Travelio Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 253,8 Miliar Rupiah

Startup di bidang penyewaan properti (proptech) Travelio hari ini (14/11) mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai $18 juta atau setara 253,8 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Pavilion Capital dan Gobi Partners. Investor sebelumnya dikatakan turut terlibat, termasuk Vynn Capital, Insignia Ventures Partners, IndoGen Capital, dan PT Surya Semesta Internusa Tbk.

Travelio didirikan Hendry Rusli, Christina Suriadjaja, dan Christie Tjong, layanannya penyewaan rumah tinggal dan apartemen yang diusung sudah menjangkau berbagai kota di Indonesia. Penyewa dapat memilih opsi tinggal harian, bulanan, atau tahunan.

Sebelumnya perusahaan juga membukukan pendanaan seri A pada pertengahan tahun 2018 lalu dengan nilai 56 miliar Rupiah. Tahun ini mereka juga menjadi bagian Gojek Xcelerate, program akselerator bisnis yang diselenggarakan oleh Gojek.

Dana segar yang baru diperoleh akan difokuskan untuk mempercepat pertumbuhan bisnis, dengan ambisi menjadi pemimpin pasar untuk platform real estate online di Indonesia. Realisasinya dengan peningkatan kegiatan pemasaran, perekrutan anggota tim, hingga pengembangan vertikal produk baru untuk melayani penyewa dan pemilik properti.

Saat ini produk baru yang tengah dalam proses pengembangan ada platform desain interior, pemenuhan kebutuhan harian penghuni, pembiayaan pembayaran, hingga layanan logistik. Langkah inovatif Travelio memang diperlukan di tengah persaingan ketat di lanskap terkait.

Dinamika bisnis penyewaan properti di Indonesia terus menggeliat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat urban akan hunian sementara. Beberapa waktu lalu, 99.co memutuskan untuk membentuk joint venture bersama REA Group, menyepakati sinergi dengan platform Rumah123 di Indonesia. Sebelumnya 99.co juga mengakuisisi UrbanIndo dan telah menyatukan listing properti ke layanannya.

Application Information Will Show Up Here

Lima Startup Terpilih di Gelombang Pertama Gojek Xcelerate

Sebanyak lima startup tampil dalam demo day program Gojek Xcelerate. Mereka adalah Qlue, Travelio, Peto, Izy.ai, dan Crewdible.

Startup tersebut punya latar belakang industri yang berbeda-beda. Crewdible misalnya bergerak di bidang pergudangan logistik, Izy di industri perhotelan, Peto di perawatan hewan peliharaan, Travelio di pemesanan akomodasi, dan Qlue di solusi smart city.

Rencananya program ini akan berjalan hingga Maret 2020 dengan target 20 startup terpilih dalam lima gelombang. Digitaraya, Google Developers Launchpad, McKinsey & Co., dan UBS menjadi mitra Gojek dalam program ini.

VP Public Affairs Gojek Siti Astrid Kusumawardhani menjelaskan, kelima startup itu terpilih dari 1.050 pendaftar dalam gelombang pertama program Gojek Xcelerate. Astrid menuturkan startup-startup tersebut dipilih karena dianggap akan makin kuat dengan implementasi machine learning.

“Mereka paling berpotensi tumbuh cepat dengan machine learning dan menciptakan sosial serta memecahkan masalah yang nyata di masyarakat seperti halnya Gojek,” kata Astrid.

Hadiah yang bakal diterima lima startup tersebut dari program ini bukan dalam bentuk pendanaan. Astrid mengatakan, pihaknya memberikan pengetahuan akan machine learning, akses ke mentor kelas dunia, jejaring komunitas, dan kesempatan bergabung ke platform besar Gojek.

“Itu yang nilainya sangat tinggi khususnya bagi startup-startup early stage dan ada juga kesempatan bergabung ke platform Gojek,” imbuhnya.

Crewdible sebagai peserta dalam program ini mengaku tertarik ikut karena program machine learning yang ditawarkan. Founder Crewdible Dhana Galindra mengaku dalam waktu dekat sulit mengimplementasi machine learning ke dalam sistemnya. Akan tetapi menurutnya penguasaan machine learning menjadi penting ketika kondisi sudah mengharuskan.

“Karena ini tergantung industrinya. Kalau Gojek mungkin lebih kepada volume data yang besar dan real time. Kita volume data besar tapi tidak terlalu real time, dalam arti decision making enggak terlalu real time,” ucap Dhana.

Berbeda dengan Crewdible, Peto dan Izy terang-terangan mengaku alasannya mengikuti program akselerasi ini untuk masuk ke dalam platform besar Gojek. “Betul, ini salah satu tujuan kita ikut,” pungkas CEO Peto Ditya Nandiwardhana.

DStour #49: Mengunjungi Kantor Startup Travel Travelio

DStour kali ini mengunjungi kantor Travelio, sebuah startup travel, yang terletak di bilangan Jakarta Pusat. Travelio adalah startup yang kini memosisikan diri sebagai perantara penyewaan apartemen, villa, dan rumah di Indonesia.

Kantor Travelio sendiri bernuansa kayu dan industrial untuk membantu pegawai merasa homy. Selain itu banyak tanaman indoor yang diposisikan untuk meningkatkan kenyamanan bekerja.

Dipandu Head of Corporate Operations Travelio Satya Djojosugito, berikut adalah liputan DStour di kantor Travelio.

Travelio Targetkan 20 Ribu Daftar Properti Pasca Perolehan Pendanaan Seri A 56 Miliar Rupiah

Travelio, platform online penyewaan properti pribadi lokal, mengumumkan putaran pendanaan seri A senilai $4 juta (atau setara dengan 56 miliar Rupiah). Nilainya dua kali lipat jika dibanding pendanaan terakhir pra-seri A yang didapat pertengahan tahun 2016 silam. Investasi kali ini dipimpin oleh Vynn Capital, didukung Insignia Ventures Partners, Fenox Venture Capital, IndoGen Capital, dan Stellar Kapital.

Pendanaan ini akan difokuskan untuk akselerasi pertumbuhan, akuisisi talenta, inovasi produk dan membuka peluang vertikal baru. Sejak memutuskan untuk fokus sebagai platform penyewaan aset properti pribadi di Indonesia (seperti Airbnb), Travelio mengaku lebih banyak fokus untuk meningkatkan fungsionalitas aplikasi mobile dan web yang saat ini dimiliki. Sejauh ini belum ada fitur baru, kecuali pengalaman berbasis Virtual Reality (VR) untuk pelanggan.

“Untuk fitur VR sangat membantu customer kami, terutama untuk customer yang ingin tinggal sampai berminggu-minggu hingga bulanan. Sangat membantu memberikan look and feel property yang kami tawarkan,” ujar Managing Director Travelio Hendry Rusli kepada DailySocial.

Hendry melanjutkan, bersama pendanaan baru ini pihaknya belum terbesit untuk melakukan ekspansi layanan. Fokusnya kini meningkatkan jumlah properti di dalam platform Travelio. Saat ini setidaknya sudah ada lebih dari 4 ribu daftar properti di platform tersebut, Hendry dan tim menargetkan tahun 2018 akan tumbuh sekurangnya lima kali lipat, atau setara dengan 20 ribu daftar properti.

Strategi lain yang juga akan mulai dikuatkan oleh Travelio ialah menjalin kemitraan strategis dengan komunitas, otoritas, asosiasi dan pengembang properti.

Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio
Tim Travelio di Indonesia saat ini / Travelio

Travelio sendiri optimis dengan layanan daftar properti yang diusungnya. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Hendro Gonodkusumo selaku CEO PT Intiland Development Tbk. Perseroan tersebut bermitra dengan Travelio untuk meningkatkan kebergunaan properti yang dimiliki. Menurut Hendro industri properti memang membutuhkan teknologi inovatif untuk memungkinkan properti menganggur bisa dimanfaatkan dan menghasilkan arus kas.

“Travelio memecahkan masalah kekosongan yang dihadapi oleh pengembang properti sambil menyediakan akomodasi yang terjangkau bagi pelanggannya. Tim telah menunjukkan kemampuannya untuk menyediakan operasional dan teknologi secara baik. Kami percaya bahwa model bisnis inovatifnya akan muncul sebagai pemenang dalam lanskap accomodation-sharing di Indonesia,” sambut Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners, Yinglan Tan.

Application Information Will Show Up Here

Sewa Properti Pribadi Jadi Fokus Baru Travelio

Pada April 2016, Travelio mengumumkan akan melakukan diversifikasi layanan dengan menambah jenis akomodasi yang dikelola, yakni dengan menambah apartemen, villa, guest host, homestay, hingga kost. Secara bertahap, langkah tersebut pun mulai direalisasikan sejak tiga bulan silam. CEO Travelio Hendry Rusli pun menegaskan bahwa langkah pivot ini akan menjadi fokus bisnis Travelio ke depannya dan tidak lagi fokus pada hotel.

“Tahun lalu itu kami lebih fokus ke hotel, [dengan fitur unggulan] tawar-menawar. Kami punya traksi yang cukup bagus waktu itu, tetapi kalau dibilang besar banget ya belum,” kata Hendry ketika ditemui di kantor baru Travelio yang terletak di Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat.

Hendry melanjutkan, “[Kemudian] Kami melihat lagi apakah bisnis ini sustainable dengan kompetitor yang begitu banyak, menjual produk yang sama, dan hanya dibebankan pada promosi-promosi saja? Jadi [yang] kami lihat tidak ada suatu inovasi, hanya jual produk yang sama dengan harga yang berbeda.”

Dari latar belakang tersebut lah Hendry dan juga rekan lainnya mulai berpikir untuk merambah ke bisnis sewa properti pribadi layaknya AirBnb. Namun, tidak langsung dilakukan. Hendry bercerita bahwa mereka terlebih dahulu melakukan konsultasi kepada beberapa ahli properti dan investor.

Hendry mengatakan, “Mereka [investor dan ahli] bilang, kenapa kalian tidak pindah ke model bisnis ini [menyewakan properti pribadi]? Itu lebih bagus dan lebih menarik.”

Setelah bertemu dengan investor yang memiliki kesamaan visi dan misi, langkah untuk pivot ke sewa bisnis properti pribadi layaknya AirBnB ini pun mulai dijalankan secara bertahap. Setidaknya, menurut Hendry, sudah berjalan sejak tiga bulan lalu. Meski hotel masih ada dalam perpustakaan properti Travelio, Hendry juga menegaskan bahwa itu tidak lagi menjadi emphasize bisnis.

Tantangan yang harus dihadapi

[Tengah] CEO Travelio Hendry Rusli dan tim saat acara open house jantor baru Travelio / DailySocial
[Tengah] CEO Travelio Hendry Rusli dan tim saat acara open house kantor baru Travelio / DailySocial
Dari permukaan, proses pivot bisnis Travelio memang terlihat mulus. Namun, pada kenyataannya tidak seperti itu. Selain harus rela kehilangan trafik terlebih dahulu, rupanya mengubah kebiasaan orang di bidang properti untuk beralih ke online pun masih harus dilewati.

“Tantangannya itu, yang pasti semua nomernya itu turun karena kami pindah. Tadinya pengguna-pengguna layanan kami kan hotel. Kedua, masih banyak terjadi offline transaction. Jadi, bagaimana caranya kami membawa itu ke online,” ujar Hendry.

Pun begitu, Hendry optimis kendala-kendala yang dialami pihaknya saat ini akan mampu dilewati. Ia menganalogikan kendala ini tak ubahnya seperti metode cash on delivery yang dialami oleh pelaku e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, dan yang lainnya yang kini angka transaksinya mulai berkurang dan berganti ke arah digital.

“Google berhasil mengubah cara mencari, Facebook mengubah cara untuk terhubung dengan sesama, Tokopedia mengubah cara orang menjual sesuatu, dan Go-jek mengubah cara orang memesan ojek. Hal yang kami alami sekarang sebenarnya tidak jauh berbeda, dan jika kami bisa mengubah cara orang untuk menyewa properti secara online, artinya kami telah berhasil [melakukan hal yang sama dengan Google, Facebook, dan lainnya],” ujar Hendry.

Ketika disinggung mengenai rencana dan target di tahun depan, jawaban Hendry tidak jauh berbeda dengan saat Travelio terjun ke pasar, yaitu tetap fokus di industri travel dan mengembangkan layanan Travelio untuk menjadi yang nomor satu di Indonesia. Toh, pasarnya juga masih terbuka lebar dan belum ada pemenang pasti di area ini.

Application Information Will Show Up Here

Travelio Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A sebesar Rp 26,5 Miliar

Situs pemesanan akomodasi penginapan Travelio hari ini mengumumkan baru saja mendapatkan pendanaan Pra-Seri A sebesar $2 juta (Rp 26,5 miliar) yang dipimpin perusahaan permodalan Gobi Partners. Anthill Ventures (Singapura), Kuok Group (Malaysia), Zhenzhen Sun (Tiongkok) dan CEO Travel+Leisure Tian Gu turut berpartisipasi dalam pendanaan ini. Sebelumnya PT Horizon Internusa Persada (HIP), selaku pengusung situs Travelio, menerbitkan mandatory convertible notes (surat utang) sebesar Rp 21 miliar.

“Karena integrasi mempersempit kesenjangan antara ekonomi digital dan ekonomi riil, perusahaan seperti Travelio akan dapat menemukan cara baru untuk memberikan nilai lebih bagi bisnisnya dan juga konsumen. Karena itulah, kami sangat gembira bisa bermitra dengan perusahaan permodalan dan ahli perhotelan untuk membantu kami membawa Travelio ke tingkat yang lebih tinggi,” ujar Christina Suriadjaja, Co-Founder Travelio.

Penambahan modal dalam pendanaan kali ini akan difokuskan Travelio untuk melakukan ekspansi. Termasuk menambah jumlah item propertinya di Indonesia dan di luar negeri. Dari informasi yang diberikan, Travelio saat ini mengaju telah memiliki basis data properti sebanyak 12.000 item yang tersebar di wilayah Asia Pasifik dan Oseania. Selain itu Travelio juga akan memperkuat tim dan memperluas cakupan pemasaran produk mereka.

“Travelio menawarkan kombinasi unik antara Priceline dan model negosiasinya. Kami percaya bahwa model bisnis ini akan berhasil menggabungkan dua tren yang sedang berkembang saat ini, gamifikasi saat berinteraksi dengan konsumen dan sharing-economy ketika penyewaan akomodasi berhasil mengubah apartemen menjadi (berstandar) hotel,” ujar Kay Mok Ku dari Gobi Partners.

Travelio sendiri didirikan oleh Hendry Rusli, Christina Suriadjaja, Furia Agustinus dan Christie Amanda pada awal tahun 2015 lalu. Awalnya Travelio merupakan anak perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk., namun kini Travelio telah menjadi perusahaan sendiri sehingga dapat membuka diri untuk menerima modal dari investor lain.

Travelio menyediakan berbagai macam pilihan akomodasi, dari jenis properti pribadi untuk disewakan, seperti vila, rumah atau apartemen. Sebagai sebuah marketplace akomodasi penyewaan properti, Travelio juga bekerja sama dengan jaringan properti global sebagai perantara atau bekerja sama langsung dengan pemilik propertinya.

Application Information Will Show Up Here

Perusahaan Pengusung Travelio Terbitkan Surat Utang untuk Serap Pendanaan

PT Horizon Internusa Persada (HIP) selaku pengusung situs Travelio dan aplikasi HelloLio, yang juga merupakan anak usaha PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA), menerbitkan mandatory convertible notes (surat utang) sebesar Rp 21 miliar. Bersamaan dengan itu SSIA menyerap RP 6,75 miliar dari surat utang, yang dikonversi menjadi 799.975 lembar saham HIP.

Transaksi afiliasi ini dilakukan untuk membuat HIP mendapatkan pendanaan untuk pengembangan bisnisnya. Saat ini saham HIP dimiliki oleh SSIA 40% (3,2 juta lembar saham). Sisanya dimiliki Lie Hendry Rusly 35%, Furia Agustinus 10%, dan Christina Suriadjaja 15%. Awalnya Travelio beranjak mendirikan bisnis dengan modal dasar Rp 20 miliar. Tampaknya dengan persaingan dan potensi bisnis online travel yang tinggi membuatnya memutuskan untuk menambahkan “amunisi tempur”.

Travelio merupakan salah satu pemain online travel lokal yang memberikan jasa pemesanan hotel dengan fitur tawar-menawar. Empat bulan lalu bersamaan dengan ulang tahunnya yang pertama, Travelio memperluas cakupan layanan, tidak hanya hotel, tapi juga memberikan opsi penyewaan apartemen, villa, guest house, homestay dan kos.

Application Information Will Show Up Here

Rayakan Ulang Tahun Pertama, Travelio Tambah Pilihan Akomodasi

Menginjak usia satu tahun situs pemesanan akomodasi hotel Travelio melakukan diversifikasi terhadap jenis akomodasi yang dikelola dan menambah fitur-fitur baru di situs dan aplikasi mobile. Jika selama ini akomodasi yang ditawarkan terbatas hotel, selanjutnya Travelio akan menawarkan apartemen, villa, guest house, homestay dan kost. Konsep harga yang bisa ditawar kini menjadi focal point layanan yang memiliki 13 ribu properti di basisdatanya.

“Untuk ke depannya Travelio tidak hanya ingin menawarkan promosi dan harga murah saja namun juga ingin memberikan value dan pilihan lebih kepada konsumen,” kata CEO Travelio Hendry Rusli saat acara perayaan HUT Travelio, Rabu (27/04), di Jakarta.

Terkait fitur harga hotel yang bisa ditawar (bidding) yang selama ini menjadi fitur favorit dan terbukti cukup diminati oleh konsumen, akan menjadi fitur utama yang nantinya akan diterapkan kepada seluruh akomodasi di Travelio.

“Hampir 90% pemesanan yang berhasil di Travelio berasal dari fitur bisa ditawar saat memesan hotel. Karena alasan itulah kami berniat untuk mengembangkan dengan serius fitur yang awalnya ‘gimmick’ menjadi fitur utama,” kata Hendry.

Saat ini Travelio disebutkan telah memiliki jumlah pengguna terdaftar sekitar 30 ribu. Layanan ini mengklaim memperoleh sekitar 150 ribu pengunjung per bulan di situs dengan 13 ribu properti mitra yang tersebar di 14 negara di Asia Pasifik. Travelio juga masih mendapat dukungan penuh dari PT Surya Semesta Internusa Tbk.

“Dalam waktu dekat ini kami juga akan mendapatkan kucuran dana segar dari investor baru yaitu venture capital dari luar negeri, namun saat ini kami belum bisa menginformasikan kapan dan berapa besar jumlah pendanaan tersebut,” kata Hendry.

Bermitra dengan komunitas blogger, influencer dan traveler

Perayaan HUT pertama Travelio

Untuk memperluas jumlah pengguna dan menambah pemesanan akomodasi, Travelio juga akan bermitra dengan komunitas blogger, influencer, dan traveler yang secara aktif menggunakan media sosial, dengan demikian promosi dalam skala yang lebih besar dan diharapkan di seluruh Indonesia akan bisa lebih efektif.

“Kemitraan ini merupakan salah satu rencana kami yang akan kami lakukan menginjak usia yang ke-2. Harapannya adalah Travelio bisa mendapatkan pengguna yang loyal dan tidak selalu mencari harga yang murah serta promosi saja,” kata Hendry.

Tidak ingin bersaing dengan kompetitor lainnya, Travelio mencoba untuk menghadirkan pilihan baru, unik, mudah dengan memberikan value untuk semua konsumen.

“Kami harapkan perayaan HUT Travelio yang pertama ini bisa memicu lebih banyak pemesanan [dan] jumlah pengguna hingga 800%,” tuntas Hendry.

Application Information Will Show Up Here

Travelio Luncurkan Dua Aplikasi Android Sekaligus

CEO Travelio Hendry Rusli / Travelio

Setelah lima bulan beroperasi, Travelio akhirnya merilis aplikasi mobile berbasis Android. Klaim sepuluh ribu pengguna, pihaknya menelurkan dua aplikasi sekaligus yang dipercaya bisa mendongkrak layanannya. Kedua aplikasi yang bernama “Travelio” dan “HelloLio” diperkenalkan oleh CEO Travelio Hendry Rusli kemarin malam (29/7).

Continue reading Travelio Luncurkan Dua Aplikasi Android Sekaligus