CEO Zalora Indonesia: Diferensiasi Produk Menjadi Penting Saat Kompetitor Fokus pada Harga

Berada di bawah naungan Global Fashion Group (GFG), perusahaan fashion commerce Rocket Internet “Zalora” secara khusus telah menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesarnya setelah meluncur sejak tahun 2012 lalu. Mereka mengklaim, hingga saat ini masih menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Kepada DailySocial.id, CEO Zalora Indonesia Anthony Fung menjelaskan rencana bisnis dan tren fesyen saat ini dan ke depannya.

Pertumbuhan industri fesyen

Jika berbicara lima tahun yang lalu, kebanyakan industri fesyen masih didominasi oleh brick and mortar. Mulai dari department store hingga mall, banyak menjual produk fashion yang pilihannya ditentukan langsung oleh distributor. Namun saat ini industri sudah mengalami perubahan yang cukup drastis. Tidak lagi mengandalkan toko offline, namun semua proses, pilihan hingga opsi konsumen, merchant dan principal menjadi lebih seamless dilakukan secara online.

Pesatnya pertumbuhan penetrasi internet d Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa Zalora saat ini masih terus mengalami pertumbuhan dan menghadirkan banyak kategori produk. Bukan hanya produk fashion lokal namun juga brand global.

“Saat ini beberapa brand yang hadir di Zalora tidak memiliki toko offline. Mengedepankan konsep Direct to Consumer semua brand tersebut menjual produk unggulan mereka melalui Zalora. Bukan hanya brand lokal, namun juga mancanegara,” kata Anthony.

Beberapa brand asal Amerika Serikat yang saat ini sudah tersedia dan bisa diakses dengan mudah oleh pelanggan Zalora seperti Abercrombie & Fitch dan GAP. Menurut Anthony, kedua brand tersebut tidak memiliki toko fisik di Indonesia.

Secara khusus Zalora saat ini ingin memosisikan diri mereka sebagai lebih dari sekadar ritel, namun digital platform yang menyediakan produk bukan hanya fashion namun juga lifestyle, beauty, dan luxury.

“Kita juga menawarkan pengalaman pelanggan yang baik untuk melakukan pencarian hingga pembelian melalui browser hingga aplikasi. Dengan menyediakan supply dan demand kepada konsumen dan juga merchant,” kata Anthony.

Secara demografi pelanggan Zalora saat ini terdiri dari 60% perempuan dan 40% laki-laki. Berbeda dengan platform fashion commerce lainnya yang hanya fokus kepada kalangan perempuan, Zalora mengklaim memiliki sejumlah pembeli setia yang berasal dari kalangan laki-laki. Salah satu alasannya adalah produk olahraga mereka yang berkualitas dan merupakan brand terpercaya.

“Kami telah menjalin kerja sama strategis dengan berbagai brand sport. Salah satunya adalah NIKE yang menjadi pilihan dan diminati oleh sebagian besar masyarakat Indonesia,” kata Anthony.

Pandemi dan perubahan kebiasaan pelanggan

Selama pandemi, Zalora mencatat ada penambahan jumlah permintaan untuk kategori tertentu. Aturan bekerja di rumah serta pembatasan untuk melakukan kegiatan secara offline ternyata telah menambah pembelian untuk kategori “Stay at Home Clothing”. Di antaranya adalah t-shirt, sandal, pakaian dan produk olahraga, hingga kecantikan.

Untuk brand luxury atau yang masuk dalam kategori barang mewah juga banyak dicari pelanggan. Sementara untuk produk fesyen acara formal seperti batik, pakaian pesta, dan pakaian resmi lainnya mengalami penurunan. Secara keseluruhan Zalora mengklaim tetap mengalami pertumbuhan yang sangat baik selama pandemi.

Zalora juga mencatat selama pandemi pelanggan mereka di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Pandemi yang telah mempercepat akselerasi dan adopsi digital telah membuat sebagian besar masyarakat Indonesia terbiasa belanja online.

“Sebelum pandemi hanya sekitar 5-7% saja masyarakat Indonesia yang belanja secara online, saat pandemi jumlah tersebut bertambah hingga 20%. Mengalahkan Singapura yang sebelumnya merupakan negara terbesar untuk kegiatan belanja online,” kata Anthony.

Strategi yang dilancarkan oleh Zalora adalah memperkuat supply produk lokal. Sementara di sisi lain Zalora juga membawa brand internasional dari negara seperti Hong Kong hingga Malaysia untuk menjembatani kebutuhan para penjual dan pelanggan di Indonesia mengakses berbagai brand dari negara tersebut.

Setelah melakukan IPO tahun 2019 lalu, Zalora yang merupakan bagian dari perusahaan induk mereka Global Fashion Group (GFG), tidak terlalu banyak melakukan manuver bisnis atau memberikan informasi yang cukup rutin kepada media. Menyesuaikan kebijakan perusahaan yang telah go-public, langkah tersebut sengaja dilakukan oleh Zalora. Namun demikian inovasi dan opsi untuk menghadirkan produk yang beragam terus menjadi bagian dari roadmap Zalora saat ini dan ke depannya.

“Diferensiasi produk menjadi penting bagi kami, karena kebanyakan pemain serupa hanya fokus kepada harga dan menjual produk dari seller yang sama atau bisnis secara horizontal. Kami fokus dari sisi vertikal yaitu menghadirkan produk yang berbeda dan tidak tersedia di platform lainnya, didukung oleh perusahaan induk kami Global Fashion Group,” kata Anthony.

Application Information Will Show Up Here

Komitmen Zalora Dorong Produk Fesyen Lokal Lakukan Ekspor

Zalora Indonesia mengungkapkan komitmennya untuk meningkatkan ekspor produk lokal dengan memanfaatkan layanan e-commerce miliknya yang telah hadir di enam negara. Perusahaan akan terus menambah kurasi merek lokal yang berpotensi masuk ke platformnya.

Head of Marketing Zalora Indonesia Dwi Ajeng menjelaskan kondisi saat ini, pengguna di sini bisa memanfaatkan platform Zalora untuk membeli produk yang dijual di luar negeri. Lantaran tidak semua produk dari merek tertentu dijual di Indonesia.

Akan tetapi, kondisi tersebut tidak terjadi di luar negeri. Tingkat pencarian produk lokal oleh pengguna Zalora di luar negeri belum menjadi sesuatu yang dicari.

“Ini masih jadi pekerjaan rumah kami. Tiap kuartal kami punya target puluhan brand mau di-acquire, ini enggak berlaku buat brand internasional saja tapi buat brand lokal yang kita lihat punya potensi bagus,” ujarnya, Rabu (4/12).

Untuk mengakomodasi merek lokal, Zalora punya kolom khusus dinamai Zalocal. Beberapa merek seperti Yongki Komaladi, The Executive, Berrbenka sudah menjadi mitra.

Selama ini Zalora menjadi platform e-commerce global yang identik dengan produk dari merek semi-premium, menyasar pengguna dari kalangan menengah ke atas. Terhitung penggunanya di Indonesia sekitar 2 juta orang, 1 juta orang di antaranya adalah pengguna aktif.

Dibandingkan di enam negara lainnya, kontribusi transaksi bisnis dari Indonesia belum sebesar di Hong Kong atau Singapura. Namun Indonesia punya potensi yang paling besar di antara yang lainnya dari segi pengguna.

Dengan pengguna yang besar, menjadi inspirasi buat perusahaan untuk mengembangkan fitur yang dapat meningkatkan loyalitas pengguna. Ajeng menyebut itu akan menjadi salah satu fokus perusahaan pada tahun depan.

“Tahun depan kita mau fokus ke loyalitas, umumnya poin-poin ini bisa dipakai untuk di-redeem di tempat lain. Tapi kita mau lakukan yang berbeda dengan cara yang pintar agar bisa menciptakan hubungan yang lebih bermakna dengan pengguna. Terlebih kita adalah perusahaan teknologi.”

Perkuat vertikal fesyen dan rilis inovasi baru

Ajeng juga memaparkan perusahaan menambah kategori produk olahraga, kecantikan, dan anak; sebagai vertikal fesyen teranyar yang diharapkan dapat memperkuat posisinya di Indonesia.

Dia bilang, ketiga kategori ini bisa dikatakan sebagai cerminan tren yang terjadi belakangan di masyarakat kelas menengah ke atas. Produk olahraga misalnya, saat ini paling banyak dicari pengguna karena meningkatnya kesadaran untuk gaya hidup sehat.

“Sebenarnya kategori olahraga ini sudah ada sejak tahun lalu, namun akhirnya kita perkuat dengan menambah semakin banyak brand untuk bergabung ke Zalora karena tingkat pencariannya kini tinggi.”

Pun demikian untuk kategori produk anak, untuk menyasar kalangan ibu yang punya perilaku impulsif saat belanja sesuatu buat anaknya. “Pada dasarnya semua brand yang masuk di Zalora punya gerai offline, tapi di sini ada produk yang tidak di jual di gerai karena kami terhubung dengan Zalora global untuk listing-nya.”

Di samping itu, perusahaan juga merilis inovasi terbaru di dalam aplikasinya untuk meningkatkan pengalaman konsumen. Ialah fitur “Complete the Look,” memungkinkan pengguna saat membuka produk apparel di Zalora, punya pilihan pelengkap dari sepatu hingga aksesoris sebagai ide mix and match yang langsung direkomendasikan oleh professional stylist.

Fitur baru lainnya “Follow the Brand,” yaitu pelanggan dapat mengikuti merek yang disukai di aplikasi Zalora. Ini memudahkan pelanggan untuk mengetahui koleksi produk terbaru, ditambah mendapat rekomendasi yang dipersonalisasi dari Zalora yang dibuat berdasarkan merek yang diikuti.

“Semua fitur yang kita kembangkan ini berdasarkan data kebiasaan di Zalora. Seluruh fitur ini tidak hanya buat pengguna Indonesia saja tapi di semua negara di mana kita beroperasi.”

Perusahaan juga telah bekerja sama dengan Gopay untuk perluas opsi pembayaran sejak Oktober 2019. Ajeng menilai sejak hadirnya Gopay, terjadi peningkatan signifikan dari sisi pengguna Gopay yang kini menjadi pengguna Zalora.

Sebelumnya, metode pembayaran yang paling banyak dipakai secara berurutan adalah virtual account, manual transfer, dan kartu kredit.

Kehadiran Gopay di Zalora bisa dikatakan tidak secepat pemain e-commerce lain. Ajeng menilai ini terjadi karena perbedaan segmen pengguna. Harga produk di Zalora bisa dikatakan tergolong semi premium, sementara saldo yang disimpan di akun Gopay belum sebanyak orang menyimpan dana di bank. Kekosongan ini menjadi pekerjaan rumah buat kedua perusahaan.

“Sementara ini buat belanja dengan ticket size kecil masih bisa pakai GoPay, tapi kalau nominalnya sudah besar pakai metode lain. Semoga harapannya ke depannya ticket size yang pakai GoPay bisa naik.”

Setelah GoPay pihaknya akan menambah metode pembayaran dengan pemain e-wallet lainnya.

Application Information Will Show Up Here

Berrybenka Berkolaborasi dengan Zalora, Tambah Kanal Penjualan Produk Buatan Sendiri

Konsisten dengan tujuan awalnya sejak melakukan rebranding bulan Mei 2018 lalu, Berrybenka mengumumkan kolaborasi strategisnya dengan layanan fashion commerce Zalora. Mengusung private label miliknya, Berrybenka hadir di Zalora dengan beragam pilihan.

Kepada DailySocial, CEO Berrybenka Jason Lamuda mengungkapkan, fokus Berrybenka saat ini adalah menjual produk pribadi di berbagai channel. Dengan menjadi fashion brand, Berrybenka melanjutkan rangkaian transformasinya dengan berkomitmen untuk memberikan kemudahan dan kenyamanan belanja bagi para konsumen.

Salah satunya adalah dengan konsep belanja omni-channel. Konsumen dapat belanja melalui website, mobile application, whatsapp, LINE ,dan Berrybenka Store yang tersebar di seluruh Indonesia.

“Kerjasama Berrybenka dan Zalora saat ini lebih kepada fokus Berrybenka akan konsep belanja omni-channel. Kita tidak ingin memaksa pelanggan untuk berbelanja di website atau Berrybenka store,” kata Jason.

Jason menambahkan, apabila pelanggan ternyata menyukai produk Berrybenka, namun terbiasa berbelanja di Zalora, semua pilihan tersebut bisa dinikmati pelanggan. Melalui kerja sama dengan Zalora, Berrybenka memperkenalkan koleksi terbaru Bon Voyage.

“Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan Berrybenka. Berrybenka dikenal sebagai brand yang fashionable dengan kualitas bagus dan relevan dengan konsumen Indonesia, baik dari segi produk maupun harga. Kami percaya dan yakin label Berrybenka akan menjadi salah satu brand unggulan kami di antara brand lokal lainnya. Harapan kami adalah untuk bersama-sama membangun bisnis fashion online dan menjangkau pelanggan yang lebih luas di Indonesia,” kata CEO Zalora Indonesia Anthony Fung.

Belum ada rencana M&A

Pasca rebranding, Berrybenka yang mulai menciptakan brand sendiri dengan memanfaatkan mitra konveksi. Untuk memastikan desain dan kualitas produk fesyennya, Berrybenka melakukan outsourcing tenaga penjahit dan konveksi yang ada di Jabodetabek dan Bandung. Sementara desain dan pembuatan pola semua dilakukan tim Berrybenka sendiri.

Jason menegaskan, saat ini Berrybenka belum memiliki rencana untuk melakukan merger dan akuisisi. Mereka masih fokus ke pengembangan produk sendiri dan menambah kanal penjualan di luar toko online Berrybenka.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Meningkatnya Popularitas Tokopedia Sepanjang Tahun 2017

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Financial Times (FT) soal dinamika industri e-commerce di Indonesia, terdapat beberapa hal menarik sepanjang tahun 2017 yang kemudian menjadi fokus dari riset dan survei tersebut. Survei yang dilakukan FT melibatkan sekurangnya 1000 responden di berbagai pihak yang bersinggungan dalam lanskap e-commerce.

Adapun salah satu hasil temuan yang dikemukakan adalah mengenai fakta bahwa Tokopedia secara perlahan mulai mengalahkan popularitas Lazada dan Shopee, layanan e-commerce asal Singapura yang kerap dikabarkan menempati puncak popularitas dengan strategi khas yakni ongkir gratis. Termasuk mengalahkan popularitas rivalnya untuk marketplace lokal Bukalapak.

Tokopedia dan posisinya menjadi yang terfavorit

Usai mendapatkan pendanaan dari Alibaba Group sebesar 1,1 miliar dolar (atau lebih dari 14 triliun Rupiah), Tokopedia layanan e-commerce yang didirikan oleh William Tanuwijaya ini terus mengalami peningkatan dari jumlah pengguna, hingga akhirnya mengalahkan layanan e-commerce Lazada –yang sebelumnya juga telah diakuisisi oleh Alibaba Group dengan nilai total sebesar $1 miliar. Proses akuisisi ini juga memberikan kendali kepada Alibaba atas Lazada Group hingga 83%.

Tokopedia sendiri berdasarkan hasil riset FT tersebut disebutkan, telah berhasil memperkuat posisi mereka di pulau Jawa, yang merupakan konsumen terbesar untuk layanan e-commerce di Indonesia.

Hal menarik lainnya yang kemudian diungkapkan oleh FT adalah, JD.id dan Shopee saat ini mulai mengganggu posisi layanan e-commerce lokal lainnya seperti Bukalapak, dan mulai banyak dipilih oleh masyarakat Indonesia dalam hal belanja online.

Bukan hanya Bukalapak yang mengalami penurunan, dalam hasil survei tersebut juga diungkapkan OLX, Zalora Indonesia, Berrybenka, dan MatahariMall juga mengalami penurunan popularitas.

Shopee dan JD.id memiliki kampanye yang cukup kuat sepanjang tahun 2017, yaitu Shopee dengan ongkos kirim gratis, sementara JD.id dengan kampanye barang asli yang dijamin kualitasnya, yang selama ini ternyata menjadi perhatian dari pembeli saat melakukan transaksi secara online.

Produk fesyen paling banyak dibeli secara online

Dalam survei tersebut juga diungkapkan, kebanyakan pembeli di Indonesia masih mencari produk fesyen, disusul dengan smartphone dan aksesorinya, produk kecantikan hingga alat-alat rumah tangga. Terkait dengan besarnya uang yang dihabiskan saat melakukan transaksi secara online, FT menyebutkan paling banyak orang Indonesia menghabiskan Rp1 juta untuk setiap transaksi secara online yang dilakukan sepanjang tahun 2017.

Persoalan produk yang asli dan berkualitas juga masih menjadi prioritas utama para pembeli, disusul dengan waktu pengiriman hingga biaya tambahan yang dikenakan oleh layanan e-commerce saat transaksi dilakukan.

Meskipun saat ini sudah banyak layanan e-commerce yang hadir dan banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, faktanya tidak banyak transaksi yang dilakukan. Dari hasil survei tersebut terungkap, kebanyakan pembeli hanya melakukan transaksi secara online satu bulan sekali saja.

Persoalan pajak untuk transaksi online

Masih belum finalnya persoalan pajak turut menjadi kendala yang terjadi di layanan e-commerce di Indonesia. Wacana yang tengah berkembang menyebutkan bahwa pemerintah Indonesia berencana menarik pajak 0,5% untuk semua transaksi online, lebih rendah 1% dari ritel tradisional. Persoalan lain soal pajak yang masih terus dibicarakan adalah tidak dikenakannya pajak kepada penjual yang menggunakan media sosial seperti Facebook dan Instagram.

Hal tersebut menurut para pelaku e-commerce cukup memberatkan dan menjadi kekhawatiran sendiri, jika pada akhirnya penjual online lebih memilih media sosial untuk menjalankan bisnis, dibandingkan bergabung dengan layanan e-commerce.

Namun demikian di sisi lain dari hasil survei tersebut juga diungkapkan, meskipun penjualan memanfaatkan media sosial terlihat seksi dan menguntungkan, namun masih banyaknya penipuan hingga kualitas yang belum terjamin dari online shop memanfaatkan media sosial, membuat banyak pembeli lebih banyak memilih layanan e-commerce untuk membeli barang yang diinginkan. Jumlah tersebut menurut FT menurun hingga 7,7% dari tahun lalu yaitu 12%.

Toko online yang resmi diklaim memiliki produk yang lebih berkualitas, dengan proses quality control yang ketat, ongkir gratis hingga tampilan situs dan aplikasi yang lebih menarik dibandingkan media sosial.

Zalora Jalin Kemitraan dengan Atri Xpress, Mungkinkan Pengguna Kembalikan Barang Melalui Jaringan Minimarket

Layanan e-commerce produk fashion Zalora hari ini mengumumkan kerja samanya bersama Atri Xpress. Kerja sama ini untuk menghadirkan layanan baru dalam pengembalian barang. Bersama Atri Xpress, Zalora mengusung konsep store drop-off, saat ini telah memungkinkan pelanggan di Jabodetabek mengembalikan barang Zalora melalui Alfamart, Alfamidi, dan DAN+DAN.

Untuk menikmati layanan tersebut, pengguna cukup mendatangi toko mitra dan meminta kasir untuk mengirim kembali barang kepada Zalora. Syaratnya dengan menyebutkan kode booking Zalora dan mengisi formulir pengembalian. Selanjutnya akan ditindaklanjuti proses returnya oleh Atri Xpress, tanpa ada biaya tambahan untuk pengiriman.

“Sebagai [layanan] e-commerce yang selalu mencari cara baru untuk memberikan kenyamanan bagi pelanggan, kami tak pernah berhenti berinovasi dalam memberikan kemudahan pelayanan, terutama dalam hal pengembalian barang. Atri Xpress akan membantu pelanggan kami sehingga mereka dapat melakukan retur di berbagai cabang Alfamart, Alfamidi serta DAN+DAN yang jumlahnya ribuan, berada di tempat yang strategis serta dan dekat dengan tempat tinggal merek,” ungkap CEO Zalora Indonesia Anthony Fung.

Direktur Operasional Atri Xpress Stefanus Didi Hartanto menambahkan, “Saat ini Zalora dan Atri Xpress telah bekerja sama dalam menawarkan kemudahan untuk dapat mengirimkan kembali barangnya ke Zalora secara gratis melalui 4,300 toko Alfamart, Alfamidi dan DAN+DAN yang tersebar di seluruh Jabodetabek.”

“Ke depan, kerja-sama ini juga akan dikembangkan ke seluruh jaringan toko-toko di wilayah lainnya di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kami berharap kerja-sama antara Zalora dan Atri Xpress ini dapat mendukung pertumbuhan belanja online di Indonesia,” ujarnya.

Tentang Zalora dan Iklim Bisnis Fashion Commerce di Indonesia

CEO Zalora Group Parker Gundersen mengonfirmasi bahwa Zalora Indonesia sedang dalam kondisi sehat, tidak sedang atau akan menjual layanannya ke siapapun, termasuk kepada raksasa ritel MAP yang sebelumnya banyak diperbincangkan. Dalam kesempatan yang sama turut diluruskan bahwa MAP dan Zalora Indonesia memiliki hubungan erat sebagai pemasok.

Kabar tentang mundurnya Rocket Internet dari Zalora Indonesia sebelumnya mengemuka, karena sebelumnya mereka telah mengumumkan penjualan 49 persen saham Zalora Filipina ke pihak Ayala. Disebutkan bahwa masuknya Ayala untuk memperkuat bisnis Zalora di Filipina.

Selain di Indonesia dan Filipina, Zalora saat ini masih beroperasi (setidaknya situs masih bisa diakses) di Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Hong Kong dan Taiwan. Bisnisnya di Thailand dan Vietnam tahun lalu telah dijual ke pihak lokal.

Terjadi goncangan pada bisnis fashion commerce di Indonesia

Goyahnya bisnis fashion commerce sebelumnya juga terjadi pada PinkEmma, kendati menjelang akhir tahun lalu kembali mengaktifkan layanan setelah sebelumnya resmi menutup kegiatan transaksi, saat ini debutnya tidak terlalu terasa.

Pemain lain, BerryBenka dan SaleStock juga sempat dikabarkan melakukan pengurangan pegawai secara masif. Indikasinya saat itu untuk meringankan biaya operasional. BerryBenka pun akhirnya menggalakkan strategi dengan memperkuat kehadirannya dalam pasar offline, membuka gerai di sejumlah lokasi, berbekal pendanaan seri C yang didapat.

Kendati iklim bisnisnya terlihat melemah, beberapa pemain luar masih saja berusaha memenangkan pasar di Indonesia.

Konsumen dihadapkan pada pilihan yang makin spesifik

Pada dasarnya terdapat justifikasi yang kuat dari segi konsumen untuk melakukan pembelian produk fashion secara online. Pilihannya saat ini semakin banyak, bahkan setiap brand produk hampir memiliki kanalnya sendiri, atau minimal menjalin kerja sama khusus dengan layanan marketplace tertentu.

Tendensi konsumen membeli produk fashion secara online masih besar / Jakpat
Tendensi konsumen membeli produk fashion secara online masih besar / JakPat

Sayangnya persaingan bisnis fashion commerce tidak hanya dihadapkan pada persaingan vertikal antar bisnis sejenis –kendati di segmen sejenis persaingannya pun juga begitu keras, termasuk dengan toko ritel offline di pusat perbelanjaan—karena layanan e-commerce atau online marketplace yang tidak secara spesifik menjual produk fashion pun tetap melirik pasar tersebut untuk mengembangkan bisnisnya.

Zalora Indonesia belum memaksimalkan kanal pemasaran

Ketika banyak pemain e-commerce dan online marketplace bertanding untuk menjadi yang terpopuler, melalui berbagai saluran periklanan termasuk televisi, fashion marketplace jarang (atau hampir tak pernah) terlihat melakukan strategi yang sama. Potensi konsumen online di Indonesia tak melulu kalangan digital native. Membangun awareness menjadi penting untuk memenangkan pasar tersebut, terlebih jika diiringi dengan strategi yang hampir dilakukan semua layanan saat ini, yakni penawaran diskon.

Mengapa membangun awareness secara terus menerus untuk membangun dan mengakuisisi pelanggan perlu? Traksi menjadi salah satu hal yang sulit didapat dalam iklim persaingan yang ada saat ini, konsumen cenderung lebih fleksibel memanfaatkan ragam penawaran yang selalu baru dari beragam layanan belanja online. Menjamin kepuasan dengan produk juga selalu diprioritaskan semua layanan.

Gerak cepat dibutuhkan Zalora Indonesia agar analisis memburuknya bisnis dapat ditangkis dengan pencapaian yang lebih gemilang tahun ini.

Rocket Internet Siap-Siap Jual Zalora Indonesia

Setelah menjual bisnisnya di Vietnam dan Thailand tahun lalu, layanan fashion commerce Zalora disebutkan telah menjual bisnisnya di Filipina dan langkah serupa sedang dijajaki untuk bisnisnya di Indonesia. Kondisi bisnis Zalora ini mengikuti “saudaranya” Foodpanda yang hengkang di beberapa negara Asia Tenggara, termasuk menutup layanannya di Indonesia. karena tak mampu bersaing dengan pemain lokal.

Raksasa ritel MAP dikabarkan bernegosiasi untuk mengakuisisi atau melakukan investasi penuh atas bisnis Zalora di Indonesia, meskipun sumber kami menyatakan realisasinya masih jauh. MAP sendiri telah meluncurkan layanan e-commerce MAP EMALL.

Di Filipina, konglomerat Ayala telah berhasil menyabet 49 persen saham Zalora Filipina.

Bakar uang yang tak kunjung mengembalikan modal

Sejak debut pertamanya di lanskap bisnis Indonesia, perusahan yang digawangi Rocket Internet tersebut masih merugi. Sebelum diakuisisi Alibaba, Lazada pun mengalami isu yang sama. Kendati sejak tahun 2014 sudah mulai unggul di kancah persaingan bisnis e-commerce nasional, namun keduanya membukukan kerugian $235,3 juta atau sekitar Rp 3,1 triliun (sepanjang tahun 2014).

Membakar uang memang sangat khas dengan manuver bisnis perusahaan portofolio Rocket Internet. Namun di tengah persaingan antar pemain, khususnya di Indonesia sebagai negara dengan potensi e-commerce paling subur di Asia Tenggara, strategi bakar uang tidak bertahan secara jangka panjang.

Selain dengan pemain marketplace besar, segmen fashion commerce di Indonesia disesaki para pemain baru, termasuk Sale Stock dan Shopee yang fokus ke pasar mobile.

Application Information Will Show Up Here

DStour #11: Hitam Putih Kantor Zalora

DStour kali ini mengunjungi Zalora, layanan e-commerce fashion yang dimiliki Rocket Internet. Dipandu oleh CEO Zalora Indonesia Anthony Fung, kami menyusuri kantor Zalora yang bernuansa hitam putih, layaknya logo brand Zalora. Selain kantor operasional, Zalora juga memiliki gudang di Cibitung yang diklaim sebagai gudang layanan e-commerce terbesar di Indonesia. Mengusung konsep simplicity, Zalora menyediakan lounge yang rileks dan studio foto yang disediakan untuk para penjual. Anthony menekankan bahwa kenyamanan bekerja timnya tidak hanya dengan menyediakan ruangan-ruangan santai berwarna-warni, tapi juga bisa dinikmati bersama-sama di luar kantor.

Berikut ini liputan kami:

Zalora Indonesia dan Lazada Group Catat Lonjakan selama Harbolnas 2015

Selama Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2015, Zalora Indonesia mengakumulasi transaksi hingga 27 kali lipat dibandingkan dengan hari biasa. Ada peningkatan 35% dari penggunaan perangkat mobile yang melakukan pembelian selama tiga hari penyelenggaraan Harbolnas. Melihat respon ini, pihak Zalora Indonesia sempat memperpanjang waktu diskon hingga 13 Desember.

Managing Director Zalora Indonesia Anthony Fung mengatakan:

“Secara total, kami menjual 27 kali lipat item lebih banyak dibandingkan hari normal seminggu yang lalu, dengan pertama kalinya ZALORA mendapatkan sangat banyak konsumen yang masuk di akhir pekan, tanggal 12 Desember 2015. Tahun 2015 ini adalah tahunnya mobile commerce. Selama 3 hari penyelenggaraan Harbolnas, lebih dari 75% konsumen membeli melalui ponsel dibandingkan dengan Harbolnas 2014 yang terdapat 40% order melalui ponsel. Kami memberikan banyak penawaran menarik di tahun ini, kami mencatat bahwa konsumen rata-rata menghabiskan 40% lebih lama browsing melalui aplikasi mobile kami daripada di hari biasa.”

Zalora Indonesia mencatatkan 66% konsumen wanita dan 34% konsumen pria yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia di sepanjang tiga hari Harbolnas berjalan. Daerah tertinggi masih didominasi oleh Jakarta, diikuti oleh Surabaya, Medan, Makassar dan Bandung. Kategori favorit selama Harbolnas yang paling banyak diminati adalah Tas Fashion, Jam Tangan, Sepatu Heels, Dress, dan Kemeja dengan lebih dari 1,000 brand fashion turut ambil bagian dalam selebrasi ini.

“Persiapan matang telah kami lakukan sejak dua bulan sebelum Harbolnas dalam mendapatkan tenaga kerja tambahan untuk menjawab tingginya volume yang masuk. Terdapat lebih dari 40% konsumen yang mengunjungi ZALORA adalah new customers yang pertama kali berbelanja di ZALORA. Kami perlu memastikan bahwa mereka memiliki pengalaman belanja terbaik. 98% dari pesanan yang masuk kami kemas dalam waktu 24 jam sehingga semua paket akan meninggalkan warehouse pada 13 Desember 2015, di hari Minggu malam,” papar Anthony yang juga menambahkan bahwa pihaknya telah meningkatkan staf gudang hingga tujuh kali lipat.

“Kondisi ini sangat baik, sehingga kami memutuskan untuk memperpanjang perayaan ini selama 1 hari lagi sampai 13 Desember untuk memberikan konsumen lebih banyak kesempatan dalam mendapatkan brand fashion favoritnya di Zalora,” tutupnya.

Lazada Group Bukukan US$40 Juta Selama Tiga Hari

Sister company Zalora, Lazada Group, turut mencatatkan jumlah transaksi yang ok. Gross Merchandise Value (GMV) tercatat mencapai angka US$40 juta atau senilai Rp 563 miliar dari keseluruhan kampanye Online Revolution yang diselenggarakan di Asia Tenggara. Patut dicatat angka tersebut diperoleh dari semua pasar Lazada di enam negara, tidak hanya di Indonesia.

“Kami berterima kasih kepada para pembeli dan penjual untuk kepercayaan dan respon yang antusias atas kampanye Revolusi Online. Kampanye ini telah menjadi acara ritel terbesar tahun ini di Asia Tenggara sejak diluncurkan pada tanggal 12 Desember 2012 seiring semakin banyaknya masyarakat yang terbiasa berbelanja online,” kata CEO Lazada Group Maximilian Bittner.

Traffic melonjak hingga 36 juta kali kunjungan dengan jumlah pesanan mencapai satu juta kali, meningkat 300% dari tahun lalu. Dari sekitar 1,7 juta barang pesanan, nilai transaksi mencapai US$40 juta berasal dari 30.000 seller di enam negara Lazada beroperasi. 60% dari total transaksi ini kabarnya diakses melalui perangkat mobile.

Mengunjungi Gudang Penyimpanan Barang Zalora Indonesia

Hari belanja online kini tinggal menghitung hari. Berbagai pihak terkait di dalamnya, termasuk Zalora Indonesia, juga telah mempersiapkan diri untuk menyambut hari besar bagi industri e-commerce tanah air tersebut. Kemarin (7/12), bersama dengan awak media lain, kami mendapat kesempatan untuk mengunjungi gudang penyimpanan barang Zalora Indonesia di kawasan industri Cibitung, Bekasi, Jawa Barat, yang tergabung dalam komplek gudang penyimpanan YCH Distrypark.

Butuh waktu setidaknya 90 menit bagi kami untuk tiba ke lokasi gudang penyimpanan Zalora Indonesia. Gudang dengan luas 15.000 meter persegi tersebut sebenarnya telah beroperasi sejak Mei 2015 lalu. Ini juga merupakan gudang pindahan yang keempat selama tiga tahun mereka beroperasi di tanah air. Sebelumnya, Zalora Indonesia pernah memiliki gudang dengan kapasitas rumahan di kawasan Jakarta Selatan dan juga di kawasan Ciracas.

Pada kesempatan kali ini, awak media ditemani oleh Director of Operations Zalora Indonesia Ole Daniel Nitter untuk berkeliling dan menjelaskan bagaimana gudang Zalora Indonesia beroperasi. Selain Ole, ada ada juga Head of Marketing Zalora Indonesia Jo Bjordal yang turut serta menemani.

Bagaimana gudang penyimpanan barang Zalora Indonesia beroperasi

Gudang penyimpanan tiga lantai Zalora Indonesia

Gudang seluas 15.000 meter persegi milik Zalora yang berada di kawasan YCH Distrypark ini memiliki tiga lantai yang tiap lantainya memiliki penanganan rangkaian proses logistik yang berbeda. Ole juga menyebutkan bahwa saat ini ada sekitar 1 juta produk tersimpan dalam gudang yang diklaim mampu menampung hingga 2 juta produk tersebut.

Lantai satu merupakan tempat terjadinya rangkaian inbound dan outbound produk yang dimiliki Zalora Indonesia. Rangakain proses inbound dimulai dari masuknya produk, pendataan, uji kualitas, diambilnya contoh produk untuk sesi foto, hingga peletakan atau penyimpanan barang. Produk yang telah melalui proses inbound ini akan selanjutnya akan disimpan di lantai dua dan tiga.

Petugas Picker Zalora Indonesia

Selain berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk, lantai dua dan tiga juga menangani proses pemilihan barang, tepat setelah pesanan pengguna masuk dalam sistem internal Zalora Indonesia. Di sini, nantinya para petugas yang disebut picker akan bekerja bolak balik untuk mengambil barang sesuai dengan pesanan. Setelah produk-produk dalam daftar picking ditemukan,  produk tersebut akan dikirim kembali ke lantai satu.

Setelah produk tiba di lantai satu, produk tersebut akan melalui rangkaian proses outbound. Mulai dari pengecekan kecocokan produk dengan label, pengepakan barang yang diikuti dengan penyertaan stiker pengembalian, pengelompokkan berdasarkan wilayah tujuan, hingga pengantaran berdasarkan jasa logistik.

Proses Outbond dan pengepakan produk Zalora Indonesia

Hal yang menarik di sini adalah Zalora tidak mengadopsi algoritma pengurutan A, B, C dalam penyusunan tata letak produknya. Selain itu, Zalora Indonesia juga menyediakan tempat penyimpanan khusus untuk produk bermerek dengan harga di atas rata-rata yang terletak di ujung lantai satu.

Dalam gudang penyimpanan ini juga terdapat kantor untuk urusan administratif. Dalam kantor yang terletak di lantai dua, namun terpisah dari lantai dua penyimpanan barang, ada ruangan untuk meeting, ruang customer service, dan juga ruang istirahat.

Ruang istirahat Zalora Indonesia

Persiapan Zalora Indonesia dalam menyambut Harbolnas 2015 dari sisi logistik

Seperti kebanyakan pemain e-commerce lain di tanah air, Zalora Indonesia juga melakukan berbagai persiapan menyambut datangnya Harbolnas 2015. Selain dari infrastruktur sistem, Zalora Indonesia juga berbenah di sisi logistik, khususnya di gudang penyimpanan barang. Bila pada keadaan normal jumlah pegawai hanya mencapai 30-50 orang, menurut Ole, jumlah tersebut akan coba ditingkatkan 10 kali lipat demi menyambut datangnya Harbolnas.

Ole Daniel Nitter [Kanan] dan Jo

Ole mengatakan, “Kami akan merekrut sejumlah orang untuk mendukung kinerja kami pada saat Harbolnas. Staf warehouse akan bertambah 10 kali lebih banyak dari hari normal. […] Status staf tersebut adalah karyawan putus. Pada saat liburan, ada banyak pelajar yang mencari tambahan uang, ini merupakan kesempatan yang bagus.”

Selain menambah tenaga kerja, Ole juga menjelaskan akan ada perubahan jam kerja pada operasional gudang. Ole berjanji akan siap bekerja selama 24 jam ketika Harbolnas 2015 tiba nanti dan akan memberlakukan sistem pergantian jam kerja yang lebih panjang untuk karyawan.