Pembelajaran Peserta Google Launchpad Accelerator Batch Ketiga

Setelah mengikuti program intensif selama 2 minggu di San Francisco, Amerika Serikat, para peserta Google Launchpad Accelerator tahap ketiga telah kembali ke tanah air dan berbagi pengalamannya dengan awak media. Istilah seperti “Design Sprint” dan Objective and Key Results (OKR)” menjadi jargon yang diangkat penggiat startup yang merasakan langsung bagaimana belajar dengan para mentor berpengalaman.

PicMix, Ruma, Qlue, Snapcart, Jurnal, dan iGrow adalah 6 startup yang beruntung mengikuti program Launchpad Accelerator kali ini. Beragam pengalaman menarik dan unik disampaikan oleh mereka, tapi 2 poin menjadi hal yang terus menerus disebut, yaitu penerapan Design Sprint dan OKR dalam pengembangan produk dan startup itu sendiri.

Menurut manifestonya, Design Sprint adalah proses dalam waktu 5 hari untuk menjawab pertanyaan bisnis critical melalui proses desain, prototyping, dan pengetesan idenya langsung ke konsumen.

CEO Ruma Aldi Haryopratomo mengungkapkan awalnya pihaknya tidak percaya Design Sprint mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi startupnya. Setelah bertemu dengan mentor-mentor yang ahli di bidang ini, ia akhirnya yakin bahwa Design Sprint adalah konsep yang harus digunakan oleh setiap startup untuk memastikan produk yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan konsumen.

Identifikasi konsumen dan validasi ide menjadi hal yang dianggap penting ketika startup ingin mengembangkan produk untuk menyelesaikan suatu masalah. Para peserta Launchpad batch ketiga ini mengamini bahwa seandainya mereka bisa mengubah waktu dan menjalankan startupnya dari nol, maka hal-hal ini yang bakal dilakukannya pertama kali.

Penentuan metrik fokus juga menjadi titik penting bagi sebuah startup. Melalui metodologi OKR, startup bisa menemukan metrik mana yang seharusnya menjadi fokus perhatian (dan tujuan) sebuah startup. Sebelum menggunakan OKR, kebanyakan startup mungkin hanya peduli soal metrik pendapatan, metrik jumlah unduhan, atau bahkan rating di toko aplikasi. Ternyata hal tersebut belum tentu benar jika tujuannya untuk mendapatkan data valid dari konsumen atau menyelesaikan permasalahan konsumen.

Tentu saja Launchpad tidak melulu soal problem teknis. Banyak sisi bisnis yang dibahas untuk membantu startup menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

“Program Launchpad Accelerator Google benar-benar mengubah cara pandang saya tentang bagaimana menjalankan bisnis,” kata CEO Jurnal Daniel Witono.

Setelah masa akselerasi intensif selama 2 minggu, selama 6 bulan ke depan startup peserta Launchpad Accelerator akan tetap mendapatkan bimbingan dengan para mentor melalui video conference. Mereka juga mendapatkan dana non-ekuitas senilai $50 ribu yang kebanyakan bakal dimasukkan ke dalam pool of fund pengembangan produk. Secara total, sampai batch ketiga, Google telah memberikan pendanaan sebesar $1 juta untuk startup Indonesia

Launchpad Accelerator tahap keempat dan Android Kejar

Google juga mengumumkan pembukaan Launchpad Accelerator tahap keempat yang bakal dibuka hingga 24 April 2017 dan kegiatan Android Kejar di Indonesia. Rangkaian kegiatan ini adalah realisasi janji Google untuk membantu Pemerintah Indonesia melatih 100 ribu pengembang.

Launchpad tahap keempat akan menambah jumlah peserta dari negara-negara baru di kawasan Eropa Timur, Amerika Latin, dan Asia. Diharapkan peserta dari Indonesia tetap 6 tim seperti batch sebelumnya. Salah satu perkembangan Launchpad saat ini adalah penggunaan tempat terdedikasi di Launchpad Space, jumlah mentor yang mencapai lebih dari 150 orang, dan slot-slot waktu yang terdedikasi untuk topik penting, seperti Design Sprint,

Ketika ditanya tentang keragaman startup peserta, misalnya startup yang berbasis soal perempuan atau produk perempuan, Program Manager Developer Relation Google Asia Tenggara Erica Hanson menjawab pihaknya berharap bisa merangkul lebih banyak startup di segmen ini. Selama tiga batch berlangsung, Launchpad baru sekali mengambil startup yang berbasis produk perempuan, yaitu HijUp.

Android Kejar, di sisi lain, adalah program pengajaran pemrograman Android melalui workshop dan didukung pembelajaran online melalui Udacity. Sepanjang tahun 2016 disebutkan para mentor Google telah melatih 3311 pengembang Indonesia.

Go-Pay Resmi Menjadi Platform E-Money

Saya tidak pernah menyangsikan dampak Go-Pay. Sejak awal kehadirannya, saya melihat Go-Pay memiliki peluang lebih besar dibanding solusi korporasi lainnya untuk menjadi pemimpin di segmen mobile wallet.

Kini Go-Pay murni menjadi platform e-money dengan menambah fitur Transfer, Receive (menerima uang), dan Withdraw (menarik uang ke rekening bank). Proses ini berlangsung secara berangsur-angsur dan baru tersedia untuk sebagian pengguna.

Transformasi Go-Pay sebagai platform e-money mengkonfirmasi rumor akuisisi terhadap platform e-money PonselPay. Tidak mungkin Go-Pay menjadi platform e-money tanpa akuisisi, karena Bank Indonesia sendiri belum menerbitkan izin e-money untuk provider baru. Saat ini pemilik lisensi e-money di Indonesia berjumlah 21 buah.

Akomodasi proses KYC

Untuk menggunakan fitur lengkapnya, konsumen Go-Jek harus mengikuti proses KYC (Know Your Customer) yang disyaratkan regulator dengan memasukkan foto diri (selfie) dan foto kartu identitas (KTP, SIM, KITAS, atau Paspor).

Go-Pay juga menghadirkan informasi Transaction untuk memberikan sejarah transaksi penggunaan dan top up layanan.. Kami belum mendapatkan informasi apakah receipt untuk transaksi juga dikirimkan melalui email, sebuah norma yang biasa ditemui di layanan on-demand lainnya.

Menu baru Go-Pay / DailySocial
Menu baru Go-Pay / DailySocial

Meskipun pihak Go-Jek enggan mengungkapkan berapa jumlah pengguna Go-Pay dan berapa jumlah transaksi per bulannya, sulit menampik besarnya potensi platform ini untuk mendorong cashless society di Indonesia.

“Pelanggan yang menggunakan Go-Pay lebih sering menggunakan jasa Go-Jek dibandingkan pelanggan yang belum menggunakan Go-Pay,” ujar Head of Go-Pay Filman Ferdian dalam wawancara terdahulu dengan DailySocial.

Menurut data Bank Indonesia, hingga September 2016 volume transaksi e-money (berbasis kartu dan server) sebesar 476,56 juta dengan nilai transaksi 4,89 triliun Rupiah dan jumlah e-money beredar sebanyak 352,07 juta.

Mengatasi tantangan terbesar

Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, tantangan terbesar Go-Pay adalah dari sisi internal. Sempat ada resistensi dari pihak mitra pengemudi karena mereka terbiasa memegang uang tunai dan mengeluhkan lambatnya pencairan dana untuk transaksi yang menggunakan Go-Pay. Kini tampaknya permasalahan itu sudah bisa diatasi pihak manajemen.

Langkah Go-Jek merangkul pengemudi sebagai salah satu cara melakukan top up Go-Pay dan perbaikan proses pencairan dana transaksi yang menggunakan Go-Pay dianggap ampuh. Di sisi konsumen, Go-Jek menerapkan sistem loyalitas Go-Points yang sejauh ini dianggap positif.

Sebagai startup unicorn bervaluasi lebih dari $1 miliar, penguasaan sistem pembayaran melalui Go-Pay, yang bisa digunakan untuk pembayaran berbagai hal dan terus berkembang, adalah keputusan strategis yang bisa mengubah konstelasi sistem pembayaran Indonesia di masa depan.

Application Information Will Show Up Here

Deals@DS Minggu Ini (10 – 16 Maret 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Memprediksi Sektor Populer Startup Indonesia Tahun 2017

Data terakhir APJII menyebut penetrasi pengguna internet di Indonesia pada 2016 mencapai 132,7 juta dari total populasi 256,2 juta orang. Sementara perangkat yang dipakai untuk mengakses internet dari smartphone sebanyak 63,1 juta.

Kegiatan belanja sampai cara mendapatkan layanan transportasi kini bisa dilakukan secara online. Salah satu startup on-demand terpopuler Go-Jek bahkan secara publik telah mencapai tahap unicorn atau bervaluasi lebih dari $1 miliar (lebih dari 13 triliun Rupiah).

Dalam laporan Startup Teknologi Indonesia 2016, DailySocial melakukan survei ke sejumlah investor tentang sektor apa yang menjadi primadona dan fokus mereka tahun ini. Berdasarkan kompilasi tersebut, 4 sektor yang diperkirakan menjadi bakal menjadi pusat perhatian adalah fintech (teknologi finansial), e-commerce, Software-as-a-Service (SaaS), dan on-demand atau service marketplace.

Fintech

Fintech merupakan pengembangan industri jasa keuangan yang sangat bergantung dengan internet dan inovasi digital. Fintech hadir karena ada segmen layanan keuangan konvensional yang belum bisa menjangkau berbagai kalangan masyarakat.

Group CEO C88 John Patrick Ellis, yang memiliki layanan e-commerce finansial CekAja di Indonesia, mengatakan tahun lalu Indonesia mengalami kebangkitan besar di bidang fintech. Banyak usaha yang bergerak di fintech mengalami perkembangan yang signifikan, bahkan dominan dan menjadi pemain besar yang banyak membantu perkembangan industri jasa keuangan.

Menurut Ellis, optimisme yang membuat CekAja yakin dengan perkembangan fintech terletak di penetrasi pasar keuangan yang terbilang rendah. Masih banyak yang belum menjamah seluruh wilayah Indonesia. Kondisi ini disebut Ellis sebagai “double growth factor“, yakni layanan keuangan terus bertumbuh yang diiringi dengan pertumbuhan teknologi.

“Kedua hal ini saling mendukung. Karena itulah, sektor fintech [di Indonesia] diprediksi akan memiliki tiga sampai lima perusahaan unicorn di [tahun] 2020.”

Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya juga angkat suara mengenai potensi fintech, terutama peer-to-peer lending (P2P lending). Reynold mengatakan kehadiran Peraturan OJK nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pada penghujung tahun lalu menjadi trigger yang kuat untuk pengembangan bisnis P2P lending ke depannya.

Kehadiran regulasi, sambungnya, membuat masyarakat Indonesia jadi semakin percaya dengan bisnis P2P lending sudah diakui dan diawasi oleh OJK. Modalku mengklaim pada tahun lalu telah menyalurkan sekitar Rp 60 miliar dengan kredit macet masih 0%.

“Kami tidak terlalu peduli dengan volume bisnis tapi bagaimana bisa scaling bisnis dengan benar. Sekarang kami mau mengarah ke smartphone agar proses jadi lebih cepat, konsentrasinya adalah convert orang-orang dari konvensional untuk beralih ke smartphone.”

Pernyataan Reynold didukung Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia (MCI) Eddi Danusaputro. Eddi mengatakan kehadiran berbagai regulasi yang mengatur tentang fintech pada dasarnya bertujuan untuk melindungi nasabah. Hal ini juga membuat fintech jadi lebih makin matang dan memancing kehadiran para pemain baru. Eddi menilai dari segi nilai, investasi ke sektor fintech diperkirakan akan tumbuh setidaknya 50% dan mungkin bisa tumbuh 100% atau lebih.

Mengingat fintech sangat bergantung pada perkembangan teknologi digital, baik CekAja maupun Modalku menekankan pada pentingnya implementasi penerapan tanda tangan digital. Reynold menjelaskan tanda tangan digital merupakan bagian utama proses know your customer (KYC) bagi pemain fintech untuk menjangkau nasabah ke seluruh pelosok Indonesia.

Meski pemerintah sudah mengeluarkan tanda tangan digital, namun OJK sebagai pihak otoritas sertifikat (CA) belum menunjuk suatu lembaga untuk menjalankan mandatnya menjalankan kegiatan tersebut. Hal ini, menurut Reynold, perlu didorong.

“Infrastruktur di fintech harus kuat, bagaimana fintech bisa menyentuh segala pelosok Indonesia. Satu-satunya cara adalah dilakukan secara digital, maka dari itu tanda tangan digital harus diperjelaskan. Ini kan bagian dari proses KYC,” kata Reynold.

Ellis menambahkan, “Penerapan tanda tangan digital yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di 2017 ini dapat memajukan fintech dengan dasar inklusi keuangan yang ditujukan untuk membantu masyarakat dan bisnis di Indonesia jadi lebih baik. Kami berharap regulasi mengiringi lainnya juga dapat mendukung dan memudahkan layanan perusahaan fintech.”

Di sisi lain, menurut Ellis, kehadiran asosiasi fintech dapat menjadi lahan untuk belajar dengan para pemain fintech lokal lainnya. Asosiasi menjadi jembatan para pemain untuk berkomunikasi dengan OJK dan BI. Ia menyatakan anggota asosiasi fintech selalu terbuka untuk berdialog tentang segala regulasi yang sudah ada dan akan bergulir.

“Tantangan di setiap sektor dan yang terjadi di fintech sebenarnya tidak jauh berbeda. Inilah dasar utama kenapa kami mendirikan Asosiasi Fintech Indonesia. Jadi nantinya ada lembaga dalam industri fintech yang dapat mewakili serta dapat menggambarkan tantangan yang harus dihadapi. Dengan solusi yang dibuat secara bersama akan lebih baik dibandingkan harus dihadapi secara sendiri-sendiri.”

E-commerce

Berdasarkan data berbagai sumber, pada tahun 2017 industri e-commerce di Indonesia diprediksi akan bernilai $9,3 miliar. Besarnya potensi tersebut saat ini sesuai dengan perkembangan layanan e-commerce di tanah air, baik yang umum maupun niche.

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan, “Dari tahun ke tahun, layanan e-commerce dan transaksi online akan semakin menjadi bagian hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia. Masyarakat akan semakin cerdas, tidak lagi sekadar berburu diskon atau harga murah, namun menggunakan platform e-commerce untuk kemudahan hidup mereka.”

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan layanan marketplace akan merambah sektor fintech tahun ini.

“Selain untuk keperluan barang sehari-hari, marketplace juga akan berevolusi menjadi kebutuhan pembayaran sehari-hari, memberikan layanan finansial inklusi. Di tahun 2017 ini, open marketplace juga akan menjadi rumah baru bagi merek-merek baik lokal maupun internasional untuk memasarkan produk mereka ke masyarakat Indonesia,” kata William.

Kemudahan pembayaran untuk pembelian apapun menjadi krusial. Menurut William, tahun ini layanan e-commerce akan semakin inklusif. Selama ada konektivitas internet, pembayaran bisa dilakukan meski tidak memiliki rekening bank atau kartu kredit.

“Produk-produk e-wallet akan tumbuh di tahun 2017 untuk mendorong pemerataan ekonomi secara digital. Demikian juga dengan tumbuhnya bisnis kurir untuk mengirimkan produk-produk yang dipasarkan di marketplace,” ujar William.

Selain itu, tren akan bergeser ke hyperlocal purchase. Pembeli di daerah Sumatera Utara akan cenderung membeli dari penjual di kota Medan dibanding dari Jakarta. Walau harga barang sedikit lebih tinggi, adanya ongkos kirim akan membuatnya tetap bersaing. Apalagi barang seharusnya bisa diterima lebih cepat.

Berbeda dengan optimisme William, Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li mengungkapkan kekhawatiran rencana masuknya Alibaba dan Amazon di Indonesia. Konsolidasi diprediksikan bakal terjadi untuk membuat perusahaan tetap bertahan.

“Semua layanan e-commerce di Indonesia saya lihat akan semakin berat di tahun 2017 ini, terutama dengan rencana hadirnya Amazon dan Alibaba di Indonesia. Kehadiran perusahaan raksasa global tersebut akan semakin menyulitkan eksistensi layanan e-commerce lokal yang saat ini sudah berhasil menjadi market leader. Saya melihat konsolidasi mungkin akan tercipta, seperti yang telah terjadi di India,” kata Adrian.

Selain konsolidasi, nantinya masing-masing brand akan memilih untuk melakukan penjualan secara langsung kepada pelanggan atau dengan cara multichannel. Strategi ini dinilai akan menjadi kegiatan jangka panjang.

Untuk layanan e-commerce yang bakal mendominasi tahun 2017 ini, Adrian mengungkapkan fashion commerce akan semakin masif bermunculan di tanah air.

“Dengan mengintegrasikan desain, manufaktur dan pasokan proses rantai penyediaan, mereka [layanan fashion commerce] mampu menyediakan pakaian yang sedang tren yang bersaing dengan biaya ritel umum,” kata Adrian.

Untuk faktor penghambat, ternyata faktor kepercayaan atau trust masih bisa menjadi momok tahun ini.

“Seperti yang disampaikan dalam laporan Google dan Temasek, pemesanan dari Indonesia 12 kali berisiko fraud berdasarkan rata-rata secara global,” kata Adrian.

SaaS

Founder and CEO Talenta, sebuah platform SaaS untuk manajemen sumberdaya manusia, Joshua Kevin, mengatakan saat ini kondisi pemain startup SaaS di Indonesia sama seperti pemain e-commerce pada 2010-2011. Tahun tersebut adalah masa ketika masyarakat Indonesia masih memiliki krisis kepercayaan dan belum percaya dengan manfaat beralih membeli barang secara online.

“Kami percaya bahwa industri SaaS akan makin cepat pertumbuhannya dan kemampuan dalam pengambilan keputusan akan jatuh ke generasi yang percaya bahwa internet dan smartphone adalah the default,” kata Joshua.

Mengenai isu keamanan komputasi awan sebagai hal yang krusial bagi pemain SaaS, Joshua mengungkapkan tidak semua pemain SaaS di Indonesia menggunakan solusi atau server dari luar Indonesia. Pihaknya mendorong insentif yang lebih dari pemerintah dan perusahaan cloud untuk membuat mereka beralih ke server lokal.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, menambahkan pergerakan bisnis SaaS di Indonesia mulai bergerak dengan sangat baik. VC ini telah berinvestasi di sejumlah startup SaaS dan melihat indikasi puluhan ribu UKM sudah menggunakan berbagai solusi yang disediakan beberapa pemain SaaS yang masuk dalam portofolionya.

Menurut Willson, tantangan pemain SaaS Indonesia di kacamata investor adalah adopsi pengguna dan bagaimana UKM melihat nilai dari SaaS. Startup SaaS harus bisa mengedukasi pasar tentang manfaat produk SaaS dibandingkan perangkat lunak tradisional dan meyakinkan mereka untuk beralih ke sana.

Moka, startup penyedia layanan mobile point of sales (mPOS) dengan fokus pasar UKM, menjadi salah satu pemain SaaS yang menanjak. Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo, senada dengan Joshua, mengutarakan saat ini Moka belum menggunakan server lokal. Pihaknya menggunakan layanan cloud yang berbasis di Singapura. Untuk perlindungan data, Moka mengenkripsi lalu lintas yang keluar dan masuk menggunakan SSL. Pihaknya juga memasang beberapa firewall untuk seluruh server.

Haryanto menambahkan tingkat persaingan bisnis SaaS di Indonesia masih sangat luas dan pasarnya sangat besar. Menurutnya, persaingan antar pemain SaaS bukanlah perhatian untuk saat ini.

On-demand

Layanan transportasi on-demand dari Go-Jek, Grab, dan Uber saat ini masih mendominasi. Kehadiran mereka mampu mengubah kebiasaan masyarakat dan kini menjadi bagian rutinitas sehari-hari.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan, “Akan menjadi sulit untuk startup baru mencoba bersaing dengan Go-Jek, Uber, dan Grab, karena posisi mereka yang sudah berhasil menjadi market leader dan mendominasi di Indonesia. Untuk bisa bersaing dengan ‘the big three‘, perusahaan yang sebelumnya menjalankan bisnis dengan cara konvensional juga sudah harus mulai mengadopsi teknologi untuk bisa bersaing dengan perusahaan berbasis teknologi tersebut.”

Nicko melihat kolaborasi antara Blue Bird dengan Go-Jek membuktikan perusahaan yang selama ini menjalankan bisnisnya secara konvensional akan memilih untuk melakukan kerja sama dengan startup yang telah memiliki produk, talenta, dan kemampuan membuat produk berbasis teknologi. Hal tersebut bisa memangkas pengeluaran untuk mempekerjakan third party atau outsource untuk membangun teknologi dari awal.

“Peluang dari startup yang nantinya berfungsi sebagai ‘corporate enabler‘ untuk menawarkan sistem, produk, hingga teknologi kepada korporasi hingga perusahaan besar nampaknya akan semakin banyak di tahun ini dan seterusnya,” kata Nicko.

Menurut Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim, tahun 2015 dan 2016 lalu merupakan tahun ketika layanan seperti Go-Jek dan layanan e-commerce masih berupaya untuk menemukan pasar dan strategi pemasaran. Tahun 2017 ini bakal menjadi tahap yang menentukan kebanyakan layanan on-demand.

“Saya melihat tahun 2017 ini bakal menjadi momentum. Bkan hanya untuk Go-Jek namun juga semua layanan on-demand lainnya di Indonesia. Tahun 2017 juga menjadi tahun semua going to mobile,” kata Nadiem.

Kendala infrastruktur yang ada di Indonesia, menurut Nadiem, justru menjadi peluang bagi layanan on-demand seperti Go-Jek untuk berkembang.

“Berbagai kendala dalam hal infrastruktur yang ada saat ini justru menjadi kesempatan bagi Go-Jek untuk memberikan solusi kepada semua masyarakat di Indonesia. Dalam hal ini Go-Jek melihat infrastruktur yang masih kurang saat ini sebagai opportunity dengan memberikan solusi kepada semua pengguna,” ujarnya.

Dalam dua tahun terakhir, layanan on-demand juga makin beragam. Tidak hanya menawarkan layanan transportasi, tetapi yang berhubungan dengan layanan domestik. Misalnya jasa asisten rumah tangga, pembersihan rumah, dan perbaikan AC. Salah satu layanan on-demand di segmen ini adalah Seekmi.

“Kami sangat beruntung di Seekmi bahwa tingkat penetrasi smartphone di kalangan vendor dan teknisi telah tumbuh secara signifikan dalam setahun tahun sejak Seekmi diluncurkan. Memungkinkan Seekmi untuk mengelola sekitar 10 ribu tenaga kerja dengan cepat dan efisien,” kata CEO Seekmi Clarissa Leung.

Clarissa melanjutkan, “Saya prediksi tahun 2017 ini akan semakin banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan teknologi, dalam hal ini aplikasi, untuk membantu mereka melakukan pekerjaan rumah rutin dari yang paling mudah hingga yang berat dengan bantuan layanan on-demand. Akan lebih banyak orang percaya dengan layanan on-demand karena terbukti mampu menghemat biaya pengeluaran.”

Di balik kemudahan berbasis teknologi, banyak generasi senior yang belum terbiasa dan kurang percaya dengan layanan on-demand.

“Seekmi pada akhirnya tetap menghadirkan layanan pelanggan melalui SMS hingga telepon langsung. Pendekatan dengan cara-cara tradisional masih perlu disematkan untuk perusahaan teknologi,” kata Clarissa.

Meskipun terlihat menjanjikan, layanan on-demand ternyata cukup sulit untuk melakukan scale up. Hal ini terjadi karena layanan on-demand sifatnya adalah hyperlocal. Masing-masing kota di Indonesia memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda.

“Untuk mengatasi semua kendala tersebut masing-masing layanan on-demand tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kemitraan atau partnership dengan perusahaan teknologi lainnya hingga perusahaan besar dan pemerintah untuk bisa mengatasi semua kendala,” kata Nicko.


Artikel ini adalah kolaborasi DailySocial dan The Jakarta Post. Juga dipublikasi dalam bahasa Inggris di halaman ini.

DailySocial:
CEO & Founder : Rama Mamuaya
Editor-in-Chief : Amir Karimuddin
Editor-in-Chief : Wiku Baskoro
Writers : Yenny Yusra, Marsya Nabila

The Jakarta Post:
Managing Editor Life : Asmara Wreksono
Editor : Keshie Hernitaningtyas
J+ team : Jessicha Valentina, Masajeng Rahmiasri, Ni Nyoman Wira
Technology : Muhamad Zarkasih, Mustofa
Infographic : Sarah Naulibasa, Sandy Riady
Video & Multimedia : Bayu Widhiatmoko, I.G. Dharma J.S., Ahmad Zamzami,
Rian Irawan, Wienda Parwitasari

Deals@DS Minggu Ini (3 – 9 Maret 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

CEO HappyFresh: “2017 adalah Tahun Kami Berkembang”

Di penghujung tahun 2016, Guillem Segarra didapuk menjadi CEO baru HappyFresh, menggantikan Markus Bihler yang kini menjadi Vice Chairman. Bersama dengan Managing Director HappyFresh Indonesia Filippo Candrini, DailySocial berbincang soal update dan fokus HappyFresh tahun ini.

Salah satu langkah strategis yang dilakukan HappyFresh di awal tahun adalah menggandeng Transmart Carrefour. Transmart Carrefour adalah pemain besar, bahkan terbesar terbesar di industri grocery Indonesia, dan kemitraan ini dirasa penting ini meningkatkan kredibilitas HappyFresh.

Awalnya HappyFresh menjalin kemitraan dengan 2 gerai di Jakarta dan rencananya terus mengembangkannya untuk menjangkau lebih banyak gerai di Jabodetabek.

Filippo menegaskan kawasan Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya tetap menjadi fokus HappyFresh tahun ini dan mereka belum berencana menambah kota-kota baru. Ekspansi bakal diutamakan untuk menambah gerai dan kemitraan dengan ritel di kota-kota tersebut sehingga area cakupannya menjadi semakin luas.

Ketika disinggung soal mitra ritel HappyFresh yang mulai mengembangkan layanan online grocery sendiri, misalnya Ranch Market dengan KeSupermarket, Guillem mengatakan pihaknya tidak merasa khawatir. Menurutnya hubungan mereka bukan sebagai kompetitor, tetapi lebih sebagai sinergi.

Memang pasar online grocery di Indonesia bisa dibilang belum besar. Jangkauannya masih fokus ke kota-kota besar yang banyak dihuni digital adopter yang memiliki sedikit waktu untuk berbelanja barang-barang kebutuhan sehari-hari.

Sinergi antara pemain ritel dan pemain online bisa mendorong perubahan budaya dan mereka optimis bahwa kuenya masih cukup besar untuk dibagi-bagi para pemain di sektor ini, bahkan antara pemain online dan offline sekalipun. Selain HappyFresh dan KeSupermarket, pemain di sektor ini adalah Honestbee dan Go-Mart. Yang terakhir adalah salah satu lini layanan on-demand Go-Jek.

Menariknya, Guillem mengatakan secara bisnis sebenarnya HappyFresh sudah mulai mengarah ke arah profit per akhir tahun lalu. Meskipun demikian, pendanaan masih dibutuhkan perusahaan untuk berekspansi. HappyFresh secara total sudah 3 kali mendapatkan pendanaan, terakhir adalah pendanaan Seri B di bulan Agustus 2016.

Fokus tahun 2017

Guillem menyebutkan tahun 2017 adalah waktu yang tepat bagi pihaknya untuk berkembang setelah 2 tahun pertama memperkenalkan layanan ke masyarakat. Menurutnya, skeptisisme masyarakat telah berubah dan konsumen sudah mulai nyaman berbelanja secara online, terima kasih kepada layanan e-commerce yang sudah membantu membentuk budaya ini.

“[Menurut kami] customer journey tidak hanya soal pengalaman. Fokus [kami] adalah soal pengalaman, mendorong pertumbuhan, dan meningkatkan partisipasi dan keaktifan konsumen,” ujar Guillem.

Selain di Indonesia, HappyFresh juga beroperasi di Malaysia dan Thailand.

Terhadap usaha menjaga kualitas layanan yang menjanjikan pengiriman barang dalam waktu kurang dari satu jam, Guillem menyebutkan HappyFresh memiliki tiga pilar utama sebagai filosofi. Yang pertama mencakup sisi manusia, termasuk dalam pelatihan dan pendelegasian. Hal kedua adalah keunggulan teknologi. Yang terakhir adalah integrasi dan kolaborasi yang erat dengan mitra soal supply chain.

Sebagai pemain lama, pihaknya berharap hadirnya pemain raksasa (misalnya grup Amazon dan Alibaba) ke pasar Asia Tenggara, termasuk Indonesia, bakal mendorong potensi bisnis yang lebih baik. Para raksasa tersebut bakal membantu memperkenalkan bisnis online grocery secara lebih luas dan HappyFresh bisa memetik hasil investasi awalnya untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dan berkembang (scale up).

Disinggung soal tren pembayaran di Indonesia, yang penetrasi kartu kreditnya masih terbatas, Guillem menjawab pihaknya terbuka dengan berbagai metode pembayaran yang lain. Guillem melihat ada tren menuju masyarakat non-tunai (cashless), meskipun demikian opsi Cash On Delivery (COD) tetap tersedia.

Application Information Will Show Up Here

 

Deals@DS Minggu Ini (17 – 23 Februari 2017)

Sesuai komitmen kami, Deals@DS kami terus perbarui tiap minggunya. Kami memberikan diskon-diskon menarik dari berbagai layanan e-commerce, SaaS, cloud hosting, atau co-working space yang produk-produknya menjadi kebutuhan pembaca kami.

Untuk dapat menikmati penawaran ini, pembaca diwajibkan melakukan login, yang bisa dilakukan dengan menautkan akun Facebook atau LinkedIn. Tenang, kami menjaga privasi data-data Anda.

Berikut ini adalah promo yang sedang berjalan:

Tunggu apalagi, daftar sekarang dan nikmati privilege menjadi member dengan penambahan deals sepanjang waktu. Tentu saja syarat dan ketentuan berlaku.

Raksasa Teknologi Tiongkok Tencent Dikabarkan Berminat Berinvestasi di Go-Jek

The Information menuliskan [berbayar] bahwa raksasa teknologi Tiongkok Tencent berminat untuk berinvestasi di startup on-demand Indonesia Go-Jek. Go-Jek yang secara resmi menjadi unicorn ketika mendapatkan pendanaan $550 juta di bulan Agustus dan kini memiliki valuasi $1.3 miliar. Kawasan Asia Tenggara menjadi pertarungan keras antara para raksasa, yaitu Uber, Grab, dan Go-Jek.

Tencent sendiri tidak asing dengan bisnis ride hailing. Sebelumnya perusahaan yang berbasis di Shenzhen ini sudah berinvestasi di Didi Chuxing dan Lyft. Masuknya Tencent, jika investasi ini direalisasikan, bakal mendukung usaha Go-Jek meningkatkan jumlah engineer, terutama dari India, untuk memperkuat layanan pembayaran Go-Pay.

Tencent sendiri merupakan pemilik platform messaging populer WeChat yang juga memiliki layanan pembayaran sendiri yang digandrungi di Tiongkok. Meskipun belum memiliki tingkat popularitas serupa di Indonesia, expertise WeChat bisa menjadi acuan bagaimana Go-Pay dikembangkan.

Di Indonesia sendiri Go-Jek terus bersaing ketat dengan dua kompetitornya untuk merebut pasar. Persaingan ini membuat mereka tak segan-segan “membakar” uang dan ini yang membuat perusahaan terus mencari pendanaan dalam jumlah besar.

Go-Jek sendiri baru saja meresmikan layanan loyalitas Go-Points untuk mendorong konsumen menggunakan platform pembayaran Go-Pay. Kami berpendapat Go-Pay, yang secara reguler mulai sering digunakan masyarakat, bisa menjadi jawara mobile wallet di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Moka Umumkan Perolehan Pendanaan Baru Senilai 26 Miliar Rupiah

Moka, startup SaaS penyedia layanan POS/kasir berbasis aplikasi, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $2 juta (lebih dari 26 miliar Rupiah) yang dipimpin investor baru Mandiri Capital. Turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini adalah investor terdahulu, yaitu Convergence Ventures, East Ventures, Fenox, dan Northstar Group.

Kepada DailySocial, Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo mengungkapkan investasi kali ini adalah investasi strategis dan mereka akan bekerja sama dengan Bank Mandiri (sebagai induk Mandiri Capital) untuk meningkatkan jaringan merchant dan distribusi penjualan.

Mandiri memiliki banyak mitra UKM dan urusan pencatatan penjualan, inventaris, dan timbal balik dari konsumen merupakan suatu pekerjaan rumah bagi mereka.

CEO Mandiri Capital Eddi Danusaputro dalam rilisnya mengatakan, “Salah satu kesulitan yang kami lihat dari konsumen UKM kami adalah pencatatan penjualan dan kebanyakan pemilik bisnis masih melakukannya secara manual. Kami pikir Moka adalah mitra yang tepat dari jajaran startup yang tersedia untuk menyediakan layanan ini ke [mitra] UKM.”

Moka bulan Juni tahun lalu mengumumkan perolehan dana Seri A senilai $1,9 juta (lebih dari 25 miliar Rupiah) dan kini telah memiliki lebih dari 2500 merchant berbayar yang menggunakan produknya. Tahun ini mereka berharap lebih agresif menjaring konsumen.

SaaS merupakan salah satu sektor yang diprediksikan DailySocial sebagai sektor yang bakal menarik perhatian banyak startup dan investor tahun ini. Secara bisnis, SaaS memiliki model bisnis yang jelas, konsumen yang ingin membayar (korporasi), dan memberikan solusi terjangkau (khususnya untuk konsumen UKM) dibandingkan paket solusi on-premise yang membutuhkan biaya investasi besar di awal.

Pendanaan ini disebutkan akan menjadi katalis untuk menarik talenta terbaik yang dapat mendukung Moka mengembangkan produknya. Selain di kawasan Jabodetabek, Moka juga disebutkan telah dan akan memperluas tim penjualan di berbagai kawasan, seperti Bandung, Bali, dan Surabaya.

Co-Founder dan CTO Moka Grady Laksmono menambahkan, “Kami membedakan diri kami [dengan kompetitor] dengan membangun kumpulan produk untuk bisnis yang paling user friendly dan komplet. Kami berencana menggunakan dana ini untuk menarik talenta terbaik.”

Application Information Will Show Up Here

Di Balik Perubahan Tampilan Aplikasi Mobile OLX Indonesia

Dalam sebuah rapat di pertengahan tahun 2016, CEO OLX Indonesia Daniel Tumiwa mengungkapkan kegundahannya. Sebagai sebuah layanan online, OLX Indonesia menurutnya sudah berada di comfort zone. Untuk melangkah ke depan, dengan tantangan bisnis yang semakin berat, mereka harus berani “mengganggu” diri mereka sendiri agar tetap relevan di tengah persaingan industri.

OLX Indonesia, yang Januari tahun ini berusia 11 tahun dan awalnya bernama Tokobagus, harus berubah.

“Tren, keadaan, dan rencana kami ke depannya mengharuskan untuk melakukan perubahan atau bisa dibilang small pivot,” ungkapnya.

Perusahaan kemudian membentuk tim khusus yang bertugas merealisasikan semangat baru yang disebut “The All New OLX”. Tim ini terdiri dari 15-20 project manager yang semuanya merupakan karyawan OLX dan tidak melibatkan pihak ketiga. Tim khusus tersebut berfungsi September 2016 hingga The All New OLX diluncurkan.

Menjangkau segmen konsumen baru

Jargon “iklan baris” yang melekat di OLX Indonesia dinilai Daniel sudah tidak relevan dengan kondisi terkini. Padahal OLX adalah perusahaan pionir di sektor ini.

Selain itu, selama ini kebanyakan pengguna OLX Indonesia adalah kaum laki-laki, sehingga fitur dan tampilannya banyak mengarah ke unsur maskulin. Daniel menilai OLX tidak bisa selamanya di jalur tersebut. Ada segmen potensial yang belum terjamah, yakni kalangan millennial dan perempuan.

Perubahan harus membantu OLX Indonesia menjangkau calon konsumen yang selama ini bukan fokusnya.

Aplikasi mobile OLX Indonesia dengan tampilan baru / OLX Indonesia
Aplikasi mobile OLX Indonesia dengan tampilan baru / OLX Indonesia

COO OLX Indonesia Doan Ciscus mengatakan:

“Ini adalah tim besar yang pertama kali dibentuk oleh OLX Indonesia. Kami ingin bentuk tim yang solid karena ini kan sifatnya long term project. Orang-orang dari tim ini adalah gabungan teman-teman OLX yang bisa kerja sama dengan baik, ada spirit yang sama, dan sangat concern kepada OLX.”

Project Manager The All New OLX dipegang Renita yang dipilih karena dinilai mempunyai perhatian yang besar kepada OLX Indonesia, dapat memastikan aplikasi tetap relevan dengan masyarakat, dan bisa menjalankan tugas harian secara baik.

Ia dibantu oleh tim UX yang dipimpin Bayu, tim riset yang dipimpin Meidy, dan Arya menjadi jembatan informasi perkembangan The All New OLX ke staf lainnya. Dari sisi teknologi, Fandy menjadi mobile tech lead, Deni memimpin tim API, dan Wasis memegang di sisi infrastruktur.

Bagaimana tim The All New OLX bekerja

Di bulan pertama, tim memfinalisasi user design dengan menemui pelanggan OLX, baik yang sudah sudah lama menggunakan OLX ataupun belum sama sekali, yang berlokasi di suburban Jakarta.

Riset dilakukan dengan tiga macam cara, bertemu langsung, menelepon, atau melalui email. Komposisi responden yang dipilih dibuat seimbang, terkait jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan strata sosial ekonomi.

Secara rutin tiap minggunya, mereka mengundang pelanggan OLX ke kantor. Tim menyediakan tiga kamar tertutup yang digunakan tim produk saat bertemu langsung dengan responden. Responden akan mencoba tools OLX dan memberikan masukan dan keluhannya.

Di tahap ini, tidak hanya tim The All New OLX yang turun. Pihak manajemen pun ikut bertemu pelanggan secara langsung.

CEO OLX Indonesia Daniel Tumiwa / DailySocial
CEO OLX Indonesia Daniel Tumiwa / DailySocial

“Kurang lebih selama tiga bulan pertama kami terus bertemu pelanggan OLX, sebelum mulai shifting tugas ini ke bagian Tech Product untuk mulai develop. Ini tugas awal yang terberat, jangan sampai salah dari awal,” tutur Doan.

Di bulan ketiga, tim produk memulai proses pengembangan desain baru sesuai hasil temuan riset yang sudah dikumpulkan. Proses menemui pelanggan terus berjalan dalam tahapan ini, sebab mereka harus kembali mencoba produk OLX berdasarkan masukan yang diberikan sebelumnya.

“Kalau diperhatikan dari proses awal hingga versi rilis OLX, it’s all about users. Setiap ada perkembangan baru, kami kembali menemui pengguna untuk minta masukan dari mereka. Apakah fitur baru yang kami sediakan sudah sesuai dengan apa yang mereka inginkan, sebab ini kan tujuannya untuk jangkau pengguna baru juga.”

Perubahan yang dilakukan

The All New OLX melakukan perubahan besar di fitur dan tampilan OLX di aplikasi mobile, sementara untuk versi web (desktop  dan mobile) masih tetap menggunakan tampilan lama untuk memastikan proses transisi berjalan lancar. Tanpa bermaksud meninggalkan pengguna lama, OLX mengembangkan fitur baru yang bertujuan dapat menjangkau kalangan millennial dan perempuan.

Daniel mengatakan:

“Selama ini pengguna OLX Indonesia didominasi oleh laki-laki berusia 30 tahun ke atas. Di satu sisi, demografi seperti ini menyulitkan kami untuk melakukan scale up, sementara itu kalangan millennial dan perempuan semakin marak dan menjadi konsumen yang cukup aktif di dunia e-commerce dan marketplace di tanah air.”

Kalangan millennial dan perempuan identik dengan istilah impulsive shopper. Sasaran pengguna seperti ini yang menjadi fokus utama perubahan.

Dalam membuat fitur, perusahaan selalu memperhatikan empat prinsip The All New OLX, yaitu hyperlocal, simple, trust, dan C2C. Hasilnya tercermin di beberapa fitur baru OLX, seperti chat, tampilan foto (visual) di halaman utama, dan fitur Nearby.

Fitur chat dipilih berdasarkan masukan pelanggan perempuan yang menginginkan privasi saat berhubungan dengan calon pembeli. Doan menyebutkan fitur chat ini sesuai dengan prinsip simple dan trust. Bagi kaum perempuan, memajang nomor ponsel di internet kurang nyaman karena bisa terhubung ke berbagai platform messaging lainnya. Ada juga risiko foto profil tersebar ke publik. Tim memutuskan membuat fitur chat di seluruh platform yang dimiliki OLX. Meskipun demikian, tetap ada pilihan untuk mencantumkan nomor telepon untuk mereka yang memilih berkomunikasi melalui telepon, SMS, dan WhatsApp.

Untuk tampilan foto di halaman utama, semangat yang ingin disampaikan adalah mengedepankan visual produk yang dijajakan oleh pengguna OLX. Visual dinilai sebagai kunci yang menarik bagi impulsive shopper untuk mengakses OLX. Dibantu fitur Nearby, pengguna akan dipermudah melakukan transaksi tergantung mereka berada.

Pemilihan warna ungu

Bila Anda mengakses aplikasi dan situs OLX Indonesia, tampilannya kini didominasi warna ungu sebagai bahasa komunikasi. Sebelumnya tampilan OLX didominasi oleh warna biru.

CMO OLX Indonesia Edward Kilian menjelaskan warna ungu melambangkan warna yang dinamis, bisa diterima semua gender, dan merepresentasikan secara kuat energi positif yang baru kepada publik.

Menurut Edward, warna ungu tergolong warna trendi yang diterima dengan baik di kalangan anak muda dan perempuan sebagai sasaran pengguna baru OLX. Warna ini juga masih diterima oleh kalangan laki-laki yang sudah sangat dekat dengan OLX.

Ungu kini menjadi bahasa komunikasi resmi OLX Indonesia / OLX Indonesia
Ungu kini menjadi bahasa komunikasi resmi OLX Indonesia / OLX Indonesia

“Ini akan memudahkan OLX untuk bisa mengajak kalangan masyarakat lebih luas, semakin pandai mengatur keuangan, dan berhemat dengan mengadopsi perilaku baru. Yaitu memanfaatkan barang yang tidak terpakai menjadi modal memiliki barang lain yang dibutuhkan penjual, menekan pengeluaran dengan membeli barang preloved namun kualitas bagus, dan harga yang jauh lebih murah,” terangnya.

Proses edukasi dan adaptasi

Pekerjaan The All New OLX belum berhenti pasca selesainya proses pengembangan. Masih ada tahap stabilisasi untuk memastikan proses edukasi dan adaptasi berjalan baik untuk pengguna setia maupun pengguna baru.

Doan mengaku ketika pertama kali meluncur banyak sekali keluhan yang masuk dari pengguna. Kebanyakan pengguna mengeluhkan tampilan di halaman utama yang berubah drastis. Tidak lagi disuguhi kategori, tetapi ditampilkan iklan baris yang sesuai lokasi pengguna.

Konsumen juga mengeluhkan tidak adanya nomor ponsel penjual sebagai metode komunikasi yang kini diganti dengan fitur chat. Terakhir, fitur Nearby dikeluhkan pengguna karena belum terbiasa.

“Perubahan yang drastis memang membutuhkan adaptasi terutama bagi pengguna lama. Makanya kami perlu tuntun mereka. Setiap keluhan yang kami terima dari pelanggan tidak ada yang sia-sia. Selalu dibicarakan dan dicarikan solusinya.”

Dalam proses kerjanya tim The All New OLX mendapat dukungan dari Grup OLX Global. Mereka berdiskusi dengan tim OLX dari berbagai belahan dunia. Selain itu, tim juga mendapat kewenangan dari manajemen OLX Indonesia untuk memutuskan hal yang mereka yakini baik.

Pengembangan teknologi

Di sisi teknologi, pengembangan The All New OLX mendorong pemanfaatan teknologi yang aman menggunakan protokol HTTPS. Fungsi tracker, yang sempat membuat “heboh”, tetap disematkan untuk user experience yang lebih baik.

Masih soal keamanan, tampilan baru ini juga memanfaatkan teknologi anti fraud menggunakan sistem machine learning. Tim OLX mengidentifikasi potensi fraud dari akun pengguna, kemudian memberikan rekomendasi ke machine learning untuk melakukan pendeteksian melalui foto, nama, dan akun media sosial.

“Teknologi tersebut memudahkan kami untuk bisa melakukan antisipasi bahkan pemblokiran kepada akun pengguna yang dinilai berisiko bakal melakukan fraud dalam aplikasi OLX,” kata CTO OLX Indonesia Rendra Toro.

Tim manajemen OLX Indonesia / OLX Indonesia
Tim manajemen OLX Indonesia / OLX Indonesia

Meskipun demikian, sebagai platform C2C. OLX Indonesia belum berencana menjadi perantara pembayaran, seperti menghadirkan rekening bersama (escrow account). OLX Indonesia berharap tetap berfungsi sebagai platform jual beli yang independen. Hal ini dianggap membedakan OLX dengan layanan lainnya.

“Mungkin nantinya jika OLX Indonesia memutuskan untuk menghadirkan fitur tersebut [bakal] lebih memanfaatkan kerja sama dengan pihak ketiga. Artinya kesempatan terbuka lebar untuk layanan fintech atau perusahaan teknologi terkait memberikan layanan tersebut bersama OLX Indonesia,” terang Daniel.

Risiko di balik perubahan

Nama besar dan jumlah pengguna yang cukup masif membuat perubahan memiliki risiko yang besar jika tidak diterapkan dengan benar. Daniel percaya hal tersebut dan berniat untuk menunjukkan keseriusan perusahaan menjadi lebih baik dengan semangat The All New OLX.

OLX Indonesia merupakan negara ketiga dalam Grup OLX yang melakukan pivoting dan perubahan dalam skala cukup besar. Tim negara lain yang telah melakukan perubahan adalah India dan Filipina.

OLX Filipina melakukan perubahan menggunakan sistem yang dimiliki OLX India (template), sementara OLX Indonesia menciptakan semua teknologi tersebut dari awal secara independen.

Daniel menyebutkan:

“Bukan hanya meyakinkan Grup OLX secara global, dengan konsep baru ini OLX Indonesia juga ingin meyakinkan pengguna setia dan pengguna baru bahwa platform ini bisa menjadi favorit dan diandalkan untuk mendapatkan keuntungan cepat dengan berbagai kemudahan yang ditawarkan.”


Tim penyusun liputan The All New OLX Indonesia: Yenny Yusra, Marsya Nabila, dan Amir Karimuddin

Application Information Will Show Up Here