dan sebagian talent yang mengerjakan kartu muslim adalah dari dalam Touchten sendiri,” ujar Nilwafa.

Kartu Muslim dikembangkan dalam tiga bagian utama, yakni konten, fisik kartu, dan aplikasi. Untuk pengerjaan konten, tim pengembang masih bekerja sama dengan Ustad Wijayanto, dan direpresentasikan dalam animasi dan kartu oleh artist dan graphic desainer Kartu Muslim. Untuk aplikasinya sendiri dibuat oleh pengembang menggunakan teknologi AR dan program Unity yang biasa dipakai untuk pembuatan mobile games pada umumnya.

“Kami rasa aplikasi AR di masa depan akan terintegrasi dengan baik dan natural pada kehidupan sehari-hari, AR dapat membantu memberikan added value atau informasi tambahan pada masyarakat dan akan semakin banyak produk yang memakainya,” lanjut Nilwafa.

Terkait pengembangan produk Kartu Muslim, Nilwafa turut menerangkan ke depannya akan ada terus dikembangkan tema lain. Pihaknya juga mengaku tidak menutup diri akan inovasi selain bentuk kartu, karena akan selalu menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, terutama orang tua yang ingin mengajarkan anaknya.

“Kami sangat gembira atas sambutan masyarakat Indonesia yang sangat baik atas produk kami selama ini, dan kami ingin terus menyajikan produk yang lebih baik dan lebih menarik lagi, kami berharap Kartu Muslim dapat terus diterima dengan baik dan dapat menjadi bentuk kontribusi dan media dakwah kami terhadap generasi penerus bangsa ini,” pungkas Nilwafa.

Application Information Will Show Up Here

Google Umumkan Tiga Game Lokal Pemenang Indonesia Games Contest

Tanggal 26 April kemarin, Google menghelat acara final Indonesia Games Contest yang pertama kali. Dalam acara tersebut, Google mengumumkan tiga game yang berhasil merebut kursi juara dari total hampir dua ratus karya yang dikirimkan oleh developerdeveloper lokal.

Ketiganya, urut dari posisi yang pertama adalah Warung Chain: Go Food Express dari Touchten, Tahu Bulat dari Own Games dan Vimala: Defense Warlords dari MassHive Media. Tak hanya memenangkan hati para juri lewat presentasinya masing-masing, ketiganya juga dipilih berdasarkan polling interaktif yang diikuti oleh audiens secara langsung.

Indonesia Games Contest ini merupakan inisiatif Google guna memupuk ekosistem pengembangan game lokal Indonesia. Mereka percaya bahwa para developer tanah air punya potensi untuk masuk dalam jajaran developer top kelas dunia asalkan mendapat dukungan yang tepat.

Indonesia sendiri memang merupakan pasar yang sangat menggiurkan untuk developer aplikasi mobile, dimana sekitar 71% pengguna internet mengakses lewat smartphone, berdasarkan data yang dikumpulkan Google tahun lalu. Dan dari sekian banyak kategori aplikasi, game adalah yang paling populer dan paling sering di-install setiap bulannya.

Selain penilaian juri, pemenang juga dipilih berdasarkan polling interaktif audiens / Google
Selain penilaian juri, pemenang juga dipilih berdasarkan polling interaktif audiens / Google

15 finalis yang hadir dalam acara kemarin ini dipilih tidak hanya berdasarkan inovasi, desain dan aspek-aspek teknis saja, tapi juga dilihat kaitannya dengan budaya maupun tren lokal (lokalisasi). Sang juara, Warung Chain: Go Food Express, memang menampilkan deretan menu makanan yang sudah sangat kita kenal sehari-harinya, sedangkan salah satu finalis lainnya rupanya juga ada yang mengangkat tema “Om Telolet Om”.

Khusus untuk Warung Chain: Go Food Express yang menjadi juara pertama, Touchten patut berbangga karena Google berencana untuk menampilkannya dalam serial video Android Developer Story yang diproduseri oleh Google sendiri.

Daftar lengkap 15 finalis Google Indonesia Games Contest bisa dilihat di tautan berikut.

Dua Raksasa Mobile Game Indonesia Umumkan Merger

Altermyth dan Touchten hari ini (1/4) mengumumkan untuk meleburkan entitasnya menjadi satu kesatuan. Kedua raksasa tersebut memutuskan untuk mensinergikan kekuatan positif mereka demi ekosistem mobile game Indonesia.

Ditemui oleh tim kami, kedua pimpinan Altermyth dan Touchten saling melemparkan pujian-pujian antara satu sama lainnya. Sebagai pemain yang turut menumbuhkembangkan tren mobile game dalam skala nasional, kedua belah pihak sepakat untuk merger.

12946843_10154055973839512_893443835_o

“Saya melihat Touchten sebagai perusahaan mobile game di Indonesia yang sedang berkembang, dan Altermyth sebagai pionir perusahaan game di pasar yang sama. Demi mendorong bisnis Touchten ke tingkat selanjutnya, saya merasa perlu bantuan dan memanfaatkan pengalaman dari Altermyth,” ucap CEO Touchten Anton Soeharyo.

Tidak ada nilai investasi maupun statistik yang bisa dipaparkan sejauh ini. Tidak pula nama perusahaan yang akan menaungi keduanya, walau rumor yang berhembus menyatakan mereka akan menggunakan nama “Altertouch” atau “Touch the Myth”. Namun yang jelas, keputusan merger ini harapannya bisa turut membawa ekosistem industri ini ke arah yang lebih positif.

“Walaupun perusahaan mobile game, fokus kami dalam sepuluh tahun ke depan adalah mengembangkan solusi clean energy dan space exploration. Kami ingin menjelajahi planet Saturnus dengan mengirimkan barisan para gamer lajang yang membutuhkan cincin sebagai pengingat bahwa ada suatu komitmen hubungan yang harus dikejar,” kata Anton memberikan alasannya memilih planet Saturnus.

Slack for iOS Upload

Memiliki sumber daya manusia yang cenderung muda dan energic, misi mulia Touchten tentu tak akan berhasil tanpa dukungan pengalaman Altermyth. Menyambut ide dan inovasi yang sedemikian revolusioner, CEO Altermyth Dien Wong turut menyampaikan pesan positif pada keputusan merger ini.

“Pertama, merger ini adalah progres yang baik untuk perkembangan industri. Yang kedua, momennya sangat tepat karena banyak perusahaan-perusahaan game Indonesia berulang tahun pada tanggal 1 April, seperti Agate, Eduka, dan lain sebagainya. Karena hari yang sakral ini, kami menggeser hari ulang tahun masing-masing dan memutuskan untuk merger di tanggal 1 April 2016 ini,” jelas Dien Wong yang ditemui dalam kesempatan yang sama.

Nota Kesepakatan / DailySocial

Artikel ini merupakan bagian dari perayaan April Mop DailySoical 2016. Have fun! Sampai berjumpa dengan keseruan lain di April Mop 2017.

DStour #9: Serunya Ruang Kerja “Open Space” di Kantor Touchten

Dalam edisi DStour kali ini, DailySocial menyambangi kantor mobile game developer Touchten. Ruangan dengan ukuran yang cukup minimalis namun di desain dengan gaya open space dan sarat dengan ruang kerja serta standing desk untuk seluruh “kazoku”, panggilan akrab pegawai Touchten.

Untuk Anda penggemar game, gundam dan berbagai jenis toys lainnya, suasana kantor Touchten wajib untuk disimak. Dipandu langsung dengan CEO Touchten Anton Soeharyo, mari kita lihat langsung suasana seru kantor Touchten berikut.

Google Play Connect Facilitates Collaboration between Local and International Developers

The global mobile gaming industry indeed is a hot stuff. In Indonesia, the imminent penetration of smartphone even encourages the increase of revenue and growth. The vast potential of local market attracts Google to take part in the process. Through Google Play Connect, the IT giant attempts on connecting shareholders of the industry, both from local and international market. Continue reading Google Play Connect Facilitates Collaboration between Local and International Developers

Google Play Connect Menjadi Ajang Kolaborasi Pengembang Mobile Game Lokal dan Mancanegara

COO Touchten Rokimas Soeharyo berbicara tentang Google Play Connect / Shutterstock

Pasar mobile games dunia memang selalu menjadi komoditas hangat tak terkecuali di Indonesia. Melihat penetrasi penggunaan smartphone, pertumbuhan hingga revenue bahkan terdongkrak naik seiring berjalannya waktu. Potensi pasar lokal memancing Google untuk turut mengambil andil dalam perkembangan jangka panjangnya. Menggagas Google Play Connect, raksasa internet tersebut mencoba mempertemukan pemegang kepentingan industri ini dari Indonesia dengan mancanegara.

Continue reading Google Play Connect Menjadi Ajang Kolaborasi Pengembang Mobile Game Lokal dan Mancanegara