Tamagotchi Pix Adalah Generasi Baru Permainan Virtual Pet yang Dilengkapi Kamera Terintegrasi

Diperkenalkan pertama kali di Jepang hampir seperempat abad yang lalu, Tamagotchi hingga kini masih aktif dikembangkan oleh Bandai dan menolak untuk mati ditelan zaman. Di tahun 2019 lalu, Bandai malah merilis generasi baru Tamagotchi yang mengemas layar berwarna, dan ini menginspirasi mereka untuk terus menyempurnakan gadget mungil tersebut sesuai perkembangan zaman.

Dari situ lahirlah Tamagotchi Pix. Ini merupakan Tamagotchi pertama yang dilengkapi sebuah kamera. ‘Pecahan telur’ yang ada di bagian atasnya tersebut merupakan tombol shutter yang dapat ditekan, dan pengguna bisa memanfaatkan kameranya untuk mendokumentasikan waktunya bersama sang hewan peliharaan virtual.’

Apakah foto-foto tersebut kemudian dapat kita bagikan ke media sosial? Tidak, sebab Pix tidak dibekali Wi-Fi ataupun Bluetooth. Sebagai gantinya, Pix justru mengajak para pengguna untuk saling berinteraksi satu sama lain secara langsung dengan cara bertukar “Tama Code”. Anggap saja ini kode QR tapi yang isinya foto-foto Anda bersama hewan peliharaan virtual Anda.

Yang namanya Tamagotchi, sudah pasti ada tiga buah tombol di bawah layarnya, dan ini merupakan tradisi yang terus dipertahankan sejak generasi pertamanya. Yang berbeda, kali ini ketiga tombolnya merupakan tombol sentuh kapasitif, bukan tombol fisik. Sekali lagi, sesuai perkembangan zaman mengingat target penggunanya adalah mereka yang sudah mengenal smartphone sejak lahir (anak-anak usia 6 – 12 tahun).

Lebih lanjut, Pix turut menghadirkan beberapa mekanisme gameplay baru. Salah satu yang paling menarik adalah bagaimana progres sang hewan virtual (profesinya di masa depan) bisa berbeda tergantung bagaimana cara pengguna membesarkan dan mendekorasi ruangannya, dan ini nantinya juga akan menjadi salah satu faktor yang menentukan jenis hewan berikutnya yang bisa dipelihara.

Aktivitas-aktivitas yang dapat dilakukan sang virtual pet pun juga semakin bervariasi. Pengguna sekarang dapat menginstruksikan mereka untuk melukis, memasak, maupun memesan makanan via layanan delivery. Di Amerika Serikat, Tamagotchi Pix bakal segera dipasarkan seharga $60. Empat tema warna yang tersedia adalah Floral (pink), Sky (ungu), Ocean (biru), dan Nature (hijau).

Sumber: SlashGear dan Bandai.

Mitra Bukalapak Perkuat Fitur Digital, Kini Punya Layanan Pembukuan dan Pencatatan Utang

Hampir lima tahun lalu, Bukalapak menginisiasi sebuah program yang dulu bernama “Juragan Pulsa Bukalapak”, cikal bakal dari Mitra Bukalapak. Kini, Mitra Bukalapak memiliki 7 juta UMKM yang bergabung di dalamnya, terdiri dari warung tradisional dan agen individu tersebar di luar kota lapis satu di Indonesia.

Produk-produk yang dijual di Mitra Bukalapak kian beragam, mulai dari produk FMCG, produk segar, fesyen, produk elektronik, spare parts kendaraan bermotor, dan 42 jenis produk virtual yang membuat masyarakat tetap terhubung secara O2O. Dijabarkan lebih jauh, 42 produk virtual ini mencakup layanan pembayaran, produk finansial, logistik, travel dan layanan SaaS.

Poin terakhir menarik untuk disimak. Dalam keterangan resmi yang disebarkan perusahaan hari ini (23/4), disampaikan bahwa dalam produk SaaS terdiri dari pembukuan, catatan utang, dan sebar poster. Fitur tersebut dibuat ramah untuk para pengguna, sehingga akan terlihat tampak sedang membuat pembukuan pada umumnya secara tertulis.

Belakangan, pemain aplikasi pembukuan keuangan untuk warung tengah naik daun karena besarnya peluang UMKM yang belum tersentuh layanan digital. Akibatnya, banyak pemain bermunculan dan visi misinya didukung oleh para investor. Nama-namanya adalah BukuKas, BukuWarung, Credibok, Moodah, Lababook, dan lainnya. Kesempatan tersebut juga diambil oleh Bukalapak, berkat basis UMKM yang sudah dibentuk, maka akan lebih mudah proses roll out-nya.

CEO Buka Mitra Indonesia Howard Gani menyampaikan, pihaknya akan selalu memberikan ragam layanan jenis produk, baik fisik maupun virtual yang terlengkap kepada masyarakat. “Hal ini merupakan salah satu bentuk dukungan terhadap upaya Bukalapak untuk mendorong kemajuan digitalisasi warung-warung tradisional dan agen individu agar berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengembangan inklusi ekonomi Indonesia,” kata dia.

Seluruh produk Mitra Bukalapak, sambungnya, dihadirkan untuk menutup kesenjangan teknologi dan menghadirkan akses pasar bagi siapa saja. Mitra Bukalapak juga berkomitmen ingin meningkatkan literasi finansial dan digital kepada masyarakat terutama masyarakat unbanked dan underbanked yang selama ini sulit mengakses layanan produk-produk virtual karena keterbatasan tempat dan infrastruktur terlebih di masa pandemi.

Pengumuman investasi Seri G yang diterima Bukalapak dari jajaran investor industri finansial, seperti BRI Ventures, Mandiri Capital Indonesia, Standard Chartered, dipastikan pada tahun ini bakal lebih banyak pengembangan produk finansial yang inovatif agar gap dapat mengecil pada masa mendatang.

Data terbaru dari bank sentral menunjukkan sebanyak 87,5% UMKM dipengaruhi oleh penurunan ekonomi yang didorong oleh pandemi. Namun, hal ini juga menunjukkan bahwa 27,6% UMKM yang beroperasi secara online benar-benar mengalami peningkatan penjualan pada tahun 2020 dan seterusnya. Ini menggambarkan semakin pentingnya bagi perusahaan dari segala bentuk dan ukuran untuk merangkul model bisnis online dan adaptasi digital di Asia yang sedang berkembang.

Strategi kemitraan dengan UMKM nyatanya menjadi peluang bisnis tersendiri bagi pemain e-commerce. Selain Bukalapak, platform lain seperti Tokopedia dan Shopee juga memiliki program serupa. Potensinya cukup besar, dari analisis yang kami buat tahun lalu setidaknya ada 92 juta potensi pelanggan baru yang dapat dijaring lewat program semacam ini.

Application Information Will Show Up Here

Kuatkan Teknologi Logistik, Telefast Berinvestasi ke Platform SaaS “Clodeo”

Telefast (IDX: TFAS), yang merupakan anak usaha dari M Cash (IDX: MCAS), mengumumkan investasinya terhadap Clodeo. Yakni sebuah pengembang SaaS yang membantu pebisnis online melakukan tata kelola, mulai dari pemesanan hingga logistik. Tidak disebutkan nominal investasi yang digelontorkan, hanya saja diinformasikan TFAS mengakuisisi 15% saham Clodeo.

Melalui investasi ini, TFAS berencana untuk meningkatkan performa teknologi logistiknya dengan melakukan integrasi sistem Clodeo.

Presiden Direktur Telefast Jody Hedrian berujar, “Dengan investasi ini, kami berharap mendapatkan konektivitas dan jangkauan layanan yang lebih bersinergi untuk platform teknologi logistik grup kami. Selain itu, kerja sama dengan Clodeo akan menambahkan arah untuk TFAS dalam memunculkan inisiatif-inisiatif baru, terlebih dalam development kerja sama dengan third party logistic (3PL) di dalam platform kami.”

Berbentuk perangkat lunak berbasis cloud, Clodeo menghadirkan serangkaian fitur meliputi sistem pengelolaan pesanan, pengiriman, persediaan, integrasi dengan marketplace/webstore, dan dasbor pelaporan. Di dalamnya termasuk layanan point of sales, pengelolaan COD, hingga cek resi/ongkir. Dari berbagai fitur yang disuguhkan, opsi terkait pengelolaan logistik memang jauh lebih dominan di sini.

Disuguhkan untuk UMKM, varian layanan Clodeo dapat dilanggan mulai dari paket gratis hingga 199 ribu Rupiah per bulan.

“Kami berharap dengan teknologi yang kami miliki ini dapat berintegrasi dengan baik bersama platform yang dimiliki oleh TFAS dan menyediakan peningkatan performa terhadap layanan-layanan yang ditawarkan […] Clodeo akan tetap mempertahankan akar bisnis bersamaan bekerja sama dengan TFAS,” kata Founder & CEO Clodeo Reynaldi Oeoen.

Di Indonesia sendiri, sudah banyak startup lain yang memberikan layanan logistik untuk pebisnis online dengan bentuk yang unik. Misalnya Shipper yang hadir sebagai platform agregator layanan logistik untuk UKM, ada juga yang fokus dalam pengelolaan armada seperti Logisly, Webtrace, dan Lacak.io. Beberapa pemain juga menyuguhkan fitur serupa yang dibungkus secara end-to-end dalam layanan omni-channel.

Di TFAS, bisnis logistik bernaung dalam unit Logitek Digital Nusantara (LDN). Belum lama ini unit tersebut baru mendapatkan suntikan dana dari Onstar Express Pte. Ltd., atau dikenal sebagai induk perusahaan logistik SiCepat Ekspres. LDN sejauh ini memang banyak membantu mengembangkan sub-unit layanan SiCepat, seperti aplikasi pelanggan berbasis WhatsApp bernama SiCepat Klik dan layanan titik pengantaran SiCepat Point.

Bisnis logistik memang tengah menjadi sorotan, sepanjang Q1 2021 saja beberapa startup logistik telah bukukan pendanaan. Dimulai dari putaran seri A Andalin oleh BRI Ventures, pendanaan seri B SiCepat yang bukukan 2,4 triliun Rupiah, dan Shipper merampungkan pendanaan seri B senilai 923 miliar Rupiah. Semua fokusnya sama, memaksimalkan momentum pertumbuhan di tengah bisnis yang terakselerasi kencang akibat perubahan tren konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Tales of Arise Keluarkan Trailer Gameplay dan Tanggal Rilis

Tales of Arise tadinya dijadwalkan dirilis di tahun 2020. Namun game yang diumumkan tahun 2019 lalu ini ditunda perilisannya karena alasan pandemi COVID-19.

Sekarang, Tales of Arise sudah mendapatkan tanggal rilis baru (jika tidak ditunda lagi). Game terbaru dari seri Tales ini akan dirilis tanggal 10 September 2021. Bersamaan dengan pengumuman tanggal rilisnya, Bandai Namco juga merilis video yang menunjukkan gameplay dan visualisasi dari Tales of Arise yang bisa Anda tonton di bawah ini.

Tampilan grafis dari Tales of Arise menyuguhkan lebih banyak detail dibanding para pendahulunnya seperti Tales of Berseria (yang dirilis di 2016) meski masih bergaya anime. Saat saya melihat trailer-nya, saya melihat gaya grafis yang serupa dengan Monster Hunter: World.

Gameplay dari Arise juga masih mengusung keunikan dari seri Tales, real-time battle namun di dalam battle instance — mirip seperti kebanyakan JRPG lainnya yang turn-based tapi real-time.

Arise memang berselang cukup panjang dari Berseria (5 tahun). Padahal sebelumnya, dari Zestiria ke Berseria hanya terpaut satu tahun. Sedangkan dari Tales of Xillia 2 ke Zestiria berselang 3 tahun. Hal ini mungkin disebabkan karena Arise ditujukan untuk me-reboot seri game yang perjalanannya dimulai dari tahun 1995 (dengan Tales of Phantasia).

Tales of Berseria. Credit: Bandai Namco

Yuzuke Tomizawa, Produsernya, di 2019, sempat mengaku kepada Famitsu jika game-game terbaru dari seri Tales harus bekerja lebih keras untuk menarik pasar dari generasi muda — itulah sebabnya mereka pindah jadi menggunakan Unreal Engine 4. Namun demikian, tujuannya juga bukan untuk berubah jadi bergaya realistis.

Saya pribadi, meski fanatik PC gaming, selalu memainkan game-game dari seri Tales (yang dirilis di PC) dan saya tidak sabar menantikan kehadiran Tales of Arise. Saya penasaran dengan gaya grafis baru yang ingin coba ditawarkan dari Arise karena tidak sepenuhnya bergaya kartun/anime. Berbicara soal anime, kami sempat membahas soal korelasi antara industri game, anime, dan esports jika Anda tertarik untuk belajar.

Jumlah Pemain Call of Duty: Warzone Tembus 100 Juta Orang

Jika minggu lalu Apex Legends yang merayakan jumlah 100 juta pemain, kali ini Call of Duty: Warzone yang telah mencapai 100 juta pemain. Menariknya, jika kita hitung, Warzone jauh lebih cepat ketimbang Apex Legends mencapai milestone itu. Apex Legends butuh waktu sampai 2 tahun untuk mencapai 100 juta pemain. Sedangkan Warzone hanya butuh waktu 1 tahun karena game ini baru dirilis di bulan Maret 2020.

Di sisi lain, meski kelihatannya angka ini besar, Fortnite yang jadi game battle royale untuk console dan PC terlaris sudah memiliki 350 juta pemain lebih pada bulan Mei 2020.

Tak lama setelah pengumuman 100 juta pemain tadi, Warzone juga mengumumkan jika versi baru dari map Verdansk sudah bisa dimainkan di semua platform.

Verdansk ’84 akan membawa para pemain ke masa lalu, ke tahun 1984. Map baru ini akan menyuguhkan 7 point of interest dan sejumlah area telah dirombak jadi memiliki tampilan baru yang retro. Selain tampilannya yang berubah drastis dan area strategis baru, para pemain juga akan dituntut untuk beradaptasi di map baru ini.

Buat yang belum familiar dengan Warzonegame besutan Infinity Ward yang dirilis oleh Activision ini adalah game battle royale yang bisa dimainkan gratis (free-to-play) yang bisa dimainkan di PlayStation 4, PlayStation 5, Xbox One, Xbox Series X/S, dan Microsoft Windows (PC).

Awalnya, Warzone adalah bagian dari Call of Duty: Modern Warfare (2019) dan juga Call of Duty: Black Ops: Cold War (2020) namun Activision memutuskan jika mereka akan membuat Warzone sebagai game terpisah (stand-alone). Menariknya lagi, game ini juga telah mendukung fitur cross-platform play (Anda bisa bermain dengan pemain lain meski beda platform) dan cross-platform progression antara ketiga game tadi. Game ini langsung mendapatkan 60 juta pemain di 2 bulan pertamanya setelah dirilis.

20 Aplikasi Android Pendukung Bisnis, Bantu Dorong Produktivitas Kerja

Membuka sebuah bisnis rasanya kurang lengkap apabila tidak disertai dengan aspek-aspek yang dapat menunjang keberhasilan bisnis tersebut. Salah satu aspek yang harus Anda perhatikan dan butuhkan saat memulai bisnis adalah ketersediaan aplikasi pendukung bisnis yang dapat membantu Anda dan tim agar menjadi lebih produktif.

Continue reading 20 Aplikasi Android Pendukung Bisnis, Bantu Dorong Produktivitas Kerja

Sony Kembali Luncurkan AC Saku, Kali Ini Lebih Dingin Lagi dari Sebelumnya

Di pertengahan tahun 2019, Sony memperkenalkan sebuah AC portabel yang sangat unik bernama Reon Pocket. Unik karena cara pemakaiannya nyaris tidak merepotkan sang pengguna, di mana perangkat hanya perlu diselipkan ke dalam kantong kecil di bagian punggung atas pada sebuah baju dalam khusus.

Untuk tahun ini, Sony sudah punya penerusnya. Dijuluki Reon Pocket 2, bentuk modulnya memang masih sama persis. Dimensinya pun tidak berubah, masih 116 x 54 mm, dengan tebal cuma 20 mm. Pun demikian, desain sirkuit elektronik di dalamnya sudah dirombak sehingga perangkat dapat menyerap hawa panas dua kali lebih banyak daripada sebelumnya. Alhasil, bobotnya sedikit bertambah dari 89 gram menjadi 92 gram.

Agar lebih efektif lagi, area permukaan yang menempel ke punggung kini tak lagi menggunakan bahan silikon, melainkan stainless steel SUS316L yang semestinya dapat mentransfer hawa dingin ke kulit secara lebih efisien. Meski begitu, Sony tetap menyertakan lapisan silikon yang bisa dipasangkan di atas permukaan stainless steel tersebut seandainya pengguna memiliki alergi maupun problem kulit lainnya.

Puncaknya, Reon Pocket 2 juga menawarkan satu pengaturan suhu tambahan dari tiga yang sudah ada pada versi sebelumnya. Level teratas ini benar-benar dirancang untuk pemakaian di cuaca yang luar biasa panas, sebab dalam mode ini baterainya bakal sangat boros dan cuma bisa bertahan sampai 3 jam saja.

Sebagai perbandingan, baterainya mampu bertahan sampai 20 jam di level pertama, 15 jam di level kedua, dan 13 jam di level ketiga. Saat diperlukan, perangkat juga dapat diisi ulang dengan disambungkan ke PC atau power bank via kabel USB-C.

Secara fisik, Reon Pocket 2 memiliki rancangan eksternal yang lebih tertutup, sehingga otomatis lebih tahan keringat. Pada versi sebelumnya, Sony tidak menyarankan pemakaian di luar kegiatan seperti commuting atau teleworking. Sekarang, mereka percaya diri Reon Pocket 2 bisa dipakai selagi pengguna berjalan jauh atau bermain golf.

Namun mungkin pembaruan yang paling menarik adalah sebuah aksesori opsional berupa neckband, yang memungkinkan modul Reon Pocket 2 untuk dipakai bersama baju apapun. Meski begitu, Sony masih tetap menawarkan baju khusus yang dilengkapi kantong khusus untuk diselipi Reon Pocket 2. Malahan, jenis bajunya bertambah berkat kerja sama dengan sejumlah brand fashion.

Seperti sebelumnya, Reon Pocket 2 sayangnya hanya bisa dibeli di Jepang saja, tapi tidak perlu lagi melalui sistem crowdfunding. Harganya dipatok 14.850 yen (± 2 jutaan rupiah), sedangkan aksesori neckband-nya tadi dibanderol 1.430 yen (± 192 ribuan rupiah).

Sumber: Gizmodo.

Kolaborasi Hadirkan Dampak Positif, Telkomsel Segera Tambah Investasi 4,3 Triliun Rupiah ke Gojek

Setelah mengumumkan investasinya senilai $150 juta pada November 2020 lalu ke decacorn Gojek, Telkomsel berencana kembali menyuntikkan dana senilai $300 juta atau setara 4,3 triliun Rupiah. Hal ini disampaikan langsung oleh Direktur Utama Setyanto Hantoro seperti diberitakan Reuters.

Ia mengatakan, perusahaan memang mencanangkan untuk berinvestasi hingga $450 juta di Gojek; dan akan dirampungkan dalam waktu satu tahun setelah investasi perdananya. Pemberian dana baru dikatakan bisa saja akan lebih cepat, terlebih Setyanto menilai kolaborasi kedua perusahaan di awal 2021 memberikan dampak positif.

Salah satu kerja sama strategis yang dibentuk awal tahun ini adalah integrasi layanan iklan digital Telkomsel khusus untuk mitra usaha di ekosistem Gojek. Layanan Telkomsel MyAds telah bisa diakses melalui aplikasi GoBiz, membuka kesempatan para mitra usaha untuk perluas bisnis dengan menjangkau lebih banyak pelanggan baru.

Sebelumnya perusahaan juga bekerja sama untuk memboyong 20 ribu mitra seller Telkomsel untuk mendapatkan akses di GoShop. Selain itu, Telkomsel turut mendukung produktivitas mitra pengemudi Gojek melalui Paket Swadaya dengan harga mulai dari Rp25 ribu.

Di sisi lain, Gojek juga memberikan investasi strategis kepada LinkAja yang berujung pada integrasi layanan pembayaran digital tersebut sebagai opsi di aplikasi. Seperti diketahui, cikal-bakal LinkAja adalah layanan dompet digital Tcash yang dikembangkan oleh Telkomsel.

Rencana investasi Telkomsel berada di tengah pematangan upaya merger Gojek dengan Tokopedia. Jika melihat dari sudut pandang kolaborasi bisnis, nantinya dengan GoTo (unit gabungan Gojek-Tokopedia) tentunya akan makin banyak opsi sinergi dan integrasi layanan yang bisa dilakukan – mengingat kapabilitas platform akan bertambah dengan masuknya online marketplace lokal terbesar tersebut. Ini juga bisa menjadi putaran pendanaan terakhir di Gojek sebelum akhirnya menjadi GoTo.

Kolaborasi startup dan Telkomsel

Merasakan dampak baik pada pertumbuhan bisnis membuat Telkomsel memutuskan untuk menyelam lebih dalam ke ekosistem startup digital Indonesia. Lewat unit ventura Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), mereka telah berpartisipasi dalam beberapa putaran pendanaan penting. Terbaru TMI terlibat dalam investasi seri C platform healthtech Halodoc bersama sejumlah korporasi seperti Astra dan Temasek, membukukan dana hingga 1,1 triliun Rupiah.

Sebelumnya mereka juga telah berinvestasi ke sejumlah startup lainnya, termasuk PrivyID dan Kredivo. Dalam debut awalnya, TMI menyiapkan dana hingga 576 miliar Rupiah yang disasarkan untuk startup di bidang big data, IoT, dan industri hiburan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Garmin Venu 2 dan Venu 2S Diungkap, Kini dengan Baterai yang Lebih Awet

Garmin meluncurkan dua smartwatch baru, yakni Venu 2 dan Venu 2S. Sebagai penerus Garmin Venu, desain keduanya tampak identik seperti smartwatch yang dirilis setahun lalu tersebut, dengan bezel yang terbuat dari bahan stainless steel dan strap yang mudah dilepas-pasang.

Venu 2 dan Venu 2S sebenarnya merupakan perangkat yang sama, hanya saja ukurannya berbeda. Venu 2 mengemas case berdiameter 45 mm dan strap 22 mm, sedangkan Venu 2S dengan case 40 mm dan strap 18 mm. Ukuran layar sentuhnya pun otomatis berbeda, Venu 2 dengan panel AMOLED 1,3 inci beresolusi 416 x 416 pixel, sedangkan Venu 2S dengan panel AMOLED 1,1 inci beresolusi 360 x 360 pixel.

Satu aspek yang disempurnakan cukup signifikan pada Venu 2 dan Venu 2S adalah baterai. Dalam sekali pengisian, Venu 2 dapat bertahan sampai 11 hari, atau sampai 8 jam kalau GPS-nya aktif terus-menerus selagi meneruskan musik ke earphone atau TWS via Bluetooth. Bandingkan dengan Venu orisinal yang cuma bisa bertahan sampai 5 hari pemakaian, atau 6 jam untuk penggunaan GPS.

Bahkan Venu 2S yang berukuran lebih kecil pun rupanya juga memiliki baterai yang lebih perkasa; sampai 10 hari, atau 7 jam pemakaian GPS beserta musik tadi. Juga istimewa adalah dukungan fast charging; pengisian selama 10 menit saja cukup untuk pemakaian selama satu jam dengan GPS dan musik. Bicara soal musik, perangkat ini punya storage yang cukup untuk menyimpan sekitar 650 lagu dari layanan streaming seperti Spotify atau Deezer.

Dari segi fitur, Venu 2 dan Venu 2S datang membawa deretan sensor yang lengkap, mulai dari yang standar seperti accelerometer dan gyroscope, sampai yang lebih advanced seperti termometer, altimeter, pulse oximeter untuk mengukur SpO2, dan tentu saja heart-rate monitor. Keduanya pun juga dibekali chip NFC yang mendukung fitur pembayaran elektronik Garmin Pay.

Profil aktivitasnya pun bertambah banyak hingga mencakup teknik olahraga macam HIIT (high-intensity interval training), dan keduanya juga dapat mengestimasikan “Fitness Age” dari masing-masing pengguna berdasarkan sejumlah parameter yang relevan. Harapannya, metrik ini bisa memberikan dorongan ekstra bagi pengguna untuk memulai gaya hidup yang lebih sehat.

Di Amerika Serikat, Garmin Venu 2 dan Venu 2S saat ini sudah dipasarkan dengan harga $400, banderol yang sama persis seperti pendahulunya ketika pertama dirilis. Pilihan warnanya cukup beragam, baik untuk bezel maupun strap-nya, dan secara keseluruhan perangkat diklaim tahan air hingga kedalaman 50 meter.

Sumber: Garmin dan Ars Technica.

[Review] Huawei Freebuds 4i: TWS 10 Jam dengan ANC dan Latensi Rendah

Seperti yang sudah diketahui, Huawei sudah lama mencanangkan strategi produk AIoT mereka yang dikenal dengan 1+8+N. Untuk saat ini, Huawei Indonesia sepertinya sedang menggalakkan strategi “8” mereka. Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya sebuah produk audio dari mereka yang tidak menggunakan kabel. Produk tersebut berupa True Wireless Stereo yang dinamakan Huawei FreeBuds 4i.

Sebuah Huawei Freebuds 4i pun sudah datang ke meja pengujian tim Dailysocial. Perangkat yang datang kebetulan memiliki warna yang saya sukai, yaitu merah tua. Satu hal yang saya cukup terkesan pada perangkat ini adalah kemampuannya untuk mendengarkan musik selama 10 jam! Hal ini tentunya bisa membuat kita untuk mendengarkan musik seharian tanpa khawatir habis baterainya.

Huawei Freebuds 4i sendiri memiliki spesifikasi sebagai berikut

Bobot 5,5 gram per earbuds, 36,5gram case
Versi Bluetooth 5.2
Ukuran Driver ⌀10 mm dynamic
Dimensi 37.5 x 21 x 23.9 mm (earbud), ⌀61.8 x 48 x 27.5 mm (case)
Kapasitas Baterai 55 mAh (per earbud), 215 mah (case)

Jika diperhatikan, baterai yang ada pada case-nya terlihat cukup kecil jika dibandingkan dengan produk sekelas. Driver yang digunakan juga lebih kecil dari Freebuds 3. Namun, model dengan eartips seperti ini memiliki desain isolasi tersendiri sehingga 10 mm akan terdengar lebih kencang.

Unboxing

Seperti inilah ini dari paket penjualan Huawei Freebuds 4i

Desain

Desain True Wireless Audio mengindikasikan bahwa earphone ini tidak memiliki kabel apa pun untuk terkoneksi satu dengan lainnya dan ke perangkat musik, seperti smartphone atau PC. TWS ini juga menggunakan desain tangkai yang sudah banyak digunakan pada beberapa produk audio. Dengan menggunakan eartip, Huawei Freebuds 4i menggunakan model in-ear dan bukan open-ear. 

Huawei Freebuds 4i menggunakan bahan dengan jenis plastik polikarbonat. Build-nya sendiri terasa cukup kokoh saat digenggam sehingga tidak perlu khawatir rusak saat terjatuh dari telinga. Beberapa model TWS malah memiliki build yang ringkih dan terdengar kosong saat diketuk. Namun tidak untuk Huawei Freebuds 4i ini.

Dengan menggunakan eartips, tentu saja membuat semua suara yang keluar dari driver-nya akan masuk seluruhnya ke telinga karena bersifat in-ear. True Wireless Earbuds yang satu ini memiliki driver dengan dimensi 10 mm yang besar untuk sebuah model in-ear. Namun hati-hati, karena volumenya akan cukup besar saat sebuah musik dimainkan.

Pada kedua earbuds juga terdapat sensor sentuh di bagian luarnya. Sensor sentuh ini berfungsi untuk mengendalikan musik yang sedang terpasang mau pun menerima atau menolak telepon. Selain itu, pada kedua batangnya juga terdapat microphone yang juga memiliki fungsi call noise cancelling. Dan pada bagian bawah dari TWS ini terdapat konektor untuk mengisi ulang baterai dari case-nya.

Baterai yang terdapat pada setiap earbuds memang cukup besar, yaitu 55 mAh. Namun, charging sase-nya membawa baterai yang tidak terlalu besar, hanya 215 mAh yang hanya bertahan untuk dua sampai tiga kali isi ulang. Untuk mengisi baterainya, Huawei Freebuds 4i memiliki port USB-C pada bagian bawahnya. Pada sisi depannya hanya ditemukan sebuah LED sebagai indikator saat melakukan pengisian baterai dan terdapat tombol pairing pada sisi kanannya.

TWS ini dapat diatur penggunaannya dengan memakai aplikasi buatan Huawei. Aplikasi yang dinamakan Huawei AI Life ini bisa mengetahui isi baterai dari setiap earbuds dan juga charging case-nya. Saya juga bisa menyalakan noise cancelling-nya serta mode awareness pada aplikasi ini. Dan tentunya TWS ini juga bisa di-upgrade firmware-nya langsung dari AI Life.

Pengalaman Menggunakannya

Terus terang, saya sangat menyukai model desain tangkai yang menggunakan eartips seperti pada Huawei Freebuds 4i. Hal tersebut akan membuat kedua earbuds akan menempel di kuping dan tidak tergeser sehingga suaranya tidak keluar. Tentunya hal tersebut harus disesuaikan lagi dengan besarnya eartips dan lubang telinga.

Saat pertama ingin menguji Huawei Freebuds 4i, tentu saja saya harus melakukan pairing dengan smartphone. Selain itu, saya harus terlebih dulu memasang aplikasi pendampingnya, yaitu Huawei AI Life. Sayangnya, aplikasi yang paling baru harus di-download dari Huawei App Gallery atau dari website HiCloud. Versi yang ada pada Google Play ternyata tidak ter-update.

Setelah melakukan update pada Huawei AI Life, waktunya melakukan pairing dengan aplikasi tersebut. Setelah tersambung, Huawei AI Life langsung menawarkan update firmware terbaru. Bagi saya, update firmware sangat penting mengingat semua fitur mampu ditingkatkan serta menghilangkan banyak bug yang mungkin ditemukan.

Huawei Freebuds 4i mendukung mode AAC dan SBC. Penggunaan AAC pun membuat perangkat ini memiliki suara yang lebih baik. Sayang memang, perangkat ini tidak mendukung codec yang lebih tinggi seperti LDAC.

Perangkat ini memiliki fitur noise cancelling serta awarenessNoise cancelling saat diaktifkan mampu meredam sebagian besar suara yang datang dari luar. Mode awareness akan membuat seluruh suara yang ada dari luar telinga terdengar, walaupun suaranya cukup kecil. Keduanya membutuhkan microphone untuk aktif, sehingga akan mempercepat pemakaian baterainya.

Untuk pengujian kali ini, saya menggunakan beberapa file Ogg Vorbis dengan bitrate 320 Kbps. Selain itu, beberapa file FLAC juga ikut saya gunakan supaya detail lagu bisa terdengar.

Pada beberapa musik rock tahun 90-an, saya mendengar bahwa suara bass dari Huawei Freebuds 4i terdengar cukup lembut jika dibandingkan dengan Freebuds 3 yang pernah saya review. Kanal mid dan high-nya memang terdengar dengan cukup detail. Bagi Anda yang suka mendengarkan musik pop, Huawei Freebuds 4i cocok untuk digunakan.

Selanjutnya saya mencoba menggunakannya untuk bermain game. Huawei Freebuds  4i sudah mendukung latensi yang lebih rendah yang sayangnya tidak diketahui informasinya. Hal ini membuat suara dan game yang sedang berjalan terdengar sinkron. Saya menggunakan game Valorant, PUBG M, Genshin Impact,  dan CoDM, dan suara yang terdengar memang tidak terdengar lag.

Huawei Freebuds tentunya juga saya uji dengan melakukan panggilan melalui telepon dan Whatsapp serta Telegram Call. Kedua pengujian menghasilkan suara yang tergolong cukup baik. Namun, call noise cancelling-nya tidak menghilangkan suara background secara keseluruhan.

Dalam sekali pengisian baterai, saya dapat menggunakan TWS ini dari jam 9 pagi hingga jam 6 sore dan TWS ini belum menampakkan tanda-tanda kehabisan baterai. Namun, baterainya hanya bertahan sekitar 4 jam saja saat ANC atau awareness diaktifkan. Pengisian baterai membutuhkan waktu kurang dari satu jam untuk penuh.

Verdict

Huawei sepertinya tidak akan berhenti untuk memenuhi pasar audio dengan perangkat buatan mereka. Dengan strategi 1+8+N yang mereka miliki, Huawei ternyata terus bersinar di pasar AIoT. Salah satunya dengan memperkenalkan Huawei Freebuds 4i yang memiliki fitur yang lengkap untuk sebuah perangkat audio.

Suara yang dihasilkan oleh TWS ini memang cukup baik. Hanya saja, bass yang dikeluarkan tidak terlalu “nendang”. Namun, suara pada mid dan high dapat terdengar dengan jelas dan tidak menusuk telinga. Hal tersebut bisa didengarkan secara terus menerus hingga 10 jam tanpa berhenti.

Huawei Freebuds 4i juga cocok digunakan saat bermain game. Latensi yang dimiliki cukup rendah sehingga membuat suara dari game tidak tertinggal. Suaranya yang jernih juga mampu membuat pengguna aware terhadap langkah musuh saat bermain game FPS.

Huawei Freebuds dijual dengan harga Rp. 1.199.000. Harga tersebut memang tidak bisa dibilang rendah. Akan tetapi dengan daya tahan baterai yang sangat panjang serta fitur-fitur yang dimiliki, TWS yang satu ini memang tidak terlihat memiliki harga yang mahal.

Sparks

  • Kinerja active noise cancelling yang baik
  • Kualitas suara yang bagus
  • Daya tahan baterai yang lama hingga 10 jam
  • Latensi yang kecil sehingga cocok untuk bermain game
  • Fungsi dasar yang cukup lengkap pada Huawei AI Life

Slacks

  • Suara bass kurang “nendang”
  • Kapasitas baterai case kurang besar
  • Aplikasi AI Life tidak updated pada Google Play