OnePlus Buds Adalah Alternatif AirPods dengan Harga Separuhnya

Dua tahun lalu, bersamaan dengan peluncuran OnePlus 6, OnePlus memperkenalkan earphone nirkabel pertamanya, Bullets Wireless. Sekarang, bertepatan dengan perilisan OnePlus Nord, OnePlus menyingkap true wireless earphone perdananya, yaitu OnePlus Buds.

Sama seperti Nord, Buds tidak mengincar segmen flagship dengan banderol yang amat tinggi. Juga sama seperti Nord, ia menawarkan keseimbangan yang pas antara harga dan nuansa premium. Memangnya seberapa terjangkau? $79 saja, separuh harga Apple AirPods yang menjadi inspirasi desainnya.

Meski mengadopsi model bertangkai seperti AirPods, sejumlah bagiannya masih menunjukkan estetika ala seri Bullets. Sayangnya Buds tidak dilengkapi eartip silikon, yang semestinya dapat membantu memantapkan posisinya selama berada di dalam telinga, sekaligus membantu menghadirkan isolasi suara secara pasif.

Topik isolasi suara ini penting mengingat Buds tidak dilengkapi fitur active noise cancelling (ANC) sama sekali. Memang sulit mencari ANC di rentang harga ini, tapi seharusnya eartip silikon bisa menjadi solusi murah untuk mengurangi masuknya suara dari luar secara cukup signifikan. Beruntung Buds punya sertifikasi IPX4, yang berarti ia tidak akan dibuat kewalahan oleh cipratan air atau keringat.

Kualitas suaranya sendiri ditunjang oleh driver berdiameter 13,4 mm, dan OnePlus tak lupa menambahkan dukungan Dolby Atmos maupun Dirac Audio sebagai pelengkap. Perihal input, tiga buah mikrofon semestinya memungkinkan Buds untuk menangkap suara penggunanya dengan jelas selagi meminimalkan suara-suara dari sekitarnya.

Buds datang membawa konektivitas Bluetooth 5.0, dan latency-nya diklaim cukup minimal di angka 103 milidetik, sehingga video dan audio pun bisa tetap berjalan secara sinkron. Untuk mengoperasikan Buds, pengguna bisa memanfaatkan panel sentuh yang terdapat di sisi luarnya, yang memiliki motif yang sama seperti seri Bullets Wireless.

Dalam posisi baterai terisi penuh, Buds bisa bertahan hingga 7 jam pemakaian. Kalau dipadukan dengan charging case-nya, total daya tahan baterainya bisa mencapai angka 30 jam, yang berarti case-nya ini dapat mengisi ulang Buds sampai sekitar tiga kali.

Dukungan fast charging tentu sudah tersedia. Menyimpan Buds di dalam case-nya selama 10 menit sudah cukup untuk menenagainya memutar musik sampai sekitar 2 jam. Mengisi ulang charging case-nya pun tidak lama, cuma sekitar 80 menit hingga benar-benar penuh kalau kata OnePlus.

Menimbang semua itu, $79 bisa dikatakan cukup murah, dan OnePlus Buds tentu bisa menjadi tandem yang ideal buat Nord. Lalu bagaimana dengan seri flagship OnePlus? Apakah ke depannya bakal ada OnePlus Buds Pro yang dilengkapi ANC, yang dirilis bersamaan dengan OnePlus 8T dan 8T Pro? Mungkin saja.

Sumber: The Verge.

LG Luncurkan Pesaing AirPods dengan Teknologi Anti-Bakteri

Pandemi COVID-19 secara langsung mengingatkan kita kembali soal pentingnya menjaga kebersihan. Cara yang paling mudah tentu saja adalah dengan rutin mencuci tangan, tapi di saat yang sama kita juga tidak boleh lupa akan kebersihan objek-objek di sekitar.

Objek yang saya maksud juga termasuk gadget, dan itu menjelaskan mengapa produsen power bank Mophie baru saja meluncurkan perangkat UV Sanitizer untuk smartphone. Selain smartphone, gadget apa lagi yang kira-kira harus dijaga kebersihannya? Kalau Anda tanyakan hal itu kepada LG, maka jawaban mereka adalah earphone.

Merujuk pada sebuah studi, LG bilang bahwa jumlah bakteri yang terdapat pada earphone terkadang bisa lebih banyak ketimbang sebuah talenan, dan skenario terburuknya dapat berujung pada kasus infeksi telinga. Berangkat dari kesimpulan tersebut, LG pun mencoba menyematkan fitur unik pada true wireless earphone terbarunya, yakni sebuah charging case yang dilengkapi teknologi sanitasi ultraviolet terintegrasi.

LG Tone Free HBS-FN6

Ini merupakan kedua kalinya LG menawarkan konsep serupa. Namun kali ini, LG memberikan pilihan kepada konsumennya. Mereka yang membutuhkan fitur pembersih berbasis sinar UV tersebut bisa meminang Tone Free HBS-FN6, sedangkan yang tidak memerlukannya bisa memilih Tone Free HBS-FN4.

Perbedaan antara kedua earphone tersebut hanya terletak pada charging case-nya. Case milik FN6 diklaim mampu membunuh 99,9% bakteri E. coli dan S. aureus dari eartip silikonnya selagi perangkat sedang di-charge, sedangkan case milik FN4 tidak menawarkannya sama sekali. Namun yang perlu diingat adalah, kotoran kuping yang menempel pada eartip tetap harus dibersihkan secara manual.

Secara fisik, FN6 dan FN4 berbeda dari pendahulunya yang berbentuk seperti silinder pipih. Wujudnya sekarang mirip AirPods Pro, dengan tangkai yang menjulur ke bagian bawah dan sertifikasi ketahanan air IPX4. Sayangnya, meski mirip AirPods Pro, FN6 dan FN4 sama-sama tidak dilengkapi fitur active noise cancelling (ANC). Yang ada hanya sebatas mode ambient atau mode transparan untuk membiarkan suara luar masuk seandainya diperlukan.

LG Tone Free HBS-FN6

Pengoperasiannya mengandalkan panel sentuh di sisi luar masing-masing unit, baik untuk mengontrol playback, mengatur volume, maupun memanggil Google Assistant atau Siri. Dalam sekali pengisian, kedua perangkat diklaim punya daya tahan baterai sampai 6 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 12 jam daya ekstra (total 18 jam).

Juga menarik adalah integrasi teknologi spatial audio racikan Meridian Audio, yang diklaim mampu menyimulasikan soundstage seperti ketika pengguna sedang dikitari speaker di dalam ruangan. Meridian sendiri bukanlah nama asing di industri audio dan sudah menekuni bisnis hi-fi sejak didirikan di Inggris pada tahun 1977.

LG Tone Free HBS-FN6 dan HBS-FN4 kabarnya akan dijual di dataran Eropa dan Amerika mulai bulan depan. Harganya di Inggris dipatok £150 untuk FN6 dan £100 untuk FN4. Sayang belum ada informasi terkait ketersediaannya di pasar Asia.

Sumber: Engadget dan LG.

Urbanears Luma dan Alby Ramaikan Segmen True Wireless Earphone Berharga Terjangkau

Cukup terlambat dibanding yang lain, brand audio asal Swedia, Urbanears, akhirnya meluncurkan true wireless earphone pertamanya. Bukan cuma satu, melainkan dua sekaligus, yakni Urbanears Luma dan Urbanears Alby.

Keduanya mengadopsi rancangan ala Apple AirPods dengan bagian tangkai yang memanjang, namun tentu dengan sentuhan desain Skandinavia yang minimalis khas Urbanears selama ini. Luma sebagai model yang lebih superior adalah yang paling mirip bentuknya dengan AirPods, sedangkan Alby sedikit berbeda berkat eartip silikon dalam tiga variasi ukuran.

Baik Luma dan Alby sama-sama tidak dilengkapi fitur active noise cancelling (ANC), tapi saya menduga Alby justru lebih unggul perihal isolasi suara secara pasif berkat eartip silikonnya tersebut. Sebagai referensi, AirPods Pro yang menawarkan ANC turut dibekali eartip silikon demi semakin menyempurnakan kemampuannya mengeliminasi suara luar.

Urbanears Luma

Lalu apa yang membuat Luma lebih mahal? Yang pertama adalah fitur auto-play dan auto-pause, yang mengandalkan sensor untuk mendeteksi apakah perangkat sedang dipasangkan ke telinga atau dilepas. Kedua, Luma punya mikrofon lebih banyak daripada Alby, sehingga suara yang ditangkap tentu akan terdengar lebih jernih oleh lawan bicara maupun asisten virtual.

Terakhir, baterai Luma lebih awet; 5 jam per charge, dengan case yang mampu mengisi ulang sampai empat kali (total 25 jam). Alby di sisi lain cuma tahan 3 jam per charge, dan case-nya pun hanya mampu menyuplai 12 jam daya ekstra (total 15 jam). Beruntung keduanya sama-sama sudah menggunakan sambungan USB-C.

Urbanears Alby

Selebihnya, Luma dan Alby cukup identik. Keduanya sama-sama tahan terhadap cipratan air dengan sertifikasi IPX4, dan keduanya juga sama-sama mengandalkan kontrol sentuh sekaligus konektivitas Bluetooth 5.0.

Urbanears berencana memasarkan kedua perangkat ini mulai musim panas mendatang dengan harga yang cukup terjangkau. Di Amerika Serikat, Luma dibanderol $99, sedangkan Alby dihargai $69. Keduanya sama-sama ditawarkan dalam empat pilihan warna.

Sumber: SlashGear.

Razer Luncurkan True Wireless Earphone dengan Charging Case Berbentuk Poke Ball

Charging case merupakan bagian yang tak terpisahkan dari true wireless earphone. Tidak jarang charging case menjadi salah satu nilai jual utama yang ditawarkan, seperti ketika Apple merilis AirPods generasi kedua yang charging case-nya sudah mendukung wireless charging.

Untuk true wireless earphone terbaru Razer berikut ini, charging case-nya malah bisa dibilang merupakan daya tarik utamanya, terutama buat para penggemar Pokemon. Ya, sesuai tebakan, replika Poke Ball tersebut adalah charging case-nya.

Wujud earphone-nya sendiri mirip Razer Hammerhead True Wireless, tapi tentu saja dengan balutan tema Pokemon, spesifiknya Pikachu. Di dalamnya tersimpan driver berdiameter 13 mm, dan secara keseluruhan unitnya tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Razer Pokemon Pikachu True Wireless

Pengoperasiannya mengandalkan panel sentuh di sisi luar masing-masing earpiece, sedangkan konektivitasnya sudah menggunakan Bluetooth 5.0. Sayang daya tahan baterainya jauh dari kata istimewa: 3 jam per charge, sedangkan charging case-nya sanggup menyuplai 12 jam daya baterai ekstra (total 15 jam).

Seperti yang saya bilang, charging case berbentuk Poke Ball itulah yang bakal memikat para konsumen, bukan spesifikasi maupun performa earphone itu sendiri. Satu hal lagi yang sangat disayangkan, belum ada informasi mengenai ketersediaannya di luar Tiongkok. Di Tiongkok, Razer bakal segera menjualnya seharga 999 yuan (± Rp 2,2 juta).

Sumber: Zing Gadget via Gizmodo.

AKG N400 Adalah Sepupu Samsung Galaxy Buds+ yang Dibekali Active Noise Cancelling

Samsung Galaxy Buds+ yang diluncurkan bersamaan dengan seri Galaxy S20 dan Z Flip belum lama ini kelihatan begitu sleek. Bukan hanya itu, true wireless earphone tersebut juga menjanjikan kualitas suara yang memuaskan berkat keterlibatan AKG.

Sayang sekali fitur yang dinantikan banyak orang malah absen, yakni active noise cancelling (ANC). Kalau memang ANC yang Anda cari, mungkin Anda bisa menunggu kedatangan true wireless earphone baru besutan AKG berikut ini.

Dibanding Galaxy Buds+, perangkat bernama AKG N400 ini unggul dalam dua hal: noise cancelling dan ketahanan air. AKG N400 tercatat mengusung sertifikasi IPX7, yang berarti menyelam hingga kedalaman 1 meter selama 30 menit bukan masalah baginya. Bandingkan dengan Galaxy Buds+ yang cuma bersertifikasi IPX3.

AKG N400

Kendati demikian, Galaxy Buds+ lebih superior perihal daya tahan baterai. AKG N400 diklaim bisa beroperasi sampai 6 jam (5 jam kalau fitur ANC-nya dinyalakan), dan charging case-nya cuma bisa mengisi penuh satu kali (total 12 jam). Galaxy Buds+ di sisi lain menawarkan daya baterai hingga 11 jam pemakaian, ditambah 11 jam lagi dari charging case-nya (total 22 jam).

Selebihnya, AKG N400 cukup mirip dengan Galaxy Buds+. Kedua perangkat sama-sama mengandalkan panel sentuh kapasitif sebagai metode pengoperasiannya, dan case-nya sama-sama mendukung wireless charging.

AKG N400 sejauh ini baru tersedia di Korea Selatan. Di sana, Samsung menjualnya seharga 230.000 won, hampir satu juta lebih mahal ketimbang Galaxy Buds+ jika dikurskan rupiah (± Rp 3,1 juta).

Sumber: Android Central dan The Verge.

Semua True Wireless Earphone yang Dirilis di CES 2020

Tanpa harus terkejut, event teknologi sebesar CES pasti dibanjiri dengan beragam perangkat audio baru. CES tahun ini pun tidak luput dari serbuan beragam headphone dan earphone, dari yang murah sampai dengan yang mahal.

Sebagian besar dari produk-produk baru yang diumumkan adalah true wireless earphone, sesuai dengan tren terkini yang dimulai oleh Apple AirPods. Berikut adalahsh ringkasan dari semua true wireless earphone yang diluncurkan di CES 2020.

Shure Aonic 215

Shure Aonic 215

Sedikit terlambat memang, akan tetapi salah satu pemain lama di industri audio ini akhirnya punya true wireless earphone. Melihat namanya, tidak salah apabila Anda berpikiran bahwa perangkat ini mengambil earphone termurah Shure, SE215, sebagai basisnya.

Kenyataannya memang demikian, dan tentu saja kabelnya telah digantikan oleh pengait telinga. Modul baterai yang tertanam di ujung pengait telinga itu siap menyuplai daya yang cukup hingga 8 jam pemakaian, sedangkan charging case-nya siap mengisi penuh baterainya sampai tiga kali.

Spesifikasi lengkapnya belum disebutkan, namun saya menduga jeroannya identik dengan Shure SE215, dengan tambahan chip Bluetooth 5.0. Aonic 215 hanya dibekali noise cancelling pasif dari eartip silikonnya, akan tetapi ia mengemas Environment Mode yang adjustable sehingga pengguna dapat mempersilakan suara dari luar masuk. Shure Aonic 215 akan dijual pada musim semi mendatang seharga $279.

Harman Kardon Fly TWS

Harman Kardon Fly TWS

Untuk pertama kalinya setelah enam tahun, Harman Kardon merilis seri headphone dan earphone baru. Dari tiga perangkat di seri ini, tentu saja salah satunya merupakan true wireless earphone.

FLY TWS mengemas fitur-fitur yang sudah dianggap standar di kategori ini: kontrol sentuh, dukungan voice assistant, ketahanan terhadap cipratan air (IPX5), dan fitur untuk membiarkan suara dari luar jadi terdengar yang mereka sebut dengan istilah TalkThru.

Baterainya cukup untuk lima jam pemakaian, atau total 15 jam jika digabungkan dengan charging case-nya. Memang bukan yang paling istimewa, akan tetapi harganya cukup terjangkau di angka $150. Sayang pemasarannya masih harus menunggu sampai musim dingin nanti.

JBL Live 300TWS dan Tune 220TWS

JBL Live 300TWS / JBL
JBL Live 300TWS / JBL

Masih satu keluarga besar dengan Harman Kardon Fly TWS, JBL Live 300TWS mengemas gaya desain yang serupa, lengkap dengan sertifikasi IPX5, sekaligus fitur TalkThru yang sama. Meski begitu, ia sedikit lebih unggul di sektor baterai: tahan sampai 6 jam pemakaian, atau total 20 jam bersama charging case-nya. Charging case-nya ini dapat diisi penuh dalam waktu satu jam saja via sambungan USB-C.

Tune 220TWS di sisi lain mengandalkan desain ala AirPods dengan tangkai yang memanjang. Faktor yang ia unggulkan adalah driver sebesar 12,5 mm, akan tetapi baterainya cuma bisa bertahan selama tiga jam pemakaian, meski untungnya charging case-nya siap menyuplai 16 jam daya ekstra.

JBL Tune 220TWS / JBL
JBL Tune 220TWS / JBL

Sedikit berbeda di antara keduanya adalah dukungan voice assistant. Live 300TWS mengemas Alexa dan Google Assistant terintegrasi, sedangkan Tune 220TWS hanya bisa menyambungkan asisten bawaan smartphone. Live 300TWS dan Tune 220TWS bakal dipasarkan mulai musim semi mendatang, masing-masing seharga $150 dan $100.

Audio-Technica ATH-ANC300TW

Audio-Technica ATH-ANC300TW

ATH-ANC300TW bukanlah true wireless earphone pertama dari sang perusahaan Jepang, akan tetapi ia merupakan yang pertama mengemas active noise cancelling (ANC), lengkap beserta mode ‘transparan’ untuk membiarkan suara luar masuk. Agresivitas fitur ANC-nya dapat diatur berkat tiga pilihan preset yang tersedia di aplikasi pendampingnya.

Secara teknis, perangkat ini mengemas driver 5,8 mm, akan tetapi yang lebih menarik adalah fitur TrueWireless Stereo Plus rancangan Qualcomm yang diusungnya. Berkat fitur ini, audio dapat diteruskan ke kedua unit earpiece sekaligus, bukan ke salah satu saja yang bertindak sebagai perantara seperti pada umumnya.

Audio-Technica mengklaim fitur ini bisa membantu menurunkan latency sekaligus meningkatkan daya tahan baterai. Dengan fitur ANC yang terus menyala, ATH-ANC300TW bisa beroperasi hingga 4,5 jam nonstop, sedangkan charging case-nya siap menyuplai 13,5 jam daya ekstra. Perangkat ini bakal dijual mulai bulan Mei seharga $249.

Jabra Elite Active 75t

Jabra Elite Active 75t

Jabra Elite Active 65t selama ini banyak disebut sebagai salah satu alternatif terbaik AirPods, dan Jabra sekarang sudah punya sekuelnya. Fisiknya diklaim 22 persen lebih ringkas dari pendahulunya, akan tetapi daya tahan baterainya justru meningkat hingga 89 persen (sampai 7,5 jam dalam sekali charge, atau total 28 jam jika digabungkan dengan daya milik charging case-nya).

Juga ikut disempurnakan adalah ketahanan airnya, naik sedikit dari IP56 menjadi IP57. Mode transparan, atau HearThrough kalau dalam kamus Jabra, tentunya sudah tersedia, tapi yang lebih menarik adalah, konsumen dapat menggunakan satu earpiece Elite Active 75t saja jika perlu. Perangkat ini akan dijual mulai Februari seharga $199.

Klipsch T10

Klipsch T10

Total ada empat true wireless earphone yang Klipsch pamerkan di panggung CES 2020, akan tetapi yang paling mencuri perhatian adalah Klipsch T10. Bentuknya, terutama ketika disandingkan bersama charging case-nya yang begitu tipis, tampak sangat tidak umum sekaligus keren.

Juga tidak umum adalah spesifikasinya, yang mengandalkan driver jenis balanced armature ketimbang dynamic. Terlepas dari fisiknya yang begitu ringkas, T10 disebut bisa beroperasi selama 6 jam pemakaian. Sayang Klipsch tidak menyebutkan berapa jam daya ekstra yang bisa disediakan charging case-nya.

Fakta menarik lainnya adalah, T10 mengemas microcomputer yang menjalankan sistem BragiOS – ya, Bragi sang pelopor segmen true wireless itu. Klipsch bilang ini memungkinkan T10 untuk dioperasikan dengan beragam gesture; tidak harus menggunakan tangan, tapi juga kepala, atau bisa juga dengan perintah suara.

Namun yang lebih mencengangkan justru adalah harganya: $649 saat dipasarkan mulai musim gugur nanti.

Technics EAH-AZ70W

Technics EAH-AZ70W

Sub-brand Panasonic yang dikenal lewat sederet perlengkapan DJ-nya ini merilis true wireless earphone berpenampilan minimalis tapi kaya fitur, termasuk halnya active noise cancelling. Lebih lanjut, konektivitas Bluetooth-nya juga dijamin stabil berkat sistem transmisi sinyal yang terpisah antara earpiece kiri dan kanan.

Rangka tahan air dengan sertifikasi IPX4-nya mengemas driver 10 mm, lengkap beserta panel sentuh untuk mengaktifkan Ambient Sound Mode, lagi-lagi nama lain untuk mode transparan. Dalam sekali pengisian, baterainya bisa tahan sampai 6 jam pemakaian (dengan ANC menyala), sedangkan charging case-nya siap menyuplai 18 jam daya ekstra. Perangkat akan dijual mulai Juni seharga $249.

JLab Go Air

JLab Go Air

Tanpa perlu basa-basi, nilai jual utama perangkat ini adalah harganya. JLab Go Air dihargai cuma $29 saat mulai dipasarkan pada bulan Maret nanti. Istimewanya, harga yang begitu terjangkau bukan berarti ia miskin fitur, meski memang mustahil mendapatkan ANC di rentang harga semurah ini.

Go Air yang ditenagai driver 8 mm ini dapat digunakan secara terpisah jika perlu, tidak harus melulu sepasang. Fisiknya yang tahan air dengan sertifikasi IPX4 diyakini 20 persen lebih kecil ketimbang true wireless earphone JLab sebelumnya, akan tetapi baterainya masih bisa bertahan sampai 5 jam pemakaian (20 jam jika digabung dengan charging case-nya). Charging case-nya pun cukup spesial karena dilengkapi kabel terintegrasi.

1More True Wireless ANC

1More True Wireless ANC

Sesuai namanya, active noise cancling merupakan salah satu nilai jual utama dari perangkat ini. Kendati demikian, 1More masih menyimpan kejutan yang lain, yakni dua macam driver yang tertanam di masing-masing earpiece; satu berjenis dynamic seperti biasa, dan satu lagi balanced armature, dengan kualitas suara yang memenuhi sertifikasi dari THX.

Dalam satu kali pengisian, 1More True Wireless ANC dapat digunakan sampai 5 jam pemakaian (6 jam kalau ANC-nya dimatikan), sedangkan charging case-nya siap memberikan 16 jam daya ekstra. Layaknya AirPods generasi kedua, charging case-nya ini bisa diisi ulang menggunakan Qi wireless charging pad.

Perangkat ini akan terkesan lebih menarik lagi setelah mengetahui harganya, yang amat bersaing di angka $200.

Nuheara IQbuds2 Max

Nuheara IQbuds2 Max

Dideskripsikan sebagai perangkat hearables, daya tarik utama perangkat ini adalah teknologi bernama EarID, yang memungkinkannya untuk mengevaluasi kemampuan pendengaran pengguna lalu mengoptimalkan karakter suara yang dihasilkannya. Kinerja reproduksi suaranya sendiri ditunjang oleh driver berdiameter 9,2 mm.

ANC turut menjadi penawaran IQbuds2 Max, lengkap dengan mode transparan yang dapat diaktifkan kapan saja diperlukan. Daya tahan baterainya sendiri diklaim mencapai angka 20 jam, tapi itu tentu ditotal bersama charging case-nya. Nuheara akan menjualnya mulai bulan Maret seharga $399.

Audio-Technica Rengkuh Tren Terkini Audio, Rilis Earphone Solid Bass TWS dan Headphone Nirkabel

Pasar audio yang diwakili oleh earphone dan headphone di ranah lokal bisa jadi lagi dalam masa ‘lucu-lucu-nya’, dengan kata lain cukup menjanjikan. Terutama di ranah wireless atau nirkabel yang diwiliki earphone TWS atau true wireless dan headphone nirkabel.

Tren hadirnya perangkat audio nirkabel ini juga dilihat Adio-Technica sebagai pasar yang menjanjikan. Dikenal sebagai produsen perangkat audio kelas premium atau untuk kalangan audiophile, kini mereka pun merilis perangkat nirkabel untuk pasar Indonesia. Bertempat di sebuah kafe di bilangan SCBD, perwakilan Audio-Technica dan distributor yaitu Axindo mengajak awak media dan penikmat audio untuk mendengarkan penjelasan produk baru ini dan hands-on (sangat singkat).

Ada 6 produk yang diperkenalkan, dengan pembagian 1 perangkat audio TWS atau true wireless, 2 perangkat headphone nirkabel dengan sound reality dan 3 headphone wireless dengan active noice cancelling.

Audio-Technica sendiri menonjolkan produk TWS mereka yang diberi kode produk ATH-CKS5TW yang memang sesuai dengan tren terkini, yaitu earphone TWS. Pasar kini dibanjiri dengan produk ini, terutama juga didorong oleh hilangnya headphone jack di beberapa perangkat ponsel.

Spesifikasi produk

ATH-CKS5TW adalah earphone yang didesin dengan model in ear, menghadirkan fitur bass yang menjadi fasilitas utamanya (selain wireless). Hadir dengan bentuk yang cukup kompak layaknya jenis earphone di segmen ini. Anda akan mendapatkan case dengan bentuk lonjong yang juga berfungsi sebagai charger. Daya tahan baterai secara total sampai 45 jam (15 jam playback time 1.5 kali tambahwan waktu dengan charge case) dan hadir dengan 3 warna, hitam, biru dan warna khaki. Solid bass adalah jargon yang cukup ditonjolkan di perangkat ini, selain itu eartip yang telah dilengkapi ring stable fit agar lebih nempel di telinga, bluetooth versi 5, codec yang kompatibel adalah aptX/AAC/SBS, IPX2 yang artinya tahan percikan air serta didukung oleh aplikasi dari Audio-Technica untuk pengaturan lewat aplikasi.

Dijual dengan harga 2.290.000 rupiah, earphone yang juga memilii ANC atau active noise cancelling ini akan bisa menjadi alternatif baru pada penikmat TWS sebagai pilihan. Terutama bagi mereka yang suka dengan bass.

Masuk ke produk selanjutnya yaitu seri headphone sound reality yaitu ATH-SR30BT, ATH-SR50BT. Keduanya dibedakan dari sisi fitur yang juga berpengaruh pada harga. Untuk dari sisi desin hampir mirip, termasuk build quality.

Dari sisi desain, keduanya cukup minimalis, denga bahan dasar utama plastik. Ada bagian besi penyangga gagang headphone. Untuk pad cukup nyaman dan bentuk pad adalah tipe over the air yang artinya akan menutupi keseluruhan kuping.

ATH-SR30BT hadir dengan fitur daya tahan baterai hingga 70 jam dan 4 warna yaitu hitam, abu, biru dan pink. Harga jualnya adalah 1.240.000 rupiah. Bisa dibilang sangat terjangkau dengan fitur wireless dan merek ATH yang dibawanya. Fitur lainnya antara lain adalah koneksi bluetooth 5.0, support AAC dan SBC untuk codec-nya, sensivitas 99db/mW dan tipenya closed-back dynamic. Headphone ini juga mendukung gesture swipe untuk beberapa fungsi panggilan dan musik.

Untuk yang ATH-SR50BT hadir dengan desain over the air, desian yang mirip dengan SR30BT namun dengan pad yang lebih nyaman serta elemen tambahan yang menurut saya lebih baik, bahkan desainnya lebih baik dari seri yang di atasnya. Ada pad penahan kepala yang cukup tebal di gagang headphone, lalu busa pad-nya juga terasa lebih nyaman dari seri SR lainnya. Ketahanan baterai memang hanya 28 jam tetapi headphone bisa dilipat untuk portabilitas yang lebih baik. Untuk fitur teknoilogi yang disematkan ada ambient control yang merupakan perpaduan dari active noise cancelling dan hear thruogh. Jadi Anda bisa memilih dua menu pilihan apakah akan mendengar suara sekitar atau mengisolasi dengan fitur ACN.

Yang paling mengejutkan adalah harganya, dijual 2.749.000 rupiah, perangkat ini jauh lebih murah dari beberapa headphone wireless lain dengan kualitas suara yang cukup mumpuni. Touch control di bagian luar pad, mendukung aptX, AAC, SBC dengan bluetooth 5.0, tersedia kabel bagi Anda yang memilih untuk menggunakan dalam mode wired, mendukung aplikasi connect app ATH serta disediakan pouch untuk memudahkan dibawa kemana saja. Warna yang disediakan ada hitam dan coklat.

Kita masuk ke 3 perangkat terakhir yaitu yang tipe ANC alias active noice cancelling. Ada ATH-ANC900BT, ATH-ANC700B, ATH-ANC500BT, semuanya adalah tipe over the air dengan pad yang cukup lembut.

Tipe yang paling rendah adalah ATH-ANC500B, produk ini dijual engan harga 1.490.000 rupiah dengan beberapa fitur seperti ketersediaan koneksi kabel meski tipe hearphone adalah bluetooth, koneksi bluetooth versi 4.2, dukungan codec SBC, dan fitur active noise cancelling. Ketahanan baterai saat digunakan sampai dengan 20 jam ketika diisi secara penuh.

Untuk tipe ATH ANC700B dilengkapi fitur swipe untuk akses menu, daya tahan baterai saat digunakan sampai dengan 25 jam, tersedia koneksi kabel, dukungan wireless bluetooth 4.1, codec yang didukung adalah aptX, AAC, SBC dan fitur noice cancelling. Dijual dengan harga 2.890.000 rupiah.

Tipe yang paling tinggi adalah ATH-ANC900BT yang hadir dengan daya tahan baterai digunakan sampai dengan 35 jam, koneksi bluetooth 5.0 lalu fitur ANC dengan model digital hybrid. Dukungan codex aptX, AAC dan SBC dan dilengkapi dengan fitur multiple microphone untuk efek noise cancelling yang lebih optimal. Dijual dengan harga 4.490.000 rupiah.

Pengalaman penggunaan

Audio Technica

Jujur, ruang dan lokasi yang ada di acara memang kurang pas untuk sesi hands-on, kita berharap saja sang distributor mau memijamkan alatnya untuk kita uji di DS Gadget Lab. Saya hanya sempat mencoba satu perangkat saja yaitu ATH SR50BT. Impresi awalnya adalah, ini headphone price deal. Desain cakep (yang saya coba warna coklat), impresi awal singkat suara juka cukup baik. Bass cukup terasa, detail juga dan highnya juga cukup, meski agak lebih bagi tipe kuping saya. Fitur ambient control juga cukup baik meski tidak sebaik yang true noise cancelling. Namun saya prediksikan cukup untuk penggunaan sehari-hari.

Selain perwarkilan dari Audio Technica ,dalam acara juga hadir salah satu reviewer audio yang aktif membahas berbagai jenis headphone yaitu Glenn Latuheru. Sebagai pelengkap, ia memberikan impresi untuk beberapa audio yang menurutnya cocok untuk selera kupingnya.

Untuk ATH-CKS5TW, Glenn memberikan impresi bahwa TWS dengan tipe in ear ini suaranya fun cocok untuk musik kekinian atau populer seperti RnB, Hip-hop atau EDM karena bass-nya cukup terasa. Selain itu vocalnya cukup kelihatan dengan trebble yang terdengar halus jadi tidak bikin capek untuk mendengarnya dalam waktu lama.

Untuk seri ATH-ANC900BT impresi yang diceritakan Glenn adalah seri yang paling oke di antara seri ACN lain, suara yang dihasilkan natural, cukup fun dengan bass yang cukup dapet dengan komposisi yang seimbang antara semuanya.

Untuk seri terakhir, pilihan jatuh pada ATH-SR50BT. Hasil suara yang meningkat dari seri perangkat sebelumnya dari ATH, cocok untuk mereka yang suka dengan hasil suara natural, dan dari sisi harga serta fitur sangat worth. Fitur sudah lengkap termasuk hear through, sudah bluetooth dan suara yang cukup baik.

Tren perangkat audio alias headphone dan earphone wireless memang sepertinya akan memasuki masa keemasan. Jika dulu harganya cukup tinggi, dengan seiring kebutuhan yang semakin meningkat, tentunya akan hadir berbagai perangkat yang lebih terjangkau dengan fitur yang cukup lengkap.

Master & Dynamic MW07 Merupakan Salah Satu True Wireless Earphone Berdesain Paling Premium

Master & Dynamic bukanlah merek pertama yang saya ingat saat membahas tentang headphone atau earphone. Namun ketika pembicaraannya sudah menjurus ke aspek build quality dan kesan premium, M&D langsung menjadi salah satu yang pertama saya sebut.

Argumen saya berdasar pada obsesi M&D terhadap material premium – spesifiknya logam dan kulit – serta kepiawaiannya dalam mengolah bahan-bahan itu menjadi produk yang penuh nilai estetika. Singkat cerita, kolaborasinya dengan Leica bukanlah suatu kebetulan.

Master & Dynamic MW07

Filosofi desain itu kembali menjadi acuan M&D dalam merancang true wireless earphone perdananya yang bernama MW07. Untuk segmen ini, M&D melihat ada material yang lebih ideal ketimbang kulit, yaitu asetat, yang biasanya menjadi bahan dari bingkai kacamata berharga mahal. Pada MW07, asetat dibentuk menjadi komponen penutup paling luar yang berwujud balok membusur.

Di baliknya, ada rangka akustik stainless steel yang menjadi rumah bagi driver 10 mm berbahan beryllium. Penggunaan stainless steel masih berlanjut sampai ke tombol pengontrol kecil yang terletak di salah satu sisi cover asetatnya itu tadi. Secara keseluruhan, MW07 tahan cipratan air dengan sertifikasi IPX4.

Master & Dynamic MW07

Guna menambah kenyamanan sekaligus memastikan earphone tidak mudah terlepas dari telinga, M&D turut menyertakan semacam sirip berbahan silikon yang bisa dilepas-pasang ke masing-masing earpiece. Sirip ini hadir dalam dua ukuran, begitu juga eartip-nya yang tersedia dalam lima variasi ukuran.

Di atas kertas, saya bisa langsung menemukan dua kelemahan MW07: koneksi yang digunakan masih Bluetooth 4.2, belum Bluetooth 5.0, dan baterainya cuma bisa bertahan sampai 3,5 jam. Beruntung charging case-nya (yang lagi-lagi terbuat dari stainless steel) sanggup menyuplai daya ekstra sampai 10,5 jam (3x full charge). Setelahnya, case yang mendukung fitur fast charging ini bisa diisi ulang menggunakan kabel USB-C.

Master & Dynamic MW07

Master & Dynamic MW07 saat ini sudah dipasarkan seharga $299, setara true wireless earphone pertama Sennheiser yang telah menggunakan Bluetooth 5.0. Pun begitu, desain adalah salah satu nilai jual utama MW07, apalagi berkat empat pilihan warna yang tersedia.

Sumber: Master & Dynamic.