Secretlab Sponsori Wild Rift SEA Icon Series, Cloud9 Bubarkan Tim CS:GO

Minggu lalu, ada beberapa pengumuman menarik di dunia esports. Kabar baiknya, 100PLUS dan Secretlab telah resmi menjadi sponsor dari Wild Rift SEA Icon Series. Sementara itu, kabar buruk muncul dari Cloud9, yang memutuskan untuk membubarkan tim Counter-Strike: Global Offensive mereka.

100PLUS dan Secretlab Jadi Sponsor dari Wild Rift SEA Icon Series

Secretlab, pembuat kursi gaming, dan 100PLUS, merek sport drink, resmi menjadi sponsor dari League of Legends: Wild Rift Southeast Asia Icon Series Singapore. Dengan ini, 100PLUS akan menyediakan minuman untuk semua staf, casters, dan bahkan peserta dari turnamen itu. Sementara itu, Secretlab akan menyediakan kursi yang akan digunakan pada peserta. Menurut laporan Esports Insider, kerja sama ini adalah kali pertama 100PLUS memasuki dunia esports. Sementara Secretlab memang telah mendukung perkembangan ekosistem esports di Asia sejak lama.

Cloud9 Bubarkan Tim CS:GO

Cloud9 membubarkan tim Counter-Strike: Global Offensive mereka. Mereka melakukan hal ini karena mereka merasa, mereka tidak bisa merealisasikan potensi tim CS:GO mereka akibat pandemi virus corona. Jadi, untuk sementara, Cloud9 memutuskan untuk melepaskan pemain CS:GO mereka dan meninggalkan skena esports dari game FPS itu.

Cloud9 memutuskan untuk mundur dari skena esports CS:GO untuk sementara. | Sumber: Dot Esports
Cloud9 memutuskan untuk mundur dari skena esports CS:GO untuk sementara. | Sumber: Dot Esports

Selama ini, Cloud9 memang mengutamakan performa dari tim CS:GO mereka. Satu-satunya tugas tim CS:GO di Cloud9 adalah untuk memenangkan kompetisi. Tim yang dinamai Colossus itu bahkan tidak wajib untuk melakukan kegiatan streaming, seperti tim-tim dari game lain. Hanya saja, sejak September 2020, tim CS:GO dari Cloud9 gagal untuk memberikan hasil sesuai ekspektasi karena pandemi, lapor Clutch Points.

Game Berikan Kontriusi Besar Pada Pemasukan FIFA Tahun Lalu

Pada 2020, game memberikan kontribusi yang lebih besar pada total pemasukan FIFA daripada sepak bola itu sendiri. Berdasarkan laporan keuangan dari FIFA, pemasukan mereka pada tahun lalu mencapai US$266,5 juta. Dari total pendapatan mereka, lebih dari 50% atau sekitar US$158,9 juta berasal dari penjualan lisensi, termasuk menjual lisensi untuk game.

“Menjual lisensi untuk game merupakan salah satu sumber pemasukan utama kami terkait penjualan lisensi,” kata FIFA, seperti dikutip dari Inside the Games. “Berbeda dengan kebanyakan sektor ekonomi yang terkena dampak buruk selama pandemi COVID-19, industri game terbukti jauh lebih tangguh dalam menghadapi pandemi.”

Krafton dan FaZe Clan Rilis Jersey Edisi Terbatas

Krafton Inc., perusahaan di balik PUBG dan PUBG Mobile, bekerja sama dengan FaZe Clan untuk membuat merchandise edisi terbatas berupa FaZe Clan PUBG Jersey. Merchandise ini dibuat dalam rangka perayaan PUBG Global Invitational. S PGI. S) 2021, yang tengah diselenggarakan di Korea Selatan. Jersey hasil kerja sama antara Krafton dan FaZe hanya dijual selama 72 jam. Menurut laporan The Esports Observer, jersey tersebut akan dijual seharga US$70. Kali ini adalah pertama kalinya Krafton bekerja sama dengan organisasi esports untuk meluncurkan merchandise resmi.

Jersey hasil kerja sama Krafton dengan FaZe Clan. | Sumber: The Esports Observer
Jersey hasil kerja sama Krafton dengan FaZe Clan. | Sumber: The Esports Observer

Gen.G Gandeng Toyota untuk Adakan Turnamen Minecraft

Gen.G bekerja sama dengan Toyota untuk membuat kompetisi Minecraft yang berlangsung selama satu minggu. Kompetisi yang bertema “Let’s Go Places in Your Dream Ride” ini dinamai Toyota Sienna Dream Builds. Kompetisi tersebut dimulai pada 26 Maret 2021 dan akan berakhir pada 1 April 2021. Dari semua peserta, 10 pemain dengan build terbaik akan dipilih sebagai pemenang. Juara pertama akan mendapatkan PlayStation 5. Sementara para pemenang lainnya akan mendapatkan beragam hadiah seperti Nintendo Switch dan gift cards, lapor The Esports Observer.

Toyota Uji Sistem Panel Surya yang Dapat Menambah Jarak Tempuh Mobil Elektrik Hingga 56 Km per Hari

Meski memegang status sebagai salah satu pabrikan otomotif terbesar sejagat, Toyota sampai detik ini masih belum memiliki mobil bermesin listrik murni yang siap dijual ke konsumen. Namun hal itu bukan berarti mereka tidak pernah sama sekali bereksperimen dengan listrik sebagai bahan bakar mobil.

Pada kenyataannya, generasi pertama Toyota Prius yang diluncurkan di tahun 1997 merupakan mobil hybrid pertama yang diproduksi secara massal. Toyota boleh ketinggalan di segmen all-electric, tapi itu tidak mencegah mereka menjajal inovasi demi inovasi menjelang kehadiran mobil elektrik perdananya, yang diwacanakan bakal hadir tahun depan.

Solar-powered Toyota Prius PHV

Salah satu inovasi yang dimaksud adalah panel surya terintegrasi sebagai bala bantuan mobil elektrik dalam menghemat energi. Bekerja sama dengan NEDO dan Sharp, Toyota berniat memulai pengujian unit Toyota Prius PHV yang telah dimodifikasi dan dipasangi panel surya pada bagian kap mesin sampai ke atap dan kaca belakangnya.

Saya bilang “bala bantuan” karena panel surya ini hanya sanggup menghasilkan energi listrik yang cukup untuk menambah jarak tempuh mobil sekitar 56 kilometer per harinya. Kendati demikian, ini merupakan pencapaian yang cukup signifikan dibandingkan tiga tahun lalu, di mana panel surya opsional milik Prius Prime kala itu hanya bisa menambah jarak tempuh elektriknya sejauh 3,5 km saja.

Solar-powered Toyota Prius PHV

Ini jelas masih jauh dari impian di mana sebuah mobil elektrik hanya perlu mengandalkan suplai energi dari matahari saja. Toyota pun tidak sendirian dalam mengejar impian tersebut. Belum lama ini, sebuah startup bernama Lightyear menyingkap mobil ‘bertenaga matahari’ yang siap diproduksi secara massal dan dipasarkan ke konsumen pada 2021.

Sama seperti mobil pengujian Toyota ini, mobil bernama Lightyear One itu juga mengemas panel surya di bagian kap mesin, atap dan kaca belakangnya. Bedanya, unit Prius yang bakal diuji di sini merupakan mobil hybrid dengan baterai berkapasitas kecil, sedangkan Lightyear One sepenuhnya mengandalkan kombinasi motor elektrik dan baterai.

Toyota sendiri belum berani berbicara terkait implementasi sistem panel surya baru ini. Pengujian ini baru sebatas untuk mengukur seberapa efektif teknologinya dalam menambah jarak tempuh dan efisiensi energi dari sebuah mobil listrik (atau hybrid).

Sumber: Electrek.

Toyota Resmi Memulai Layanan Ridesharing di Hawaii

Ide layananan ridesharing sebetulnya telah digagas sejak awal 90-an, namun baru setelah perangkat bergerak menyebar luas lalu mayoritas kendala network serta komunikasi berhasil diatasi, barulah app-app ridesharing mulai bermunculan di tahun 2012. Saat itu, layanan transportasi ini umumnya digarap oleh perusahaan San Francisco seperti Lyft, Uber, Wingz dan Sidecar.

Baru bertahun-tahun setelah itu, layanan serupa dibuntuti oleh satu raksasa otomotif asal Jepang. Hari selasa kemarin, Toyota mengumumkan dimulainya layananan ridesharing bernama Hui yang mempersilakan kita menyewa beragam jenis mobil buatan mereka. Sebelum bisa menggunakannya, yang perlu Anda lakukan adalah melakukan reservasi melalui aplikasi mobile Hui – tersedia buat perangkat Android dan iOS.

Toyota memilih ibu kota Hawaii, Honolulu, sebagai tempat peluncuran perdana Hui. Layanan ini dikelola oleh Servco Pacific sebagai distributor resmi Toyota di negara bagian Hawaii, lalu aplikasinya sendiri dikembangkan oleh tim Toyota Connected North America dan menggunakan Mobility Service Platform.

Di momen peluncurannya, perusahaan asal Aichi Prefecture itu menyediakan 70 unit kendaraan bermerek Toyota dan Lexus yang ditempatkan di 25 lokasi di kota Honolulu. Saat ini, Anda dapat memilih model Toyota Prius, Prius Prime, Camry XSE serta Lexus RX 350 dan RX F Sport. Toyota juga memastikan Anda tidak akan melewatkan lokasi Hui dan tak akan kebingungan dengan memberikan petunjuk jelas soal mobil yang bisa diambil serta di mana tempat pengembaliannya.

Kendaraan-kendaraan Hui memanfaatkan teknologi Smart Key Box, berfungsi untuk menciptakan ‘kunci digital’ buat mengakses, membuka, serta menyalakan mobil berbekal smartphone. Biaya sewanya disuguhkan mulai US$ 10 per jam atau US$ 80 per hari. Bergantung dari jenis mobilnya, harga bisa naik hingga US$ 20 per jam atau US$ 160 per hari. Uang yang Anda keluarkan itu sudah termasuk biaya asuransi, perawatan, dan bensin.

Ketika menyewa mobil, Anda akan diberikan kartu bensin buat mengisinya tanpa perlu mengeluarkan uang lagi. Sewaktu mengembalikan kendaraan, Anda diminta untuk setidaknya menyisakan bensin seperempat tanki sehingga pengemudi berikutnya tidak perlu membuang-buang waktu mencari-cari SPBU.

Selain Smart Key Box, ada banyak fungsi lain yang Toyota benamkan dalam aplikasi mobile Hui, dari mulai sistem identifikasi pengguna dan autentikasi, sejumlah metode pembayaran, serta beragam tool pengelolaan armada.

Perlu Anda ketahui bahwa Toyota bukanlah perusahaan pertama yang menawarkan layanan ridesharing di wilayah Hawaii. Di sana sudah ada Zipcar dan Enterpirse. Ridesharing – entah apakah menawarkan mobil, motor atau sepeda – telah jadi bisnis besar di Amerika.

Via DigitalTrends.

Grab’s Plans Post-Toyota Investment

This year becomes a crucial time for Grab. Post Uber acquisition, Grab transformed into a great power in Southeast Asia with some new investment. The latest is from Toyota, worth 14 trillion Rupiah.

We’ve been in contact with Grab regarding its post-investment plans, particularly in Indonesia’s market. Grab’s spokesperson said the investment from Toyota will be specifically used for developing and expanding O2O (Online-to-Offline) services, such as GrabFood and GrabPay in Southeast Asia.

Up until now, GrabFood has reached six countries in Southeast Asia, including Malaysia, Singapore, Vietnam, Philippines, Thailand, and Indonesia. Grab then becomes the on-demand transport company with the most extensive food ordering and delivery in Southeast Asia.

“We want to create the more transparent mobile ecosystem and the cash will be used to organize variant innovative services in order to get the best experience for all users of our app,” the spokesperson, said.

Toyota-Grab’s strategic partnership

Last Year, Toyota and Grab had established a strategic partnership in the development of connected services for the Grab rentals using the data collected by Toyota’s translog system. Nowadays, by expanding the partnership, both companies seek to increase the adoption of mobility solution in all over Southeast Asia and launching services using the data from Toyota Mobility Service Platform (MSFP).

The services include user-based insurance, vehicle financing service, and periodic maintenance with prediction. It is expected to improve the driving efficiency and safety, also reduce the maintenance costs.

“The partnership with Toyota has given many benefits for drivers, in terms of affordable insurance for the scheme based on usage, or the delivery of long-term vehicle usage data to help reduce the maintenance costs. Currently, we have no special program for Indonesia,” the spokesperson, explained.

Grab’s mission to be a complete app

On-demand transportation business is growing fast. There are many public’s needs can be accommodated. Grab notices, besides providing payment service through GrabPay and delivery service by GrabFood, Grab also has prepared other services. One of the leaks is the use of Internet of Things technology, therefore, users can experience the complete Grab app ecosystem.

Grab’s spokesperson speaks regarding Indonesia’s market:

“Grab’s target is to become an integrated one-stop service platform to be the answer for mobility demands and to build the more efficient transportation network with its partners to reduce traffic in Southeast Asia metropolitan cities, including Indonesia, making mobility easier to access for all kinds of communities.”

Grab also emphasized on its current focus, it’s to build the more transparent mobile ecosystem and organize variant innovative services in order to get the best experience for all users.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Sejumlah Rencana Pasca Investasi dari Toyota

Tahun 2018 menjadi masa yang cukup penting bagi Grab. Setelah mengakuisisi Uber, Grab menjelma menjadi salah satu kekuatan besar di Asia Tenggara dengan beberapa investasi yang diterima. Terakhir mereka mendapatkan suntikan dana dari Toyota, nilainya setara 14 triliun Rupiah.

Kami menghubungi Grab untuk mendapatkan informasi mengenai rencana Grab pasca investasi, khususnya untuk pasar Indonesia. Juru bicara Grab menyebutkan investasi dari Toyota secara khusus akan dimanfaatkan untuk mengembangkan dan memperluas jangkauan layanan O2O (Online-to-Offline) seperti GrabFood dan GrabPay di Asia Tenggara.

Sejauh ini GrabFood berhasil menjangkau enam negara di Asia Tenggara, meliputi Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Thailand dan Indonesia. Hal ini membuat Grab menjadi perusahaan transportasi on-demand yang juga memiliki layanan pesan antar makanan terluas di Asia Tenggara.

“Kami ingin membentuk ekosistem mobile yang lebih terbuka dan dana ini akan kami gunakan untuk menghadirkan ragam inovasi layanan demi pengalaman terbaik bagi seluruh pengguna aplikasi kami,” ujar juru bicara Grab.

Toyota dan kerja sama stragis dengan Grab

Toyota dan Grab tahun lalu sudah menjalin kerja sama strategis dalam hal pengembangan layanan terhubung untuk armada rental Grab dengan menggunakan data yang dikumpulkan oleh sistem translog dari Toyota. Kini dengan perluasan kerja sama ini keduanya berusaha untuk meningkatkan adopsi solusi mobilitas baru di seluruh Asia Tenggara dan meluncurkan layanan yang memanfaatkan data Toyota Mobility Service Platform (MSFP).

Layanan yang dimaksud meliputi layanan asuransi berbasis pengguna, layanan pembiayaan kendaraan, dan perawatan berkala yang dapat diprediksi. Diharapkan mampu meningkatkan efisiensi dan keselamatan berkendara dan menekan biaya perawatan.

“Kerja sama dengan Toyota ini memberikan banyak keuntungan bagi mitra pengemudi, baik dalam bentuk premi asuransi yang lebih terjangkau berkat skema berdasarkan penggunaan, atau pengiriman data penggunaan kendaraan dalam jangka panjang untuk membantu mengurangi biaya pemeliharaan kendaraan. Saat ini kami belum memiliki program khusus untuk Indonesia,” terang juru bicara Grab.

Grab dan misi menjadi aplikasi yang lebih lengkap

Bisnis transportasi on-demand saat ini sudah berkembang cukup pesat. Banyak kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang bisa diakomodasi. Grab pun menangkap hal itu, selain sudah menyediakan layanan pembayaran melalui GrabPay dan pesan antar melalui GrabFood, pihak Grab juga telah menyiapkan layanan lainnya. Salah satu bocorannya adalah penggunaan teknologi Internet of Things, nantinya pengguna dapat menikmati ekosistem aplikasi Grab secara lengkap.

Untuk pasar Indonesia Juru Bicara Grab menjelaskan:

“Target Grab adalah menjadi platform layanan satu pintu terpadu yang menjawab segala kebutuhan mobilitas dan menciptakan jaringan transportasi yang lebih efisien bersama para rekanannya guna mengurangi kemacetan lalu lintas di kota-kota mega di Asia Tenggara termasuk Indonesia, menjadikan mobilitas semakin mudah diakses untuk semua kalangan masyarakat. ”

Pihak Grab juga menekankan bahwa fokus mereka saat ini adalah untuk membentuk ekosistem mobile yang lebih terbuka dan menghadirkan ragam inovasi layanan demi pengalaman terbaik bagi seluruh penggunanya.

Application Information Will Show Up Here

Robot Toyota T-HR3 Dirancang Agar Bisa Mengikuti Gerakan Anda Secara Presisi

Sejak tahun 80-an, Toyota telah memanfaatkan robot untuk membantu proses manufaktur. Namun pencapaian terbesar mereka di ranah robotik humanoid adalah lewat kesuksesan penciptaan Kirobo, robot astronot pertama Jepang, dengan menyumbang teknologi voice recognition. Kini, perusahaan otomotif terbesar di dunia itu siap memberikan gebrakan selanjutnya.

Di tanggal 21 November kemarin, Toyota memperkenalkan T-HR3, robot humanoid (artinya memiliki tubuh menyerupai manusia) generasi ketiga yang dirancang oleh tim Toyota Partner Robot Division. Perusahaan menjelaskan bahwa T-HR3 merupakan upaya mereka mengeksplorasi teknologi baru untuk ‘mengelola interaksi robot dengan lingkungan sekitarnya’ serta pendalaman sistem manuver jarak jauh.

Sederhananya, T-HR3 memiliki kemampuan buat mengikuti gerakan sang operator. Pengendalian dilakukan di unit Master Maneuvering System –  penampilannya menyerupai mesin arcade atau bangku simulator, dengan modul-modul berbeda yang ditambatkan di tubuh operator. Di sana, tiap gerakan Anda akan ditiru robot secara akurat dan mulus. Lalu supaya operator bisa melihat apa yang dilihat robot, MMS turut dibekali head-mounted display.

Master Maneuvering System menyimpan 16 modul torsi super-sensitif yang diposisikan di area tubuh dan tangan serta tak lupa dilengkapi sensor tekanan dan gerakan di kaki. Semua itu berfungsi untuk ‘memindahkan’ dan menyinkronkan gerakan operator di robot melalui 29 unit Torque Servo Module – dikembangkan secara kolaboratif oleh Toyota, Tamagawa Seiki, dan Nidec Copal Electronics.

T-HR3 2

Torque Servo Module memungkinkan robot T-HR3 bergerak lebih natural dan intuitif, juga mengendalikan tekanan yang dihasilkan oleh interaksi robot dengan orang/objek, serta memberikan robot kemampuan menjaga keseimbangan saat bertabrakan dengan objek. Toyota percaya bahwa fungsi-fungsi tersebut akan memberikan dampak besar bagi penelitian robotik di masa depan, karena membuka kesempatan bagi mesin untuk beroperasi di lingkungan yang membutuhkan aspek keamanan dan keakuratan tinggi.

T-HR3 1

T-HR3 sendiri mempunyai tubuh seperti anak kecil, berdiri setinggi 1,54-meter dan berbobot 75-kilogram. Robot menyimpan 32 poros gerak, serta dibekali 10 jari (lima di masing-masing tangan) sehingga mampu memanipulasi objek. Bagian jari dikendalikan oleh aksesori data glove yang operator kenakan di tangan.

“Tim Partner Robot berkomitmen untuk memanfaatkan teknologi di T-HR3 buat mengembangkan robot yang bersahabat dan dapat membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari,” tutur GM Partner Robot Division Akifumi Tamaoki. “Ke depannya, teknologi-teknologi inti yang digunakan di platform ini diharapkan bisa membantu penciptaan robot dengan mobilitas yang lebih baik.”

Sumber: Toyota.

Usai Akuisisi Mobileye, Intel Bersiap Menguji 100 Mobil Kemudi Otomatis

Dana sebesar $15,3 miliar telah Intel kerahkan untuk mengakuisisi Mobileye. Proses akuisisinya sudah terselesaikan belum lama ini, dan sekarang kita bisa melihat rencana ke depan Intel di industri otomotif, lebih tepatnya di bidang mobil kemudi otomatis.

Tidak tanggung-tanggung, Mobileye yang bertanggung jawab atas iterasi awal Tesla Autopilot itu berencana untuk mengerjakan teknologi kemudi otomatis Level 4 – bisa mengatasi berbagai situasi tanpa campur tangan manusia – untuk diuji di lebih dari 100 unit mobil di Amerika Serikat, Eropa dan Israel yang merupakan kampung halaman Mobileye.

Pengujian ini dinilai penting karena Mobileye berniat untuk mengembangkan teknologi yang bisa diterapkan di mana saja dan diadaptasikan dengan kebutuhan konsumen yang beragam. Sistemnya sendiri memadukan teknologi computer vision, computer sensing maupun pemetaan digital garapan Mobileye dengan teknologi komunikasi berbasis jaringan 5G yang Intel kembangkan.

Tidak kalah penting adalah armada mobil yang mencakup berbagai tipe dan merek mobil. Di sini Mobileye sejatinya ingin menekankan bahwa teknologi rancangannya tidak harus bergantung atau terbatas pada platform tertentu. Langkah ini bisa dibilang cukup mirip dengan yang diambil Baidu.

Di samping itu, Intel baru-baru ini juga mengumumkan kemitraan dengan Toyota dan sejumlah perusahaan lain dalam membentuk Automotive Edge Computing Consortium, yang sejatinya bertujuan untuk mengembangkan ekosistem mobil pintar. Contoh kegiatan yang akan mereka lakukan adalah berbagi data mobil kemudi otomatis, yang bisa dimanfaatkan untuk menyempurnakan sistem pemetaan dan driver assistance.

Ini bukan pertama kalinya sebuah pabrikan otomotif menggandeng perusahaan yang benar-benar mendedikasikan waktunya ke pengembangan teknologi kemudi otomatis. Sebelumnya, Waymo sudah lebih dulu menguji armada mobil tanpa sopir bersama Chrysler (General Motors).

Sumber: Intel dan Engadget.

LINE Perkenalkan Smart Speaker “Wave”, Penjegal Google Home

Ketika LINE mengumumkan diri ikut meramaikan pengembangan teknologi kecerdasan buatan melalui kreasinya Clova, kelahiran produk gadget pintar berlabelkan LINE hanyalah perkara waktu. Dan terbukti, pada tanggal 15 Juni 2017 kemarin mereka resmi memperkenalkan smart speaker pertama yang dinamai Wave. Wave ini bukan satu-satunya, karena LINE telah mempersiapkan beberapa perangkat yang tengah berbaris di dapur kerja mereka, seperti Champ yang juga berfungsi sebagai smart speaker dan juga perangkat bernama Face yang berfungsi sebagai smart display.

Wave mempunyai fungsionalitas seperti Amazon Echo, Google Home atau HomePod keluaran Apple. Seperti ketiga speaker pintar tersebut, Wave dapat melakukan tugas berdasarkan input suara, seperti memberikan informasi janji temu di kalender, cuaca, daftar tugas (to-do), terintegrasi dengan perangkat rumah pintar di sekitarnya dan lain-lain. Bahkan pengguna dapat mengakses percakapan di aplikasi LINE dari Wave.

Tapi sebagaimana fungsi utamanya yakni sebagai perangkat pengeras suara, Wave mempunyai kemampuan audio yang lebih dioptimalkan. Komponen pengeras suaranyaterdiri dari 2.5 inci Woofer berdaya 20W dan juga 1 inci Tweeter dengan daya 5W. Modal input 4 mikrofon yang terhubung langsung ke voice input processor, membuat Wave bisa mengenali suara secara presisi sehingga mampu memainkan musik sesuai yang diminta oleh penggunanya. Untuk memuaskan dahaga bermusik pemiliknya, Wave menyediakan lebih dari 40 juta lagu yang tersedia di LINE Music. Perangkat dapat mengatur dan menyortir lagu-lagu tersebut sesuai preferensi pengguna, termasuk merekomendasi lagu berdasarkan mood.

smart speaker line wave

Jeroan LINE Wave sendiri dimotori oleh prosesor Qualcomm quad-core APQ8009 yang mempunyai kecepatan clock di 1,3GHz, ditemani RAM DDR3 sebesar 1GB dan penyimpanan internal menggunakan EMMC berkapasitas 8GB. Memperoleh koneksi WiFi dan Bletooth, Wave juga ditopang baterai sebesar 5.000 mAh.

WAVE dijadwalkan akan mulai dijual di Jepang pada musim gugur tahun ini (Agustus-November 2017) dengan harga 15.000 yen atau sekitar Rp 1,8 juta-an (belum termasuk pajak). Sebelum perilisan resmi, LINE akan membuka advance sales pada bulan Mei-Agustus 2017 dengan harga 10.000 atau Rp 1,2 juta-an.

LINE Shopping

Di kesempatan yang sama, LINE juga mengumumkan satu fitur lainnya, LINE Shopping yang menghadirkan portal layanan belanja langsung dari aplikasi. Jepang akan jadi tempat peluncuran perdananya.

Line shopping

Kehadiran LINE diharapkan dapat menjadi sarana baru yang mudah bagi pengguna untuk mencari dan melihat-lihat barang melalui aplikasi LINE, tanpa harus memasang atau menjalankan aplikasi lainnya. Demi mempermudah pencarian, LINE Shopping menyiapkan berbagai kriteria untuk jadi penyaring, seperti nama barang, kategori, nama toko, dan lain-lain. Di portal ini, tak hanya dapat melihat-lihat barang incaran, pengguna juga bisa langsung membeli dan melakukan pembayaran.

Integrasi Clova dan Toyota SDL

Berikutnya, LINE juga telah menggandeng Toyota untuk membentangkan sayap bisnisnya ke sektor otomotif melalui integrasi kecerdasan buatan miliknya, Clova dan SDL atau Smart Device Link kreasi Toyota. Sebagai informasi, SDL adalah teknologi yang menghubungkan mobil ke perangkat pintar seperti smartphone atau tablet. Melalui aliansi bisnis ini, LINE dan Toyota akan mengeksplor peluang-peluang baru yang dapat menghubungkan LINE Clova dengan SDL, untuk membuat layanan mobil terhubung dengan menggunakan teknologi asisten suara dengan tujuan mengomersialisasikan layanan ini pada tahun 2018.

Sumber gambar Theinvestor.

Toyota Singkap Kirobo Mini, Robot Bayi Untuk Menghilangkan Kesepian

Nama Kirobo mungkin terdengar cukup akrab di telinga Anda. Ia adalah robot astronot Jepang pertama, dikembangkan oleh Universitas Tokyo untuk mendampingi Komandan Koichi Wakata di ISS. Kirobo sanggup mengenal suara dan bisa diajak bercakap-cakap secara natural. Dan kabarnya, Toyota saat ini sedang menggarap versi konsumennya.

Model non-astronot tersebut lebih kecil dari robot asisten Komandan Wakata, itulah alasannya sang robot dinamai Kirobo Mini. Ia masih dibekali kapabilitas memproses bahasa sampai speech synthesis, meski tidak didesain buat beroperasi di kondisi nol gravitasi. Bagi tim Toyota, Kirobo Mini bukanlah sekedar mainan. Ia sengaja dirancang sebagai robot ‘bayi sintetis’, berfungsi untuk menemani mereka yang kesepian – terkait merosotnya angka kelahiran di Jepang.

kirobo_mini_top_slider_03

Tak hanya meyusutkan ukurannya, wujud Kirobo Mini memang dibuat agar menyerupai versi anak-anak dari Kirobo, dengan tinggi 10cm. Matanya terlihat lebih besar, dan secara keseluruhan tampak lebih lucu. Buat memperkuat kesan ini, robot juga dibundel bersama tas gendong bayi. Melihat dari cara Toyota mempresentasikan Kirobo Mini lewat concept movie, robot mempunyai penyajian serupa Sharp RoBoHon yang dibanderol lima kali lebih mahal.

Via Reuters, chief design engineer Fuminori Kataoka menjelaskan bahwa postur Kirobo Mini sengaja dibuat agak goyah agar mirip bayi. Pendekatan ini dimaksudkan untuk memberikan kesan bahwa sang robot belum bisa bergerak seimbang, dan kesan rentan itu dapat memincu ikatan emosi. Saat berinteraksi, Kirobo Mini akan mengedipkan matanya, dan mengeluarkan suara bernada tinggi ala anak kecil.

kirobo_mini_top_slider_11

Walaupun robot bukan makhluk hidup, Kataoka mengungkapkan pentingnya memberikan kesempatan bagi manusia untuk berinteraksi, dan bukan sekedar berbicara pada asisten digital seperti Siri atau Google Now. Lewat PCWorld ia menyampaikan, “Anak-anak biasanya berbicara dengan mainan mereka. Meskipun aktivitas ini bukanlah komunikasi sesungguhnya, mainan mampu mensimulasikannya. Itulah alasan manusia lebih mudah bercakap-cakap bersama robot companion ketimbang sistem navigasi.”

kirobo_mini_top_slider_01

Teknologi di belakang Kirobo Mini tidak terlalu kompleks. Robot mendengar suara Anda lewat microphone, dibantu app mobile di smartphone. Handset bertugas memindahkan audio ke sistem cloud Toyota untuk diolah (menentukan respons yang tepat), lalu data dikirim kembali ke Kirobo Mini.

Kirobo Mini dijajakan di harga yang sangat terjangkau, hanya 39.800 yen atau sekitar US$ 390, rencananya akan tersedia tahun depan. Tapi agar bisa beroperasi, Anda juga harus membayar biaya berlangganan 300 yen (US$ 3) tiap bulan.

Sumber: Toyota.

Toyota Singkap uBox, Kendaraan Konsep Customizable Untuk ‘Generasi Penerus’

Melihat berbagai kendaraan konsep yang diungkap produsen otomotif, visi mereka terhadap alat transportasi masa depan berbeda-beda. Konsumen kini disuguhkan gagasan-gagasan mengenai potensi mobil pintar serta driverless car. Bagi kita, ide-ide futuristis ini sangat mengagumkan, tapi penasarankah Anda akan seperti apa kendaraan buat generasi penerus?

Toyota ternyata telah memikirkannya. Raksasa otomotif asal Jepang itu menggandeng tim mahasiswa dari International Center for Automotive Research di Clemson University, dan memperkenalkan mobil konsep bernama uBox. Ia adalah sebuah van unik, didesain untuk Generasi Z, yaitu konsumen yang terlahir antara pertengahan 1990- sampai 2010-an. Mayoritas berada di akhir masa remaja, mereka inilah para calon pembeli dan pemilik mobil masa depan.

Toyota uBox 02

Tim mengerjakan uBox selama dua tahun. Dalam menentukan desainnya, Toyota dan Clemson membayangkan cara favorit muda-mudi masa kini buat berpindah dari satu tempat ke tempat lain bersama kawan-kawannya. Ternyata mereka menyukai rancangan tajam dan mengotak, pintu depan dan belakang yang terbuka ke arah berlawanan (suicide doors), rangkaian LED, dan kabin yang dikelilingi kaca.

Toyota uBox pada dasarnya merupakan kendaraan utility untuk lima penumpang, dengan komponen yang bisa dikustomisasi. Anda dipersilakan memilih sendiri warna ventilasi udara, kabin, dan trim; desain baru dapat diunduh dan dicetak sendiri via 3D printer. Bangku-bangku gampang dilepas buat memberikan ruang tambahan. Gagasannya memang cukup liar, namun pendekatan tersebut membebaskan pengemudi mengekspresikan karakter mereka, serta menjaga agar penampilan mobil tetap up-to-date hingga ke tahun-tahun berikutnya.

Toyota uBox 03

Manusia modern (dan kemungkinan besar para penerus kita) hampir tak bisa hidup tanpa gadget pintar, dan Toyota mengerti hal ini. Untuk memaastikan Anda memperoleh akses ke sumber listrik, uBox dibekali outlet power 110-volt, diambil dari powertrain. Sayangnya info mengenai bagian ini masih terbilang minim. Toyota hanya bilang bahwa uBox memanfaatkan motor full-elektrik.

Untuk menyangga atap kaca, Toyota memanfaatkan struktur dari kombinasi material komposit serat karbon serta aluminium, dan versi konsep ini dibuat dengan tangan. uBox merupakan bagian proyek Deep Orange Toyota, dimaksudkan sebagai wadah agar mahasiswa dapat mendalami bidang pengembangan otomotif – dari mulai riset pasar dan desain, hingga proses engineering dan produksi.

Toyota uBox 04

Toyota menjelaskan, target uBox ialah para wiraswastawan muda yang membutuhkan kendaraan serbaguna, mampu menunjang kerja, gaya hidup serta rekreasi.

Via Top Gear. Sumber: Toyota.