Anterin Resmikan Kehadiran, Beri Pilihan Moda Transportasi Untuk Warga

Anterin, penyedia marketplace untuk moda transportasi, meresmikan operasionalnya, setelah sebelumnya tersedia dalam versi beta sejak Agustus 2016. Anterin mencoba bawa diferensiasi dengan pemain ride hailing besar, menawarkan sistem berlangganan harian tanpa mengutip komisi dari mitra pengemudi.

“Konsep kami bukan untuk bersaing, tapi memberikan pengalaman baru buat konsumen, sekaligus solusi untuk masyarakat yang ingin bergabung karena konsep kami adalah marketplace. Kami undang operator taksi yang ada untuk bergabung dalam platform Anterin,” ucap CEO Anterin Imron Hamzah, Kamis (16/8).

Dalam peresmian ini, Anterin juga mengumumkan kerja sama strategis dengan perusahaan otomotif khusus roda dua TVS dan aplikasi berbasis navigasi HERE Technologies. Bersama TVS, warga Anterin (mitra pengemudi) dapat mengambil motor di TVS dengan sistem sewa harian sebesar Rp20 ribu per bulan selama tiga tahun. Setelah lewat tiga tahun, motor tersebut akan diberikan ke mitra sebagai milik pribadi.

Sedangkan dengan HERE Technologies, Anterin akan memanfaatkan navigasi untuk mitra pengemudi saat berkendara dengan teknologi yang dimilikinya. Misalnya 3D Maps, HD Live Maps, memakai peta secara offline, real time navigation, informasi lalu lintas, dan masih banyak lagi. Apalagi HERE sudah dipakai oleh perusahaan otomotif global BMW. HERE sudah resmi tersedia di aplikasi Anterin. Sebelumnya perusahaan memanfaatkan API dari Google Maps.

“Ini kemitraan strategis jangka panjang yang kami yakin akan membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Ke depannya bakal ada inisiatif untuk dorong pemakaian di aplikasi HERE bersama Anterin.”

Model bisnis dan rencana ke depan

Imron menerangkan, Anterin menganut konsep kebebasan baik untuk mitra pengemudi maupun pengguna. Ada sistem lelang otomatis yang diberikan ke mitra pengemudi dalam menentukan tarif sendiri, namun dengan tarif batas atas dan bawah yang sebelumnya sudah ditentukan Anterin.

Mitra dapat mendaftarkan lebih dari satu jenis kendaraan dalam satu aplikasi. Mereka tidak dibebankan komisi atau bagi hasil karena Anterin menggunakan konsep berlangganan harian sebesar Rp10 ribu untuk monetisasinya.

“Dengan konsep ini, Anterin memberikan kesempatan sebesar-besarnya untuk berwirausaha karena salah satu misi kami adalah membantu mitra memperoleh pendapatan yang layak, minimal setara UMR.”

Bagi sisi pengguna, Anterin menyediakan fitur favorit apabila pengguna punya preferensi tersendiri untuk mitra pengemudi. Tentunya bagi mitra kehadiran fitur ini memperbolehkan mereka memiliki pengguna tetap. Nilai tambah seperti ini diklaim tidak ada di kompetitor.

Fitur lainnya yang sudah dihadirkan Anterin adalah fitur in-app chat, memungkinkan pengguna dengan mitra dapat saling berkirim pesan tidak hanya teks, tapi juga gambar dan rekaman suara.

Imron menerangkan Anterin akan terus mengembangkan layanan lainnya di samping antar penumpang dan barang, yakni pemesanan makan. Saat ini pihaknya juga mengembangkan sayap bisnisnya ke 26 kota di Indonesia, setelah beroperasi secara beta di Jabodetabek. Beberapa kota tersebut di antaranya adalah Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Malang, Surabaya, Bali, Lampung, dan Makassar.

Diklaim mitra Anterin telah mencapai lebih dari 200 ribu untuk motor dan 20 ribu untuk mobil. Aplikasi Anterin sudah bisa diunduh, baik di Play Store dan App Store.

Anterin juga disebutkan telah menerima dana investasi dari pihak eksternal dengan tahapan Pra Seri A. Namun Imron enggan menyebutkan baik identitas investornya maupun nilai yang diterima. Ia hanya menyebut investornya tersebut adalah pihak lokal.

Application Information Will Show Up Here

Luncurkan Sejumlah Produk Baru, Ompreng Genjot Akuisisi Pengguna

Setelah tiga tahun berjalan, Ompreng masih terus berusaha menyuguhkan layanan untuk pemesanan transportasi. Selain menambahkan sejumlah fitur di aplikasinya, Ompreng juga mengembangkan beberapa produk baru seperti OTour, OEvent dan juga ORental. Produk-produk baru ini menjadi ujung tombak Ompreng untuk mencapai misinya membantu pemerintah mengurangi kemacetan dengan mengubah pengalaman bertransportasi.

Founder Ompreng Ari Setiyono menceritakan saat ini mereka masih menghadapi tantangan bagaimana memperkenalkan Ompreng ke masyarakat yang lebih luas. Sejauh ini Ompreng secara keseluruhan memiliki 30 ribu pengguna dengan strategi organik dan referral. Upaya aktivasi pengguna terus diupayakan, di antaranya melalui penyediaan produk-produk baru.

User kita ada sekitar 30.000 user dan kita natural growth tanpa membakar uang banyak, mostly dari referral. Tantangannya masih sama di marketing, jadi untuk menginfokan ke masyarakat luas butuh budget besar. Kami bekerja sama dengan banyak pihak, seperti sekarang ini bekerja sama dengan Asian Games,” terang Ary.

Kerja sama dengan Asian Games adalah salah satu bagian produk baru Ompreng, yakni OEvent. Sebuah produk yang memungkinkan EO (Event Organizer) atau penyelenggara acara yang menyediakan shuttle untuk memanfaatkan aplikasi dan teknologi Ompreng untuk membantu penonton sampai ke lokasi acara.

Sementara produk baru Ompreng lainnya, seperti ORental dan OTour, masing-masing diciptakan untuk memudahkan pengguna menyewa mobil, baik itu dengan supir atau lepas kunci dan memudahkan pengguna melakukan perjalanan atau tour bersama-sama ke satu tujuan. Ompreng juga memiliki produk OAirport yang membantu pengguna memesan shuttle dengan tujuan ke bandara.

Lebih lanjut Ary menjelaskan pihaknya saat ini berusaha bertahan sekaligus memunculkan inovasi dengan motivasi untuk bisa membantu pemerintah dalam mengurangi kemacetan dengan mengoptimalkan transportasi umum.

Dari segi fitur Ompreng sudah memberikan beberapa fitur khas aplikasi pemesanan transportasi online. Seperti booking, tracking atau pelacakan armada, hingga pembayaran cashless. 

“[Tahun ini targetnya] penambahan partner operator bus seperti Damri, PPD, Mayasari, Bigbird, Sinarjaya, Agra dan lain-lain,” terang Ary.

Application Information Will Show Up Here

Go-Jek Announces $500 Million Regional Expansion

Today, Go-Jek announces its expansion to four Southeast Asian countries. It’s planning to be available in Vietnam, Singapore, Thailand, and the Philippines within the next few months. The company has prepared $500 million (around 7,1 trillion Rupiah) budget for this expansion.

The plan has been reported since the end of last year, when Ajay Gore, Go-Jek’s CTO, interviewed about the possibility of the Philippines expansion, and it’s getting traction when Uber’s operation in Southeast Asia is acquired by Grab. Uber’s departure from the market is considered as the perfect moment for Go-Jek’s expansion. There’s no further explanation of the targeted segment in those countries but on-demand transportation still the main priority.

In Indonesia, Go-Jek has dominated the on-demand service with various treats, including food and package delivery, house cleaning, and beauty service. In addition, Go-Jek is leading with Go-Pay (payment service) that has begun to escalate outside Go-Jek ecosystem after obtaining QR Code license for cashless payment.

Nadiem Makarim, Co-Founder and CEO of Go-Jek, in the release said, “Consumers are most satisfied and happy when they have more options. Currently, the population of Vietnam, Thailand, Singapore, and the Philippines feel that they don’t have enough options for ride-hailing transportation services. We expect Go-Jek’s expansion to those countries can bring a healthy business competition in need for market growth.”

“Our objective is to collaborate with those countries and their government, so the technology that we bring may have broad impact for all. [..] We [Go-Jek] believe, the best way for international expansion is to partner with talented locals, share our vision, and understand how to serve the best for their nations. The role of Go-Jek is to advise, share operational experience and business development. Therefore, they [partners and locals] can create the positive impact brought by Go-Jek in the best ways possible according to the characters and needs of their country,” he added.

The bottom line is Go-Jek will engage local partners for expansion. According to our sources, a joint venture in Vietnam will be called Go-Viet. A similar step will be performed in other countries. In the bigger picture, there are several Indonesian startups going regional besides Go-Jek. Traveloka is the most significant with operational service (and local teams) almost in all SEA countries.

Andre Soelistyo, Go-Jek’s President, added, “We’ve been considering the international expansion for a long time. We want to make sure to perform the plan at the right moment with our strongest position. In our last investment round, there are many strategic investors joined, national and global. It brings up our confidence and believes that we have enough support to be the inspiring story of startup development, from Indonesia to be a regional phenomenon.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Siapkan Tujuh Triliun Rupiah, Go-Jek Umumkan Rencana Ekspansi ke Empat Negara Asia Tenggara

Go-Jek hari ini mengumumkan kepastian ekspansinya ke empat negara Asia Tenggara. Mereka adalah Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina yang akan dilakukan dalam beberapa bulan mendatang. Perusahaan menyiapkan dana $500 juta (sekitar 7,1 triliun Rupiah) untuk keperluan ekspansi ini.

Rencana ekspansi ini sudah menggaung sejak akhir tahun lalu, ketika CTO Ajay Gore menyebutkan rencana ekspansi ke Filipina, dan semakin kuat pasca akuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara oleh Grab. Hengkangnya Uber dari pasar Asia Tenggara dianggap sebagai momen yang pas bagi Go-Jek untuk memperluas pasar. Tidak dijelaskan sektor apa saja yang bakal disasar oleh Go-Jek di negara-negara tersebut, tetapi layanan transportasi on-demand tetap menjadi ujung tombak.

Di Indonesia Go-Jek telah menjadi raja layanan on-demand dengan berbagai suguhan layanan, termasuk pengantaran makanan, pengantaran paket, jasa pembersihan rumah, dan jasa kecantikan. Selain itu Go-Jek juga menjadi primadona dengan layanan pembayaran Go-Pay yang sudah mulai merambah sektor-sektor di luar ekosistem Go-Jek setelah mendapatkan izin penggunaan QR Code sebagai cara pembayaran.

Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim dalam pernyatannya mengatakan, “Konsumen paling puas dan senang saat mereka punya lebih banyak pilihan. Saat ini, masyarakat di Vietnam, Thailand, Singapura dan Filipina merasa bahwa mereka tidak memiliki cukup pilihan atas layanan transportasi ride-hailing. Kami berharap dengan hadirnya Go-Jek di negara-negara tersebut, kami bisa menjadi aplikasi gaya hidup utama, pilihan masyarakat. Itu aspirasi kami. Di saat yang sama, kami harap kehadiran kami dapat menciptakan persaingan usaha sehat yang dibutuhkan supaya pasar di masing-masing negara terus bertumbuh.”

“Tujuan kami adalah berkolaborasi dengan negara-negara tersebut dan pemerintahnya, supaya manfaat teknologi kami bisa memberikan dampak luas bagi semua kalangan. [..] Kami di Go-Jek percaya, cara terbaik dalam melakukan ekspansi internasional adalah bermitra dengan tim lokal yang bertalenta, punya visi yang sama dengan kami, serta memahami cara terbaik untuk melayani kebutuhan negara mereka. Peranan Go-Jek adalah sebagai penasihat, berbagi pengalaman kami dalam hal operasional serta pengembangan bisnis. Sehingga, mereka [para mitra dan tim lokal] dapat menciptakan dampak positif yang Go-Jek ciptakan, dengan cara-cara terbaik dan sesuai dengan karakter dan kebutuhan negara mereka,” lanjutnya.

Faktor yang perlu ditekankan di sini adalah Go-Jek akan menggandeng mitra lokal untuk langkah ekspansinya. Menurut sumber kami, di Vietnam joint venture yang dibentuk akan bernama Go-Viet. Langkah serupa tampaknya akan dilancarkan di negara-negara lainnya. Selain Go-Jek sudah ada beberapa startup Indonesia yang going regional. Yang paling signifikan adalah Traveloka yang memiliki layanan operasional (dan tim lokal) di hampir semua negara Asia Tenggara.

President Go-Jek Andre Soelistyo menambahkan, “Kami telah mempertimbangkan rencana ekspansi internasional ini sejak lama. Kami ingin memastikan kami dapat menjalankan rencana tersebut di saat yang tepat dan dalam posisi kami yang kuat.Pada seri penggalangan investasi kami yang terakhir, banyak investor strategis besar global dan nasional yang bergabung. Inilah yang membuat kami percaya diri dan yakin, bahwa kami punya dukungan yang diperlukan untuk menjadi salah satu kisah pertumbuhan yang menginspirasi, dari menjadi fenomena Indonesia ke fenomena regional.”

Application Information Will Show Up Here

It’s Official, Grab Confirms the Acquisition of Uber’s SEA Business

Grab and Uber officially announce a business merger in Southeast Asia. With this announcement, Uber will take 27,5 percent stake in Grab and Uber’s CEO, Dara Khosrowshahi, will join Grab’s board. The merger will be Grab’s new ammo to compete against Go-Jek in SEA market. Grab will be focused in O2O (online-to-offline) platform, fintech (payment and financial inclusion) platform, and to develop a leading food delivery services in the region.

Bloomberg reported just yesterday that Grab confirmed to acquire Uber business after rumors since last November. Both Grab and Uber are having Japan’s Softbank as lead investor.

Grab’s Group CEO and Co-Founder Anthony Tan said in the release:

“We are proud that the company founded in Southeast Asia has grown as the largest platform in which our services have become inseparable from daily activities of million consumers and provided employment opportunities for over 5 million people. Today’s announcement becomes a milestone of the new era. The merger will deliver new leaders in platform and cost efficiency in Southeast Asia. Along with Uber, we are now in a strategic position to realize our commitment in providing the best service for consumers. Consumer’s trust upon our brand transportation is driving us to move forward as a company: improving people’s lives through food delivery, payment, and financial services.”

Post-merger, Grab will expand GrabFood business across major Southeast Asia countries, including the acquisition of UberEats in the first half of 2018. For transportation, Grab is said to collaborate with government and public transportation to develop an integrated commuter system. Two examples including GrabCycle (bicycle) system and GrabShuttlePlus (on-demand bus) in Singapore.

Later, Grab will improve services in Grab Financial related to mobile payment,
microfinancing, insurance and other banking services, micro-entrepreneur, and SMEs in Southeast Asia. GrabPay’s role as e-wallet will be available in all major countries of Southeast Asia by the end of 2018.

Uber services in Southeast Asia is said to be available in the next two weeks, while UberEats (focused on food delivery), will be available until May 2018. Both companies will collaborate to facilitate the transition of driver-partner, customers, and merchant.

In Indonesia, Uber has partnered up with Tokopedia and BBM. It has also launched UberDelivery for package delivery.

According to an official release, some employees in Southeast Asia offices will be transferred to Grab.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Resmi, Grab Akuisisi Bisnis Uber di Asia Tenggara

Grab dan Uber resmi mengumumkan merger untuk bisnis di Asia Tenggara. Dengan merger ini, Uber akan memiliki 27,5 persen saham Grab dan CEO Uber Dara Khosrowshahi akan bergabung di dewan direksi Grab. Merger keduanya ini akan menjadi amunisi Grab untuk bersaing dengan Go-Jek di pasar Asia Tenggara. Grab akan fokus ke platform O2O (online-to-offline), platform fintech (pembayaran dan bantuan keuangan), dan ingin mengembangkan layanan food delivery terdepan di kawasan ini.

Bloomberg kemarin melaporkan bahwa Grab setuju mengakuisisi bisnis Uber setelah rumor tentang hal ini berseliweran sejak bulan November lalu. Baik Grab maupun Uber sama-sama mendapat dukungan Softbank Jepang sebagai investor.

Dalam rilis yang kami terima, Anthony Tan, Group CEO dan Co-Founder, Grab mengatakan:

”Kami bangga bahwa perusahaan yang didirikan di Asia Tenggara telah tumbuh menjadi platform terbesar di mana layanan kami telah menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas harian jutaan konsumen dan menyediakan kesempatan kerja bagi lebih dari 5 juta orang. Akusisi yang diumumkan hari ini menjadi tonggak dari dimulainya era baru. Penggabungan bisnis ini melahirkan pemimpin dalam platform dan efisiensi biaya di kawasan Asia Tenggara. Bersama Uber, kini kami berada di posisi yang semakin tepat untuk memenuhi komitmen kami untuk memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Kepercayaan konsumen terhadap brand transportasi kami mendorong kami untuk terus maju sebagai perusahaan: meningkatkan kehidupan masyarakat melalui layanan pengantaran makanan, pembayaran dan keuangan.”

Pasca merger Grab akan mengembangkan bisnis GrabFood di seluruh negara-negara besar Asia Tenggara, termasuk dengan modal akuisisi terhadap UberEats, pada semester pertama 2018. Di sisi transportasi, Grab disebut akan berkolaborasi degan pemerintah dan operator transportasi publik untuk mengembangkan sistem komuter multimoda yang terintegrasi. Contoh pengembangan sistem ini adalah GrabCycle (sepeda) dan GrabShuttlePlus (bus on-demand) di Singapura.

Berikutnya Grab juga meningkatkan rangkaian layanan di Grab Financial yang meliputi pembayaran mobile, micro-financing, asuransi dan layanan keuangan lainnya bagi jutaan konsumen yang memiliki akses terbatas terhadap layanan perbankan, micro-entrepreneur, dan usaha modal kecil di kawasan Asia Tenggara. GrabPay sebagai dompet elektronik akan tersedia di semua negara besar Asia Tenggara paling lambat akhir tahun 2018.

Layanan Uber di Asia Tenggara disebut akan beroperasi hingga dua minggu ke depan, sementara UberEats (yang fokus di pengantaran makanan), akan beroperasi hingga bulan Mei mendatang. Kedua pihak akan bekerja sama untuk menjamin transisi mitra pengemudi, pelanggan, merchant, dan mitra pengantaran UberEats.

Di Indonesia, selain membangun layanan transportasi on-demand, Uber telah bermitra dengan Tokopedia dan BBM, serta mengembangkan sistem pengantaran barang UberDelivery.

Belum ada informasi apakah pegawai Uber di Asia Tenggara akan ditransfer ke Grab, ditransfer ke kantor operasional Uber yang lain, atau dilepaskan.

Update: Menurut rilis resmi Uber, sekitar 500 pegawai Uber di Asia Tenggara juga akan ditransfer untuk bekerja dengan Grab.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Setelah Bandung, Layanan Bike-Sharing oBike akan Hadir di Bali dan Jakarta

Layanan bike-sharing oBike belum lama ini memulai layanannya di Bandung. Di fase awal ini, sebanyak 650 sepeda oBike akan didistribusikan melalui beberapa hotel untuk bisa dinikmati penggunanya. Ke depan, lokasinya akan diperbanyak, menyasar sekolah, tempat ibadah, dan taman-taman di Kota Bandung. Berpusat di Singapura, oBike disebutkan sudah tersedia di 13 negara.

Dungkapkan tim oBike Indonesia kepada DailySocial, Bandung menjadi awal ekspansi oBike di Indonesia. Ditargetkan dalam waktu dekat oBike akan hadir juga di Bali dan Jakarta. Mereka menjelaskan mengapa Bandung yang pertama, karena pihak Dishub di Kota Bandung cukup responsif untuk menjalankan insiatif ini, terlebih sebelumnya pemerintah setempat juga sudah memiliki inisiatif sama berjuluk Boseh (Bike on the Street Everybody Happy).

Untuk menggunakan layanan bike-sharing ini, pengguna cukup memasang aplikasi oBike dan mengisi saldo untuk transaksi. Selanjutnya melalui aplikasi tersebut pengguna dapat membuka kunci sepeda untuk digunakan. Untuk tarifnya sendiri saat ini didasarkan waktu penggunaan, yakni Rp4.000 per 30 menit. Seusai menggunakan, pengguna dapat memarkirkan kembali sepeda di tempat terdekat yang sudah disediakan.

Sepeda oBike telah dilengkapi dengan GPS, sehingga setiap aktivitas yang dilakukan dengan sepda akan terekam. Ini juga untuk mencegah terjadinya pencurian yang mungkin saja terjadi dalam penggunaan sepeda. oBike sendiri sudah beroperasi di 12 negara, khususnya negara maju, termasuk di Singapura, Inggris, Jerman, hingga Belanda.

Terkait dengan budaya bike-sharing yang masih cukup baru di Indonesia pihak oBike menanggapi dengan cukup optimis. Menurut pemaparan tim oBike, sejauh ini respons yang diterima dari masyarakat cukup baik. Pihaknya juga mengaku tengah bekerja keras untuk menjalin kerja sama dengan mitra lokal untuk memperkenalkan oBike secara luas. Turut disadari bahwa ini bukan pekerjaan mudah, karena sepeda tidak teralu populer di sini, orang lebih suka berkendara dengan sepeda motor sebagai moda transportasi utama.

Application Information Will Show Up Here

Mengintip Strategi Grab Optimalkan Big Data dalam Operasional

Seperti kebanyakan perusahaan teknologi lainnya, Grab juga memanfaatkan big data yang telah dihimpun untuk meningkatkan pelayanannya agar tetap relevan di setiap negara di mana dia beroperasi, termasuk Indonesia.

Perkembangan teknologi yang cepat turut memperkaya big data Grab seiring waktunya. Tiga tahun lalu, Grab mengaku baru diunduh oleh satu juta perangkat, satu booking per dua detik, 100 perangkat CPU, satu database, dengan beberapa gigabyte data dan logs.

Hingga kini Grab telah diunduh hingga 63 juta perangkat, ribuan booking per detik, puluhan ribu CPU, ratusan database, dengan ratusan terabyte data dan logs. Data-data tersebut di antaranya berisi kebiasaaan pengguna dan pengemudi dengan identitas anonim.

Data yang dikumpulkan dimanfaatkan Grab untuk mencari solusi dan inovasi baik secara jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek, Grab berupaya mengoptimalkan jumlah permintaan dengan persediaan pengemudi.

Misalnya memberi notifikasi kepada pengemudi tentang prediksi lokasi yang akan ramai dengan pesanan dalam beberapa menit mendatang.

“Banyak data yang dikumpulkan berarti ada banyak insight buat kami. Dalam seharinya kami menerima 10 terabyte data. Bila ditotal sama dengan multi-petabyte data. Ini yang menjadikan kami sebagai layanan transportasi online yang paling banyak diminta di Asia Tenggara,” terang Head of Engineering Grab Ditesh Gathani, kemarin (25/10).

Sementara untuk rencana jangka panjang, Grab ingin mengubah sistem transportasi ke arah yang lebih baik. Semisal, cara mengurangi jumlah kendaraan di jalan, menyediakan transportasi lebih aman, dan mengurangi polusi.

Salah satu contoh inovasi yang dilakukan lewat memanfaatkan big data adalah kehadiran GrabShare dan GrabNow. GrabShare adalah layanan berbagi tumpangan bersama orang lain, dengan titik tujuan searah.

Sementara GrabNow adalah cara mendapatkan pengemudi tercepat dengan langsung menghampiri pengemudi terdekat yang tidak dalam status pemesanan.

“Karena ingin mengubah sistem transportasi yang lebih baik, kami juga membuka data dengan pemerintah setempat. Salah satu yang sudah kami lakukan adalah dengan pemerintah Singapura. Kami berbagi data untuk menyelesaikan kemacetan jalan atau pembangunan infrastruktur.”

Ditesh mengungkapkan, untuk menyelesaikan masalah pihaknya menerapkan pendekatan secara hyperlocal. Misalnya, pihaknya mengirimkan 15 orang tim Grab untuk menghabiskan waktu selama enam bulan di Jakarta. Mereka akhirnya menemukan bahwa warga Jakarta ternyata akan lebih mudah memesan Grab yang ada di depan matanya.

Rutin upgrade platform

Ditesh juga menuturkan, banyaknya data yang melimpah di satu sisi memaksa Grab untuk me-rewrite sistem setiap dua tahun sekali. Maka dari itu, tim engineer Grab bekerja hanya untuk menyediakan solusi yang berlaku dalam jangka waktu dua tahun.

Tentunya, memprediksi apa yang terjadi dalam dua tahun itu bukan perkara mudah. Namun dengan bekal pengalaman yang terdahulu, ditambah kemampuan tim engineer yang mumpuni, Grab dapat mereka-reka. Setidaknya apa kemungkinan yang terjadi dalam dua tahun mendatang.

“Ini jadi tantangan tersendiri karena kita sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi dua tahun ke depan. Tapi kita dapat pengalaman terdahulu, sehingga bisa mereka-reka. Kami juga cukup terkejut dengan kemampuan tim engineer yang mampu meng-upgrade platform Grab jadi lebih scalable dalam dua tahun ke depan.”

Ditesh mengaku sejak lima tahun lalu, Grab telah melakukan rewrite sistem hingga tiga kali. Tahun ini telah mamasuki masa keempat.

Kolaborasi antar engineer di setiap negara

Berlimpahnya data, membuat perusahaan rela berinvestasi besar-besaran membangun research and development center (R&D center) di berbagai lokasi. Total R&D Grab ada enam titik, Seattle (AS), Ho Chi Minh (Vietnam), Singapura, Beijing (Tiongkok), Bangalore (India), dan Jakarta (Indonesia).

Pemilihan lokasi ini, tutur Ditesh, juga tidak sembarang. Pihaknya mempertimbangkan ketersediaan engineer lokal yang mumpuni untuk membantu bisnis Grab. Untuk lokasi yang tidak ada dalam wilayah bisnis Grab, seperti Seattle, Beijing dan Bangalore, dipilih lantaran di negara tersebut memiliki engineer bertalenta baik karena hadirnya berbagai perusahaan teknologi kelas triple A.

Bentuk kolaborasi antar engineer di setiap negara pun juga cukup intens, mereka dapat belajar dari satu sama lain. Tim engineer di luar ASEAN bertugas untuk membantu seluruh tim engineer Grab yang ada dalam menyelesaikan masalah.

Sementara tim engineer lokal karena paham dengan pasar di negara sendiri akan fokus memberi solusi yang bisa mereka lakukan.

Ambil contoh, tim Bangalore bekerja untuk fitur GrabPay. Mereka akan bekerja sama dengan tim Kudo untuk mengintegrasikan GrabPay dalam aplikasi Kudo. Sedangkan tim engineer di Indonesia fokus mempermudah proses penerimaan pengemudi baru dalam aplikasi Kudo.

“Pada intinya, tim engineer akan fokus pada nilai apa yang bisa mereka tawarkan untuk menguntungkan masing-masing negara. tim Vietnam akan bekerja untuk market mereka. Sedangkan tim Singapura mereka mampu membantu seluruh tim di Asia Tenggara.”

Dampak penunjukkan CTO baru

Selain membahas big data, Ditesh juga mengungkapkan bahwa pihak cukup senang dengan kehadiran Theo Vassilakis sebagai CTO Grab. Vassilakis akan membawahi seluruh tim R&D, termasuk Ditesh sendiri.

Pengalaman yang sudah dihimpun Vassilakis tentang big data dari perusahaan sebelumnya diharapkan dapat membantu Grab untuk scale up lebih kencang. Pasalnya, Grab kini tidak hanya sebagai perusahaan transportasi on demand, tapi kini sudah masuk ke sistem pembayaran.

“Kami harap Vassilakis dapat membantu Grab untuk scale up dalam dua hal tersebut,” pungkas Ditesh.

Application Information Will Show Up Here

Kabar Ojesy “Ojek Syari” di Tengah Persaingan Layanan On-Demand yang Ketat

Kurang lebih tahun 2015, layanan on-demand mulai menjadi fenomenal di kalangan masyarakat, khususnya untuk moda transportasi. Di awal hype-nya di Indonesia, beberapa pemain muncul –tidak hanya yang sekarang mendominasi, yakni GO-JEK, Grab dan Uber—melainkan juga pemain niche seperti BlueJek, LadyJek hingga Ojesy. Di antara pemain niche tersebut Ojesy menjadi yang bertahan sampai saat ini, di tengah persaingan yang “tidak masuk akal” lagi.

Ojesy di bawah naungan PT Ojek Syar’i Indonesia kini menawarkan jasa transportasi untuk mengantar dan menjemput anak-anak ke sekolah. Dengan paket berlangganan pada periode tertentu, model bisnis ini jalan, walaupun tidak sesignifikan model yang menyasar market lebih umum. Kepada DailySocial, CMO Ojesy Reza Zaimir menjelaskan bahwa fokus saat ini dan ke depannya terus menerapkan model bayar sekali untuk satu bulan antar jemput anak sekolah. Karena dinilai langkah tersebut yang mampu membedakan Ojesy sebagai layanan on-demand di Indonesia.

Sistem pembayaran saat ini juga terbatas –di tengah para pemain yang mulai memaksimalkan potensi e-wallet. Pengguna dapat membayar deposit di Ojesy melalui transfer antar bank. Kendati tergolong menjadi cara lama, namun dinilai cukup sesuai dengan pangsa pasar yang ditargetkan.

”Model bisnis kita akan lebih aman dan nyaman bagi para konsumen, terutama bagi kalangan ibu-ibu yang tidak mau anaknya datang terlambat ke sekolah. Karena dalam transportasi menggunakan Ojesy ini, kita sudah memiliki jadwal kapan anak dijemput atau diantar pulang.” jelas Reza.

Rencananya Ojesy yang akan terus menambah driver di seluruh area kota di Indonesia. Seiring dengan banyaknya minat orang tua yang tingkat kepercayaan lebih besar terhadap layanan shuttle service anak sekolah dari Ojesy.

“Alasan kami fokus dengan layanan ini, karena target konsumen kami adalah seluruh anak sekolah di Indonesia. Dengan begitu orang tua yang menitipkan anaknya akan terbantu dengan layanan antar jemput ini,” imbuh Reza.

Setelah berjalan cukup lama dengan bootstrapping, belum lama ini pihaknya mendapatkan pendanaan awal dari sebuah investor dan inkubator swasta. Tidak disebutkan secara eksplisit tentang pemberi dana tersebut.

“Walaupun budget kami masih tahap seed funding, dengan adanya digital marketing yang baik menjadikan saya yakin Ojesy dapat menjadi layanan transportasi jangka panjang yang dominan untuk antar jemput anak sekolah. Karena kami melihat juga kebutuhan orang tua dalam menitipkan anak terhadap pengemudi Ojesy sangat besar,” tutup Reza.

Application Information Will Show Up Here

UberX Hadir di Kota Yogyakarta dan Medan

Setelah sebelumnya baru menghadirkan layanan UberMOTOR di wilayah kota Yogyakarta dan Medan, kemarin Uber mengumumkan bahwa layanan UberX kini turut ditambahkan di dua wilayah tersebut. Artinya kini pengguna Uber di kedua wilayah tersebut dapat memesan layanan transportasi mobil dengan aplikasinya.

Bagi pengguna yang sebelumnya telah memanfaatkan ojek online dengan aplikasi Uber, untuk mencoba layanan UberX hanya cukup memilih opsi UberX di aplikasi yang kini telah diaktifkan di dua Yogyakarta dan Medan.

Selain menggunakan aplikasi Uber secara langsung, pilihan berkendara menggunakan UberX di wilayah Yogyakarta dan Medan kini juga sudah bisa diakses melalui Google Maps. Improvisasi ini sejalan dengan pembaruan yang dilakukan Uber beberapa waktu lalu, yakni mengintegrasikan sistem pemesanan secara penuh di aplikasi Google Maps.

Pemesanan layanan UberX melalui Google Maps
Pemesanan layanan UberX melalui Google Maps

Layanan UberX sendiri telah hadir terlebih dulu di beberapa kota, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Bali. Improvisasi di kota utama sasaran Uber tersebut bahkan sudah lebih kencang, contohnya tiga bulan lalu UberXL diluncurkan di Jakarta, yakni pemesanan mobil dengan ukuran yang lebih besar. Ini melengkapi pilihan yag sudah ada sebelumnya di Jakarta yakni UberBlack, UberX, dan UberPool.

Sebelumnya bulan lalu banyak diberitakan tentang penolakan layanan transportasi on-demand, termasuk yang paling keras di dua wilayah tersebut. Khususnya di Yogyakarta bahwa regulator setempat tengah merencanakan untuk membuat aturan yang lebih ketat terkait transportasi berbasis aplikasi, khususnya taksi online seperti yang diluncurkan Uber ini.

Application Information Will Show Up Here