Inisiatif Platform “Equity Crowdfunding” Bizhare Mendorong Minat Investasi Masyarakat Indonesia

Istilah equity crowdfunding atau urun dana mulai ramai dibicarakan sejak terbitnya Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 37/POJK.4/2018 tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi lnformasi. Pada bulan November 2019, OJK pun telah mengeluarkan izin untuk tiga startup yang menjalankan bisnis menggunakan konsep ini. Salah satunya adalah Bizhare, sebuah platform investasi bisnis yang fokus membantu usaha kecil menengah untuk mendapat pendanaan melalui pembagian kepemilikan saham.

Sudah berjalan sejah tahun 2017, platform jebolan program inkubasi 1000 Startup Digital ini telah menjaring 36 ribu investor, serta mendistribusikan total 30 miliar untuk sekitar 27 bisnis.

Founder dan CEO Bizhare Heinrich Vincent menyampaikan bahwa target pasar utama mereka adalah karyawan usia produktif, pekerja usia lanjut juga mahasiswa yang sedang belajar bisnis.

“Kita bikin platform ini dengan tujuan untuk menyederhanakan konsep berinvestasi dalam masyarakat. Di sini kita mencoba menjadi bursa efek untuk franchise dan ukm di Indonesia,” tambahnya.

Mekanisme investasi dan skema pasar sekunder

Tim Bizhare saat resmikan kerja sama dengan Baba Rafi / Bizhare
Tim Bizhare saat resmikan kerja sama dengan Baba Rafi / Bizhare

Mekanisme pembagian dividen dalam platform ini cukup transparan mengacu pada data historis penerbit/outlet lain sebagai gambaran untuk investor mulai menanamkan uangnya, namun performa masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa depan.

Nilai pembagian keuntungan bisa bervariasi bergantung pada realisasi keuntungan per bulan dari bisnis tersebut dan jangka waktu menyesuaikan kesepakatan awal dengan penerbit dan franchisor saat pertama kali penawaran saham.

Bizhare juga menerapkan beberapa tahapan dalam memverifikasi bisnis yang masuk. Salah satunya adalah analisis mendalam dan credit scoring sebelum sebuah bisnis bisa melakukan penawaran. Semua informasi yang didapat akan tertera pada proposal untuk dipelajari investor. Setelah investasi terjadi, timnya pun tidak lepas tangan sembari terus mengawasi performa bisnis dan ikut berkontribusi untuk perkembangan bisnis yang ada.

Saat ini, Bizhare juga telah bekerja sama dengan KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) sebagai bentuk keseriusan untuk terus melayani masyarakat dan mencapai misi utama Bizhare, yakni membantu lebih banyak orang bebas secara finansial.

Sebagai investor di platform Bizhare, kepemilikan saham akan tercatat dan tersimpan secara kolektif di KSEI, selayaknya perusahaan publik, dalam rangka mempermudah penjualan saham di pasar sekunder ke investor lain. Saat ini Bizhare juga sedang mengembangkan fitur secondary market untuk para investor, untuk bisa menjual sahamnya. Bentuknya semacam bursa dengan konsep bid offer.

“Kita targetkan untuk launch tahun ini. Soalnya kita termasuk yang pertama yang mengusung konsep ini. Sudah ada beberapa penerbit yang kita siapkan untuk masuk ke secondary market juga,” lanjut Heinrich.

Monetisasi dan rencana pra seri A

Dari segi monetisasi, Bizhare mematok biaya layanan sebesar 5% dari total nominal yang diinvestasikan pada sebuah bisnis. Selain itu, ada management fee sebesar 5% dari setiap keuntungan bisnis yang menggunakan layanan lengkap distribusi laporan keuangan dan pembagian keuntungan bisnis secara otomatis di platform Bizhare.

Sebelumnya, Bizhare telah didukung dengan seed funding dari Plug and Play, GDILab, dan Digitaraya. Saat ini timnya sedang dalam masa penjajakan dengan beberapa VC juga korporasi untuk penggalangan dana pra seri A. Rencananya, dana yang didapat akan digunakan untuk expansi, pengembangan teknologi dan operasional, serta digitalisasi UKM.

“Kita punya rencana untuk mempersiapkan UKM untuk pendanaan melalui teknologi. Sekarang sedang dalam tahap diskusi juga dengan beberapa partner untuk bekerja sama dalam usaha digitalisasi bisnis UKM,” ujar Heinrich.

Saat ini kebanyakan bisnis yang ada di Bizhare adalah franchise dan UKM, namun timnya menyampaikan bahwa mereka tidak menutup kemungkinan untuk masuk ke ranah startup ke depannya.

“Kita lihat market Indonesia belum siap untuk ritel investor yang mau invest di startup. Jadi kita sedang menunggu momentum,” tutup Heinrich.

“New Economy”, Permata Tersembunyi di Gempita Bisnis Teknologi

Belum lama ini, kami berbincang dengan Fabian Budi Seputro selaku pemilik Sate Ratu di Yogyakarta. Ada yang unik dari bisnis kulinernya, selain sajian sate dengan bumbu spesial, mereka mencatat ratusan kunjungan pelanggan dari luar negeri setiap bulannya. Sekurangnya kedai tersebut sudah dikunjungi wisatawan asing dari 83 negara. Bukan datang begitu saja, empunya merancang strategi khusus untuk memperkenalkan bisnisnya ke tamu internasional.

Konsep pemasaran digital dijalankan secara konsisten oleh Budi, sehingga menguatkan “online presence”. Ia memanfaatkan situs ulasan pariwisata seperti Tripadvisor untuk menginformasikan sajiannya kepada para turis yang berencana mengunjungi Yogyakarta. Juga memanfaatkan layanan iklan berbayar untuk menargetkan suguhan konten promosi yang dibuat kepada calon pelanggan potensial.

Merek sepatu Brodo mungkin tidak asing bagi generasi muda yang gemar mainkan media sosial di tengah gempuran produk sneakers global. Manfaatkan kanal e-commerce dan media sosial, bisnis yang berdiri sejak tahun 2010 tersebut terapkan model bisnis yang berbeda dengan produsen sepatu pada umumnya, yakni menjual langsung ke konsumen (direct-to-consumer), alih-alih melalui ritel distribusi. Dampaknya tentu pada harga jual yang lebih rendah, karena memotong rantai pasok, sehingga bisa fokus pada kualitas produk.

Produk kasur premium yang dijajakan Mimpi melalui kanal online / Mimpi
Produk kasur premium yang dijajakan Mimpi melalui kanal online / Mimpi

Cerita bisnis lainnya, Mimpi. Sebuah produsen kasur premium dengan bahan-bahan yang memungkinkan untuk dikemas sangat ringkas, bahkan untuk dibawa oleh kurir yang menggunakan sepeda motor. Mantap dengan inovasi pengemasan, mereka luncurkan situs jual-belinya sendiri dan hanya melayani penjualan secara online. Memotong rantai penjualan, pihak Mimpi mengklaim dapat memberikan efisiensi harga hingga 1/3 dari produk dengan kualitas yang sama di toko.

Pemberdayaan alat-alat digital dalam aspek spesifik pada bisnis di atas yang kami sebut sebagai “new economy”. Tidak diaplikasikan dalam seluruh proses bisnis, hanya tertentu saja, namun memiliki dampak signifikan-–bahkan menjadi ujung tombak—dalam mengakselerasi penjualan produk.

Sentuhan teknologi dalam takaran yang tepat

Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, per tahun 2018 ada sekitar 64 juta UMKM yang tersebar di berbagai penjuru Indonesia. Keberadaannya berhasil menyerap 116,9 juta tenaga kerja, atau setara 97% dari seluruh serapan tenaga kerja nasional. Angka tersebut diproyeksi akan terus meningkat, seiring terbukanya akses dan peluang untuk berbagai usaha baru, termasuk permodalan. Dari total unit yang ada, baru sekitar 8% yang sudah memanfaatkan platform digital untuk mengakselerasi bisnis.

Namun jika ditelusuri, 8% artinya ada sekitar 5,1 juta unit bisnis yang telah memanfaatkan layanan teknologi, dalam artian secara intensif mereka mendapatkan manfaat yang berarti melalui transaksi secara digital – mayoritas memang menggunakan untuk membantu pemasaran produk. Angka tersebut terus diupayakan meningkat, salah satunya melalui rangkai program “go-digital” yang diinisiasi pemerintah menggandeng perusahaan-perusahaan teknologi di Indonesia.

Jargon “transformasi digital” memang kadang terlihat klise, namun nyatanya teknologi tepat guna dapat menghadirkan keuntungan berlipat untuk pebisnis. Sayangnya menurut riset McKinsey, sejauh 70% dari bisnis yang melakukan transformasi mengalami kegagalan. Ada banyak cerita kegagalan yang disampaikan, tapi ada dua yang paling sering diutarakan. Pertama, pemimpin tidak punya tujuan yang jelas dari transformasi yang dilakukan. Yang kedua, kompetensi digital yang tidak mumpuni justru menghadirkan hambatan bisnis. Tampaknya tidak hanya terjadi pada bisnis berskala besar, pun demikian dengan UKM.

Cerita new economy adalah tentang mereka yang berhasil mengadopsi teknologi sesuai takaran. Teknologi diterapkan untuk benar-benar menunjang produktivitas, kendati beberapa malah menjadi “nyawa” dari bisnis itu sendiri. Itu juga cerita tentang kejelian pelaku UKM yang mampu melihat peluang emas yang mungkin tidak terpikirkan pebisnis lain. Seperti yang dilakukan Budi dengan strategi Sate Ratu; siapa sangka bisa menggaet tamu internasional di tengah opsi kuliner sate legendaris yang banyak dijajakan di Yogyakarta.

Mereka yang sudah bersiap mendukung new economy

Di Indonesia ada banyak startup digital yang sengaja mengembangkan produk untuk membantu UKM. Jenisnya sudah cukup banyak merata di semua aspek, mulai dari finansial, operasional, ekspasi hingga dukungan lainnya. Kendati banyak dari UKM yang juga manfaatkan platform luar seperti media sosial populer atau situs yang menjangkau pengguna global.

Pemetaan startup digital Indonesia yang fokus bantu UKM / DSResearch
Pemetaan startup digital Indonesia yang fokus membantu UKM / DSResearch

Peluangnya memang masih terbuka lebar untuk menjadikan UKM sebagai target pengguna. Mengingat produk-produk UKM sendiri juga mengakomodasi semua segmen masyarakat – baik umum maupun spesifik, dari usia batita hingga manula. Daya jangkauan konsumennya pun sangat luas, hingga pada segmen pengguna yang tidak terjamah layanan digital, misalnya dari area 3T.

Secara lebih spesifik, Sensus Ekonomi yang dilakukan BPS pada tahun 2016 berhasil memetakan bidang bisnis UKM di Indonesia. Saat ini bidang perdagangan masih menempati porsi yang paling dominan.

Senada dengan jenis startup digital yang coba hadirkan teknologi untuk UKM, sebagian besar inline untuk diaplikasikan dalam sektor perdagangan – membutuhkan kanal penjualan, logistik, pencatatan hingga pendanaan. Tak ayal para unicorn pun bergegas hadirkan program yang secara khusus untuk menggandeng UKM di bidang tersebut ke dalam bisnisnya, salah satunya melalui program kemitraan.

Persentase jenis usaha yang digeluti pelaku UKM menurut Sensus Ekonomi 2016 / BPS
Persentase jenis usaha yang digeluti pelaku UKM menurut Sensus Ekonomi 2016 / BPS

Strategi lain yang turut dilancarkan bisnis untuk menggandeng UKM salah satunya direpresentasikan dalam program Gojek Xcelerate. Dalam program akselerasi putaran ketiga, mayoritas diisi oleh UKM yang memproduksi produk dan memanfaatkan kanal digital untuk distribusi. Seperti Callista yang menjajakan produk kesehatan kulit, Pijak Bumi sebagai pesaing Brodo, Mayer Food yang coba digitalkan proses jual beli daging ayam, dan lain sebagainya.

Beberapa investor early-stage pun juga tampak bersiap menyambut meledaknya bisnis ini. Teranyar East Ventures pimpin pendanaan Greenly, startup non-teknologi yang menyajikan pilihan makanan dan minuman sehat. Berbasis di Surabaya, bisnis tersebut memang diinisiasi oleh ahli nutrisi. Untuk mendistribusikan produknya, mereka manfaatkan kanal digital, seperti aplikasi GoFood dan GrabFood — juga miliki ritel yang akan dioptimalkan dengan pendekatan online to offline.

Dengan porsi pelaku bisnis yang paling besar, selain penyerapan tenaga kerja, sektor UKM diharapkan dapat meningkatkan perekonomian secara nasional. Menurut Asosiasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (Akumindo), kontribusi UMKM terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun 2019 mencapai 65% atau sekitar Rp2.394,5 triliun, tumbuh 5% dari tahun sebelumnya. Harapannya dengan makin meleknya pelaku UKM dengan teknologi, diharapkan bisa memacu perkembangan bisnis melalui ekspansi pasar dan inovasi produk yang makin terjangkau.

Tren “New Retail” dan Pemberdayaan Pedagang Tradisional

Sejumlah stakeholder memprediksi new retail bakal menjadi the next big thing setelah e-commerce dan fintech di Indonesia. Prediksi ini sejalan dengan kemajuan internet dan perubahan gaya hidup masyarakat di era digital.

Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca memproyeksikan akan ada perubahan signifikan terjadi terhadap perkembangan new retail di Indonesia dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

“Perubahan ini dipicu oleh kemajuan infrastruktur digital yang akan mendorong lebih banyak pelaku usaha dalam negeri membuat produk lokal untuk memenuhi kebutuhan lokal juga,” ungkapnya saat menjadi pembicara di sesi #SelasaStartup beberapa waktu lalu.

New retail merupakan sebuah konsep yang disampaikan pertama kali oleh Co-founder Alibaba, Jack Ma. Mengutip Forbes, Ma menyebutkan konsep ini merupakan ‘jelmaan’ baru dari industri e-commerce, tidak ada lagi batas antara layanan online dan offline.

Meleburnya batasan ini sejalan dengan tingginya fokus penyedia layanan dalam memenuhi kebutuhan personal dari konsumen. Selain itu, Ma menilai new retail menjadi fase krusial terhadap kebangkitan ritel fisik dan berkembangnya ritel yang perlahan mulai terdigitalisasi.

Di Indonesia, industri ritel bersaing dengan e-commerce. Peritel tradisional dituntut untuk menggabungkan teknologi untuk menarik konsumen. Teknologi dapat membantu meningkatkan pengalaman berbelanja secara digital di toko fisik. Apalagi konsumen kini menuntut pelayanan yang lebih personal.

Dalam wawancaranya dengan DailySocial, Willson menilai saat ini tren new retail di Indonesia dalam jangka pendek mulai bertumbuh. Sebagai contoh, startup Fore Coffee, yang juga dikembangkan East Ventures, menggunakan pendekatan digital dalam memasarkan produknya.

Dalam tiga bulan, Fore Coffee telah mengantongi unduhan aplikasi sebanyak 500 ribu dengan 40 outlet dalam tiga bulan. “Ini termasuk pencapaian yang sangat cepat. Dulu mungkin butuh dua sampai empat tahun untuk melakukan integrasi online dan offline seperti ini,” ungkap Willson.

Untuk mendorong new retail, Indonesia tidak harus sepenuhnya berkiblat ke Tiongkok, seperti Alibaba dan JD. Pasalnya, new retail di Tiongkok bukan lagi sebatas konsep. Di sana, industri ini sudah jauh lebih canggih berkat dukungan infrastruktur digital dan terintegrasinya penyedia produk dengan sistem, seperti payment gateway.

“Mereka sangat advance secara infrastruktur, dan penduduknya jauh lebih homogen dibandingkan kita. Kita tidak pakai kiblat, tetapi dengan pendekatan progresif-pragmatis,” ujarnya.

Warung Pintar menjadi model new retail di Indonesia

East Ventures tak hanya menjadi investor dan venture builder di Fore Coffee, tetapi juga Warung Pintar. Jika Fore Coffee memiliki layanan berbasis aplikasi dan memiliki toko fisik, Warung Pintar merupakan warung yang mengakomodasi pembayaran berbasis digital.

Ia menilai konsep new retail dapat memberdayakan usaha dan warung kecil di masa depan. Warung Pintar sebagai model new retail di Indonesia dinilai dapat mempercepat kesempatan berusaha bagi banyak orang, meningkatkan daya saing warung kecil dibanding peritel modern, dan inklusi teknologi dalam waktu singkat dan tepat sasaran.

Selain itu, menurutnya new retail juga dapat menciptakan sejumlah terobosan bagi para pelaku bisnis digital yang memiliki kemampuan teknologi, modal, dan keinginan untuk membantu rakyat kecil.

“Bayangkan sebanyak 1.200 pemilik warung jadi jago pakai perangkat mobile untuk mengurusi warungnya. Rakyat kecil tidak mungkin naik kelas kalau tidak dibantu.” paparnya.

Tentu untuk mendorong new retail sebagai sebuah bisnis baru, banyak PR yang perlu diselesaikan di Indonesia. Di antaranya, membangun infrastruktur fisik dan akses internet, meningkatkan kualitas produk, meningkatkan kapabilitas UKM, meningkatkan jumlah talenta lokal di bidangnya, serta membentuk regulasi untuk memayungi industri ini.

Printer HP Ink Tank Wireless 415, Perangkat Pendukung Produktivitas UMKM dan Startup

Pertumbuhan wirausaha di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sangat pesat. Adanya perkembangan teknologi dan layanan digital juga berperan besar serta menjadi pendorong meningkatnya wirausaha teknologi serta UMKM di Indonesia.

Saat ini, banyak sektor dalam kehidupan bisnis yang telah menggunakan aplikasi dan layanan berbasis digital atau cloud, termasuk dalam ruang lingkup UMKM dan startup. Namun, kebutuhan untuk mencetak berbagai dokumen juga masih tetap tinggi untuk berbagai keperluan tertentu. Oleh karena itulah dibutuhkan inovasi teknologi dari produk printer yang handal, hemat dan mengikuti perkembangan zaman.

Para pelaku UMKM dan startup saat ini cenderung membutuhkan printer yang tidak hanya mampu mencetak dengan kualitas yang tinggi, tetapi juga unggul dalam efisiensi tinta, serta dibekali dengan teknologi terbaru yang semakin mendukung produktivitas. Salah satunya adalah dengan adanya dukungan piranti lunak yang memungkinkan pengguna mencetak dokumen dari komputer, smartphone, dan tablet dengan cara yang lebih mudah.

Berbagai kebutuhan tersebut dapat terpenuhi oleh hadirnya produk printer terbaru Hewlett-Packard, HP Ink Tank Wireless 415. Printer seri terbaru ini memiliki berbagai fungsi dengan tiga kemampuan utama dalam satu perangkat, yaitu cetak, pindai, dan fotokopi. Produk ini juga menjadi wujud inovasi Hewlett-Packard, yang sejak lama menjadi salah satu perusahaan terdepan dan inovatif dalam menciptakan berbagai perangkat teknologi, termasuk di antaranya printer.

HP Ink Tank 415, Printer Terjangkau dengan Fitur Lengkap

Dalam bisnis, efisiensi merupakan hal yang sangat penting. Dengan memaksimalkan sumberdaya yang ada, maka optimasi pendapatan sebuah bisnis dapat terwujud. Kehadiran printer HP Ink Tank Wireless 415 juga menjawab kebutuhan akan efisiensi tersebut. Printer ini memungkinkan Anda mencetak hingga 8.000 halaman berwarna dan 6.000 halaman hitam-putih dengan biaya per halaman yang sangat rendah.

Walau hadir dengan kemampuan yang lengkap, HP Ink Tank Wireless 415 tetap menawarkan harga yang terjangkau. Di situs resminya, produk ini dibanderol dengan harga Rp 2.650.000. Termurah di kelasnya, namun memiliki fungsionalitas yang menjawab segala kebutuhan pelaku bisnis, termasuk UMKM.

printer HP 415

Keunggulan lain dari printer Ink Tank Wireless 415 adalah teknologi botol tinta dan pengisian tinta yang anti tumpah. Pengisian ulang tinta dapat dengan mudah dilakukan tanpa khawatir tinta tercecer. Pengelolaan tinta juga menjadi sangat mudah. Dengan teknologi botol anti bocor dan tangki tinta transparan, HP menjamin Anda dapat dengan mudah mengembalikan level tinta.

Tray dari HP Ink Tank Wireless 415 mampu menampung 60 lembar kertas dalam beragam ukuran, antara lain A4, B5, A6, Amplop DL dengan ukuran maksimal hingga 355mm, serta memungkinkan Anda untuk mencetak tanpa tepi (borderless).

Dukungan Aplikasi HP Smart

Inovasi lain yang dihadirkan HP untuk menunjang produk terbarunya adalah aplikasi HP Smart. Aplikasi ini memungkinkan pengguna mencetak dokumen dan foto langsung dari komputer, smartphone atau tablet tanpa menggunakan router nirkabel. Kemampuan yang sama juga berlaku untuk mode pindai (scan). Hasil pemindaian dari HP Ink Tank Wireless 415 dapat langsung dikirim ke smartphone, atau dikirim melalui email.

printer hp 415

HP Ink Tank Wireless 415 juga mendukung jaringan nirkabel untuk banyak pengguna. Dukungan aplikasi HP Smart yang memungkinkan pengguna mencetak dari jarak jauh melalui email. Fungsi canggih ini menjawab kebutuhan pelaku bisnis yang perlu mencetak dokumen dengan cepat ketika sedang tidak berada di dekat printer. HP Ink Tank Wireless 415 merupakan printer dengan harga terjangkau, namun memiliki segudang fitur untuk menunjang produktivitas para pelaku bisnis startup dan UMKM.

Selain Ink Tank Wireless 415, HP juga menyediakan pilihan lain untuk memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis dan wirausaha. HP Ink Tank 315 yang memiliki semua keunggulan Ink Tank Wireless 415 namun tanpa dukungan nirkabel, serta HP Ink Tank 115 yang hanya dapat digunakan untuk mencetak dokumen saja. Kedua printer tersebut ditawarkan dengan rentang harga Rp 1.399.000 hingga Rp 2.035.000. Info lengkap bisa dilihat pada tautan ini.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh HP Indonesia.

Rencana Google Tingkatkan Ekonomi Digital di Indonesia

Dalam laporan yang diterbitkan Google dan Temasek disebutkan, Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang memiliki pengguna internet terbesar. Fakta tersebut menjadikan Indonesia pasar yang ideal untuk startup digital melancarkan bisnis. Bukan hanya kepada startup unicorn seperti Go-Jek, Traveloka dan Tokopedia, namun investor juga mulai melirik startup baru yang memiliki produk potensial.

Seperti yang dirangkum DailySocial, laporan bertajuk e-Conomy SEA 2018 turut mencatat pertumbuhan investasi di kawasan regional. Sepanjang paruh pertama tahun 2018 (H1), angkanya sudah mencapai $9,1 miliar — meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Dalam laporan tersebut Google juga memprediksi, sektor e-commerce, online media, online travel, ride-hailing akan mendapatkan investasi lebih banyak lagi di tahun mendatang. Google juga memprediksi, ekonomi internet di Indonesia akan tumbuh 4 kali lipat pada tahun 2025 mencapai $100 miliar.

Kepada DailySocial Managing Director Google Indonesia yang baru beberapa bulan menjabat Randy Jusuf mengungkapkan, laporan yang dihadirkan oleh Google dan Temasek memvalidasi apa yang terjadi dari tren dan kondisi yang ada.

“Saya melihat setiap hari sudah banyak berita soal pertumbuhan startup di Indonesia, investasi, konsolidasi dan lainnya. Laporan ini menurut saya memvalidasi apa yang terjadi saat ini,” kata Randy.

Randy berharap selanjutnya pihak terkait bukan hanya membaca dan memahami saja laporan yang telah diterbitkan, namun juga ada aksi yang bisa segera dilakukan untuk meningkatkan performa bisnis.

“Laporan ini tentunya bisa digunakan bagaimana idealnya informasi ini untuk bisa maju ke depan, menggunakan informasi dengan investor agar bisa mendapatkan investasi dan memiliki keyakinan masa depan,” kata Randy.

Kantor baru dan inisiasi “Google for Indonesia”

Selain memiliki Managing Director baru, Google juga telah memindahkan kantor mereka yang sebelumnya di seputar Senayan ke kawasan SCBD Jakarta. Tidak berbeda jauh dengan desain kantor sebelumnya, kantor Google Indonesia yang baru juga syarat dengan dekorasi khas Indonesia dan ruangan kerja hingga bermain yang luas untuk pegawai.

Di bawah kepemimpinan baru, Randy juga memiliki rencana untuk meningkatkan relasi dengan pemerintah dan pihak terkait guna membantu lebih banyak UKM di Indonesia. Salah satu rencana yang bakal diluncurkan adalah “Google for Indonesia” sebuah kegiatan yang dalam waktu dekat akan diresmikan oleh Google Indonesia.

“Bukan hanya fokus kepada UKM, Google juga ingin membantu startup dan pihak lainnya guna membantu meningkatkan ekonomi di Indonesia. Untuk itu nantikan rencana dari Google untuk Indonesia selanjutnya,” tutup Randy.

Instagram Siap Boyong Fitur Bisnis untuk UKM Lokal

Instagram mengungkapkan akan memboyong fitur bisnis yang sudah hadir di pasar global untuk UKM Indonesia. Keputusan ini diambil lantaran Indonesia menempati satu dari lima negara dengan jumlah akun bisnis terbanyak di dunia.

Head of Emerging Business & SMBs Facebook & Instagram SEA, Ferdy Nandes, merinci secara global ada lebih dari 25 juta akun bisnis di Indonesia. Selain Indonesia empat negara lainnya adalah Amerika Serikat, Brazil, Rusia, dan Inggris.

Tingginya jumlah akun bisnis memutuskan perusahaan kembali mengadakan InstaMarket untuk tahun kedua. Kali ini bersama dengan acara Go-Food Festival GBK, sebelumnya bersama Brightspot.

“Kami akan pelajari lebih lanjut karena tiap negara kebutuhannya berbeda-beda. Dari hasil InstaMarket ini nanti bakal diputuskan fitur global mana yang akan dibawa untuk bantu UKM lokal,” kata Ferdy, kemarin (8/11).

Salah satu fitur Instagram bisnis di skala global yang belum ada di Indonesia adalah fitur belanja langsung dalam aplikasi, baik dari feed, story, dan kanal Shopping di tab Explore. Selama ini pengguna harus keluar dari aplikasi saat tertarik dengan produk yang dipajang pemilik usaha dengan memencet tautan yang disediakan di bagian akun profil.

InstaMarket, sambungnya, adalah ajang buat para pelaku usaha untuk belajar, bertukar kisah sukses dan berbagi inspirasi. Ada 8 kelas pelatihan yang dibuka untuk 500 mitra Go-Food dan konsultasi gratis ke perwakilan Instagram buat pengunjung yang ingin diskusi tatap muka perihal akun bisnis mereka. Kesempatan ini hanya berlangsung sejak kemarin hingga 11 November 2018.

“Melalui InstaMarket, kami berharap bisa membantu memberdayakan pelaku usaha di Indonesia melalui fitur-fitur kreatif Instagram serta memberi wadah untuk mereka bisa berinteraksi secara langsung,” tambah Product Marketing Manager Instagram Business Platform Mike Bronfin.

Dalam event ini ada 10 tenant pilihan Instagram dari Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta yang telah meraih sukses di Instagram dan siap memberi inspirasi buat UKM lainnya.

Survei Instagram

Bulan Agustus lalu, Instagram dan IPSOS melakukan survei terhadap 3 ribu pengguna Instagram dan 500 UKM dari seluruh Indonesia. Ditemukan bahwa 87% dari bisnis yang terlibat dalam studi berhasil meningkatkan penjualan di Instagram dan 82% dari mereka menerima pesan langsung (via DM) dari pelanggan di Instagram setiap hari.

Berikutnya, 52% UKM yang disurvei menyebut lebih memilih untuk mengarahkan pelanggan ke profil bisnis mereka di Instagram daripada ke situs web. Dari sisi pengguna, sebanyak 81% responden menyebut mereka menggunakan Instagram untuk mencari informasi lebih lanjut ketika tertarik pada sebuah produk atau merek.

Di sini ditemukan bahwa ada tren bisnis yang memprioritaskan Instagram (Instagram-first business) dan munculnya pengusaha muda. Instagram memberi UKM kesempatan untuk meningkatkan jangkauan konsumen di kota mereka, bahkan sampai ke luar negeri.

Application Information Will Show Up Here

Startup Fintech Duitku Fokus Sajikan “Payment Gateway” untuk UMKM

Semakin banyaknya UMKM di Indonesia, terutama yang bergerak di bidang ekonomi kreatif, menjadi suatu peluang bagi startup fintech Duitku untuk memaksimalkan bisnisnya melalui produk berbasis payment gateway. Karena segmen tersebut dinilai membutuhkan fleksibilitas dalam pengiriman atau penerimaan dana dengan biaya yang terjangkau. Duitku hadir memberikan solusi untuk para pengusaha yang masih melakukan proses pengiriman maupun penerimaan dana secara manual.

Jika jumlah transaksinya masih rendah, tentu belum menjadi masalah. Namun seiring meningkatkan skala bisnis dan transaksi yang harus dilakukan, risiko human error akan semakin besar. Ditambah kemungkinan adanya temuan risiko penipuan dalam transaksi (fraud transaction risk). Maka dari itu, pendekatan konsep yang diusung Duitku adalah social payment gateway.

“Supaya para pengusaha ekraf, yang umumnya masih kecil ini, bisa berkompetisi dengan perusahaan besar. Dalam hal ini mengenai transaction fee yang kecil,” ujar Co-founder & CEO Duitku Rezha Budiono, kemarin (26/7).

Rezha mengilustrasikan Duitku mengumpulkan transaksi dari semua toko yang bergabung dalam platform tersebut. Kemudian memfasilitasi mereka ke bank agar dapat mencairkan dana dengan biaya transaksi yang lebih sedikit dibandingkan jika toko tersebut menarik sendiri-sendiri.

“Hal ini juga dapat meringankan persaingan antara UKM dengan perusahaan raksasa karena konsep ini memberikan biaya transaksi terbaik dengan menggabungkan jumlah transaksi dari setiap merchant. Semakin banyak yang masuk, biaya transaksi akan lebih rendah.”

Duitku menerima pemasukan bisnis dari komisi yang dikutip berdasarkan metode pembayaran, mulai dari Rp3 ribu untuk virtual account. Rheza mengklaim perusahaan telah memproses lebih dari 100 ribu transaksi bersama 500 merchant. Kebanyakan bergerak di bidang hosting dan toko online. Salah satu diantaranya adalah Klix TV.

Dengan komitmen barunya yang ingin menyasar ke pelaku ekraf, ia menargetkan sampai akhir tahun ini dapat menggaet 10 ribu merchant sebagai pengguna Duitku.

Untuk jamin keamanan transaksi, Duitku diklaim menggunakan dua sistem untuk deteksi fraud. Selain itu, mengantongi sertifikat standar keamanan internasional PCI DSS dari TUV Rheinland.

“Kami akan terus melakukan inovasi agar semakin memberikan berbagai macam solusi bagi para pelaku usaha, dan meningkatkan pertumbuhan ekosistem ekonomi kreatif di Indonesia,” pungkasnya.

Kenduri Nasional E-UKM Digelar di Yogyakarta, Tingkatkan Implementasi Teknologi dalam Kewirausahaan

Berdasarkan temuan riset kerja sama BPS dan Bekraf, pada kisaran tahun 2010-2015 diperoleh data bahwa nilai produk industri kreatif meningkat rata-rata 10,14% per tahun. Jumlah tersebut menyumbang ekonomi nasional sekitar 7,66%. Dengan tren pertumbuhan tersebut ditargetkan pada tahun 2019 industri kreatif setidaknya akan menyerap tenaga kerja sekitar 17 juta orang dengan nilai ekspor sekitar Rp282 triliun lebih.

Di sisi lain, menurut data BPS, jumlah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berjumlah 56,5 juta (2016). Sayangnya, meski terkesan besar secara jumlah, angka itu sebenarnya memasukkan pengusaha mikro seperti petani, nelayan, pedagang asongan, hingga usaha sektor informal lainnya.

Setelah pada hari lalu (25/04) diluncurkan Panaya.id sebagai platform untuk promosi melalui kanal fansbase artis, hari ini (26/04) di Yogyakarta dalam rangkaian acara yang sama diadakan acara Kenduri Nasional E-UKM. E-UKM adalah sebutan bagi para UKM yang telah memanfaatkan kanal digital (marketplace, online store dan media sosial) sebagai sarana promosi dan publikasi produk dan jasa kreatif.

Sedangkan tema “kenduri” digunakan karena semangat kenduri adalah semangat bekerja sama, berpadu, dan menyatukan langkah untuk mencapai hasil yang terbaik.

Dengan adanya acara Kenduri Nasional yang berlangsung dua hari dari tanggal 26-27 April 2017 di Hotel Grand Tjokro Jogja, diharapkan UKM dapat saling bertemu, baik dengan sesama UKM maupun dengan pihak-pihak pendukung seperti penyedia platform & teknologi untuk mempercepat perkembangan UKM di Indonesia, sehingga UKM dapat memperoleh inspirasi, semangat, & jaringan baru.

Sebagai narasumber dalam acara tersebut, hadir pakar branding Subiakto Priosoedarsono, mentor usaha Jaya Setiabudi, CEO Marketplace Riyeke Ustadiyanto, pemilik Vanilla Hijab yang beromzet miliaran Atina, pakar Google Sales Edgart Hartono dan Robby Marolop, serta beberapa pemateri lainnya. Fokus materi adalah pada penyampaian kiat dari usaha yang sudah mereka jalankan, sehingga mampu menghasilkan banyak produk unggulan.

Riyeke Ustadiyanto, yang juga salah penggagas acara Kenduri Nasional E-UKM ini mengatakan, acara ini merupakan upaya bersama dari banyak pihak, untuk menjembatani kebutuhan UKM agar bisa maju bersama di dunia digital.

“Kami sedang menyiapkan tools automation UKM, yakni semacam sarana agar para UKM ini bisa langsung mudah berjualan ke dunia global melalui sarana digital. Hanya dengan bergabung, men-display produk, begitu ada pesanan dan sudah terbayar, barang langsung terkirim melalui jaringan logistik yang sudah terverifikasi. Mudah, cepat, menyenangkan, semua senang,” terang Riyeke.

Aulia E Marinto, ketua umum asosiasi e-commerce Indonesia (idEA) yang turut menginisiasi acara ini mengatakan bahwa untuk mengembangkan dan memperkuat ekonomi digital, kita harus merangkul semua pihak, termasuk para pengusaha UKM di daerah.

“Pemerintah dan idEA bisa menjembatani hubungan baik tersebut dengan menyiapkan ekosistem yang mendukung kesiapan semua pihak, utamanya untuk mendorong UKM agar mampu jadi pengusaha E-UKM yang bukan saja siap dan komit tetapi juga berkualitas,” ujar Aulia.

Peluncuran CashCoop dan Upaya Pemerintah Galakkan Strategi Digital untuk Koperasi dan Usaha Mikro

Fintech tampaknya makin dipercaya menjadi sebuah awal baru dari transformasi bisnis keuangan, dari skala mikro maupun makro. Hal serupa turut diyakini oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop). Penerapan strategi fintech akan segera digalakkan oleh usaha di bawah Kemenkop, baik untuk bisnis ataupun lini usaha koperasi. Salah satu upaya awal yang akan dilakukan ialah melalui aplikasi CashCoop, sebuah aplikasi yang dikembangkan untuk jaringan konektivitas koperasi.

Kemenkop bekerja sama dengan PT Finnet Indonesia (anak usaha PT Telkom) untuk mendorong koperasi bertransformasi dalam fintech sebagai bagian dari program pemerintah yang disebut dengan Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI). Menurut Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Braman Setyo seperti yang dilansir dalam laman Kompas, dengan pendekatan ini koperasi dinilai akan mendapatkan bargaining position yang setara dengan perbankan. Karena dengan penerapan teknologi informasi, masyarakat akan menjadi lebih mudah mendapatkan akses ke kanal tersebut.

CashCoop memiliki fungsi sebagai payment system dan funding, sehingga memungkinkan koperasi untuk melakukan transaksi non-tunai, seperti melakukan pembayaran tagihan atau transfer. Aplikasi ini akan diberikan ke koperasi secara gratis, sehingga koperasi tidak perlu lagi menanggung biaya bergabung atau biaya lainnya. Salah satu keuntungan penggunaan aplikasi ialah untuk membuat transaksi bisnis koperasi tidak semahal transaksi antar perbankan.

Menurut data Kemenkop, per tahun 2015 jumlah koperasi di Indonesia mencapai 212.135 unit, dengan total koperasi aktif sebanyak 150.233 unit. Sementara jumlah anggota koperasi sebesar 37 juta orang dengan nilai transaksi mencapai Rp 266,1 triliun.

Mendorong digitalisasi sektor keuangan mikro secara gotong royong

Selain hendak memaksimalkan potensi fintech yang kian menarik dalam lanskap bisnis nasional, inisiatif peningkatan kualitas usaha kecil dengan pendekatan digital sebelumnya juga pernah diinisiasi, salah satunya dengan memaksimalkan e-commerce. Disadari pengembangan proyek teknologi tidaklah mudah, terlebih untuk bisnis kecil, sehingga salah satu strategi yang diusulkan ialah dengan gotong royong, baik dengan sektor BUMN, swasta maupun masyarakat secara umum.

Sebelumnya Kementerian Koperasi dan UKM telah menggodok skema crowdfunding bersama Universitas Indonesia. Harapannya dengan model tersebut (crowdfunding atau urun dana milik jaringan usaha pemerintah) secara cepat dapat mengakselerasi implementasi digital dalam tubuh usaha mikro. Kala itu Barman mengatakan, tujuan pendirian platform tersebut adalah untuk meminimalkan cost (bunga) yang akan muncul apabila sebuah platform crowdfunding dimiliki oleh swasta.

Dukungan Layanan P2P Lending untuk Permodalan UMKM

Solusi berbasis teknologi untuk sektor finansial (fintech) saat ini cukup menjadi perhatian industri. Berbagai jenis layanan hadir mulai menggantikan sistem transaksi tradisional yang sebelumnya ada, salah satu yang paling gencar dikembangkan adalah platform berbasis Peer-to-Peer (P2P) Lending. Pemainnya mulai berkembang, beberapa di antaranya adalah Amartha dan Modalku. Dari berbagai inisiatif fintech tersebut, UMKM menjadi salah satu pangsa pasar yang banyak menjadi sasaran.

Dalam sebuah diskusi panel bertajuk “Inovasi Microlending untuk Mewujudkan Keuangan Inklusif” yang digagas oleh Amartha dan CodeMargonda, keterkaitan platfrom P2P Lending dibahas tentang bagaimana marketplace tersebut (umumnya layanan P2P Lending berupa marketplace) menghubungkan pengusaha UMKM dengan penyedia modal beserta penjamin keamanannya.

UMKM, fintech, regulasi, dan akses permodalan melalui jagat maya

Diskusi diawali perwakilan pengusaha yang dibawakan Didi Diarsa. Apa yang ia sampaikan mencoba mendefinisikan ulang bagaimana sektor UMKM bertumbuh di era teknologi saat ini. Sebagai salah satu tulang punggung perekonomian nasional yang didominasi oleh kalangan pemuda, UMKM memiliki potensi signifikan untuk bertumbuh. Dengan kapabilitas community-sharing yang dimiliki, bersama dukungan teknologi seperti media sosial dan layanan fintech, tak diragukan lagi bahwa UMKM akan segera beranjak pangsa pasarnya ke level regional.

Salah satu dukungan yang dinilai menjadi pendorong utama UMKM untuk berkembang adalah akses permodalan. Menurut Lead Economist World Bank Vivi Alatas, modal tersebut akan menjadi sangat berarti ketika dibungkus dengan yang namanya “growth mindest”. Bukan sekedar memberikan dana, tapi juga memberikan edukasi untuk menyelesaikan berbagai isu pengembangan bisnis seperti proses memulai yang rumit, kendala perizinan, hingga pengalaman bisnis yang terbatas.

Dua hal tersebut di atas menjadi sebuah titik poin yang sebenarnya bisa dimasuki pemain P2P Lending untuk memberikan fasilitas kepada UMKM. Nilai plus yang dihadirkan adalah membantu akselerasi bisnis UMKM yang sedang dirintis tersebut.

Fintech menawarkan beragam solusi bisnis siap terap, membantu UMKM memulai proses transaksi (baik untuk kebutuhan bisnis internal ataupun hubungannya dengan pembayaran oleh konsumen). Fintech tumbuh di Indonesia untuk memberi jasa keuangan, tidak hanya sebagai sebuah bisnis, tapi ada kepedulian di dalamnya. Dipaparkan Head of Bank Indonesia Fintech Office Junanto Herdiawan, BI sendiri kini sedang membahas terkait perlindungan konsumen, investor hingga memonitor kondisi fintech yang berkembang saat ini.

Adanya regulasi yang disusun antar lembaga diharapkan meminimalkan kemungkinan penyelewengan proses keuangan dengan teknologi tersebut. Disinggung juga bahwa potensi fintech di Indonesia kisarannya akan segera menyentuh angka $14,5 miliar.

Jaminan keamanan dan pengawasan oleh OJK untuk transparansi fintech

Sisi keamanan menjadi sorotan penting dari proses bekerjanya layanan fintech, terlebih yang memberikan dukungan kepada UMKM. Menjawab hal ini, pihak BI menjawab bahwa bank masih akan dijadikan pertahanan karena fintech dinilai belum bisa sepenuhnya menjadi platform (untuk pemberian modal penuh pada UMKM), sehingga kolaborasi dengan bank perlu dilakukan. Hal ini dinilai turut akan memberikan jaminan keamanan. BI dan OJK sendiri masih berdiskusi intensif terkait hal ini.

Teknisnya Junanto mengatakan bahwa untuk pemrosesan kebutuhan tersebut sistem harus jelas, seperti data dan tempat penyimpanan data yang jelas. BI dan OJK pun sudah mengatur terkait dengan hal tersebut. Hal tersebut dirasa penting, karena hasil akhir fintech adalah perubahan perilaku dalam bertransaksi.