Go-Jek Dikabarkan Terus Lanjutkan Strategi Akuisisi

Pasca akuisisi terhadap startup manajemen dan analisis event Loket, Go-Jek dikabarkan masih terus mencari startup yang bisa “diambil alih”. Berdasarkan informasi dari tiga sumber yang berbeda, disebutkan perusahaan yang dinakhodai Nadiem Makarim ini masih mencari sekitar 4-5 perusahaan lagi yang bakal diakuisisi dalam usaha menguasai sektor on-demand.

Dalam perjalanannya selama dua tahun terakhir, setidaknya Go-Jek telah mengakuisisi 4 startup teknologi dari India (kemudian menjadi basis Go-Jek Engineering India), 1 startup pembayaran (menjadi basis layanan e-money Go-Pay), dan 1 startup event (Loket).

Akuisisi membantu mengakselerasi adopsi Go-Jek terhadap penguasaan teknologi dan kepemilikan pasar. Salah satu yang paling strategis adalah akuisisi terhadap pemilik lisensi e-money yang terbukti memang tidak mudah mendapatkannya.

Tak cuma layanan transportasi

Go-Jek kini tidak bisa dilihat hanya sebagai layanan transportasi. Bisnis Go-Jek kini sudah menggurita ke layanan pengantaran makanan (Go-Food), layanan pembelian tiket kegiatan hiburan (Go-Tix), layanan pembelian barang kebutuhan sehari-hari (Go-Shop dan Go-Mart), layanan pembersihan rumah (Go-Clean), layanan kecantikan dan kesehatan (Go-Glam dan Go-Massage), dan lain-lain.

Jika melihat sejarah akuisisi yang dilakukan Go-Jek, setelah Loket yang memperkuat pengalaman penggunaan Go-Tix, bisa jadi langkah selanjutnya adalah akuisisi terhadap startup yang memperkuat Go-Clean, Go-Mart, atau Go-Med sekalipun. Yang terakhir sudah dipegang perusahaan afiliasi, karena Go-Jek tercatat sebagai investor HaloDoc.

Meskipun demikian, tak tertutup peluang Go-Jek mengakuisisi vertikal lain, bahkan macam perusahaan pengembang game sekalipun, karena salah satu yang ingin dilakukan adalah adopsi penggunaan Go-Pay di berbagai layanan.

Khusus untuk Go-Food, Go-Jek sedang tahap implementasi Go-Resto yang menyederhanakan proses pemesanan makanan. Nantinya setiap mitra restoran memiliki akun Go-Pay, sehingga pembayaran dari konsumen (melalui Go-Pay) bisa langsung masuk ke rekening restoran. Mitra pengemudi tak perlu repot “menalangi” pesanan yang masuk dan benar-benar hanya menjadi sarana logistik yang mengantarkan makanan dari restoran/warung ke konsumen.

Bermimpi IPO

Masuknya dana segar dari sejumlah perusahaan, yang rumornya kencang sudah masuk sebagai investor adalah Tencent dan JD.com, mendorong Go-Jek untuk terus mempercantik valuasi dan cashflow. Go-Jek bisa dibilang kini memiliki cadangan dana yang cukup untuk melakukan scale di dua arah, menambah jangkauan kota sekaligus meningkatkan kualitas diversifikasi layanannya.

IPO menjadi jalan yang dianggap logis karena akuisisi untuk perusahaan sebesar Go-Jek yang bermain di pasar on-demand tidak mudah. Belum lagi sentimen nasionalisme karena dua pesaing Go-Jek berasal dari negara asing. Apa jadinya jika Go-Jek nanti diakuisisi Softbank, Didi, atau bahkan Alibaba?

Meski demikian, seandainya jadi melakukan IPO pun, rencana tersebut tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Disebutkan secepat-cepatnya langkah itu baru terlaksana di tahun 2020 mendatang.

Dua  rencana  go public yang akan diadakan startup teknologi lokal di BEI akhir tahun ini akan menjadi test case bagaimana penerimaan publik terhadap perusahaan teknologi yang selama dikenal mengutamakan pertumbuhan ketimbang cashflow dan revenue.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Fesyen Asia Tenggara Zilingo Peroleh Pendanaan Seri B Senilai 224 Miliar Rupiah

Marketplace fesyen Asia Tenggara Zilingo mengumumkan perolehan dana Seri B senilai $17 juta atau sekitar 224 miliar Rupiah. Pendanaan dipimpin oleh Sequoia Capital India dan Burda Principal Investments. Turut berpartisipasi dalam putaran kali ini adalah sejumlah investor ternama, seperti Tim Draper, dan keluarga Manik Arora (Pendiri IDG Ventures India). Investor terdahulu, yaitu Venturra Capital, SIG, Beenext, dan Wavemaker juga ikut terlibat di pendanaan kali ini. Disebutkan fokus pendanaan kali ini untuk memperkuat posisinya di Indonesia dan mengekspansikan basis suplainya di sini.

Zilingo yang awalnya bermula di Thailand, didirikan oleh Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor di tahun 2015. Awal tahun ini mereka berekspansi di Indonesia dan mengklaim telah menjaring ribuan penjual. Kepada DailySocial disebutkan konsep yang dianut Zilingo adalah membantu penjual UKM offline dapat berjualan secara online. Mereka menyediakan dukungan back end secara penuh untuk para penjual, mencakup pusat penjual online dan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengunduh daftar produk, mengelola inventaris, jadwal pickup dan melakukan layanan pelanggan dan pemasaran.

CEO Ankiti Bose dalam rilisnya mengatakan, “Fokus kami membangun ekosistem penjual yang ekstensif di seluruh Asia untuk menjadikan kami [platform] favorit dengan ribuan label privat dan penjual, yang menjadi mesin pertumbuhan sejati kami.”

“Indonesia adalah salah satu pasar dengan pertumbuhan terbesar bagi Zilingo. Indonesia memiliki basis penjual produk fesyen yang unik dan seru dan hal sangat cocok dengan jenis layanan yang coba dihadirkan Zilingo. [Kombinasi] Ini adalah paduan yang tepat,” lanjut Ankiti kepada DailySocial.

Dalam 12 bulan terakhir, Zilingo mengklaim secara total (di 8 negara) telah memperoleh pertumbuhan 10 kali lipat di sisi pendapatan dan memiliki lebih dari 5000 pedagang yang menjual pakaian, perhiasan, dan produk kecantikan.

“Kami sangat kagum dengan pertumbuhan Zilingo dan fokusnya di unit ekonomi yang kuat. Kami percaya ada peluang yang besar untuk membangun marketplace fesyen di kawasan ini dan kami sangat senang bergabung dengan perjalanan mereka,” kata Principal Burda Albert Shyy terkait pendanaan ini.

Tak hanya memperoleh pasar domestik, Zilingo menjanjikan peluang berjualan cross border kepada para penjual yang menggunakan layanannya.

“Seperti penawaran kami di Zilingo Singapura dan Thailand, kami berencana untuk memperkenalkan layanan lintas batas (cross border) di Indonesia. Konsumen dapat berbelanja di platform Zilingo di seluruh Asia Tenggara dan penjual dapat menjual produknya di sana,” ujar Ankiti dalam wawancara terdahulu.

Application Information Will Show Up Here

Coworking Space Rework Umumkan Perolehan Dana 40 Miliar Rupiah

Coworking space Rework mengumumkan perolehan dana Pra-Seri A senilai $3 juta (hampir 40 miliar Rupiah) untuk berekspansi di area Jakarta, Surabaya, dan Bali. Diharapkan tahun depan Rework sudah memiliki 35 lokasi di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Pendanaan kali ini dipimpin ATM Capital dan Convergence Ventures, sementara raksasa coworking space Tiongkok (berstatus unicorn) UrWork, Social Capital, Fortune Union Investments, ACE Capital, dan sejumlah investor terdahulu juga turut berpartisipasi.

Masuknya UrWork ke Indonesia melalui Rework meningkatkan persaingan sektor coworking space, setelah sebelumnya unicorn coworking space Amerika Serikat WeWork mengakuisisi Spacemob yang baru saja membuka unit coworking space baru di Indonesia.

Founder dan CEO Rework Vanessa Hendriadi mengatakan, “Setelah merasakan energi dan nilai-nilai yang diberikan ruang kerja kolaboratif untuk UKM [dan startup], saya tahu hal ini [coworking space] akan menjadi peluang besar di Indonesia dan saya memiliki latar belakang dan jaringan yang tepat untuk menciptakan produk yang bernilai unik.”

Para investor terkesan bagaimana Vanessa menjalankan bisnisnya dan menyebutkan potensi besar sektor coworking space di Indonesia.

Pendiri UrWork, Mao Da Qing, yang memiliki valuasi lebih dari $1,3 miliar soal keputusannya terlibat investasi di Rework menyebutkan, “Vanessa jelas-jelas menunjukkan passion dan purpose untuk misinya memberdayakan bisnis melalui ruang kerja kolaboratif. Kami melihat potensi di Indonesia dan sangat senang bermitra dengan mereka untuk merevolusi ruang kerja di Indonesia.”

Berdasarkan perbincangan kami dengan sejumlah pengelola coworking space, saat ini mereka belum fokus soal profit dan lebih tertarik soal bagaimana membantu kolaborasi antar startup dan pengembangan ekosistem. Disebutkan kini ruang kerja fleksibel (semacam coworking space) hanya mencakup 1% dari total ruang kerja yang tersedia di Indonesia.

Deals@DS Minggu Ini (8 – 15 September 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS terus diperbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Ongki Kurniawan Hengkang dari LINE Indonesia, Bakal Memegang GrabPay di Indonesia

Managing Director LINE Indonesia, Ongki Kurniawan, disebutkan sudah mengajukan pengunduran dirinya setelah menjabat sejak Juni 2016. Dari informasi yang beredar, Ongki akan memimpin bisnis GrabPay di Indonesia. Kami sendiri belum mendapatkan konfirmasi secara langsung, tapi sebelumnya kami telah memberitakan Grab menggunakan Kudo sebagai kendaraan legal untuk beroperasi sebagai entitas terpisah.

Selama menjabat sebagai pimpinan LINE, Ongki telah mengintegrasikan sistem uang elektronik Mandiri eCash ke dalam produk LINE Pay (menjadi LINE Pay eCash). Sebelum di LINE, Ongki pernah menjadi Chief Digital Services Officer XL Axiata.

GrabPay sebagai sebuah entitas tersendiri

Berbarengan dengan pengumuman akuisisi terhadap Kudo April lalu, Grab juga mengumumkan penunjukan Jason Thompson sebagai Head of GrabPay. Besarnya potensi layanan pembayaran ini membuat Grab tak ragu mengembangkannya menjadi entitas terpisah. Ekspansi tersebut kini hadir di Indonesia.

Pesaingnya, Go-Jek, sudah lebih dulu menjadikan Go-Pay sebagai perusahaan tersendiri, PT Dompet Anak Bangsa, pasca akuisisi terhadap pemegang lisensi e-money MV Commerce.

Yang menjadi tanda tanya berikutnya tentu bagaimana integrasi Kudo dan GrabPay, serta apakah dua pendiri Kudo, Albert Lucius dan Agung Nugroho, masih bertahan di perusahaan.

Kioson Segera Menjadi Startup Teknologi Pertama yang “Go Public” di Bursa Efek Indonesia

Kioson, startup e-commerce dan digital payment enabler berbasis O2O, segera menjadi startup teknologi pertama yang go public di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bendera PT Kioson Komersial Indonesia, mereka berharap menjual 150 juta saham baru, atau sebesar 23,08% dari total, ke publik yang diharapkan mulai tercatat awal Oktober mendatang.

Menurut informasi, sebagian besar dana yang diperoleh disebutkan bakal digunakan untuk mengakuisisi saham perusahaan afiliasi yang saat ini menjadi mitra aggregator perusahaan telekomunikasi dan perusahaan-perusahaan teknologi mitranya.

Saat ini kepemilikan saham Kioson dipegang PT Artav Mobile Indonesia, PT Seluler Makmur Sejahtera, PT Sinar Mitra Investama, dan PT Media Komunikasi Nusantara Tbk.

Kioson berdiri sejak tahun 2015, dengan Founder Roby Tan dan Viperi Limiardi, bertujuan membantu UKM menjadi agen digital, serupa dengan Kudo dan Ruma/Arisan Mapan. Kioson mengubah pemilik toko kelontong menjadi pusat pembayaran (misalnya PLN, Telkom, PAM), bisnis ritel (pembelian pulsa telepon, token listrik, atau gadget), dan program keagenan pinjaman dan bank.

Disebutkan sudah ada 15 ribu mitra Kioson yang melayani sekitar 2 juta pelanggan di berbagai kota di Indonesia. Kioson juga sudah mulai memberikan pinjaman (dalam bentuk saldo Kioson) kepada para mitranya.

“Kioson merupakan perusahaan yang membuka akses bagi masyarakat Indonesia yang tidak memiliki rekening bank/kartu kredit untuk melakukan transaksi berbelanja online. Selain itu Kioson secara umum didirikan dalam rangka mengedukasi dan meramaikan bisnis e-commerce di Indonesia,” sebut CEO Jasin Halim kepada DailySocial di sebuah kesempatan.

IPO startup teknologi adalah hal yang baru di Indonesia. Startup-startup besar sekalipun, bahkan yang berstatus unicorn, sampai sekarang belum meniatkan diri untuk melantai di bursa.

Masuknya Kioson bakal menjadi test case bagaimana reaksi publik terhadap startup teknologi dan bagaimana startup teknologi, seperti Kioson, bisa menjawab keraguan publik tentang kemampuan perusahaan menjaga cashflow dan pendapatan.

Application Information Will Show Up Here

Kata.ai Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A Sebesar 46,5 Miliar Rupiah

Kata.ai, layanan lokal yang fokus di penggunaan teknologi artificial intelligence untuk interaksi brand dan penggunanya, mengumumkan perolehan pendanaan $3,5 juta (atau sekitar 46,5 miliar Rupiah) yang dipimpin Trans-Pacific Techology Fund (TPTF) Taiwan. Juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini MDI Ventures, Access Ventures Korea Selatan, Convergence Ventures, VPG Asia, Red Sails Investment, dan Eddy Chan.

Pasca pendanaan ini, pimpinan TPTF Barry Lee akan masuk ke dewan direksi Kata.ai. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk R&D, peningkatan layanan untuk menjadi yang terdepan di Indonesia, dan perluasan layanan ke Asia Tenggara dan Taiwan.

“Kami sangat terkesan dengan manajemen tim Kata.ai. Mereka menunjukkan semangat dan kecakapan teknis yang luar biasa dalam industri AI. Kemampuan mereka untuk memonetisasi platform sembari menangani beberapa jenis industri telah membawa mereka ke posisi strategis untuk pertumbuhan eksponensial. Meskipun tergolong startup muda, kami percaya Kata.ai sudah menjadi pemimpin industri NLP Indonesia,” ungkap Barry tentang pendanaan ini.

Kata.ai adalah pivot perusahaan yang sebelumnya mengusung brand YesBoss. Jika sebelumnya YesBoss menyasar pasar ritel, Kata.ai lebih ditujukan ke klien korporasi (B2B). Perusahaan mengklaim pihaknya, setelah pivot, telah meningkatkan pendapatan hingga 30 kali lipat dalam waktu setahun.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Kata.ai Irzan Raditya menyebutkan, “Salah satu hal yang kami pelajari adalah pada dasarnya suatu startup harus bisa mencari cara untuk tetap bertahan dengan membangun fundamental bisnis secara kuat, terlepas dari kondisi fundraising di suatu pasar.”

“Melihat kondisi pasar saat ini, ketika misi kami ingin mendemokrasikan teknologi chatbot (AI/NLP) kepada masyarakat luas, edukasi pasar adalah hal yang sangat krusial. Salah satu bentuk pendekatan pasar yang paling efektif menurut kami adalah dengan meluncurkan solusi chatbot untuk merek-merek/perusahaan-perusahaan ternama bagi pelanggan mereka demi menjawab beberapa permasalah yang dialami dan meningkatkan kualitas layanan,” lanjutnya.

Dimulai dengan Veronika dan Jemma

Kata.ai telah mengembangkan Veronika, bersama Accenture, untuk Telkomsel dan Jemma untuk Unilever Indonesia. Veronika tersedia di platform Facebook Messenger, LINE, dan Telegram; sementara Jemma tersedia di LINE.

Irzan menyebutkan hingga saat ini total percakapan di kedua platform tersebut sudah mencapai 170 juta buah, sementara jumlah keseluruhan pengguna yang berinteraksi dengan chatbot Kata.ai telah mencapai 6 juta orang.

Dalam pengembangan layanan ini, mereka mencari cara yang scalable untuk mendistribusikan teknologinya melalui kemitraan dengan konsultan teknologi, system integrator, dan software house untuk mengimplementasikan solusi chatbot menggunakan teknologi dan platform yang perusahaan kembangkan.

Secara jangka panjang, Irzan berharap banyak pemain lokal yang dapat memanfaatkan teknologi tersebut demi memberikan kemudahan dan efisiensi di berbagai macam layanan dan sektor indsutri, dari telekomunikasi, healthcare, layanan finansial dan perbankan, smart city, dan lainnya.

“Era ini mengingatkan kami 10 tahun yang lalu, ketika iPhone baru pertama kali rilis. [Ketika itu] aplikasi merupakan hal yang sangat baru di pasaran. Kami sendiri memiliki optimisme yang kuat dengan perkembangan bot ke depannya,” ujar Irzan.

Ia melanjutkan, “Dasar alasan kami adalah sebagai berikut: untuk perbandingan dalam 1 tahun App Store rilis hanya tersedia 50.000 aplikasi di pasaran, namun dalam 1 tahun Facebook Messenger merilis teknologi chatbot, angka tersebut mencapai 2 kali lipat. 100.000 bots dalam setahun sudah tersedia di pasaran.”

“Era aplikasi selama 10 tahun terakhir telah melahirkan perusahaan-perusahaan teknologi berbasis aplikasi dengan valuasi miliaran dollar dan dampak besar di masyarakat. Kami percaya 10 tahun ke depan adalah eranya AI dan bot. Kami ingin melahirkan the next generation of entrepreneurs melalui teknologi yang kami bangun.”

Ekspansi

Tentang rencana ekspansinya di Asia Tenggara dan Taiwan, Irzan menyebutkan Jakarta akan tetap menjadi kantor pusat, tetapi pihaknya sudah memiliki beberapa rencana ke depan. Kata.ai akan mengembangkan teknologi Pengolahan Bahasa Alami (NLP) dengan tujuan dapat memahami dan meningkatkan kemampuannya beroperasi dalam beberapa bahasa Asia Tenggara, di luar Bahasa Indonesia yang digunakan sekarang.

“Kami sudah memiliki rencana dengan beberapa mitra strategis untuk support pengembangan bahasa lokal di masing-masing negara. Begitu halnya dari segi pemasaran kami memiliki relasi yang sangat baik dengan mitra kami seperti Microsoft dan Accenture untuk solusi go-to-market.”

Dengan bantuan TPTF, Kata.ai akan mendirikan anak perusahaan yang sepenuhnya berdiri di Taiwan dan berkolaborasi dengan startup teknologi untuk melayani pasar lokal. Kini, mereka sedang menjalani proses diskusi dengan mitra potensial dalam seluruh wilayah jangkauannya.

“Fleksibilitas teknologi Kata.ai untuk mengadopsi bahasa baru juga memungkinkan perluasan secara cepat ke berbagai negara. Dengan memanfaatkan jaringan internasional dan kemampuan teknologi TPTF, kami ingin memperluas bisnis Kata.ai di luar Indonesia,” ungkap Barry.

Bot Studio Platform

Pengembangan teknologi Kata.ai ke depannya adalah pengembangan platform bagi pengembang yang ingin membangun chatbot sendiri dengan teknologi bot dan NLP dari Kata.ai. Disebut sebagai “Bot Studio Platform”, platform ini ditujukan untuk memenuhi permintaan dari perusahaan regional dan pemerintah. Saat ini versi betanya sudah tersedia untuk beberapa mitra terpilih, seperti Accenture. Meskipun demikian, Bot Studio Platform akan melayani suatu cita-cita yang lebih besar.

“Bot Studio Platform akan tersedia juga versi gratisnya. Misi kami adalah memberikan akses ‘teknologi masa depan’ yang kami garap seluas mungkin tidak hanya ke sektor enterprise namun juga startup, software developers, pelajar dan komunitas. Bot Studio Platform ini dijadwalkan akan siap di pasar dalam waktu dekat,” tutup Irzan.

SK Planet Disebutkan Keluar dari Elevenia, Jual Sahamnya ke Salim Group

Menurut informasi yang diperoleh dari media Korea Selatan Pulse, SK Planet saat ini dalam proses reposisi bisnis-bisnisnya di luar negeri yang diawali dengan penjualan seluruh sahamnya di Elevenia ke Salim Group. Salim Group sendiri, dalam usaha terpisah, sedang mengembangkan layanan marketplace bersama Lotte Group.

Elevenia adalah joint venture 50-50 SK Planet dan XL Axiata, dengan total suntikan dana hingga kini mencapai hampir 2 triliun Rupiah. Meskipun Elevenia dianggap sukses secara volume transaksi, karena diklaim berada di posisi tiga besar, tetapi hasil tersebut tidak bisa diterjemahkan sebagai pemasukan bagi perusahaan.

Indonesia disebut sebagai exit pertama SK Planet di Asia Tenggara. Setelah Elevenia, SK Planet disebutkan bakal menjual bisnisnya di Malaysia, Thailand, dan Turki.

Keluarnya SK Planet dari Elevenia adalah pukulan telak bagi XL Axiata yang juga telah memberikan “rambu kuning” untuk bisnis digitalnya. Disebutkan SK Planet sendiri di negara asalnya sedang dalam proses penjualan saham ke Lotte Group. Bisa saja nantinya iLotte, yang baru saja memasuki tahap beta, dan Elevenia menjadi entitas gabungan jika keduanya benar-benar dikuasai Salim Group dan Lotte Group.

Application Information Will Show Up Here

Jack Ma Resmi Jadi Penasihat E-Commerce Indonesia

Pendiri dan Executive Chairman Alibaba Group Jack Ma resmi menerima peran yang ditawarkan pemerintah Indonesia sebagai penasihat steering committee e-commerce. Hal tersebut disampaikan saat kunjungan Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara di kantor pusat Alibaba Group di Hangzhou, Tiongkok.

Sebelumnya di bulan September 2016 Presiden Joko Widodo sudah menawarkan peran tersebut ketika ia mengunjungi kantor pusat Alibaba Group tersebut. Meskipun demikian, sempat ada kabar bahwa “kesepakatan” ini gagal, setelah Jack Ma juga menerima peran yang serupa untuk pemerintah Malaysia.

Hari ini, pemerintah Indonesia mengukuhkan bahwa Jack Ma benar-benar menerima peran tersebut. Kepada pemerintah, Ma mengungkapkan sebagai negara kepulauan ia melihat urusan infrastruktur logistik dan informasi menjadi hal mendasar yang harus diselesaikan. Alibaba Group mengundang pemerintah mengunjungi kantor pusatnya untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan.

Lima hari yang lalu, layanan C2C Tokopedia baru saja mengumumkan perolehan pendanaan senilai total 14 triliun Rupiah yang dipimpin Alibaba Group, meskipun demikian raksasa Tiongkok ini disebutkan hanya mendapatkan kepemilikan minoritas. Sebelumnya, di level Asia Tenggara, Alibaba Group juga telah mengakuisisi layanan B2C Lazada.

Deals@DS Minggu Ini (18 – 24 Agustus 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS terus diperbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.