Pasca Penghentian Layanan Asisten Pribadi, YesBoss Luncurkan Kata.ai untuk Bisnis

Setelah dikabarkan telah mulai menghentikan layanan dan segera melakukan pivot bisnis, YesBoss Group akhirnya kini mengumumkan layanan barunya. Kali ini tidak disasarkan untuk kalangan konsumen umum, melainkan spesifik untuk brand di Indonesia. Bernama Kata.ai, sebuah conversational platform dikembangkan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) guna menghubungkan brand dengan konsumen secara lebih efektif.

Dalam rilisnya dikatakan bahwa Kata.ai merupakan produk perdana dari banyak produk yang akan segera dirilis mendatang dalam naungan YesBoss Group. Langkah ini diambil demi meraih peluang baru di sektor bisnis dan konsumen. Dalam sambutannya, CEO YesBoss Group Irzan Raditya memperlihatkan semangat dan optimismenya.

“Kami sangat menantikan kesempatan untuk bekerja sama dengan brand berskala nasional untuk mengubah cara berkomunikasi mereka dengan jutaan konsumennya. Sebagai startup teknologi, kami tidak sabar untuk segera mengaplikasikan teknologi Kata.ai di sektor bisnis sekaligus mengembangkan produk-produk lainnya di sektor konsumen yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.”

Pada versi awal ini, Kata.ai menawarkan Dialogue Engine dengan Natural Language Processing (NLP). Fitur tersebut memungkinkan pelaku bisnis mewujudkan persona brand melalui chatbot yang dapat melakukan beragam aktivitas. Aktivats yang dapat dikelola meliputi pemasaran produk, transaksi jual-beli, hingga pengumpulan data perilaku konsumen melalui media sosial dan messaging app yang populer digunakan.

Kata.ai akan mulai dipasarkan dalam bentuk Software as a Services (SaaS) pada awal tahun 2017 mendatang. Teknologi ini diyakini akan menjadi pendobrak di pasar, membantu para pelaku bisnis memahami perilaku konsumen secara mendalam dengan meningkatkan kualitas hubungan dengan konsumen. Visinya platform ini akan menjadi teknologi NLP dalam Bahasa Indonesia yang kaya fitur. Perekrutan ilmuwan Jim Geovedi sebagai Tech Advisor telah menunjukkan keseriusan ini.

Kendati telah mulai dihentikan, layanan YesBoss sebagai asisten virtual pribadi memberikan modal dan pengalaman berharga dalam pengembangan Kata.ai, begitu diungkapkan oleh CTO YesBoss Group Ahmad Rizqi. Dalam keterangannya Rizqi menyampaikan:

“Lewat layanan asisten pribadi YesBoss, kami belajar banyak tentang bagaimana konsumen Indonesia ingin dilayani, terutama saat melakukan percakapan via teks. Kami paham betul kompleksitas Bahasa Indonesia saat bertukar pesan. Pemahaman ini memberikan keuntungan lebih dalam melatih dan mendesain platform AI kami lewat data perilaku dari jutaan percakapan yang meliputi lebih dari 50 ranah komersial.”

Sebelum peluncuran resmi Kata.ai, YesBoss Group telah bekerja sama dengan Microsoft, Infomedia Nusantara (contact center terbesar di Indonesia, anak perusahaan dari Telkom) dan aCommerce dalam rangka memuluskan jalan mereka untuk bekerja sama dengan ratusan brand berskala nasional dan perusahaan di berbagai industri, mulai dari e-commerce, FMCG, hingga layanan finansial seperti perbankan. Kata.ai siap membawa tren conversational commerce di Indonesia lewat teknologi AI berstandar tinggi.

YesBoss Hentikan Layanan Akhir Oktober 2016, Bakal Pivot Ke Mana?

YesBoss, startup Indonesia yang menyediakan layanan asisten pribadi berbasis teks berencana untuk menghentikan sementara layanannya di akhir Oktober 2016 sampai waktu yang belum ditentukan setelah satu tahun beroperasi. Langkah ini akan dimulai dengan diubahnya waktu operasional terhitung 1 Oktober 2016 nanti menjadi Senin-Jumat, 11:00-20:00 WIB. CEO YesBoss Irzan Raditya menyampaikan bahwa langkah ini diambil untuk penyesuaian dalam mempersiapkan proyek baru. Salah satu dampak perubahan ini adalah dirumahkannya sejumlah pegawai.

YesBoss adalah layanan asisten pribadi berbasis teks yang dapat memenuhi berbagai macam permintaan penggunanya, mulai dari pesan-antar makanan, pemesanan tempat di restoran, pemesanan tiket bioskop, hingga pemesanan kamar hotel. Dalam masa operasionalnya selama satu tahun, YesBoss sendiri telah berhasil membukukan pendanaan awal, melakukan ekspansi layanan lewat akuisisi startup serupa di Filipina, hingga berkolaborasi dengan berbagai startup lokal.

Per tanggal 1 Oktober 2016 YesBoss berencana untuk mengubah jam operasional layanan menjadi Senin-Jumat, 11:00-20:00 WIB. Lebih jauh, di akhir Oktober 2016 nanti layanan YesBoss juga rencananya akan diberhentikan sementara sampai batas waktu yang belum ditentukan. Namun, sampai waktu tersebut, layanan YesBoss akan tetap dapat dihubungi dan melayani segala permintaan penggunanya.

Melalui keterangan pers yang kami terima Irzan menyampaikan, “Perubahan waktu operasional ini kami lakukan sebgai penyesuaian. Saat ini kami sedang mempersiapkan sesuatu yang baru. […] Tentunya akan berfokus di teknologi [dan] mudah-mudahan bisa segera dipublikasikan. […] Pada kesempatan ini, saya juga ingin berterima kasih kepada para pengguna atas dukungan dan kesediaan menggunakan YesBoss. Kami akan segera kembali.”

[Baca juga: Jalan Panjang “Bot” dan Kecerdasan Buatan di Indonesia]

Soal proyek baru yang akan dikerjakan, Irzan memang tidak berbicara banyak selain fokusnya yang masih akan tetap di teknologi dan menjanjikan dapat menjadi angin segar bagi ranah komersial.

Co-Founder dan CMO YesBoss Reynir Fauzan mengkonfirmasi ada minor layoff sebagai dampak perubahan arah bisnis perusahaan, meskipun ada pihak yang mengklaim jumlahnya mencapai 50 orang di berbagai lini.

Bisnis baru berhubungan dengan kecerdasan buatan?

Bila melihat bergabungnya Jim Geovedi sebagai Tech Advisor di YesBoss, proyek yang akan dikembangkan seharusnya tidak jauh dari ranah Kecerdasan Buatan atau AI (Artificial Intelligence) dan Machine Learning. Jim sendiri adalah salah satu praktisi terbaik Indonesia yang menekuni bidang pengolahan bahasa alami (Natural Language Processing) yang merupakan salah satu cabang teknologi Kecerdasan Buatan.

Layanan berbasis AI yang berdiri sendiri dan langsung membidik ranah konsumer di Indonesia memang belum bisa mendapat tempat khusus layaknya e-commerce atau sektor lainnya. Selain membutuhkan data yang besar, pemahaman terhadap konsistensi pola penggunaan bahasa juga menjadi tantangan bagi pelakunya. Apalagi di Indonesia yang memiliki budaya beragam.

Paling dekat, layanan berbasis AI yang terlihat potensinya adalah platform chatbot. Potensi implementasi dan bisnisnya terlihat jelas, terutama yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan (customer service) dan kemampuan menjadi asisten digital yang berfungsi sebagai pemberi rekomendasi produk. Salah satu layanan serupa yang telah mengimplementasikan sistem chatbot adalah Bang Joni.

Jalan Panjang “Bot” dan Kecerdasan Buatan di Indonesia

Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tengah menjadi perbincangan hangat dalam beberapa tahun belakangan ini dan Indonesia menjadi salah satu negara yang mulai ikut meliriknya. Saya mendapat kesempatan berbincang dengan Adrian Li (Convergence Venture), Irzan Raditya (YesBoss), dan Jim Geovedi (computer scientist praktisi machine learning) untuk membahas lebih jauh seperti apa perkembangan AI nantinya di Indonesia, terutama teknologi bot (kependekan dari robot) yang saat ini tengah naik daun lewat layanan chatbots.

Kecerdasan buatan, bot, dan hal yang mampu dilakukannya

Merujuk pada Oxford Dictionaries, AI adalah teori dan pengembangan sistem komputer yang mampu melakukan sejumlah tugas yang biasanya membutuhkan kecerdasan manusia seperti persepsi visual, pengenalan suara, pengambilan keputusan dan terjemahan antar bahasa.

Jim menjelaskan bahwa AI sendiri identik dengan kata robot (sering disingkat dengan bots) yang saat ini biasa digunakan untuk merujuk pada mahluk mekanik atau program komputer (software agent) virtual. Lebih jauh, istilah bot ini juga sering dikombinasikan dengan kata lainnya untuk membentuk istilah baru (portmanteau) seperti chatbots dan botnet.

Adrian Li mengatakan, “Pada dasarnya, AI dan bot ini menggunakan komputasi canggih untuk menggantikan tanggapan manusia dan tugas-tugas sederhana. Contohnya ditunjukkan melalui game strategi seperti Catur, Go, dan simulasi interaksi. AI yang sesungguhnya mampu belajar melalui interaksi dan mengembangkan kesadaran diri. Namun, dalam arti praktis saat ini AI digunakan untuk mengotomatisasi tugas-tugas dasar seperti penjadwalan pertemuan atau pengolahan Natural Language Processing [NLP] melalui chatting bot.”

Sementara itu Irzan mengatakan, “AI ini yang sedang banyak dikembangkan oleh banyak orang lebih ke arah NLP tapi cakupannya sebenarnya luas. […] Sedangkan chatbots itu adalah produk, tidak harus merupakan AI. […] AI itu ada sebagai otak yang membuat conversation­-nya seperti sedang berbicara dengan manusia.”

Meski dalam 50 tahun belakangan ini AI telah mengalami peningkatan yang drastis, AI juga sempat mengalami penurunan kepercayaan untuk pengembangannya di tahun 1970-an. Jim mengungkapkan, kondisi ini disebut “AI Winter” di kalangan pengembang. Butuh satu dekade untuk bisa bangkit kembali setelah sejumlah inisiatif komersil muncul dengan target-target yang realistis dan tidak seambisius sebelumnya.

Jim mengatakan, “Sampai saat ini kecerdasan buatan yang sesungguhnya memang belum tersedia. Namun, jawaban terhadap pertanyaan ‘Apa yang mereka bisa lakukan dalam kehidupan kita?’ bisa diperlihatkan oleh implementasi AI […] seperti program SIRI yang dikembangkan Apple,[…] mekanisme rekomendasi teman atau post di Facebook, layanan ‘OK, Google’, […] atau autonomous cars yang dikembangkan oleh Tesla, Google, atau Baidu.”

Naiknya popularitas AI dan chatbots di Indonesia

Menurut Jim, sejumlah kolega ilmuan dan pengembang AI menyebutkan bahwa momentum kebangkitan kembali penelitian di bidang ini dimulai ketika sebuah lokakarya bertemakan “Deep Learning for Speech Recognition and Related Applications” bersamaan dengan konfrensi tahunan NIPS pada tahun 2009 digelar. Di samping itu, majunya penelitian di bidang perangkat lunak, perkembangan perangkat keras, dan biaya pengolahan big data yang makin terjangkau juga turut memberikan kontribusi terhadap kebangkitan AI.

Di Indonesia sendiri chatbots yang identik dengan AI kini tengah naik daun dan dinilai memiliki potensi pengembangan bisnis yang bagus. Adrian menjelaskan bahwa salah satu alasan chatbot mulai dilirik yaitu karena chat adalah UI (User Interaction) yang paling mudah dan sederhana untuk digunakan oleh pengguna awal internet atau e-commerce untuk berinteraksi. Perusahaan seperti YesBoss yang telah mengembangkan NLP dan memungkinkan orang untuk secara mudah meminta layanan apapun melalui chatting adalah salah satu bukti yang sangat populer.

Lebih jauh, Adrian mengatakan, “Meski chatting adalah UI yang kuat untuk meningkatkan konversi dan interaksi secara tradisional, ini sangat unscalable. Anda memerlukan operator manusia di sisi lain. Namun, kemajuan dalam NLP dan dasar AI memungkinkan kita untuk mengotomatisasi interaksi chatting yang kemudian membuat UI chatting terukur dan bisa dikomersilkan.”

Sementara itu Jim menyampaikan jawaban yang diperolehnya dari Yohanes Nugroho terkait dengan popularitas bot yang mulai naik.

“Ada faktor kejenuhan pengguna pada apa yang ditawarkan ‘apps’ pada umumnya, selain itu kebanyakan UI/UX dari ‘apps’ tersebut dinilai kurang baik sehingga membuat repot pengguna dalam menemukan apa yang mereka cari.”

Faktor lain yang membuat popularitas teknologi chatbots naik yang disampaikan oleh Irzan adalah pesatnya perkembangan media sosial dan karakter orang Indonesia yang gemar mengobrol lewat aplikasi.

Pendekatan mengembangkan bisnisnya di tahap awal

Kecerdasan buatan dan bot butuh masukan data yang memadai dan kolaborasi berbagai pihak / Flickr - Sean Davis
Kecerdasan buatan dan bot butuh masukan data yang memadai dan kolaborasi berbagai pihak / Flickr – Sean Davis

Sebagai salah satu pemain di industri, Irzan sendiri optimis dengan arah perkembangan AI di Indonesia ke depannya. Ada banyak ranah yang bisa dijamah oleh AI, mulai dari e-commerce, institusi finansial, hingga pemerintahan. Singapura pun kini tengah dalam perbincangan mengembangkan chatbots dan Irzan percaya bahwa Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama ke depannya meski waktu yang dibutuhkan akan jauh lebih lama mengingat keragaman bahasa yang dimiliki.

Jim mengatakan, “Untuk konteks chatbots, saya melihat potensi implementasi yang berhubungan dengan pelayanan pelanggan [customer service] dan layanan asisten digital yang bisa berfungsi sebagai pemberi rekomendasi produk. Pendapat saya tersebut didasarkan atas obvervasi personal saya terhadap pola interaksi pengguna dengan pembuat produk maupun penyedia layanan. Misalnya […] cukup banyaknya akun resmi jenama [merek] di Twitter atau Facebook Pages mulai menanggapi keluhan layanan yang disampaikan.”

Pun demikian, ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh para pelaku pengembang AI di Indonesia. Irzan dan Adrian senada menyebutkan bahwa mengumpulkan data adalah salah tantangan terbesar dalam mengembangkan AI. Konsistensi penggunaan bahasa Indonesia oleh penuturnya baik secara lisan maupun tulisan juga akan menjadi salah satu tantangan lainnya.

Adrian mengatakan, “Salah satu tantangan utama dengan mengembangkan NLP yang diandalkan untuk chatting AI adalah input data yang cukup. Pengembangannya tidak hanya menciptakan kode yang dapat memahami permintaan manusia, tetapi input data yang besar dari permintaan juga dibutuhkan dalam rangka menciptakan pengenalan pola dan memahami semua jenis variasi dalam membuat permintaan. Oleh karena itu dalam rangka untuk mengembangkan mesin NLP diandalkan perusahaan akan perlu memiliki volume besar [1M +] permintaan untuk belajar dari itu.”

Adrian dan Irzan juga menyampaikan nada yang sama bahwa di fase awal ini layanan gratis akan diperlukan dalam rangka mengembangkan bot. Namun, ke depannya chatting sebagai sebuah layanan on demand berbasis AI akan menjadi bisnis yang handal dan bisa ditawarkan kepada UKM atau pedang untuk pemasaran produk yang lebih baik.

“Ini tentang mengedukasi pasarnya untuk memenangkan market share-nya” ujar Irzan.

Harapan untuk masa depan AI dan bot di Indonesia

Meluncurkan teknologi atau layanan AI tidak sesederhana meluncurkan layanan e-commrce. Di samping memerlukan masukkan data yang memadai untuk membuat sebuah engine yang bisa mengolah bahasa Indonesia dengan segala akronim yang ada, keterbukaan penelitian untuk berkolaborasi dan saling berkontribusi juga diperlukan.

Irzan mengatakan, “Kita [Indonesia] butuh lebih banyak kolaborasi antar penyedia jasa, penyedia API di sini [Indonesia], dan butuh banyak developer lokal belajar ke arah AI. Karena tanpa tenaga manusianya itu sendiri teknologi ini tidak akan terwujud.”

Sementara itu Jim menyampaikan bahwa dirinya berharap pengembangan teknologi-teknologi tersebut bisa dilakukan secara terbuka dengan kontribusi aktif ke komunitas karena pengembangan di area tersebut tidak mungkin dilakukan seseorang atau perusahaan berskala kecil sendirian. Untuk jangka panjang, Jim juga mengharapkan ada keterlibatan aktif dunia akademia pada bidang tersebut.  Jika kontribusi secara teknologi maupun investasi dirasa sulit dilakukan, sebuah entitas bisa merilis dataset untuk keperluan training.

“Saya sangat sadar bahwa teknologi kecerdasan buatan sangatlah seksi buat banyak orang, namun perlu disadari bahwa perjalanan untuk mengembangkannya masih sangat jauh terlepas dari apa yang sudah dicapai saat ini. Penyesuaian ekspektasi dan strategi implementasi yang baik juga perlu dilakukan sehingga ‘AI Winter’ kedua tidak perlu terjadi,” tandas Jim.

DScussion #51: Mencermati Tren Conversational Commerce dan Teknologi YesBoss

Kehadiran YesBoss sebagai asisten virtual telah menjadi komoditas baru di Indonesia. Kami berbincang dengan CEO dan Co-Founder YesBoss Irzan Raditya untuk mengetahui seperti apa tren industri Conversational Commerce di Indonesia, seperti apa consumer behaviour-nya, hingga tren teknologi chatbot dan artificial intelligence dalam industri ini.

Simak wawancara lengkapnya dalam sesi DScussion berikut ini.

Sambutlah BossPacar, Layanan dari YesBoss yang Memungkinkan Anda Berpacaran dengan Asisten Virtual

Di media sosial Indonesia jomlo adalah salah satu hal yang paling banyak dibicarakan. Banyak meme atau quote yang bertemakan dengan jomlo. Menanggapi fenomena ini YesBoss salah satu layanan asisten virtual di Indonesia memberikan kesempatan bagi para jomlo untuk “memacari” para asisten mereka melalui layanan BossPacar.

Banyaknya jomlo yang menjadi pengguna layanan YesBoss menjadi salah satu pertimbangan utama mengapa akhirnya pihak YesBoss meluncurkan fitur ini. Pernyataan ini dilontarkan pihak YesBoss ketika dihubungi secara langsung oleh Dailysocial.

BossPacar akan bekerja layaknya pasangan atau pacar bagi para pengguna YesBoss. Dengan layanan ini para Boss (sebutan untuk pengguna YesBoss) bisa berpacaran dengan asisten pribadi mereka melalui SMS.

Berikut  penjelasan pihak YesBoss mengenai layanan baru mereka, BossPacar :

“Setelah melakukan riset selama beberapa bulan terakhir, cukup banyak Boss kami yang belum mempunyai pasangan dan meminta tolong dicarikan pacar oleh asisten pribadinya. Tentu dapat dimaklumi karena para pengguna YesBoss cukup sibuk dengan urusan dan pekerjaan mereka sehari-hari, hingga tidak mempunyai cukup waktu untuk mencari pacar. Kontan terlintas ide untuk meluncurkan fitur BossPacar ini. Karena YesBoss selalu berusaha memberikan yang terbaik dan ingin memudahkan keseharian para penggunanya. Harapannya adalah, para Boss akan lebih sering menggunakan layanan YesBoss karena dilayani secara personal oleh kekasih virtual mereka sendiri.”

Solusi dari YesBoss ini kemungkinan besar akan banyak digunakan, hal ini mengingat indeks angka jomlo di Indonesia yang menunjukkan kenaikan beberapa tahun belakangan. Sejalan dengan itu, BossPacar tampaknya juga akan efektif mengurangi angka kesepian yang akhir-akhir ini semakin memperihatinkan.

Artikel ini merupakan bagian dari perayaan April Mop DailySoical 2016. Have fun! Sampai berjumpa dengan keseruan lain di April Mop 2017.

CEO dan Co-Founder YesBoss akan Hadir di Echelon Indonesia 2016

Ajang Echelon Indonesia 2016 akan segera digelar tanggal 5-6 April 2016 alias minggu depan di Balai Kartini Jakarta. Anda yang tidak mau ketinggalan keynote informatif dan berbagai fasilitas lain bisa menuju tautan ini untuk membeli tiket.

Salah satu pembicara yang menarik untuk disimak di ajang Echelon Indonesia 2016 adalah Irzan Raditya, CEO dan co-founder YesBoss Group. YesBoss dikenal sebagai layanan penyedia asisten yang bisa Anda tanya atau minta bantuan tentang apa saja selama itu legal.

ECID2016_IrzanRaditya690x390

Irzan akan berbicara dengan tema: “Riding The Wave Of Chat Commerce And the use of AI For Business Productivity”. Latar belakangnya menjalankan YesBoss yang telah mendapatkan pendanaan dari 3 investor kelas kakap akan menarik untuk dicermati. Selain itu, pengalaman bekerja di Zalando dan Takeaway.com dari Rocket Internet juga tentunya memperkaya wawasan Irzan.

YesBoss sendiri adalah sponsor pendukung acara Echelon Indonesia 2016.  Echelon Indonesia 2016 akan digelar tanggal 5-6 April 2016 bertempat di Balai Kartini Jakarta. Acara konferensi internasional ini tidak hanya menampilkan sesi materi atau seminar tetapi juga eksebisi, workshop, serta sesi networking dengan berbagai elemen ekosistem teknologi. Acara ini akan menjadi platform yang mengkonvergensikan teknologi, bisnis dan gaya hidup serta menjadi wadah untuk membawa bisnis ke level selanjutnya.

Untuk membeli tiket, gunakan kode “EMPOWER20” dan dapatkan potongan diskon 20%. Informasi lengkap acara bisa dilihat di tautan ini.

YesBoss Mulai Ekspansi Regional dengan Akuisisi HeyKuya Filipina

Layanan asisten virtual YesBoss melihat potensi bisnis di kawasan regional dan mulai merambah negara tetangga dengan mengakuisisi HeyKuya yang berbasis di Filipina dengan nilai transaksi yang tidak disebutkan. Keduanya secara umum memilih fitur dan cara kerja serupa, mengandalkan layanan berbasis SMS untuk membantu konsumen memenuhi kebutuhannya. HeyKuya akan berubah nama menjadi YesBoss Filipina dengan CEO sekarang, Shahab Shahibi, menjadi Managing Director-nya.

HeyKuya, yang artinya dalam bahasa Tagalog adalah “kakak laki-laki”, didirikan oleh Machine Ventures pada bulan Oktober 2015 dan telah melayani pemesanan makanan dan pemesanan tiket perjalanan ke 15 ribu pengguna dan menangani 500 pemesanan setiap harinya. Shahibi tentang akuisisi ini berkomentar, “YesBoss dan HeyKuya memiliki passion yang sama dalam meningkatkan pertumbuhan yang cepat sembari mempertahankan nilai kultural yang ada pada perusahaan.”

Indonesia dan Filipina adalah dua negara dengan penduduk padat di kawasan Asia Tenggara dan memiliki karakteristik mirip sebagai penikmat messaging. Mencoba menyasar pasar yang tanpa mengharuskan penggunanya menggunakan smartphone atau mengunduh aplikasi merupakan cara menarik untuk mendapatkan lebih banyak pengguna.

YesBoss sendiri disebutkan saat ini telah menangani lebih dari 800 ribu percakapan sejak berdiri bulan Juni 2015. Co-Founder dan CEO YesBoss Group Irzan Raditya terhadap akuisisi ini mengatakan, “Pengguna kami saat ini maupun pengguna pada masa yang akan datang akan sangat diuntungkan saat sedang traveling di Asia Tenggara karena mereka akan mendapatkan pelayanan dengan kualitas yang sama dari asisten pribadi virtual mereka.”

Secara regional, sebelumnya di Malaysia sudah lebih muncul layanan serupa dengan nama Be Malas, tapi kini Be Malas sudah pivot dan bertransformasi menjadi platform e-commerce.

YesBoss telah memperoleh pendanaan awal di bulan Oktober 2015, dipimpin oleh 500 Startups dan melibatkan Convergence Ventures dan IMJ Investment Partners. Irzan beranggapan, “Conversational commerce di Asia Tenggara adalah the next big thing dan kami percaya bahwa salah satu kunci untuk menjadi juara dalam ranah conversational commerce di Asia Tenggara adalah dengan berkolaborasi.”

Berikut ini adalah perbincangan kami dengan Irzan  di bulan September 2015 soal on-demand economy:

Di Hari Kasih Sayang, Wavoo dan YesBoss Kolaborasi Hadirkan Layanan Terpadu

Online dating app Wavoo dan layanan personal assistant virtual YesBoss berkolaborasi menyambut Hari Kasih Sayang di akhir pekan lalu. Kerja sama ini mengizinkan pengguna meminta YesBoss untuk mencari rekan kencan melalui aplikasi Wavoo. Skema ini diharapkan mampu meningkatkan eksposur dari kedua belah pihak. Melihat antusiasme pengguna, bukan tidak mungkin jika keduanya saling berkolaborasi dalam konsep tematik yang tidak kalah menarik di kemudian hari.

“Latar belakang mungkin karena Februari itu Valentine’s Day dan banyak permintaan juga di YesBoss yang minta dicariin pacar. Sedangkan banyak pengguna Wavoo yang memakai platform YesBoss untuk pesan tiket nonton untuk pacaran atau memesan bunga untuk gebetannya. Seperti kawin, YesBoss and Wavoo complete one and each other,” ucap CEO Wavoo Yudhi “Domex” Mandey pada tim kami.

Melalui YesBoss, peserta dapat mendaftar dengan keyword “BossWavoo” untuk kemudian diarahkan tautan untuk mengunduh aplikasi Wavoo dan melakukan pengaturan profil. Wavoo dan YesBoss telah memilih 50 pemenang (25 wanita dan 25 pria) dari 250 lebih pendaftar untuk kencan nonton bioskop bersama pada tanggal 13 Februari kemarin.

“Kemaren acaranya boleh dibilang sukses, dengan peserta yang mingle di cinema dan bisa akrab juga dengan team Wavoo dan YesBoss. Karena sebelum nonton, pemenang pria diberikan dua tiket nonton, lalu harus pilih pemenang perempuan mana yang mau diajak duduk di sebelahnya. Mungkin ke depannya kita akan kolaborasi lagi dengan konsep yang berbeda dan lebih besar lagi,” tambahnya.

CMO YesBoss Reynir Fauzan memaparkan strateginya dari event ini hanya lewat newsletter, direct SMS, dan media sosial dari masing-masing Wavoo dan YesBoss. Kesempatan ini turut dimanfaatkan pihaknya untuk mengumpulkan feedback atas layanannya.

“Secara umum, memanfaatkan momentum Valentine’s Day. Target kami lebih ke meningkatkan eksposur untuk YesBoss dan Wavoo. Juga untuk meningkatkan awareness para user YesBoss kalau mereka bisa membeli tiket bioskop dengan mudah menggunakan bantuan dari asisten pribadi mereka,” kata Reynir.

Selain YesBoss, Wavoo turut menjalin kemitraan dengan konsep unik dengan pemain startup lain seperti online romance marketplae Asmaraku, dan media hiburan Dagelan. Sejauh ini Wavoo mencatatkan lebih dari 550 juta swipes dan 25 juta matches dari pengguna aktif mereka.

Forget Go-Jek vs GrabBike, Welcome YesBoss vs DiANA

Virtual assistant becomes a new hit in Indonesia. Being initiated by YesBoss couple of months ago, the competition just saw a new player hopping in, as Sribu introduced DiANA. How would the two only players develop the emerging on-demand service in Indonesian market? Continue reading Forget Go-Jek vs GrabBike, Welcome YesBoss vs DiANA

Lupakan Go-Jek vs GrabBike, Sekarang Giliran YesBoss vs DiANA

YesBoss dan DiANA bersaing dalam layanan on-demand service

Asisten virtual menjadi komoditas baru di Indonesia. Diinisiasi oleh YesBoss beberapa bulan silam, Sribu turut meramaikan segmen ini dengan mengembangkan DiANA. Lantas bagaimana kedua belah pihak mengembangkan layanan on-demand yang berdiri di atas berbagai vertikal industri untuk pasar Indonesia?

Continue reading Lupakan Go-Jek vs GrabBike, Sekarang Giliran YesBoss vs DiANA